Anda di halaman 1dari 47

Bab 1

Akuntansi pajak pada wajib pajak yang


memilih pembukuan

Standar Kompetensi:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pelaku usaha,


praktik akuntansi pada WP yang memilih
pembukuan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan subyek dan obyek
pajak penghasilan
3. Mahasiswa mampu menghitung pajak penghasilan
khususnya WP yang memilih pembukuan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan kewajiban
pembukuan bagi WP yang memilih pembukuan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar
akuntansi perpajakan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pelaporan
keuangan fiskal
7. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri kualitatif
laporan keuangan fiskal
8. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dasar
akuntansi perpajakan
9. Mahasiswa mampu menjelaskan proses penyusunan
laporan fiscal
10. Mahasiswa mampu menjelaskan akun-akun terkait
laporan keuangan fiskal

P a g e 1 | 47
1.1. UMKM SEBAGAI PELAKU USAHA
Dalam pembangunan ekonomi kerakyatan, UMKM
mempunyai peranan yang penting dan strategis untuk
mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh.
Sehubungan dengan hal tersebut maka UMKM perlu
ditingkatkan jumlahnya dan diberdayakan menjadi usaha
yang tangguh, mandiri dan unggul, sehingga peranannya
dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan
produk domestik bruto semakin meningkat. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah dinyatakan bahwa
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:


a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).

P a g e 2 | 47
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

1.2. PRAKTIK AKUNTANSI PADA UMKM


Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk
mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil.
Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi
pengambilan keputusan dalam pengelolaan usaha kecil dan
menengah, antara lain untuk keputusan penetapan harga,
pengembangan pasar, termasuk untuk keputusan investasi.
Namun, dalam kenyataannya, pada umumnya pengusaha
kecil tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi
akuntansi dalam pengelolaan usahanya, sehingga kualitas
laporan keuangan pada UMKM masih rendah dan praktek
akuntansi, khususnya akuntansi keuangan pada UMKM di
Indonesia memiliki banyak kelemahan.
Beberapa penyebab atas fenomena tidak
terselenggarakannya praktik akuntansi secara optimal dan
tidak termanfaatkannya informasi akuntansi pada UMKM
adalah sebagai berikut:
1. Persepsi terhadap urgensi keberadaan informasi
akuntansi bagi UMKM
Tidak adanya penyelenggaraan dan penggunaan
informasi akuntansi dalam kebanyakan pengelolaan
usaha kecil ditentukan oleh persepsi pengusaha kecil

P a g e 3 | 47
atas informasi akuntansi. Bagi sebagian besar
UMKM, tidak pentingnya pemanfaatan informasi
akuntansi karena mereka merasa tidak membutuhkan
informasi akuntansi dan memandang akuntansi
merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dijangkau.
Keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha lebih
banyak didasarkan pada informasi-informasi non-
akuntansi dan pengamatan sepintas atas situasi pasar,
sehingga yang terjadi adalah bagi para pedagang kecil
tersebut, informasi akuntansi tidak penting. Untuk itu,
dapat dinyatakan bahwa tidak diterapkannya praktik
akuntansi secara optimal pada sebagian besar UMKM
selama ini dikarenakan para pelaku UMKM belum
pernah merasakan manfaat dari informasi akuntansi.

2. Pengetahuan Akuntansi Pemilik/Staf UMKM


Salah satu kelemahan usaha kecil di Indonesia ialah
pada umumnya mereka tidak menguasai dan tidak
mempraktekkan sistem keuangan yang memadai.
Pada umumnya usaha kecil tidak atau belum memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola
catatan akuntansi secara ketat dan berdisiplin dengan
pembukuan yang teratur, baik dalam bentuk harian,
mingguan, bulanan, dan seterusnya, sehingga banyak
diantara mereka yang belum memahami pentingnya
pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha.
Pemberian informasi dan sosialisasi serta jenjang
pendidikan terakhir pengusaha UMKM ternyata
berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman
pengusaha terkait SAK-ETAP sebagai dasar dalam
praktik akuntansi pada UMKM saat ini. Untuk itu,
dapat dinyatakan bahwa tidak diterapkannya praktik
akuntansi secara optimal pada sebagian besar UMKM

P a g e 4 | 47
selama ini dikarenakan pengetahuan akuntansi baik
pemilik maupun staf keuangan/akuntansi UMKM saat
ini masih belum memadai.

3. Pertimbangan Biaya-Manfaat (cost-effectivenes)


bagi UMKM
Salah satu alasan tidak adanya catatan akuntansi yang
memadai pada UMKM adalah kebutuhan akan
pengadaan catatan akuntansi yang dianggap hanya
membuang-buang waktu dan biaya (Marbun, 1997).
Para pelaku UMKM menganggap bahwa manfaat atas
informasi akuntansi yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan biaya yang harus mereka korbankan
ketika mereka menyelenggarakan praktik akuntansi
secara tepat. Salah satu faktor yang diduga sebagai
penyebab rendahnya tingkat penyusunan laporan
keuangan pada UMKM di Indonesia adalah adanya
kewajiban UMKM menggunakan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang sama dengan usaha besar.
Kewajiban menggunakan standar pengukuran yang
sama, telah memberatkan UMKM dalam penyusunan
laporan keuangan, karena untuk menghasilkan
informasi akuntansi (laporan keuangan), UMKM
membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan
manfaat yang dapat diperoleh dari adanya informasi
akuntansi tersebut. Untuk itu, dapat dinyatakan bahwa
tidak diterapkannya praktik akuntansi secara optimal
pada sebagian besar UMKM selama ini dikarenakan
manfaat yang diperoleh atas praktik akuntansi lebih
kecil daripada biaya yang harus dikeluarkan.

P a g e 5 | 47
4. Ukuran UMKM
Berkaitan ukuran UMKM dan hubungannya dengan
praktik akuntansi pada UMKM, menunjukkan bahwa
ukuran usaha berpengaruh positif terhadap Persepsi
Pengusaha UMKM atas pentingnya pembukuan dan
pelaporan keuangan bagi usahanya, sehingga di saat
semakin tumbuh dan besarnya usaha UMKM, maka
pengusaha mulai memandang penting kebutuhan
laporan keuangan tersebut. Untuk itu, dapat
dinyatakan bahwa tidak diterapkannya praktik
akuntansi secara optimal pada sebagian besar UMKM
selama ini dikarenakan jumlah UMKM di Indonesia
masih didominasi oleh Usaha Mikro dan Kecil, yang
mana pada kedua jenis kelompok usaha tersebut
masih lebih banyak dikelola secara perseorangan
dengan manajemen seadanya. Fenomena tidak
terselenggarakannya praktik akuntansi secara optimal
dan tidak termanfaatkannya informasi akuntansi pada
UMKM selama ini bukanlah semata-mata merupakan
kesalahan ataupun kekurangan para pelaku UMKM,
tetapi juga dikarenakan belum optimalnya peran serta
pemerintah dan masyarakat dalam mendorong praktik
akuntansi di UMKM.

1.3. KETERKAITAN PRAKTIK AKUNTANSI DAN


UMKM
Penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan
keputusan akan mempengaruhi prestasi perusahaan,
khususnya bagi UMKM. Dengan dimanfaatkannya
informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan investasi
maka akan mendukung ketepatan wirausaha dalam
mempertimbangkan konsekuensi keuangan atas keputusan
yang diambil. Pembukuan dan pelaporan keuangan

P a g e 6 | 47
merupakan hal yang cukup penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan usahanya.
Dalam hubungannya antara UMKM dengan
pemerintah dan kreditur (Bank), penyediaan informasi
akuntansi oleh UMKM juga sangat diperlukan. Karena salah
satu teknik pemberian kredit yang paling banyak digunakan
bank adalah financial statement lending yang mendasarkan
pemberian kreditnya atas informasi keuangan dari
debiturnya. Pihak bank tidak melihat adanya perbedaan
antara usaha besar dengan UMKM, semuanya diwajibkan
untuk memenuhi persyaratan termasuk harus menyediakan
laporan keuangan untuk dapat dijadikan dasar dalam
memberikan pinjaman kepada calon debitor.
Namun di sisi lain hal tersebut menjadi kendala
tersendiri, sebab UMKM ternyata tidak mampu
menyediakan informasi yang diperlukan oleh bank tersebut.
Oleh karena itu, jika melihat persyaratan pemberian kredit
pada hampir semua bank di Indonesia, untuk meyakinkan
kelancaran pembayaran angsuran dan pengembalian
pinjaman oleh calon debitur, selain pertimbangan karakter
calon debitur, laporan keuangan yang menggambarkan
pendapatan dan beban usaha serta aset, kewajiban dan modal
yang dimiliki calon debitur menjadi pertimbangan utama
keputusan diterima tidaknya permohonan kredit oleh Bank,
tidak terkecuali bagi UMKM, apalagi untuk permohonan
pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) di
bank syariah.
Untuk itu, dapat dikatakan bahwa praktik akuntansi
sangat terkait dengan akses terhadap kredit UMKM, dengan
praktik akuntansi yang memadai maka akan memudahkan
pelaku UMKM untuk memberikan keyakinan kepada bank
atau calon kreditur bahwa usaha dapat dijalankan dan
dibiayai (Feasible), pelaku UMKM dapat memenuhi

P a g e 7 | 47
persyaratan kredit/pembiayaan (Bankable), dana yang
diberikan dapat dipertanggungjawabkan (Accountable) dan
usaha yang dijalankan dapat menguntungkan (Profitable).

1.4. SUBYEK PAJAK


Di dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan
(UU PPh), yang menjadi Subjek Pajak adalah :
a. 1) orang pribadi;
2) warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak;
Penjelasan: Orang pribadi sebagai Subjek Pajak
dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek
Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak
yaitu ahli waris.
b. Badan;
Penjelasan: Pengertian Badan adalah sekumpulan
orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan
Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap
dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan

P a g e 8 | 47
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia.

Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan


Subjek Pajak luar negeri.
Yang dimaksud Subjek Pajak dalam negeri adalah :
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.

Syarat Subjek Pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak:


apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang
besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak atau telah
memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah :


a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

P a g e 9 | 47
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

Perbedaan yang penting antara WPDN dan WPLN:


a. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak atas
penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia dan dari luar Indonesia, sedangkan Wajib
Pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas
penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di
Indonesia.
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenakan pajak
berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenakan pajak
berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak
sepadan.
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan sebagai sarana untuk
menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun
pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan, karena
kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan
pajak yang bersifat final.

Sesuai dengan Pasal 3 UU PPh, yang tidak termasuk


Subjek Pajak adalah :

P a g e 10 | 47
a. Badan perwakilan negara asing;
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat
atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama
mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia
dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbal balik;
c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan, dengan syarat
:
1) Indonesia menjadi anggota organisasi
tersebut;
2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain
untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman
kepada pemerintah yang dananya berasal
dari iuran para anggota;
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia.

1.5. OBYEK PAJAK TIDAK FINAL ATAU


PENGHASILAN
Sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 UU PPh, yang termasuk objek
pajak adalah:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh

P a g e 11 | 47
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam
bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU
PPh;
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta termasuk :
a. keuntungan karena pengalihan harta kepada
perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. keuntungan yang diperoleh perseroan,
persekutuan dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha;
d. keuntungan karena pengalihan harta berupa
hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan
sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang;

P a g e 12 | 47
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
8. Royalti;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali
sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak.

1.6. OBYEK PAJAK FINAL


Atas penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi
saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari
pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta
penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Karakteristik penghasilan yang menjadi objek PPh final
adalah:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak perlu
digabung dengan penghasilan terutang lain (yang

P a g e 13 | 47
tidak final) dalam penghitungan PPh pada SPT
Tahunan
2. Jumlah PPh final yang telah dibayar sendiri atau
dipotong pihak lain sehubungan dengan penghasilan
tersebut tidak dapat dikreditkan (non prepaid taxes)
3. Biaya-biaya yang digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang
pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat
dikurangkan.

Berikut ini akan dijelaskan jenis penghasilan apa saja yang


akan dikenakan pajak penghasilan secara final, diantaranya:
1. Pajak penghasilan atas penghasilan tertentu dari
Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan
pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebesar 20% (dua puluh persen) dari diskonto SPN.
Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya
disebut SPN adalah Surat Utang Negara yang
berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
dengan pembayaran bunga secara diskonto.
(Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2006)
2. Pajak penghasilan atas penghasilan dari persewaan
Tanah dan/atau Bangunan sebesar 10% (sepuluh
persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah
dan/atau bangunan dan bersifat final. Penyewa
bertindak sebagai pemotong pajak. Dalam hal
penyewa bukan sebagai Pemotong Pajak maka Pajak
Penghasilan yang terutang wajib dibayar sendiri oleh
orang pribadi atau badan yang menerima atau
memperoleh penghasilan. (Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 2002)
3. Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi, dengan ketentuan:

P a g e 14 | 47
a. 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima
Wajib Pajak penyedia jasa perencanaan konstruksi;
b. 2% (dua persen) dari jumlah bruto, yang diterima
Wajib Pajak penyedia jasa pelaksanaan konstruksi;
c. 4% (empat persen) dari jumlah bruto, yang diterima
Wajib Pajak penyedia jasa pengawasan konstruksi.
Besarnya pajak penghasilan yang terutang harus
dipotong oleh pengguna jasa atau disetor sendiri oleh
Wajib Pajak penyedia jasa yang bersangkutan.
(Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000)
4. Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa hadiah
undian dengan nama dan dalam bentuk apapun
dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan bersifat
final sebesar 25% dari jumlah bruto hadiah undian
(Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000)
5. Pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan bersifat final
sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan. (Peraturan Pemerintah
Nomor 79 Tahun 1999)
6. Pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek sebesar 0,1% dari
jumlah bruto nilai transaksi penjualan.

1.7. OBYEK PAJAK YANG DIKECUALIKAN


Sesuai Pasal 4 ayat 3 UU PPh, yang tidak termasuk
sebagai Objek Pajak adalah :
1 Bantuan sumbangan sepanjang diterima tidak dalam
rangka hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan
kepemilikan, atau hubungan penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan, termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil

P a g e 15 | 47
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
dan para penerima zakat yang berhak;
2 Harta hibahan yang diterima oleh :
a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat; dan
b. badan keagamaan atau badan pendidikan atau
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan; sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
3 Warisan;
4 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
5 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah;
6 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
7 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan
Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia dengan syarat :
a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;
dan

P a g e 16 | 47
a. bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal
yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di
luar kepemilikan saham tersebut;
8 Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,
baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;
9 Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
a. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi;
10 Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh
perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama
sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;
11 Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan
modal ventura berupa bagian laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut :
a. merupakan perusahaan kecil, menengah, atau
yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor
usaha yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia.

P a g e 17 | 47
1.8. PENGHASILAN WANITA KAWIN DAN ANAK
YANG BELUM DEWASA
Wanita yang sudah menikah atau kawin dan anak
yang belum dewasa dimana memperoleh penghasilan, maka
perlakuan perpajakkannya adalah:
1. Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang
telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal
bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang
berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum
dikompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat 2 UU PPh dianggap sebagai penghasilan atau
kerugian suaminya, kecuali:
a. penghasilan tersebut semata-mata diterima atau
diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah
dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21
dan
b. pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya
dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau
anggota keluarga lainnya
2. Penghasilan suami-istri dikenakan pajak secara
terpisah apabila
a. suami-istri telah hidup terpisah
b. dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan.
Penghasilan netto suami-istri di atas dikenakan pajak
berdasarkan penggabungan penghasilan netto suami-
istri, dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh
masing-masing suami-istri dihitung sesuai dengan
perbandingan penghasilan netto mereka. Penghasilan
anak yang belum dewasa digabung dengan
penghasilan orang tuanya, kecuali penghasilan dari
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha

P a g e 18 | 47
orang yang mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat 4 huruf c
UU PPh.

1.9. TARIF PAJAK


Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak
bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai
berikut :
-----------------------------------------------------------------------
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
-------------------------------------------------------------------------------------------------
sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
--------------------------------------------------------------------------------------------------
di atas Rp 50.000.000,00 s.d. 15%
Rp 250.000.000,00
-------------------------------------------------------------------------------------------------
di atas Rp 250.000.000,00 s.d. 25%
Rp 500.000.000,00
-------------------------------------------------------------------------------------------------
di atas Rp 500.000.000,00 30%
-------------------------------------------------------------------------------------------------

1.10. PPH FINAL 1% UNTUK UKM


Berbeda dengan halnya karyawan yang memiliki PTKP atau
Penghasilan Tidak Kena Pajak bila memiliki gaji per bulan
kurang dari 32 juta per tahun, maka pajak yang dikenakan
kepada pengusaha atau perusahaan adalah PPh Final. PPh
Final ini merupakan istilah atau nama lain dari PPh Pasal 4
ayat 2. Ada berbagai macam objek PPh Final, seperti untuk
sewa bangunan, jasa konstruksi, pajak atas obligasi, pajak
atas peredaran bruto (omzet) usaha.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2013 yang berlaku efektif mulai 1 Juli
2013 memberlakukan sebagai berkut:
1. PPh Final untuk pajak UKM adalah pajak atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh

P a g e 19 | 47
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto atau
omzet di bawah Rp 4,8 miliar dalam setahun. Jadi
semua transaksi penjualan Anda per bulan harus
dijumlahkan terlebih dahulu, kemudian dikalikan 1%.
2. Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk
menghitung pajak penghasilan yang bersifat final
adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan.
3. Dikecualikan dari pengenaan PPh final
berdasarkan ketentuan ini adalah penghasilan dari
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas yang
diperoleh:
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
(pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai, aktuaris)
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi,
pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawati, pemain drama, penari
c. Olahragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih penceramah,
penyuluh dan moderator
e. Pengarang, peneliti, penerjemah
f. Agen iklan
g. Pengawas atau pengelola proyek
h. Perantara

4. Tidak termasuk dalam pengertian wajib pajak yang


dikenakan PP ini adalah:
d. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan dan atau jasa yang
dalam usahanya menggunakan sarana atau
prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun tidak menetap; dan

P a g e 20 | 47
menggunakan sebagian atau seluruh tempat
untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan bagi tempat usaha atau
berjualan.
e. Wajib pajak badan yang belum beroperasi
secara komersial atau yang dalam jangka waktu
1 tahun setelah beroperasi secara komersial
memperoleh peredaran bruto melebihi Rp. 4,8
milyar.
5. PP ini tidak berlaku atas penghasilan usaha yang
selama ini telah dikenai pajak penghasilan yang
bersifat final berdasarkan ketentuan perpajakan yang
berlaku
6. Ketentuan lebij lanjut mengenai penghitungan,
penyetoran pajak penghasilan atas penghasilan dari
usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu dan kriteria
beroperasi secara komersial diatur dengan atau
berdasarkan peraturan menteri keuangan (PMK).

Di aplikasi Online Pajak, Anda dapat menghitung


otomatis dan setor PPh Final 1% dengan mudah, 1 klik saja.
Tak perlu lagi datang ke bank untuk antre buat ID billing dan
bayar pajak. Ini langkah-langkahnya adalah:
1. Daftar atau Masuk Aplikasi PPh Final 1%
Daftarkan akun Anda di aplikasi PPh Final 1% Online
Pajak atau kalau sudah, pilih dan masuk ke aplikasi
PPh Final 1%.
2. Buat Faktur Penjualan
Buat faktur penjualan dengan mudah. Masukkan
nama barang penjualan, jumlah dan harganya. Online
Pajak akan menghitung pajaknya secara otomatis.
3. Setor PPh Final 1%

P a g e 21 | 47
Selanjutnya, klik "Setor Pajak". Anda akan
terhubung sistem Cash Management Online Pajak
untuk bayar pajak online dan buat e-billing pajak
sekaligus. Pastikan Anda sudah menambah saldo (top
up) di sistem Cash Management Online Pajak.
4. Dapatkan Bukti Pembayaran (NTPN)
Dapatkan Bukti Pembayaran (NTPN/Nomor
Transaksi Penerimaan Negara) dan status setor pajak
Anda berubah menjadi "Lunas".

Keuntungan Menggunakan Aplikasi PPh Final Online Pajak


1. Telah disahkan DJP. Aplikasi Online Pajak sudah
disahkan sebagai mitra resmi DJP. Sehingga ebilling,
efaktur dan bukti laporan pajak online (e-filing) Anda
resmi dari DJP.
2. Gratis. Anda dapat menggunakan aplikasi hitung,
setor dan e-Filing PPh Final 1% secara gratis.
3. Mempermudah Kepatuhan Pajak. Kami
mempermudah Anda dalam kepatuhan pajak. Karena
sejak Anda merintis sebuah bisnis, kami membantu
Anda merekam dan melacak transaksi Anda dengan
mudah yang kelak dibutuhkan jika sewaktu-waktu
diperiksa oleh DJP.
4. Mempermudah Pelaporan SPT Tahunan. Semua
transaksi Anda direkam secara otomatis dan pada saat
akan melaporkan SPT Tahunan Badan atau Pribadi
(SPT 1770), Anda bisa mendapatkan dengan mudah
secara otomatis.
5. Bebas Repot. Tidak perlu download atau instalasi
software apa pun, atau datang ke bank. Di aplikasi
Online Pajak, Anda dapat membayar PPh Final secara
online, dari mana saja, kapan saja.

P a g e 22 | 47
1.11. PERKEMBANGAN UMKM DI INDONESIA
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
(UMKM) di Indonesia pada saat ini meningkat sangat pesat.
Berdasarkan dari data Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) terdapat kenaikan pertumbuhan yang
sangat signifikan dalam perkembangan UMKM pada tahun
2014-2015 yaitu sebesar 2,4%. Jumlah perkembangan unit
UMKM pada tahun 2014 adalah 59,3 juta unit sedangkan
pada tahun 2015 mencapai 60,7 juta unit. Potensi
pertumbuhan UMKM di Indonesia dikarenakan banyaknya
dukungan dari pihak-pihak perbankan dalam memberikan
fasilitas kredit. Jika dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainya jumlah unit UMKM di Indonesia termasuk
yang paling banyak.
UMKM di Indonesia memiliki kontribusi yang sangat
besar dalam penciptaan lapangan pekerjaan, penyerapan
tenaga kerja serta mampu mendorong dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) di
Indonesia menjelaskan bahwa pada saat krisis ekonomi
tahun 1998 UMKM di Indonesia dapat bertahan terhadap
serangan krisis. Hal ini dikarenakan UMKM menghasilkan
barang dan jasa yang merupakan kebutuhan masyarakat,
Sumber daya UMKM memanfaatkan sumber daya lokal dan
masih belum ditopang pinjaman oleh bank. Melihat adanya
potensi terhadap bisnis dengan skala mikro, kecil dan
menengah untuk meningkatkan perekonomian maka perlu
dilakukan pengembangan UMKM yang lebih maju dan
modern. Salah satu caranya adalah dengan cara memiliki
pendanaan yang semakin luas ke sektor perbankan. Hal ini
didukung oleh pemerintah dengan dengan diterbitkan
payung hukum dari UMKM yaitu UU. No. 20 Tahun 2008.
Undang-undang tersebut menjelaskan juga mengenai
tambahan fasilitas pendanaan oleh perbankan dan lembaga

P a g e 23 | 47
jasa keuangan non bank. Fasilitas kredit yang diberikan oleh
pihak perbankan maupun non perbankan dapat mengatasi
permasalahan permodalan yang dialami oleh UMKM. Hal
tersebut akan membuat individu atau badan semakin mudah
dalam mendirikan atau mengembangkan UMKM di
Indonesia.

