LANDASAN TEORI
2.1 Pengantar
Bab ini membahas tentang teori teori yang mendukung dalam proses
penyelesaian laporan tugas akhir ini. Hal ini berguna sebagai dasar dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini baik dalam pelaporan maupun realisasi alat. Pada bab
ini penulis akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan panel listrik,
komponen komponen yang digunakan dan pengertiannya, apa yang dimaksud
tegangan tidak seimbang serta pengaruhnya terhadap motor induksi tiga phasa,
apa yang dimaksud dengan unbalanced voltage relay dan fungsinya.
2.2 Panel Listrik
Untuk menempatkan kontrol motor diperlukan suatu wadah agar
pengontrolan tersebut lebih aman dan mudah dalam pengoperasian. Wadah
tersebut adalah panel listrik, kali ini penulis akan membahas tentang pengertian
panel, indeks proteksi panel dan jenis panel yang digunakan. Terdapat berbagai
jenis panel yang digunakan dalam instalasi listrik, namun untuk lebih
memfokuskan pembahasan ini, penulis hanya akan membahas tentang panel
tenaga yang digunakan untuk menempatkan sebuah motor controller.
2.2.1 Pengertian Panel Listrik
Panel listrik adalah sebuah perangkat yang berfungsi membagi,
menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari sumber/pusat tenaga listrik
ke pemanfaat/peralatan.
2.2.2 Panel Tenaga
Panel tenaga berfungsi mendistribusikan, membagi dan menyalurkan
tenaga listrik dari panel induk tegangan rendah sampai dengan kebeban, pada
pembahasan ini beban yang digunakan adalah motor listrik 3 phasa. Panel jenis ini
yang digunakan oleh penulis untuk menempatkan kontrol motor, adapun
II-1
II-2
6. Relay
7. Buzzer
8. Unbalanced Voltage relay
9. Under and Over Voltage Relay
10. Thermal Overload Relay
II-3
II-4
II-5
II-6
hantarkan. Jadi jika MCB dengan arus nominal 2A maka hanya dapat dilalui arus
maksimum 2A. Gambar dibawah ini adalah karakteristik MCB.
2.3.1.1 Karakteristik MCB
a. Kurva tipe B
I2 : Thermal tripping
I4 : Magnetic tripping
b. Kurva tipe C
(1,45 x In)
(5 x In)
II-7
I2 : Thermal tripping
I4 : Magnetic tripping
(1,45 x In)
(10 x In)
II-8
c. Kurva tipe D
I2 : Thermal tripping
I4 : Magnetic tripping
(1,45 In)
(20 x In)
II-9
3
5
Gambar II.5 MCB
Source : http://www.unix-electrical.com
Keterangan :
1. Terminal input tiga phasa R,S,T
2. Toggle on/off
3. Kode C10 ini menjelaskan kurva pemutusan atau tripping curve MCB
yaitu tipe C, dengan proteksi magnetic trip sebesar 5-10In (In : arus
nominal atau rating arus dari MCB) dan angka 10 adalah rating arus dari
MCB sebesar 10A. Rating arus ini adalah kode paling penting dalam MCB
dan berguna saat pemilihan MCB.
4. 400 V menunjukan tegangan kerja dari MCB tersebut, 4500
menunjukkan kapasitas pemutusan MCB, yaitu kemampuan kerja MCB
masih baik sampai arus maksimal 4500A, yang biasanya terjadi saat
hubung singkat arus listrik. Dimana diatas angka ini MCB akan berpotensi
rusak. Dan angka 3 adalah I2t classification, yaitu karakteristik energi
maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB.
5. Terminal output tiga phasa.
2.3.2
Kontaktor
II-10
3
2
II-11
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
Koil kontaktor
Terminal kontak NC ( Normally close )
Terminal kontak NO ( Normally open )
Terminal input tiga phasa ( 1,3,5 )
Terminal output tiga phasa ( 2,4,6 )
Prinsip kerja kontaktor adalah ketika kontaktor diberi tegangan pada koil
maka koil akan bekerja, kontak normally open ( NO ) akan tertutup dan normally
close ( NC ) akan terbuka, saat itu juga terminal utama masukan 3 phasa yaitu
terminal 1, 3, 5 akan terhubung dengan terminal 3 phasa keluaran yaitu terminal 2,
4, 6. Koil adalah lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan
menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan atau bekerja.
II-12
berbeda pula. Saat ini terdapat TOLR dengan Class 10, Class 15, Class 20 dll.
Class ini menunjukkan kecepatan trip saat TOR dialiri arus sebesar 6 kali arus
nominal. Misalkan, digunakan TOLR class 20 dengan setting 10 A, saat arus
mencapai 60 A alat ini akan trip setelah mencapai waktu 20 detik. Rating TOLR
tidak boleh melewati batas arus nominal beban (PUIL 2000 Pasal 5.5.4.3).
1
8
2
3
4
7
6
Gambar II.8 Thermal Overload Relay
Source : http://www.unix-electrical.com
Keterangan :
1. Tombol test ( untuk mensimulasi terjadinya beban lebih )
2. Tombol reset ( untuk mereset kembali kerja TOR setelah terjadi beban
3.
