Anda di halaman 1dari 20

Nama : Galih Pistoni Mukti

Kelas : Elka B
NIM : 202029

UTS ELEKTRONIKA DAYA

1. Elektronika daya adalah bidang keilmuan yang mempelajari dan membahas tentang
penerapan elektronika pada peralatan listrik dengan penggunaan daya listrik yang cukup
besar. Prinsip elektronika digunakan pada peralatan di industri. Peralatan yang
memanfaatkan prinsip elektronika daya adalah motor listrik, pemanas, pendingin, kipas
angin, kompresor, pompa, dan konveyor. Perkembangan penggunaan elektronika sejalan
dengan ketidakmampuan pengaturan secara konvensional dalam memenuhi kebutuhan
industri. Penggunaan elektronika daya dapat mengurangi kerugian mekanisme kerja dari
suatu mesin industri. Mesin yang memakai prinsip elektronika daya dapat bekerja pada
nilai tegangan dan arus listrik yang cukup besar. [1] Elektronika daya umum digunakan
untuk konversi energi listrik. Hasil konversi energinya memberikan kualitas daya yang
sangat baik. Dalam bidang konversi energi, prinsip elektronika daya banyak digunakan
pada rangkaian penyearah. Elektronika daya dapat diterapkan pada dioda maupun tiristor.
Keunggulan penyearahan dengan elektronika daya adalah kemudahan dalam
pengendalian sudut fasa dan rangkaian kendali yang mudah. Kekurangannya adalah
unjuk kerja yang kurang baik akibat adanya harmonisa yang sangat signifikan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Elektronika_daya
elektronika daya ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari - hari seperti pada
blender dimana komponen elektronika (IC, resistor dan kapasitor , induktor dan dioda)
digunakan untuk mengontrol kecepatan motor listrik dengan daya 220 VAC. Contoh
lainnya yaitu pada setrika dimana komponen elektronika digunakan untuk mengontrol
suhu logam dengan mengatur tegangan input yang masuk ke logam setrikaan tsb. Untuk
Aplikasi elektronika daya dalam industri ini juga sangat banyak dan sangat bervariasi
diantaranya yaitu konversi listrik AC (Alternatif Current) ke DC (Direct Current)
menggunakan rangkaian Mosfet atau menggunakan rangkaian Cycloconverter dengan
diode, pengaturan dimmer, pengaturan tegangan AC dan masih banyak lagi. Akan tetapi
pada industri juga masih banyak menggunakan cara konvensional seperti menggunakan
Kontaktor untuk mengontrol rangkaian Star - Delta pada motor listrik. Penggunaan
kontaktor untuk mengontrol nyala dan mati conveyor, Penggunaan TDR untuk menyetel
waktu nyala motor dan aplikasi elektronika daya lainnya di industri.
https://www.teknikelektro.com/2021/03/elektronika-daya-adalah.html
2. Merencanakan suatu konstruksi Relaxation Oscillator dengan :
a. Frekuensi output = 3 digit NIM = 29kHz
b. Lebar sudut picu hasil keluaran oscillator = 2ms
c. Tegangan operasional = 15 Volt
d. Gambar hasil sinyal output

t = 1/f = 1/29000= 34µs


VP = η VS + VD = 0,5 × 15 + 0,7 = 8,2 Volt
Tg = R3C ----- R3 = 100 Ω ----- C = tg/R3 = 2ms / 100 Ω = 20µF
T 34 µs
R1 =
C ln
1 =
1−η (
20 µF × ln
1
1−0,45) = 2,88538 Ω

Periksa batas nilai R1 :


V S −V P 15−8,2
R1 < = = 680kΩ ----- batas atas
IP 10 µA
V S −V V 15−1,5
R1 > = = 1350 Ω ----- batas bawah
IV 10 mA
4 4
10 10
R2 = = = 1333,34 Ω
η× V S 0,5 ×15
3. Rangkaian Daya adalah rangkaian yang terdiri dari komponen diode, Thyristor dan
Transistor Daya. Komponen daya diantaranya adalah kontaktor, kabel daya, sekring atau
circuit breaker.

Pada sistem pengendalian memiliki dua bagian yaitu yang disebut rangkaian kontrol (DC
24 V) dan sistem daya (AC 230 V) (gambar 1).

