Anda di halaman 1dari 114

SUPREME

SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA

Rekan-rekan dan insan PERTAMINA yang saya hormati


dan banggakan,
Sebagaimana kita sadari bersama, bahwa PERTAMINA
yang telah tumbuh sebagai perusahaan penyedia energi,
yang terus berkembang dalam sekala volume, diversifikasi
sumber energi dan kompleksitas pelayanan, maka Sistem
Manajemen Risiko Keselamatan, Kesehatan, Keamanan,
Sosial dan Lingkungan (HSSE) menjadi salah satu pilar
yang utama sebagai “core value” dari Perusahaan di dalam
menjalankan bisnisnya. Kita beroperasi dalam lingkungan yang terpapar
bahaya dan resiko setiap hari, dan oleh karena itu adalah penting bahwa
pendekatan kita untuk pengembangan bisnis yang berkelanjutan dan
manajemen resiko bergantung pada komitmen kepemimpinan kita untuk
bertindak secara bertanggung jawab dan proaktif tentang pengurangan
dampak kesehatan, keselamatan, keamanan, sosial dan lingkungan dari
kegiatan operasi Perusahaan.
SUPREME (Sustainability Pertamina Expectations for HSSE Management
Excellence) menjadi penting dalam perjalanan PERTAMINA menjadi
Perusahaan kelas dunia yang harus memastikan sustainabilitas dalam
berbisnis berdasarkan kaidah-kaidah praktek aspek HSSE yang baik.
Sekaligus SUPREME akan menjadi “HSSE Corporate Way Identity”. Hal ini
sesuai dengan komitmen Pertamina untuk berjalan seiring dengan
pertumbuhan kesejahteraan manusia dan perlindungan alam, karena
pertumbuhan yang seimbang antara people, planet, dan profit yang
merupakan awal aspirasi Pertamina menjadi “Perusahaan Energi Kelas
Dunia”. Hal ini sekaligus juga menunjukkan Corporate Sustainability &
Responsibility dari PERTAMINA yang secara konsisten menciptakan nilai
bersama dalam masyarakat melalui pembangunan ekonomi, tata kelola
yang baik, dialog harmonis dengan pemangku kepentingan dan pelestarian
lingkungan.
Pedoman Sistem Manajemen HSSE ini telah dirancang untuk memberi
Anda, sebagai pemimpin dan insan Pertamina, dengan dukungan dari Kami
(Direktur Utama dan jajaran Direksi yang lainnya) yang diperlukan dalam

i
SUPREME

menjalankan dan menanamkan nilai-nilai HSSE di seluruh organisasi di PT


Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan.
Sistem Manajemen Resiko HSSE dan implementasinya secara konsisten
dan persisten, serta mempunyai daya dorong mandiri untuk berkemampuan
menjadi pembelajar dan perbaikan terus menerus dalam mempraktekan
aspek HSSE kita sebagai budaya kerja yang profesional dan juga dalam
kehidupan pribadi dan sosial sehari-hari (beyond culture) di semua tingkat
unit operasi di lingkungan PT Pertamina (Persero) dan Anak Perusahaan
akan mempercepat tumbuhnya budaya “Generative” di PERTAMINA.
Pedoman ini juga memungkinkan semua pemimpin untuk
mendemonstrasikan sikap kepemimpinannya yang diharapkan
PERTAMINA untuk dapat menciptakan dan memperkuat budaya HSSE di
Unit Operasi/ Anak Perusahaan dengan cara melaksanakan pedoman
secara konsisten dan berkesinambungan.
Kami, seluruh Jajaran Manajemen PERTAMINA, berkomitmen mendorong
semua level pekerja untuk memberi masukan / inovasi program penerapan
Pedoman Sistem Manajemen HSSE – SUPREME secara efektif dan efisien
disesuaikan dengan kondisi di wilayah operasi masing-masing.
Terima kasih atas dukungan dan komitmen Anda di dalam menjalankan
Sistem Manajemen HSSE PERTAMINA – SUPREME ini sehingga tercipta
lingkungan kerja yang selamat, aman dan PERTAMINA sukses menapaki
menuju Perusahaan Hijau dan penyedia energi bersih.

Jakarta, 30 November 2018


Direktur Utama

Nicke Widyawati

ii
DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA .......................................................................... i


SURAT KEPUTUSAN SUPREME ....................................................................... iv
A. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
B. PROSES BISNIS DAN EKSPEKTASI ............................................................ 9
1. KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS .................................................. 9
2. KEBIJAKAN DAN SASARAN .................................................................... 12
3. ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB, SUMBER DAYA, DAN
DOKUMEN .................................................................................................... 14
4. MANAJEMEN RISIKO ................................................................................ 17
5. PERENCANAAN DAN PROSEDUR ........................................................ 21
6. IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN OPERASIONAL ................... 26
7. JAMINAN : PEMANTAUAN, PENGUKURAN dan AUDIT .................... 31
8. TINJAUAN..................................................................................................... 35
LAMPIRAN .................................................................................................................
SUPREME

SURAT KEPUTUSAN SUPREME

iv
SUPREME

v
SUPREME

A. PENDAHULUAN

SUPREME (Sustainability Pertamina Expectations For HSSE Management


Excellence) merupakan Sistem Manajemen untuk mengintegrasikan
praktik-praktik HSSE terbaik/ kelas dunia secara terstruktur dan sistematis
pada tingkat Korporat, Direktorat, Unit Operasi, dan Anak Perusahaan
Pertamina, serta memastikan bahwa praktik-praktik HSSE tersebut
memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan bisnis secara keseluruhan,
mengelola risiko yang terkait dengan bisnis, dan menetapkan serta
mencapai target bisnis, HSSE, dan target Pertamina lainnya (KPI, sasaran,
dan/atau target lainnya).
Sistem Manajemen HSSE (SUPREME)
mendefinisikan prinsip-prinsip PT
Pertamina (Persero) dan Anak
Perusahaan dalam mejalankan
operasinya secara aman dan
memenuhi kaidah-kaidah HSSE di
seluruh dunia dengan menerapkan
secara konsisten dan
berkesinambungan.
Sistem Manajemen HSSE (SUPREME)
ini didasarkan pada pemenuhan
peraturan perundangan yang berlaku
seperti SMK3, SMP Perkap 24/ 2007,
dan Proper KLHK serta standar sistem
manajemen internasional seperti ISO 9001, ISO 14001, ISO 26000, ISO
27001, ISO 28000, ISO 31000, ISO 39001, ISO 45001, ISO 50001, dan
standar lainnya.
Selain itu, Manajemen Keselamatan Proses juga menjadi dasar dari Sistem
Manajemen HSSE ini (SUPREME) untuk memastikan pemahaman yang
lebih dalam tentang kondisi dan persyaratan HSSE secara keseluruhan di
perusahaan yang beroperasi tingkat nasional maupun internasional.
Dokumen ini menggantikan Pedoman Sistem Manajemen HSSE Pertamina
versi sebelumnya (A–001/I00200/2011–S0 [Rev. 2]) dan mencakup lebih
banyak persyaratan ‘Kelas Dunia’ untuk pengelolaan aspek HSSE,

1
SUPREME

termasuk hal-hal mengenai keberlanjutan, melalui perbaikan berkelanjutan


terhadap dokumen yang telah ada dengan menggunakan pendekatan yang
terintegrasi, dimana aspek HSSE berkontribusi besar terhadap
keberlanjutan bisnis Pertamina.
Di dalam Pedoman ini kita menerapkan prinsip prinsip dasar yang paling
penting dari Sistem Manajemen yang mengikuti kaidah-kaidah (Plan – Do –
Check – Act/ PDCA) : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengecekan, dan
Tindakan Perbaikan.
Manajemen Pertamina mengkomunikasikan prinsip-prinsip “SUPREME”
kepada semua pekerja, pelanggan, kontraktor, dan pihak ketiga yang terkait
dengan bisnis PT Pertamina (Persero). Setiap Unit Operasi dan Anak
Perusahaan Pertamina harus memberikan bukti kepatuhan dan kesesuaian
secara proaktif dan konsisten terhadap Sistem Manajemen Risiko HSSE
yang dijalankan. Sistem Manajemen HSSE ini akan terus ditingkatkan
dengan pemeriksaan kepatuhan dan kesesuaian pada standar dan
prosedur sehari-hari pada Sistem Manajemen melalui perbaikan/ modifikasi
sistem manajemen sesuai dengan harapan PT Pertamina (Persero) dan
Anak Perusahaan.
Sistem Manajemen HSSE (SUPREME) terdiri dari 8 (delapan) proses dan
191 (seratus sembilan puluh satu) ekspektasi yang saling terkait. Delapan
proses tersebut adalah :
 PROSES 1 – KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS
 PROSES 2 – KEBIJAKAN DAN SASARAN
 PROSES 3 – ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB, SUMBER DAYA,
DAN DOKUMEN
 PROSES 4 – MANAJEMEN RISIKO
 PROSES 5 – PERENCANAAN DAN PROSEDUR
 PROSES 6 – IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN
OPERASIONAL
 PROSES 7 – JAMINAN : PEMANTAUAN, PENGUKURAN dan AUDIT
 PROSES 8 – TINJAUAN
Untuk mewujudkan hal di atas, SUPREME juga disusun sesuai dengan
struktur perbaikan berkelanjutan P–D–C–A seperti gambar di bawah ini,
termasuk semua aspek manajemen risiko yang melekat di dalamnya :

2
SUPREME

Gambar 1. Siklus P-D-C-A SUPREME


Sejalan dengan siklus P–D–C–A, struktur SUPREME, dan hirarki sistem
dokumentasi Pertamina (lihat gambar 1), maka SUPREME juga wajib
ditinjau secara berkala dan diperbarui jika perlu, sehingga secara
berkesinambungan dapat meningkatkan dan memperbarui komitmen
Pertamina terhadap kegiatan operasional yang sehat, selamat, aman, dan
ramah lingkungan bagi seluruh pemangku kepentingannya.
SUPREME disusun sesuai dengan Code of Conduct Pertamina yang
merupakan bentuk komitmen PT Pertamina (Persero) untuk bertindak
sesuai dengan hukum dan standar yang berlaku dimanapun Pertamina
beroperasi. Perilaku yang disebutkan dalam Code of Conduct berasal dari
Tata Nilai Pertamina ‘6C’ yang secara konsisten perlu dijunjung tinggi dan
diakui sebagai budaya dan etika semua karyawan serta partner Pertamina
yaitu CLEAN, COMPETITIVE, CONFIDENT, CUSTOMER FOCUSED,
COMMERCIAL, CAPABLE. Selain Tata Nilai '6C,' Strategi Pertamina
mencakup Kebudayaan HSSE dan Good Corporate Governance (GCG)
sebagai bagian dari pondasi perusahaan.

3
SUPREME

Dalam dokumen ini, konteks untuk melaksanakan suatu kegiatan dibuat


dengan berbagai tingkat penekanan dan niat. Sebagai aturan umum istilah/
bahasa yang digunakan sebagai berikut :
 ‘shall’/ ‘must’ (harus) mengindikasikan serangkaian tindakan yang
harus dilakukan setiap waktu, dengan status wajib di Pertamina, dan
merupakan good practice.
 ‘should’ (sebaiknya) mengindikasikan serangkaian tindakan yang
dipilih untuk dilakukan, dan merupakan best practice.
 ‘may’/ ‘can’ (boleh/ dapat) mengindikasikan serangkaian tindakan
yang bersifat opsional, dan/atau bersifat tambahan yang secara umum
melengkapi dan mendukung pelaksanaan kegiatan.
Untuk menerapkan SUPREME pada seluruh kegiatan Operasi Pertamina
maka diperlukan pedoman penerapan SUPREME dan perlengkapan
auditnya. Training dan program Awareness mengenai SUPREME juga
menjadi hal kunci suksesnya penerapan SUPREME di Unit Operasi dan
Anak Perusahaan. Selanjutnya penerapan ekpektasi-ekpektasi yang ada
dalam SUPREME akan distandarkan melalui pedoman dan standar lanjutan
yang diperlukan sesuai dengan ekspektasi dalam SUPREME sehingga
pada akhirnya hanya ada satu sistem manajemen HSSE di seluruh
Pertamina dan Anak Perusahaan.
Dalam penerapan SUPREME, proses audit internal dilakukan menggunakan
protokol audit SUPREME sesuai dengan standar yang menjadi rujukan.
Audit eksternal/ sertifikasi dapat dilakukan sesuai dengan ekspektasi
pemangku kepentingan (peraturan perundang-undangan, pelanggan, dan
lain-lain).
SUPREME diharapkan dapat mewujudkan kemandirian Pertamina bersama
UO/ AP dalam perbaikan berkelanjutan Manajemen Risiko HSSE dengan
memenuhi (comply) SUPREME Expectation menuju budaya HSSE generatif
(beyond culture). (Gambar 2)

4
SUPREME

Gambar 2. Audit SUPREME


Dari segi dokumentasi, SUPREME sejalan dengan Manajemen Sistem Tata
Kerja Pertamina (MSTKP) Perusahaan dengan struktur sebagai berikut :
(Gambar 3)

Gambar 3. Hirarki Sistem Dokumentasi di Pertamina

5
SUPREME

Adapun pengorganisasian penerapan SUPREME dilakukan oleh Tim Kerja


secara berjenjang dari Tingkat Korporat diturunkan ke Tingkat Direktorat
selanjutnya semua Unit Operasi dan Anak Perusahaan membangun dan
menerapkan SUPREME sesuai dengan kegiatan, jenis dan tingkat risiko
yang dimiliki. Pada tingkatan Korporat dan Direktorat dibentuk tim
Penerapan SUPREME yang bertugas untuk menentukan memastikan
langkah strategis, peta jalan dan penerapan di Unit Operasi/ Anak
Perusahaan berjalan serta memberikan/ menerbitkan pedoman yang
dibutuhkan. Sementara itu, setiap Unit Operasi dan Anak Perusahaan
harus membuat Tim Kerja untuk membangun dan atau menerapkan
SUPREME di wilayah Operasinya.
Secara garis besar struktur organisasi penerapan SUPREME sebagai
berikut: (Gambar 4)

• Kebijakan Strategis Sistem Manajemen HSSE(SUPREME)


• Roadmap Tingkat Korporat
• Pembuatan Pedoman dan Standar tingkat Korporat
• Memastikan Penerapan SUPREME di seluruh Unit Operasi/ Anak Perusahaan melalui
Korporat Direktorat

• Kebijakan Penerapan Sistem Manajemen HSSE (SUPREME) di Unit Operasi/ Anak


Perusahaan
• Roadmap Penerapan SUPREME di Unit Operasi/ Anak Perusahaan dalam Direktorat
• Pembuatan Pedoman dan Standar yang diperlukan tingkat Direktorat
Direktorat • Memastikan Penerapan SUPREME di seluruh Unit Operasi/ Anak Perusahaan

• Strategi Penerapan Sistem Manajemen HSSE (SUPREME) di Unit Operasi/ Anak


Perusahaan yang bersangkutan
• Roadmap Penerapan SUPREME di Unit Operasi/ Anak Perusahaan yang bersangkutan
Unit Operasi/ • Pembuatan TKO dan TKI yang diperlukan tingkat Unit Operasi/ Anak Perusahaan
Anak • Memastikan Penerapan SUPREME di Unit Operasi/ Anak Perusahaan yang bersangkutan
Perusahaan

Gambar 4. Struktur Organisasi Penerapan SUPREME

6
SUPREME

Organisasi penerapan SUPREME di tingkat Unit Operasi dan Anak


Perusahaan secara umum adalah sebagai berikut : (Gambar 5)

Gambar 5. Organisasi Penerapan SUPREME di Tingkat Unit Operasi


dan Anak Perusahaan
Untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen HSSE (SUPREME) maka
akan segera diterbitkan :
 Pedoman Implementasi SUPREME
 SUPREME Audit Protocol
 Continuous Performance Improvement Management Tools
 Pedoman Utama Proses Bisnis HSSE
Dalam rangka upaya perbaikan berkelanjutan, seluruh pemangku
kepentingan Pertamina didorong untuk memberikan masukan terhadap isi
dokumen ini serta mengusulkan perbaikan dan/atau materi tambahan yang
dianggap berguna untuk dimasukkan dalam versi berikutnya. Usulan
perbaikan agar disampaikan ke fungsi HSSE Pertamina di tingkat Korporat
dengan menggunakan Formulir Umpan Balik yang disediakan di bawah ini.

7
SUPREME

FORMULIR UMPAN BALIK: Dalam semangat perbaikan berkelanjutan, SUPREME


akan ditinjau secara berkala dan diperbarui jika diperlukan dengan menyertakan usulan
perbaikan yang disampaikan oleh para pelaksana. Pertamina menerima dengan
terbuka komentar dan saran Anda. Jika Anda ingin memberikan saran apapun untuk
upaya perbaikan, silahkan mengirimkan komentar Anda dengan mengisi formulir di
bawah ini ke email kantor HSSE Pertamina (Persero):
HSSE_Pertamina@Pertamina.com
Referensi/ Bab/ Nomor Saran untuk Perbaikan
Halaman SUPREME (Mengubah, Menambah, Memperbarui, Menghapus, dll.)
1. 1.
2. 2.
3. 3.

8
SUPREME

B. PROSES BISNIS DAN EKSPEKTASI

1. KEPEMIMPINAN DAN AKUNTABILITAS


Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi harus memastikan bahwa
Pemimpin di semua tingkatan harus menunjukkan kepemimpinan
yang nyata, konsisten, kuat serta menjadi contoh dalam aspek HSSE
dengan mematuhi semua aturan hukum dan persyaratan yang
berlaku, menerapkan tata nilai 6C, mengutamakan dan menghargai
aspek HSSE dan penerapan Golden Rules HSSE, serta memiliki
komitmen menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)
dan perbaikan berkelanjutan di semua aspek perusahaan.
Pemimpin harus bertanggung jawab untuk membentuk dan
mempertahankan budaya HSSE.
1.1. Pemimpin harus membuat dan menetapkan visi misi dan tata
nilai Perusahaan.
1.2. Pemimpin harus membuat dan mendokumentasikan sistem
manajemen HSSE.
1.3. Pemimpin harus harus menetapkan, menjadi panutan, dan
mempromosikan budaya HSSE excellence dan kontribusinya
terhadap keberlanjutan bisnis.
1.4. Pemimpin harus memasukkan empat aspek (keterlibatan,
visibilitas, KPI, budaya) kepemimpinan SUPREME ke dalam
uraian jabatan yang terdokumentasi.
1.5. Pemimpin harus mewujudkan Komitmen Pertamina untuk
tercapainya HSSE excellence dan keberlanjutan bisnis.
1.6. Pemimpin harus ikut terlibat dalam meninjau penerapan HSSE-
MS yang terdokumentasi secara berkala, untuk memastikan
kesesuaian, kecukupan, dan efektivitasnya.
1.7. Pemimpin harus memastikan alokasi sumber daya dan keahlian
untuk mencapai KPI HSSE.
1.8. Pemimpin harus mengikuti pelatihan yang diperlukan dan
pengembangan kompetensi kepemimpinan.
1.9. Pemimpin harus mengenali wilayah operasi untuk menyusun
prioritas perbaikan berdasarkan persyaratan hukum profil dan

9
SUPREME

tingkat resiko, Good Corporate Governance serta pemangku


kepentingan.
1.10. Pimpinan harus terlihat dalam melakukan berbagai kegiatan
walk-the-talk/ talk-the-walk.
1.11. Pemimpin berpartisipasi dalam kegiatan HSSE dan
keberlanjutan bisnis (misalnya, management tour, pelatihan,
observasi tugas/ tingkah laku, pemberian penghargaan/
mentoring, seminar dan workshop dengan kontraktor dan
asosiasi industri, investigasi kejadian, audit/ penilaian, kegiatan
pengembangan masyarakat, dan lain-lain.
1.12. Pemimpin mengutamakan aspek HSSE dan keberlanjutan bisnis
dalam agenda rapat dan proses pengambilan keputusan.
1.13. Pemimpin berpartisipasi dalam performance dialogue dan
tinjauan kinerja terkait KPI, rencana bisnis, sasaran, tujuan,
dan/atau target.
1.14. Meminta pendapat pihak internal dan eksternal tentang aspek
HSSE dan keberlanjutan bisnis, serta menggunakan nya secara
tepat.
1.15. Mengidentifikasi dan menilai pencapaian individu dan kelompok
pengembangan dan peningkatan perilaku serta perbaikan
budaya HSSE.
1.16. Organisasi harus menyusun RJPP yang mencakup kinerja HSSE
dan aset serta memastikan bahwa KPI (tujuan, sasaran, dan
target) diciptakan agar keterlibatan dan visibilitas tercipta dengan
mengembangkan dan mendiskusikan KPI HSSE dan bisnis yang
bersifat leading dan lagging bersama pekerja dan kontraktor.
1.17. Pemimpin memastikan para pekerja memiliki KPI HSSE dan
bisnis yang seimbang antara leading indicator dan lagging.
1.18. Pemimpin menerapkan proses pengelolaan penghargaan dan
konsekuensi secara adil.
1.19. Pemimpin harus harus menetapkan, mempromosikan dan
menjadi panutan budaya HSSE excellence dan kontribusinya
terhadap keberlanjutan bisnis.
1.20. Pemimpin harus mengidentifikasi, meyakinkan pemenuhan dan
mengkomunikasikan semua peraturan hukum dan persyaratan

10
SUPREME

lainnya yang berlaku bagi perusahan, unit operasi dan/atau anak


perusahaan (Lihat Proses 2).
1.21. Pemimpin harus menerapkan tata nilai 6C Pertamina.
1.22. Pemimpin harus memotivasi secara terus menerus perbaikan
aspek HSSE dan keberlanjutan bisnis secara perorangan,
kelompok, lokasi kerja, dan/atau perusahaan.
1.23. Pemimpin harus membagi tanggung jawab dan diterimanya
akuntabilitas individu terhadap kinerja HSSE dan keberlanjutan
bisnis.
1.24. Pemimpin harus berpartisipasi dan melibatkan semua pekerja
dalam pengembangan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan
perbaikan berkelanjutan Sistem Manajemen HSSE (SUPREME).
1.25. Pemimpin harus terlibat dalam mengintervensi, memperkuat, dan
menghargai perilaku yang berkontribusi pada HSSE excellence
dan keberlanjutan bisnis.
1.26. Pemimpin harus meyakinkan penerapan HSSE Golden Rules
oleh semua pekerja dengan semangat No Blame Culture dan
penerapan Pertamina Life Saving Rules.
1.27. Pemimpin harus menciptakan suatu organisasi yang terbuka,
transparan, dan jujur dalam segala aspek HSSE.
1.28. Organisasi harus mengidentifikasi pemangku kepentingan utama
(key stakeholder) dan mengelola secara sesuai, cukup dan
efektif.
1.29. Organisasi harus membuat proses bisnis dan menentukan
pengengelolaan proses bisnis tersebut.
1.30. Organisasi harus menetapkan risiko bisnis dan mengelolanya.

