Anda di halaman 1dari 36

BAB III

PERENCANAAN ALAT

SIMULASI OTOMATISASI MANUVER JARINGAN DISTRIBUSI


TEGANGAN MENENGAH 20KV BERBASIS ARDUINO MEGA 2560
DENGAN MENGGUNAKAN VT SCADA SEBAGAI MONITORING DAN
CONTROLING

3.1 Skenario Perencanaan Alat

3.1.1 Skenario Pertama

Gambaran untuk skenario 1 yaitu manuver jaringan apabila terjadi gangguan

hubung singkat pada PMT ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Skenario Pertama

Keterangan gambar :

1. Beban 1 : Beban pada PMT

53
54

2. Beban 2 : Beban pada recloser

3. Beban 3 : Beban pada SSO

4. Beban 4 : Beban pada penyulang cadangan 1

5. Beban 5 : Beban pada penyulang cadangan 2

6. LBS 1 : LBS penyulang cadangan 1

7. LBS 2 : LBS penyulang cadangan 2

8. : lampu menyala

9. : lampu padam

10. : Push Button keadaan close

11. : Push Button keadaan open

12. : Gangguan yang berupa hubung singkat

Perhitungan gangguan yang akan menyebabkan penyulang trip :

a) V sumber = 12 Volt

b) Beban = 3 lampu (@lampu 4 watt) 12 Volt = 12 watt

c) Gangguan

Pada PMT Resistor 6,6 Ohm

d) Arus Normal

I=P/V
55

I = 12 / 12

I = 1 Ampere

e) I gangguan PMT = V / R

= 12 / 6,6

= 1,8 Ampere

Dari perhitungan tersebut, maka gangguan pada PMT akan terjadi ketika arus

yang mengalir pada alat adalah I normal (1 Ampere) + I gangguan PMT (1,8

Ampere) = 2,8 Ampere.

Proses manuver jaringan pada gambar 3.1, ketika tombol gangguan pada

PMT ditekan maka daerah setelah PMT akan mengalami padam. Gangguan pada

alat ini adalah gangguan hubung singkat yang menyebabkan arus lebih, dimana

gangguan tersebut dibuat menggunakan resistor dan sudah dilakukan perhitungan.

Dari gambar 3.1 di atas beban pada masing – masing penyulang dapat terlihat dari

nyala lampu, setiap lampu bebannya 10 watt. Pada penyulang cadangan 1

bebannya 2 lampu sedangkan pada penyulang cadangan 2 bebannya 1 lampu.

Oleh sebab itu secara otomatis ketika tombol manuver ditekan maka penyulang

cadangan 2 akan menerima pelimpahan beban dari daerah setelah Recloser,

sehingga daerah padam dapat berkurang.


56

3.1.2 Skenario Kedua

Gambaran untuk skenario 2 yaitu manuver jaringan apabila terjadi gangguan

hubung singkat pada PMT ditunjukkan pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Skenario Kedua

Keterangan gambar :

1. Beban 1 : Beban pada PMT

2. Beban 2 : Beban pada recloser

3. Beban 3 : Beban pada SSO

4. Beban 4 : Beban pada penyulang cadangan 1

5. Beban 5 : Beban pada penyulang cadangan 2

6. LBS 1 : LBS penyulang cadangan 1

7. LBS 2 : LBS penyulang cadangan 2


57

8. : lampu menyala

9. : lampu padam

10. : Push Button keadaan close

11. : Push Button keadaan open

12. : Gangguan yang berupa hubung singkat

Perhitungan ketika terjadi gangguan pada PMT

a) V sumber = 12 Volt

b) Beban = 3 lampu (@lampu 4 watt) 12 Volt = 12 watt

c) Gangguan

Pada PMT Resistor 6,6 Ohm

d) Arus Normal

I=P/V

I = 12 / 12

I = 1 Ampere

e) I gangguan PMT = V / R

= 12 / 6,6

= 1,8 Ampere
58

Dari perhitungan tersebut, maka gangguan PMT akan terjadi ketika arus yang

mengalir pada alat adalah I normal (1 Ampere) + I gangguan PMT (1,8 Ampere)

= 2,8 Ampere.

Proses manuver jaringan pada gambar 3.2, ketika tombol gangguan pada

PMT ditekan maka daerah setelah PMT akan mengalami padam. Gangguan pada

alat ini adalah gangguan hubung singkat yang menyebabkan arus lebih, dimana

gangguan tersebut dibuat menggunakan resistor dan sudah dilakukan perhitungan.

Dari gambar 3.2 di atas beban pada masing – masing penyulang dapat terlihat dari

nyala lampu, setiap lampu bebannya 10 watt. Pada penyulang cadangan 1

bebannya 1 lampu sedangkan pada penyulang cadangan 2 bebannya 2 lampu.

Oleh sebab itu secara otomatis ketika tombol manuver ditekan maka penyulang

cadangan 1 akan menerima pelimpahan beban dari daerah setelah Recloser,

sehingga daerah padam dapat berkurang.


59

3.1.3 Skenario Ketiga

Gambaran untuk skenario 3 yaitu manuver jaringan apabila terjadi gangguan

hubung singkat pada Recloser ditunjukkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Skenario Ketiga

Keterangan gambar :

1. Beban 1 : Beban pada PMT

2. Beban 2 : Beban pada recloser

3. Beban 3 : Beban pada SSO

4. Beban 4 : Beban pada penyulang cadangan 1

5. Beban 5 : Beban pada penyulang cadangan 2

6. LBS 1 : LBS penyulang cadangan 1

7. LBS 2 : LBS penyulang cadangan 2

8. : lampu menyala
60

9. : lampu padam

10. : Push Button keadaan close

11. : Push Button keadaan open

12. : Gangguan yang berupa hubung singkat

Perhitungan arus ketika terjadi gangguan pada Recloser

a) V sumber = 12 Volt

b) Beban = 3 lampu (@lampu 4 watt) 12 Volt = 12 watt

c) Gangguan

Pada Recloser Resistor 10 Ohm

d) Arus Normal

I=P/V

I = 8 / 12

I = 0,7 Ampere

e) I gangguan Recloser = V / R

= 12 / 10

= 1,2 Ampere
61

Sehingga ketika terjadi gangguan PMT maka arus yang mengalir pada alat adalah

I normal (0,7 Ampere) + I gangguan Recloser (1,2 Ampere) = 1,9 Ampere.

Proses manuver jaringan pada gambar 3.3, ketika tombol gangguan pada

Recloser ditekan maka daerah setelah Recloser akan mengalami padam.

Gangguan pada alat ini adalah gangguan hubung singkat yang menyebabkan arus

lebih, dimana gangguan tersebut dibuat menggunakan resistor dan sudah

dilakukan perhitungan. Dari gambar 3.3 di atas beban pada masing – masing

penyulang dapat terlihat dari nyala lampu, setiap lampu bebannya 10 watt. Pada

penyulang cadangan 1 bebannya 2 lampu dan pada penyulang cadangan 2

bebannya 2 lampu. Ketika tombol manuver ditekan maka secara otomatis

penyulang cadangan 2 akan menerima pelimpahan beban dari daerah setelah SSO,

sehingga daerah padam dapat berkurang.

3.2 Perencanaan Alat

Perancangan sistem “Simulasi Otomatisasi Manuver Jaringan Distribusi

Tegangan Menengah 20KV Berbasis Arduino Mega 2560 dengan Menggunakan

VTScada sebagai Monitoring dan Controlling” dibagi atas 2 bagian, yaitu :

a) Perancangan Hardware (perangkat keras)

b) Perancangan Program (bahasa C)

Pengoperasian alat dengan mikrokontroler arduino mega 2560 dengan

pemberian program berbentuk bahasa c sehingga alat simulasi manuver jaringan

dapat dijalankan sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya.


62

Perangkat keras yang digunakan antara lain arduino mega 2560, push

button, lampu led, saklar, relai, Ethernet shield, dan lain-lain. Perangkat keras ini

dirangkai sesuai dengan wiring rancangan yang sudah dibuat sebelumnya.

Pembuatan program menggunakan aplikasi Arduino dengan

mencantumkan input dan output pada program beserta dengan logika untuk

memberikan kontrol pada peralatan. Gambar 3.4 menampilkan blok diagram pada

sistem alat.

Gambar 3.4 Blok Diagram Sistem Alat

Sesuai dengan sistem diagram blok perancangan alat diatas terbagi menjadi 3

bagian yaitu :

1) Perangkat keras yang digunakan sebagai input kepada mikrokontroler

arduino mega 2560

2) Perangkat mikrokontroler arduino mega 2560 sebagai otak dan pengolah

program dan logika yang dimasukan

3) Perangkat sebagai output dan tampilan control guna melakukan kerja alat

manuver jaringan distribusi.