4.
5.
6.
7.
8.
lebih)
Tombol stop
Terminal kontak NC ( 95,96 )
Terminal keluaran ( ke beban )
Terminal kontak NO ( 97,98 )
Current adjustment ( untuk menyeting arus )
Tembaga yang dihubungkan ke keluaran kontaktor
Mekanisme kerja overload relay yaitu apabila resistance wire dilewati arus
lebih besar dari nominalnya, maka bimetal trip, bagian bawah akan melengkung
ke kiri dan membawa slide ke kiri, gesekan ini akan membawa lengan kontak
pada bagian bawah dan terdorong ke kiri dan kontak NC (95-96) akan terbuka ,
dan membuat kontak NO (97-98) akan terhubung.
Selama bimetal trip itu masih panas, maka dibagian bawah akan tetap
terbawa ke kiri, sehingga kontak kontaknya belum dapat dikembalikan ke
II-13
kondisi semula walaupun tombol reset ditekan, apabila bimetal sudah dingin
barulah kontaknya dapat kembali lurus dan kontaknya baru dapat di hubungkan
kembali dengan menekan tombol reset.
2.3.4 Relay
Relay adalah saklar yang dioperasikan secara listrik dan merupakan
komponen elektromekanikal yang terdiri dari 2 bagian utama yakni elektromagnet
dan mekanikal (seperangkat kontak saklar/Switch). Relay menggunakan prinsip
elektromagnetik untuk menggerakkan kontak saklar sehingga dengan arus listrik
yang kecil dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai
contoh, dengan relay yang menggunakan elektromagnet 5V dan 50 mA mampu
menggerakan armature relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.
1
Keterangan :
1. Isolator penutup relay
2. Pin / kaki relay
3. Petunjuk terminal kontak relay
II-14
Relay, dan lain-lain. Fungsi dari peralatan ini adalah sebagai pengatur waktu bagi
peralatan yang dikendalikannya. Timer ini dimaksudkan untuk mengatur waktu
start atau stop dari kontaktor atau untuk keperluan lainnya yang membutuhkan
delay waktu tertentu.
1
5
4
2
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
Mode adjustment
Satuan waktu
Setting satuan waktu ( detik, menit, jam )
Indikator out
Indikator power
Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang bekerja
II-15
2.3.6 Kabel
Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel
listrik terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator di sini adalah bahan
pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari bahan thermoplastik, sedangkan
konduktornya terbuat dari bahan tembaga ataupun aluminium. Kemampuan hantar
sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA (Kemampuan Hantar Arus) yang
dimilikinya, sebab parameter hantaran listrik ditentukan dalam satuan Ampere.
KHA ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik,
adapun ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam spesifikasi SPLN.
Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang diterima
dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian dari Ampere Volt =
Watt. Pada tegangan 220 Volt dan KHA 10 Ampere, sebuah kabel listrik dapat
menyalurkan daya sebesar 220V 10A = 2200 Watt. Kabel listrik berdasarkan
tegangannya terdiri beberapa kategori, antara lain:
1. Kabel listrik Tegangan Rendah
2. Kabel listrik Tegangan Menengah
3. Kabel listrik Tegangan Tinggi
Kabel listrik juga dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan bentuk
penampangnya, berikut adalah jenis kabel yang akan digunakan :
1. Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga
serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang
memerlukan fleksibelitas yang tinggi. Diameter penampang kabel ini
bervariasi tergantung KHAnya.
2
Gambar II.11 kabel NYAF
Source : http://www.kabellistrik.com
II-16
Keterangan :
1. Isolator
2. Konduktor ( penghantar )
2. Kabel NYA
Kabel NYA adalah kabel berinti tunggal, kabel jenis ini adalah kabel yang
tidak fleksibel, kabel ini berpenghantar tembaga atau alumunium dan
berisolasi PVC. Berikut adalah gambar kabel NYA yang ditunjukan oleh
gambar II.12.
Keterangan :
1. Konduktor
2. Isolator
3. Kabel NYYHY
Kabel NYYHY berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC
(biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3, 4 dan 5. Kabel NYYHY
memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih
baik dari kabel NYAF Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang
kering dan basah, dan dapat ditanam ditanam. Gambar berikut menunjukan
kabel NYYHY.
1
II-17
Keterangan :
1. Isolator
2. Isolator lapisan kedua
3. Konduktor ( penghantar )
2.3.6.1 Kemampuan Hantar Arus Kabel
Kemampuan hantar arus dapat dinyatakan sebagai kemampuan maksimum
kabel untuk dilalui secara terus menerus tanpa menyebabkan kerusakan pada
kabel tersebut. Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik ( PUIL ) 2000 pasal
5.5.3.1 penghantar sirkit tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% dari arus
pengenal beban penuh.
II-18
No
1.