1.12. KEWAJIBAN PEMBUKUAN


Fasilitas kredit yang diberikan oleh bank tidak bisa
diberikan cuma-cuma kepada UMKM akan tetapi
membutuhkan persyaratan yaitu salah satunya adalah
adanya laporan keuangan. Pihak bank akan menganalisis
dan mengevaluasi bagaimana keadaan keuangan dari
UMKM yang mengajukan kredit. Hal ini bertujuan pihak
bank akan menilai apakah pihak UMKM yang mengajukan
kredit ke bank memiliki kemampuan keuangan dengan cara
melihat pencerminan data keuangan. Perlu diketahui bahwa
penyusunan laporan keuangan jangan hanya bertujuan untuk
mendapatkan fasilitas kredit dari bank semata. Penyusunan
laporan keuangan sendiri bertujuan untuk melihat
perkembangan aktivitas usaha tersebut apakah mengalami
pertumbuhan atau sebaiknya sehingga dibutuhkan suatu
pembukuan (akuntansi) dalam UMKM.
Akuntansi merupakan proses pencatatan transaksi
bisnis dan menghasilkan informasi keuangan yang dapat
diperuntukkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam rangka membantu para UMKM dalam memenuhi
kebutuhan pelaporan keuangan maka pemerintah dalam hal
ini adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) menerbitkan SAK EMKM
pada tahun 2016 yang efektif Per 1 Januari 2018. SAK
EMKM ini memberikan pengaturan akuntansi yang lebih
sederhana sehingga hasil akhir suatu proses akuntansi yaitu

P a g e 24 | 47
laporan keuangan berupa laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi dan catatan atas laporan keuangan.
Wajib pajak adalah orang pribadi/badan yang telah
memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif dalam
perpajakan. Bagi Wajib Pajak Badan (termasuk Bentuk
Usaha Tetap), Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki
pekerjaan bebas, Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki
usaha dengan kriteria memperoleh omzet per tahun ≥ 4,8
milyar wajib menyelenggarakan pembukuan. Bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi yang memiliki omzet per tahun ≤ 4,8
milyar diperkenankan memilih melakukan pencatatan.
Adapun persyaratan penyelenggaraan pembukuan menurut
ketentuan perpajakan, yaitu:
a. Pembukaan harus diselenggarakan dengan itikad baik
dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya
b. Pembukuan sekurangnya terdiri dari catatan mengenai
harta, kewajiban atau utang, modal, penghasilan dan
biaya serta penjualan dan pembelian
c. Pembukuan harus ditutup setiap akhir tahun dengan
membuat neraca dan laporan laba rugi berdasarkan
prinsip pembukuan yang taat asas (konsisten) dengan
tahun sebelumnya.
d. Pembukuan atau pencacatan harus diselenggarakan di
indonesia dengan huruf latin, angka arab dengan bahasa
indonesia dan satuan mata uang rupiah (atau dengan
bahasa inggris dan mata uang US$ dengan ijin menteri
keuangan)
e. Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang
menjadi dasarnya serta dokumen lain yang
berhubungan dengan kegiatan usaha (pekerjaan bebas)
harus disimpan selama 10 tahun

P a g e 25 | 47
Pada Tahun 2013 pemerintah mengeluarkan PP No.
46 Tahun 2013 mengenai pajak penghasilan yang dikenakan
terhadap Wajib Pajak UMKM. Bagi wajib pajak UMKM
memiliki maksimal peredaran bruto Rp 4.800.000.000 maka
dikenakan tarif sebesar 1% dari peredaran bruto sedangkan
apabila diatas Rp 4.800.000.000 akan dikenakan tarif Pajak
Penghasilan pada umumnya. Sebenarnya aturan ini
dikeluarkan untuk mempermudah cara perhitungan
perpajakan bagi Wajib Pajak UMKM. Pada Bulan Juli 2018
pemerintah mengganti aturan PP No 46 Tahun 2013 menjadi
PP No 23 Tahun 2018 dengan menurunkan tarif menjadi
0,5%. Aturan ini berlaku terbatas waktu, jadi untuk wajib
pajak badan selama 3 tahun, Wajib Pajak
CV/Firma/Koperasi 4 tahun dan Wajib pajak OP 7 Tahun
yang dihitung sejak tahun pajak PP Berlaku untuk wajib
Pajak Lama dn Tahun Pajak Teraftar untuk WP Pajak Baru.
Apabila jangka wajtu sudah habis maka aturan pajak
penghasilan akan dikenai tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a,
Pasal 17 ayat (2a) , atau 31E Undang-undang pajak
penghasilan. Aturan tersebut terbatas waktu dimaksudkan
agar nantinya pelaku UMKM dapat menyusun pembukuan
secara teratur. Adanya penurunan tarif ini juga dapat
memberikan kemudahan bagi para wajib pajak UMKM.

1.13. KONSEP DASAR AKUNTANSI PERPAJAKAN


Akuntansi dan pajak adalah dua hal yang berbeda
akan tetapi saling berkaitan. Jika kita berbicara akuntansi
pasti tidak lepas kaitannya dengan pajak. Hal ini
dikarenakan akuntansi dapat digunakan untuk menentukan
besar kecilnya pajak sehingga muncul istilah akuntansi
perpepajakan. Akuntansi perpajakan secara prinsip banyak
terpengaruh oleh fungsi perpajakan itu karena dalam
implementasinya harus mematuhi ketentuan perpajakan.

P a g e 26 | 47
Ketentuan itu merupakan perwujudan kebijakan perpajakan
Sementara itu, konsep-konsep dasar akuntansi bersifat netral
terhadap pemakai informasi akuntansi. Perbedaan tersebut
dikarenakan antara akuntansi dan perpajakan memiliki
standar yang berbeda. Dalam akuntansi menggunakan
Standar Akuntansi Keuangan sedangakan perpajakan
mengacu pada aturan perpajakan yang berlaku. Jika terjadi
perbedaan perhitungan antara laporan perpajakan (fiskal)
dan akuntansi (komersial) dapat dilakukan rekonsiliasi
fiskal.
Penyusunan laporan keuangan fiskal merupakan
media pendekatan sebagai solusi mengatasi perbedaan
antara ketentuan akuntansi dan ketentuan perpajakan. Hal ini
disebabkan karena 3 (tiga) hal, yaitu:
1. Praktik akuntansi dalam bisnis banyak diwarnai aspek
perpajakan
Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip
akuntansidengan tetap mengikuti ketentuan
perpajakan. Perusahaan harus menyelenggarakan
pembukuan sesuai dengan ketentuan perpajakan
dengan tanpa kelonggaran tehadap ketidaksamaan
prinsip akuntansi.
2. Tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi.
Laporan keuangan fiskal disusun terpisah dari proses
akuntansi. Laporan fiskal disusun sebagai produk
tambahan dari laporan keuangan komersial karena
berisi suatu proses penyesuaian dan rekonsiliasi
antara praktek akuntansi komersial dan ketentuan
perpajakan
3. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar
akuntansi.