63

Sistem “Simulasi Otomatisasi Manuver Jaringan Distribusi Tegangan

Menengah 20kv Berbasis Arduino Mega 2560 dengan Menggunakan Vt Scada

Sebagai Monitoring dan Controling“ terdiri dari :

1. Catu daya

Dari sumber 220 VAC, kemudian masuk ke trafo 5A. Pada trafo 5A tegangan

diturunkan menjadi 12VAC .12 VAC tersebut diinput ke 2 catu daya, dimana

outputannya 12V dan 5V. Catu daya 12V digunakan untuk mensupplay Arduino

Mega 2560, Driver Relay, dan Relay. Sedangkan Catu Daya 5V digunakan untuk

mensupply ACS 712 serta Push Button.

2. Arduino Mega 2560

Arduino Mega 2560 mendapat input dari ACS712 dan Push Button. ACS 712

berfungsi untuk membaca arus, sedangkan Push Button memberikan masukan ke

Arduino Mega 2560 untuk memerintahkan relay membuka/menutup dengan cara

memberi masukan tegangan ke driver relay. Output Arduino Mega 2560 berupa

sinyal kondisi high/low untuk mengatur kerja driver relay.

3. Driver Relay ULN 2803

Driver Relay ULN 2803 digunakan sebagai interface antara relay yang memiliki

tegangan 12 V dengan Arduino Mega 2560 yang hanya bertegangan 5 V.

4. Sensor Arus ACS712

Sensor Arus ACS712 digunakan untuk mendeteksi besar arus yang mengalir

melalui blok terminal.

5. Ethernet Shield
64

Ethernet Shield digunakan dalam menulis program agar arduino board dapat

terhubung ke jaringan.
65

3.2.1 Rangkaian Perangkat Keras (Hardware)

3.2.1.1 Rangkaian Catu Daya

Rangkaian Catu Daya pada alat simulasi ini digunakan untuk mensuplai

seluruh rangkaian yang membutuhkan suplai sebesar 12 VDC dan 5 VDC, yaitu

relay, driver relay, push button, sensor srus ACS712, dan Arduino Mega 2560.

Gambar 3.5 menampilkan rangkaian catu daya yang digunakan pada alat.

Gambar 3.5 Rangkaian Catu Daya

(Sumber: Aplikasi proteus, dibuat tanggal 20 Juli 2018)

1.
2.
2.1.
2.2.
2.2.1.

1. Catu Daya 12 VDC

Cara kerja dari catu daya 12 VDC adalah sebagai berikut:


66

1) Sumber tegangan catu daya merupakan output dari transformator step down

sebesar 12 VAC dengan arus maksimal sebesar 5A.

2) Output transformator 12 VAC tersebut disearahkan dari gelombang AC

menjadi DC melalui rectifier. Rectifier berupa 4 buah dioda yang dirangkai

membentuk sebuah rangkaian jembatan. Dioda yang digunakan merupakan

dioda yang memiliki kapasitas sebesar 4 A. setelah disearahkan, gelombang

output dari dioda tersebut masih memilikki ripple atau denyut sehingga

nilainya belum stabil. Supaya ripple dari output dioda berkurang maka diberi

rangkaian filter pada rangkaian tersebut.

3) Filter berupa kapasitor yang berfungsi untuk mengurangi faktor ripple,

sehingga didapatkan tegangan DC low ripple dan mendekati DC murni.

Kapasitor yang digunakan pada catu daya tersebut adalah kapasitor jenis elco

(electrolyte capacitor) dengan besar 4700F, 100F dan kapasitor jenis

keramik dengan besar 100F. Keluaran dari kapasitor tersebut sudah berupa

tegangan DC murni.

4) Selanjutnya tegangan keluaran dari kapasitor dialirkan ke kaki input regulator

tegangan untuk mengatur kestabilan tegangan. Regulator yang digunakan

pada catu daya 12 VDC adalah IC Regulator LM7812. Berdasarkan

datasheet, IC LM7812 hanya mempunyai arus keluaran sebesar 1 Ampere

maka akan dialirkan melalui transistor npn TIP 3055 yang berfungsi sebagai

penguat arus. TIP 3055 memiliki kapasitas arus mencapai 15 Ampere.

5) Output 12 VDC dari catu daya tersebut digunakan untk mensuplai relay,

driver relay, dan arduino Mega 2560.


