Anda di halaman 1dari 1

Kemoterapi adalah pilihan pengobatan yang paling direkomendasi untuk pengobatan kanker pada

stadium lanjut. Kemoterapi adalah cara pengobatan kanker dengan menggunakan zat antikanker
atau obat-obatan yang dianggap sitostatika. Sitostatika dapat mengganggu pertumbuhan atau
membunuh sel kanker baik di tempat utama (tempat asal sel kanker), maupun di daerah lain.
Kemoterapi dapat menjadi bentuk terapi definitif serta terapi radiasi adjuvant atau pembedaan.
Tujuan kemoterapi adalah untuk mengurangi tanda-tanda kanker dan meningkatkan kualitas hidup
dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih lama. Tujuan kemoterapi dibagi menjadi tiga yaitu
pengobatan, kontrol, dan perawatan paliatif.

Tindakan kemoterapi yang ditargetkan tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, tetapi juga
mempengaruhi sel-sel normal. Oleh karena itu, efek berdasarkan sitostatika dapat meningkatkan
stres oksidatif sehingga mendukung peradangan. Sel-sel tubuh mitosis yang cepat seperti sumsum
tulang, folikel rambut dan mukosa gastrointestinal adalah sel yang paling terpengaruh. Efek yang
dialami pengobatan kemoterapi antara lain gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah, diare,
konstipasi, perubahan indera perasa, kehilangan nafsu makan, dan efek psikologis atau gangguan
emosional seperti stres, depresi, cemas, putus asa, dan marah. Tingkat keparahan efek samping
kemoterapi tergantung pada agen tertentu, dosis, lama pengobatan, obat yang digunakan, respon
individu, dan status kesehatan saat ini.

Efek samping seperti mual dan muntah hampir dialami lebih dari 30% pasien kemoterapi dan hal ini
lebih jauh menyebabkan kecemasan dan ketidakefektifan terapi yang sering menimbulkan
ketegangan secara fisilk dan psikis pada pasien.Mual muntah akibat kemoterapi tidak selalu sama
antar individu, tergantung pada jenis obat dan dosis kemoterapi yang diberikan. Berdasarkan potensi
emetiknya, agen kemoterapi tersebut memiliki potensi emetik mulai dari emetik rendah sampai
emetik tinggi, maka akan menyebabkan mual muntah yang hebat dan apabila seseorang
mendapatkan kemoterapi dengan emetik rendah maka gejala mual muntah yang akan menjadi
relatif ringan.Mual muntah telah dilaporkan terjadi pada sekitar 57% pasien kanker yang mengalami
kemoterapi.

Selain itu, berdasarkan Caesandra dan Adiningsih (2015), dijelaskan bahwa seseorang yang divonis
kanker dan menjalani pengobatan berupa kemoterapi akan mengalami gangguan psikologis berupa
ketakutan, kecemasan, dan stres yang merangsang hormon katekolamin, yang merupakan hormon
yang dapat menurunkan nafsu makan. Berbagai gangguan psikologis tersebut mengakibatkan respon
fisik dalam tubuh seperti tubuh gemetar, panas, berkeringat, lelah, atau pusing di kepala.

Hal ini dapat menyebabkan penderita kanker mengalami kasus gizi berupa penurunan status gizi
yang dapat menyebabkan kekurangan gizi. Oleh karena itu, asupan makanan dan status gizi
terutama kpndisi gizi buruk pada pasien kanker sangat berpengaruh. Nutrisi merupakan bagian
penting dalam hal asupan terbaik, baik pada pasien yang sedang menjalani terapi, dan pemulihan
dari terapi, dalam keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan. Kebutuhan nutrisi pada
pasien kanker akan lebih tinggi karena perubahan dalam metabolisme yang drastis. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan zat gizi makro sangat penting sebagai sumber energi bagi pasien agar tidak
terjadi malnutrisi dan zat gizi mikro terutama antioksidan sangat penting untuk mencegah
perkembangan sel kanker, serta untuk pasca kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai