Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengantar
Bab ini membahas tentang teori teori yang mendukung dalam proses
penyelesaian laporan tugas akhir ini. Hal ini berguna sebagai dasar dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini baik dalam pelaporan maupun realisasi alat. Pada bab
ini penulis akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan panel listrik,
komponen komponen yang digunakan dan pengertiannya, apa yang dimaksud
tegangan tidak seimbang serta pengaruhnya terhadap motor induksi tiga phasa,
apa yang dimaksud dengan unbalanced voltage relay dan fungsinya.
2.2 Panel Listrik
Untuk menempatkan kontrol motor diperlukan suatu wadah agar
pengontrolan tersebut lebih aman dan mudah dalam pengoperasian. Wadah
tersebut adalah panel listrik, kali ini penulis akan membahas tentang pengertian
panel, indeks proteksi panel dan jenis panel yang digunakan. Terdapat berbagai
jenis panel yang digunakan dalam instalasi listrik, namun untuk lebih
memfokuskan pembahasan ini, penulis hanya akan membahas tentang panel
tenaga yang digunakan untuk menempatkan sebuah motor controller.
2.2.1 Pengertian Panel Listrik
Panel listrik adalah sebuah perangkat yang berfungsi membagi,
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari sumber/pusat tenaga listrik
ke pemanfaat/peralatan.
2.2.2 Panel Tenaga
Panel tenaga berfungsi mendistribusikan, membagi dan menyalurkan
tenaga listrik dari panel induk tegangan rendah sampai dengan kebeban, pada
pembahasan ini beban yang digunakan adalah motor listrik 3 phasa. Panel jenis ini
yang digunakan oleh penulis untuk menempatkan kontrol motor, adapun
II-1

II-2

komponen komponen/ peralatan listrik yang digunakan dalam panel tersebut


adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengaman utama ( MCB)


Lampu indikator
Push button
Selector switch
Kontaktor

6. Relay
7. Buzzer
8. Unbalanced Voltage relay
9. Under and Over Voltage Relay
10. Thermal Overload Relay

II-3

2.2.3 Indeks Proteksi ( IP) Panel


Indeks proteksi adalah suatu nilai yang diperlukan untuk suatu peralatan
listrik ( dalam hal ini adalah panel ) yang disesuaikan dengan karakteristik
lingkungan peralatan tersebut saat digunakan, dan ditunjukkan dengan tingkat
nilai proteksi terhadap daerah yang dianggap memiliki potensi berbahaya bagi
peralatan tersebut ataupun dampak yang akan disebabkannya, seperti dampak
terhadap gas, air, kotoran (debu), dan benda asing lainnya. Semua tingkat indeks
proteksi ini diatur dan disesuaikan dengan standar IEC 60529, IEC 60947-1.
Perlu kita ketahui indeks proteksi minimum adalah IP.00 dan maksimal IP.68.
Dalam penulisannya IP terdapat 2 digit angka:
1. Digit pertama : Perlindungan dari unsur-unsur yang solid
2. Digit kedua : Perlindungan dari benda cair
Panel yang dibutuhkan adalah panel dengan IP yang baik, karena panel
harus terlindung dari debu dan terlindung dari air yang disemprotkan. Didalam
panel adalah sebuah instalasi yaitu instalasi listrik oleh karena itu panel harus
terlindungi dari lingkungan luar panel yang bisa saja menggangu proses kerja dari
instalasi tersebut. Gambar dibawah ini adalah panel yang digunakan. Penentuan
indeks proteksi ditunjukan oleh tabel II.1.