P a g e 27 | 47
Dalam konsep ini laporan keuangan disusun
mengikuti standar akuntansi. Namun, preferensi
diberikan kepada ketentuan pajak kalau terdapat
pengaturan yang tidak sejalan dengan standar
akuntansi

1.14. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN


PERPAJAKAN
Dasar dari laporan keuangan fiskal adalah laporan
keuangan komersial. Laporan keuangan komersial
merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan
standar akuntansi sedangkan laporan keuangan fiskal adalah
laporan yang disusun sesuai dengan aturan perpajakan.
Dalam menentukan pembayaran pajak maka wajib pajak
menggunakan laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan
fiskal dihasilkan dari laporan keuangan komersial yang telah
disususn kembali sesuai dengan aturan perpajakan. Adapun
tujuan pelaporan keuangan perpajakan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menyajikan informasi sebagai bahan
menghitung besarnya penghasilan kena pajak (Dasar
Pengenaan Pajak dalam kasus PPN)
2. Pelaporan keuangan perpajakan sangat membantu
perhitungan utang pajaknya oleh wajib pajak dengan
sistem self assessment
3. Untuk kebutuhan informasi manajemen
4. Untuk mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan
wajib pajak oleh administrasi, terutama dalam
aktivitas pemeriksaan, bahkan penyidikan pajak.

P a g e 28 | 47
1.15. CIRI KUALITATIF PELAPORAN KEUANGAN
PERPAJAKAN
Konsep dasar akuntansi umumnya berlaku terhadap
akuntansi perpajakan sehingga ciri kualitatif informasi
pelaporan perpajakan pada umumnya sama dengan ciri
kualitatif informasi keuangan. Ciri-ciri itu meliputi :
1. Relevan
Relevan artinya laporan keuangan memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan
keputusan atau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai.
2. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus
dapat dengan mudah dipahami oleh pemakai.
Pemahaman ini dapat tercapai dengan asumsi pemakai
mempunyai pengetahuan tentang aktivitas ekonomi dan
bisnis serta akuntansi sewajarnya.
3. Keandalan
Keandalan maknanya adalah bebas dari pengertian
yang menyesatkan bagi setiap pembaca laporan
keuangan, bebas dari kesalahan material dan dapat
diandalkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.
4. Dapat diperbandingkan
Dapat diperbandingkan adalah laporan keangan fiskal
yang mampu diperbandingkan dari tahun ke tahun
berikutnya untuk mengidentifikasi tren posisi dan
kinerja, serta diperbandingkan antarperusahaan yang
bermanfaat untuk menilai posisi keuangan, kinerja, dan
perubahan posisi keuangan

P a g e 29 | 47
1.16. SIFAT DAN KETERBATASAN PELAPORAN
KEUANGAN FISKAL
Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan
komersial yang relevan terhadap laporan keuangan fiskal
antara lain :
1. Laporan keuangan fiskal bersifat historis yang berisi
data masa lampau atau transaksi sebelumnya.
2. Proses penyusunan laporan keuangan fiskal masih
mempertimbangkan penggunaan estimasi
3. Lebih mengutamakan yang material (tanpa mengurangi
kelengkapan materi)
4. Laporan keuangan fiscal menekankan makna ekonomis
(substansi) setiap transaksi/peristiwa tanpa(dalam
kondisi tertentu) memperhatikan bentuk yuridis
formalnya.
5. Adanya penggunaan alternatif metode akuntansi
6. Informasi kualitatif sedangkan fakta (yang tidak
mendasar) yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya dikesampingkan.

Prinsip dasar akuntansi komersial telah banyak


dikemukakan para ahli, tetapi umumnya mengacu pada
Standar Akuntansi Keuangan EMKM, yaitu dasar akrual,
artinya pengaruh transaksi dan peristiwa diakui pada saat
kejadiaannya dan bukan pada saat kas diterima atau
dibayarkan. Berikut ini merupakan sembilan prinsip dasar
akuntansi adalah:
1. Cost Principle
Prinsip biaya (cost principle) atau biaya historis
(historical cost), yaitu dasar penilaian untuk mencatat
perolehan barang, jasa harga pokok, biaya, maupun
ekuitas sehingga yang paling pokok adalah penilaian

P a g e 30 | 47
yang didasarkan harga pertukaran pada tanggal
perolehan.
2. Revenue Principle
Prinsip pendapatan (revenue principle) ini lebih
menjelaskan tentang sifat dan komponen, pengukuran,
maupun pengakuan pendapatan sebagai salah satu
komponen penyusunan laporan laba rugi.
3. Matching Principle
Prinsip dasar pemadanan atau penandingan (matching)
menjelaskan masalah pengaturan pembebanan biaya
pada periode yang sama dengan periode pengakuan
hasil, sehingga hasil akan diakui pada periode menurut
prinsip dasar pengakuan hasil, sehingga hasil akan
diakui pada periode menurut prinsip dasar pengakuan
hasil, sedangkan biaya dibebankan sesuai periode
tersebut.
4. Objectivity Principle
Masalah objektivitas (objectivity) mempunyai
penafsiran yang berbeda. sebagai contoh objektivitas
sebagai realitas yang disampaikan pihak ketiga
independen (misalnya laporan rekening koran dari
bank), objektivitas dianggap sebagai hasil konsensus
kelompok yang mengukur ataupun objektivitas diukur
dengan penentuan batas atau limit tertentu.
5. Consistency Principle
Pada prinsip konsistensi (consistency principle) ini,
prosedur dan prinsip akuntansi yang sama harus
diterapkan dalam periode yang bersangkutan, sehingga
peristiwa ekonomis yang sejenis akan dicatat dan
dilaporkan secara konsisten sehingga laporan keuangan
akan dapat diperbandingkan
6. Disclosure Principle

P a g e 31 | 47
Prinsip ini mengharuskan laporan keuangan dibentuk
dan disajikan dari peristiwa ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan dalam suatu periode.
Laporan keuangan diharapkan cukup informatif
sehingga para pengguna laporan keuangan dapat
memperoleh manfaat dari informasi keuangan tersebut.
Penyajian laporan keuangan tersebut haruslah lengkap,
jujur, dan memadai, mencakup informasi minimal yang
memang harus disajikan
7. Conservatism Principle
Prinsip ini merupakan prinsip pengecualian. Prinsip ini
umumnya digunakan untuk hal yang sifatnya tidak
menentu atau ditengah kondisi ketidakpastian. tetapi
dengan semakin banyaknya pihak yang mengutamakan
penyajian jujur dan dapat diandalkan, dimana prinsip
ini menyajikan persediaan pada nilai terendah antara
harga perolehan dan harga pasar (Lower of Cost
Market-LOCOM) yang bertentangan dengan konsep
biaya historis
8. Materiality Principle
Prinsip ini juga termasuk dalam kategori pengecualian
karena persoalan pertimbangan profesional penting,
pos-pos tertentu harus dianggap material bila
pengetahuan tertentu dianggap secara wajar
menimbulkan pengaruh bagi pengguna laporan
keuangan. menurut APB Statement No 4 prinsip
materialitas mengandung arti bahwa laporan keuangan
hanya menyangkut informasi yang dianggap penting
dalam memengaruhi penilaian
9. Uniformity and Comparability Principle
Prinsip ini menekankan pada keseragaman dan dapat
diperbandingkan, yaitu merupakan salah satu tujuan

P a g e 32 | 47
yang hendak dicapai dalam penyusunan prinsip
akuntansi.