11
SUPREME

2. KEBIJAKAN DAN SASARAN


Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi Perusahaan harus membuat,
menetapkan kebijakan HSSE yang ditandatangani oleh Pimpinan
Tertingginya yang mengacu kepada Misi, Visi, Tata nilai 6C Pertamina
yang bertujuan untuk mencapai zero incidents dalam hal kesehatan,
keamanan, lingkungan hidup dan berkelanjutan bisnis serta untuk
aspek kerusakan aset, pelanggaran hukum, dan reputasi.
Pemimpin harus membuat sasaran HSSE serta
mengkomunikasikannya ke seluruh pekerja dan kontraktor serta
pemangku kepentingan yang relevan.
2.1. Pemimpin harus menetapkan dan menandatangani kebijakan
HSSE berdasarkan kebijakan HSSE tingkat korporat.
2.2. Pemimpin harus meyakinkan bahwa kebijakan HSSE mencakup
komitmen untuk memenuhi atau melampaui (beyond
compliance) semua peraturan hukum dan sejalan dengan
standar internasional, best practices yang berlaku bagi
perusahaan dan sesuai dengan prinsip keberlanjutan
(sustainability).
2.3. Pemimpin harus meyakinkan bahwa kebijakan HSSE mencakup
komitmen untuk menurunkan bahaya dan tingkat risiko
kesehatan, keselamatan (baik keselamatan proses maupun
keselamatan kerja), keamanan, lingkungan, aset, dan reputasi ke
tingkat yang serendah mungkin selama masuk akal dan dapat
dilaksanakan (As Low as Reasonably Practicable/ ALARP).
2.4. Pemimpin harus meyakinkan bahwa kebijakan HSSE relevan
terhadap kegiatan, produk, dan/atau jasa unit operasi/ anak
perusahaan, konsisten dengan harapan para pemangku
kepentingan eksternal, konsisten dan setara dengan kebijakan
bisnis dan/atau sasaran strategis, dan ditandatangani, diberi
tanggal serta dilakukan pengendalian dokumen dengan baik.
2.5. Pemimpin harus mengkomunikasikan kebijakan dalam berbagai
kesempatan dan media (termasuk memajang di seluruh lokasi
Pertamina, lokasi kerja kontraktor dan disosialiasikan/

12
SUPREME

dipublikasikan secara luas) ke semua pekerja dan kontraktor/


pemasok serta tersedia untuk umum.
2.6. Pemimpin harus membuat kebijakan dalam format yang mudah
dibaca baik dalam Bahasa Indonesia maupun Inggris (dan
bahasa lainnya yang relevan dengan tempat dimana Pertamina
beroperasi).
2.7. Pemimpin harus memantau implementasi Kebijakan HSSE
melalui Performance Dialogue, pengawasan, survei, penilaian,
audit, dan lain-lain.

13
SUPREME

3. ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB, SUMBER DAYA, DAN


DOKUMEN
Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi harus mengembangkan sistem
manajemen HSSE yang sesuai, cukup, efektif, dan bekerja dengan
baik dengan alur akuntabilitas dan tanggung jawab, keterlibatan, serta
partisipasi aktif dari semua pekerja dengan menyusun struktur
organisasi yang menjelaskan akuntabilitas dan tanggung jawab HSSE
tiap pekerja dan meyakinkan tersedianya sumber daya yang
dibutuhkan.
Pemimpin Organisasi harus membuat perencanaan dan penjadwalan
pengembangan, implementasi, pemeliharaan, pemantauan,
peninjauan, dan perbaikan berkelanjutan atas sistem manajemen
HSSE serta mengkomunikasikan kepada semua pekerja, pemasok,
kontraktor, dan sub-kontraktor, serta pemangku kepentingan yang
relevan.
Pemimpin Organisasi harus memastikan pelatihan dan kompetensi
pekerja, pemasok, kontraktor dan sub-kontraktor dan/atau pemangku
kepentingan yang relevan.
Organisasi harus meyakinkan bahwa dokumentasi dan sistem
pencatatan yang sesuai, cukup, serta efisien membantu memastikan
proses bisnis yang sangat baik serta pengetahuan tentang organisasi.
3.1. Organisasi harus menyusun struktur organisasi yang telah
dilengkapi dengan bagan kewenangan, struktur jabatan dan
uraian pekerjaan/jabatan.
3.2. Pemimpin harus meyakinkan adanya fungsi HSSE pada struktur
organisasi di tiap unit operasi dan anak perusahaan yang
memenuhi kebutuhan strategi dan kebijakan perusahaan.
3.3. Pemimpin harus meyakinkan bahwa struktur organisasi dapat
menjabarkan tanggung jawab pengelolaan HSSE pada
manajemen lini dan masing-masing pekerja, ditunjukkan pada
penggunaan bagan RASCI.
3.4. Pemimpin harus meyakinkan bahwa setiap individu/pekerja
memiliki tanggung jawab dan target kinerja dalam pengelolaan

14
SUPREME

HSSE dalam Uraian Jabatan Individu dan Key Performance


Indicators (KPI).
3.5. Pemimpin harus melakukan rapat rutin untuk membahas hal-hal
penting terkait bisnis perusahaan, termasuk aspek HSSE baik di
tingkat Korporat maupun Unit Organisasi dan Anak Perusahaan.
3.6. Organisasi harus membuat dan menetapkan HSSE Komite yang
sesuai dengan organisasinya secara berjenjang. HSSE Komite
harus memastikan upaya pencegahan dan perbaikan yang
memadai serta mengkomunikasikan secara efektif kepada
seluruh pemangku kepentingan.
3.7. Pemimpin harus membuat perencanaan kebutuhan sumber daya
HSSE untuk jangka panjang (5 tahun), tahunan dan untuk
melaksanakan rencana kerja HSSE.
3.8. Organisasi harus membuat perencanaan penggunaan tenaga
kerja yang kompeten termasuk penggunaan kontraktor untuk
melaksanakan strategi bisnis.
3.9. Pemimpin harus memiliki dan melaksanakan prosedur penilaian
fitness to work untuk pekerja, dinilai dari aspek kompetensi
sesuai Kebutuhan Kompetensi Jabatan dan dengan
mempertimbangkan faktor fisik, mental dan psikologis pekerjaan.
3.10. Organisasi harus membuat daftar identifikasi kebutuhan,
memastikan ketersediaan, pelaksanaan pelatihan HSSE yang
sesuai, cukup dan efektif serta mendokumentasikan pelatihan
untuk semua pekerja dan kontraktor/ pemasok/ sub-kontraktor.
3.11. Pemimpin harus memastikan telah memiliki personil yang
kompeten sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
3.12. Pemimpin harus membuat perencanaan penggunaan anggaran
untuk investasi atau pelaksanaan program untuk mengelola
risiko, dengan mengimplementasikan konsep ALARP.
3.13. Pemimpin harus melakukan perencanaan pekerjaan atau
kegiatan dengan alokasi waktu yang cukup sehingga dapat
dilaksanakan dengan cara yang benar, sehat, aman, ramah
lingkungan, bermutu dan produktif.

15
SUPREME

3.14. Pemimpin harus meyakinkan pelaksanaan investasi dan alokasi


terhadap sumber daya fisik atau asset Pertamina telah melalui
pertimbangan/ perhitungan risiko aspek HSSE.
3.15. Pemimpin harus mempersiapkan standar dan prosedur
pelaksanaan pekerjaan dan pengelolaan aspek HSSE untuk
pemasok dan kontraktor.
3.16. Pemimpin harus menerapkan pemilihan kontraktor dan pemasok
yang sesuai dengan prosedur dan standar yang telah ditetapkan.
3.17. Pemimpin harus melaksanakan pemantauan pekerjaan selama
tahap pelaksanaan dan melakukan pemeriksaan atau penilaian
akhir pekerjaan untuk menutup kontrak secara tepat.
3.18. Pemimpin harus mengkomunikasikan prosedur dan informasi
HSSE lainnya kepada pemangku kepentingan internal dan
eksternal dengan tetap menjaga Informasi yang bersifat rahasia.
3.19. Pemimpin harus memiliki dan menerapkan prosedur dalam
menerima dan menanggapi Informasi yang diterima dari
pemangku kepentingan internal dan eksternal terkait kinerja
HSSE dan pengelolaannya.
3.20. Pemimpin harus membuat organisasi dan sistem pengendalian
dokumen serta rekaman yang sesuai, cukup dan efektif.

16
SUPREME

4. MANAJEMEN RISIKO
Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi harus menerapkan manajemen
risiko (Enterprise Risk dan Operational Risk) yang efektif dan
terdokumentasi melalui: identifikasi bahaya, evaluasi risiko, penentuan
dan penerapan kontrol/ barrier untuk mengendalikan risiko-risiko ini,
serta pemantauan risiko-risiko dan implementasi kontrolnya.
Pengelolaan risiko ini harus mencakup risiko dari aspek kesehatan
kerja, keselamatan kerja, keamanan, sosial, lingkungan, dan bisnis.
Hasil akhir dari siklus manajemen risiko adalah manajemen sisa risiko.
Siklus ini dan langkah-langkah yang terdapat di dalamnya relevan
untuk mengelola Keselamatan Kerja ataupun Keselamatan Proses.
Manajemen risiko harus mencakup risiko yang memiliki potensi
membahayakan manusia dan lingkungan, mengakibatkan kerusakan
dan/atau kerugian terhadap aset, kerugian produksi, kerugian
finansial, pelanggaran hukum, dan memberi dampak negatif bagi
reputasi Perusahaan serta keberlanjutan bisnis (bussiness continuity).
4.1. Organisasi harus membuat daftar yang terdokumentasi (risk
register) dari semua bahaya kesehatan, keselamatan,
keamanan, sosial, lingkungan, mutu, dan kecelakaan besar
(Major Accident Hazard/ MAH) serta bahaya proses yang ada di
dalam kegiatan, bahan, produk dan/atau jasa yang dapat
mengakibatkan kerugian terhadap kesehatan dan keselamatan
pekerja, lingkungan, aset, masyarakat, pelanggan, dan/atau
pemangku kepentingan lain yang terkait.
4.2. Pemimpin harus meyakinkan dokumentasi atas penilaian risiko
terhadap bahaya-bahaya yang telah teridentifikasi, implementasi
barriers yang digunakan untuk mengendalikan risiko-risikonya,
serta rencana untuk memantau risiko dan barriers tersebut.
4.3. Pemimpin harus meyakinkan dokumentasi tinjauan risiko sesuai
dengan Proses 8 Tinjauan, yang memasukkan praktik
manajemen sisa risiko secara baik.
4.4. Pemimpin harus meyakinkan ketersediaan prosedur untuk
melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengendalian secara
sistematis dengan memasukan pendekatan/ teknik yang relevan

17
SUPREME

terhadap bahaya kesehatan, keselamatan, keamanan, sosial,


lingkungan, mutu, dan kecelakaan besar (Major Accident
Hazard/ MAH) yang dapat mempengaruhi ataupun timbul dari
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan, dan/atau
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
4.5. Pemimpin harus mempersiapkan suatu proses untuk meninjau
dan memperbarui penilaian risiko serta risk register/ daftar
risikonya secara berkala dan/atau ketika ada perubahan
terhadap operasi, dan ketika ada temuan dari kegiatan yang
terkait di dalam SUPREME misalnya, analisa bahaya kerja,
inspeksi, atau analisa insiden.
4.6. Pemimpin harus mempersiapkan personil yang kompeten (dari
segi pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman, serta perilaku)
untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengendalikan dan
pemantauan bahaya sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
4.7. Pemimpin harus meyakinkan bahwa prosedur untuk identifikasi,
evaluasi, pengendalian dan pemantauan risiko HSSE dan Major
Accident Hazard/ MAH menyatakan dengan jelas tanggung
jawab dan akuntabilitas personil.
4.8. Organisasi harus meyakinkan metodologi evaluasi risiko dengan
mempertimbangkan persyaratan hukum, peraturan perundangan
serta Sistem Tata Kerja Pertamina, reputasi (ekspektasi
pemangku kepentingan, khususnya dari publik dan karyawan),
standar industri dan internasional, ketersediaan informasi untuk
menentukan risiko dan/atau kepentingannya, dan pertimbangan
keuangan/ biaya/ keuntungan dari langkah penurunan risiko.
4.9. Pemimpin harus meyakinkan bahwa semua risiko bahaya yang
telah diidentifikasi harus disusun berdasarkan peringkat dan
didokumentasikan dalam daftar bahaya/ risiko (risk register).
4.10. Pemimpin harus meyakinkan bahwa evaluasi risiko dilakukan
dengan mengambil masukan dari personil relevan yang
mengenal/ terlibat secara langsung dengan risiko tersebut.

18
SUPREME

4.11. Organisasi harus menetapkan metodologi evaluasi risiko secara


kualitatif dan/atau kuantitatif sesuai dengan yang ditetapkan
dalam prosedur.
4.12. Pemimpin harus meyakinkan bahwa risiko-risiko HSSE dan
Major Accident Hazard/ MAH telah dibuat ALARP mulai dari
tahapan konsep dan desain awal.
4.13. Organisasi harus dapat mendemonstrasikan hubungan antara
tiap risiko yang signifikan dan langkah penurunan risiko yang
telah ditetapkan, melalui daftar risiko, daftar Major Accident
Hazard/ MAH, dan catatan kegiatan kritikal HSSE lainnya.
4.14. Pemimpin harus meyakinkan bahwa pengendalian risiko yang
ditetapkan harus proporsional terhadap risiko, serta tanggung
jawab untuk implementasinya harus didefinisikan dengan jelas,
dimengerti, dan dialokasikan kepada individu atau posisi tertentu.
4.15. Pemimpin harus meyakinkan bahwa prosedur dan/atau instruksi
kerja yang dibuat dan dilaksanakan dengan melibatkan staf yang
kompeten, serta dengan jelas menyebutkan tanggung jawab,
persyaratan HSSE serta standar kinerja yang dapat diterima.
4.16. Organisasi harus meninjau dan memperbaharui prosedur
pengendaliaan bila diperlukan, melalui tinjauan di dalam
berbagai program perbaikan.
4.17. Pemimpin harus menetapkan indikator kinerja untuk semua
kegiatan HSSE dan Major Accident Hazard/ MAH yang kritikal
dan harus didokumentasikan didalam detil kegiatannya, serta
menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap
setiap indikator.
4.18. Pemimpin harus memantau, mengukur, membuat trend dan
meninjau secara rutin kinerja semua kegiatan HSSE dan Major
Accident Hazard/ MAH.
4.19. Organisasi harus mempersiapkan prosedur untuk meninjau
kinerja karyawan serta memasukkan referensi terhadap indikator
kinerja HSSE dan Major Accident Hazard/ MAH yang relevan.
Kinerja karyawan yang baik akan mendapatkan apresiasi melalui
sistem penghargaan Pertamina.

19
SUPREME

4.20. Organisasi harus meyakinkan bahwa dokumentasi bahaya dan


keseluruhan proses manajemen risiko harus lengkap, terus
diperbarui, mudah diakses dan mudah dimengerti oleh
pemimpin/ pengawas/ operator yang bertanggung jawab atas
keputusan-keputusan operasi.
4.21. Pemimpin harus memastikan ketersediaan sistem untuk semua
rekomendasi dan tindakan yang timbul dari analisa serta tinjauan
bahaya/ bahaya proses didokumentasikan dan diselesaikan.
4.22. Organisasi harus mengidentifikasi dan mendokumentasikan
operasi dan instalasi kritikal yang risikonya telah diturunkan
hingga tingkat ALARP.
4.23. Pemimpin harus memastikan bahwa kontraktor, pemasok,
dan/atau sub kontraktor yang mengelola kegiatan HSSE kritikal
telah memenuhi proses manajemen risiko Pertamina dengan
juga memiliki dokumentasi atas demonstrasi pelaksanaan
manajemen risiko.

20
SUPREME

5. PERENCANAAN DAN PROSEDUR


Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi harus melakukan perencanaan
kegiatan kerja yang seksama dan menyusun prosedur yang
diperlukan untuk mengendalikan risiko yang diidentifikasi dan
dievaluasi melalui proses manajemen risiko. Perencanaan dan
prosedur dibuat untuk mempertahankan asset integrity, mengelola
perubahan, serta membuat dan menguji kesiapan penanggulangan
keadaan darurat.
Perencanaan harus dibuat dalam rangka Manajemen Risiko dan
diterapkan berdasarkan skala prioritas kegiatan untuk mengelola risiko
HSSE dan Keberlanjutan Bisnis secara sesuai, memadai dan efektif.
Prosedur dan instruksi kerja harus dibuat untuk mengelola kegiatan
dan mengendalikan risiko-risiko yang dihasilkan dari proses
Identifikasi dan Evaluasi Risiko. Kegiatan yang berisiko tinggi harus
dikendalikan dengan menggunakan sistem Surat Ijin Kerja Aman.
5.1. Organisasi harus membuat dan mendokumentasikan rencana
kerja dan prosedur yang dibutuhkan di dalam sistem
manajemen.
5.2. Pemimpin harus membuat Rencana kerja HSSE yang
menunjukkan upaya perbaikan berkelanjutan (Continual
Improvement).
5.3. Pemimpin harus membuat sasaran program asset integrity yang
mencakup Safety and Environment Critical Element.
5.4. Organisasi harus memberlakukan dan memahami standar dan
prosedur yang berlaku, yang berasal dari hasil penilaian/ analisa
risiko, dan/atau praktik yang diakui secara internasional.
5.5. Pemimpin harus meyakinkan adanya sistem kontrol dokumen
yang cukup dalam persiapan, tinjauan, dan distribusi semua
dokumen yang dijadikan referensi utama.
5.6. Pemimpin harus melakukan pengelolaan semua jenis perubahan
dengan cara yang tepat.
5.7. Organisasi harus membuat prosedur penanggulangan keadaan
darurat dan kondisi krisis (yang mencakup keadaan darurat

21
SUPREME

aspek kesehatan, keselamatan, keamanan, lingkungan dan


keberlanjutan bisnis) dan diuji secara berkala.
5.8. Pemimpin harus membuat Rencana Kerja HSSE tahunan yang
terhubung dengan rencana strategis perusahaan (RJPP &
RKAP) untuk memenuhi Tujuan Bisnis, Kebijakan Perusahaan,
dan target perbaikan berkelanjutan dengan mempertimbangkan
sumber daya yang dibutuhkan, tanggung jawab, dan jadwal yang
realistis.
5.9. Pemimpin harus meyakinkan rencana kerja mencakup target
yang S.M.A.R.T. (Specific, Measurable, Attainable, Realistic,
Time-bounded) yang terkait dengan tujuan perbaikan
berkelanjutan dan tindakan perbaikan sistem manajemen HSSE
serta penanggung jawab dari setiap tindakan.
5.10. Pemimpin harus meyakinkan cakupan Rencana Kerja HSSE
yang menyertakan kegiatan operasional, modifikasi terhadap
fasilitas, akuisisi, pembangunan dan proyek baru, program pasca
operasi (post operation), serta program eksplorasi atau
pengembangan.
5.11. Pemimpin harus meyakinkan dalam penyusunan rencana kerja
mempertimbangkan peraturan hukum yang ada dan yang
berpotensi muncul di masa mendatang, risiko yang tidak dapat
ditolerir, pilihan teknologi, persyaratan keuangan, operasional
dan bisnis, serta masukan dari semua pemangku kepentingan
yang terkait.
5.12. Pemimpin harus mengkomunikasikan secara efektif target HSSE
yang terkait dengan rencana kerja ke semua pekerja, termasuk
kontraktor dan pemangku kepentingan lain yang relevan.
5.13. Pemimpin harus meyakinkan semua kegiatan kritikal (critical
activity) dan tugas-tugas pendukung harus dilengkapi dengan
prosedur dan/atau instruksi kerja tertulis.
5.14. Pemimpin harus meyakinkan bahwa prosedur yang diperlukan
harus ditetapkan, diterapkan dan dipelihara serta mencakup
langkah-langkah yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
HSSE dan/atau mengelola risiko HSSE. Prosedur harus
dikomunikasikan kepada pekerja serta dalam proses

22
SUPREME

penyusunannya dikonsultasikan kepada pemangku kepentingan


yang relevan.
5.15. Pemimpin harus meyakinkan penerapan Manajemen Perubahan
(MOC) oleh semua pekerja dan kontraktor yang meliputi
perubahan proses (hardware, process control, dan perubahan
terhadap kondisi proses), perubahan yang bersifat prosedural,
dan perubahan organisasi.
5.16. Pemimpin harus membuat prosedur manajemen perubahan
secara tertulis yang mencakup dan membahas seluruh
komponen dari siklus perubahan. Prosedur tersebut harus
meliputi identifikasi bahaya, ancaman, peluang, asesmen,
evaluasi, rencana mitigasi untuk mengurangi risiko ke tingkat
ALARP dan proses persetujuan, serta tanggung jawab dan
kompetensi personi yang diperlukan.
5.17. Pemimpin harus memelihara Daftar MOC yang memuat catatan
segala bentuk perubahan dan disimpan secara terpusat di unit
operasi, atau pada lokasi/ fasilitas khusus yang dianggap cocok
bagi organisasi tersebut untuk keperluan audit.
5.18. Pemimpin harus mengembangkan sistem Asset Integrity (AI)
secara proaktif dengan meninjau program serta jadwal terkait
pengelolaan Asset Integrity.
5.19. Pemimpin harus memastikan bahwa fasilitas yang digunakan
untuk memproses, menyimpan, dan/atau menangani bahan
berbahaya harus dirancang, dibangun, dipasang, dan dipelihara
untuk meminimalkan risiko loss of containment.
5.20. Pemimpin harus meyakinkan bahwa semua peralatan dan sistem
proses, kontrol, dan utility diidentifikasi, dibuat katalognya, dan
dikategorikan secara lengkap dan terkini.
5.21. Pemimpin harus meyakinkan bahwa penilaian berbasis risiko
digunakan untuk menentukan skala prioritas, dalam hal dampak
terhadap kesehatan, keselamatan, keamanan, sosial,
lingkungan, mutu dan keberlanjutan bisnis (business continuity).
Teknik penilaian dipilih sesuai dengan kemungkinan dan tingkat
keparahan dari potensi bahaya.

23
SUPREME

5.22. Pemimpin harus meyakinkan bahwa kegiatan operasional,


pemeliharaan, dan inspeksi dilakukan secara efektif sesuai
dengan paparan risiko dan harus dilaksanakan oleh personil
yang kompeten serta dibuat laporannya.
5.23. Pemimpin harus meyakinkan bahwa data kegiatan operasional,
pemeliharaan, dan inspeksi dikumpulkan dan dianalisa untuk
mengidentifikasi ancaman terhadap kehandalan peralatan,
menentukan trend kerusakan, memperbarui profil risiko, serta
menetapkan strategi dan program di masa depan.
5.24. Pemimpin harus meyakinkan bahwa segala kegagalan yang
terjadi dilakukan investigasi untuk menentukan sebab akarnya,
membuat rekomendasi supaya tidak terulang, penyelesaian
tindak lanjut, dan pembaruan profil risiko.
5.25. Pemimpin harus melakukan pemantauan terhadap mutu
pelaksanaan dan dasar teknis untuk kegiatan Asset Integrity,
serta tindakan perbaikan bila diperlukan.
5.26. Pemimpin harus meyakinkan dilakukannya identifikasi tugas,
kegiatan, dan area yang memerlukan Surat Ijin Kerja Aman
(SIKA) sebagai bentuk pengendaliannya. Identifikasi dilakukan
secara terstruktur, sistematis dan dicatat secara formal serta
dilaksanakan oleh tim yang berpengalaman dan personil yang
kompeten dan berwenang.
5.27. Pemimpin harus meyakinkan identifikasi tugas, kegiatan, dan
area yang memerlukan Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) mencakup
semua pekerjaan yang berbahaya yang dapat mengakibatkan
cidera serius dan/atau kejadian besar lainnya dengan mengacu
Daftar Risiko (Risk Register).
5.28. Pemimpin harus membuat sistem yang formal untuk mengelola
SIKA yang dituangkan dalam bentuk prosedur dan harus
tersedia untuk semua personil yang terlibat dalam penerapan
SIKA.
5.29. Organisasi harus mengembangkan sistem SIKA yang dilengkapi
formulir SIKA yang jelas/ mudah digunakan, dapat digunakan
untuk kondisi yang tidak biasa dan dapat digunakan oleh
kontraktor/ sub-kontraktor.