Tabel II.1 Indeks proteksi

II-4

II-5

Gambar II.1 Contoh contoh panel


Source : http://akhdanazizan.com

2.3 Komponen Pada Panel


Dalam panel ini terdapat berbagai peralatan kelistrikan dari peralatan
proteksi seperti MCB, Unbalanced voltage relay, Under over voltage relay,
Thermal overload relay peralatan instalasi seperti kabel, kabel duck, profil c dan
sebagainya, hingga peralatan tambahan, seperti kontaktor, relay, lampu indikator,
push button dan lain lain. Komponen komponen ini akan dirangkai sehingga
membentuk sebuah kontrol dan proteksi pada panel pompa.
2.3.1 MCB ( Miniature Circuit Breaker )
MCB berfungsi sebagai pengaman hubung singkat (korsleting) dan juga
berfungsi sebagai pengaman beban lebih. MCB akan bekerja secara otomatis yaitu
dengan segera memutuskan aliran listrik apabila arus yang melewatinya melebihi
dari arus nominal yang telah ditentukan pada MCB tersebut. Arus nominal yang
terdapat pada MCB adalah 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dan lain
sebagainya. Arus nominal MCB ditentukan dari besarnya arus yang bisa ia

II-6

hantarkan. Jadi jika MCB dengan arus nominal 2A maka hanya dapat dilalui arus
maksimum 2A. Gambar dibawah ini adalah karakteristik MCB.
2.3.1.1 Karakteristik MCB
a. Kurva tipe B

Gambar II.2 Kurva karakteristik MCB tipe B

Untuk MCB tipe B ini, memiliki keterangan :


-

I1 : Thermal non tripping (1,13 x In)

I2 : Thermal tripping

I3 : Magnetic non tripping (3 x In)

I4 : Magnetic tripping

b. Kurva tipe C

(1,45 x In)
(5 x In)

II-7

Gambar II.3 Kurva karakteristik MCB tipe C

Untuk MCB tipe C ini, memiliki keterangan :


-

I1 : Thermal non tripping (1,13 x In)

I2 : Thermal tripping

I3 : Magnetic non tripping (3 x In)

I4 : Magnetic tripping

(1,45 x In)
(10 x In)

II-8

c. Kurva tipe D

Gambar II.4 Kurva karakteristik MCB tipe D

Untuk MCB tipe D ini, memiliki keterangan :


-

I1 : Thermal non tripping (1,13 In)

I2 : Thermal tripping

I3 : Magnetic non tripping (10 x In)

I4 : Magnetic tripping

(1,45 In)
(20 x In)

II-9

3
5
Gambar II.5 MCB

Source : http://www.unix-electrical.com

Keterangan :
1. Terminal input tiga phasa R,S,T
2. Toggle on/off
3. Kode C10 ini menjelaskan kurva pemutusan atau tripping curve MCB
yaitu tipe C, dengan proteksi magnetic trip sebesar 5-10In (In : arus
nominal atau rating arus dari MCB) dan angka 10 adalah rating arus dari
MCB sebesar 10A. Rating arus ini adalah kode paling penting dalam MCB
dan berguna saat pemilihan MCB.
4. 400 V menunjukan tegangan kerja dari MCB tersebut, 4500
menunjukkan kapasitas pemutusan MCB, yaitu kemampuan kerja MCB
masih baik sampai arus maksimal 4500A, yang biasanya terjadi saat
hubung singkat arus listrik. Dimana diatas angka ini MCB akan berpotensi
rusak. Dan angka 3 adalah I2t classification, yaitu karakteristik energi
maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB.
5. Terminal output tiga phasa.

2.3.2

Kontaktor

II-10

Kontaktor adalah saklar magnetik yang bekerja dengan perantara tegangan


sesaat yang diberikan pada coil. Berfungsi sebagai kontak dengan kapasitas besar
dengan daya minimal. Kontaktor adalah pemutus dan penghubung arus listrik ke
beban listrik seperti motor listrik. Kontaktor biasa digunakan untuk rangkaian
listrik bertegangan tinggi. Untuk standar pemilihan kontaktor yang didasarkan
pada kategori pemakaian telah ditetapkan pada IEC 6094-7 mendefinisikan nilai
arus kontaktor saat penutupan atau pembukaan kontak tergantung pada :
a. Kategori AC1 : Pemakaian beban non-induktif atau mengandung sedikit
beban induktif
b. Kategori AC2 : Pemakaian untuk starting motor slipring (starting,
switching off)
c. Kategori AC3 : Pemakaian untuk starting motor rotor sangkar (starting,
switching off)
d. Kategori AC 4 : Pemakaian untuk starting motor rotor sangkar (starting,
plugging, inching)

3
2

Gambar II.6 Kontaktor dan bagian bagiannya


Source : http://www.unix-electrical.com

II-11

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

Koil kontaktor
Terminal kontak NC ( Normally close )
Terminal kontak NO ( Normally open )
Terminal input tiga phasa ( 1,3,5 )
Terminal output tiga phasa ( 2,4,6 )

Gambar II.7 Simbol kontaktor magnet.


a. Kumparan (coil) b. Kontak Utama c. Kontak bantu

Prinsip kerja kontaktor adalah ketika kontaktor diberi tegangan pada koil
maka koil akan bekerja, kontak normally open ( NO ) akan tertutup dan normally
close ( NC ) akan terbuka, saat itu juga terminal utama masukan 3 phasa yaitu
terminal 1, 3, 5 akan terhubung dengan terminal 3 phasa keluaran yaitu terminal 2,
4, 6. Koil adalah lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan
menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan atau bekerja.

2.3.3 Thermal Overload Relay ( TOLR )


Thermal overload relay adalah komponen untuk proteksi motor listrik
dari beban lebih. Biasa disebut juga Thermis. Cara kerja alat ini adalah dengan
mengkonversi arus yang mengalir menjadi panas untuk mempengaruhi bimetal.
Bimetal inilah yang menggerakkan tuas untuk menghentikan aliran listrik pada
motor melalui suatu kontrol motor starter, arus yang mengalir pada alat ini dapat
di atur dan dibatasi. Pembatasan dilakukan dengan cara mengatur besaran arus
pada dial di alat ini. Jadi alat tersebut memiliki range adjustment misal TOLR
dengan range 1 ~ 3,2 A disetting 2,5. Artinya, kita membatasi arus dengan TOLR
pada level 2,5 A saja. TOLR di pasaran memiliki beberapa tipe yang disebut
Class. Jadi dengan memilih class yang berbeda maka kecepatan trip TOLR akan

II-12

berbeda pula. Saat ini terdapat TOLR dengan Class 10, Class 15, Class 20 dll.
Class ini menunjukkan kecepatan trip saat TOR dialiri arus sebesar 6 kali arus
nominal. Misalkan, digunakan TOLR class 20 dengan setting 10 A, saat arus
mencapai 60 A alat ini akan trip setelah mencapai waktu 20 detik. Rating TOLR
tidak boleh melewati batas arus nominal beban (PUIL 2000 Pasal 5.5.4.3).

1
8

2
3

4
7
6
Gambar II.8 Thermal Overload Relay
Source : http://www.unix-electrical.com

Keterangan :
1. Tombol test ( untuk mensimulasi terjadinya beban lebih )
2. Tombol reset ( untuk mereset kembali kerja TOR setelah terjadi beban
3.
4.
5.
6.
7.
8.

lebih)
Tombol stop
Terminal kontak NC ( 95,96 )
Terminal keluaran ( ke beban )
Terminal kontak NO ( 97,98 )
Current adjustment ( untuk menyeting arus )
Tembaga yang dihubungkan ke keluaran kontaktor
Mekanisme kerja overload relay yaitu apabila resistance wire dilewati arus

lebih besar dari nominalnya, maka bimetal trip, bagian bawah akan melengkung
ke kiri dan membawa slide ke kiri, gesekan ini akan membawa lengan kontak
pada bagian bawah dan terdorong ke kiri dan kontak NC (95-96) akan terbuka ,
dan membuat kontak NO (97-98) akan terhubung.
Selama bimetal trip itu masih panas, maka dibagian bawah akan tetap
terbawa ke kiri, sehingga kontak kontaknya belum dapat dikembalikan ke