67

2. Catu Daya 5 VDC

Cara kerja dari catu daya 5 VDC adalah sebagai berikut:

1) Sumber tegangan catu daya merupakan output dari transformator step down

sebesar 12 VAC dengan arus maksimal sebesar 5A.

2) Output transformator 12 VAC tersebut disearahkan dari gelombang AC

menjadi DC melalui rectifier. Rectifier berupa 4 buah dioda yang dirangkai

membentuk sebuah rangkaian jembatan. Dioda yang digunakan merupakan

dioda yang memiliki kapasitas sebesar 4A. setelah disearahkan, gelombang

output dari dioda tersebut masih memilikki ripple atau denyut sehingga

nilainya belum stabil. Supaya ripple dari output dioda berkurang maka diberi

rangkaian filter pada rangkaian tersebut.

3) Filter berupa kapasitor yang berfungsi untuk mengurangi faktor ripple,

sehingga didapatkan tegangan DC low ripple dan mendekati DC murni.

Kapasitor yang digunakan pada catu daya tersebut adalah kapasitor jenis elco

(electrolyte capacitor) dengan besar 4700F, 100F dan kapasitor jenis

keramik dengan besar 100F. Keluaran dari kapasitor tersebut sudah berupa

tegangan DC murni.

4) Selanjutnya tegangan keluaran dari kapasitor dialirkan ke kaki input regulator

tegangan untuk mengatur kestabilan tegangan. Regulator yang digunakan

pada catu daya 12 VDC adalah IC Regulator LM7805. Berdasarkan

datasheet, IC LM7805 hanya mempunyai arus keluaran sebesar 1 Ampere

maka akan dialirkan melalui transistor npn TIP 3055 yang berfungsi sebagai

penguat arus. TIP 3055 memiliki kapasitas arus mencapai 15 Ampere.


68

5) Output sebesar 5 VDC dari catu daya tersebut digunakan untuk mensuplai

push button, dan ACS712.

3.2.1.2 Rangkaian Sensor Arus ACS712

Pada rancangan ini menggunakan sensor arus ACS712 untuk mendeteksi

besar arus yang mengalir pada rangkaian beban, yaitu beban yang terletak di

setelah PMT dan beban yang terletak di setelah recloser. Fungsi ACS712 pada

peralatan simulasi ini menggantikan fungsi dari transformator arus (CT)

sebenarnya yang terletak pada peralatan proteksi PMT dan recloser yang

digunakan untuk mengukur arus yang mengalir pada jaringan tegangan menengah

20 KV. Sensor ACS712 ini yang nantinya akan mendeteksi adanya arus gangguan

sehingga relay proteksi dapat bekerja. Konfigurasi pin pada ACS712 dijelaskan

pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Konfigurasi Pin ACS712


69

Inputan sensor arus ACS712 adalah output dari rangkaian catu daya

sebesar 5 V DC, yang disebut sebagai Vcc. Sensor arus ACS712 ini tidak mampu

menggunakan catu daya 12 V DC, dikarenakan tegangan jatuh (drop voltage)nya

terlalu tinggi, sehingga Amperemeter tidak mampu membaca arus. Terdapat

keadaan dimana saat tidak ada arus yang melewati ACS712, maka keluaran sensor

adalah (0,5xVcc) sebesar 2,5 V. Dan saat arus mengalir dari IP+ ke IP-, maka

keluaran akan >2,5 V. Sedangkan ketika arus listrik mengalir terbalik dari IP- ke

IP+, maka keluaran akan <2,5 V (Datasheet ACS712). Sensor arus ACS712 ini

membaca arus dengan inputan tegangan yang dikonversi dalam bentuk arus.

Memiliki sensitivitas sebesar 185 mV/A. Jadi, setiap sensor arus ACS712

merasakan kenaikan tegangan sebesar 185 mV, maka mengindikasikan arus

sebesar 1 Ampere.

Pendeteksian arus pada ACS712 memanfaatkan prinsip Hall Effect. Efek

Hall terjadi ketika arus melewati keping tembaga internal sensor dan akan

menimbulkan medan magnet. Adanya medan magnet ini mengakibatkan

penumpukkan muatan positif dan negatif pada sisi logam sehingga kedua sisi

logam muncul perbedaan potensial yang akan dideteksi oleh sensor. Efek Hall

yang outputnya berupa tegangan dengan nilai sebanding dengan arus input.

Rangkaian sensor arus ini dihubungkan ke mikrokontroler Arduino Mega

2560 melalui pin output sensor yang dimasukkan ke pin analog Arduino Mega

2560 untuk kemudian dilakukan perhtungan Analog to Digital Converter (ADC).


70

3.2.1.3 Rangkaian Mikrokontroler Arduino Mega 2560

Arduino Mega 2560 merupakan mikrokontroler yang digunakan pada alat

simulasi Tugas Akhir ini bersifat open source dan memiliki banyak port sehingga

mudah dikembangkan baik segi software maupun hardwarenya. Rangkaian

Arduino mega diperlihatkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Rangkaian Mikrokontroler Arduino Mega 2560

(Sumber: https://Arduino-info.wikispaces.com/MegaQuickRef, diakses 10 Juli 2018)

Mikrokontroler Arduino Mega 2560 memiliki 54 pin digital input/output

(pin 0 sampai 58), dimana 16 pin sebagai input analog (pin A0 sampai pin A15), 4

pin UARTs (port serial untuk hardware), 1 buah osilator Kristal 16 MHz, koneksi

USB, jack power, header ISCP dan juga tombol reset.

Mikrokontroler Arduino Mega 2560 dapat beroperasi saat mendapat

tegangan 6V hingga 20V. Pada simulasi Tugas Akhir ini, sumber daya yang

disupply ke Arduino Mega 2560 adalah output dari catu daya 12 VDC yang

dihubungkan dengan kabel power jack. Arduino Mega 2560 mendapatkan


71

masukan dari sensor arus push button dan ACS712. Masukan push button akan

memberikan sinyal “high” dan “low” yang nantinya akan digunakan untuk

memberi perintah kepada driver relay untuk menutup dan membuka relay

OMRON LY2N. Kemudian Masukan dari sensor arus ACS712 ini berupa hasil

pembacaan arus listrik yang mengalir pada rangkaian beban. Kemudian Arduino

Mega 2560 akan membandingkan nilai arus yang didapat dari sensor arus ACS712

tersebut dengan nilai arus yang sudah disetting, dan apabila besar arus yang

terbaca melebihi dari arus setting yang ditetapkan, Arduino Mega 2560 akan

memberikan perintah “high” kepada relay, sehingga relay akan trip. Arduino

Mega 2560 juga digunakan sebagai otak yang digunakan sebagai sarana

komunikasi antara alat simulasi dengan software VTSCADA.

3.2.1.4 Rangkaian Driver Relay ULN 2803

Rangkaian Driver Relay pada alat simulasi Tugas Akhir ini menggunakan

IC ULN2803 untuk mengendalikan on off pada 2 relay OMRON LY2N 12V

sebagai PMT dan recloser. Gambar 3.8 memperliharkan desain driver relay ULN

2803.

Gambar 3.8 Design Schematic Driver Relay ULN 2803

(Sumber: Aplikasi proteus, dibuat tanggal 20 Juli 2018)


72

Pada rangkaian Driver relay, masukan ULN 2803 terhubung dengan pin

digital Arduino Mega. Sedangkan keluaran IC ULN 2803 dihubungkan relay 12

V. Driver relay ULN 2803 berperan sebagai penghubung antara Mikrokontroler

Arduino Mega 2560 dengan relay 12 VDC, karena output dari mikrokontroler

Arduino Mega 2560 adalah 5V, sedangkan relay membutuhkan 12V untuk dapat

beroperasi sehingga membutuhkan driver relay sebagai penggerak. Pada gambar

3.9 menampilkan skema driver relay ULN 2803 ketika pin masukannya berlogika

low dan pada gambar 3.10 menampilkan skema driver relay krtika pin

masukannya berlogika high.

Gambar 3.9 Skema ULN 2803 ketika Pin Masukan Berlogika Low

Ketika pin masukan ULN 2803 mendapat logika low, maka transistor

dalam rangkaian internal tiap pin ULN 2803 tidak aktif sehingga pin keluaran

dalam kondisi floating atau mengambang tidak berlogika high atau low.
73

Gambar 3.10 Skema ULN 2803 Ketika Pin Masukan Berlogika High

Ketika pin maukan ULN 2803 mendapat logika high sebesar 5 V dari

Arduino Mega 2560 maka transistor dalam rangkaian internal pin ULN 2803 akan

aktif dan tersambung dengan ground, sehingga relay dapat tersambung dengan

ground. Dengan begitu pin keluaran ULN 2803 akan menghasilkan logika low

sehingga arus pada relay akan mengalir dari Vcc ke ground melewati coil. Arus

pada coil menimbulkan adanya medan magnet yang menyebabkan kontak pada

relay perpindah dari kondisi normally close menjadi normally open. Kondisi

tersebut akan tetap bertahan selama arus masih mengalir pada coil.

