Nomor: PTK-049/SKKMA0000/2018/S0
Revisi ke-01
TENTANG
PENGAMANAN KEGIATAN USAHA HULU
MINYAK DAN GAS BUMI
JAKARTA
PEDOMAN TATA KERJA
PENGAMANAN KEGIATAN USAHA HULU Halaman i
MINYAK DAN GAS BUMI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I : UMUM
1. Maksud dan Tujuan 1
2. Ruang Lingkup 1
3. Dasar Hukum 1
4. Referensi Hukum 2
5. Pengertian Istilah 4
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
2. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup PTK ini meliputi pengaturan tentang Prinsip dan Standar Pengamanan,
Perencanaan Pengamanan, Penanganan Gangguan Keamanan dan Kondisi Kontijensi,
permintaan Jasa Pengamanan Tentara Nasional Indonesia (“TNI”)/Kepolisian Negara
Republik Indonesia (“Polri”) serta administrasi Dukungan Biaya Pengamanan TNI/Polri.
3. Dasar Hukum
3.1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi “UU Nomor
22 Tahun 2001”).
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (“PP
Nomor 35 Tahun 2004”).
3.3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2012 Tentang
Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi.
3.4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Perpres Nomor 9 Tahun 2013).
3.5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 17 Tahun
2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 53 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
3.6. Kontrak Kerja Sama.
4. Referensi Hukum
4.1. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985 tentang Ratifikasi Konvensi
Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.
4.2. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI.
4.3. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
4.4. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
4.5. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan
Pertolongan.
4.6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
4.7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
4.8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Taris atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
4.9. Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital
Nasional.
4.10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 027 Tahun 2006
tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Data yang Diperoleh dari Survei Umum,
Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi.
4.11. Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2008 tentang Jenis-Jenis Biaya
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang Tidak Dapat Dikembalikan
Kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
4.12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1762K/07/MEM/2007 Tahun 2007 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional di
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.
4.13. Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 26 Tahun 2013 tentang Pengamanan
Survei dan Pemetaan Wilayah Nasional.
4.14. Surat Keputusan Bersama TNI AL dan Dirjen Migas Nomor 5401.40 dan Nomor
371/DD/MIGAS/1967 tentang Susmar Ditjen Migas dan Liaison Officer dan
perubahannya.
4.15. Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen
Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah
dan perubahannya.
4.16. Peraturan Kapolri Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pemberian Bantuan
Pengamanan Pada Objek Vital Nasional dan Objek Tertentu.
4.17. Peraturan Kapolri Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pengawasan, Pengendalian,
dan Pengamanan Bahan Peledak Komersial.
4.18. PTK Nomor 017/PTK/III/2005 tentang Pedoman Pemberian Keterangan
Keadaan Darurat, Pedoman Program Pengembangan Masyarakat, dan
Pedoman Kehumasan untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama di Lingkungan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dan perubahannya.
4.19. PTK Nomor 032/PTK/VII/2009 tentang Operasional Perwakilan SKK Migas dan
perubahannya.
4.20. PTK Nomor 034/PTK/XI/2009 tentang Dana Panjar Kerja dan perubahannya
(“PTK 034”).
4.21. PTK Nomor 048/BP00000/2012/S0 tentang Manajemen Krisis Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi dan perubahannya (“PTK 048).
4.22. PTK Nomor 007/SKKMA0000/2017/S0 Revisi 04 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa dan perubahannya (“PTK 007”).
4.23. Kode Internasional tentang Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan
(International Ship and Port Facility Security Code) Tahun 2004.
4.24. Piagam Kesepakatan Bersama antara SKK MIGAS dan Kepolisian Negara RI
tentang Penyelenggaraan Pengamanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi yang berlaku.
4.25. Piagam Kesepakatan Bersama antara SKK MIGAS dan TNI AL tentang
Penyelenggaraan Pengamanan dan Pengawasan Fasilitas Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi di Lepas Pantai Perairan Yurisdiksi Nasional Indonesia yang
berlaku.
4.26. Piagam Kesepakatan Bersama antara SKK Migas dan TNI AD tentang
Penguatan Pembinaan Teritorial di WK Hulu Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
yang berlaku.
4.27. Surat Keputusan Kepala SKK Migas tentang Dukungan Operasional
Pengawasan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kepada Liaison Officer
yang berlaku.
4.28. Surat Keputusan Kepala SKK Migas tentang Dukungan Operasional
Pengamanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kepada Satuan
Pelaksana Pengamanan yang dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) yang berlaku.
4.29. Surat Keputusan Kepala SKK Migas tentang Dukungan Operasional Penguatan
Pembinaan Teritorial pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kepada
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang berlaku.
5. Pengertian Istilah
5.1. Aset adalah sebagaimana yang diatur dalam PTK 007.
5.2. Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) adalah perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas yang bergerak di bidang penyediaan tenaga Pengamanan,
pelatihan keamanan, kawal angkut uang/barang berharga, konsultasi keamanan,
penerapan peralatan keamanan, dan penyediaan satwa untuk Pengamanan.
5.3. Bahan Peledak (handak) adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas
atau campurannya yang apabila dikenai atau terkena suatu aksi berupa panas,
benturan atau gesekan akan berubah sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
dan perubahan berlangsung dalam waktu yang amat singkat disertai dengan efek
panas dan tekanan yang sangat tinggi.
5.4. Eksplorasi, Eksploitasi, Kegiatan Usaha Hulu, Kontrak Kerja Sama (KKS),
Minyak dan Gas Bumi, Wilayah Kerja adalah sebagaimana dimaksud dalam
UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
5.5. Imbal Jasa Liaison Officer (LO) adalah pemberian sejumlah dana kepada LO
atas jasa yang diberikan dalam rangka tugas mengawasi dan mengamankan
jalannya operasi pengeboran di fasilitas lepas pantai dan kegiatan survei
menggunakan kapal atau sarana atas air.
5.6. Keadaan Aman/Normal adalah suatu situasi dan kondisi dimana seluruh
kegiatan/aktivitas KKKS berjalan sesuai dengan yang direncanakan/ditentukan
sesuai prosedur.
5.7. Keadaan Darurat dan Keadaan Krisis adalah sebagaimana dimaksud dalam
PTK 005.
5.8. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) adalah sebagaimana dimaksud dalam
PP Nomor 35 Tahun 2004.
5.9. Laporan Bulanan atas Penggunaan Handak adalah Laporan Bulanan yang
disusun oleh KKKS dan dilaporkan kepada SKK Migas.
5.10. Liaison Officer (LO) adalah perwira TNI Angkatan Laut yang ditugaskan oleh
Staf Khusus Urusan Maritim (“Susmar”) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
Bumi (“Ditjen Migas”), berdasarkan persetujuan Kepala Staf TNI Angkatan Laut
(“KASAL”) dan Dirjen Migas untuk mengawasi dan mengamankan jalannya
operasi pengeboran di fasilitas lepas pantai dan kegiatan survei menggunakan
kapal atau sarana atas air.
5.11. Marine Clearance (MC) adalah bentuk perizinan yang dikeluarkan oleh Susmar
Ditjen Migas dalam rangka pengawasan dan Pengamanan kegiatan pengeboran
di wilayah perairan nasional.
5.12. Obyek Vital Nasional (Obvitnas) adalah kawasan/Lokasi, bangunan/instalasi
dan/atau usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kepentingan negara
dan/atau sumber pendapatan negara yang bersifat strategis.
5.13. Obyek Tertentu adalah kawasan/lokasi, bangunan/ instalasi dan/atau usaha
yang dikelola oleh negara, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
objek vital swasta nasional dan asing.
5.14. Pengamanan adalah segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dalam rangka
pencegahan, penangkalan, dan penanggulangan serta penegakan hukum
terhadap setiap ancaman dan gangguan keamanan.
5.15. Perjalanan Dinas LO adalah kegiatan Para LO sepengetahuan KKKS
melakukan perjalanan dinas dimulai dari LO yang ditempatkan di KKKS,
melakukan/mengunjungi pihak stakeholder setempat (Aparat Keamanan
setempat dan aparat Pemerintah Daerah setempat) sampai dengan selesainya
kegiatan dimaksud untuk kepentingan operasional Minyak dan Gas Bumi KKKS.
5.16. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas) adalah pelaksana penyelenggaraan pengelolaan kegiatan
usaha hulu minyak dan gas bumi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi.
5.17. Satuan Pengamanan adalah satuan atau kelompok petugas yang ditugaskan
oleh KKKS yang bersangkutan untuk melaksanakan Pengamanan fisik dalam
rangka penyelenggaraan keamanan di lingkungan WK/area kerja KKKS.
5.1. Security Clearance (SC) adalah bentuk perizinan yang dikeluarkan oleh Menteri
Pertahanan RI dalam rangka Pengamanan survei dan pemetaan wilayah
nasional.
5.18. Security Officer (SO) adalah perwira TNI yang ditugaskan untuk mengamankan
kegiatan survei dan memeriksa kesesuaian antara data-data dan kegiatan
dengan Security Clearance (SC) yang diterbitkan.
5.19. Sistem Pengamanan Terbuka adalah kegiatan pengamanan yang secara fisik
dilakukan oleh personel terhadap obyek atau sasaran pengamanan.
5.20. Sistem Pengamanan Tertutup adalah kegiatan pengamanan yang
dilaksanakan dengan melakukan pengecekan, pengawasan dan pemeriksaan
guna mendukung sasaran pengamanan.
5.21. Susmar (Staf Khusus Urusan Maritim) Ditjen Migas adalah Perwira TNI AL
yang dibentuk/disusun berdasarkan Surat Keputusan Bersama antara Panglima
TNI Angkatan Laut dan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi untuk membantu
penyelesaian tugas-tugas yang menjadi wewenang Ditjen Migas di Kegiatan
Usaha Hulu lepas pantai.
5.22. Stakeholder adalah Pemangku Kepentingan yang berdasarkan PTK ini yaitu:
TNI/Polri, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat sekitar
Kegiatan Usaha Hulu.
5.23. Technical Officer (TO) adalah perwira TNI yang ditugaskan untuk melakukan
kontrol kualitas kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilaksanakan di
Kegiatan Usaha Hulu.
BAB II
PRINSIP DAN STANDAR PENGAMANAN KEGIATAN USAHA
HULU MINYAK DAN GAS BUMI
1. Prinsip-Prinsip Pengamanan
1.1 Mengutamakan kegiatan pencegahan terhadap ancaman dan/atau gangguan.
1.2 Pelaksanaan Pengamanan dilakukan secara terpadu dan simultan bersama
TNI/Polri.
1.3 Pelaksanaan Pengamanan dilakukan oleh KKKS.
1.4 Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Pengamanan dilakukan oleh
SKK Migas.
2. Obyek Pengamanan
2.1. Personel yaitu pimpinan KKKS, pekerja KKKS, dan pekerja kontraktornya.
2.2. Para stakeholder, tamu, dan masyarakat di sekitar WK/area kerja KKKS.
2.3. Lokasi yaitu lapangan dan area kerja dalam WK KKKS.
2.4. Daerah Pengamanan WK Minyak dan Gas Bumi baik di darat maupun lepas
pantai/perairan dalam:
2.4.1. Wilayah Pengamanan Ring I (inner area).
Merupakan daerah terlarang, berlaku hanya bagi pekerja di lokasi
tersebut dan orang-orang tertentu yang mendapat izin sesuai
kepentingannya.
2.4.2. Wilayah Pengamanan Ring II (outer area)
Merupakan daerah terbatas, berlaku bagi para pekerja dan orang-orang
yang berkepentingan masuk melalui pemeriksaan penjagaan.
2.4.3. Wilayah Pengamanan Ring III (environmental community area)
Meliputi lingkungan di sekitar kegiatan operasi hulu Minyak dan Gas
Bumi di luar wilayah Pengamanan Ring II.
2.5. Fasilitas dan instalasi termasuk di dalamnya peralatan, perlengkapan, stok
barang, benda yang bergerak, dan tidak bergerak yang dipergunakan oleh
KKKS.
2.6. Aktivitas meliputi kegiatan Eksplorasi, Eksploitasi, dan kegiatan lain di WK KKKS.
2.7. Data dan dokumen termasuk informasi terkait dengan Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi.
3. Potensi Kerawanan
Potensi kerawanan terhadap obyek Pengamanan dapat berupa ancaman dan/atau
gangguan dari dan di lingkungan internal maupun eksternal, antara lain:
3.1. Ditariknya investasi oleh investor;
3.2. Pengurangan tenaga kerja;
3.3. Hilangnya Aset yang dipergunakan;
3.4. Pencemaran dan kerusakan di lingkungan obyek Pengamanan;
3.5. Tindak pidana di lingkungan obyek Pengamanan;
3.6. Unjuk rasa;
3.7. Blokade area;
3.8. Aksi terorisme;
3.9. Pencurian alat-alat produksi;
3.10. Pencurian minyak mentah, kondensat, atau bahan bakar lainnya; dan
3.11. Hal – hal yang berdampak Keadaan Darurat dan atau Keadaan Krisis dan
berpotensi mengakibatkan kehilangan produksi.
4. Pengorganisasian Pengamanan
4.1. Organisasi Pengamanan di KKKS
4.1.1 Pimpinan tertinggi KKKS merupakan penanggung jawab tertinggi atas
terlaksananya manajemen Pengamanan, antara lain:
4.1.1.1 Memastikan penyediaan dan pengembangan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, informasi, teknologi, dan
finansial, termasuk mempertimbangkan otorisasi pengelolaan
biaya operasional Pengamanan pada pimpinan fungsi sekuriti.
4.1.1.2 Menetapkan wewenang, tanggung jawab, akuntabilitas
organisasi Pengamanan, dan pendelegasiannya.
4.1.1.3 Memastikan pejabat dalam organisasi Pengamanan
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya, termasuk kemampuan perencanaan
kegiatan dan anggaran terkait Pengamanan, kerja sama
4.4.10. Anggaran
KKKS mengalokasikan secara khusus anggaran untuk Pengamanan
dalam Work Program & Budgeting (WP&B). Dalam menyusun anggaran
tersebut, KKKS harus berkoordinasi dengan fungsi yang melaksanakan
pengelolaan Pengamanan KKKS SKK Migas dan fungsi terkait di SKK
Migas melalui mekanisme persetujuan sesuai dengan ketentuan dalam
pedoman mengenai Plant Of Development, WP&B, dan/atau Authority
For Expenditures (AFE).
5. Standar Pengamanan
5.1. Standar Kemampuan Profesional Pengamanan
Pengembangan kompotensi profesional Pengamanan Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi ditujukan kepada seluruh pekerja profesional bidang
Pengamanan di KKKS, termasuk mitra kerjanya, disesuaikan dengan
karakteristik kerawanan dan standar Pengamanan masing – masing
Lokasi/daerah yang diamankan.
5.1.1. Kompetensi Utama
Kompetensi Profesional Pengamanan yang harus dimiliki terkait dengan
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang teknis keamanan adalah
sebagai berikut:
5.1.1.1. Security Management System;
5.1.1.2. Intelligence;
5.1.1.3. Investigation;
3. Investigation X X
4. Security Risk Management X X X
5. Emergency and Crisis X X X
Management
BAB III
PERENCANAAN PENGAMANAN KEGIATAN USAHA HULU MIGAS
1. Perencanaan Pengamanan
KKKS wajib membuat suatu perencanaan Pengamanan yang meliputi sebagai
berikut.
1.1. Perencanaan Umum
Menentukan, menetapkan kekuatan, dan kemampuan yang akan digunakan
sesuai dengan kebutuhan Pengamanan dengan melaksanakan manajemen
risiko Pengamanan antara lain:
1.1.1. Penjelasan mengenai potensi ancaman yang akan dihadapi dan
sistem Pengamanan yang akan dipergunakan;
1.1.2. Penjelasan secara terperinci tentang rencana Pengamanan yang
akan dilakukan berkaitan dengan sasaran Pengamanan yang telah
ditetapkan;
1.1.3. Penjelasan tentang strategi dan langkah penanggulangan yang akan
diambil sesuai dengan sistem Pengamanan yang telah ditetapkan;
1.1.4. Penjelasan tentang jangka waktu berlakunya sistem Pengamanan
yang telah ditetapkan.
1.1.5. Penjelasan mengenai anggaran kegiatan Pengamanan.
1.5. KKKS wajib melakukan rencana Pengamanan sejak tahap awal eksplorasi
atau proyek – proyek besar lainnya (major capital project) dalam bentuk
analisa risiko keamanan dan rencana mitigasinya. Hasil analisis risiko tersebut
dikonsultasikan ke fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan
KKKS SKK Migas untuk disepakati rencana Pengamanannya.
BAB IV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMANAN
KEGIATAN USAHA HULU MIGAS
1. Pola Pengamanan
Berdasarkan identifikasi potensi kerawanan obyek Pengamanan, pola Pengamanan
meliputi:
1.1. Bentuk Pengamanan yang digunakan:
1.1.1. Pengamanan Langsung yaitu pemberian bantuan Pengamanan,
pengarahan, dan penggelaran kekuatan secara fisik sesuai permintaan
di lapangan.
1.1.2. Pengamanan Tak Langsung yaitu pemberian bantuan Pengamanan
melalui kegiatan pemantauan, pengawasan, dan laporan
perkembangan situasi.
2. Pelaksanaan Pengamanan
Dalam melaksanakan Pengamanan, KKKS harus melakukan:
2.1. Penyusunan SOP Pengamanan
SOP Pengamanan mencakup:
2.1.1. Pengamanan Fasilitas terhadap:
2.1.1.1. Lokasi penyimpanan Aset; dan
2.1.1.2. Keluar/masuknya orang dan Aset.
2.1.2. Pengamanan Personel terhadap:
2.1.2.1. Setiap orang atau pejabat yang termasuk dalam kategori
penting (very important person);
2.1.2.2. Setiap orang yang berkunjung/memasuki area obyek
Pengamanan; dan
2.1.2.3. Personel yang secara berkesinambungan berada pada area
operasi KKKS.
2.1.3. Pengamanan Data dan Informasi serta Surat Berharga
KKKS diwajibkan untuk menjaga, memelihara data dan informasi agar
tidak hilang, dicuri, rusak atau direproduksi oleh pihak lain dengan tetap
mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.
2.1.4. Pengamanan area Daratan dan Lepas Pantai dengan ketentuan antara
lain:
2.1.4.1. Manajemen dan supervisi Pengamanan dilakukan oleh internal
KKKS.
2.1.4.2. Dalam kondisi KKKS memperkirakan tidak dapat mengatasi
situasi keamanan yang berkembang, KKKS dapat meminta
bantuan Pengamanan dari aparat keamanan melalui SKK
Migas.
2.1.4.3. Dalam kegiatan survei di daratan dan survei dan pengeboran
di perairan lepas pantai, KKKS harus mengajukan Security
Clearance (SC) dan/atau Marine Clearance (MC) kepada SKK
Migas untuk mendapatkan Liaison Officer (LO) dari TNI AL
dan/atau Security Officer (SO) dari TNI AL, TNI AD dan TNI AU.
Indikator Deskripsi
Bagan Alur Permohonan Jasa Liaison Officer (LO) dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah
ini.
3.4. Fasilitas
3.4.1. Permohonan Marine Clearance (MC)
Tata cara rekomendasi usulan
3.4.1.1. KKKS mengajukan permohonan Marine Clearance (MC)
kepada Pejabat Setingkat Kepala Divisi yang membawahi
fungsi pengelolaan keamanan KKKS SKK Migas
menggunakan Assistance Requisition Sheet (ARS) beserta
lampiran dokumen pendukungnya yang dipersyaratkan di
Lampiran 9 pedoman ini.
3.4.1.2. Pengajuan harus dilakukan paling lambat 15 hari kerja
sebelum kegiatan.
3.4.1.3. Fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan
KKKS mengeluarkan Surat Permohonan Marine Clearance
(MC) yang ditujukan kepada Staf Khusus Urusan Maritim
(Susmar) setelah mengevaluasi usulan permohonan jasa
LO beserta dokumen pendukungnya.
3.4.1.4. Susmar memprosesnya dengan menerbitkan surat
persetujuan Marine Clearance (MC) atas kegiatan
pengeboran Minyak dan Gas Bumi dimaksud.
3.4.1.5. Susmar mengirimkan surat persetujuan Marine Clearance
(MC) yang asli kepada fungsi yang melaksanakan
pengelolaan Pengamanan KKKS SKK Migas dan untuk
salinannya dikirimkan ke Asops KASAL, Direktur C/BAIS
TNI, Dirjen Hubla, Direktur Teknik dan Lingkungan Ditjen
Migas, Kepala Dishidros Oceanografi TNI AL,
Lantamal/Lanal setempat dan KKKS.
Bagan Alur Permohonan Marine Clearance (MC) dapat dilihat pada Gambar 5
di bawah ini.
Bagan Alur Permohonan Security Clearance (SC) dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah
ini.
3.5.5. Alur Jenis-jenis Perizinan Bahan Peledak dari SKK Migas ke Polri
Gambar 7. Alur Perizinan P1 untuk Bahan Peledak dari SKK Migas ke Polri
Gambar 8. Alur Perizinan P3 untuk Bahan Peledak dari SKK Migas ke Polri
Gambar 10. Alur Perizinan P2 Bahan Peledak dari SKK Migas ke Polri
Gambar 11. Alur Perizinan Pengangkutan Bahan Peledak dalam Satu Wilayah
Polda Dari SKK Migas ke Polri
Gambar 12. Alur Perizinan Pengangkutan Bahan Peledak Antar Wilayah Polda Dari
SKK Migas ke Polri
Gambar 13. Alur Perizinan Gudang Bahan Peledak dari SKK Migas ke Polri
Gambar 14. Alur Perizinan Alih Guna Bahan Peledak (Aset) Antar Wilayah Polda
dari SKK Migas ke Polri
Gambar 15. Alur Perizinan Alih Guna Bahan Peledak (Aset) Satu Wilayah Polda dari
SKK Migas ke Polri
Gambar 16. Alur Perizinan Alih Guna Bahan Peledak (Konsinyasi) Antar Wilayah
Polda dari SKK Migas ke Polri
Gambar 17. Alur Perizinan Alih Guna Bahan Peledak (Konsinyasi) Satu Wilayah
polda dari SKK Migas ke Polri
Gambar 18. Alur Perizinan Penghapusan & Pemusnahan Bahan Peledak dari
SKK Migas ke Polri
BAB V
PEMBAYARAN KEGIATAN PENGAMANAN
Beban Biaya
No Uraian Kegiatan Frekuensi Direct Keterangan
Working Fund Status Biaya
KKKS/Kontraktor
2 Tiket (PP) 2X √ Provided KKKS Tiket ( Pesawat Terbang / Kereta Api / Kapal Laut / Bus )
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi kepada Liaison Officer (LO) dan
revisinya.