II-13

kondisi semula walaupun tombol reset ditekan, apabila bimetal sudah dingin
barulah kontaknya dapat kembali lurus dan kontaknya baru dapat di hubungkan
kembali dengan menekan tombol reset.
2.3.4 Relay
Relay adalah saklar yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen elektromekanikal yang terdiri dari 2 bagian utama yakni elektromagnet
dan mekanikal (seperangkat kontak saklar/Switch). Relay menggunakan prinsip
elektromagnetik untuk menggerakkan kontak saklar sehingga dengan arus listrik
yang kecil dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai
contoh, dengan relay yang menggunakan elektromagnet 5V dan 50 mA mampu
menggerakan armature relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.
1

Gambar II.9 Relay


Source : http://www.unix-electrical.com

Keterangan :
1. Isolator penutup relay
2. Pin / kaki relay
3. Petunjuk terminal kontak relay

2.3.5 Timer ( On Delay )


Time delay sering disebut juga relay timer atau relay penunda batas waktu
banyak digunakan dalam instalasi motor terutama instalasi yang membutuhkan
pengaturan waktu secara otomatis. Peralatan kontrol ini biasa dikombinasikan
dengan peralatan kontrol lain, contohnya dengan Kontaktor, Thermal Overload

II-14

Relay, dan lain-lain. Fungsi dari peralatan ini adalah sebagai pengatur waktu bagi
peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu
start atau stop dari kontaktor atau untuk keperluan lainnya yang membutuhkan
delay waktu tertentu.
1
5
4
2

Gambar II.10 Timer on delay


Source : http://www.unix-electrical.com

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

Mode adjustment
Satuan waktu
Setting satuan waktu ( detik, menit, jam )
Indikator out
Indikator power
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja

menggunakan induksi motor dan menggunakan rangkaian elektronik. Timer yang


bekerja dengan prinsip induksi motor akan bekerja bila motor mendapat tegangan
AC sehingga memutar gigi mekanis dan menarik serta menutup kontak secara
mekanis dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan relay yang menggunakan
prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau
paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi penuh kapasitor, maka relay akan
terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian
kapasitor. Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Coil) dan
bagian outputnya sebagai kontak NO atau NC. Kumparan pada timer akan bekerja
selama mendapat sumber arus. Apabila telah mencapai batas waktu yang
diinginkan maka secara otomatis timer akan mengunci dan membuat kontak NO
tertutup dan NC terbuka.

II-15

2.3.6 Kabel
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel
listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator di sini adalah bahan
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik, sedangkan
konduktornya terbuat dari bahan tembaga ataupun aluminium. Kemampuan hantar
sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (Kemampuan Hantar Arus) yang
dimilikinya, sebab parameter hantaran listrik ditentukan dalam satuan Ampere.
KHA ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik,
adapun ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam spesifikasi SPLN.
Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang diterima
dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian dari Ampere Volt =
Watt. Pada tegangan 220 Volt dan KHA 10 Ampere, sebuah kabel listrik dapat
menyalurkan daya sebesar 220V 10A = 2200 Watt. Kabel listrik berdasarkan
tegangannya terdiri beberapa kategori, antara lain:
1. Kabel listrik Tegangan Rendah
2. Kabel listrik Tegangan Menengah
3. Kabel listrik Tegangan Tinggi
Kabel listrik juga dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan bentuk
penampangnya, berikut adalah jenis kabel yang akan digunakan :
1. Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga
serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang
memerlukan fleksibelitas yang tinggi. Diameter penampang kabel ini
bervariasi tergantung KHAnya.

2
Gambar II.11 kabel NYAF
Source : http://www.kabellistrik.com

II-16

Keterangan :
1. Isolator
2. Konduktor ( penghantar )
2. Kabel NYA
Kabel NYA adalah kabel berinti tunggal, kabel jenis ini adalah kabel yang
tidak fleksibel, kabel ini berpenghantar tembaga atau alumunium dan
berisolasi PVC. Berikut adalah gambar kabel NYA yang ditunjukan oleh
gambar II.12.

