Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif (Hipkabi, 2014). Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh (Majid, Judha & Istianah, 2011). 2. Perawat scrub (scrub nurse) Perawat scrub atau di Indonesia juga dikenal sebagai perawat instrumen merupakan perawat kamar bedah yang memiliki tanggung jawab terhadap manajemen area operasi dan area steril pada setiap jenis pembedahan (Muttaqin, 2009) Tugas Perawat Scrub pada fase Intra Operatif : a. Memperingatkan tim bedah jika terjadi penyimpangan prosedur aseptik. b. Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah c. Menata instrumen steril di meja operasi sesuai dengan urutan prosedur operasi. d. Memberikan cairan antiseptik pada kulit yang akan diinsisi. e. Membantu melakukan prosedur drapping. f. Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur dan kebutuhan tindakan pembedahan secara tepat dan benar. g. Mempersiapkan benang benang jahitan sesuai kebutuhan dalam keadaan siap pakai. h. Membersihkan instrumen dari darah dari darah pada saat intra operasi untuk mempertahankan serilitas alat di meja instrumen. i. Menghitung kassa, jarum, dan instrumen sebelum, selama, dan setelah operasi berlangsung. j. Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kassa, dan jarum pada ahli bedah sebelum operasi dimulai dan sebelum luka ditutup lapis demi lapis. k. Mempersiapkan cairan untuk mencuci luka. l. Membersihkan luka operasi dan kulit sekitar luka 3. Perawat Sirkulasi (circulation nurse) Perawat sirkulasi merupakan perawat berlisensi yang bertanggung jawab untuk mengelola asuhan keperawatan pasian di dalam kamar operasi dan mengkoordinasikan kebutuhan tim bedah dengan tim perawatan lain yang diperlukan untuk menyelesaikan tindakan operasi. Perawat sirkulasi juga bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat scrub dan mengobservasi pasien tanpa menimbulkan kontaminasi terhadap area steril (Litwack, 2009). Tugas Perawat Sirkulasi pada fase Intra Operatif a. Mengatur posisi pasien sesuai jenis operasi. b. Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik. c. Mengobservasi intake dan output selama tindakan operasi d. Melaporkan hasil pemantauan hermodinamik kepada ahli anastesi. e. Menghubungi petugas penunjang medis (petugas radiologi, laboratorium, farmasi, dan lain sebagainya) apabila diperlukan selama tindakan operasi. f. Menghitung dan mencatat pemakaian kassa bekerjasama dengan perawat scrub. g. Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital h. Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kassa bersama perawat scrub agar tidak ada yang tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi ditutup 4. Perawat Anastesi Perawat anestesi adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam membantu terselenggaranya pelaksanaan tindakan pembiusan di kamar operasi. Tugas perawat anastesi pada fase intra operatif. Sebelum tindakan anestesia, perawat anestesi wajib : a. Melakukan pemeriksaan kembali nama pasien, data diagnosa dan rencana operasi. b. Mengenalkan pasien kepada dokter spesialis anestesiologi, dokter ahli bedah, dokter asisten dan perawat instrumen. c. Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan induksi yang akan dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi. d. Memasang alat-alat pemantau (antara lain tensimeter, ECG dan alat lainnya sesuai dengan kebutuhan). e. Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan. f. Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan. Selama tindakan anestesi perawat anestesi wajib : a. Mencatat semua tindakan anestesia. b. Berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien selama anestesia/pembedahan. Pemantauan meliputi sistem pernapasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, perdarahan, produksi urine dll. c. Berespon dan melaporkan pada dokter spesialis anestesiologi bila terdapat tanda-tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera. d. Melaporkan pada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesia. e. Mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang dokter. f. Menanggulangi keadaan perawat darurat Pengakhiran anestesi meliputi : a. Memantau tanda vital secara lebijh intensif. b. Menjaga jan nafas supaya tetap bebas. c. Menyiapkan alat-alat dan obat-obat untuk pengakhiran anestesia dan atau ekstubasi. d. Melakukan pengakhiran anestesia dan atau sekstubai sesuai kewenangan yang diberikan