24
SUPREME

5.30. Pemimpin harus meyakinkan sistem SIKA menjelaskan secara


detail tinjauan terhadap penilaian risiko dan langkah-langkah
pekerjaan (method statements); inspeksi tempat kerja; isolasi
dan pelepasan isolasi peralatan; pengaturan yang formal untuk
menerbitkan, memperpanjang, memperbarui, menangguhkan,
dan/atau membatalkan SIKA; formulir khusus untuk setiap jenis
ijin kerja; dan retensi/ penyimpanan catatan/ dokumen ijin kerja
untuk masa yang ditetapkan.
5.31. Pemimpin harus meyakinkan sistem SIKA mencakup ketentuan
kompetensi personil melalui pelatihan sistem SIKA untuk personil
yang menerbitkan dan yang menggunakan SIKA. Catatan
pelaksanaan pelatihan harus disimpan dengan sesuai.
5.32. Pemimpin harus mengembangkan Rencana Penanggulangan
Keadaan Darurat yang efektif dan mencakup semua skenario
keadaan darurat yang berpotensi terjadi.
5.33. Pemimpin harus memastikan bahwa rencana, prosedur, dan
sumber daya tersedia untuk merespon dengan cepat dan efisien
situasi darurat serta meminimalkan konsekuensi kerugian.
5.34. Pemimpin harus meyakinkan semua potensi skenario keadaan
darurat diidentifikasi, dikategorikan, dan dinilai risikonya untuk
membuat skala prioritas untuk pengembangan rencana tanggap
darurat yang sesuai, memadai, dan hemat biaya. Proses
identifikasi harus dilakukan dengan meninjau daftar Major
Accident Hazard/ MAH.

25
SUPREME

6. IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN OPERASIONAL


Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi harus melakukan pengendalian
risiko dengan fokus Kegiatan Penting HSSE melalui pengendalian
operasional secara sesuai, cukup dan efektif yang didokumentasikan
dalam prosedur dan instruksi kerja serta menetapkan standar kinerja,
baik untuk aspek kepemimpinan maupun teknis.
Keterlibatan secara aktif dan pemahaman dari kontraktor/ pemasok/
pihak ketiga dalam proses implementasi pengendalian risiko harus
diterapkan. Pengendalian operasional harus terhubung dengan proses
SUPREME dan proses di organisasi lainnya untuk mendukung dan
memastikan implementasi manajemen HSSE dan risiko yang tepat
termasuk didalamnya namun tidak terbatas pada kegiatan pelatihan
dan uji kompetensi, proses penjaminan, perencanaan yang efektif,
kepemimpinan, konsultasi dan komunikasi, pengawasan kegiatan
implementasi, dan lain-lain.
6.1. Pemimpin harus memastikan bahwa semua kegiatan dan tugas
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan instruksi kerja yang
dibuat sesuai dengan kebijakan HSSE.
6.2. Pemimipin harus memastikan dan bertanggung jawab serta
memiliki akuntabilitas terhadap pelaksanaan dan verifikasi
kegiatan dan tugas menurut prosedur organisasi.
6.3. Pemimpin harus memastikan agar KPI, tujuan, sasaran, dan
target HSSE dipenuhi tanpa melanggar kriteria kinerja.
6.4. Pemimpin harus memastikan kinerja HSSE secara berkelanjutan
melalui kegiatan penjaminan, mengacu pada Proses 7 –
Jaminan: Pemantauan, Pengukuran, dan Audit.
6.5. Pemimpin harus meyakinkan bahwa seluruh personil harus
mengerti peran, akuntabilitas dan tanggung jawab HSSE mereka
terkait dengan implementasi dan operasi serta memberikan
kontribusi kepada kesesuaian, kecukupan, efektivitas sistem
manajemen HSSE, manajemen risiko, dan keberlanjutan bisnis.
6.6. Pemimpin harus meyakinkan bahwa peran, akuntabilitas, dan
tanggung jawab individu terhadap manajemen HSSE harus
didefinisikan, dikomunikasikan dan ditindaklanjuti dengan jelas

26
SUPREME

untuk seluruh pekerjaan di organisasi dengan menerapkan


pendekatan RASCI.
6.7. Pemimpin harus meyakinkan bahwa rencana (plan) dan
prosedur yang relevan telah dikomunikasikan kepada kontraktor
dan pemasok, disertakan sebagai salah satu persyaratan dalam
proses seleksi kontraktor/ pemasok serta menjadi salah satu
agenda dalam rapat pembukaan atau kick-off meeting.
6.8. Pemimpin harus meyakinkan bahwa rencana (plan) dan
prosedur yang relevan disampaikan dalam orientasi untuk
kontraktor sebelum mereka memasuki lokasi kerja dan memulai
pekerjaan.
6.9. Pemimpin harus meyakinkan tersedianya rencana (plan) dan
prosedur yang relevan untuk pemantauan kontraktor selama
kontraktor bekerja/ beroperasi yang mengacu pada Proses 7
SUPREME.
6.10. Organisasi harus mampu mengidentifikasi risiko ‘upside’ maupun
‘downside’ yang terkait dengan suatu perubahan peluang HSSE,
penilaian risiko upside-nya, dan pengelolaan risiko (serta barrier-
nya) untuk memaksimalkan keuntungan perubahan yang
diharapkan.
6.11. Pemimipin harus mampu mengidentifikasi bahaya dan ancaman
HSSE, penilaian risiko kerugiannya, dan pengelolaan risikonya
(serta barrier-nya) untuk mencegah dan/atau meminimalkan
potensi bahaya dan ancaman yang berasal dari perubahan
tersebut.
6.12. Pemimipin harus mempertimbangan waktu dalam standar
kinerja, mencakup kapan dan/atau seberapa sering terjadi
perubahan, serta mempersiapkan persyaratan pemantauan
kinerja dan verifikasinya terhadap perubahan.
6.13. Pemimpin harus mengkomunikasikan, mengkonsultasikan,
mengorientasikan, dan/atau memberikan pelatihan terkait
dengan perubahan.
6.14. Organisasi harus membuat kriteria penerimaan dan tindakan
yang perlu diambil jika ditemukan ketidaksesuaian di dalam
aktivitas MOC.

27
SUPREME

6.15. Organisasi harus membuat sistem untuk memberikan


kewenangan persetujuan terhadap implementasi perubahan
yang diusulkan, termasuk tahapan-tahapan persetujuan yang
diperlukan selama siklus perubahan tersebut.
6.16. Pemimpin harus meyakinkan bahwa prosedur MOC harus
menjelaskan bagaimana mengartikan dan menilai implikasi dari
peraturan yang baru, yang direncanakan, dan/atau yang
berubah, serta bagaimana persyaratan di revisi peraturan ini
akan dimasukkan dalam berbagai aspek SUPREME dan sistem
manajemen HSSE.
6.17. Pemimpin harus meyakinkan bahwa rencana MOC dan
implementasinya yang spesifik perlu dibuat dalam hubungannya
dengan manajemen HSSE untuk operasi baru.
6.18. Organisasi harus meyakinkan bahwa rencana MOC dan
implementasinya untuk operasi yang dimodifikasi yang
berimplikasi terhadap aspek HSSE, maka KPI, tujuan, sasaran,
dan target HSSE yang perlu dicapai harus didefinisikan ulang.
6.19. Pemimpin harus mempersiapkan mekanisme kebutuhan sumber
daya, pencapaian KPI, tujuan, sasaran, dan target HSSE
terhadap MOC dan implementasinya untuk operasi yang
dimodifikasi.
6.20. Pemimpin harus mempersiapkan prosedur untuk menangani
perubahan dan modifikasi di saat proyek berjalan.
6.21. Pemimpin harus meyakinkan bahwa rencana implementasi
terkait dengan instalasi baru dan/atau modifikasi terhadap proses
dan fasilitas, perlu meliputi semua tahapan pengembangan aset,
mulai dari tahap pra-operasi, operasi, hingga pasca operasi.
6.22. Pemimpin harus memperhatikan perubahan yang bertahap
seperti perubahan komposisi produk atau laju produksi yang
perlahan sampai akhirnya keluar dari rentang operasi desain.
6.23. Pemimpin harus meyakinkan bahwa sistem Asset Integrity harus
mencakup hal-hal seperti integritas desain, start-up, integritas
operasi, integritas struktur, penahanan proses (process
containment), ignition control, dan sistem untuk barrier yang
menangani tahapan-tahapan ekskalasi Major Accident Hazard/
MAH menjadi kerugian besar.

28
SUPREME

6.24. Pemimpin harus meyakinkan bahwa Panduan, Prosedur, dan


Instruksi Kerja menjelaskan persyaratan implementasi dan
operasi serta memberikan panduan untuk memastikan bahwa
fasilitas dan peralatan kritikal terkait keselamatan proses dan
HSSE yang didesain, dibangun, dibeli, dipasok, dilakukan
commissioning, dioperasikan, dipelihara, dan/atau diinspeksi,
telah sesuai dengan tujuannya dan memenuhi kriteria/ standar
kinerja yang ditetapkan (yakni, functionality, availability,
reliability, dan survivability).
6.25. Pemimpin harus meyakinkan bahwa Pre-Startup Safety Review
(PSSR) telah dilakukan sebelum melakukan start-up dan/atau
commissioning terhadap aset baru dan/atau modifikasi, restart
aset/ fasilitas setelah terjadinya insiden yang mengakibatkan
shutdown yang tidak terkendali dan setelah major overhaul atau
turnaround.
6.26. Pemimpin harus menunjuk dan mengangkat personil yang dapat
mengijinkan penyimpangan dari praktik dan standar desain
(downgraded situation) yang telah disetujui, setelah melalui
proses tinjauan dan persetujuan yang formal.
6.27. Pemimpin harus mempersiapkan dan menerapkan prosedur
Manajemen Perubahan yang relevan sebagai pertahanan
terdepan untuk memastikan bahwa aspek terkait integritas aset
di dalam cakupan perubahannya dapat dikelola hingga tingkat
ALARP.
6.28. Pemimpin harus memastikan pelaksanaan Sistem Surat Ijin
Kerja Aman (SIKA) agar semua orang paham akan bahaya yang
ada di pekerjaan, serta langkah-langkah pengendalian yang
harus dilakukan untuk bekerja dengan cara yang benar, sehat,
selamat, aman, ramah lingkungan, dan produktif.
6.29. Pemimpin harus memastikan bahwa informasi yang merinci
tentang bagaimana mengimplementasikan Sistem Surat Ijin
Kerja Aman (SIKA) harus dijelaskan secara detail dan harus
didasarkan pada analisa kebutuhan Surat Ijin Kerja Aman formal
yang sesuai dengan kebutuhan lokasi masing-masing.
6.30. Pemimpin harus memastikan semua pihak yang
mengimplementasikan sistem Surat Ijin Kerja Aman (SIKA)

29
SUPREME

memahami dan mampu menangani potensi masalah yang


berhubungan dengan Surat Ijin Kerja Aman yang dibuat sesuai
dengan tujuan (fit-for-purpose).
6.31. Organisasi harus mempersiapkan sistem untuk mencegah
dan/atau memitigasi kesalahan prosedur Surat Ijin Kerja Aman
dengan melakukan pelatihan, menguji personil yang
menandatangani SIKA, dan melakukan audit terhadap
pelaksanaan SIKA.
6.32. Pemimpin harus meyakinkan bahwa semua orang yang
berhubungan dengan pekerjaan yang diatur oleh Surat Ijin Kerja
Aman mengerti dan memahami konten dan tata cara
pelaksanaan pekerjaan, bahaya yang terlibat dalam
pekerjaannya serta pengendalian yang diperlukan, bahaya di
wilayah kerja yang mungkin ada serta pengendalian yang
diperlukan, tindakan tanggap darurat apapun yang mungkin
diperlukan, dan tanggung jawab untuk masing-masing.
6.33. Pemimpin harus memastikan pengelolaan kondisi krisis yang
berdampak pada keberlanjutan bisnis (Bisnis Continuity)
perusahaan dan menyediakan sumberdaya yang memadai serta
melakukan pengujian secara berkala.

30
SUPREME

7. JAMINAN : PEMANTAUAN, PENGUKURAN dan AUDIT


Dalam setiap aktifitasnya, Organisasi harus melakukan kegiatan
Pemantauan, Pengukuran dan Audit dengan pendekatan yang
sistematis sesuai dengan tingkat prioritas dan meliputi pelaksanaan
proses dan persyaratan SUPREME yang sesuai, cukup dan efektif.
Kegiatan Jaminan harus menghasilkan catatan yang cukup dan
terlacak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Segala
ketidaksesuaian harus dianalisa dan disusun tindaklanjut yang efektif,
dilaksanakan, dipantau dan ditutup secara formal.
7.1. Pemimpin harus memastikan bahwa proses pemantauan,
pengukuran dan audit kegiatan HSSE dapat berjalan secara
sistematis. Kegiatan yang penting dan besar skalanya harus
menjadi prioritas.
7.2. Pemimpin harus memastikan bahwa hasil dari pemantauan,
pengukuran, audit, investigasi, keberhasilan, kegagalan dan
kegiatan lain yang berdampak pada proses bisnis dilakukan
proses pembelajaran (learning) melalui media yang sudah
ditetapkan perusahaan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
pembelajaran bersama dan perbaikan yang terus-menerus baik
dalam hal keberhasilan maupun kegagalan.
7.3. Pemimpin harus memastikan bahwa semua pihak wajib
melaporkan terjadinya insiden baik yang terjadi didalam
perusahaan maupun diluar perusahaan, dimana kejadian
tersebut mempunyai hubungan dengan proses bisnis.
7.4. Pemimpin harus meyakinkan bahwa setiap insiden di luar
perusahaan yang signifikan dan relevan dilakukan analisa,
evaluasi, dan dikomunikasikan ke seluruh organisasi sebagai
pembelajaran dari kejadian.
7.5. Pemimpin harus memastikan bahwa proses investigasi setiap
kejadian dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, ditemukan akar penyebabnya, dan dikomunikasikan
ke seluruh organisasi sehingga dapat dilakukan tindakan yang
tepat agar tidak terjadi kejadian serupa.

31
SUPREME

7.6. Pemimpin harus memastikan bahwa proses audit terhadap


proses bisnis dan kegiatan operasi dapat dilaksanakan secara
periodik, terencana dengan baik dan memastikan bahwa hasil
dari kegaitan audit dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab.
7.7. Organisasi harus melakukan investigasi terhadap
ketidaksesuaian dengan mengidentifikasi berbagai
penyebabnya, termasuk kekurangan dalam sistem manajemen
serta disusun perencanaan tindakan perbaikannya.
7.8. Pemimpin harus memastikan tindakan perbaikan (corrective
action) untuk memulihkan kepatuhan/ kesesuaian dilaksanakan
secepat mungkin sesuai dengan prioritas dan tingkat keparahan.
7.9. Pemimpin harus memastikan tindakan pencegahan (preventive
action) dilaksanakan untuk tidak terulangnya ketidaksesuaian.
7.10. Pemimpin harus memastikan evaluasi ketidaksesuaian
mencakup interaksi dengan komponen lainnya dari sistem
manajemen.
7.11. Pemimpin harus melakukan verifikasi, menilai efektivitas
langkah-langkah investigasi ketidaksesuaian dan memastikan
penyelesaian ketidaksesuaian serta menutupnya.
7.12. Pemimpin harus memastikan implementasi tindakan perbaikan
didokumentasikan secara sistematis termasuk perbaikan
prosedur, catatan, dan/atau faktor lainnya yang relevan.
7.13. Pemimpin harus memastikan setiap insiden dan/atau
ketidakpatuhan harus dinotifikasi, dilaporkan, diinvestigasi,
dianalisa, ditindaklanjuti dengan verifikasi yang tepat,
pembelajaran diambil dan diterapkan di mana diperlukan, serta
ditutup untuk mencegah terulangnya insiden.
7.14. Pemimpin harus memastikan penggunaan matriks penilaian
risiko (Risk Assessment Matrix) Pertamina sebagai standar
dalam proses notifikasi, investigasi, analisa, pelaporan, dan
tindak lanjut hingga penutupan dalam investigasi insiden dan
ketidaksesuain.

32
SUPREME

7.15. Pemimpin harus membuat dan menerapkan Sistem Belajar dari


Kejadian yang memastikan semua kejadian dilaporkan, dinilai,
dan upaya yang tepat diberikan untuk melakukan investigasi
yang akan menghasilkan laporan investigasi.
7.16. Pemimpin harus memastikan Sistem Belajar dari Kejadian
minimum harus meliputi jenis-jenis kejadian, kapan dan
bagaimana kejadian, ketentuan mengenai notifikasi, tanggung
jawab/ partisipasi dalam investigasi, bagaimana melakukan
investigasi, persiapan dan distribusi laporan investigasi, sistem
untuk tindak lanjut rekomendasi, pembuatan analisa terhadap
sebab-sebab insiden dan statistiknya, ketentuan mengenai
keterlibatan kontraktor, serta tinjauan secara keseluruhan
terhadap Sistem Belajar dari Kejadian.
7.17. Pemimpin harus memaksimalkan manfaat dari sistem belajar
dari kejadian dengan mengkomunikasikan secara efektif temuan
yang relevan dan kesimpulan dari investigasi insiden seluas-
luasnya kepada pihak yang relevan termasuk pemangku
kepentingan internal dan eksternal.
7.18. Pemimpin harus memastikan semua pekerja, termasuk
kontraktor, melaporkan semua insiden (termasuk kejadian near-
miss) kepada manajer lini/ pengawas mereka segera setelah
kejadian sesuai dengan ketentuan.
7.19. Pemimpin harus memastikan manajer lini/ pengawas menilai
risiko dari insiden tersebut dengan menggunakan Risk
Assessment Matrix Pertamina dan menentukan tingkat
investigasi yang diperlukan dengan melibatkan pihak terkait.
7.20. Pemimpin harus memastikan insiden yang kemungkinan
terulangnya rendah serta potensi keparahannya juga rendah,
investigasi dilakukan oleh manajer lini/ pengawas untuk
mengidentifikasi penyebab langsung dan penyebab dasarnya,
kemudian menentukan tindakan pencegahan supaya tidak
terulang, dan melaporkannya kepada pihak.
7.21. Organisasi harus memastikan insiden yang berpotensi tinggi
(High Potential/ HIPO) dilaporkan pada Pimpinan sesuai dengan
ketentuan untuk dilakukan investigasi yang mendalam.

33
SUPREME

7.22. Pemimpin harus memastikan hasil investigasi insiden


didiskusikan dalam pertemuan HSSE, team briefing, dan
kegiatan Safety Stand Down.
7.23. Pemimpin harus mendukung penuh proses belajar dari kejadian,
mendorong serta memastikan keterlibatan pemimpin dalam
investigasi berdasarkan tingkat keparahan yang aktual maupun
potensial, dan mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk
menindaklanjuti rekomendasi yang disarankan.
7.24. Pemimpin harus mendukung dijalankannya investigasi yang
obyektif oleh penyelidik yang kompeten dan tidak memihak, dan
segera mengambil tindakan untuk menindaklanjuti temuan-
temuannya.
7.25. Pemimpin harus memastikan kegiatan investigasi diarahkan
untuk menentukan fakta-fakta (bukan mencari kesalahan), situasi
kejadian, dan penyebabnya (baik penyebab langsung maupun
penyebab dasar) dengan menerapkan Principle of Multiple
Causes (Prinsip Penyebab Ganda) serta membuat tindakan
perbaikan, tindakan pencegahan untuk mengendalikan risiko dan
mencegah terulangnya kejadian tersebut.
7.26. Pemimpin harus memastikan insiden yang terkait dengan Major
Accident Hazard/ MAH atau keselamatan proses diinvestigasi
dengan mengacu daftar Major Accident Hazard/ MAH untuk
menentukan barrier mana yang berkontribusi terhadap timbulnya
insiden tersebut.
7.27. Pemimpin harus memastikan pelaksanaan audit/ penilaian
terhadap aspek HSSE yang sistematis untuk menilai
implementasi SUPREME dengan menggunakan pendekatan
berjenjang untuk tiga jenis audit/ penilaian HSSE: Level 1: Audit/
penilaian yang dilakukan oleh pihak yang tidak dipekerjakan oleh
unit operasi/ anak perusahaan Pertamina, Level 2: Audit yang
dilakukan oleh auditor internal korporat, unit operasi, dan/atau
anak perusahaan sebagai bagian dari proses jaminan terhadap
unit mereka sendiri, Level 3: Mencakup observasi tugas/
perilaku, dan kegiatan inspeksi tempat kerja untuk melengkapi
proses audit/ asesmen HSSE yang resmi.

34
8. TINJAUAN
Dalam setiap aktifitasnya, Unit Operasi/Anak Perusahaan harus
melakukan tinjauan secara berkala atas upaya dan hasil-hasil yang
berkaitan dengan HSSE untuk mencapai keberlanjutan HSSE dan
bisnis serta perbaikannya. Tinjauan harus berkaitan dengan
pengelola risiko, mempromosikan dan mendorong berbagai upaya
secara berkelanjutan untuk mencapai HSSE excellence serta
keberlanjutan bisnis, serta upaya memastikan dan mencatat
keputusan yang berkaitan dengan kesesuaian, kecukupan, dan
efektivitas sistem manajemen.
8.1. Pemimpin harus melakukan Tinjauan Manajemen sedikitnya
sekali dalam setahun atas sistem manajemen di organisasi yang
dipimpinnya.
8.2. Pemimpin harus meyakinkan adanya dokumentasi hasil Rapat
Tinjauan Manajemen untuk memudahkan pemantauan tindak
lanjut serta pelaksanaan rekomendasi Tinjauan Manajemen.
8.3. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen membahas
tindak lanjut permasalahan yang ada dengan berdasarkan
kepada manajemen risiko, rekomendasi audit/ penilaian, laporan
investigasi, dan analisa kejadian serta perencanaan tanggap
darurat.
8.4. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup
keberlanjutan atas kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas
Kebijakan HSSE dan KPI (tujuan, sasaran, target) serta
dokumentasi SUPREME di organisasi yang dipimpinnya.
8.5. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup
pengalokasian sumber daya untuk mencapai KPI HSSE
excellence dan keberlanjutan bisnis.
8.6. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup
perbandingan hasil bisnis terhadap KPI (tujuan, sasaran, target),
tinjauan terhadap tujuan, strategi secara keseluruhan, status
tindakan rencana bisnis/ strategi, dan analisa trend hasil bisnis.
8.7. Organisasi harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup
penilaian profil sisa risiko organisasi, mencakup risiko kesehatan,
keselamatan proses dan kerja, lingkungan, keamanan, sosial,
mutu serta keberlanjutan bisnis.
SUPREME

8.8. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup


hasil studi benchmarking kinerja, audit/ penilaian, analisa laporan
pemantauan, rencana perbaikan dan tindak lanjut, usulan
pemangku kepentingan serta status tindak lanjut dari hasil
Tinjauan Manajemen sebelumnya.
8.9. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup
perubahan eksternal termasuk peraturan hukum dan/atau
persyaratan lainnya yang dapat mempengaruhi sistem
manajemen.
8.10. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mencakup
kinerja, kondisi aset (availability/ reliability), kepuasan dan retensi
pelanggan serta masalah lainnya yang relevan.
8.11. Tinjauan Manajemen harus dilakukan oleh pemimpin senior
dan/atau personil independen yang kompeten yang ditunjuk oleh
pemimpin senior.
8.12. Pemimpin harus meyakinkan laporan Tinjauan Manajemen
mencakup agenda, tujuan, waktu, daftar hadir, hasil tinjauan
manajemen, termasuk keputusan manajemen atas kesesuaian,
kecukupan, dan efektivitas sistem manajemen.
8.13. Pemimpin harus meyakinkan laporan Tinjauan Manajemen
mencakup tindak lanjut yang diperlukan, penanggung jawab,
serta tenggat waktu yang ditentukan.
8.14. Pemimpin harus memastikan pelacakan (action tracking),
verifikasi, dan penutupan tindak lanjut yang telah diputuskan
dalam rapat Tinjauan Manajemen.
8.15. Pemimpin harus meyakinkan laporan Tinjauan Manajemen
tersedia, didistribusikan, dan dikomunikasikan kepada semua
pemangku kepentingan internal serta eksternal yang relevan.
8.16. Pemimpin harus meyakinkan Tinjauan Manajemen mengikuti
ketentuan perbaikan yang berkelanjutan (Continual
Improvement) melalui identifikasi dan evaluasi penyebab dasar
dari kinerja HSSE dan bisnis, kekuatan dan kelemahan sistem
manajemen serta melakukan tindakan perbaikan.