Gambar II.12 kabel NYA


Source : http:// www-aristatehnik.indonetwork.co.id

Keterangan :
1. Konduktor
2. Isolator
3. Kabel NYYHY
Kabel NYYHY berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC
(biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3, 4 dan 5. Kabel NYYHY
memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih
baik dari kabel NYAF Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang
kering dan basah, dan dapat ditanam ditanam. Gambar berikut menunjukan
kabel NYYHY.
1

II-17

Gambar II.13 kabel NYYHY


Source : http:// www-aristatehnik.indonetwork.co.id

Keterangan :
1. Isolator
2. Isolator lapisan kedua
3. Konduktor ( penghantar )
2.3.6.1 Kemampuan Hantar Arus Kabel
Kemampuan hantar arus dapat dinyatakan sebagai kemampuan maksimum
kabel untuk dilalui secara terus menerus tanpa menyebabkan kerusakan pada
kabel tersebut. Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik ( PUIL ) 2000 pasal
5.5.3.1 penghantar sirkit tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% dari arus
pengenal beban penuh.

Tabel II.2 Penentuan luas penampang penghantar

II-18

2.3.6.2 Standarisasi Warna Kabel Penghantar


Dalam penggunaannya, kabel dengan inti tunggal memiliki fungsi masingmasing yang standar penggunaannya diatur dalam PUIL 2000 tabel 7.2-1 dimana
pemaparannya pada tabel 2.5
Tabel II.3 Standar warna kabel

No
1.

Inti atau rel

Pengenal
Dengan Huruf

Dengan Warna

Fase satu

L1 / R

Merah

Fase dua

L2 / S

Kuning

Instalasi arus bolak-balik :

II-19

Fase tiga

L3 / T

Hitam

Biru

Fase satu

L1 / R

Merah

Fase dua

L2 / S

Kuning

Fase tiga

L3 / T

Hitam

positif

Tidak ditetapkan

negatrif

Tidak ditetapkan

kawat tengah

Biru

Biru

PE

Loreng hijau-

Netral
Instalasi perlengkapan listrik :
2.

Instalasi perlengkapan listrik :


3.

4.

Penghantar netral

5.

Penghantar pembumian

kuning

2.3.7 Under/Over Voltage Relay


Relay tegangan lebih adalah relay yang bekerja untuk mendeteksi keadaan
tegangan lebih. Apabila tegangan yang dikenakan kepada relay lebih besar dari
nilai settingnya dan berlangsung dalam waktu yang melampaui batas waktu
tertentu (lebih besar dari setting waktunya), maka relay tegangan lebih akan
beroperasi atau bekerja. Demikian juga halnya dengan relay tegangan kurang,
yaitu bahwa relay akan beroperasi apabila tegangan yang beroperasi kurang dari
nilai tertentu (sesuai settingnya) dan berlangsung melampaui batas waktu tertentu
(setting waktunya) maka relay tegangan kurang akan bekerja. Relay tegangan
lebih dan relay tegangan kurang yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah
relay jenis statis.

II-20

1
2
4

3
5

Gambar II.14 Under over voltage relay

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Indikator kegagalan phasa, tegangan lebih, tegangan kurang.


Setting nilai tegangan lebih.
Setting delay waktu tegangan lebih
Setting nilai tegangan kurang.
Setting delay waktu tegangan kurang.
Kontak bantu ( NO 1, NC 1 ).

2.3.8 Unbalanced Voltage Relay


Dalam suatu sistem rangkaian listrik, keseimbangan supply tenaga listrik
sangat diperlukan. Adanya gangguan dalam supply tenaga listrik dapat
mempengaruhi bahkan merusak suatu sistem rangkaian listrik. Maka dari itu
diperlukan suatu proteksi yang mampu perlindungan terhadap sistem maupun
peralatan. Unbalanced voltage relay adalah suatu relay proteksi yang mampu
mendeteksi ketidakseimbangan tegangan dalam suatu sistem tiga phasa, pada
tugas akhir ini penulis menggunakan unbalanced voltage relay jenis statis.