Pada saat sakelar S1 di ON kan relay Q1 akan energized sehingga pada kontak 1-2
tertutup dan lampu akan menyala karena mendapatkan supply listrik AC 230 V. Apabila
sakelar S1 di-OFF- kan, maka Q1 dan lampu akan OFF.

● Kontaktor yaitu merupakan sakelar daya yang bekerja dengan prinsip elektromagnetik


(gambar 11).
Sebuah coil dengan inti yang berbentuk huruf E yang diam, bila coil dialirkan arus listrik akan
menjadi magnet dan akan menarik inti magnet yang bergerak dan menarik sekaligus kontak pada
posisi ON. Batang inti yang bergerak menarik paling sedikit ada 3 kontak utama dan beberapa
kontak bantu bisa kontak NC atau NO. Kerusakan yang terjadi pada kontaktor, biasanya terjadi
karena belitan coil yang terbakar atau kontak tipnya saling lengket atau pada ujung-ujung
kontaknya terbakar.

● Susunan kontak dalam Kontaktor (gambar 12) secara skematik terdiri dari belitan coil dengan
notasi A2-A1.

Terminal yang menuju ke sisi sumber supply listrik 1/L1, 3/L2, 5/L3, kemudian terminal
ke sisi beban motor atau beban listrik lainnya yaitu 2/T1, 4/T2 dan 6/T3. Dengan
menggunakan dua kontak bantu NO Normally Open 13-14 dan 43-44, dan dua kontak
bantu NC Normally Close 21-22 dan 31-32. Kontak utama harus digunakan dengan
sistem daya saja, dan kontak bantu ini difungsikan untuk kebutuhan rangkaian kontrol
dan tidak boleh tertukar. Kontak bantu pada sebuah kontaktor dapat dilepaskan atau
ditambahkan secara modular.

● Bentuk fisik Kontaktor ini terbuat dari bahan plastik keras yang kokoh (gambar 13).
Pemasangan ke panel bisa dengan memakai rel atau disekrupkan

Kontaktor dapat digabungkan dengan beberapa pengaman lainnya, misalnya digabung


dengan pengaman bimetal atau overload relay. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah
kemampuan hantar arus kontaktor yang perlu disesuaikan dengan besarnya arus beban.
Karena ini berkenaan dengan kemampuan dari kontaktor secara elektrik.

● Pengaman sistem daya untuk beban motor-motor listrik atau beban lampu yang berdaya
besar dapat memakai sekring atau Miniatur Circuit Breaker (MCB) (gambar 14).

MCB adalah sebuah komponen pengaman yang kompak, karena di dalamnya terdiri dua
pengaman sekaligus.

• Pengaman pertama beban lebih oleh bimetal, dan kedua pengaman arus hubung-singkat
oleh relai arus. Pada saat salah satu pengaman berfungsi maka secara otomatis sistem
mekanik MCB akan trip dengan sendirinya.
• Pengaman bimetal bekerja secara thermis, fungsi kuadrat arus dan waktu sehingga saat
terjadi beban lebih reaksi MCB menunggu beberapa saat.

● Komponen Motor Control Circuit Breaker 1 (MCCB) 


mempunyai tiga fungsi, yang pertama adalah sebagai switching, kedua sebagai
pengamanan motor dan fungsi yang ketiga adalah sebagai isolasi untuk rangkaian primer
dengan beban (gambar 15).

• Pengaman beban lebih disini dilakukan oleh bimetal, dan untuk pengamanan hubung-
singkat dilakukan oleh coil arus hubung-singkat yang secara mekanik akan bekerja
mematikan Circuit Breaker. Rating arus yang ada di pasaran yaitu 16 A sampai dengan
63 A.

● Bentuk fisik Motor Control Circuit Breaker (MCCB)


ini terbuat dari casing plastik keras yang akan melindungi seluruh perangkat seperti: coil
arus hubung-singkat, bimetal, dan kontak utama (gambar 16).
Pengaman untuk beban lebih bimetal dan coil arus hubung-singkat terpasang terintegrasi.
Mempunyai tiga terminal ke sisi pemasok listrik 1L1, 3L2 dan 5L3. Mempunyai tiga
terminal yang terhubung ke beban yaitu 2T1, 4T2 dan 6T3. Terminal ini tidak boleh
dibalikkan penggunaanya, karena akan mempengaruhi fungsi dari alat pengaman.