3.2.1.5 Relay OMRON LY2N 12V

Pada alat simulasi Tugas Akhir ini menggunakan relay OMRON LY2N

12V sebagai pengganti PMT dan recloser sebenarnya pada Jaringan Tegangan

Menengah. Relay OMRON LY2N 12 VDC mendapat tegangan sebesar 12 VDC

dari sambungan pin keluaran driver relay. Ketika coil relay mendapat aliran arus,

maka arus listrik tersebut menimbulkan adanya medan elektromagnet yang akan

menarik kontak relay yang awalnya adalah normally close menjadi normally
74

open. Kerja dari relay tersebut dapat dikontrol oleh Arduino Mega 2560 melalui

rangkaian driver relay. Gambar 3.11 menunjukkan tampilan relay LY2N.

Gambar 3.11 Relai LY2N

(Sumber: Datasheet Relay LY2N OMRON)

Jenis relay yang digunakan pada alat simulasi ini adalah relay jenis double

pole-double throw dengan 8 pin yang terdiri dari 2 pin coil, 2 pin normally open

(NO), 2 pin normally close (NC) dan 2 pin common. Relay OMRON LY2N ini

bisa digunakan untuk pengoperasian buttoning secara bersamaan.

3.2.1.6 Ethernet Shield

Pada alat simulasi Tugas Akhir ini, menggunakan Ethernet Shield sebagai

penghubung antara mikrokontroler Arduino Mega 2560 dengan jaringan

komputer. Ethernet Shield diperlukan untuk menjadikan Arduino Mega sebagai

open Modbus TCP/IP. Arduino Mega harus dijadikan open Modbus TCP/IP agar

dapat dikontrol melalui software VTScada. Ethernet Shield dihubungkan dengan

Router melalui jaringan LAN (Local Area Network).

Pada Tugas Akhir ini, Ethernet Shield terhubung dengan Arduino Mega

pada pin 4, 10, 50, 51, dan 52. Pin 4 digunakan untuk memilih SD card, pin 10
75

digunakan untuk memilik W5100 dan pin 50, 51, 52 digunakan untuk komunikasi

bus SPI. Untuk membuat Open Modbus TCP/IP diperlukan beberapa pengaturan

dasar yaitu memberi alamat MAC (Media Access Control) dan alamat IP (Internet

Protocol) dan diperlukan IP gateway jaringan dan subnet mask.

3.2.1.7 Rangkaian Gangguan

Rangkaian gangguan pada alat simulasi ini terdiri dari beberapa resistor

yang dirangkai paralel dengan beban dan diputus oleh push button. Dalam

penyimulasian alat, saat gangguan dihubungkan dengan cara menekan push

button maka besar arus akan bertambah dan melebihi nilai setting, sehingga relay

akan bekerja. Rangkaian gangguan ditampilkan pada gambar 3.12.

Gambar 3.12 Rangkaian Gangguan PMT dan Gangguan Recloser

(Sumber: Aplikasi proteus, dibuat tanggal 20 Juli 2018)

Pemberian gangguan hubung singkat yang bertujuan untuk menaikan arus

jaringan yang dibaca sensor.

f) V sumber = 12 Volt

g) Beban = 3 lampu (@lampu 4 watt) 12 Volt = 12 watt

h) Gangguan
76

1. Pada PMT Resistor 6,6 Ohm

2. Pada Recloser Resistor 10 Ohm

i) Arus Normal PMT Arus Normal Recloser

I=P/V I=P/V

I = 12 / 12 I = 8 / 12

I = 1 Ampere I = 0,7 Ampere

j) I gangguan PMT = V / R

= 12 / 6,6

= 1,8 Ampere

I gangguan Recloser = V / R

= 12 / 10

= 1,2 Ampere

Dari penghitungan diatas, didapat acuan gangguan yang akan digunakan dalam

alat simulasi ini.