II-21

7
6
4
5
Gambar II.15 Unbalanced voltage relay

Keterangan :
1. Terminal kontak bantu
2. Petunjuk kontak bantu

5. Terminal L1
6. Unbalanced percentage

adjusment
3. Terminal L3
4. Terminal L2

7. Lampu indikator balance voltage

Seperti halnya relay pada umumnya unbalanced voltage relay adalah


saklar

yang

dioperasikan

secara

listrik

dan

merupakan

komponen

Elektromekanikal yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil)


dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Unbalanced voltage relay ini
terdapat enam terminal yaitu tiga terminal untuk sumber tiga phasa dan tiga
terminal untuk kontak bantu.
2.3.9 Lampu Indikator ( Pilot lamp )
Pilot lamp atau dalam bahasa indonesia lampu pilot merupakan sebuah
lampu LED yang biasa digunakan sebagai lampu indikator dalam rangkaian
sebuah peralatan atau mesin. Pilot lamp tersebut dapat bekerja pada tegangan 220
VAC dengan toleransi 110 240 VAC namun ada juga pilot lamp yang bekerja
dalam tegangan DC. Warna yang dihasilkan pilot lamp ini adalah putih. Karena
fungsinya sebagai lampu indikator, pilot lamp ini dibuat warna warni sinarnya
dengan menambahkan penutup kaca yang berwarna sehingga tampak dari luar

II-22

berwarna sinar yang dihasilkan. Biasanya warna pilot lamp ini ada beberapa
macam seperti merah, hijau, kuning dan putih. Pilot lamp tersebut banyak
digunakan dalam sebuah operasi panel, bisa kita jumpai beberapa pilot lamp
jumlahnya tergantung dari keperluan, dengan warna warna yang dimiliki pilot
lamp tersebut dapat mengindikasikan indikator yang berbeda. Biasanya lampu
warna merah menunjukkan rangkaian tersebut tidak aktif, lampu warna hijau
menunjukkan rangkaian itu aktif.

Gambar II.16 Pilot lamp


Source : http:// www-aristatehnik.indonetwork.co.id

Menurut IEC 60204-1 identifikasi warna pada lampu indikator dibedakan


sebagai berikut.
Tabel II.4 Standar warna lampu indikator menurut IEC 60204-1

Warna

Arti

Merah

Kondisi berbahaya

Kuning

Kondisi tidak normal

Biru
Hijau

Aplikasi
Kondisi bahaya dan membutuhkan
penanganan segera oleh operator
Monitoring dan atau membutuhkan
penanganan oleh operator

Membutuhkan penanganan

Mesin dalam keadaan siap untuk

operator

dioperasikan

Kondisi normal

1. Sakelar utama dalam keadaan ON

II-23

2. Pemilihan kecepatan dan arah


putar mesin
3. Peralatan utama atau tambahan
dalam kondisi ON
4. Mesin Bekerja
Fungsi lain yang tidak
Putih

dijelaskan melalui warna


diatas

2.3.10 Sakelar Push Button


Push button switch atau saklar tekan adalah perangkat sederhana yang
berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan
sistem kerja tekan tidak mengunci ( unlock ). Sistem kerja unlock disini berarti
saklar akan bekerja sebagai perangkat penghubung atau pemutus aliran arus listrik
saat tombol ditekan, dan saat tombol tidak ditekan maka saklar akan kembali pada
kondisi normal. Sebagai device penghubung dan pemutus, push button switch
hanya memiliki 2 kondisi, yaitu On dan Off (1 dan 0). Istilah On dan Off ini
menjadi sangat penting karena semua perangkat listrik yang memerlukan sumber
energi listrik pasti membutuhkan kondisi On dan Off. Karena sistem kerjanya
yang unlock dan langsung berhubungan dengan operator, push button switch
menjadi peralatan

paling utama yang biasa digunakan untuk memulai dan

mengakhiri kerja mesin di industri. Secanggih apapun sebuah mesin bisa


dipastikan sistem kerjanya tidak terlepas dari keberadaan sebuah saklar seperti
push button switch.