1.17. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN


KEUANGAN FISKAL
Laporan keuangan fiskal dapat disusun dengan proses
penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap
laporan keuangan komersial. Untuk mengamankan data
historis, atas penyesuaian itu perlu diadakan pencatatan
terhadap pos-pos yang menyebabkan perbedaan sementara
(timing difference) antara ketentuan pajak dan standar
akuntansi keuangan salah satunya adalah penyusutan.
Implikasi dari aktivitas itu menunjukan adanya perangkat
“pembukuan ganda” terhadap pos-pos tertentu yang
memungkinkan adanya perbedaan antara ketentuan
perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk
mengamankan kontinuitas rekonsiliasi. Namun, karena
pembukuan itu dapat direkonsiliasi, secara yuridis fiskal
“pembukuan ganda” itu dapat dipertimbangkan.

Neraca Laporan
Dokumen Jurnal Buku Besar Percobaan
keuangan
komersial

dicocokkan Rekonsiliasi

Buku Laporan
keuangan
tambahan
fiskal

Gambar 1. Proses Penyusunan LaporanPKeuangan


a g e 33 | 47
Fiskal
1.18. AKUN-AKUN AKUNTANSI PAJAK
Akun-akun pada laporan keuangan fiskal yang
berkaitan dengan akuntansi pajak adalah sebagai berikut:
1. Neraca
a) Sisi Aset, terdapat nama-nama akun sebagai berikut:
1) Pajak Dibayar di Muka (Prepaid Tax)
Pajak dibayar dimuka biasa disajikan sebagai
Biaya Dibayar di Muka (Prepaid Expense)
dalam asset lancar. Pajak dibayar di muka dapat
terdiri dari:
a) PPh 22, PPh 23, PPh 24, PPh 25, PPh 28A.
b) Fiskal Luar Negeri.
c) PPN Masukan.
2) Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset)
Aset pajak tangguhan disajikan dalam asset
lain-lain.
b) Sisi Kewajiban, terdapat nama-nama akun sebagai
berikut:
Utang Pajak (Tax Payable) yang terdiri dari:
a) PPh 21, PPh 23, PPh 26, PPh 29.
b) PPN Keluaran.

2. Laporan Laba/Rugi
a) Beban PPh (income tax expense).
b) Penghasilan Pajak Tangguhan (deferred tax income)
c) Beban Pajak Tangguhan (deferred tax expense)
d) Pajak Bumi dan Bangunan, PPN Masukan yang
tidak dapat dikreditkan, dan Bea Materai dicatat
sebagai Beban Operasional (Operational expexse).

P a g e 34 | 47
1.19. SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN
Berikut adalah contoh soal tentang pengantar
akuntansi perpajakan. Silahkan saudara jawab pertanyaan
secara benar dan singkat.
1. Dimanakah obyek pajak final diatur?
2. Apa tujuan utama menyusun laporan keuangan
fiskal?
Jawaban:
1. Obyek pajak final diatur pada UU Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat 2 dimana obyek didasarkan pada
penghasilan bruto Wajib Pajak, bersifat final dan
besarnya pajak 20%
2. Tujuan utama penyusunan laporan keuangan fiskal
adalah sebagai dasar penentuan pajak terutang

SOAL LATIHAN
Silahkan dijawab pertanyaan berikut secara benar dan
singkat
1. Apa kriteria yang harus dipenuhi untuk kriteria subyek
pajak dalam negeri?
2. Apakah subyek pajak luar negeri harus memiliki
NPWP?
3. Sebutkan 5 (lima) hal yang tergolong obyek pajak final
4. Harta hibahan yang diterima wajib pajak dapat
dikecualikan dari pengenaan pajak. Sebutkan
persyaratan harta hibahan dapat dikecualikan dari
pengenaan pajak.
5. Berapakah tarif pajak final yang dikenakan untuk
UMKM? Dan kapan berlakunya?
6. Sebutkan bentuk usaha dan jenis usaha yang banyak
dijalankan oleh UMKM

P a g e 35 | 47
7. Menurut pendapat saudara, mengapa keberadaan
UMKM menjadi penting di Indonesia?
8. Apa yang menjadi penyebab belum terselenggaranya
pencatatan akuntansi yang baik bagi UMKM di
Indonesia?
9. Menurut pendapat saudara mengapa akuntansi penting
bagi usaha yang dijalankan oleh UMKM?
10. Apakah menjadi keharusan bagi UMKM untuk
menyusun laporan keuangan?
11. Adakah standar akuntansi yang mengatur tentang
UMKM? dan adakah peraturan perpajakan yang
mengatur tentang pajak UMKM?
12. Bagaimana Perkembangan UMKM di Indonesia pada
saat in? Kaitkanlah dengan perpajakan.
13. Kapan disusun laporan keuangan fiskal bagi
perusahaan?
14. Siapa saja yang memiliki kewajiban menyusun
pembukuan menurut ketentuan perpajakan?
15. Apa saja persyaratan utama penyelenggaraan
pembukuan menurut ketentuan perpajakan?
16. Siapa sajakah yang boleh menggunakan Aturan PP No
23 Tahun 2018?
17. Salah satu ciri utama laporan keuangan fiskal
berkualitas adalah relevan Jelaskan pernyataan tersebut.
18. Salah satu prinsip dasar akuntansi pajak adalah Cost
Principle. Jelaskan pernyataan tersebut.
19. Ketika laporan keuangan perusahaan tidak sesuai
dengan ketentuan perpajakan, apa yang akan dilakukan
wajib pajak?
20. Ketika wajib pajak membayar gaji karyawan
Rp 100.000.000 yang dipotong pph Pasal 21 sebesar
Rp 5.000.000, maka atas transaksi PPH Pasal 21 tersebut
dicatat sebagai ...............

P a g e 36 | 47
Bab 2
Akuntansi Pajak Atas Kas dan Setara
Kas
Standar Kompetensi:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar hukum


perpajakan terkait transaksi kas dan setara kas
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan
komponen kas dan setara kas
3. Mahasiswa mampu memahami perlakuan
akuntansi kas dan setara kas
4. Mahasiswa mampu memahami perlakuan
akuntansi perpajakan kas dan setara kas
5. Mahasiswa mampu melakukan pencatatan
akuntansi perpajakan atas transaksi kas dan setara
kas

2.1. DASAR HUKUM


Dasar hukum diatur dalam UU PPh pasal 4 ayat (2)
UU dimana pengenaan pajaknya bersifat final, apabila
penerima penghasilan adalah:
1. Sebesar 20% dari jumlah bruto dan bersifat final,
apabila penerima penghasilan adalah WP dalam negeri
dalam Bentuk Usaha Tetap, dan
2. Sebesar 20% dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
dan bersifat final apabila penerima penghasilan adalah
WP luar negeri.

P a g e 37 | 47
2.2. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kas dan setara kas diatur dalam PSAK No. 2 tahun
2014 yang berisikan tentang: kas terdiri atas saldo kas (cash
on hand) dan rekening giro (demand deposits). Setara kas
(cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat
likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan
memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Setara
Kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek,
bukan untuk investasi atau tujuan lain. Suatu investasi pada
umumnya memenuhi syarat sebagai setara kas, hanya jika
akan segera jatuh tempo dalam waktu, misalnya tiga bukan
atau kurang sejak tanggal perolehannya. Investasi dalam
bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi
investasi saham tersebut adalah setara kas, misalnya saham
preferen yang dibeli dan akan segera jatuh tempo serta
tanggal penebusan (redemtion date) telah ditentukan.

