SYAMSUARNIS
1
BAB VII
MENGKREASI INSTALASI MOTOR DENGAN PEMOGRAMAN PLC
SESUAI STANDAR PUIL/SNI
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi peralatan sistem kendali PLC
2. Menjelaskan cara kerja sistem kendali PLC
3. Mengidentifikasi struktur PLC
4. Merancang program kendali PLC sederhana
5. Memasukkan program ke dalam PLC
6. Mengecek kebenaran program
7. merancang instalasi pengontrolan motor listrik dengan pemograman PLC
B. Uraian Materi
Bahan Bacaan 1: Merancang proyek instalasi motor listrik sesuai standar PUIL/SNI
1. Panel Kontrol
Panel kontrol listrik adalah peralatan yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan
beban listrik di bengkel listrik atau industri yang mengunakan motor listrik sebagai penggeraknya.
Setiap beban motor listrik berdaya besar diindustri selalu dilengkapi dengan panel kontrol listrik.
Guna mengopersikan motor listrik dimana motor listrik dapat dikendalikan dari dekat maupun
jauh diperlukan alat kontrol sebagai penghubung sekaligus sebagi pengatur. Agar motor dan alat
kontrolnya dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan mesin maupun alat kontrolnya. Dalam praktek penggunaan alat kontrol
disesuaikan kebutuhannya contohnya:
a. Pengontrolan permulaan jalan (start)
b. Pengontrolan berhenti ( Stop)
1
c. Pengontrolan membalik arah putaran (Foword Reverse)
d. Pengontrolan pengaturan kecepatan (speed regulation)
Pada umumnya pengontrolan di industri ada dua jenis yaitu jenis manual dan jenis otomatis.
a. Pengontrolan manual
Yang dimaksud pengontrolan manual adalah pengontrolan motor listrik yang dilayani
dengan alat kontrol manual. Alat kontrol manual anatara lain menggunakan: TPDT, Saklar pisau,
Saklar ON/OFF, Pengontrolan tromol (drum controller)
b. Pengontrolan otomatis
Pengontrolan otomatis adalah pengontrolan motor listrik yang menggunakan peralatan
listrik tanpa melibatkan manual. Untuk komponen pengontrolan otomatis atau pada panel
kontrol motor umumnya ada sebagian yang sama dengan komponen pada panel distribusi,
bedanya pada panel kontrol motor dilengkapi dengan pengaman motor SPM atau Over Load
dan ELCB sesuai kebutuhan pada beban yang di kontrol. Komponen-komponen utama antara
lain:
Saklar magnet/Magnetic Contactor
Pengaman motor
Time Delay relay (TDR)
Tombol tekan ON (Push bottom on)
Tombol tekan OFF(Push bottom off)
Lampu indikator
Konduktor/Kabel
Rel omega
Rel sirip
Terminal deret legrand
1) Fungsi Komponen pada panel kontrol listrik
a) Saklar magnet/Magnetic Contactor
Kontaktor magnet adalah suatu alat penghubung rangkaian listrik(saklar) yang
bekerja atas dasar magnet lstrik. Kontaktor itu ada dua jenis yaitu kontaktor magnet
arus searah dan kontaktor dengan arus bolak-balik. Kontaktor arus searah
2
kumparannya tidak menggunakan kumparan hubung singkat, sedang kontaktor arus
bolak-balik inti magnet dipasang kumparan hubung singkat.
Kontaktor dibedakan menjadi 2 (dua) bagian :
(1) Kontaktor utama
(2) Kontaktor bantu
b) Kode angka yang terdapat pada kontaktor :
Masukan kontaktor utama biasanya dihubungkan dengan nomor kode terminal 1,
3, 5 atau L1, L2, L3 dan untuk keluarannya melalui nomor kode terminal tersendiri yaitu
2, 4, 6 atau T1, T2, T3.
Nomor kode terminal berikut ini untuk menunjukkan jenis normal kontaknya,
yaitu untuk kontak NC atau NO pada kontaktor utama maupun kontaktor bantu
Misalnya dengan angka satuan 1, 2, 3, 4 (lihat contoh berikut) :
21 Angka satuan satu dan dua menunjukkan jenis
kontak yang normalnya menutup (NC).
22
14
2) Untuk mengetahui adanya kontak bantu yang dimiliki kontaktor utama biasanya tertera
pada tabel data kontaktor tersebut, yaitu ditulis dengan angka 01 artinya terdapat satu
kontak bantu NC dan atau dengan angka 10 yaitu terdapat satu kontak bantu NO. Untuk
lebih jelasnya kontak NO ditunjukkan pada angka puluhannya sedangkan kontak NC dilihat
pada angka satuannya.
3) Pemilihan kontaktor
Untuk memilih kontaktor harus memperhatikan beberapa hal berikut ini
a) Tegangan kerja.
b) Besarnya daya.
c) Kemampuan hantar arus (kontaknya).
d) Jumlah kontak bantu yang dimiliki.
4) Pemilihan termorelay, yang harus diperhatikan :
a) Kemampuan hantar arus (KHA).
b) Tegangan kerja nominal.
c) Nilai nominal arus beban lebih (seting arus beban lebih).
3
Termorelay hanya mempunyai kontak bantu saja dan diagram kontak-kontak termorelay
diberi penomoran seperti berikut :
a) Kontak nomor 95 96 disebut kontak pembuka (NC)
b) Kontak nomor 97 98 disebut kontak penutup (NO)
c) Kontak nomor 95 – 96 – 98 disebut kontak tukar (NO/NC)
5) Pengaman motor
Over Load /saklar termis selalu dipasang seri dengan beban yang berfungsi sebagai
pengaman. Apabila terjadi kelebihan beban, hubung singkat atau gangguan lainnya yang
mengakibatkan naik arus secara otomatis, saklar termis akan bekerja memutuskan arus
listrik dengan beban sehingga keamanan beban terjaga.
Adapun saklar termis bekerja atas dasar panas. Saklar termis ini dibuat dari dua
logam yang disatukan yang dikenal dengan bi metal yang masing-masing mempunyai
koefisien muai yang berbeda (yang satu mudah memuai dan yang lainya tidak muda
memuai). Dengan demikian apabila kena panas akibat arus listrik melewati ketentuan, plat
bimetal akan membengkok menjahui plat yang tidak mudah memuai akhirnya tidak plat
tidak sambung, dan apa bila arus yang mengalir normal atau panas norma maka plat
tersebut akan ke posisi semula yang akhirnya arus listrik akan mengalir lagi.
6) MCB/miniatur circuit breaker
MCB atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan rangkaian apabila ada arus
yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik melebihi dari kemampuan. Misalnya
adanya hubung singkat/konsleting dan lainnya. Pemutus tenaga ada yang untuk satu phase
dan ada yang untuk 3 phase. Untuk 3 phase terdiri dari tiga buah pemutus tenaga 1 phase
yang disusun menjadi satu kesatuan. Pemutus tenaga mempunyai posisi saat
menghubungkan maka antara terminal masukan dan terminal keluaran MCB akan kontak.
Pada posisi saat ini MCB pada kedudukan 1 (ON), dan saat ada gangguan MCB dengan
sendirinya akan melepas rangkaian secara otomatis kedudukan saklarnya 0 (OFF), saat ini
posisi terminal masukan dan keluaran MCB tidak sambung.
7) Time Delay relay (TDR)
Relay penunda waktu digunakan untuk memperoleh periode waktu yang dapat
diatus/sistel menurut kebutuhan. Setelah distel ia tidak boleh dirubah sampai pada saat
yang ditentukan, posisinya akan berubah sendiri.
Relay ini dapat digunakan untuk instalasi otomatis seperti:
4
a) Mengubah hubungan bintang segitiga secara otomatis pada motor
b) Mengubah arah putaran motor secara otomatis
c) Mengubah kecepatan putaran motor secara otomatis dan sebagainya.
8) Saklar Tekan
Saklar tekan/tombol (push bottom), ada dua macam yaitu tombol tekan normally
open (NO) dan tombol tekan normallly close (NC). Konstruksinya tombol tekan ada
beberapa jenis, yaitu jenis tunggal ON dan OFF dibuat secara terpisah dan ada juga yang
dibuat satu tempat. Jenis ini untuk satu tombol dapat untuk ON dan OFF tergantung
keinginan penggunaan nya. Tombol tekan tunggal terdiri dari dua terminal, sedang tombol
tekan ganda terdiri dari empat terminal
9) Lampu indikator
Lampu tanda indikator berfungsi untuk memberi tanda bagi operator bahwa panel
dalam keadaan kerja/bertegangan atau tidak. Warna merah sebagai tanda panel dalam
keadaan kerja, maka harus hati-hati. Sedangkan warna hijau bahwa panel dalam keadaan
ON arus mengalir kerangkaian/beban listrik. Lampu indikator ini juga berfungsi sebagai
tanda tegangan kerja 3 phase dengan warna lampu merah kuning hijau.
c. Tata letak komponen panel kontrol
Tata letak komponen pada panel kontrol motor 3 phase putar kanan-kiri dengan tombol
tekan dan pengaman Relay thermid beban lebih, harus diatur sedemikian rupa sehingga dalam
pengerjaan dan pemeliharaaan dan perawatan panel tersebut mudah dilaksanakan. Maka
letak komponen harus diperhatikan:
1) Pemasangan komponen
a) Letak komponen MCB dan kontaktor terpasang dari kanan dengan jarak 0 – 15 mm dari
tepi kanal.
b) Penyusunan komponen tidak terbalik posisinya
c) Pemasangannya semua komponen harus sesuai dengan ukuran tata letak dengan
toleransi 5 mm, misalnya kanal dengan kanal, rel omega dengan kanal atas dan bawah
dan sebagainya
d) Pemasangan semua komponen harus kuat, rapi.
e) Pemasangan terminal dengan urutan terminal utama sebelah kiri dan terminal kontrol
sebelah kanan terminal utama.
5
2) Pengawatan
a) Gunakan sepatu kabel pada terminal-terminal : MCB, MC dan Thermo relay, dan
komponen terminal I/O
b) Semua sambungan pada semua komponen harus kuat
c) Mengunakan warna kabel harus sesuai PUIL dan rapi, kabel pada pintu harus dibungkus
dengan spiral plastik dan ditempel pada pintu panel dengan isolasi perekat.
d) Perlu label setiap komponen
e) Kabel PE pada pintu dan landasan panel harus kuat.