4.2 Fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan KKKS SKK Migas
membuat dan menandatangani Tabel Alokasi Pembebanan Biaya LO & Susmar
untuk periode per bulan yang diperoleh berdasarkan banyaknya jumlah Liaison
Officer (LO) yang digunakan oleh KKKS dan kemudian dibagi secara
proporsional untuk masing-masing KKKS yang menggunakan Jasa LO dalam
bulan yang sama dan hasil persentase tersebut dikalikan dengan biaya Imbal
Jasa LO & Susmar per bulan. Tabel Alokasi tersebut kemudian dikirmkan
melalui email beserta dokumen pendukung (soft copy file) terkait Pembayaran
Biaya Rutin Bulanan Pembina Susmar dan LO kepada Pejabat Setingkat Divisi
yang membawahi fungsi pengelolaan keamanan KKKS untuk permintaan
persetujuan.
4.3 Apabila dokumen dinyatakan sah dan lengkapi, melalui email Pejabat Setingkat
Divisi yang membawahi fungsi Pengelolaan Keamanan KKKS meneruskan
kepada Divisi yang melaksanakan pengelolaan Strategis Bisnis dan investasi,
manajemen risiko finansial, perpajakan dan perbendaharaan KKKS, disertai
dengan pengiriman dokumen asli (hard copy) untuk dapat diproses
pembayarannya disesuaikan dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
4.4 Apabila tidak disetujui, melalui email Pejabat Setingkat Divisi yang membawahi
fungsi pengelolaan keamanan KKKS meneruskan kepada fungsi yang
melaksanakan Pengelolaan Pengamanan KKKS SKK Migas untuk
menyampaikan kepada Susmar Ditjen Migas, dokumen yang harus dilengkapi
atau diperbaiki.
4.5 Kepala Divisi yang melaksanakan pengelolaan Strategis Bisnis dan investasi,
manajemen risiko finansial, perpajakan dan perbendaharaan KKKS, kemudian
melakukan proses administrasi sesuai dengan PTK 034.
4.6 Apabila dokumen dinyatakan tidak sah dan tidak lengkap, Divisi yang
melaksanakan pengelolaan Strategis Bisnis dan investasi, manajemen risiko
finansial, perpajakan dan perbendaharaan KKKS mengirim kembali semua
dokumen kepada fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan KKKS
SKK Migas untuk diperbaiki atau dilengkapi.
Bagan Alur Pembayaran Biaya Rutin Bulanan Pembina Susmar dan LO dapat dilihat
pada Gambar 22 di bawah ini.
Gambar 22. Alur Pembayaran Biaya Rutin Bulanan Pembina Susmar dan LO
6.5 KKKS pengguna LO menerima dan meneliti Surat seperti tersebut pada butir c
di atas. Selambat – lambatnya 4 (empat) hari kerja setelah penerimaan
dokumen. KKKS mengeluarkan Surat Pernyataan mengenai kesediaan
pembayaran biaya rutin bulanan pembina Susmar, LO, dan ATK melalui
pemotongan dana panjar kerja KKKS.
6.6 Surat Pernyataan tersebut ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di
KKKS dan dikirim kepada Divisi yang membawahi Fungsi Pengelolaan
Keamanan KKKS cq. fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan
KKKS SKK Migas.
6.7 Dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah semua Surat Pernyataan KKKS diterima,
fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan KKKS SKK Migas
mengeluarkan memo yang berisi:
6.7.1 Permintaan Pembayaran Biaya ATK Sekretariat Susmar;
6.7.2 Persentase Pembebanan Dana Panjar Kerja untuk pembayaran biaya
rutin bulanan Pembina Susmar, LO, dan ATK.
Selanjutnya fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan KKKS
membuat email kepada kepada fungsi yang melakukan pengelolaan
pengamanan serta keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan SKK Migas
untuk permintaan persetujuan dan Pejabat Setingkat Divisi yang membawahi
fungsi pengelolaan Keamanan KKKS meneruskan email dikirim kepada Kepala
Divisi yang melaksanakan pengelolaan strategis bisnis dan investasi,
manajemen risiko finansial, perpajakan dan perbendaharaan KKKS beserta
lampiran dokumen pendukung dan Surat Pernyataan Kesediaan Pemotongan
Dana Panjar Kerja dari KKKS untuk dapat diproses pembayarannya
disesuaikan dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
6.8 Divisi yang melaksanakan pengelolaan strategis bisnis dan investasi,
manajemen risiko finansial, perpajakan dan perbendaharaan KKKS menerima
email seperti tersebut pada butir di atas, kemudian melakukan proses
administrasi sesuai dengan PTK 034 untuk pembayaran biaya rutin bulanan
pembina Susmar, LO, dan ATK.
6.9 Apabila dokumen dinyatakan tidak sah dan tidak lengkap, Divisi yang
melaksanakan pengelolaan strategis bisnis dan investasi, manajemen risiko
finansial, perpajakan dan perbendaharaan KKKS mengirim kembali semua
Bagan Alur Pembayaran ATK Sekretariat Susmar dan Alokasi Pembebanan Dana Panjar
Kerja KKKS Pengguna Liaison Officer (untuk Biaya Rutin Bulanan Pembina Susmar, LO,
dan ATK) dapat dilihat pada Gambar 23 di bawah ini.