36
SUPREME

8.17. Pemimpin harus melakukan evaluasi terhadap efektivitas proses


Tinjauan Manajemen dan melakukan tindakan yang diperlukan.

37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kebijakan Health, Safety, Security & Environment
(HSSE) PT Pertamina (Persero)
Lampiran 2 Tabel Kesesuaian SUPREME dengan Standar
Internasional dan Persyaratan Lainnya
Proses ISRS Edisi ke-8 (termasuk UU No 1, Tahun 1970: UU No. 22, Tahun 2001: UU No. 13, Tahun 2003: UU No. 32, Tahun 2009: Perlindungan UU No. 36, Tahun Instruksi Presiden No. 63,
ISO 9001 : 2015 ISO 14001 : 2015 ISO 27001 : 2013 ISO 28000 : 2007 ISO 39001 : 2012 ISO 50001 : 2011 ISO 45001 : 2018 ISO 31000 : 2009 ISO 26000 : 2010 SMK3 PP 50/2012 Perkap 24/ 2007
SUPREME Manajemen Keamanan Keselamatan Minyak dan Gas Bumi Tenaga Kerja dan Pengelolaan Lingkungan 2009: Kesehatan Tahun 2004: Pengamanan
4 Ko nt eks Org anisasi 4 Ko nt eks Org anisasi 4 Ko nt eks Org anisasi 4 .4 Sist em manajemen OH&S 6 .2 Org aniz at io nal Go vernance V III.4 0 T ang g ung jawab
PLA N : Pro ses 1 4 Ko nt eks o rg anisasi Prinsip 1 Penet ap an keb ijakan
5.1 Ko mit men kep emimp inan 5.1 Kep emimp inan d an 5.1 Ko mit men kep emimp inan 4 Ko nt eks Org anisasi 4 .1 Persyarat an umum 5.3 Peran, t ang g ung jawab , 6 .6 .3 A nt i- ko rup si Elemen 1 Pemeliharaan d an t erhad ap keselamat an, X .8 6 & 8 7. Keselamat an d an X II. Keselamat an
Kep emimp inan d an 5.1 Kep emimp inan d an 1. Kep emimp inan 4 .2 M and at d an ko mit men Prinsip 2 Perencanaan p enerap an X. T ang g ung jawab manajer V .3 6 - 4 1. Ijin t erkait ling kung an T id ak ad a p ersyarat an khusus
6 .3 Perencanaan p erub ahan ko mit men 6 .3 Perencanaan p erub ahan 5.1 Kep emimp inan d an ko mit men 4 .2 .1 M anajemen p uncak akunt ab ilit as d an wewenang 6 .6 .5 Persaing an sehat Pemb ang unan Ko mit men kesehat an, d an Kesehat an Kerja kerja
A kunt ab ilit as ko mit men keb ijakan
10 .1 Perb aikan – U mum 10 .1 Perb aikan – U mum 10 .1 Perb aikan – U mum o rg anisasi 6 .6 .7 Peng ho rmat an at as hak milik ling kung an
6 .2 Org aniz at io nal Go vernance
6 .3 .7 D iskriminasi d an kelo mp o k rent an
4 Ko nt eks Org anisasi 4 .2 Keb ijakan manajemen keamanan
4 Ko nt eks Org anisasi 4 .3 Keb ijakan energ i 6 .5.4 Peng g unaan sumb er d aya b erkelanjut an
4 Ko nt eks Org anisasi 5.2 Keb ijakan meng enai 4 .3 .2 Hukum, und ang - und ang , d an 5,2 Keb ijakan OH&S Elemen 1 Pemeliharaan d an
5.2 Keb ijakan 5.2 Keb ijakan 4 .4 .2 Perat uran hukum d an p ersyarat an 6 .6 .4 Ket erlib at an p o lit ik yang b ert ang g ung jawab
PLA N : Pro ses 2 5.2 Keb ijakan ling kung an p ersyarat an p erat uran 6 .1.3 Penent uan p erat uran hukum d an Prinsip 1 Penet ap an keb ijakan Pemb ang unan Ko mit men
6 .2 T ujuan keamanan 6 .4 T ujuan R T S o b ject ives d an rencana lainnya 4 .3 .2 M emb uat keb ijakan 6 .6 .7 Peng ho rmat an at as hak milik T id ak ad a
Keb ijakan d an 6 .2 Sasaran mut u d an rencana 6 .2 T ujuan t erhad ap keamanan p ersyarat an lainnya 1. Kep emimp inan Prinsip 2 Perencanaan p enerap an Elemen 2 Pemenuhan A sp ek T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus
inf o rmasi d an rencana unt uk mencap ainya 4 .4 .6 T ujuan d an t arg et meng enai manajemen risiko 6 .8 Ket erlib at an d an p eng emb ang an ko munit as p ersyarat an khusus
Sasaran unt uk mencap ainya ling kung an d an rencana 4 .3 .3 T ujuan manajemen keamanan 6 .2 T ujuan OH&S d an cara unt uk keb ijakan Perund ang an Keamanan
unt uk mencap ainya 10 .2 Perb aikan b erkelanjut an energ i, sert a rencana t ind akan 6 .8 .3 Ket erlib at an ko munit as
10 .1 Perb aikan – U mum unt uk mencap ainya 4 .3 .4 T arg et manajemen keamanan mencap ainya Elemen 4 T ujuan d an Sasaran
10 .2 Perb aikan b erkelanjut an manajemen energ i 6 .8 .4 Pend id ikan d an b ud aya
10 .1 Perb aikan – U mum 4 .3 .5 Pro g ram manajemen keamanan
6 .8 .8 Kesehat an
6 .8 .9 Invest asi so sial
6 .2 Org aniz at io nal Go vernance
4 Ko nt eks Org anisasi 6 .3 .10 Prinsip - p rinsip d an hak- hak mend asar d i t emp at kerja
4 Ko nt eks Org anisasi 4 Ko nt eks Org anisasi
5.3 Peran, t ang g ung jawab , 6 .3 .8 Hak sip il d an p o lit ik
5.3 Peran, t ang g ung jawab , d an 5.3 Peran, t ang g ung jawab , 4 .4 .1 St rukt ur, kewenang an d an 5.3 Peran, t ang g ung jawab , d an Kewenang an
d an Kewenang an 6 .3 .9 Hak eko no mi, so sial d an b ud aya
PLA N : Pro ses 3 Kewenang an Org anisasi d an Kewenang an t ang g ung jawab unt uk Org anisasi Elemen 6 Pelat ihan Kep ed ulian d an IV .8 Perencanaan
Org anisasi 7.1 Sumb er d aya 2 . Perencanaan d an 6 .4 Prakt ik Ket enag akerjaan
Org anisasi, 7.1 Sumb er d aya Org anisasi manajemen keamanan 7.1 Ko o rd inasi 4 .3 .3 A kunt ab ilit as Ko mp et ensi Keamanan V .9 .( 1) . Orient asi / Ind uksi t enag a kerja
7.1 Sumb er d aya 7.2 Ko mp et ensi A d minist rasi 6 .4 .3 Hub ung an kerja d an hub ung an kerja Prinsip 1 Penet ap an keb ijakan
T ang g ung Jawab , 7.2 Ko mp et ensi 7.1 Sumb er d aya 4 .4 .2 Ko mp et ensi, p elat ihan d an 7.2 Sumb er d aya 4 .3 .4 Int eg rasi ke d alam p ro ses Elemen 7 Ko munikasi, Ko nsult asi d an keselamat an V. Pelat ihan d an T id ak ad a
7.2 Ko mp et ensi 4 .2 .2 Perwakilan manajemen 7.3 Kesad aran 4 . Sumb er D aya M anusia 6 .4 .4 Ko nd isi kerja d an p erlind ung an so sial ya Prinsip 2 Perencanaan p enerap an T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus
Sumb er D aya, 7.3 Kesad aran 7.2 Ko mp et ensi kesad aran 7.3 Ko mp et ensi o rg anisasi Part isip asi V III. Hak d an t ang g ung jawab ko mp et ensi t erkait p ersyarat an khusus
7.3 Kesad aran 7.4 Inf o rmasi d an ko munikasi 5. Jaminan Pemenuhan 6 .4 .5 D ialo g so sial keb ijakan
St and ar, d an 7.4 Ko munikasi 7.3 Kesad aran 4 .4 .3 Ko munikasi 7.4 Kesad aran 4 .3 .5 Sumb er d aya Elemen 8 Peng end alian D o kumen d an karyawan p ekerjaan
7.4 Ko munikasi 7.5 Inf o rmasi t erd o kument asi 6 . M anajemen Pro yek 6 .6 Prakt ik o p erasi yang ad il
D o kument asi 7.5 Inf o rmasi yang 7.4 Ko munikasi 4 .4 .4 D o kument asi 7.5 Ko munikasi C at at an V I. Penemp at an kerja
7.5 Inf o rmasi yang 6 .8 Ket erlib at an d an p eng emb ang an ko munit as
d id o kument asikan 7.5 Inf o rmasi yang 4 .4 .5 Peng end alian d o kumen d an d at a 7.5 Inf o rmasi yang d id o kument asikan
d id o kument asikan 6 .8 .3 Ket erlib at an ko munit as
10 .1 Perb aikan – U mum d id o kument asikan
10 .1 Perb aikan – U mum 6 .8 .4 Pend id ikan d an b ud aya
6 .8 .9 Invest asi so sial
6 .1 T ind akan unt uk V .2 2 - 3 2 . A nalisa M eng enai D amp ak
4 Ko nt eks Org anisasi menang ani risiko d an Ling kung an ( ' A M D A L' )
4 Ko nt eks Org anisasi 6 .3 .4 Sit uasi risiko hak asasi manusia
6 .1 T ind akan unt uk kesemp at an 6 .2 T ind akan unt uk menang ani risiko d an 8 .1.2 M eng eliminasi b ahaya d an Prinsip 1 Penet ap an keb ijakan III. Persyarat an p eng end alian V .3 4 - 3 5. Peng end alian d an Pemnat auan
PLA N : Pro ses 4 6 .1 T ind akan unt uk risiko d an 4 .3 .1 Pemahaman t ent ang 6 .3 .5 M eng hind ari ket erlib at an T id ak ad a A rt ikel 4 & 5 M anajemen b ahaya
menang ani risiko d an 8 .2 Penilaian risiko 4 .3 .1 Penilaian risiko keamanan kesemp at an - - T id ak d isamp aikan secara eksp lisit meng urang i risiko OH&S 3 . Evaluasi risiko Prinsip 2 Perencanaan p enerap an Elemen 3 M anajemen R isiko Keamanan keselamat an T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus Ling kung an ( ' U KL d an U PL' )
M anajemen R isiko kesemp at an o rg anisasi d an ko nt eksnya 6 .5 Ling kung an p ersyarat an khusus p eng amat an
kesemp at an keamanan inf o rmasi 6 .3 F akt o r kinerja R T S 8 .1.3 M anajemen p erub ahan keb ijakan IV .8 . Peng awasan med is V .4 7. A nalisa risiko ling kung an
10 .1 Perb aikan – U mum 6 .5.3 Penceg ahan p o lusi
10 .1 Perb aikan – U mum 8 .2 A ncaman risiko V .53 . Peng end alian
keamanan inf o rmasi V .54 . Pemulihan
6 .2 Org aniz at io nal Go vernance
6 .4 .6 Kesehat an d an keselamat an d i t emp at kerja
6 .3 Perencanaan p erub ahan
6 .4 .7 Peng emb ang an manusia d an p elat ihan d i t emp at kerja
8 .1 Perencanaan d an
6 .5.5 M it ig asi d an ad ap t asi p erub ahan iklim
p eng end alian o p erasi
6 .5.6 Perlind ung an ling kung an, keanekarag aman hayat i d an p emulihan hab it at alami
8 .2 Persyarat an unt uk Pro d uk
4 .3 .4 Int eg rasi ke d alam p ro ses 6 .6 .6 M emp ro mo sikan t ang g ung jawab so sial d alam rant ai nilai
d an Jasa
o rg anisasi 6 .7 M asalah ko nsumen
8 .3 D esain d an p eng emb ang an 8 .1 Perencanaan d an 2 . Perencanaan d an
4 .4 .1 ( Perencanaan energ i) U mum 4 .3 .6 M emb ang un mekanisme 6 .7.3 Pemasaran yang ad il, inf o rmasi f akt ual d an t id ak b ias d an p rakt ik ko nt rak yang ad il
PLA N : Pro ses 5 Pro d uk d an Jasa p eng end alian o p erasi 4 .4 .6 Peng end alian o p erasi 8 .1.4 Pemb elian A d minist rasi Prinsip 1 Penet ap an keb ijakan
8 .1 Perencanaan d an 6 .1 ( Perencanaan) U mum 4 .4 .3 T injauan energ i ko munikasi d an p elap o ran 6 .7.4 M elind ung i kesehat an d an keselamat an ko nsumen Elemen 5 Perencanaan d an Pro g ram T id ak ad a
Perencanaan d an 8 .4 Peng end alian p ro ses, p ro d uk 8 .2 Kesiap siag aan d an 4 .4 .7 Kesiap siag aan d an t ang g ap 8 .2 Kesiap siag aan d an t ang g ap 4 . Sumb er D aya M anusia Prinsip 2 Perencanaan p enerap an T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus
p eng end alian o p erasi 8 .1 Perencanaan d an p eng end alian o p erasi 4 .4 .4 A cuan d asar energ i int ernal 6 .7.5 Ko nsumsi b erkelanjut an Elemen 9 Penang anan Kead aan D arurat p ersyarat an khusus
Pro sed ur d an jasa yang d ised iakan t ang g ap d arurat d arurat d arurat 5. Jaminan Pemenuhan keb ijakan
4 .4 .5 Ind ikat o r kinerja energ i 4 .3 .7 M emb ang un mekanisme 6 .7.6 Layanan ko nsumen, d ukung an, d an keluhan d an p enyelesaian seng ket a
ekst ernal 10 .1 Perb aikan – U mum 6 . M anajemen Pro yek
ko munikasi d an p elap o ran 6 .7.7 Perlind ung an d an p rivasi d at a ko nsumen
8 .5 Ket ent uan p ro d uk d an jasa
ekst ernal 6 .7.8 A kses ke layanan p ent ing
8 .6 Peng eluaran p ro d uk d an jasa
6 .7.9 Pend id ikan d an kesad aran
8 .7 Peng end alian unt uk o ut p ut
6 .8 .5 Pencip t aan lap ang an kerja d an p eng emb ang an ket eramp ilan
yang t id ak sesuai
6 .8 .6 Peng emb ang an d an akses t ekno lo g i
10 .1 Perb aikan – U mum
6 .8 .8 Kesehat an
6 .8 .9 Invest asi so sial
6 .2 Org aniz at io nal Go vernance
6 .3 .6 M enyelesaikan Keluhan
6 .4 .6 Kesehat an d an keselamat an d i t emp at kerja
6 .4 .7 Peng emb ang an manusia d an p elat ihan d i t emp at kerja
6 .5 Ling kung an
6 .5.3 Penceg ahan Po lusi
6 .5.4 Peng g unaan sumb er d aya b erkelanjut an
6 .5.5 M it ig asi d an ad ap t asi p erub ahan iklim
8 .1 Perencanaan d an 6 .5.6 Perlind ung an ling kung an, keanekarag aman hayat i d an p emulihan hab it at alami
4 .5.1 U mum
p eng end alian o p erasi 6 .6 Prakt ik o p erasi yang ad il
4 .5.2 Ko mp et ensi, p elat ihan d an 7. Pelat ihan d an Ko mp et ensi
8 .4 Peng end alian p ro ses, p ro d uk 6 .6 .6 M emp ro mo sikan t ang g ung jawab so sial d alam rant ai nilai
8 .1 Perencanaan d an kesad aran 8. Ko munikasi d an Pro mo si
D O: Pro ses 6 d an jasa yang d ised iakan 8 .1 Perencanaan d an 8 .1 Perencanaan d an p eng end alian 4 .4 .1 Pelaksanaan kerang ka kerja 6 .7 M asalah ko nsumen
p eng end alian o p erasi 4 .4 .6 Peng end alian o p erasi 4 .5.3 Ko munikasi 9. Peng end alian R isiko
Imp lement asi d an ekst ernal p eng end alian o p erasi 8 .1 Perencanaan d an p eng end alian o p erasi o p erasi unt uk meng elo la risiko 6 .7.3 Pemasaran yang ad il, inf o rmasi f akt ual d an t id ak b ias d an p rakt ik ko nt rak yang ad il V II.58 M anajemen b ahan b erb ahaya T id ak ad a
8 .2 Kesiap siag aan d an 4 .4 .7 Kesiap siag aan d an t ang g ap 4 .5.4 D o kument asi 10 . M anajemen A set Prinsip 3 Penerap an K3 Elemen 10 Peng end alian Op erasi T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus
Peng end alian 8 .5 Ket ent uan p ro d uk d an jasa 8 .2 Kesiap siag aan d an 8 .2 Kesiap siag aan d an t ang g ap d arurat 8 .2 Kesiap siag aan d an t ang g ap 4 .4 .2 Pelaksanaan p ro ses 6 .7.4 M elind ung i kesehat an d an keselamat an ko nsumen V II.59 M anajemen limb ah b erb ahaya p ersyarat an khusus
t ang g ap d arurat d arurat 4 .5.5 Peng end alian o p erasi 11. M anajemen Ko nt rakt o r d an
Op erasio nal 8 .6 Peng eluaran p ro d uk d an jasa t ang g ap d arurat d arurat manajemen risiko 6 .7.5 Ko nsumsi b erkelanjut an
10 .1 Perb aikan – U mum 4 .5.6 D esain Pemb elian
8 .7 Peng end alian unt uk o ut p ut 6 .7.6 Layanan ko nsumen, d ukung an, d an keluhan d an p enyelesaian seng ket a
4 .5.7 Peng ad aan jasa, p ro d uk d an 12 . Kesiap siag aan D arurat
yang t id ak sesuai 6 .7.7 Perlind ung an d an p rivasi d at a ko nsumen
p eralat an energ i
10 .1 Perb aikan – U mum 6 .7.8 A kses ke layanan p ent ing
6 .7.9 Pend id ikan d an kesad aran
6 .8 Ket erlib at an d an p eng emb ang an ko munit as
6 .8 .3 Ket erlib at an ko munit as
6 .8 .4 Pend id ikan d an b ud aya
6 .8 .5 Pencip t aan lap ang an kerja d an p eng emb ang an ket eramp ilan
6 .8 .6 Peng emb ang an d an akses t ekno lo g i
6 .8 .8 Kesehat an
6 .8 .9 Invest asi so sial
9 .1 Pemant auan, p eng ukuran, analisa d an 4 .6 .1 Pemant auan, p eng ukuran d an 7.5.2 Pemb uat an d an p emb aruan Elemen 11 Pemant auan d an Peng ukuran
9 .1 Pemant auan,
9 .1 Pemant auan, p eng ukuran, 9 .1 Pemant auan, p eng ukuran, 9 .1 Pemant auan, p eng ukuran, evaluasi analisa 9 .1 Pemant auan, p eng ukuran analisis Kinerja Keamanan
C HEC K: Pro ses 7 p eng ukuran, analisa d an
analisa d an evaluasi analisa d an evaluasi analisa d an evaluasi 9 .2 Invest ig asi kecelakaan lalu lint as d arat 4 .6 .2 Evaluasi p emenuhan t erhad ap d an evaluasi 6 .2 Org aniz at io nal Go vernance Elemen 12 Pelap o ran, Perb aikan d an
Jaminan: 9 .2 evaluasi A rt icle 5 A ud it sist em
9 .2 A ud it int ernal 9 .2 A ud it int ernal 9 .2 A ud it int ernal d an insid en lalu lint as d arat lainnya hukum d an p ersyarat an lainnya 9 .1.2 Evaluasi p emenuhan t erhad ap 13 . B elajar d ari kejad ian 4 .5 Pemant auan d an p eninjauan 6 .3 Hak A z asiM anusia Prinsip 4 Peng ukuran, p emant auan, d an T ind akan Penceg ahan T id ak ad a
Pemant auan, 10 .1 A ud it int ernal V II.11. Pelap o ran kecelakaan T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus V .4 8 - 52 . A ud it ling kung an manajemen
10 .1 Perb aikan – U mum 10 .1 Perb aikan – U mum 10 .1 Perb aikan – U mum 9 .3 A ud it int ernal 4 .6 .3 A ud it int ernal at as EnM S p erat uran hukum d an p ersyarat an 14 . Pemant auan R isiko kerang ka kerja 6 .3 .3 D ue D ilig ence/ U ji Kelayakan evaluasi kinerja K3 Ket id aksesuaian p ersyarat an khusus
Peng ukuran, d an 10 .2 Perb aikan – U mum p eng amat an
10 .2 Ket id aksesuaian d an t ind akan 10 .2 Ket id aksesuaian d an 10 .2 Ket id aksesuaian d an t ind akan 10 .1 Ket id aksesuaian d an t ind akan 4 .6 .4 Ket id aksesuaian,ko reksi, t ind akan lainnya 6 .3 .6 M enyelesaikan keluhan Elemen 13 Peng ump ulan d an A nalisa D at a
A ud it Ket id aksesuaian d an
p erb aikan t ind akan p erb aikan p erb aikan ko reksinya ko reksi d an p enceg ahan 9 .2 A ud it int ernal Elemen 14 A ud it Sist em M anajemen
t ind akan p erb aikan
10 .2 Perb aikan b erkelanjut an 4 .6 .5 Peng end alian cat at an 10 Perb aikan Peng amanan

9 .3 Tinjauan manajemen 9 .3 T injauan manajemen 4 .7.1 U mum ( T injauan manajemen) Prinsip 5 Peninjauan secara t erat ur
A C T : Pro ses 8 9 .3 T injauan manajemen 4 .6 T injauan manajemen d an 9 .4 T injauan manajemen 4 .6 Perb aikan b erkelanjut an 6 .2 Org aniz at io nal Go vernance Elemen 15 T injauan M anajemen T id ak ad a
10 .1 Perb aikan – U mum 10 .1 Perb aikan – U mum 4 .7.2 Inp ut unt uk t injauan manajemen 10 .3 .1 Pro ses p erb aikan b erkelanjut an 15. Hasil- hasil d an T injauan unt uk mening kat kan kinerja T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus T id ak ad a p ersyarat an khusus
T injauan 10 ,2 Perb aikan b erkelanjut an p erb aikan b ekelanjut an 10 .2 Perb aikan b erkelanjut an at as kinerja 6 .3 .3 D ue D ilig ence/ U ji Kelayakan Elemen 16 Pening kat an B erkelanjut an p ersyarat an khusus
10 .3 Perb aikan b erkelanjut an 10 .3 Perb aikan b erkelanjut an 4 .7.3 Out p ut d ari t injauan manajemen K3 secara b erkesinamb ung an
SUPREME

Lampiran 3 Daftar Istilah

Pemahaman arti dari istilah yang umum digunakan di sistem manajemen


HSSE dan SUPREME merupakan bagian penting dari manajemen yang
profesional.
Sangatlah penting bagi Pertamina untuk membuat definisi dan persyaratan
tertulis terhadap terminologi-terminologi sistem manajemen yang relevan,
sehingga dapat menurunkan masalah dalam pelaporan dan komunikasi
lainnya yang mungkin terjadi.
Daftar ini tidak menyeluruh; namun, definisi dan singkatan yang ada di sini
mencakup istilah yang khusus digunakan oleh Pertamina, dan istilah umum
yang digunakan di bidang HSSE (sebagai referensi dan pembelajaran).

A
Abandonment and Site Restoration – Suatu kegiatan untuk
menghentikan pengoperasian fasilitas produksi dan sarana penunjang
lainnya secara permanen dan menghilangkan kemampuannya untuk dapat
dioperasikan kembali, serta melakukan pemulihan lingkungan di wilayah
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
ALARP (As Low As Reasonably Practicable) – Tingkat risiko dapat
dikatakan telah diturunkan hingga tingkat ALARP, jika waktu, masalah,
kerumitan, kesulitan, dan biaya langkah penurunan risiko telah dikaji, dan
ternyata langkah penurunan risiko lebih lanjut dianggap tidak praktis
dan/atau tidak masuk akal karena penurunan risiko yang didapatkan tidak
sebanding dengan biaya yang diperlukan.
Anak perusahaan – Pertamina: sebuah perusahaan dimana lebih dari 50%
sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), atau lebih dari 50% suara
dalam Rapat Umum Pemegang Saham dipegang oleh PT Pertamina
(Persero), atau apabila manajemen dari perusahaan, penunjukan dan
pembubaran Direktur dan Komisaris-nya diatur oleh PT Pertamina
(Persero).
Analisa Tren – Istilah ini mengacu pada sebuah proses dimana data
dianalisa untuk menentukan penyebab dan faktor dasar seperti, namun
SUPREME

tidak terbatas pada, penyebab akar, lokasi, departemen, peralatan tertentu,


tidak adanya prosedur, kegagalan mengikuti prosedur, dan/atau penerapan
prosedur yang tidak tepat.
Analisa risiko – Proses kuantitatif atau kualitatif untuk menilai
kemungkinan dan potensi konsekuensi dari kejadian.
Ancaman – Suatu penyebab yang berpotensi akan melepaskan bahaya
dan menghasilkan sebuah kejadian.
Anggaran – Rencana keuangan organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya, yang dinyatakan dalam istilah-istilah kuantitatif atau
keuangan, untuk periode waktu tertentu di masa datang. (Contoh :
anggaran penjualan umumnya disusun dengan mempertimbangkan
perkiraan penjualan dan menunjukkan jumlah dan nilai penjualan yang
direncanakan berdasar kategori kelompok produk, daerah dan jenis
pelanggan. Anggaran biaya distribusi menunjukkan kegiatan distribusi
yang direncanakan yang diukur dalam kemasan, tonase, dll., serta biaya
pergudangan dan transportasi yang terkait. Anggaran utama
mengumpulkan semua anggaran lainnya untuk menghasilkan ‘perhitungan
untung dan rugi’ dan ‘neraca keuangan.’
Asesmen – Survei, tinjauan informasi historis, dan/atau padanan untuk
‘audit.’ Informasi historis dapat berasal dari laporan insiden, analisa
bahaya, laporan inspeksi terencana, Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), dll.
Aspek – Potensi membahayakan orang, lingkungan, menyebabkan
kerusakan, kerugian terhadap aset, kerugian produksi, dan/atau berdampak
merugikan terhadap reputasi suatu organisasi.
Asset Integrity – 1) Pertamina: kemampuan suatu aset untuk menjalankan
fungsi yang diperlukan secara efektif dan efisien, dan pada saat yang sama
tidak membahayakan manusia dan lingkungan. 2) Kondisi saat sebuah aset
diperoleh, dirancang, dibuat, dilakukan commissioning, dioperasikan, dan
dipelihara sehingga aset tersebut sesuai dengan tujuannya, dengan
mempertimbangkan integritas struktur, process containment, ignition
control, dan sistem-sistem untuk protection, detection, shutdown,
emergency response, and life-saving.
SUPREME

Aturan – (1) Panduan terhadap perilaku, tingkah laku dan/atau tindakan


yang telah ditetapkan. (2) Peraturan eksternal yang mengatur kegiatan
dan/atau mengendalikan perilaku/ tingkah laku, yang digunakan oleh
organisasi yang terlibat.
Audit – (1) Penilaian kinerja yang komprehensif dan sistematis terhadap
kriteria yang telah ditetapkan dan diterima. (2) Pengujian yang sistematis
dan independen untuk menentukan apakah kualitas kegiatan dan hasilnya
sesuai dengan rencana serta apakah rencananya diterapkan secara efektif
dan sesuai untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

B
Bahaya – 1) Pertamina: suatu situasi atau kondisi yang berpotensi
mengakibatkan kerugian seperti cedera, penyakit, kerusakan pada
perlengkapan dan peralatan, kerusakan lingkungan, atau kombinasi dari
hal-hal tersebut. 2) Potensi untuk membahayakan orang, lingkungan,
menyebabkan kerusakan, kerugian aset, dan/atau berdampak merugikan
pada reputasi organisasi. 3) Suatu kondisi, tindakan, dan/atau praktek
dengan potensi mengakibatkan kerugian.
Bahaya kecelakaan besar (Major Accident Hazard) – Setiap bahaya
dapat menghasilkan risiko HSSE yang ‘besar’. Istilah ini sering digunakan
untuk kejadian yang berhubungan dengan keselamatan proses, yakni
kejadian yang menghasilkan/ dapat menghasilkan konsekuensi dengan
kriteria tertinggi menurut Matriks Penilaian Risiko Pertamina.
Bahaya proses – Sifat dasar dari zat berbahaya atau situasi fisik yang
berpotensi menyebabkan kerugian/ kecelakaan besar.
Benchmarking – 1) Suatu standar untuk tingkat keunggulan, pencapaian,
dll., terhadap komponen-komponen serupa yang harus dibandingkan,
diukur, dan/atau dinilai. 2) Standar yang telah ditentukan terhadap
penelitian atau penilaian yang dibandingkan, diukur, dan/atau dinilai.
Budaya – 1) Kepercayaan adat, bentuk, dan/atau bawaan terhadap
kelompok berdasarkan ras, agama, dan/atau aspek sosial tertentu. 2) Ciri-
ciri karakteristik dari eksistensi sehari-hari yang dimiliki bersama oleh
SUPREME

orang-orang dalam suatu tempat dan/atau waktu. 3) Cara organisasi


mempercayai, bepikir, dan bertindak berkaitan dengan risiko.
Bukti – Informasi (dari dokumen, catatan, dan/atau sumber lain) yang
digunakan untuk menetapkan fakta.
Business Continuity – Kemampuan Organisasi untuk dapat terus
melanjutkan kegiatan (produk/ layanan) pada level yang telah ditentukan
sebelumnya, setelah terjadinya suatu situasi yang menyebabkan
terganggunya kegiatan Organisasi.

C
Catatan – 1) Pertamina: Dokumen atau informasi yang berisi hasil-hasil
pekerjaan, dalam format yang standar, yang menandakan implementasi
suatu proses, seperti hasil inspeksi, risalah rapat, rencana kegiatan,
Laporan Hasil Inspeksi, dll. 2) Sebuah dokumen yang berisi informasi yang
berkaitan dengan hasil-hasil yang dicapai dan/atau menunjukkan bahwa
kegiatan telah dijalankan. (Suatu catatan merupakan dokumen ‘output’ dan
umumnya tidak direvisi dan/atau diubah.).
Cedera / penyakit parah – Cedera atau penyakit yang mengakibatkan
setidaknya cacat sementara.

D
Daftar Risiko (Risk Register) – Katalog/ inventaris informasi risiko.
Dampak – Suatu hasil atau konsekuensi yang merugikan terhadap orang,
aset, lingkungan, dan/atau reputasi organisasi.
Desain – Proses penerjemahan sebuah gagasan produk atau jasa menjadi
suatu produk atau jasa yang dapat diproduksi dan dipasarkan secara
komersial.
Didokumentasikan – Informasi tertulis mengenai suatu hal atau kegiatan,
baik dalam bentuk perangkat lunak maupun perangkat keras.
Distribusi – Proses penyimpanan dan pemindahan produk kepada
pelanggan, seringkali melalui perantara seperti grosir dan pengecer. Tugas
SUPREME

manajemen distribusi fisik melibatkan pemindahan jumlah produk tertentu


ke tempat-tempat di mana pelanggan dapat dengan mudah membelinya,
pada waktunya untuk mengisi stok, dalam kondisi baik. Tujuannya adalah
untuk memaksimalkan ketersediaan produk sembari meminimalkan biaya
distribusi (Sinonim: distribusi fisik).
Ditetapkan – Kebiasaan atau prosedur yang berlaku yang diakui dan
diterima secara permanen.
Dokumen – Kertas (perangkat keras) dan/atau file elektronik (perangkat
lunak) yang berisi informasi.
Downgraded Situation – suatu situasi atau kondisi dimana telah terjadi
penurunan dari standard proses atau peralatan yang ada sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan risiko.

E
Efektivitas – Pencapaian hasil-hasil yang direncanakan setelah
implementasi secara ‘sesuai’ and ‘cukup’. ‘Hasil-hasil yang direncanakan’
dapat meliputi kriteria seperti kuantitas, mutu, alokasi waktu, anggaran, dll.
Evaluasi risiko – Proses membandingkan informasi risiko terhadap
dengan penilaian dan standar, untuk memastikan bahwa pengendalian
yang berlaku cukup untuk menurunkan risiko ke tingkat yang dapat
diterima.

F
Fitness to Work – Fit untuk melakukan tugas atau pekerjaan di lingkungan
Organisasi secara efektif dengan level resiko keselamatan dan kesehatan
yang dapat diterima terhadap dirinya atau orang lain di lingkungan tersebut
berdasarkan penilaian profesional oleh seorang dokter yang kompeten.
SUPREME

G
Good/ best practice – Praktek kerja yang bebas dari kesalahan, terbukti,
dan terdokumentasi dan melebihi norma yang ada serta kinerja operasional
terkini dalam lingkungan bisnis yang spesifik.

H
HSSE – Pertamina: Health, Safety, Security, Social and Environment/
Aspek Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, Sosial dan Lingkungan.
HSSE-MS – Pertamina: Health, Safety, Security, Social and Environmental
Management System/ Sistem Manajemen aspek-aspek Kesehatan,
Keselamatan, Keamanan, Sosial dan Lingkungan.

I
Ignition Control – Tindakan pencegahan untuk mengontrol potensi sumber
kumparan pengapian (ignition) di area kerja yang beresiko terutama terkait
konstruksi, instalasi dan penggunaan peralatan.
Inspeksi – Suatu kegiatan pengujian yang terjadwal dan terstruktur
terhadap satu lokasi kerja dengan fokus pada kondisi fisik, aktivitas,
dan/atau praktek kerja, sebagai tambahan atas tugas-tugas rutin
pengawas, dan merupakan suatu bentuk pemantauan.
Insiden – 1) Pertamina: kejadian yang tidak diinginkan, seperti kejadian
nyaris celaka, kecelakaan, tabrakan, kebakaran, ledakan, kebocoran, blow-
out, kegagalan operasional, kegagalan listrik, sakit karena pekerjaan, dan
polusi lingkungan yang mengakibatkan kerugian. 2) Suatu kejadian yang
bisa atau telah mengakibatkan cedera dan/atau kerugian yang tidak
diinginkan.
Inspeksi umum terencana – Inspeksi umum terhadap keseluruhan tempat
kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Inspeksi terencana biasanya
dilakukan dengan frekuensi yang ditetapkan dan dilakukan oleh pekerja
yang terlatih.
SUPREME

Instruksi Kerja – 1) Pertamina: Dokumen yang merupakan uraian dari


Panduan atau Prosedur Kerja, yang spesifik untuk tingkat operasional
tentang penjelasan tahap demi tahap bagaimana suatu kegiatan dijalankan
dari awal hingga akhir, yang dilakukan oleh seorang individu atau tim kerja
secara teratur, sistematis dan terstruktur. 2) Dokumen yang menjelaskan
tahap demi tahap tentang bagaimana suatu tugas atau serangkaian tugas
dijalankan. (Instruksi kerja sering diturunkan dari suatu prosedur terkait.).
Investigasi insiden – Pertamina: sebuah pendekatan sistematis, baik
teknis maupun non-teknis, untuk mengumpulkan fakta-fakta dan keadaan
yang berkaitan dengan penyebab dasar dari insiden, menentukan tindakan
pencegahan untuk mencegah insiden terjadi kembali, dan menentukan
kerugian yang terjadi.
Investigasi Kecelakaan/ Insiden – Pengumpulan fakta secara sistematis
terhadap keparahan dan sifat dari kerugian ataupun near-miss, kejadian
terkait, praktek dan kondisi sub-standar yang menyebabkan kejadian, serta
penyebab dasar dan tindakan manajemen yang dibutuhkan untuk
mencegah atau mengendalikan peristiwa di masa mendatang.

J
Jabatan – Sebuah posisi yang mencakup semua kegiatan kerja yang
dilakukan oleh seseorang yang menjabat di posisi tersebut. (Contoh: teknisi
listrik, tukang kayu, koordinator loss control, tukang las, dokter, penyelia,
auditor, dll.).
Jaminan – Suatu pernyataan positif yang dimaksudkan untuk memberikan
kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang penuh, bebas dari keraguan,
kepastian.

K
Keadaan darurat – Situasi yang menimbulkan ancaman langsung terhadap
kehidupan manusia, kerusakan besar/ serius terhadap harta benda/ aset,
SUPREME

lingkungan, produk/ jasa dan masalah kualitas lainnya, dan/atau keamanan


lapangan/ organisasi.
Keberlanjutan – Kemampuan untuk melanjutkan suatu perilaku tanpa
batas. Definisi yang lebih spesifik adalah:
1) Keberlanjutan lingkungan adalah kemampuan untuk mempertahankan
laju penggunaan sumber daya terbarukan, emisi polusi, dan penipisan
sumber daya tidak terbarukan yang dapat berlanjut tanpa batas.
2) Keberlanjutan ekonomi adalah kemampuan tanpa batas untuk
mendukung level produksi ekonomi yang ditetapkan.
3) Keberlanjutan sosial adalah kemampuan suatu sistem sosial, seperti
suatu negara, untuk berfungsi tanpa batas pada level keberadaan
sosial yang ditetapkan.
Kebijakan, bisnis – (1) Pertamina: dokumen yang mendefinisikan secara
luas tindakan, ekspektasi dan persyaratan Pertamina. (2) Pernyataan
singkat terhadap pandangan dan sikap organisasi atas hal-hal tertentu yang
mencerminkan kebutuhan bisnis. (3) Pernyataan manajemen senior yang
memberikan panduan terhadap administrasi, mencerminkan sikap
manajemen dan komitmennya terhadap aspek-aspek HSSE, serta
mendefinisikan wewenang dan hubungan yang diperlukan untuk mencapai
sasaran organisasi. (4) ISO: Maksud dan arah keseluruhan organisasi
mengenai kualitas, sebagaimana yang dinyatakan secara resmi oleh
manajemen senior.
Kecelakaan besar – (1) Pertamina: (a) kecelakaan kerja yang fatal: sebuah
kecelakaan kerja yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
kematian; (b) kecelakaan kerja yang melibatkan banyak korban dalam satu
peristiwa yang mengakibatkan kehilangan sejumlah hari kerja; (c)
kebakaran besar: kerusakan properti karena kebakaran yang
mengakibatkan kerugian lebih besar dari atau senilai US$1,000,000- (satu
juta dolar Amerika) atau menyebabkan penghentian operasi sepenuhnya
(total shutdown); (d) tumpahan besar: minyak tumpah yang mencemari air
atau daratan dengan jumlah dari 15 barrel; (e) kerusakan properti: sebuah
peristiwa yang tidak menyebabkan kecelakaan kerja yang fatal, ataupun
kebakaran besar dan tumpahan yang besar, namun menyebabkan kerugian
lebih besar dari atau senilai US$ 1,000,000- (satu juta dolar Amerka); (f)
SUPREME

kejadian yang mengundang perhatian masyarakat: suatu kejadian yang


mengundang perhatian media di skala nasional maupun internasional; (g)
klaim atau keluhan terkait aspek HSE yang berasal dari komunitas lokal di
sekitar daerah kegiatan Unit Operasi. (2) Kejadian yang mengakibatkan
cedera dan/atau kerusakan yang tidak disengaja. Istilah ini sering
digunakan untuk peristiwa yang berhubungan dengan keselamatan proses.
Kecelakaan (Kerja) – 1) Pertamina: kejadian yang berhubungan dengan
operasi atau paparan terhadap zat khusus yang berbahaya di dalam
lingkungan pekerjaan. 2) Kejadian yang mengakibatkan cedera dan/atau
kerusakan yang tidak diinginkan.
Kecukupan – Pemilihan jumlah, frekuensi, dan/atau kuantitas kegiatan
yang tepat untuk mencapai penerapan kegiatan yang efektif, dan
memastikan aspek-aspek kinerja HSSE yang telah direncanakan menjadi
aspek-aspek kinerja HSSE yang sebenarnya.
Kejadian – Sesuatu yang terjadi pada tempat tertentu dalam kurun waktu
tertentu (dan setelah bahaya terlepas).
Kemungkinan – Ekspektasi, probabilitas, dan/atau peluang terjadinya
suatu kejadian. Biasanya dinyatakan sebagai frekuensi (misalnya sekali
dalam 10 tahun) tetapi terkadang juga sebagai probabilitas (misalnya, 0,2;
40%, dan lain-lain).
Kepemimpinan – (1) Kepemimpinan adalah fungsi kolektif dari seluruh
pemimpin (dari Proses 1 SUPREME, Kepemimpinan dan Akuntabilitas). (2)
Kepemimpinan adalah proses di mana seorang pemimpin terlibat dengan
pihak lain dan menggerakkan pihak lain untuk mendorong perubahan
dalam suatu organisasi (dari Proses 1 SUPREME, Kepemimpinan dan
Akuntabilitas). (3) Proses yang mempengaruhi pihak lain untuk mencapai
sasaran final. Kepemimpinan yang efektif sering dilihat sebagai hasil dari
kualitas (ciri) kepemimpinan yang dimiliki oleh sebagian orang.
Kerugian – Terbuangnya sumber daya dalam bentuk apapun yang dapat
dihindari, seperti sumber daya manusia, peralatan, bahan-bahan, dan/atau
lingkungan.
Keselamatan – Pengendalian kerugian dari kecelakaan.
SUPREME

Keselamatan kerja – Pengendalian terhadap cedera personal, penyakit,


dan kerusakan harta benda dalam lingkungan dan situasi yang terkait
dengan pekerjaan.
Keselamatan proses – Pengendalian bahaya proses yang berpotensi
menyebabkan kerugian besar yang tidak disengaja.
Kesempatan – (1) Sebuah tindakan dengan potensi untuk menghasilkan
kejadian dengan konsekuensi yang positif. Juga dikenal sebagai upside
risk. (2) Kesempatan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pencapaian sasaran bisnis dengan potensi konsekuensi positif.
Kesempatan dapat dinilai dari probabilitas keberhasilan dan potensi
kesuksesannya. (Sinonim: Peluang).
Kesesuaian – Pemilihan kegiatan yang tepat untuk mendapatkan
implementasi, pengelolaan risiko, dan pencapaian kinerja aspek-aspek
HSSE yang telah direncanakan secara efektif.
Ketidakpatuhan – Kegagalan memenuhi persyaratan. Ketidakpatuhan
dapat diidentifikasi dengan kegiatan pemantauan, turunnya pencapaian
indikator kinerja, tidak tercapainya aspek-aspek HSSE dan/atau
Perencanaan lain, kegagalan memenuhi target, investigasi kejadian,
dan/atau audit/ asesmen.
Ketidaksesuaian – (1) Penyimpangan dari situasi yang telah ditentukan.
(2) Tidak terpenuhinya persyaratan yang telah ditentukan.
Kewenangan – Kapasitas untuk memberikan perintah yang kemudian
diterima secara sah oleh pihak lain. Dalam organisasi modern, kewenangan
manajer untuk memberikan instruksi kepada bawahan terutama berasal
dari posisi resminya sebagai manajer, dan dari hak dan kewajiban secara
resminya terkait dengan jabatan, bukan dari kualitas kepemimpinan
individu. Namun begitu, kedua sumber wewenang ini dapat menjadi
penting.
Key Performance Indicator (KPI) – (1) Pertamina: Alat pengukuran untuk
Direktorat, Unit Operasi, Unit Bisnis, Wilayah, dan/atau segmen organisasi
yang telah diberikan KPI sebagaimana ditentukan oleh manajemen. (2)
Suatu ukuran kinerja organisasi yang diprioritaskan (utama) dan sering
digunakan ketika indikator laba atau finansial kurang memadai dan/atau
SUPREME

tidak relevan untuk dijadikan sebagai ukuran kinerja. Penggunaan KPI


dimaksudkan untuk membantu manajemen mengambil keputusan
mengenai alokasi sumber daya. (Lihat Performance Indicator, Boundary
KPI).
Kinerja – Sebuah ukuran pencapaian yang didapatkan oleh individu, tim,
organisasi, dan/atau proses.
Kompetensi – Kemampuan, dalam hal keahlian, pengetahuan, dan
kesadaran untuk menjalankan peran tertentu. Kompetensi berkembang
seiring berjalannya waktu, dengan kombinasi pendidikan, pelatihan,
dan/atau pelatihan.
Komunikasi – Apa yang kita lakukan untuk memberikan dan mendapatkan
pemahaman.
Konsekuensi – Efek, hasil, dampak, dan/atau akibat dari sesuatu yang
telah terjadi.
Kontrak – Dokumen yang mengikat secara hukum atau situasi ketika
penjual menyanggupi untuk memasok barang atau jasa kepada pembeli
dengan mempertimbangkan keuntungan keuangan dan/atau keuntungan
yang lainnya.
Kontraktor – Orang atau perusahaan yang melakukan pekerjaan di bawah
kontrak untuk organisasi.
Krisis – Keadaan darurat ketika situasinya telah meningkat hingga suatu
titik di mana ada kepentingan media yang mungkin memiliki dampak negatif
terhadap reputasi pada tingkat perusahaan/ korporasi dan dapat
mengancam kelangsungan bisnis.
Kualitas – (1) Tingkat di mana situasi dianggap memenuhi situasi yang
diharapkan.
(2) Jumlah sifat dan karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang
menentukan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan
ataupun tersirat. (Sinonim: Mutu).
Keparahan – Ukuran tingkat cedera atau kerugian yang disebabkan oleh
kecelakaan. Juga dikenal sebagai konsekuensi, dampak, atau efek
SUPREME

bahaya. Sering dinyatakan sebagai tingkat cedera dan/atau biaya


kerusakan.

L
Lagging Indicators – Pengukuran konsekuensi atau hasil. Dengan kata
lain pengukuran reaktif.
Leading Indicators – Pengukuran input untuk suatu proses. Menjawab
pertanyaan, ‘Seberapa baik kita melakukan pekerjaan kita?’ Dengan kata
lain pengukuran proaktif.
Lingkungan – Lingkungan di mana suatu organisasi beroperasi, termasuk
udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan
keterkaitannya.
Loss of Containment – sebuah kejadian pelepasan atau kehilangan dari
wadah utama yang tidak direncanakan atau dikendalikan dari material
apapun termasuk material tidak beracun ataupun material yang tidak
mudah terbakar.

M
Manajemen – (1) Menyelesaikan beberapa hal dengan melalui pihak lain.
Proses mengatur dan mengarahkan sumber daya manusia di dalam suatu
organisasi untuk memenuhi sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Fungsi
dan peran-peran manajemen utama adalah perencanaan, pengaturan,
kepemimpinan, dan pengendalian. (2) Seseorang atau beberapa orang
yang mengarahkan atau mengendalikan kegiatan suatu kegiatan
sekelompok pekerja.
Manajemen keselamatan proses – Sebuah kerangka kerja pengendalian
untuk mengatur keselamatan proses dan mendorong perbaikan
berkelanjutan.
Manajemen risiko – Sebuah proses untuk memastikan semua risiko yang
signifikan telah diidentifikasi, diprioritaskan, dikelola (dikendalikan), dan
dipantau secara efektif.
SUPREME

Manajemen sisa risiko – Sebuah evaluasi resmi oleh upper management


untuk mengkaji kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas manajemen MAH
secara menyeluruh melalui tinjauan formal dari status dan kecukupan
pengendalian (barrier) yang diimplementasikan untuk mengelola MAH.
Manual – Pertamina: sebuah dokumen tingkat tinggi yang berisi Kebijakan
Perusahaan yang becermin pada keinginan dan komitmen secara
keseluruhan, yang kemudian menjadi referensi dan pendekatan utama
untuk mencapai Misi, Visi, Tata Nilai, Target, Strategi, dan Rencana Kerja
Perusahaan.

N
Norma – Sebuah kepercayaan atau tindakan yang dilakukan bersama oleh
dua orang atau lebih.
Nyaris-celaka (Near-miss) – (1) Pertamina: sebuah insiden, peristiwa,
atau situasi yang tidak mengakibatkan kerugian, seperti kerusakan properti,
namun bila tidak dikendalikan dapat mengarah pada kecelakaan serius
(Pertamina). (2) Sebuah insiden yang dapat, namun tidak mengakibatkan
orang cedera, kerusakan pada aset, lingkungan, keamanan, produksi,
reputasi perusahaan, dan/atau konsekuensi kerugian usaha. Seluruh
kejadian nyaris-celaka harus diperlakukan sebagai insiden dan harus
diinvestigasi dan dilaporkan sesuai dengan potensi risikonya.

O
Observasi – Pengamatan dengan perhatian yang cukup untuk
mendapatkan pengetahuan tentang kondisi dan perilaku. Mengobservasi
berarti mempersepsikan atau mengidentifikasi melalui berbagai macam
indera (seperti penglihatan, pendengaran, perasa, bau, sentuhan).
Mengobservasi meliputi menyadari, mencatat, dan memahami hal-hal yang
signifikan dari apa yang diamati. Dalam hal ini, mengobservasi lebih kepada
proses psikologis, dan bukan proses fisik.
Observasi perilaku – Proses mengamati bagaimana seorang individu
bertindak sesuai dengan peraturan dan praktik yang berlaku, dengan tujuan
memperkuat dan meningkatkan standar perilaku yang diinginkan.
SUPREME

Observasi tugas – Observasi tugas adalah suatu teknik untuk memastikan


bahwa tugas / prosedur dijalankan dengan efisien dan memenuhi standar
yang berlaku.
Organisasi – Setiap badan atau lembaga yang terorganisir, seperti bisnis,
perusahaan, pemerintah, departemen, badan amal, dan/atau masyarakat.
Untuk badan atau lembaga dengan lebih dari satu bidang, maka setiap
bidang tunggal dapat didefinisikan sebagai sebuah organisasi, dan
kelompok tersebut disebut sebagai sebuah korporasi.
Orientasi – Umumnya dibagi menjadi tiga jenis:
1) Orientasi Umum. Presentasi pra-tugas kepada pekerja atas poin-poin
utama dari kebijakan organisasi, manfaat, jasa, fasilitas, aturan dan
praktek umum, serta lingkungan kerja. Umumnya dilakukan oleh
personel staf HR (Sinonim: induksi).
2) Orientasi Kerja. Orientasi spesifik yang dirancang untuk mengarahkan
pekerja terhadap informasi spesifik yang diperlukan untuk menyiapkan
mereka untuk melakukan pekerjaan tertentu. Biasanya dilakukan oleh
pengawas / pimpinan langsung pekerja (Sinonim: induksi).
3) Orientasi Kepemimpinan. Orientasi spesifik HSSE yang dirancang
untuk mengarahkan seorang manajer / pemimpin terhadap informasi
sistem manajemen HSSE yang diperlukan untuk mempersiapkan
pemimpin untuk pekerjaan tertentu. Biasanya dilakukan oleh staf
profesional HSSE (Sinonim: induksi).

P
Panduan – Dokumen yang memberikan informasi pendukung tentang
metode yang dapat diterima untuk menerapkan persyaratan yang
ditemukan dalam kebijakan, proses bisnis, pedoman, prosedur, instruksi
kerja, dll.
Paparan risiko – Jumlah risiko yang terkena.
P-D-C-A – Pendekatan siklus hidup untuk menerapkan sistem manajemen,
yang terdiri dari kegiatan Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check
(Pemeriksaan), dan Act (Tindakan). Sebagai dasar dan pendekatan
SUPREME

implementasi untuk sejumlah standar internasional seperti ISO 9001, ISO


14001, OHSAS 18001, dll.
Pekerja – Seseorang yang dipekerjakan oleh organisasi dan bukan yang
bertanggung jawab atau membawahi kegiatan sekelompok pekerja lainnya.
Pemangku kepentingan – Lihat ‘Para pihak yang berkepentingan’.
Kelompok-kelompok yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh
organisasi dan kegiatan-kegiatannya. Ini dapat mencakup, namun tidak
terbatas pada: pemilik, pengurus, pekerja, asosiasi, serikat dagang,
pelanggan, anggota, mitra, pemasok, pesaing, pemerintah, regulator,
pemilih, LSM/ organisasi nirlaba, kelompok penekan dan pengaruh,
dan/atau masyarakat.
Pemantauan – Mengawasi, mensupervisi, dan/atau mengatur dengan
tujuan untuk mengendalikan, memeriksa secara terus-menerus, dan/atau
memantau perkembangan. Pemantauan di sini bisa termasuk yang
menggunakan peralatan khusus, observasi manusia, dan/atau kombinasi
dari keduanya.
Pemimpin – Seseorang yang terlibat dan menggerakkan pihak-pihak lain
untuk mendorong perubahan dan perbaikan yang berkelanjutan di dalam
organisasi.
Pemimpin Senior – seorang yang memegang posisi tinggi dan
berpengaruh karena pengalaman dan keahlian yang dimilikinya didalam
suatu kelompok/grup atau organisasi.
Pengendalian – Pengendalian meliputi preventive measures (menurunkan
kemungkinan/ probabilitas kejadian), detective measures (mendeteksi
kejadian besar), control measures (mengendalikan/ menurunkan skala
kejadian besar), mitigative measures (menurunkan jumlah dan tingkat
keparahan dari suatu konsekuensi) dan recovery preparedness measures
(menurunkan rentetan konsekuensi yang timbul dari kejadian besar).
Pengendalian juga dikenal sebagai barriers, risk reduction measures,
preventive measures, dan/atau mitigative measures.
Pengendalian dokumen – Teknik dan kegiatan operasional untuk
memastikan penggunaan dokumen yang benar dan tepat dalam organisasi.
Pengendalian dokumen meliputi identifikasi dokumen yang memerlukan
SUPREME

pengendalian, pembuatan dokumen, desain dan formatnya, persiapan


isinya, persetujuan, penerbitan, perubahan/ modifikasi, distribusi, penarikan
dokumen yang kadaluarsa, dan pembuangan/ penghancurannya secara
tepat.
Penilaian risiko – Setiap proses yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan/atau menentukan peringkat risiko.
Penyebab dasar (basic causes) – Faktor-faktor pekerjaan dan pribadi,
seperti teknik yang tidak memadai, kurangnya pengetahuan atau
keterampilan, dll., yang berasal dari tindakan atau kondisi sub-standar.
Penyebab dasar juga dikenal sebagai penyebab akar (root causes) atau
penyebab yang sebenarnya (real causes), cacat sistem (system defects)
atau contributing causes. Penyebab dasar umumnya berasal dari sistem
keselamatan yang tidak memadai, standar sistem yang tidak memadai,
dan/atau kepatuhan standar yang tidak memadai.
Penyebab langsung (Immediate causes) – Tindakan/ praktek dan/atau
kondisi sub-standar yang secara langsung berkontribusi terhadap terjadinya
kecelakaan/ insiden. Sering disebut sebagai tindakan atau kondisi yang
tidak aman (unsafe acts/ conditions), atau penyebab langsung (direct
causes).
Peralatan kritikal (Critical Equipment) – Mesin, peralatan, dan/atau bahan
yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar terhadap manusia, harta
benda, proses, dan/atau lingkungan ketika kondisinya usang, rusak,
diperlakukan tidak wajar, penyalahgunaan, atau diterapkan tidak
semestinya, dll. Beberapa mesin, peralatan, dan/atau bahan yang kritikal
apabila kondisinya usang, rusak, diperlakukan tidak wajar,
penyalahgunaan, atau diterapkan tidak semestinya, kemungkinan besar
akan mengakibatkan kerugian yang besar.
Peraturan – Aturan atau keharusan, hukum, atau perangkat yang ada
untuk mengatur orang, peralatan, bahan, atau lingkungan oleh lembaga
atau organisasi eksternal.
Perbaikan (yang) berkelanjutan (Continual Improvement) –
Peningkatan/ perbaikan produk, jasa, dan/atau proses yang berlangsung
melalui langkah-langkah kecil dan perbaikan terobosan.
SUPREME

Perencanaan, bisnis – Sebuah metode pengendalian bisnis yang


melibatkan pengaturan sasaran jangka panjang dan perumusan
perencanaan/ program tindakan yang dirancang untuk mencapai sasaran-
sasaran tersebut.
Perencanaan operasi – Perencanaan operasi produksi perusahaan
termasuk:
1) Operasi atau tugas pekerjaan yang harus dilakukan.
2) Urutan pelaksanaan.
3) Waktu yang diperlukan oleh setiap operasi.
4) Tata letak pabrik dan mesin pabrik.
Performance Dialogue – Pertamina: sebuah rapat atau diskusi yang
diadakan oleh setiap fungsi, bagian, dan/atau lokasi untuk meninjau
pencapaian dari target kinerja yang didefinisikan, menangani isu dan
masalahnya, serta menentukan tindak lanjutnya.
Performance Indicator – Suatu ukuran kinerja organisasi sering digunakan
ketika indikator laba atau finansial merupakan panduan yang kurang
memadai atau tidak relevan dengan kinerja. Penggunaan indikator kinerja
dimaksudkan untuk membantu manajemen mengambil keputusan
mengenai alokasi sumber daya.
Personil – Istilah personil meliputi orang-orang di seluruh tingkatan
organisasi yang mencakup gugus kerja, para pemimpin/ manajer/ penyelia,
dll. Ini juga meliputi pertimbangan khusus apapun yang dapat disyaratkan
untuk orang yang cacat.
Perusahaan – Istilah ini mengacu pada Pertamina, unit operasi Pertamina,
anak perusahaan Pertamina, dan/atau yang berafiliasi dengan Pertamina.
Tidak termasuk di dalamnya, para kontraktor atau entitas non-Pertamina.
Praktik – Metode atau pedoman umum yang harus diikuti ketika
melaksanakan sebuah tugas yang tidak harus dilakukan secara identik
setiap kali tugas tersebut dilakukan.
Principle of Multiple Causes (Prinsip Penyebab Ganda) – Suatu prinsip
yang memiliki pandangan bahwa suatu kejadian (accident/incident) sangat
jarang disebabkan oleh satu faktor penyebab.
SUPREME

Process Containment – suatu tindakan, proses, atau sarana yang


dilakukan untuk menjaga sesuatu dalam batas kewajaran.
Produksi – Proses konversi untuk mengubah input seperti bahan, tenaga
kerja, dan modal menjadi barang dan jasa.
Program – Deskripsi tentang sarana yang akan digunakan untuk mencapai
sasaran dan target.
Prosedur – (1) Pertamina: dokumen yang merupakan uraian dari dokumen
Panduan, yang mengkhususkan pada suatu proses atau kegiatan kerja dari
awal hingga akhir, dan setidaknya melibatkan tiga fungsi/ kegiatan
departemen dalam menentukan siapa melakukan apa, kapan, dan berapa
lama hingga pekerjaan tersebut selesai, sampai dengan orang/ fungsi
selanjutnya untuk melanjutkan proses berikutnya hingga keseluruhan
kegiatan selesai. (2) Penjelasan tahap demi tahap tentang bagaimana
melaksanakan, dari awal hingga akhir, dalam hal menjalankan tugas
dengan benar.
Prosedur Kerja – Pertamina: Sebuah dokumen yang merupakan uraian
dokumen Panduan, yang spesifik menjelaskan dari awal hingga akhir
proses atau kegiatan kerja, dan minimal melibatkan tiga fungsi/ kegiatan
departemen yang menentukan siapa melakukan apa, kapan dan berapa
lama sampai pekerjaan tersebut selesai, sampai dengan orang/ fungsi
selanjutnya untuk melanjutkan proses berikutnya hingga keseluruhan
kegiatan selesai.
Proses – Sebuah urutan kegiatan yang memberikan nilai tambah dengan
memproduksi output/ hasil yang diharapkan dari berbagai input.
Proyek – Proyek adalah suatu usaha yang bersifat sementara dalam waktu
tertentu yang dilakukan untuk menciptakan sebuah produk, dan/atau jasa
yang unik. Sifatnya yang bersifat sementara dan dengan durasi tertentu
kontras dengan proses atau operasi yang pekerjaannya bersifat permanen
atau semi permanen untuk menciptakan hasil, produk, dan/atau jasa yang
sama berulang-ulang.
SUPREME

R
Rencana – Suatu dokumen yang menjelaskan prosedur dan/atau dokumen
dan sumber daya terkait dan apa yang harus diterapkan oleh siapa dan
kapan/ seberapa sering terhadap proyek, proses, kegiatan, dan/atau
kontrak tertentu.
Rencana (Plans) – hasil proses perencanaan berupa daftar ketetapan
tentang langkah tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa,
siapa pelaksananya, di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya
yang akan digunakan, serta pelbagai keterangan mengenai tolok ukurnya,
dalam rangka mencapai hasil. Rencana digunakan manajemen untuk
pedoman pengarahan kegiatan dan juga sebagai pedoman proses
pengendalian.
Resmi / formal – Bentuk atau struktur eksternal, yang sesuai dengan
kebiasaan atau aturan yang tetap. Atau diselesaikan/ dibuat dengan teratur:
metodis, pasti, dan eksplisit.
Risiko – (1) Kemungkinan/ frekuensi terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan, dan tingkat keparahan terhadap konsekuensi (efek) dari
peristiwa tersebut. (2) ISO/IEC Guide 73: kombinasi dari probabilitas suatu
kejadian dan konsekuensinya. (3) Peluang/ kesempatan kerugian.
Risiko ‘Downside’ – jenis risiko yang merugikan.
Risiko ‘Upside’ – jenis risiko yang menguntungkan atau jenis Risiko
dimana terjadinya Risks Event akan menghasilkan outcome yang sifatnya
menguntungkan.
Rutin – Tindakan reguler, kinerja yang tidak bervariasi dari tindakan/
perilaku tertentu.

S
Sasaran – Pernyataan mengenai di mana sebuah organisasi ingin berada
dalam kaitannya dengan masalah-masalah bisnis yang relevan, terkadang
untuk masa yang akan datang.
SUPREME

Sebaiknya – Mengindikasikan serangkaian tindakan yang disarankan, dan


merupakan praktek yang terbaik.
Seluruh – Istilah ini umumnya mengacu pada kondisi atau situasi saat
didapatkan 100% pemenuhan atau kepatuhan.
SIKA – Surat Ijin Kerja Aman.
Sisa (‘net’) risiko –penilaian terhadap risiko dengan mempertimbangkan
pengendalian mutu yang ada dan keefektifannya, dan setelah pengendalian
telah diterapkan. Perbedaan antara risiko yang inheren (‘gross’) dan sisa
(‘net’), memberi indikasi kualitas, kesesuaian, kecukupan, dan efektivitas
pengendalian.
Sistem – Cara yang telah ditetapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan
atau serangkaian kegiatan, termasuk identifikasi, pelatihan, dan keterlibatan
individu yang akuntabel/ bertanggung jawab atas kegiatan tersebut; definisi
kegiatan dan bagaimana melakukannya secara jelas; dan mekanisme untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan seperti yang diharapkan.
Sistem manajemen – (1) ISO: Bagian dari keseluruhan sistem manajemen
yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab,
praktek, prosedur, proses, dan sumber daya untuk pengembangan,
penerapan, pencapaian, peninjauan, dan pemeliharaan kebijakan
(lingkungan). (2) Kerangka kerja pengendalian untuk mengatur risiko
organisasi dan mendorong perbaikan berkelanjutan.
Sistem manajemen risiko – Pendekatan terstruktur yang digunakan oleh
organisasi untuk mengkoordinir kegiatan yang terkait dengan manajemen
risiko dan mendorong perbaikan berkelanjutan.
Standar – Suatu standar mewakili persetujuan atas praktek terbaik untuk
teknologi atau proses tertentu. Sebagai contoh, ISO 14001 adalah standar
internasional yang mewakili persetujuan seluruh dunia terhadap praktek
terbaik untuk manajemen lingkungan. Ini BUKAN merupakan suatu standar
kinerja (teknis).
Standar kinerja – Standar kinerja yang khususnya membebankan pada
batasan dan target yang bisa diukur, seperti ‘seberapa banyak gas yang
SUPREME

dapat dilepaskan ke udara’. Ini seringkali disebut sebagai standar teknis,


dan diterapkan secara luas di lapangan keselamatan proses.
Strategi – Perumusan rencana strategis secara terpadu oleh perusahaan
dalam rangka mencapai sasaran/ tujuan bisnisnya. Strategi bisnis
mengintegrasikan semua aspek kegiatan produksi perusahaan melalui
semua tingkatan, termasuk:
1) Penetapan sasaran atau tujuan,
2) Petunjuk strategis,
3) Pilihan mode pengembangan,
4) Strategi kompetitif,
5) Tanggung jawab fungsional.
Sub-kontraktor – Orang atau perusahaan yang melakukan pekerjaan di
bawah suatu kontrak dengan kontraktor.
Sumber daya, umum – Apapun yang digunakan untuk menghasilkan
produk / barang, kegiatan, dan/atau jasa.
SUPREME – SUstainability PeRtamina Expectations for HSSE
Management Excellence. Sebuah singkatan untuk sistem manajemen
HSSE Pertamina dan pedomannya yang sesuai, berisi ekspektasi dan
panduan implementasi untuk seluruh unit operasi dan anak perusahaan
Pertamina.
Survei – Studi sistematis untuk mengidentifikasi dan menilai masalah atau
kondisi yang telah didefinisikan.
Sustainibility – Keberlanjutan “Kemampuan untuk melanjutkan sesuatu
kegiatan pada suatu tingkatan level dalam periode waktu tertentu”.
Keberlanjutan adalah paradigma untuk berpikir tentang masa depan
melalui pertimbangan yang seimbang antara aspek lingkungan,
kemasyarakatan dan ekonomi dalam mengejar kualitas hidup yang lebih
baik. Sustainability / Keberlanjutan seringkali dipadankan dengan
Sustainable Development / Pembangunan Berkelanjutan yang diartikan
sebagai: "pengembangan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri” (the 1987 Bruntland Commission Report of
United Nations). Keberlanjutan sering dianggap sebagai tujuan jangka
SUPREME

panjang (yaitu dunia yang lebih berkelanjutan), sementara


pembangunan berkelanjutan mengacu pada banyak proses dan jalur
untuk mencapainya keberlanjutan itu sendiri (misalnya pertanian
berkelanjutan, produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, pemerintahan
yang baik dll.)