3) Sambungan rangkaian
a) Rangkaian sumber daya
Rangkaian pengaman baik pada F0, F1 , F2 harus sesuai dengan fungsinya
b) Rangkaian utama
Rangkaian ini harus kuat dengan penghantar yang sesuai PUIL dan dapat bekerja sesuai
dengan fungsinya.
c) Rangkaian Kontrol
Rangkaian kontrol tidak dapat terbalik. Rangkaian kontrol harus terpisah dengan
rangkaian utama. Semua komponen pada rangkaian kontrol harus sesuai dengan
fungsinya.
d) Rangkaian indicator
Rangkaian indikator harus berfungsi sebagai indikator sesuai rencana
Misal untuk putar kiri, putar kanan, over load bekerja, indikator sumber tegangan ada:
6
3 4 5 6 7 8 9
95
96
1
13 13 53 53 97
14 14 54 54 98
71
72
4 3
61 61 71
62 62 72
5 6 7
A1 A1
A2 A2
8
K . Ut am a NC NO K . Ut am a NC NO
1 5 4 2 3 6
9 7 9 8
1 2
7
Cara kerja rangkaian.
Cara kerja rangkaian motor putar kanan-kiri adalah sebagai berikut :
a. Tombol “START” S1 ditekan motor berputar ke kanan ,
b. Tombol “START” S2 ditekan motor berputar ke kiri ,
c. Untuk memindah arah putaran dari putar kanan ke kiri harus menekan tombol “STOP” dahulu,
begitu sebaliknya,
d. Tombol S1 dan S2 ditekan bersama-sama, motor tidak berputar,
e. Motor berputar kekanan, lampu tanda H1 menyala, motor berputar kekiri , lampu H2 menyala,
Motor terjadi gangguan beban lebih lampu H3 menyala.
8
Gambar 4. Diagram Satu Garis Sistem Pengontrolan
c. Diagram Pengawatan
Diagram pengawatan menunjukkan hubungan antar komponen-komponen, dilihat dari
posisi penempatan fisik terminal-terminal dan bahkan juga warna penghantarnya. Diagram
pengawatan digunakan pada saat merangkai peralatan/komponen kontrol sistem tenaga listrik
atau pada saat menghubungkan sebuah rangkaian sistem tenaga listrik ke sumber catu daya.
Diagram pengawatan dapat dilihat seperti pada gambar berikut;
d. Diagram Skematik
Diagram skematik menunjukkan keseluruhan hubungan rangkaian listrik antar komponen,
tanpa melihat penempatan posisi komponen-komponen ataupun pengaturan terminalnya. Tipe
diagram ini sangat diperlukan pada sat menghubungkan sebuah rangkaian atau pada saat
menganilsa pengoperasian rangkaian tersebut. Gambar diagram skematik dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
9
4. Sistem Pengasutan Motor
a. Metode Pengasutan Lansung
Dalam mengoperasikan sebuah motor terutama motor induksi tiga fasa, sebelum mencapai
putaran penuh atau pada saat start motor sebelumnya perlu mendapatkan pengasutan terlebih
dahulu, guna mengurangi arus start yang cukup tinggi. Terdapat dua permasalahan yang sering
dijumpai dalam start motor induksi tiga fasa, yaitu arus start yang besar dan torsi awal yang terlalu
kecil. Disisi lain untuk melakukan start pada motor tiga fasa terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu sistem tegangan yang menyuplainya dan jenis kumparan stator motor.
Pengasutan motor induksi tiga fasa yang paling sederhana dilakukan adalah metode
pengasutan secara langsung. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan saklar manual tiga
fasa dan menggunakan magnetik kontaktor. Kelemahan dalam metode ini adalah arus pada saat
start yang tinggi yaitu dpat mencapai 4-8 kali arus nominal motor. Oleh karena itu motor induksi
tiga fasa yang diijinkan dapat distart secara pengasutan langsung hanyalah jenis motor yang
berkapasitas relatif rendah yaitu dibawah 4 KW. Pada pengasutan langsung, stator motor
dihubungkan langsung pada catu daya listrik. Pada kegiatan belajar 2 ini akan diperkenalkan
metode pengasutan langsung menggunakan magnetik kontaktor. Komponen-komponen
pengasutan dapat dilihat pada gambar berikut
10
b. Metode Pengasutan Bintang Segitiga
Starting motor induksi tiga fasa dengan metode pengasutan bintang segitiga dari sumber
catu daya tiga fasa. Pengasutan motor induksi tiga fasa dengan metode pengasutan bintang
segitiga dapat dilakukan dengan menggunakan saklar manual bintang segitiga atau dengan
menggunakan magnetik kontaktor.
Suatu belitan stator motor induksi tiga fasa sebagian besar telah di desain untuk tegangan
tertentu. Dalam kondisi normal motor selalu di sambung secara segitiga. Dalam pengasutan
dengan metode bintang segitiga, pertama kali motor di sambung dengan hubungan bintang (γ)
dan setelah motor berputar maksimum baru kemudian sambungan dirubah menjadi hubungan
segitiga (Δ).
Jaringan distribusi tegangan rendah PLN pada umumnya memiliki tegangan 220/380 V.
Sebuah motor induksi tiga fasa harus digunakan dalam hubungan bintang atau segitiga,
tergantung pada jaringannya. Tegangan yang harus dihubungkan dengan motor, biasanya
dinyatakan pada nameplat motor tersebut,misalnya 380/660 V.
Jika sebuah motor induksi tiga fasa pada nameplat diberi tand tegangan 220/380 V, serta
misalnya kumparannya harus mendapat tegangan 380 V. Jadi kalau motor dihubungkan dengan
jaringan 220/380 V. maka motor harus digunakan dalam hubungan segitiga. Jika digunakan
hubungan bintang kumparan stator hanya akan mendapat tegangan 220 V sehingga tegangan
yang terlalu rendah akan menyebabkan motor tidak berputar.
1) Pengasutan Menggunakan Saklar Manual Bintang Segitiga
Pengasutan menggunakan saklar manual bintang segitiga sebuah motor induksi tiga fasa
dihubungkan langsung dengan sumber tegangan tiga fasa menggunakan saklar bintang
segitiga. Pada saat start saklar pada posisi bintang dan pada saat motor telah berputar
maksimum maka saklar segera dipindahkan ke posisi segitiga. Gambar berikut memperlihatkan
rangkaian pengasutan menggunakan saklar manual bintang segitiga.
Pengasutan menggunakan saklar manual bintang segitiga sebuah motor induksi tiga fasa
dihubungkan langsung dengan sumber tegangan tiga fasa menggunakan saklar bintang
segitiga. Pada saat start saklar pada posisi bintang dan pada saat motor telah berputar
maksimum maka saklar segera dipindahkan ke posisi segitiga. Gambar berikut memperlihatkan
rangkaian pengasutan menggunakan saklar manual bintang segitiga.
11
Gambar 8. Rangkaian Pengasuatan Menggunakan Saklar Manual Bintang Segitiga
Gambar 9. Rangkaian Pengasutan Bintang Segitiga Menggunakan Magnetik Kontaktor, dan Rangkaian
Pengendali Pengasutan Bintang Segitiga Menggunakan Magnetik Kontaktor
12
c. Metode Pangasutan Resistor Primer
Pengasutan motor induksi tiga fasa dengan metode resistor primer dilakukan dengan
menggunakan saklar magnetik kontaktor dan tahanan asut yang diseri dengan belitan stator
motor.
Starting motor induksi tiga fasa dengan metode pengasutan resistor primer terdiri dari tiga
buah resistor yang ditempatkan secara seri dengan belitan stator selama pengoperasian awal
motor atau pada saat start. Pada Gambar terlihat bahwa kontaktor K1 menutup terlebih dahulu
dan pada saat motor telah hampir mencapai kecepatan sinkron, sedangkan kontaktor K2
menghubungkan resistor-resistor pengasutan. Cara ini memberikan start yang sangat halus tanpa
ada sama sekali kejutan mekanik. Tegangan jatuh pada semua resistor pada awalnya tinggi namun
berangsur-angsur berkurang selama motor menambah kecepatan dan arus turun, sehingga
tegangan pada terminal motor bertambah dengan demikian kecepatan motor bertambah.
Starting motor induksi tiga fasa dengan metode pengasutan resistor primer dapat
mengurangi kejutan listrik dan motor dapat berputar dengan halus. Dalam metode pengasutan ini
terdapat komponen utama yaitu kontaktor K1 dan K2 sebagai sklar magnetik dan timer sebagai
tunda waktu kontaktor K2. Gambar rangkaian pengasutan dengan metode resistor primer dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 10. Rangkaian Pengendali Pengasutan dengan Resistor Primer dan Rangkaian Pelaksanaan
Pengasutan dengan Resistor Primer
13
timer sebagai pengatur waktu putaran berikutnya, sedang sistem otomatis dengan menggunakan
timer.
Dalam pengaturan putaran motor maju dan mundur sama halnya dengan membalik putaran
motor, putaran motor dapat terbalik, jika arah putaran medan magnet stator juga terbalik. Untuk
membalik putaran medan magnet stator dapat dilakukan dengan menukar dua dari tiga
penghantar fasa motor tersebut.
Pengaturan putaran motor maju mundur secara manual digunakan dua buah magnetik
kontaktor, dimana kantoktor-kontaktor tersebut berfungsi sebagai penukar dua dari ketiga fasa
Pada motor induksi tiga fasa. dimisalkan K1 berfungsi untuk mengoperasikan motor saat berputar
maju dan k2 sebagai pengoperasian putaran mundur. Pengaturan motor ini biasanya untuk
mempermudah suatu pekerjaan angkat mengangkat pada industri-industri. Untuk mengangkat
barang dari satu tempat ke tempat lain banyak menggunakan metode pengaturan motor putaran
maju mundur secara manual.
Bahan Bacaan 2: Merancang instalasi pengontrolan motor listrik dengan pemograman (PLC).
14
(Programmable Logic Controller). Dengan PLC, sinyal dari berbagai peralatan luar diinterfis
sehingga fleksibel dalam mewujudkan sistem kendali. Disamping itu, kemampuannya dalam
komunikasi jaringan memungkinkan penerapan yang luas dalam berbagai operasi pengendalian
sistem.
Dalam sistem otomasi, PLC merupakan ‘jantung’ sistem kendali. Dengan program yang
disimpan dalam memori PLC, dalam eksekusinya, PLC dapat memonitor keadaan sistem melalui
sinyal dari peralatan input, kemudian didasarkan atas logika program menentukan rangkaian aksi
pengendalian peralatan output luar.
PLC dapat digunakan untuk mengendalikan tugas-tugas sederhana yang berulang-ulang, atau
di-interkoneksi dengan yang lain menggunakan komputer melalui sejenis jaringan komunikasi
untuk mengintegrasikan pengendalian proses yang kompleks.
Cara kerja sistem kendali PLC dapat dipahami dengan diagram blok seperti ditunjukkan pada
Gambar berikut:
Dari gambar terlihat bahwa komponen sistem kendali PLC terdiri atas PLC, peralatan input,
peralatan output, peralatan penunjang, dan catu daya. Penjelasan masing-masing komponen
sebagai berikut :
a. PLC
PLC terdiri atas CPU (Central Processing Unit), memori, sumber belajar interface input dan
output program kendali disimpan dalam memori program. Program mengendalikan PLC sehingga
saat sinyal iput dari peralatan input on timbul respon yang sesuai. Respon ini umumnya
mengonkan sinyal output pada peralatan output.