Gambar 23. Alur Pembayaran ATK dan Alokasi Pembebanan Dana Panjar Kerja KKKS
Pengguna Liaison Officer (untuk Biaya Rutin Bulanan Pembina Susmar, LO, dan ATK)
BAB VI
PELAPORAN, EVALUASI DAN PENILAIAN
1. Laporan Pengamanan
1.1. Dalam melaksanakan kegiatan Pengamanan, KKKS wajib menyampaikan
laporan kepada SKK Migas antara lain:
1.1.1. Laporan Bulanan Sekuriti, yaitu laporan mengenai kejadian menonjol
berupa ancaman dan gangguan keamanan, struktur organisasi, jumlah
personel, sarana prasarana Pengamanan, dan hal-hal lain terkait
kegiatan Pengamanan KKKS selama 1 (satu) bulan.
1.1.2. Laporan Bulanan Bahan Peledak, yaitu laporan mengenai penggunaan
bahan peledak. (sesuai dengan format dalam Lampiran C).
1.1.3. Laporan Khusus, yaitu laporan mengenai kejadian-kejadian yang bersifat
khusus atau insidentil (sesuai dengan format Lampiran B) atau laporan
lain sebagaimana diminta oleh SKK Migas.
Bagan Alur Pelaporan Keamanan dan Kegiatan Pengamanan KKKS dapat dilihat
pada Gambar 24 di bawah ini.
Bagan Alur Pelaporan Kegiatan Liaison Officer (LO) dan Susmar dapat dilihat
pada Gambar 25 di bawah ini.
Gambar 25. Alur Pelaporan Kegiatan Liaison Officer (LO) dan Susmar
2. Evaluasi
2.1. Fungsi yang melaksanakan pengelolaan Pengamanan KKKS SKK Migas
melakukan evaluasi untuk mengetahui kinerja KKKS dalam melaksanakan
Pengamanan.
2.2. Evaluasi dilakukan setahun sekali atau sewaktu-waktu bila diperlukan.
2.3. Parameter dan kriteria evaluasi dibuat berdasarkan.
2.3.1. Kepatuhan terhadap PTK ini dan pedoman terkait lainnya serta
ketentuan, peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.3.2. Efisiensi biaya.
2.3.3. Efisiensi dan optimalisasi metode Pengamanan.
2.3.4. Kesesuaian antara lingkup kerja kontrak dengan implementasi
operasional untuk area yang keamanannya dikerjakan oleh Badan
Usaha Jasa Pengamanan.
2.3.5. Kesesuaian antara SOP yang dibuat oleh KKKS untuk Pengamanan
Aset dan implementasinya.
2.3.6. Target pencapaian Key Perfromance Indicator yang manjadi dasar
penilaian kerja Pengamanan Aset.
BAB VII
PENUTUP
1. PTK ini dibuat untuk dijadikan pedoman bagi KKKS dalam melaksanakan kegiatan
operasional sehari – hari baik untuk kegiatan rutin maupun tidak rutin/insidentil seperti
kegiatan – kegiatan proyek yang memerlukan perhatian di bidang Pengamanan.
2. KKKS diwajibkan untuk menindaklanjuti PTK ini dengan menerjemahkan dalam bentuk
pembuatan rencana Pengamanan yang komprehensif, terpadu meliputi rencana
penggelaran kekuatan, penggunaan peralatan/fasilitas, standar operasional prosedur,
dan RAB serta kebijakan internal sesuai dengan situasi dan kondisi masing – masing
KKKS.
3. Apabila KKKS terbukti melakukan pelanggaran terhadap PTK ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam proses Pengamanan, maka
KKKS bertanggung jawab atas segala akibat hukum yang timbul dan melepaskan,
membebaskan, dan memberla SKK Migas dari dan terhadap setiap kerugian, tuntutan,
dan gugatan hukum pihak ketiga yang diakibatkan dari kelalaian, kesalahan,
pelanggaran kewajiban hukum KKKS terhadap pelanggaran ketentuan PTK ini dan
peraturan perundang-undangan dimaksud.
4. Setiap kerugian finansial yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketidakpatuhan KKKS
terhadap PTK ini, maka kerugian tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya
operasi berdasarkan Kontrak Kerja Sama.
5. Ketentuan lain yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam PTK ini akan
ditetapkan kemudian dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari PTK ini.
Lampiran 1
Format Laporan Lengkap Selama Satu Bulan
LAPORAN BULANAN KKKS
KKKS :
Bulan :
Tahun :
11. Kegiatan…
Demikian laporan bulanan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.
Kota ….…
Tgl…….…..Bln…..….Thn…
Penanggung Jawab Sekuriti
KKKS,
(...........................................)
Lampiran 2
Format Contoh Laporan Kejadian Khusus
KKKS : .........................................................
Waktu (tgl/bln/thn) : .........................................................
Lampiran 3
Format Laporan Bulanan Bahan Peledak
Lampiran 4
Format Uraian Penugasan Liaison Officer
URAIAN PENUGASAN LIAISON OFFICER
No........................................….....
NAMA : ..............................
PANGKAT - NRP : ..............................
DINAS DI KAPAL / RIG : ..............................
KKKS : ..............................
PERSIAPAN BERANGKAT (DIISI OLEH SUSMAR)
TIBA DI JAKARTA TGL.................
BERANGKAT KE ........................ TGL................. ................................................
(TANDA TANGAN, NAMA,
PANGKAT, NRP KA.SUSMAR +
STEMPEL)
Lampiran 5
Format Laporan Penugasan Liaison Officer
Jakarta,
Mengetahui, Mengetahui,
Lampiran 6
Format Deklarasi Liaison Officer
Nama : ........................................................
Pangkat – NRP : ........................................................