T
Tanggung jawab – Kewajiban untuk melaksanakan tugas tertentu
(misalnya, seseorang yang memiliki tanggung jawab terhadap ‘X’ dalam
suatu organisasi wajib untuk melaksanakannya, atau untuk memastikan
bahwa pihak/ orang lain melakukannya). Masalah yang sering terjadi dalam
organisasi adalah bahwa tanggung jawab didefinisikan secara lemah; tidak
sepenuhnya jelas siapa yang bertanggung jawab untuk apa, sehingga
fungsi-fungsi tertentu tidak dilaksanakan secara efektif.
Target – Titik akhir yang spesifik, biasanya dengan menyatakan tanggal
penyelesaian dari tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai
sasaran-sasaran dan/atau mencapai ukuran kuantitatif kinerja tertentu.
Tata Nilai – Pemahaman dan harapan yang menggambarkan bagaimana
perilaku orang-orang yang berada dalam organisasi dan yang mendasari
semua hubungan bisnis (misalnya, integritas, kepercayaan, dukungan,
kebenaran, dll.).
Terstruktur – (1) Dirancang dan dipasang secara logis dan sistematis.
Seringkali melibatkan pola yang jelas dan hirarkis. (2) Pola peran dan
hubungan dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Tindakan sub-standar dan kondisi sub-standar (substandard acts and
conditions) – Tindakan, praktek dan/atau kondisi yang tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan; sering disebut sebagai unsafe acts and
conditions.
Tindakan korektif – Setiap tindakan yang diambil untuk menangani insiden
atau ketidak-patuhan, dan bila memungkinkan, untuk mencegah hal serupa
terjadi kembali.
SUPREME

Tindakan preventif – Setiap tindakan yang diambil untuk menyelidiki,


mencegah, atau mengurangi kecacatan dan kegagalan, dan penyebab
kerugian lainnya.
Tugas – (1) Penugasan kerja tertentu dalam suatu pekerjaan, yang terdiri
dari urutan langkah-langkah. (2) Bagian pekerjaan yang memerlukan
serangkaian tindakan tertentu dan nyata untuk penyelesaiannya.
SUPREME

Lampiran 4 Manajemen Risiko


Kegiatan-kegiatan Pertamina memiliki/ melibatkan risiko, dan oleh karena itu
memiliki potensi untuk membahayakan orang-orang dan lingkungan, untuk
mengakibatkan kerusakan dan/atau kerugian terhadap aset, kerugian produksi,
kerugian finansial, pelanggaran hukum, dan untuk memberi dampak negatif
bagi reputasi Perusahaan. Risiko di Pertamina dapat dikategorikan dengan
beberapa pendekatan. Salah satu pendekatannya adalah dengan
mengkategorikan risiko ke dalam Enterprise Risk dan Operational Risk (Risiko
Operasional). Enterprise Risk adalah risiko besar bersifat ‘top-down’ yang
berhubungan dengan keuangan, reputasi, ataupun risiko lain yang dapat
mempengaruhi keberlangsungan bisnis Pertamina secara keseluruhan.
Sementara itu, Risiko Operasional merupakan risiko bersifat ‘bottom-up’ yang
muncul dari berbagai proses bisnis yang ada di organisasi. Proses 4
SUPREME ini berfokus kepada Risiko Operasional yang dihasilkan oleh unit
operasi dan anak perusahaan Pertamina, dan risikonya dikelola oleh pemimpin
dan personil dari unit operasi dan anak perusahaan Pertamina tersebut.
Risiko-risiko operasional ini dapat dihasilkan oleh bahaya kerja yang sifatnya
lebih ‘tradisional’ (terkait Keselamatan Kerja), atau dihasilkan oleh bahaya
yang berpotensi menyebabkan kerugian besar terhadap Pertamina (terkait
Keselamatan Proses/ Major Accident Hazards – MAH atau Bahaya Kecelakaan
Besar), sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar di bawah ini. Keselamatan
Proses sebaiknya tidaklah disalahartikan sebagai bahaya-bahaya yang ada di
area proses (meskipun banyak bahaya-bahaya di area proses dapat
dimasukkan ke dalam kategori Keselamatan Proses). Keselamatan Proses
berkaitan dengan semua bahaya yang bila berkembang menjadi kejadian akan
dapat mengakibatkan dampak besar terhadap orang, lingkungan, aset,
produksi, hukum, dan/atau reputasi. Oleh karena itu, beberapa risiko
Keselamatan Proses juga akan termasuk sebagai bagian dari Enterprise Risk.
SUPREME

Risiko yg. Oleh karena itu, suatu proses Manajemen


Konsekuensi Tinggi
Frekuensi Rendah tidak dapat Risiko yang terintegrasi diperlukan untuk
Keselamatan ditolerir memberikan suatu pendekatan terstruktur
Proses
dalam mengidentifikasi semua bahaya yang
ada, baik dari sudut pandang keselamatan
kerja maupun keselamatan proses dalam
kegiatan Pertamina, kemudian untuk
Konsekuensi Rendah menentukan potensi dampaknya, dan pada
Risiko yg. Frekuensi Tinggi

dapat Keselamatan akhirnya untuk memperkirakan risikonya.


ditolerir Kerja Tujuan utama manajemen risiko yang
terintegrasi di Pertamina adalah untuk
Kemungkinan Terjadi memastikan bahwa semua risiko
diidentifikasi, dievaluasi, diprioritaskan,
dikontrol hingga level yang dapat diterima (As Low As Reasonably Practicable
– ALARP), dipantau, dan ditinjau untuk perbaikan secara sesuai, cukup, dan
efektif.
Penerapan manajemen risiko yang efektif terdiri dari empat langkah:
identifikasi, evaluasi, pengendalian, dan pemantauan, dimana semua langkah-
langkah ini membutuhkan dokumentasi / perekaman yang sesuai. Langkah-
langkah ini mencakup identifikasi bahaya, evaluasi risikonya, penentuan dan
penerapan kontrol / barrier untuk mengendalikan risiko-risiko ini, serta
pemantauan risiko-risiko dan kontrolnya yang telah diimplementasikan
tersebut. Hasil akhir dari siklus ini adalah penentuan, diskusi, dan manajemen
sisa risiko. Siklus ini dan langkah-langkah yang terdapat di dalamnya relevan
untuk mengelola Keselamatan Kerja ataupun Keselamatan Proses.
SUPREME

1. Penjelasan Identifikasi Risiko

Gambar 6. Identifikasi Risiko terhadap Aspek-Aspek HSSE


ASPEK-ASPEK HSSE : Tahapan pertama dalam Manajemen Risiko
adalah identifikasi risiko, yang terdiri dari dua kegiatan utama:
menetapkan konteks bahaya (yaitu aspek-aspek bahaya – H, S, S, E,
dan/atau Q, dan skenario yang mungkin) dan mengidentifikasi semua
jenis bahaya, ancaman, dan peluang. Langkah ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi secara sistematis potensi bahaya, ancaman, dan
peluang kesehatan, keselamatan (kerja dan proses), keamanan,
lingkungan, dan mutu, dari kegiatan dan operasi. Identifikasi bahaya,
ancaman, dan peluang dilakukan di tahap awal dalam desain dan
pengembangan fasilitas, peralatan dan/atau proses baru. Hal ini
ditujukan agar praktik, sistem, desain dan peralatan HSSE tertanam
secara inheren ke dalam fasilitas, dan bukannya dipasang/ ditambahkan
kemudian saat fasilitas telah memasuki fase operasi. Hal ini juga
memungkinkan cakupan identifikasi dan implementasi kontrol/ barrier
yang lebih luas untuk mencegah, mendeteksi, mengendalikan,
memitigasi, dan/atau memulihkan dari kecelakaan.
SUPREME

Untuk tingkat korporat, unit operasi, dan/atau anak perusahaan yang


telah beroperasi, identifikasi bahaya dan evaluasi risiko yang
berkelanjutan diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kinerja HSSE. Profil bahaya dan risikonya dapat berubah, sehingga
upaya berkelanjutan sangatlah penting untuk memastikan perubahannya
diidentifikasi dan selanjutnya dikelola ke level yang dapat diterima.

Gambar 7. Identifikasi Risiko terhadap Aspek-Aspek Keselamatan


Proses
ASPEK-ASPEK KESELAMATAN PROSES : Untuk Bahaya Kecelakaan
Besar/ Major Accident Hazards (MAH), Analisa Bahaya Proses (PHA)
menjadi dasar untuk memastikan manajemen MAH dan barrier-nya
sesuai, cukup, dan efektif, sebagaimana dapat dilihat dalam diagram di
atas. Maksud utamanya adalah mengidentifikasi skenario/ kejadian
Bahaya Kecelakaan Besar yang kredibel dan dapat berakibat kepada
kerugian bisnis yang besar, dan ini umumnya akan meliputi langkah-
langkah berikut:
 Identifikasi sistem/ unit proses yang ada MAH di dalamnya.
 Identifikasi skenario/ kejadian Kecelakaan Besar.
 Analisa MAH dan skenarionya, mencakup urutan ekskalasi MAH
menjadi kejadian/ kecelakaan besar, dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan kerugian besar.
SUPREME

Serupa dengan aspek-aspek HSSE, Analisa Bahaya Proses/ Process


Hazard Analysis (PHA) sebaiknya dilaksanakan dalam semua tahap
siklus hidup fasilitas untuk memastikan bahwa semua MAH diidentifikasi
dan dikelola dengan mengimplementasikan barrier yang relevan secara
berkelanjutan (contohnya diberikan di Gambar di bawah ini).

Gambar 8. Identifikasi Risiko Menggunakan PHA selama


Keseluruhan Siklus Hidup Fasilitas
SUPREME

2. Penjelasan Evaluasi Risiko

Gambar 9. Evaluasi Risiko terhadap Aspek-Aspek HSSE


Tahapan kedua dalam Manajemen Risiko adalah evaluasi risiko, yang
terdiri dari dua kegiatan: analisa risiko dan evaluasi risiko. Dalam analisa
risiko, bahaya yang dapat mengakibatkan insiden, potensi konsekuensi
yang dapat muncul dari insiden, dan pada akhirnya risiko dari insidennya
ditetapkan. Dalam evaluasi risiko, risiko yang telah ditentukan
dibandingkan dengan kriteria penerimaan risiko perusahaan dan
diurutkan untuk memprioritaskan pengendalian dan pemantauan risiko.
Evaluasi risiko dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif,
dan/atau kualitatif. Tidak ada satu cara pun yang merupakan pendekatan
yang lebih baik untuk mengevaluasi risiko, dan salah satu dari
pendekatan evaluasi risiko di atas ataupun kombinasinya dapat menjadi
cara yang valid untuk mengevaluasi risiko tertentu.
Semua pendekatan ini memiliki langkah-langkah dasar yang sama untuk
mengidentifikasi bahaya, menilai kemungkinannya, dan menilai
konsekuensinya untuk menentukan risiko. Dalam hal kompleksitasnya,
penilaian risiko kuantitatif adalah yang paling rumit dan memerlukan
banyak sumber daya bila dibandingkan dengan evaluasi risiko yang
kualitatif. Penilaian risiko semi-kuantitatif ada di antara dua pendekatan
ini. Perbedaan yang utama adalah tingkat kompleksitas di dalam
langkah-langkah yang digunakan, berikut tingkat pengalaman dan
SUPREME

keahlian yang dibutuhkan oleh personil yang melakukan penilaian,


termasuk kebutuhan penggunaan sumber daya yang lebih banyak untuk
melakukan penilaian risiko kuantitatif dibandingkan dengan penilaian
risiko semi-kuantitatif ataupun kualitatif.
Menentukan pendekatan mana yang akan digunakan akan tergantung
kepada cakupan dan kompleksitas skenario yang akan dinilai. Meski
demikian, penerapan metode kuantitatif akan lebih baik untuk situasi-
situasi berikut :
 Saat mengevaluasi dan membandingkan opsi-opsi penurunan risiko;
di mana efektivitas opsi-opsi yang ada tidaklah terlalu jelas.
 Saat evaluasi perlu dilakukan terhadap paparan terhadap pekerja,
masyarakat, dan/atau nilai strategis dari aset, serta langkah-langkah
penuruan risikonya.
 Saat teknologi baru digunakan dan membawa risiko tinggi, di mana
tidak tersedia data historis untuk aplikasi sebelumnya.
 Saat demonstrasi bahwa risiko telah dikelola hingga ke level ALARP
diperlukan.

Gambar 10. Evaluasi Risiko terhadap Aspek-Aspek Keselamatan


Proses
SUPREME

Model Manajemen MAH pada dasarnya mengikuti pendekatan yang


sama dengan model umum manajemen risiko, yaitu menentukan
kemungkinan kejadian, menentukan konsekuensi yang dapat diakibatkan
oleh kejadian tersebut, dan mengevaluasi risiko yang dihasilkan.
Umumnya ini dimasukkan sebagai bagian dari proses Analisa Bahaya
Proses atau Process Hazard Analysis. Evaluasi Risiko di berbagai
tahapan siklus hidup fasilitas dengan menggunakan kombinasi analisa
kualitatif (misalnya: HAZID, HAZOP), analisa semi-kuantitatif (misalnya,
Fault Tree Analysis, Event Tree Analysis), dan analisa kuantitatif
(misalnya, Fire and Explosion Risk Assessment, Quantitative Risk
Assessment) sangatlah penting untuk memastikan pemahaman yang
menyeluruh dan berkelanjutan terhadap risiko yang dihasilkan oleh MAH
di seluruh unit operasi dan/atau anak perusahaan. Suatu contoh hasil
dari pendekatan ini digambarkan di bawah.

* Hanya dapat dilakukan revalidasi, ketimbang studi menyeluruh, apabila


studi-studi ini telah dilakukan di dalam fase Define atau Execute.
Gambar 11. Evaluasi Risiko Menggunakan PHA selama
Keseluruhan Siklus Hidup Fasilitas
SUPREME

3. Penjelasan Pengendalian Risiko

Gambar 12. Pengendalian Risiko terhadap Aspek-Aspek HSSE


Tahapan ketiga dalam Manajemen Risiko adalah pengendalian risiko. Di
tahapan ini, pengendalian risiko yang sesuai, cukup, dan efektif
ditentukan dengan menggunakan teknik identifikasi pengendalian risiko.
Setelah pengendalian risiko diidentifikasi dan dimasukkan ke dalam
rencana pengendalian, maka pengendalian risiko harus diterapkan untuk
menurunkan risiko ke tingkat yang lebih rendah.

Gambar 13. Pengendalian Risiko terhadap Aspek-Aspek


Keselamatan Proses
SUPREME

Saat menangani Keselamatan Proses dan MAH, ada tiga tipe


pengendalian/ barrier risiko yang sebaiknya tersedia. Semua barrier yang
sesuai, cukup dan efektif diperlukan untuk masing-masingnya:
 Plant – semua proses yang terkait dengan perangkat keras,
rekayasa, sistem kontrol, dan/atau layout lokasi untuk mengelola
bahaya.
 Process – sistem manajemen yang digunakan untuk mengelola risiko
dan mendorong perbaikan berkelanjutan dalam manajemen risiko
dan penurunan risiko.
 People – kompetensi dan kemampuan personil dalam hal
kemampuan kepemimpinan, pengetahuan dan pengalaman yang
relevan, dan/atau budaya organisasi yang dihasilkan ataupun yang
yang ada di lokasi kerja.
a. Hirarki Pengendalian Risiko – HSSE

Gambar 14. Hirarki Pengendalian Risiko untuk Aspek-Aspek


HSSE
SUPREME

b. Hirarki Pengendalian Risiko – Keselamatan Proses

Gambar 15. Hirarki Pengendalian Risiko terhadap Keselamatan


Proses

Tabel berikut menggambarkan perbedaan di antara hirarki pengendalian


risiko Keselamatan Proses:

Langkah Fungsi Contoh


Menurunkan
Pencegahan korosi (coatings,
kemungkinan/
inhibitors), layout operasi dan
probabilitas bahaya
peralatan, penurunan inventaris/
atau untuk
PREVENTION kapasitas, program integritas
mencegah/
aset, kondisi operasi yang lebih
menghindarkan
rendah (tekanan dan
ekskalasi bahaya
temperatur).
menjadi kejadian.
SUPREME

Langkah Fungsi Contoh


Mendeteksi
kejadian dan
Sistem deteksi kebakaran dan
mengaktifkan
DETECTION gas, detector asap, detector gas
langkah berikutnya
beracun, CCTV, patroli operator.
secara tepat
waktu.
Sistem emergency shutdown,
sistem isolasi proses, sistem
Menurunkan skala/
perlindungan terhadap
CONTROL besaran dari
overpressure, blowout preventer
kejadian.
(BOP), pressure safety valves
(PSV).
Sistem aktif
Emergency shutdown system,
deluge systems, system fire
water.
Menurunkan Sistem pasif
konsekuensi yang Fire walls, blast walls, passive
MITIGATION
timbul dari suatu fire protection, secondary
kejadian. containment.
Sistem operasional (non-fisik)
Rencana Tanggap Darurat,
pelatihan keadaan darurat, drill
keadaan darurat.
Business Continuity Plan,
Termasuk kejadian peralatan penanggulangan
RECOVERY
utama. tumpahan, redudansi di dalam
sistem.
SUPREME

4. Penjelasan Pemantauan Risiko

Gambar 16. Pemantauan Risiko terhadap Aspek-Aspek HSSE


Tahapan terakhir dalam Manajemen Risiko adalah pemantauan risiko.
Sasaran utama pemantauan risiko adalah:
 untuk memastikan dan mendemonstrasikan pemenuhan terhadap
peraturan, standar perusahaan, dan/atau standar internasional;
 untuk memastikan langkah pengendalian risiko yang direncanakan
memang ada dan bekerja untuk mengelola risiko yang signifikan;
 untuk meninjau efektivitas langkah penurunan risiko, dan apakah
keefektifannya dapat ditingkatkan lebih lanjut.
Pemantauan risiko merupakan langkah yang sangat penting dalam
memastikan dilakukannya perbaikan berkelanjutan terhadap sistem
manajemen risiko dan pencegahan insiden secara menyeluruh.
SUPREME

Gambar 17. Pemantauan Risiko Terhadap Aspek-aspek


Keselamatan Proses
Dengan mempertimbangkan Keselamatan Proses dan MAH,
pemantauan risiko pada dasarnya melibatkan dua kegiatan:
 Identifikasi Performance Standards (Standar Kinerja) untuk seluruh
barrier sebagai dasar untuk pemantauan;
 Identifikasi Written Verification Scheme (Skema Verifikasi Tertulis)
untuk memverifikasi kinerja barrier terhadap standar kinerja yang telah
ditetapkan.
Kegiatan pemantauan risiko dapat dikategorikan berdasarkan pada
pengukuran kinerja indikator lagging dan leading yang digunakan untuk
memantau sistem manajemen risiko:
 Indikator pemantauan lagging, fokusnya pada keluaran/ hasil dari
sistem manajemen risiko. Kegiatan pemantauan ini berfokus kepada
sisa risiko setelah langkah penurunan risiko diimplementasikan.
Beberapa contohnya adalah pemantauan debu/ suara, laju emisi di
cerobong, pemantauan running hours/ kegagalan peralatan, dll.
 Indikator pemantauan leading, di mana fokusnya adalah pada
pelaksanaan sistem manajemen risiko dan langkah penurunan risiko.
Penekanannya adalah pada evaluasi kinerja dari berbagai aspek
SUPREME

sistem manajemen risiko, seperti langkah penurunan risiko/ barrier.


Pendekatan ini memerlukan standar kinerja, (yaitu penjelasan tentang
bagaimana langkah penurunan risiko/ barrier dijalankan, di mana, dan
kapan saja dibutuhkan) untuk ditetapkan terhadap semua langkah
penurunan risiko/ barrier. Standar kinerja untuk berbagai tipe, berikut
contoh-contoh kegiatan pemantauannya disediakan di bawah ini:
Contoh
Langkah Aktivitas
Penurunan Pemantauan
Standar Kinerja Catatan
Risiko / (Written
Barrier Verification
Scheme)
 Functionality: apa
yang harus Secara
dilakukan dan langsung
dicapai oleh terkait dengan
barrier? program
 Availability: pemeliharaan
seberapa sering dan inspeksi
 Inspeksi
barrier perlu di Sistem
Plant / beroperasi?  Tes Integritas Aset
physical  Reliability: apakah unit operasi/
running
barriers barrier dapat anak
beroperasi dengan  Tes fungsi perusahaan
memuaskan sebagaimana
apabila dituangkan di
diperlukan? dalam
 Survivability: untuk SUPREME
kondisi apa saja Proses 5 dan
barrier perlu 6.
bertahan?
SUPREME

Contoh
Langkah Aktivitas
Penurunan Pemantauan
Standar Kinerja Catatan
Risiko / (Written
Barrier Verification
Scheme)
 Audit/
 WHO: siapa yang asesmen Terkait
bertanggung dengan
jawab?  Observasi
kegiatan
 WHAT: apa tugas Assurance
Process kegiatan yang sebagaimana
barriers perlu dilakukan,  Tinjauan
dituangkan di
dan apa hasil yang prosedur dalam
diharapkan dari SUPREME
kegiatannya?  Survei Proses 7.
 WHERE, WHEN, persepsi
and/or HOW
OFTEN: di mana  Observasi Terkait
dan kapan atau tingkah dengan
seberapa sering laku system
aktivitasnya perlu Sumber Daya
dijalankan?  Observesi Manusia
People
 WHY Mengapa tugas sebagaimana
barriers
kita perlu dituangkan di
mendemonstrasika  Asesmen/ dalam
n pencapaian penilaian SUPREME
terhadap hasilnya? Proses 3 dan
kompetensi 7.
SUPREME

5. Penjelasan Manajemen Risiko Sisa

Gambar 18. Manajemen Risiko Sisa terhadap Aspek-Aspek HSSE


Manajemen sisa risiko adalah langkah selanjutnya setelah pemantauan
risiko, memungkinkan korporat, unit operasi, dan anak perusahaan untuk
merencanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keseluruhan proses
manajemen risiko. Manajemen sisa risiko merupakan sistem yang kuat
untuk mendorong kepedulian yang lebih baik tentang profil sisa risiko di
kalangan pemimpin senior. Pada dasarnya, pertanyaan utama yang
harus dijawab oleh pemimpin senior dalam proses manajemen sisa risiko
adalah, ‘Setelah semua yang dilakukan, apakah profil risiko benar-benar
telah diturunkan hingga tingkat yang bisa diterima? Dan bila tidak, apa
lagi yang harus dilakukan?’ – Dengan kata lain, ‘Dapatkah kita
menunjukkan bahwa kita telah dapat mengendalikan risiko?’
SUPREME

Gambar 19. Manajemen Sisa Risiko terhadap Aspek-Aspek


Keselamatan Proses
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek Keselamatan Proses dan saat
menentukan risiko tertinggi dari suatu unit operasi atau anak
perusahaan, biasanya daftarnya akan banyak berisi risiko MAH karena
risiko jenis ini menghasilkan potensi kerugian tinggi dari unit operasi atau
anak perusahaan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memastikan
bahwa hasil dari langkah-langkah sistem manajemen MAH sebelumnya
disertakan secara sistematis dalam agenda manajemen sisa risiko,
karena hasil dari langkah sebelumnya akan dapat dijadikan sebagai
dasar untuk mentapkan tindakan, termasuk kemungkinan untuk
memperbarui hasil dari langkah-langkah sebelumnya.
SUPREME

6. Penjelasan Dokumentasi Risiko

Gambar 20. Dokumentasi Risiko untuk Semua Aspek


Pencatatan/ pendokumentasian bahaya yang telah diidentifikasi, risiko
yang telah ditentukan serta prioritasnya, pengendalian risiko/ langkah
penurunan risiko/ barrier yang telah ditentukan, dan rencana
pemantauan risiko yang telah ditetapkan adalah aspek mendasar untuk:
 Memastikan bahwa keseluruhan proses dari manajemen risiko telah
dijalankan dengan baik.
 Memastikan bahwa bahaya, risikonya, pengendaliannya, dan
persyaratan pemantauannya dapat dikomunikasikan dengan baik ke
seluruh personil yang relevan (baik yang bertanggung jawab terhadap
barrier terkait dan pemantauannya, dan/atau yang terpapar pada
bahayanya).
 Menetapkan basis dan menyediakan suatu mekanisme resmi untuk
mengidentifikasi dan mengimplementasikan perbaikan berkelanjutan
terhadap sistem manajemen risiko.
SUPREME

7. Evaluasi Risiko Kualitatif – Matriks Penilaian Risiko Typical IOGP

Gambar 21. Matriks Penilaian Risiko


a. KRITERIA KEMUNGKINAN
PROBABILITY
RISIKO DEFINISI
(KEMUNGKINAN)
Tidak pernah terdengar di
A Industri Migas / Panas Bumi /
Gedung Perkantoran
RENDAH
Pernah terdengar di Industri
B Migas / Panas Bumi / Gedung
Perkantoran
Pernah terjadi di sebuah
Industri Migas / Panas Bumi /
C MENENGAH
Gedung Perkantoran di
Indonesia
SUPREME

PROBABILITY
RISIKO DEFINISI
(KEMUNGKINAN)
Terjadi beberapa kali di Industri
D Migas / Panas Bumi / Gedung
TINGGI Perkantoran di Indonesia
Terjadi di salah satu kegiatan /
E
operasi PT Pertamina
b. KRITERIA KEPARAHAN
1) Manusia (Keselamatan)
SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Tanpa
0 ---
Cedera
RENDAH Tidak
Cedera
1 menyebabkan hari
Ringan
hilang
Menyebabkan hari
Cedera
2 SEDANG hilang, maksimum
Sedang
7 (tujuh) hari
Menyebabkan hari
Cedera
3 hilang, lebih dari 7
Berat
(tujuh) hari
Satu korban
meninggal/ cacat
Cedera
4 total permanen/
Fatal
tidak mampu
TINGGI
bekerja
Korban meninggal/
cacat total
Cedera permanen/ tidak
5
Fatal Ganda mampu bekerja
lebih dari 1 (satu)
orang
SUPREME