1. Ketika terjadi gangguan PMT maka arus yang mengalir pada alat adalah I

normal (1 Ampere) + I gangguan PMT (1,8 Ampere) = 2,8 Ampere

2. Pada saat terjadi gangguan Recloser arus yang mengalir pada alat adalah I

normal (0,7 Ampere) + I gangguan Recloser (1,2 Ampere) = 1,9 Ampere

dapat dilihat pada Tabel 3.1 :


77

Tabel 3.1 Besar Gangguan Simulator

Arus Acuan
Letak Gangguan Beban Terpasang
Gangguan (A)

Gangguan PMT Resistor 6,6 Ω 1,8 A

Gangguan REC Resistor 10 Ω 1,2 A

3.2.1.8 Rangkaian Beban

Gambar 3.13 menunjukkan rangkaian beban pada simulasi alat.

Gambar 3.13 Rangkaian Beban simulasi

(Sumber: Aplikasi proteus, dibuat tanggal 20 Juli 2018)

Rangkaian beban pada alat simulasi Tugas Akhir ini menggunakan beban

lampu pijar. Pada PMT dan recloser masing – masing beban berupa 1 buah lampu

pijar 12Volt 10 Watt. Rangkaian beban mendapat supply dari transformator step
78

down 12V dan keluaran dari rangkaian beban menjadi masukan pada sensor arus

ACS712.
79

3.2.1.9 Flow Chart


Gambar 3.14 menunjukkan flowchart pada alat simulasi.
80

Gambar 3.14 Flow Chart Alat


Gambar 3.14 merupakan langkah – langkah proses terjadinya manuver

jaringan. Ketika alat tersebut sudah dalam keadaan nyala atau siap, selanjutnya

untuk melakukan proses maneuver harus ada gangguan terlebih dahulu.

Perhitungan gangguan sebelumnya sudah dilakukan guna mensetting program

pada alat sehingga apabila arus tersebut melebihi dari arus settingnya maka PMT

dan Recloser akan trip sesuai dengan yang dibutuhkan. Pertama untuk

mendapatkan gangguan pada PMT adalah dengan menekan tombol gangguan

yang ada pada PMT. Setelah menekan tombol tersebut maka akan timbul

gangguan yang menyebabkan padamnya jaringan setelah PMT. Kemudian

menekan tombol manuver, dimana ketika tombol maeuver tersebut ditekan maka

dengan otomatis penyulang yang mampu melimpahkan bebannya untuk jaringan

yang padam tadi akan langsung menutup dan mengalirkan bebannya kepada

jaringan yang padam sehingga dapat mengurangi daerah padam akibat PMT trip.

Setelah selesai maneuver jaringan akibat PMT Trip maka kemudian

menormalkan atau mereset alat simulasi agar dapat melakukan percobaan yang

selanjutnya. Hal yang serupa dilakukan untuk manuver jaringan apabila Recloser

yang mengalami trip akibat gangguan. Saat tombol gangguan pada recloser

ditekan maka jaringan setelah recloser akan padam. Lalu setelah menekan tombol

manuver maka secara otomatis penyulang cadangan yang berada setelah SSO lah

yang dapat melimpahkan bebannya. Single line pada alat ditunjukkan pada

gambar 3.15.
81

Gambar 3.15 Single Line pada tampilan Alat

3.3 Perancangan VTSCADA

VTSCADA pada alat simulasi ini digunakan untuk monitoring arus dan

relay proteksi. Ketika relay bekerja, VTSCADA akan membaca status relay,

apakah relay “high” atau “low”. Selain itu, arus yang terbaca oleh arduino juga

akan ditampilkan pada VTSCADA. VTSCADA juga dapat mengontrol secara

remote pada alat simulasi ini.

Perancangan VTSCADA diawali dengan membuat desain single line

diagram dari simulasi alat. Pada gambar 3.16, 3.17 dan 3.18 menunjukkan

kerangka, desain dan single line alat untuk tampilan pada HMI melalui aplikasi

VTScada.
82

Gambar 3.16 Kerangka tampilan pada HMI dengan Aplikasi VTScada

Gambar 3.17 Desain tampilan pada HMI dengan Aplikasi Scada


83

Gambar 3.18 Single Line Simulasi Alat pada HMI dengan Aplikasi VTScada

(Sumber : Software VTSCADA dibuat pada tanggal 20 Juli 2018 )

Pada desain ini dibuat sesuai dengan single line diagram dari jaringan

tegangan menengah 20 KV, yaitu dari transformator tenaga, dan peralatan

proteksi. Kemudian pada desain juga ditambahkan metering untuk membaca

besaran arus yang terbaca oleh arduino. Selain itu juga ditambahkan button open

PMT, close PMT, open recloser, close recloser, dan button penormalan.