2.2.1. Kas di Bank


Untuk pengendalian, kas dapat disimpan di bank
dalam bentuk simpanan giro. Jika hal ini terjadi maka
masing-masing fihak yaitu perusahaan (nasabah) dan bank
akan melakukan pencatatan atas saldo dan perubahan dari
saldo kas tersebut. Perusahaan melakukan pencatatan atas
uang yang disimpan di bank di perkiraan (akun) cash atau
cash in bank. Selanjutnya berdasarkan catatan bank, secara
berkala bank biasanya mengirimkan laporan ke nasabah
yang lazim disebut rekening koran (bank statement). Dengan
demikian dapat dilakukan perbandingan antara data menurut
perusahaan dengan informasi yang dilaporkan bank.
Rekonsiliasi adalah tindakan membandingkan dua
data untuk mencari kesesuaiannya. Jika rekening koran bank
tersebut dibandingkan dengan catatan perusahaan,

P a g e 38 | 47
kemungkinan ada perbedaan yang dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
a. Transaksi sudah dicatat oleh perusahaan, tetapi
belum dilaporkan oleh bank, seperti:
1) Setoran dalam perjalanan (deposit in transit), yaitu
setoran yang dilakukan oleh perusahaan (biasanya
pada akhir suatu periode yang dicakup oleh rekening
koran) dan uang setoran tersebut telah diterima oleh
bank tetapi belum masuk dalam rekening koran
bank karena rekening koran bank dibuat mendahului
setoran tersebut.
2) Cek yang masih beredar (outstanding check), yaitu
cek yang sudah dibuat dan diserahkan oleh
perusahaan kepada penerima tetapi sampai akhir
periode cek tersebut belum diuangkan di bank.
Akibatnya perusahaan telah mencatat pengeluaran
tetapi bank belum.
b. Transaksi sudah dilaporkan di rekening koran bank,
tetapi belum dicatat oleh perusahaan, seperti:
1) Biaya bank, yang dibebankan kepada nasabah
dengan cara langsung mengurangi saldo simpanan
nasabah. Nasabah biasanya baru mengetahui hal itu
pada saat menerima rekening koran.
2) Penerimaan tagihan oleh bank, jika bank telah
menerima uang dari pelanggan perusahaan,
kadangkala bank memberi tahu hal tersebut
bersamaan dengan rekening koran.

2.2.2. Kas Kecil


Dana Kas Kecil adalah kas yang disediakan untuk
membayar pengeluaran kecil. Terdapat dua metode
pencatatan atas dana kas kecil yaitu:

P a g e 39 | 47
a. Metode Saldo Tetap (Imprest Fund Method)
Jika metode ini yang digunakan, maka di dalam buku
besar disediakan satu rekening untuk
mempertanggungjawabkan dana kas kecil. Saldo
rekening ini tetap jumlahnya. Oleh karena itu jika ada
pengeluaran kas kecil pengeluaran ini tidak dibuat
jurnal. Jurnal pengeluaran dilakukan pada saat
pengisian kembali (replenishment) yang biasanya
dilakukan dengan menerbitkan cek sesuai bukti-bukti
pengeluaran dari petugas kas kecil.
b. Metode Saldo Berfluktuasi (Fluctuation Method)
Jika metode ini yang digunakan, maka di dalam buku
besar disediakan satu rekening untuk
mempertanggungjawabkan dana kas kecil. Petugas kas
kecil membuat catatan atas kas kecil. Untuk membuat
jurnal dianalisis dengan seksama transaksi yang
berkaitan dengan kas kecil. Pada hakikatnya hanya ada
dua transaksi yaitu: (1) transaksi yang menambah Kas
Kecil, dan (2) transaksi yang mengurangi Kas Kecil.

2.3. KEBIJAKAN PERPAJAKAN


Perlakuan kas dan bank tidak diatur sendiri dalam
Undang-undang Pajak, sehingga dalam pengertian kas dan
bank juga mengikuti kentuan ketentuan akuntansi komersial
yang tidak termasuk dalam kategori kas. Kas dan setara kas
diatur dalam UU PPh pasal 4 ayat (2) dimana pengenaan
pajaknya bersifat final. Contoh kas dan setara kas yaitu
deposito dan tabungan adalah deposito dan tabungan.
Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito dan
"deposit on call" baik dalam mata uang rupiah maupun
dalam mata uang asing (valuta asing) yang ditempatkan pada
atau diterbitkan oleh bank. Tabungan adalah simpanan pada

P a g e 40 | 47
bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang
penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh masing-masing bank.
Pemotong dalam transaksi deposito dan tabungan ini
adalah Bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia, Cabang bank luar negeri di Indonesia, Bank
Indonesia. Tarif yang dikenakan saat pemotongan pajak
sebesar:
1. Untuk WPDN dan BUT : 20% dari jumlah bruto,
2. Untuk WPLN: 20% dari jumlah bruto atau dengan
tarif berdasarkan P3B yang berlaku

2.4. PERLAKUAN AKUNTANSI PERPAJAKAN


Pengakuan kas masuk pada akun kas dan setara kas
adalah pada saat terjadi penerimaan. Pengakuan kas keluar
adalah pada saat terjadi pengeluaran, sedangkan pencatatan
saldo kas dan setara kas disesuaikan dengan fisik kas dan
setara kas per tanggal laporan. Kas dan setara kas dinilai
sebesar nilai yang diterima dan dikeluarkan. Untuk saldo kas
dinilai sesuai dengan jumlah fisik kas dan setara kas per
tanggal laporan.
Metode imprest fund merupakan metode yang
digunakan dalam akuntansi perpajakan untuk mencatat
penggunaan kas kecil
a. Misalkan perusahaan membentuk dana kas kecil dan
menyerahkan sebuah cek nominal Rp. 500.000,-
kepada petugas akuntansi khusus yang menangani kas
kecil. Jurnal yang dibuat adalah:

(D) Kas kecil Rp. 500.000,-


(K) Kas Rp. 500.000
b. Petugas kas kecil mengeluarkan kas kecil untuk
membeli supplies kantor Rp. 200.000,-, membayar

P a g e 41 | 47
ongkos angkut barang yang dibeli Rp. 150.000,- serta
biaya lain-lain Rp.75.000,- petugas akan menerima
bukti-bukti pengeluaran. Transaksi ini dicatat dalam
catatan petugas tetapi tidak dalam bentuk jurnal.
c. Karena uang hampir habis maka petugas kas kecil
menyerahkan bukti-bukti pengeluaran sebesar Rp.
425.000,- ke bagian keuangan, kemudian petugas
menerima cek sebesar Rp 425.000,-. Tindakan ini
disebut pengisian kembali (replenishment). Jurnal
yang dibuat:
(D) Supplies kantor Rp. 200.000,-
(D) Beban angkut Rp. 150.000,-
(D) Beban lain-lain Rp. 75.000,-
(K) Kas Rp. 425.000,-
d. Pada akhir tahun petugas kas kecil mengeluarkan kas
untuk biaya lain-lain sebesar Rp 50.000,-, namun
belum diisi kembali, maka dibuat jurnal penyesuaian
oleh bagian akuntansi sebagai berikut:
(D) Beban lain-lain Rp. 50.000,-
(K) Kas kecil Rp. 50.000,-

Transaksi yang berkaitan dengan kas kecil tampak


tidak ada aspek perpajakannya karena transaksi tersebut
dicatat secara cash basis dan tidak diatur di dalam ketentuan
perpajakan. Namun, yang terkait dengan dengan setara kas
masih dimungkinkan aspek perpajakannya.
Contoh: Tuan Achmad memiliki deposito senilai Rp.
200.000.000,- pada Bank Nusantara, untuk masa 6 bulan,
bunga 8% per tahun terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2021.