CPU adalah mikroprosesor yang mengkordinasikan kerja sistem PLC. ia mengeksekusi
program, memproses sinyal input/ output, dan mengkomunikasikan dengan peralatan luar.
Memori adalah daerah yang menyimpan sistem operasi dan data pemakai. Sistem operasi
sesungguhnya software sistem yang mengkordinasikan PLC. Program kendali disimpan dalam
memori pemakai.
15
Ada dua jenis memori yaitu : ROM (Read Only Memory) dan RAM (Random Access Memory).
ROM adalah memori yang hanya dapat diprogram sekali. Penyimpanan program dalam ROM
bersifat permanen, maka ia digunakan untuk menyimpan sistem operasi. Ada sejenis ROM, yaitu
EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory) yang isinya dapat dihapus dengan cara
menyinari menggunakan sinar ultraviolet dan kemudian diisi program ulang menggunakan PROM
Writer.
Interfis adalah sumber belajar rangkaian yang digunakan untuk menyesuaikan sinyal pada
peralatan luar. Interfis input menyesuaikan sinyal dari peralatan input dengan sinyal yang
dibutuhkan untuk operasi sistem. Interfis output menyesuaikan sinyal dari PLC dengan sinyal
untuk mengendalikan peralatan output.
b. Peralatan Input
Peralatan input adalah yang memberikan sinyal kepada PLC dan selanjutnya PLC memproses
sinyal tersebut untuk mengendalikan peralatan output. Peralatan input itu antara lain :
1) Berbagai jenis saklar, misalnya tombol, saklar togel, saklar batas, saklar level, saklar tekan,
saklar proximity.
2) Berbagai jenis sensor, misalnya sensor cahaya, sensor suhu, sensor level,
3) Rotary encoder
c. Peralatan Output
Sistem otomasi tidak lengkap tanpa ada peralatan output yang dikendalikan. Peralatan
output itu misalnya :
1) Kontaktor
2) Motor listrik
3) Lampu
4) Buzer
d. Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang adalah peralatan yang digunakan dalam sistem kendali PLC, tetapi
bukan merupakan bagian dari sistem secara nyata. Maksudnya, peralatan ini digunakan untuk
keperluan tertentu yang tidak berkait dengan aktifitas pegendalian. Peralatan penunjang itu,
antara lain :
1) Berbagai jenis alat pemrogram, yaitu komputer, software ladder, konsol pemrogram,
programmable terminal, dan sebagainya.
2) Berbagai software ladder, yaitu : SSS, LSS, Syswin, dan CX Programmer.
16
3) Berbagai jenis memori luar, yaitu : disket, CD ROM, flash disk.
4) Berbagai alat pencetak dalam sistem komputer, misalnya printer, plotter.
e. Catu Daya
PLC adalah sebuah peralatan digital dan setiap peralatan digital membutuhkan catu daya DC.
Catu daya ini dapat dicatu dari luar, atau dari dalam PLC itu sendiri. PLC tipe modular
membutuhkan catu daya dari luar, sedangkan pada PLC tipe compact catu daya tersedia pada unit.
f. Komponen Unit PLC
Unit PLC dibuat dalam banyak model/ tipe. Pemilihan suatu tipe harus mempertimbangkan :
yang dibedakan menurut
jenis catu daya
jumlah terminal input/ output
tipe rangkaian output
1) Jenis Catu Daya
PLC adalah sebuah peralatan elektronik dan setiap peralatan elektronik untuk dapat
beroperasi membutuhkan catu daya. Ada dua jenis catu daya untuk disambungkan ke PLC
yaitu AC dan DC.
2) Jumlah I/O
Pertimbangan lain untuk memilih unit PLC adalah jumlah terminal I/O nya. Jumlah terminal I/O
yang tersedia bergantung kepada merk PLC. Misalnya PLC merk OMRON pada satu unit
tersedia terminal I/O sebanyak 10, 20, 30, 40 atau 60. Jumlah terminal I/O ini dapat
dikembangkan dengan memasang Unit I/O Ekspansi sehingga dimungkinkan memiliki 100 I/O.
Pada umumnya, jumlah terminal input dan output megikuti perbandingan tertentu, yaitu 3 : 2.
Jadi, PLC dengan terminal I/O sebanyak 10 memiliki terminal input 6 dan terminal output 4.
g. Tipe Rangkaian Output
PLC dibuat untuk digunakan dalam berbagai rangkaian kendali. Bergantung kepada peralatan
output yang dikendalikan, tersedia tiga tipe rangkaian output yaitu : output relay, output
transistor singking dan output transistor soucing.
Di bawah ini diberikan tabel yang menunjukkan jenis catu daya, jumlah I/O, dan tipe
rangkaian output.
17
Tabel 1. Jenis catu daya, jumlah I/O, dan tipe rangkaian output.
Penjelasan Komponen
1. Terminal input catu daya
Hubungkan catu daya (100 s.d 240 VAC atau 24 VDC) ke terminal ini
2. Terminal Ground Fungsional
18
Pastikan untuk membumikan terminal ini (hanya untuk PLC tipe AC) untuk meningkatkan
kekebalan terhadap derau (noise) dan mengurangi resiko kejutan listrik.
3. Terminal Ground Pengaman
Pastikan untuk membumikan terminal ini untuk mengurangi resiko kejutan listrik
4. Terminal catu daya luar
PLC tertentu, misalnya CPM2A dilengkapi dengan terminal output catu daya 24 VDC untuk
mencatu daya peralatan input.