Bank dan Nomor Rekening : ........................................................
Dinas di Kapal/Rig : ........................................................
KKKS : ........................................................
Nomor SPD/SP : ........................................................
PERIODE
RINCIAN PENJABARAN NOMINAL KET.
TANGGAL
……. – ……..
……. – ……..
Menyetujui, Mengetahui,
Kepala Fungsi yang Penerima, Kepala SUSMAR
Melaksanakan Pengelolaan
Cap
Pengamanan KKKS,
Lampiran 7
Dokumen Persyaratan Pengajuan Permohonan Liaison Officer (LO)
7.2. Izin Kemudahan Khusus Keimigrasian (Dahsuskim) untuk TKA awak kapal/barge
dan pekerja kontraktor pemenang tender survei (tenaga ahli) apabila
menggunakan kapal/barge, atau;
7.3. KITAS/IMTA TKA kontraktor pemenang tender pengeboran apabila menggunakan
rig.
Lampiran 8
Dokumen Persyaratan Pengajuan Permohonan Technical Officer (LO)
Lampiran 9
Dokumen Persyaratan Pengajuan Permohonan Marine Clearence
1. Marine Clearance
1.1. Surat permohonan Marine clearance (MC) dalam bentuk Assistance Requisition
Sheet (ARS) dari KKKS;
1.2. Surat Pemberitahuan Pengeboran Lepas Pantai (SPPLP) dari KKKS;
1.3. Rencana Kegiatan dari KKKS;
1.4. Peta Lokasi dan Titik Koordinat Kegiatan/Lokasi dari KKKS;
1.5. Salinan persetujuan Authorization For Expenditure (AFE);
1.6. Sertifikat Rig (gambar & spesifikasinya) dan Surat Kelayakan Penggunaan
Instalasi (SKPI) untuk Rig dari Direktorat Teknik & Lingkungan Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas).
Lampiran 10
Dokumen Persyaratan Pengajuan Permohonan Security Clearence
1. Surat permohonan Security Clearance (SC) dalam bentuk Assistance Requisition Sheet
(ARS) dari KKKS;
2. Formulir A Security Clearance (SC) yang diterbitkan oleh Kementerian Pertahanan;
3. Rencana Kegiatan dari KKKS;
4. Peta Lokasi dan Titik Koordinat Kegiatan/Lokasi dari KKKS;
5. Salinan Persetujuan AFE dan/atau Memorandum of Agreement (MoA)/Letters of
Agreement (LoA) antara KKKS dengan Kontraktor Pemenang Tender
6. Company Profile Kontraktor Pemenang Tender untuk survei;
7. Daftar peralatan dan perlengkapan (gambar & spesifikasi);
8. Apabila menggunakan kapal/barge, harus menyertakan Sertifikat Kapal/Barge (gambar
dan spesifikasinya) dan dilengkapi dengan:
8.1. Surat Izin Trayek Kapal Dalam Negeri (Pengoperasian Kapal Tramper) dari
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) jika menggunakan
kapal/barge dalam negeri, atau;
8.2. Izin Penggunaan Pengoperasian Kapal Asing (PPKA) dari Kementerian
Perhubungan jika menggunakan kapal/barge berbendera asing.
8.3. Data personel lapangan berupa cv dan pas foto dari KKKS, kontraktor pemenang
tender survei (tenaga ahli), dan/atau awak kapal/barge;
9. Khusus untuk Tenaga Kerja Asing (TKA) harus menyertakan salinan paspor dan
dilengkapi dengan:
9.1. KITAS/IMTA untuk TKA KKKS;
9.2. Dahsuskim untuk TKA kontraktor pemenang tender survei (tenaga ahli) dan/atau
TKA awak kapal/barge.
Lampiran 11
Dokumen Persyaratan Pengurusan Perizinan Bahan Peledak
1. Perizinan P1
1.1. Laporan persediaan atau stock akhir bahan peledak yang dimiliki.
1.2. Rincian jenis, jumlah bahan peledak yang tersisa dan akan digunakan.
1.3. Fotocopy surat izin gudang
1.4. Fotocopy surat izin pemilikan, penguasaan dan penyimpanan (P3)
1.5. Fotocopy surat pengangkatan Kepala Teknik/ Penyelidik Tambang dan atau Wakil
Kepala Teknik/ Penyelidik Tambang dari Ditjen Migas.
1.6. Fotocopy kartu izin juru tembak bahan peledak atau kartu izin meledakkan (KIM).
1.7. Surat pernyataan pengguna akhir (SPPA) yang ditandatangani oleh Kepala
Teknik/ Penyelidik Tambang KKKS diatas materai.
1.8. Fotocopy Kontrak Konsinyasi untuk handak Konsinyasi atau PO untuk handak
asset.
2. Perizinan P2
2.1. Surat pernyataan dari pimpinan tertinggi KKKS bahwa terkait importasi barang
operasi tidak menggunakan fasilitas impor, maka sanksi sebagaimana diatur
didalam Peraturan Menteri ESDM No. 037 Tahun 2006 tetap berlaku.
2.2. Kepala/Wakil Kepala Teknik Tambang/Kepala/Wakil Kepala Penyelidik KKKS
menyatakan secara tertulis akan bertanggungjawab penuh atas liability-nya.
2.3. Sudah selesainya semua perizinan terkait kegiatan dari pemerintah daerah/pusat.
2.4. Sudah selesainya semua Permit permission dari pemilik lahan/ pengelola lahan.
2.5. Program kerja dan waktu pelaksanaan penggunaan bahan peledak yang telah
disetujui oleh Divisi Survei Pengeboran.
2.6. Surat pernyataan telah mengajukan penawaran permintaan alih guna bahan
peledak kepada bahan peledak eksisting KKKS lain.