Pengenal
Dengan Huruf
Dengan Warna
Fase satu
L1 / R
Merah
Fase dua
L2 / S
Kuning
II-19
Fase tiga
L3 / T
Hitam
Biru
Fase satu
L1 / R
Merah
Fase dua
L2 / S
Kuning
Fase tiga
L3 / T
Hitam
positif
Tidak ditetapkan
negatrif
Tidak ditetapkan
kawat tengah
Biru
Biru
PE
Loreng hijau-
Netral
Instalasi perlengkapan listrik :
2.
4.
Penghantar netral
5.
Penghantar pembumian
kuning
II-20
1
2
4
3
5
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II-21
7
6
4
5
Gambar II.15 Unbalanced voltage relay
Keterangan :
1. Terminal kontak bantu
2. Petunjuk kontak bantu
5. Terminal L1
6. Unbalanced percentage
adjusment
3. Terminal L3
4. Terminal L2
yang
dioperasikan
secara
listrik
dan
merupakan
komponen
II-22
berwarna sinar yang dihasilkan. Biasanya warna pilot lamp ini ada beberapa
macam seperti merah, hijau, kuning dan putih. Pilot lamp tersebut banyak
digunakan dalam sebuah operasi panel, bisa kita jumpai beberapa pilot lamp
jumlahnya tergantung dari keperluan, dengan warna warna yang dimiliki pilot
lamp tersebut dapat mengindikasikan indikator yang berbeda. Biasanya lampu
warna merah menunjukkan rangkaian tersebut tidak aktif, lampu warna hijau
menunjukkan rangkaian itu aktif.
Warna
Arti
Merah
Kondisi berbahaya
Kuning
Biru
Hijau
Aplikasi
Kondisi bahaya dan membutuhkan
penanganan segera oleh operator
Monitoring dan atau membutuhkan
penanganan oleh operator
Membutuhkan penanganan
operator
dioperasikan
Kondisi normal
II-23
II-24
Warna
Arti
Aplikasi
1. Tombol Emergency
Merah
Kondisi berbahaya
2. Tombol stop
Kuning
Biru
Hijau
Kondisi normal
2. Tombol start
II-25
II-26
d. Mudah perawatannya.
e. Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak
mula.
2. Kekurangan Motor induksi :
a. Putarannya sulit diatur.
b. Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal motor.
2.4.2
Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak
atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet (B). Jika ada
sebuah penghantar yang dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada
dalam medan magnetik maka akan timbul gaya yang disebut dengan nama gaya
Lorentz. Arah dari gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik
(l) dan induksi magnetik yang ada (B). Arah gaya ini akan mengikuti arah maju
skrup yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan
magnet (B).
Gaya ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari
bekerjanya suatu motor listrik. Arah dari gaya elektromagnetik tersebut dapat
dijelaskan oleh kaidah tangan kanan (right-hand rule). Kaidah tangan kanan
menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah dari vektor arus (I) dan jari tengah
menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks (B), maka ibu jari akan menyatakan
arah gaya (F) yang bekerja pada konduktor tersebut.
II-27
sin
II-28
masalah serius pada motor dan peralatan - peralatan listrik dengan sistem induksi
tiga phasa. Memang kondisi seimbang secara sempurna tidak akan pernah
tercapai, namun harus diminimalisir. Kondisi tidak seimbang lebih sering
disebabkan oleh variasi dari beban. Ketika beban satu phasa dengan phasa lain
berbeda, maka saat itulah kondisi tidak seimbang terjadi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh impendansi, tipe beban, atau jumlah beban berbeda satu phasa
dengan phasa lain. Misal satu phasa dengan beban motor satu phasa, phasa lain
dengan heater dan satunya dengan beban lampu atau kapasitor.
2.5.2
antara lain :
1. Unbalanced dari power supply
2. Taping di trafo tidak sama
3. Ada trafo single phase dalam sistem
4. Ada open phase di primer trafo distribusi
5. Ada fault atau ground di trafo power
6. Ada open delta di trafo-bank
7. Ada fuse-blown di 3 phasa di capasitor bank ( capasitor untuk perbaikan
power factor)
8. Impedance dari konduktor power supply tidak sama. Unbalance distribusi /
single phase load ( lighting).
9. Heavy reactive single phase load. Misal : mesin welder.
2.5.3
II-29
Arus start motor biasanya berkisar antara 6 sampai 8 kali arus beban
penuh. Oleh sebab itu, ketidakseimbangan tegangan misalkan 5% dari tegangan
nominal akan menghasilkan ketidakseimbangan arus antara 30 sampai 40%.
Karena resistansi rotor terhadap arus frekuensi urutan negatif lebih besar
dibanding terhadap arus urutan positif, susut daya di rotor akan meningkat dengan
cepat. Selain itu, pemanasan tambahan di stator dan rotor akan menyebabkan
umur isolasi stator akan berkurang dengan cepat. Untuk mengkompensasi
pengaruh ketidakseimbangan tegangan, NEMA telah membuat kurva derating
bagi motor yang bekerja pada tegangan tak seimbang. Gambar II.21
memperlihatkan kurva derating factor versus persen ketidakseimbangan. Persen
ketidakseimbangan yang diijinkan tanpa melakukan derating adalah 1%. Persen
ketidakseimbangan yang diijinkan maksimum adalah 5%.