II-24

Gambar II.17 Saklar push button


Source : http:// www-aristatehnik.indonetwork.co.id

Dalam pemasangan saklar tekan ini terdapat standarisasi warna yang


membedakan fungsi suatu saklar. Menurut IEC 60204-1 standar warna saklar
tekan adalah sebagaimana di paparkan pada tabel II.5.
Tabel II.5 Standar warna saklar tekan menurut IEC 60204-1

Warna

Arti

Aplikasi
1. Tombol Emergency

Merah

Kondisi berbahaya
2. Tombol stop

Kuning
Biru

Kondisi tidak normal


Membutuhkan penanganan
operator

Tombol untuk kondisi tidak normal


yang dioperasikan operator
Tombol reset
1. Tombol untuk kondisi normal

Hijau

Kondisi normal
2. Tombol start

2.3.11 Selector Switch

Selector Switch merupakan alat yang di gunakan untuk memilih suatu


rangkaian. Kerja dari selector switch yaitu menyambung rangkaian sesuai dengan
yang ditunjuk oleh tangkai selector. Banyak sekali tipe selector switch, tapi pada
panel ini hanya dua tipe yang sering di gunakan, yaitu 2 posisi, (ON-OFF/StartStop/0-1) dan 3 posisi (ON-OFF-ON/Auto-Off-Manual).

II-25

Gambar II.18 Selector switch dengan 2 dan 3 posisi

2.4 Motor Induksi 3 Phasa


2.4.1 Pengertian Motor Induksi 3 Phasa
Motor induksi tiga phasa merupakan motor listrik arus bolak-balik yang
paling banyak digunakan dalam dunia industri. Dinamakan motor induksi karena
pada kenyataannya arus rotor motor ini bukan diperoleh dari suatu sumber listrik,
tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif
antara putaran rotor dengan medan putar. Dalam kenyataannya, motor induksi
dapat diperlakukan sebagai sebuah transformator, yaitu dengan kumparan stator
sebagai kumparan primer yang diam, sedangkan kumparan rotor sebagai
kumparan sekunder yang berputar. Motor induksi tiga phasa berputar pada
kecepatan yang pada dasarnya adalah konstan, mulai dari tidak berbeban sampai
mencapai keadaan beban pnuh. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh
frekuensi, dengan demikian pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah
dilakukan terhadap motor ini. Walaupun demikian, motor induksi tiga phasa
memiliki beberapa keuntungan, yaitu sederhana, konstruksinya kokoh, harganya
relatif murah, mudah dalam melakukan perawatan, dan dapat diproduksi dengan
karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan industri.
1. Kelebihan motor induksi :
a. Mempunyai konstruksi yang sederhana.
b. Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor
yang lain-nya.
c. Menghasilkan putaran yang konstan.

II-26

d. Mudah perawatannya.
e. Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak
mula.
2. Kekurangan Motor induksi :
a. Putarannya sulit diatur.
b. Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor.
2.4.2

Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Phasa


Kerja motor merupakan terapan dari konsep fisika tentang gaya Lorentz.

Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak
atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet (B). Jika ada
sebuah penghantar yang dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada
dalam medan magnetik maka akan timbul gaya yang disebut dengan nama gaya
Lorentz. Arah dari gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik
(l) dan induksi magnetik yang ada (B). Arah gaya ini akan mengikuti arah maju
skrup yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan
magnet (B).

Gambar II.19 Konduktor yang dialiri arus listrik

Gaya ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari
bekerjanya suatu motor listrik. Arah dari gaya elektromagnetik tersebut dapat
dijelaskan oleh kaidah tangan kanan (right-hand rule). Kaidah tangan kanan
menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah dari vektor arus (I) dan jari tengah
menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks (B), maka ibu jari akan menyatakan
arah gaya (F) yang bekerja pada konduktor tersebut.