Kemudian langkah selanjutnya adalah mengalamatkan pada setiap

komponen yang ada pada desain disesuiakan dengan alamat pada arduino.
84

3.3.1 Flow Chart


Gambar 3.19 menunjukkan flowchart pada alat simulasi.

Gambar 3.19 Flow Chart VTScada


85

Pada gambar 3.19 merupakan langkah – langkah melakukan manuver

jaringan pada aplikasi VTScada. Untuk yang pertama ketika aplikasi sudah dibuka

dan sudah terhubung dengan HMI. Scada ini digunakan sebagai monitoring

maupun controlling pada alat simulasi. Ketika pada alat menakn tombol gangguan

maka pada Scada tombol pada PMT akan Open atau OFF. Setelah itu ketika pada

alat menekan tombol manuver maka pada Scada apabila LBS 1 yang melakukan

manuver maka LBS 1 akan ON atau Close dan LBS 2 akan OFF atau Open,

sebaliknya apabila LBS 2 yang melakukan maneuver maka LBS 2 akan ON atau

Close dan LBS 1 akan OFF atau Open.Setelah melakukan maneuver kemudian

penormalan atau reset.

Selanjutnya ketika pada alat menekan tombol gangguan Recloser maka

pada tampilan Scada button Recloser akan Open atau OFF. Kemudian menekan

tombol manuver pada alat maka tampilan pada Scada adalah LBS 2 akan ON atau

Close dan LBS 1 akan OFF atau Open. Ketika gangguan terjadi pada Recloser

maka hanya ada 1 pilihan untuk melakukan manuver yaitu pada LBS 2.

3.3.2 Program Arduino untuk VTScada


//manuver

//PMT

//lampu 1

if ((pmttrip==HIGH)&&(I_LBS2<I_LBS3)&&(manuver==HIGH)&&(I_LBS2<50)){

digitalWrite(recloser, HIGH);

Mb.C[7]=HIGH;

state1=HIGH;
86

for(int x=0;x<1000;x++){

delay(1);

digitalWrite(lbs2, HIGH);

Mb.C[10]=HIGH;

if ((pmttrip==HIGH)&&(I_LBS2>I_LBS3)&&(manuver==HIGH)&&(I_LBS3<50)){

digitalWrite(recloser, HIGH);

Mb.C[7]=HIGH;

for(int x=0;x<1000;x++){

delay(1);

digitalWrite(lbs3, HIGH);

Mb.C[11]=HIGH;

//lampu2

if
((pmttrip==HIGH)&&(I_LBS2>50)&&(I_LBS2<70)&&(I_LBS3>50)&&(I_LBS3<70)&&(manu
ver==HIGH)){

digitalWrite(recloser, HIGH);

Mb.C[7]=HIGH;

digitalWrite(sso, HIGH);

Mb.C[8]=HIGH;

state1=HIGH;

for(int x=0;x<1000;x++){

delay(1);

digitalWrite(lbs2, HIGH);

Mb.C[10]=HIGH;
87

digitalWrite(lbs3, HIGH);

Mb.C[11]=HIGH;

//lampu3&2

if ((pmttrip==HIGH)&&(I_LBS3>50)&&(I_LBS2>70)&&(manuver==HIGH)){

digitalWrite(recloser, HIGH);

Mb.C[7]=HIGH;

digitalWrite(sso, HIGH);

Mb.C[8]=HIGH;

state1=HIGH;

for(int x=0;x<1000;x++){

delay(1);

digitalWrite(lbs3, HIGH);

Mb.C[11]=HIGH;

if ((pmttrip==HIGH)&&(I_LBS2>50)&&(I_LBS3>70)&&(manuver==HIGH)){

digitalWrite(recloser, HIGH);

Mb.C[7]=HIGH;

digitalWrite(sso, HIGH);

Mb.C[8]=HIGH;

state1=HIGH;

for(int x=0;x<1000;x++){

delay(1);

digitalWrite(lbs2, HIGH);

Mb.C[10]=HIGH;

//RECLOSER
88

if ((reclosertrip==HIGH)&&(manuver==HIGH)&&(I_LBS3<70)){

digitalWrite(sso, HIGH);

Mb.C[8]=HIGH;

for(int x=0;x<1000;x++){

delay(1);

digitalWrite(lbs3, HIGH);

Mb.C[11]=HIGH;

Anda mungkin juga menyukai