5. Terminal input
Sambunglah peralatan input luar ke terminal input ini.
6. Terminal Output
Sambunglah peralatan output luar ke terminal output ini.
7. Indikator status PLC
Indikator ini menunjkkan status operasi PLC, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Indikator Status PLC
Indikator Status Arti
PWR ON Daya sedang dicatukan ke PLC
(hijau) OFF Daya tidak sedang dicatu ke PLC
RUN ON PLC beroperasi dalam mode RUN atau
(hijau) MONITOR
OFF PLC beroperasi dalam mode
PROGRAM, atau terjadi kesalahan fatal
COMM Berkedip Data sedang ditransfer melalui port
(kuning) peripheral atau port RS-232C
OFF Data tidak sedang ditransfer melalui
port peripheral atau port RS-232C
ERR/ALM ON Terjadi kesalahan fatal
(merah) Berkedip Terjadi kesalahan tidak fatal
OFF Operasi berlangsung normal
8. Indikator input
Indikator input menyala saat terminal input yang sesuai ON. Indikator input menyala selama
refreshing input/ output.
Jika terjadi kesalahan fatal, indikator input berubah sebagai berikut :
19
13. Saklar komunikasi
Saklar ini untuk memilih apakah port peripheral atau port RS-232C akan menggunakan setting
komunikasi pada PC Setup atau settng standar.
Port peripheral dan port RS-232C beroperasi
sesuai dengan setting komunikasi pada PLC
OFF
setup, kecuali untuk Konsol Pemrogram yang
disambung ke port peripheral.
Port peripheral dan port RS-232C beroperasi
sesuai dengan setting komunikasi standar,
ON
kecuali untuk Konsol Pemrogram yang
disambung ke port peripheral.
14. Baterai
Bateray ini memback-up memori pada unit PLC.
15. Konektor ekspansi
Tempat sambungan PLC ke unit I/O ekspansi atau unit ekspansi (unit I/O analog, unit sensor
suhu).
h. Spesifikasi PLC
Penggunaan PLC harus memperhatikan spesifikasi teknisnya. Mengabaikan hal ini dapat
mengakibatkan PLC rusak atau beroperasi secara tidak tepat (mal-fungsi).
Berikut ini diberikan spesifikasi unit PLC yang terdiri atas spesifikasi umum, spesifikasi input,
dan spesifikasi output.
1) Spesifikasi Umum
Butir Spesifiasi
Tegangan AC 100 s.d 240 VAC, 50/60 Hz
catu DC 24 VDC
Tegangan AC 85 s.d 264 VAC
operasi DC 20,4 s.d 26,4 VDC
Penggunaan AC 60 VA maks
daya DC 20 W maks
Catu daya Tegangan catu 24 VDC
luar Kapasitas output 300 mA
Tahanan isolasi 20 M minimum
Kuat dielektrik 2300 VAC 50/60 Hz selama 1
menit
Suhu ruang 0o s.d 55o
Ukuran sekerup terminal M3
Berat AC 650 g
DC 550 g
2) Spesifikasi Input
Butir Spesifikasi
Tegangan input 24 VDC +10%/-15%
Impedansi input 2,7 k
Arus input 8 mA
Tegangan/ arus on 17 VDC input, 5 mA
Tegangan/ arus off 5 VDC maks, 1 mA
Tunda on 10 ms
Tunda off 10 ms
20
Konfigurasi rangkaian
input
3) Spesifikasi Output
Butir Spesifikasi
Kapasitas switching 2 A, 250 VAC (cos = 1)
maksimum 2 A, 24 VDC
Kapasitas switching 10 mA, 5 VDC
minimum
Usia kerja relay Listrik : 150.000 operasi (beban resistif 24 VDC)
100.000 operasi (beban induktif)
Mekanik : 20.000.000 operasi
Tunda on 15 ms maks
Tunda off 15 ms maks
Konfigurasi rangkaian
output
21
ke dalam PLC dapat berbentuk diagram ladder atau kode mneumonik, tetapi Konsol
Pemrogram hanya dapat memasukkan program dalam bentuk kode mneumonik.
b. Sambungan Alat Pemrogram
PLC dapat disambung ke Konsol Pemrogram atau komputer dengan software ladder seperti
CX-Programmer, SSS (Sysmac Support Software), atau Syswin, dan Programmable Terminal.
c. Sambungan Konsol Pemrogram
Hubungkan Konsol Pemrogram ke port peripheral PLC. Konsol Pemrogram tidak dapat
disambung ke port RS-232C. PLC akan otomatis berkomunikasi dengan Konsol Pemrogram
tanpa memandang metode komunikasi yang dipilih pada saklar komunikasi PLC.
22
Gambar 16. Sambungan komunikasi NT Link
23
Jumlah bit oprand yang tersedia bergantung kepada tipe PLC yang dispesifikasikan menurut
jumlah input-outputnya. Perbandingan jumlah bit input dan output pada umumnya 3 : 2.
Misalnya PLC dengan I/O 10 memiliki bit input sejumlah 6 dan bit output 4. Di bawah ini
diberikan contoh daerah memori PLC OMRON CPM1A-10CDRA.
24
Keterangan :
1. Kecuali untuk operasi yang sangat khusus, secara umum operasi menjalankan motor adalah dengan
menekan tombol Start dan jika kemudian tombol ini dilepas motor akan tetap berputar. Maka,
selanjutnya untuk menjalankan motor cukup disebutkan dengan menekan tombol Start saja.