II-27

Gambar II.20 Kaidah tangan kanan (right hand rule)

Gaya (F) yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan


menghasilkan torsi (). Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar
daripada torsi beban (0 > b), maka rotor akan berputar searah dengan putaran
medan putar stator. Seperti yang telah disebutkan di atas, motor akan tetap
berputar bila kecepatan medan putar lebih besar dari pada kecepatan putaran rotor
(ns> nr). Apabila ns = nr, maka tidak ada perbedaan relatif antara kecepatan medan
putar (ns) dengan putaran rotor (nr), atau dengan kata lain slip (s) adalah nol. Hal
ini menyebabkan tidak adanya ggl terinduksi pada kumparan rotor sehingga tidak
ada arus yang mengalir, dengan demikian tidak akan dihasilkan gaya yang dapat
menghasilkan kopel untuk memutar rotor. Rumus untuk gaya Lorentz adalah F =
B.i.l.sin
dimana,
F

= gaya yang bekerja pada konduktor (Newton)

= kerapatan fluks magnetic (Wb/m )

= besar arus pada konduktor (A)

= panjang konduktor (m)

sin

= sudut antara konduktor dan vektor kerapatan fluks magnetik

2.5 Tegangan Tidak Seimbang ( Unbalanced Voltage )


2.5.1 Pengertian Tidak Seimbang
Tegangan tidak seimbang artinya tegangan yang tersedia di ketiga phasanya
tidak sama, ini dapat terjadi di sistem dimana saja. Hal ini dapat menimbulkan

II-28

masalah serius pada motor dan peralatan - peralatan listrik dengan sistem induksi
tiga phasa. Memang kondisi seimbang secara sempurna tidak akan pernah
tercapai, namun harus diminimalisir. Kondisi tidak seimbang lebih sering
disebabkan oleh variasi dari beban. Ketika beban satu phasa dengan phasa lain
berbeda, maka saat itulah kondisi tidak seimbang terjadi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh impendansi, tipe beban, atau jumlah beban berbeda satu phasa
dengan phasa lain. Misal satu phasa dengan beban motor satu phasa, phasa lain
dengan heater dan satunya dengan beban lampu atau kapasitor.
2.5.2

Penyebab Tegangan Tidak Teimbang


Berikut adalah penyebab terjadinya tegangan tiga phasa tidak seimbang,

antara lain :
1. Unbalanced dari power supply
2. Taping di trafo tidak sama
3. Ada trafo single phase dalam sistem
4. Ada open phase di primer trafo distribusi
5. Ada fault atau ground di trafo power
6. Ada open delta di trafo-bank
7. Ada fuse-blown di 3 phasa di capasitor bank ( capasitor untuk perbaikan
power factor)
8. Impedance dari konduktor power supply tidak sama. Unbalance distribusi /
single phase load ( lighting).
9. Heavy reactive single phase load. Misal : mesin welder.
2.5.3

Pengaruh Tegangan Tidak Seimbang Terhadap Motor Induksi

II-29

Arus start motor biasanya berkisar antara 6 sampai 8 kali arus beban
penuh. Oleh sebab itu, ketidakseimbangan tegangan misalkan 5% dari tegangan
nominal akan menghasilkan ketidakseimbangan arus antara 30 sampai 40%.
Karena resistansi rotor terhadap arus frekuensi urutan negatif lebih besar
dibanding terhadap arus urutan positif, susut daya di rotor akan meningkat dengan
cepat. Selain itu, pemanasan tambahan di stator dan rotor akan menyebabkan
umur isolasi stator akan berkurang dengan cepat. Untuk mengkompensasi
pengaruh ketidakseimbangan tegangan, NEMA telah membuat kurva derating
bagi motor yang bekerja pada tegangan tak seimbang. Gambar II.21
memperlihatkan kurva derating factor versus persen ketidakseimbangan. Persen
ketidakseimbangan yang diijinkan tanpa melakukan derating adalah 1%. Persen
ketidakseimbangan yang diijinkan maksimum adalah 5%.

Gambar II.21 Derating faktor

Anda mungkin juga menyukai