2.7. Rincian jenis, asal dan jumlah kebutuhan bahan peledak yang akan dibeli.
2.8. Fotocopy surat izin gudang.
2.9. Fotocopy surat izin pemilikan, penguasaan dan penyimpanan (P3).
2.10. Fotocopy surat pengangkatan Kepala Teknik/ Penyelidik Tambang dan atau Wakil
Kepala Teknik/ Penyelidik Tambang dari Ditjen Migas.
2.11. Fotocopy kartu izin juru tembak bahan peledak atau kartu izin meledakkan (KIM)
2.12. Data personil Satuan Pengamanan (SATPAM) yang telah mengikuti pendidikan
dan pelatihan tata cara penanganan bahan peledak.
2.13. Surat pernyataan pengguna akhir (SPPA) yang ditandatangani oleh Kepala
Teknik/ Penyelidik Tambang KKKS diatas materai.
2.14. Jika mekanisme konsinyasi, melampirkan kontrak konsinyasi dan harus ada
klausul didalam kontrak yang mengatakan jika pekerjaan selesai dan handak
bersisa, maka dikembalikan/ menjadi tanggungjawab pihak kontraktor penyediaan
barang/ jasa bahan peledak.
3. Perizinan P3
3.1. Fotocopy Kontrak Kerjasama pada halaman yang mencantumkan para pihak
terkait, masa kerjasama dan halaman tanda tangan.
3.2. Fotocopy surat izin gudang.
3.3. Fotocopy surat pengangkatan Kepala Teknik/ Penyelidik Tambang atau Wakil
Kepala Teknik/ Penyelidik Tambang dari Ditjen Migas.
3.4. Fotocopy kartu izin juru tembak bahan peledak atau kartu izin meledakkan (KIM).
3.5. Data personil Satuan Pengamanan (SATPAM) yang telah mengikuti pendidikan
dan pelatihan tata cara penanganan bahan Peledak.
3.6. Surat pernyataan pengguna akhir (SPPA) yang ditandatangani oleh Kepala
Teknik/ Penyelidik Tambang KKKS diatas materai.
4. Perizinan Pengangkutan Bahan Peledak, Baik Dalam Satu Wilayah Polda Maupun
Antar Wilayah Polda
4.1. Penjelasan tentang maksud dan tujuan pengangkutan bahan peledak, dengan
dilengkapi program kerja dan tata waktu penggunaan bahan peledak yang
disetujui oleh Divisi Survei Pengeboran.
4.2. Laporan sisa persediaan atau stock bahan peledak yang akan diangkut.
4.3. Rincian jenis dan jumlah kebutuhan bahan peledak yang akan diangkut.
4.4. Fotocopy surat-surat izin Gudang, P3, P2 atau P1 atau alih guna (yang masih
berlaku).
6. Perizinan Alih Guna bahan peledak, baik dalam satu wilayah Polda maupun antar
wilayah Polda
ALIH GUNA ASET (1 WILAYAH POLDA ALIH GUNA KONTRAK KONSINYASI (1
DAN ANTAR POLDA) WILAYAH POLDA DAN ANTAR POLDA)
a. Persetujuan pemindahan/ transfer a. Tidak perlu persetujuan pemindahan/
asset dari Kepala Dinas Manajemen transfer dari Kepala Dinas Manajemen
Aset SKK Migas Pusat, ditembuskan Aset SKK Migas Pusat.
kepada SKK Migas Perwakilan dan b. Melampirkan kontrak bersama antara
Subbag Sekuriti SKK Migas. KKKS pemilik bahan peledak dan
b. Laporan bulanan bahan peledak yang KKKS pemohon alih guna dengan
akan dialihgunakan. pihak Kontraktor Penyedia Barang dan
c. Rincian jenis dan jumlah bahan Jasa Bahan Peledak.
peledak yang akan dialihgunakan.
d. Penjelasan tentang alasan alih guna. c. Laporan bulanan bahan peledak yang
e. Surat perjanjian persetujuan tentang akan dialihgunakan dari KKKS
pengalihgunaan bahan peledak pengguna handak saat ini.
antara pemilik bahan peledak dan d. Rincian jenis dan jumlah bahan
penerima alih guna (MoA). peledak yang akan dialihgunakan
f. Fotocopy surat-surat izin : KKKS pemohon.
1) Pemberi : Gudang, P3, P2/P1. e. Penjelasan tentang alasan alih guna
2) Pemohon : Gudang dan P3. dari KKKS pemohon.
g. Surat pernyataan pengguna akhir f. Surat perjanjian persetujuan tentang
(SPPA) yang ditandatangani oleh pengalihgunaan bahan peledak antara
Kepala Teknik/ Peyelidik Tambang pemilik bahan peledak dan penerima
KKKS diatas materai dari pemohon alih guna (MoA).
alih guna. g. Fotocopy surat-surat izin :
h. Program kerja dan waktu h. Pemberi : Gudang, P3, P2/P1.
pelaksanaan penggunaan bahan i. Pemohon : Gudang dan P3.
peledak yang telah disetujui oleh j. Program kerja dan waktu pelaksanaan
Divisi Survei Pengeboran. penggunaan bahan peledak yang telah
disetujui oleh Divisi Survei
Pengeboran.
8.5. Melampirkan laporan persediaan atau stock bahan peledak yang akan
dimusnahkan.
8.6. Melampirkan fotocopy surat pengangkatan Kepala/ Wakil Teknik Tambang atau
Kepala/ Wakil Penyelidik.
8.7. Melampirkan fotocopy Kartu Izin Juru Tembak Bahan Peledak atau Kartu Izin
Meledakkan (KIM) Pelaksana Pemusnahan.
8.8. Fotocopy izin bahan peledak