2. Motor berdaya kecil dapat disambung langsung ke PLC. Tetapi, untuk motor berdaya cukup dengan
arus nominal diatas kemampuan PLC harus menggunakan kontaktor sebagai penghubung motor ke
jaringan.
25
Jika tombol LOW ditekan, motor berputar dalam kecepatan rendah, dan jika kemudian tombol
High ditekan motor berputar dalam kecepatan tinggi. Motor tidak dapat distart langsung pada
kecepatan tinggi dan pada kecepatan tinggi motor tidak dapat dipindahkan ke kecepatan
rendah. Tombol Stop untuk menghentikan operasi motor.
b. Penetapan Bit I/O
Tabel 7. Penetapan Bit I/O Motor Dua Kecepatan
No Alat input/output Bit operand Fungsi
1 Tombol Stop 0.00 Menghentikan operasi motor
2 Tombol Low Speed 0.01 Menjalankan motor kecepatan rendah
3 Tombol High Speed 0.02 Menjalankan motor kecepatan tinggi
4 Kontaktor K1 10.00 Kontaktor kecepatan rendah
5 Kontaktor K2 10.01 Kontaktor kecepatan tinggi
6 Kontaktor K3 10.00 Kontaktor kecepatan tinggi
26
c. Program Kendali PLC
27
2) Jangan memasang PLC di atas perlengkapan yang membangkitkan panas seperti heater,
transformer, atau resistor berukuran besar.
3) Pasang kipas atau sistem pendingin saat suhu ruang melebihi 55 oC.
4) Jangan memasang PLC pada panel atau kabinet perlengkapan tegangan tinggi.
5) Berikan jarak + 200 mm antara PLC dan jaringan daya terdekat.
6) Berikan tempat yang lapang untuk operasi dan pemeliharaan PLC.
d. PLC harus dipasang dalam posisi seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini untuk
menjamin pendinginan yang tepat.
Betul Salah
Gambar 21. Posisi Pemasangan PLC
28
e. Sebelum menyambung catu daya, pastikan bahwa tegangan yang tersambung sudah tepat AC
atau DC. Rangkaian internal PLC akan rusak jika daya AC dicatu ke PLC yang memerlukan catu
daya DC.
f. Terminal input catu daya terletak pada bagian atas PLC, sedangkan terminal pada bagian
bawah PLC untuk peralatan luar. Rangkaian internal PLC akan rusak jika daya AC dicatu ke
terminal output catu daya PLC.
g. Kencangkan sekrup catu daya AC, sekrup yang kendor dapat mengakibatkan kebakaran atau
malfungsi.
h. Gunakan selalu terminal crimp untuk jaringan daya PLC. Jangan menyambung kawat serabut
telanjang secara langsung ke terminal.
i. Kawatilah input ke PLC dan Unit Ekspansi seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Terminal
catu daya dapat dikawati bersama dengan output PLC yang menggunakan catu daya AC.
j. Jika output 24 VDC berbeban lebih atau terhubung singkat, tegangan akan drop dan
mengakibatkan outputnya OFF. Tindakan pengamanan luar harus diberikan untuk menjamin
keselamatan sistem.
k. Kawatilah output PLC seperti ditunjukkan pada diagram berikut ini.
l. Rangkaian output internal dapat rusak saat beban yang tersambung ke output terhubung
singkat, maka pasanglah sekering pengaman pada tiap rangkaian output.
29
m. Berikanlah rangkaian Emergency Stop, rangkaian insterlock, rangkaian pembatas, dan tindakan
pengamanan sejenis pada rangkaian kendali luar (yaitu bukan pada PLC) untuk menjamin
keselamatan pada sistem jika terjadi ketidak-normalan yang disebabkan oleh mal-fungsi PLC
atau faktor luar lainnya yang mempengaruhi operasi PLC. Jika tidak, dapat mengakibatkan
kecelakaan serius.
n. Diagram berikut menunjukkan contoh rangkaian interlock.
Pada rangkaian interlock di atas, MC1 dan MC2 tidak dapat ON pada saat yang sama meskipun
output 01005 dan 01006 keduanya ON.
o. Saat menyambung beban induktif ke output, sambunglah pengaman surja atau dioda yang
disambung paralel dengan beban.
Gambar 27. Pengawatan I/O Program Kendali Motor Satu Arah Putaran dan Pengawatan I/O Program
Kendali Motor Dua Arah Putaran
30
Gambar 28 Pengawatan I/O Program Kendali Motor Dua Kecepatan dan Pengawatan I/O Program
Kendali Motor Sistem Start Bintang Segitiga
R R
S S
T T
F1 F1
K1 K1 K2
U V W U V W
M3F M3F
31
R
F1
K1 K2 K3
U1 U2
V1 V2
M3F
W1 W2
F1
K1 K2 K3
U1 U2
V1 V2
M3F
W1 W2
32
Lakukan prosedur berikut untuk mengecek pengawatan output menggunakan CX-
Programmer. Prosedur ini akan benar jika pengawatan I/O sesuai dengan program kendali yang
ada pada PLC. Jika tidak, respon yang diberikan oleh peralatan luar tidak sama dengan indikator
output PLC.
a. Pasanglah pengawatan komunikasi Host Link
b. Hubungkan PLC ke catu daya yang sesuai.
c. Jalankan software CX-Programmer.
d. Tampilkan program ladder yang sesuai dengan pengawatan I/O yang disambung.
e. Lakukan transfer program dari komputer ke PLC. Jika program yang dimaksud telah ada pada
PLC, lakukan transfer program dari PLC ke komputer.
f. Set mode operasi ke MONITOR.
g. Klik kanan output (coil) pada diagram ladder yang akan dicek, kemudian klik Force>On, maka
indikator output dan peralatan output yang sesuai on. Jika tidak demikian, maka sambungan
antara output PLC dan perlatan output tidak benar.
h. Klik kanan output (coil) pada diagram ladder yang akan dicek, kemudian klik Force>Cancel,
maka indikator output dan peralatan output yang sesuai off.
i. Lakukan langkah 7 dan 8 diatas untuk output yang lain.