P a g e 42 | 47
1 Oktober 2021 Deposito Rp. 200.000.000,-
Kas di Bank Rp. 200.000.000,-
31 Desember 2021 Piutang Bunga Rp. 4.000.000,-
Penghasilan Bunga Rp. 4.000.000,-
1 Januari 2022 Penghasilan Bunga Rp. 4.000.000,-
Piutang Bunga Rp. 4.000.000,-
31 Maret 2022 Kas di Bank Rp. 206.400.000,-
PPh Pasal 4 (2) Rp. 1.600.000,-
Deposito Rp. 200.000.000,-
Penghasilan Bunga Rp. 8.000.000,-

2.5. SOAL LATIHAN DAN PENYELESAIAN


PT. Abimanyu menyimpan dananya di Bank ABC senilai
Rp. 500.000.000 dengan jangka waktu 3 bulan, bunga yang
ditetapkan 12% per tahun. Buat ayat jurnal dari sisi PT.
Abimanyu dan Bank ABC
Jawab:

Uraian Wajib Pajak Bank


Penyimpanan Deposito 500.000.000 Kas Teller 500.000.000
dana Kas di Bank 500.000.000 Deposito 500.000.000

Penerimaan Kas di Bank 12.000.000 Beban bunga 15.000.000


bunga PPh 4 (2) 3.000.000 PPh 4 (2) 3.000.000
Penghasilan 15.000.000 Kas Teller 12.000.000
Pengambilan Kas di Bank 500.000.000 Deposito 500.000.000
dana Deposito 500.000.000 Kas Teller 500.000.000

P a g e 43 | 47
SOAL LATIHAN
Latihan Teori
1. Sebutkan 2 (dua) metode pencatatan kas menurut
Akuntansi.
2. Jelaskan perbedaan kedua metode pencatatan kas?
3. Sebutkan apa saja yang tidak termasuk dalam kas
menurut Akuntansi?
4. Dasar akuntansi manakah yang diperkenankan menurut
Perpajakan?
5. Metode pencatatan manakah yang diperkenankan
digunakan untuk mencatat transaksi kas kecil dalam
akuntansi perpajakan?
6. Bila perusahaan melakukan transaksi atas deposito,
bagaimana aspek perpajakannya?
7. Transaksi pengeluaran kas atas pembayaran yang
dilakukan oleh kasir kas kecil apakah ada pengenaan
pajak?
8. Pajak yang dikenakan atas deposito dikenakan pajak
final. Jelaskan pernyataan tersebut.
9. Perusahaan menanamkan dananya dalam bentuk
deposito berjangka selama 3 bulan, bunga 10% dimana
dananya sebesar Rp. 50.000.000,-. Bagaimana ayat
jurnal atas transaksi tersebut pada tanggal pembayaran
bunga?
10. Perusahaan melakukan pembayaran listrik air sebesar
Rp. 1.000.000,-. Bagaimana ayat jurnal atas transaksi
tersebut?

Soal Latihan Praktika

Soal 1
PT. BANG TOYIB pada tanggal 1 Maret 2021 menentukan
dana kas kecil sebesar Rp 5.000.000 dengan menggunakan

P a g e 44 | 47
Imprest Fund Method. Pengisian kembali kas kecil
dilakukan Setiap Tanggal 15. Transaksi-transaksi
pengeluaran yang terjadi dan menggunakan kas kecil sampai
dengan tanggal 15 Maret 2018 dengan rincian sebagai
berikut :
04 Maret Pembelian Materai Rp 300.000
05 Maret Pembelian Perlengkapan Kantor Rp
1.000.000
07 Maret Pembayaran Listrik Kantor Rp 1.500.000
dan PDAM sebesar Rp 1.200.000
13 Maret Biaya iklan Sebesar Rp 1.000.000
15 Maret Dilakukan Pengisian Kembali Kas Kecil
Buatlah jurnal atas transaksi di atas, pada saat pembentukan,
pengeluaran, dan pengisian kembali kas kecil.

Soal 2
PT. OLIN adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Pada Tanggal 01 Juni 2021, PT OLIN membentuk dana kas
kecil sebesar Rp 2.000.000 dan akan dilakukan pengisian
kembali setiap tanggal 10. Berikut ini adalah rinciaan
transaksi perusahaan :
03 Juni Pembelian Bahan Bakar Kendaraan
Operasional Rp 300.000
05 Juni Biaya Listrik Rp 1.000.000
07 Juni Biaya Konsumsi Rapat Rp 350.000
08 Juni Biaya Fotocopy Rp 100.000
09 Juni Pembelian Alat Tulis Kantor Rp 150.000
Buatlah jurnal atas transaksi di atas, pada saat pembentukan,
pengeluaran, dan pengisian kembali kas kecil dengan
menggunakan Fluctuation Method.

P a g e 45 | 47
Soal 3
PT. Akur Bersama pada tanggal 1 Desember 2021
menentukan dana kas kecil sebesar Rp 5.000.000 . Pengisian
kembali kas kecil dilakukan Setiap Tanggal 15 dan 24.
Transaksi-transaksi pengeluaran yang terjadi dan
menggunakan kas kecil sampai dengan tanggal 31 Desember
2021 dengan rincian sebagai berikut :
04 Desember Pembelian Bensin Untuk Kendaraan
Operasional Rp 300.000
05 Desember Pembelian Alat Tulis Kantor Rp 1.000.000
07 Desember Pembayaran Listrik Kantor Rp 1.500.000
dan PDAM sebesar Rp 1.200.000
13 Desember Biaya Konsumsi Rapat Sebesar Rp
1.000.000
15 Desember Dilakukan Pengisian Kembali Kas Kecil
19 Desember Pembayaran telepon dan internet sebesar
Rp 1.500.000
20 Desember Pembayaran langganan surat kabar dan
majalah sebesar Rp 500.000
28 Desember Biaya Iklan di Koran sebesar Rp 750.000
30 Desember Biaya Fotocopy sebesar Rp 250.000
31 Desember Dilakukan Pengisian kembali kas kecil
Buatlah jurnal atas transaksi di atas, pada saat pembentukan,
pengeluaran, dan pengisian kembali kas kecil, jurnal
penyesuaian dan jurnal pembalik dengan metode:
a. Imprest Fund Method
b. Fluctuation Method

Soal 4
PT. OLIN juga memiliki beberapa simpanan di bank.
Berikut uraian simpanan di bank:
a. Pada Tanggal 17 Januari 2020 Andika menyimpan
uang di Bank Perbanas dalam bentuk deposito sebesar

P a g e 46 | 47
Rp 150.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun.
Bunga dibayarkan setiap tanggal 1 Marey dan 1
September. Buatlah ayat jurnal dengan
mempertimbangkan aspek perpajakan (Gross
Method).
b. Perusahaan juga memiliki simpanan tabungan sebesar
Rp. 750.000.000 per 30 Juni 2020, bunga 10%.
Buatlah ayat jurnal dengan mempertimbangkan aspek
perpajakan.

Soal 5
Hitunglah besarnya pajak yang terutang dan buatlah ayat
jurnalnya dengan mempertimbangkan aspek perpajakannya.
a. Pada tanggal 5 Januari 2021 mendapatkan bunga
tabungan sebesar Rp. 10.000.000,-
b. Pada tanggal 1 Agustus 2021 perusahaan
mendepositokan uangnya dengan jangka waktu 3 bulan
kepada beberapa bank antara lain :
PT. Bank Negara Indonesia Rp 10.000.000
PT. Bank Central Asia Rp 15.000.000
PT. Bank Mandiri Rp 25.000.000
PT. Bank Rakyat Indonesia Rp 12.500.000
Total Rp 62.500.000
Keterangan :
Tingkat Bunga Bank Mandiri 12%
Tingkat Bungan BRI 10%
Tingkat Bunga BCA 10%
Tingkat Bunga BNI 9%

P a g e 47 | 47

Anda mungkin juga menyukai