2) Kerusakan Aset / Peralatan


SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Tanpa
0 ---
Kerusakan
 Tidak
menimbulkan
RENDAH
Kerusakan gangguan
1
Sangat Kecil operasi
 Biaya perbaikan
≤ US$ 1,000
 Menimbulkan
gangguan
Kerusakan operasi ringan
2
Kecil  US$ 1,000 <
Biaya perbaikan
≤ US$ 10,000
SEDANG  Menimbulkan
gangguan
operasi cukup
Kerusakan
3 besar
Sedang
 US$ 10,000 <
Biaya perbaikan
≤ US$ 100,000
 Menimbulkan
gangguan
operasi cukup
Kerusakan besar (operasi
4 TINGGI
Besar berhenti)
 US$ 100,000 <
Biaya perbaikan
≤ US$ 1,000,000
SUPREME

SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Kerusakan  Menyebabkan
Parah terhentinya
operasi dan
bisnis
5
perusahaan (Unit
operasi/ field)
 Biaya perbaikan
> US$ 1,000,000
3) Lingkungan
SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Tanpa
0 ---
Dampak
Ada risiko negatif
Lingkungan (kecil)
RENDAH dan risiko
Dampak
1 keuangan (kecil),
Ringan
namun risiko
tersebut dapat
diabaikan
 Tidak terdapat
dampak
permanen
Dampak
2 SEDANG lingkungan
Sedang
 Dampak
lingkungan
setempat
Dampak  Menjadi
Besar perhatian luas
3 TINGGI Setempat berbagai pihak
(Skala di daerah
Daerah) (stakeholder)
SUPREME

SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
termasuk media
massa setempat
 Menjadi
perhatian ringan
media massa
dan masyarakat
nasional
 Kerusakan
lingkungan
parah dan luas
namun tidak
mengakibatkan
kerusakan
permanen
 Menimbulkan
kerugian
ekonomi
(keuangan)
Dampak
cukup besar
Besar
4 namun tidak
(Skala
mengganggu
Nasional)
aliran kas
perusahaan
(cash flow)
 Diperlukan
biaya cukup
besar untuk
memulihkan
kondisi
lingkungan yang
rusak kembali
seperti semula
SUPREME

SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
 Kerusakan
lingkungan
parah dan luas
serta
mengakibatkan
kerusakan
permanen (tidak
bisa
Dampak Luar
direhabilitasi)
Biasa
5  Menimbulkan
(Skala
kerugian
Internasional)
ekonomi
(keuangan)
sangat besar)
yang
mengganggu
aliran kas
perusahaah
(cash flow)
4) Reputasi
SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Tanpa
0 ---
Dampak
Dampak kecil
namun bisa
RENDAH diabaikan dan tidak
Dampak
1 menjadi perhatian
Ringan
sama sekali
stakeholder
(masyarakat)
SUPREME

SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Sedikit perhatian
media massa
Dampak setempat dan
2 SEDANG
Sedang stakeholder
(masayarakat
setempat)
 Menjadi
perhatian luas
berbagai pihak
di daerah
Dampak (stakeholder)
Besar termasuk media
3
(Skala massa setempat
Daerah)  Menjadi
perhatian ringan
media massa
dan masyarakat
nasional
 Menjadi
TINGGI
perhatian luas
berbagai pihak
secara nasional
(stakeholder)
Dampak termasuk media
Besar massa
4
(Skala  Mobilisasi aksi-
Nasional) aksi (Demo)
nasional
 Peninjauan
ulang atau
pencabutan
operasi
SUPREME

SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
 Menjadi
perhatian luas
berbagai pihak
secara
Dampak
internasional
Besar
5 termasuk media
(Skala
massa
Internasional)
 Mengganggu
keputusan/
kebijakan
negara
SUPREME

8. Evaluasi Risiko Kualitatif – Matriks Penilaian Risiko – Kesehatan


Typical IOGP

Gambar 22. Matriks Penilaian Risiko – Kesehatan


a. KRITERIA PAPARAN
EXPOSURE EXPOSURE
DEFINITION
RATING BAND
Sangat rendah <0.1 x OEL Exposures are negligible
Exposures are controlled well
(0,1 – 0,5) x
Rendah below OEL and are likely to remain
OEL
so in accordance with standards
Exposures are currently controlled
below OEL to meet standards but
(>0.5 – 1) x
Medium control may be reliant on less
OEL
robust measures such as personal
protective equipment
Exposures are not adequately
Tinggi 1 < OEL < 2 controlled to meet standards and
continuously/regularly exceed OEL
Exposures are excessive and will
Sangat Tinggi >2 x OEL almost certainly result in health
damage to persons exposed
SUPREME

b. KRITERIA KEPARAHAN
SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
Tanpa
0 ---
Dampak
RELATIF TIDAK
BEREFEK
TERHADAP
RENDAH Insignificant KESEHATAN: zat-zat
1 (Tidak yang tidak
Bermakna) mempengaruhi kinerja
atau menyebabkan
kecacatan, seperti
debu non toksik
EFEK KESEHATAN
YANG RINGAN zat
yang dapat
menyebabkan
dampak reversible,
Minor
2 SEDANG seperti zat-zat yang
(Kecil)
dapat menyebabkan
iritasi, zat-zat
deffating, dan banyak
bakteri peracun
makanan
EFEK KESEHATAN
YANG SERIUS: zat
yang dapat
menyebabkan
Moderate masalah kesehatan
3 TINGGI
(Sedang) irreversible tanpa
kematian, seperti
kebisingan,
penanganan manual
yang parah, vibrasi
SUPREME

SEVERITY DAMPAK
RISIKO DEFINISI
(KEPARAHAN) POTENSIAL
pada lengan/tangan,
bahan-bahan kimia
yang menyebabkan
efek sistemik, dan
sensitizer.

MENYEBABKAN
KEMATIAN / CACAT
MENETAP: zat yang
dapat menyebabkan
kerusakan irreversible
yang berujung pada
cacat kematian,
Significant seperti zat-zat korosif
4
(Besar) (karsinogenik),
sensitizer dimana
timbulnya sensitasi
mengancam
pekerjaan secara
terus menerus, panas,
dingin, dan stress
kejiwaan
FATALITAS DALAM
JUMLAH BANYAK:
zat yang berpotensi
menyebabkan fatalitas
Catastrophic
dalam jumlah banyak,
5 (Sangat
seperti bahan-bahan
Besar)
kimia yang bersifat
toksik (H2S, CO),
yang dikenal sebagai
zat karsinogenik
SUPREME

9. Pengantar Evaluasi Risiko Kuantitatif/ Quantitative Risk


Assessment
Quantitative Risk Assessment (QRA) adalah pendekatan untuk
melakukan analisa sistematis terhadap risiko dari kegiatan berbahaya,
dan melakukan evaluasi terhadap urgensi-nya sebagai masukan ke
dalam proses pengambilan keputusan. Studi ini berdasarkan pada
pendekatan QRA tradisional. Komponen kunci dari QRA diilustrasikan
dan dijelaskan pada Gambar di bawah ini.

Gambar 23. Komponen Utama QRA


 Identifikasi bahaya menanyakan ‘Apa yang bisa salah?’ Ini terdiri
dari analisa kualitatif dari kecelakaan yang mungkin terjadi dan
skenarionya, berdasarkan pengalaman sebelumnya dan/atau
penilaian lainnya. Pada dasarnya ini merupakan proses Identifikasi
Risiko, sebagaimana dijelaskan dalam Bagian 4.3.
 Setelah potensi bahaya diidentifikasi, analisa frekuensi
memperkirakan ‘Seberapa sering?’ kecelakaan bisa terjadi
berdasarkan laju kegagalan peralatan yang ada di unit operasi.
Komponen laju kegagalan biasanya berasal dari analisa historis
kegagalan yang pernah terjadi, dan/atau suatu pemodelan statistik.
 Analisa konsekuensi mengevaluasi ‘Seberapa parah?’ efek yang
dihasilkan dari kecelakaan yang terjadi, dan dampaknya terhadap
orang, peralatan dan struktur, lingkungan, dan/atau bisnis, tergantung
pada cakupan yang ditetapkan untuk studinya. Analisa konsekuensi
mungkin membutuhkan pemodelan atas hal-hal berikut:
SUPREME

o Kebocoran bahan yang mudah terbakar dan/atau beracun.


o Dispersi bahan yang mudah terbakar dan/atau beracun untuk
membentuk awan uap.
o Berbagai fenomena kebakaran, yakni Jet Fire, Pool Fire, Fireball,
Flash Fire saat bahan mudah terbakar yang bocor tersulut.
o Ledakan yang dihasilkan dari tersulutnya awan uap yang mudah
terbakar.
 Penilaian risiko mengkombinasikan hasil dari analisa frekuensi dan
Analisa konsekuensi untuk menentukan nilai risikonya. Berbagai
bentuk presentasi risiko dapat digunakan, namun umumnya
dikategorikan sebagai berikut:
o Risiko individu, yakni risiko yang dialami oleh seorang individu
dalam kurun waktu/ periode tertentu (biasanya dinyatakan dalam
risiko kematian per-tahun). Risiko individu dihitung dengan
menjumlahkan frekuensi semua kejadian yang dapat
mengakibatkan kematian terhadap seseorang di dalam fasilitas.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa seorang individu dari
organisasi dan juga dari publik tidak terpapar oleh risiko yang
berlebihan. Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai numerik
seperti IRPA (Individual Risk Per Annum) atau dalam format grafik
menggunakan kontur risiko (seperti ditunjukkan pada Gambar di
bawah ini). Setiap kontur mewakili level risiko individu yang
berbeda yang diterima oleh seseorang.
SUPREME

o Risiko kelompok, yaitu risiko yang diterima oleh keseluruhan


anggota suatu kelompok/ gugus kerja yang terpapar dalam kurun
waktu/ periode tertentu. Risiko kelompok merupakan potensi
dampak terhadap sekelompok orang yang berada di area suatu
kejadian, sehingga ini juga memberikan gambaran atas skala
kejadian dari total jumlah orang yang terkena dampaknya.
Tujuannya adalah untuk membatasi total risiko kematian yang
dapat diakibatkan oleh suatu unit operasi terhadap pekerja dan
pihak ketiga (lingkungan sekitar, pengunjung, dll.).
Risiko kelompok umumnya dinyatakan dengan menggunakan nilai
numerik Potential Loss of Life (mengindikasikan total potensi kematian
untuk seluruh pekerja dan masyarakat yang terpapar) atau dengan
menggunakan Kurva FN seperti yang ditunjukkan berikut.

Kurva F-N merupakan gambaran distribusi frekuensi terhadap kejadian


yang menyebabkan kematian tunggal atau lebih, dimana F adalah
frekuensi kumulatif untuk semua kejadian yang menyebabkan kematian
dengan jumlah N atau lebih (umumnya dinyatakan dalam jumlah
kematian).
Bagian selanjutnya dari penilaian risiko adalah membandingkan tingkat
risiko dengan suatu kriteria, berikut identifikasi atas apa saja kontributor
SUPREME

risiko utamanya (dan pada dasarnya menanyakan ‘Kemudian apa?’


untuk mengartikan hasilnya).
 Langkah QRA yang terakhir adalah menanyakan ‘Apa yang perlu
saya lakukan?,’ yaitu menetapkan langkah mitigasi untuk sumber-
sumber risiko yang tinggi dan tidak dapat diterima, untuk menurunkan
keseluruhan level risiko hingga ALARP.
SUPREME

10. Konsep Penerimaan Risiko dan ALARP


Untuk mengartikan hasil dari proses Evaluasi Risiko (dan memberikan
masukan terhadap proses pengambilan keputusan), suatu Kriteria
Risiko/ Kriteria Penerimaan Risiko harus ditetapkan. Pada dasarnya,
seluruh unit operasi dan anak perusahaan harus dapat menunjukkan
bahwa semua risiko dikelola setidaknya hingga level ALARP (As Low As
Reasonably Practicable). ALARP merepresentasikan kesesuaian antara
investasi untuk menerapkan langkah penurunan risiko terhadap
keuntungan yang didapatkan (yaitu penurunan risiko yang diperoleh),
sebagaimana ditunjukkan dalam diagram di bawah ini. Artinya tidak
semua risiko perlu dan/atau dapat dieliminasi; namun demikian,
organisasi perlu memastikan bahwa langkah penurunan risiko telah
diterapkan dengan biaya yang efektif untuk menurunkan risikonya ke
level yang dapat diterima.

Gambar 24. Kriteria ALARP


Secara umum, kriteria penerimaan risiko menerapkan konsep berikut:
 Untuk risiko rendah (dalam Broadly Acceptable Region), biasanya
tidak ada kewajiban untuk menerapkan ALARP karena risikonya
sudah berada dalam level yang bisa diterima.
 Untuk risiko medium atau menengah (dalam ALARP atau Tolerability
Region), ada kebutuhan untuk menerapkan ALARP dengan cara
menentukan, mengevaluasi, dan menerapkan langkah penurunan
risiko tambahan.
SUPREME

 Risiko Tinggi (dalam Unacceptable Region) mewajibkan adanya


rencana atau langkah penurunan risiko secara langsung untuk dapat
melanjutkan pekerjaan/ kegiatannya. Dalam beberapa kasus, bila
langkah penurunan risiko langsung tidak dapat diidentifikasi dan
diterapkan untuk menurunkan risiko hingga Tolerability/ ALARP
Region atau Acceptable Region, kegiatannya mungkin harus
diberhentikan, dan baru dapat dilanjutkan kembali setelah ada proses
dispensasi yang dilakukan untuk mengevaluasi risikonya.
Proses demonstrasi ALARP akan melibatkan penilaian dan evaluasi
besarnya penurunan risiko yang dapat dihasilkan oleh opsi/ langkah
penurunan risiko yang diajukan. Kemungkinan teknis, biaya, dan usaha
yang diperlukan untuk menurunkan risiko perlu dibandingkan terhadap
penurunan risiko yang didapatkan sebagai bagian dari evaluasi ALARP.
Suatu ilustrasi untuk evaluasi ALARP disediakan di bawah ini.Sebagai
panduan untuk menentukan apakah risiko telah dikelola hingga tingkat
ALARP, pernyataan-pernyataan berikut dapat dibuat tentang Figur di
sebelah kanan:
 Opsi 1 tidak ALARP karena
risikonya belum dikendalikan
sampai memenuhi kriteria
penerimaan risiko.
 Opsi 2 dan 3 dapat dianggap
ALARP jika perusahaan dapat
menunjukkan bahwa biaya
untuk menurunkan risiko lebih
lanjut lagi sangatlah tinggi /
mahal.
 Namun, jika dengan biaya yang
sedikit level risikonya dapat
Gambar 25. Menentukan Apakah
terus diturunkan sampai
dengan tingkat risiko di Opsi 4, ALARP Tercapai
maka Opsi 4 dianggap ALARP.
 Opsi 5 dan 6 mungkin bukan merupakan ALARP karena penurunan
risiko tidak sebanding dengan biaya investasi tambahan yang
diperlukan untuk penerapannya.
SUPREME

a. Hubungan ALARP dengan Evaluasi Risiko Kualitatif – Risk


Assessment Matrix (RAM)
Kerangka Kerja ALARP/ Kriteria Penerimaan Risiko dapat dipetakan
dengan RAM yakni bagian Unacceptable, bagian ALARP/ Tolerability,
dan bagian Broadly Acceptable dalam Kerangka Kerja ALARP secara
berturut-turut adalah merupakan zona ‘Merah,’ ‘Kuning,’ dan ‘Hijau’ di
dalam RAM.
PROBABILITY OF OCCURRENCE
CONSEQUENCES A E
B C D
(Lowest) (Highest)
Has
Has
Never heard Heard of in occurred Has
occurred in
of in the oil the oil and several occurred
the oil and
and gas, gas, times in the several
gas,
Human Asset Environment Reputation geothermal geothermal oil and gas, times in or at
geothermal
industry / industry / geothermal a Pertamina
industry /
office office industry / activity /
office
buildings buildings office operation
buildings
buildings

No No No No
0 L L L L L
injury damage impact impact

Slight Slight Slight Slight


1 L L M M M
injury damage impact impact
SEVERITY LEVEL

Moderate Minor Moderate Moderate


2 L M M H H
injury damage impact impact

Severe Moderate Major impact Major impact


3 M M H H H
injury damage (Regional) (Regional)

Major Major impact Major impact


4 Fatality M H H H H
damage (National) (National)

Multiple Severe Major impact Major impact


5 M H H H H
fatalities damage (International) (International)

Gambar 26. Hubungan ALARP Correlation dengan RAM


b. Hubungan ALARP dengan Evaluasi Risiko Kuantitatif –
Keselamatan Proses/ MAH
Untuk QRA, ada beberapa kriteria yang dapat digunakan. Kriteria
yang paling umum digunakan adalah:
 Individual Risk (IR), yaitu risiko yang dialami oleh seorang individu
dalam waktu / periode tertentu (biasanya dinyatakan dalam risiko
kematian per-tahun). Contoh IR dari HSE UK Executive tersedia di
bawah ini.
Kriteria IR terhadap Pekerja IR terhadap Publik
1.0 E-03 1 kematian 1.0 E-04 1 kematian
Batas
kematian/ setiap kematian/ setiap
Atas
tahun 1,000 tahun tahun 10,000 tahun
SUPREME

Kriteria IR terhadap Pekerja IR terhadap Publik


1 kematian 1 kematian
1.0E-06 1.0E-06
Batas setiap setiap
kematian / kematian /
Bawah 1,000,000 1,000,000
tahun tahun
tahun tahun
Hubungan IR dengan Kriteria Penerimaan Risiko/ Konsep ALARP
ditunjukkan di bawah ini:

Gambar 27. Hubungan ALARP dengan Individual Risk


 Risiko Kelompok, yaitu risiko yang dialami oleh seluruh anggota dari
kelompok / gugus kerja yang terpapar dalam suatu waktu / periode
tertentu. Contoh kriteria risiko kelompok dari HSE UK Executive
dalam bentuk kurva F-N diberikan di bawah ini.

Gambar 28. Contoh Societal Risk


SUPREME

Hubungan risiko kelompok dengan Penerimaan Risiko / Konsep


ALARP disediakan di bawah ini:

Gambar 29. Hubungan ALARP dengan Societal Risk


SUPREME

11. Manajemen Barrier dan Bow-tie – Konsep, Teori dan


Penerapannya
Saat mengelola Keselamatan Proses/ Major Accident Hazards (MAH),
konsep manajemen barrier telah menjadi pendekatan yang paling umum
digunakan. Dalam konsep manajemen barrier, pengendalian / langkah
penurunan risiko digambarkan sebagai barrier yang menghalangi
‘bahaya’ untuk berkembang menjadi ‘insiden’ dan pada akhirnya
mengakibatkan ‘kerugian’ dalam Skenario MAE (Major Accident Event)
yang mungkin terjadi. Dengan menempatkan beberapa lapisan barrier di
antara bahaya, kejadian, dan kerugian, harapannya adalah barrier-
barrier ini akan dapat memastikan bahwa bahaya tidak berkembang
menjadi kejadian dan kerugian. Namun, semua barrier memiliki
kelemahan yang dapat berakibat kepada kegagalannya. Apabila terjadi
kegagalan barrier, maka barrier dapat dikatakan kurang/ tidak efektif
sehingga berakibat kepada terjadinya skenario MAE (ekskalasi bahaya
menjadi insiden dan kerugian).
Ini dikenal dengan istilah model Swiss Cheese, yang menggambarkan
lapisan barrier seperti potongan keju Swiss. Sepertli layaknya keju
Swiss, lubang-lubang di potongan keju ini menggambarkan kelemahan
barrier dan memiliki konteks, ukuran, dan posisi yang berbeda untuk
masing-masing barrier. Sistem barrier secara keseluruhan akan
dikatakan gagal saat lubang-lubang di dalam potongan keju berada
dalam posisi yang sejajar, mengakibatkan bahaya dapat melewati
lubang-lubang tersebut, dan mengakibatkan kejadian serta kerugian
(dengan berbagai tingkat keparahan). Suatu contoh penerapan konsep
ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
SUPREME

Gambar 30. Contoh Model Swiss Cheese


Manajemen barrier menekankan identifikasi barrier yang jelas untuk
skenario MAH tertentu, sehingga barrier tersebut dapat dikelola dengan
lebih efektif. Alasannya adalah pada saat suatu organisasi mengelola
risiko yang dihasilkan oleh suatu bahaya, yang sebenarnya dikelola
organisasi dalam kegiatan sehari-hari adalah barrier-nya. Banyak
organisasi mengilustrasikan manajemen barrier-nya dalam bentuk
diagram Bow-Tie. Pendekatan Bow-Tie mengikuti pendekatan Swiss
Cheese; namun diagram yang dihasilkan berbentuk dasi kupu-kupu/
Bow-Tie (dikarenakan kejadian yang dihasilkan oleh suatu bahaya
biasanya diakibatkan oleh beberapa ancaman/ penyebab, dan
mengakibatkan beberapa jenis kerugian/ konsekuensi). Diagram Bow-
Tie umumnya diilustrasikan sebagai berikut:
SUPREME

Gambar 31. Ilustrasi Diagram Bow-Tie


Langkah-langkah berikut biasanya diambil saat membuat diagram Bow-
Tie:
 Identifikasi bahaya, yakni seluruh kegiatan, bahan, dan situasi yang
ditemukan pada proses bisnis yang normal, dan memiliki potensi
untuk mengakibatkan kerugian.
 Identifikasi kejadian besar, yakni situasi abnormal di mana bahaya
tidak terkendali, sehingga fasilitas / unit terpapar pada potensi
kerugian dari bahayanya. Dalam Keselamatan Proses, hal ini
biasanya dikenal sebagai MAE.
 Identifikasi ancaman / penyebab, yakni faktor-faktor yang dapat
menyebabkan bahaya berkembang menjadi MAE.
 Identifikasi konsekuensi / kerugian, yakni kerugian yang dihasilkan
oleh skenario ekskalasi MAE.
 Catatan: Bila 4 (empat) langkah pertama telah dilakukan, skenario
MAE telah dapat diilustrasikan dalam diagram Bow-Tie. Ini adalah
jalur yang perlu dilalui oleh penyebab suatu MAE agar dapat berakibat
kepada kerugian besar.
SUPREME

 Identifikasi barrier, yakni pengendalian / langkah penurunan risiko


yang berada di jalur skenario MAE (di antara penyebab, MAE, dan
kerugian), baik itu di bagian kiri maupun kanan dari Bow-Tie.
Seperti dinyatakan sebelumnya, suatu bahaya perlu melewati skenario
MAE tertentu agar dapat berkembang menjadi MAE, dan menghasilkan
kerugian. Berbagai tipe barrier diperlukan untuk menangani setiap
tahapan pengembangan/ ekskalasi bahaya dalam skenario MAE, yakni
barrier untuk prevention, detection, control, mitigation, dan recovery.
Saat menentukan barrier, perlu diingat bahwa setiap tipe barrier memiliki
maksud yang berbeda dalam mengelola MAH; sehingga seluruh tipe
barrier ini sebaiknya tersedia untuk skenario MAE masing-masing.

Gambar 32. Barriers di dalam Konsep Bow-Tie


SUPREME

Suatu contoh dari diagram Bow-Tie yang lengkap untuk satu skenario
MAE (kematian / cedera di lokasi kerja) disediakan di bawah ini.

Gambar 33. Contoh Diagram Bow-Tie – Sisi Kiri

Gambar 34. Contoh Diagram Bow-Tie – Sisi Kanan

Anda mungkin juga menyukai