33
Pada mode operasi MONITOR, program dapat dieksekusi dan operasi I/O dapat diaktifkan.
Tetapi, masih dimungkinkan untuk menulis/ memodifikasi memori dari alat pemrogram. Dalam
mode MONITOR, dapat dilakukan operasi :
a. Melakukan memaksa bit on atau off (force set/ reset)
b. Merubah nilai setelan waktu timer/ counter
c. Merubah data pada semua daerah memori.
d. Menyunting on-line program ladder
e. Prosedur uji coba program kendali PLC sebagai berikut :
1) Mengecek sambungan pengawatan I/O
Operasi yang digunakan untuk mengecek sambungan pengawatan I/O adalah Force
Set/Reset yaitu operasi untuk memaksa suatu bit on atau off. Bit yang dipaksa on atau off
statusnya tidak bergantung kepada sistem kendali.
Pastikan tidak ada efek pada peralatan sebelum menggunakan operasi Force Set/
Reset.
Misalkan, program kendali PLC berikut telah dimasukkan ke dalam PLC dan
pengawatan I/O telah disambung. Langkah-langkah pengecekan sambungan pengawatan
I/O sebagai berikut :
Diagram Ladder Tabel I/O
0.00 0.01 TIM001 10.00 Bit I/O Peralatan I/O
0.00 Tombol Stop
10.00 0.01 Tombol Start
TIM
001 10.00 Motor Forward
TIM004 #100
10.01 Motor Reverse
200.00
TIM
002
#100
10.01
TIM
003
#100
200.01
TIM
004
#100
END(01)
Menggunakan CX-Programmer
34
a. Beralih ke operasi on-line
b. Set mode operasi PLC pada MONITOR.
c. Lakukan operasi Force>On bit output 10.00 untuk memaksa bit output 10.00 on. Indikator
output 00 pada PLC menyala dan K1 on.
d. Lakukan operasi Force>Off bit output 10.00 untuk memaksa bit output 10.00 off. Indikator
output 01 pada PLC padam dan K1 off.
e. Lakukan operasi Force Cancel bit output 10.00 untuk mengembalikan status asli bit output
10.00 (atau membebaskan bit output 10.00 dari paksaan on).
f. Ulangi langkah c s.d e untuk bit output 10.01
35
Menggunakan Konsol Pemrogram
a. Set mode operasi PLC pada MONITOR.
b. Tekan CLR untuk membawa ke alamat awal.
c. Tekan SHIFT>CONT/#>1>MONTR untuk memonitor bit 0.01.
d. Tekan SET untuk memaksa bit input yang ditampilkan on. Operasi ini seperti sedang menekan
tombol Start. Program dieksekusi seperti dalam operasi normal.
e. Tekan SHIFT>SET/RSET untuk memaksa bit yang ditampilkan off. Operasi ini seperti sedang
melepas tombol Start. Eksekusi program tetap berlangsung terus, karena operasi program
sekarang tidak lagi bergantung kepada status bit 0.01.
f. Tekan NOT atau SET/RSET>NOT untuk mengembalikan status asli. Eksekusi program tetap
berlangsung.
g. Tekan SHIFT>CONT/#>0>MONTR untuk memonitor bit 0.00. Operasi ini seperti sedang
menekan tombol Stop. Eksekusi program berhenti.
h. Tekan NOT atau SET/RSET>NOT untuk mengembalikan status asli.
Catatan :
a. Jangan sampai lupa untuk melakukan operasi Force Cancel setelah operasi Force Set/Reset.
Jika tidak, dalam pengoperasian normal, program tidak dieksekusi secara normal meskipun
program yang dimaksud benar.
b. Jika dikehendaki, Jalannya arus pada diagram ladder dapat dimonitor sehingga mudah
diketahui proses eksekusi program kendali. Gunakan operasi monitoring setelah beralih ke
operasi on-line dengan prosedur sebagai berikut : Klik PLC > Monitor > Monitoring.
c. Jika dalam monitoring program ditemui kesalahan dalam penetapan bit operand, jenis kontak
NC atau NO, kendali waktu Timer/Counter dapat dilakukan penyuntingan program sambil
mengeksekusi program. Operasi ini disebut penyuntingan on-line.
C. Daftar Pustaka
36
Fadillah Kismet (1997), Wurdono, Instalasi Motor-Motor Listrik, Bandung: Angkasa
Kemendikbud. (2016) Modul Guru Pembelajar paket Keahlian Teknik instalasi pemanfaatan
tenaga Listrik, Medan:P4TK Medan
Kemmis, Stephen and Robbin Mc Taggart .(1988). The Action Research Planner, 3nd ed.,
Victoria:Deakin University
______ (1997) CPM1A, Programmable Controllers Operation Manual, Tokyo: Omron Corporation
Systems Components Division
______ (1999). Beginner’s Guide to PLC, OMRON Asia Pacific, Singapore: PTE, Ltd.
37