Pengendalian Kontaktor Elektromagnetik


● Komponen kontrol relay impuls bekerja ini seperti sakelar toggle manual, bedanya yaitu relai
impuls disini bekerja secara elektromagnetik (gambar 17).

Pada saat sakelar S1 di-ON- kan relai impuls K1 dengan terminal A1 dan A1 akan energized
sehingga kontak berada posisi ON. Dan lampu E1 akan menyala. Pada saat sakelar S1 posisi
OFF mekanik pada relai impuls tetap mengunci atau tetap ON. Ketika S1 di ON yang kedua,
mekanik impuls akan lepas dan kontak akan OFF, kemudian lampu akan mati.

● Komponen timer OFF-delay bekerja secara elektromagnetik (gambar 18). Sakelar S2 di-ON-
kan, coil timer OFF-delay K2 akan energized dan menyebabkan sakelar akan ON dan akan
lampu menyala.
Timer di set pada waktu tertentu misalkan saja tiga menit. Setelah waktu tiga menit dicapai dari
saat timer energized, mekanik timer OFF delay akan meng-OFF-kan sakelar dan menyebabkan
lampu mati. Dengan penggunaan timer yang dikombinasikan dengan kontaktor, akan didapat
waktu ON dan OFF kontaktor dapat disetting sesuai dengan kebutuhan.

● Coil kontaktor Q1 pada penerapan/aplikasinya dihubungkan secara paralel dengan dioda R1,
Varistor R2 atau secara seri R3C1 (gambar 19).

Coil Q1 yang dihubungkan secara paralel dengan dioda R1 fungsinya yaitu untuk menekan
munculnya ggl (gaya gerak listrik) induksi yang dikeluarkan oleh induktor pada coil Q1.
Sedangkan varistor R2 mempunyai karakteristik untuk menekan arus induksi pada coil agar bisa
meminimal dengan mengatur besaran resistansinya. Coil Q1 yang dihubungkan secara paralel
dengan R3C1 akan membentuk sebuah impedansi sehingga arus yang mengalir ke coil menjadi
minimal dan aman.
● Bentuk Coil Set-Reset dengan dua belitan dan bisa melayani dua sakelar yang berfungsi
sebagai sakelar Setting (tombol S) dan sakelar Reset (tombol R) (gambar 20).

Pada saat tombol S di ON mekanik coil akan meng-ON- kan sakelar dan lampu akan menyala.
Dioda R1, berpasangan dengan K1 dan dioda R4. Pada saat tombol R di ON coil energized dan
sistem mekanik akan meng OFF-kan sakelar dan lampu akan mati. Dioda R2, berpasangan
dengan K1 dan dioda R3.

Pengendalian Hubungan Langsung

Pengendalian hubungan langsung atau yang dikenal dengan istilah Direct On Line (DOL)
digunakan untuk mengontrol motor induksi dengan kontaktor Q1.
Rangkaian daya (gambar 21) menunjukkan ada lima kawat penghantar, yaitu L1, L2 , L3, N dan
PE, kemudian ada tiga buah sekring/fuse F1 yang fungsinya sebagai pengaman hubung-singkat
bila ada gangguan pada rangkaian daya.

Sebuah kontaktor mempunyai enam kontak, sisi supply terminal 1, 3 dan 5, sedangkan pada
disisi beban terhubung ke motor terminal 2, 4 dan 6. dalam notasi ini tidak boleh dibolak-
balikkan. Rangkaian kontrol perlu dipasangkan sekring/fuse F2 sebagai pengaman apabila terjadi
hubung-singkat pada rangkaian kontrol.

Posisi menghidupkan atau ON


Apabila tombol Normally Open S1 di ON-kan, aliran listrik dari jala-jala L akan mengalir
melewati sekring/fuse F1, S1, S2 melewati terminal coil A1 A2 dari coil Q1 menuju ke netral N.
Akibatnya dari coil kontaktor Q1 akan energized dan kemudian mengaktifkan kontak Normally
Open Q1 terminal 13,14 akan menjadi ON dan berfungsi sebagai pengunci. Sehingga saat salah
satu tombol S1 posisi OFF aliran listrik ke coil Q1 tetap energized dan motor akan induksi
berputar.

Posisi mematikan atau OFF


Tekan tombol Normally Close S2, maka pada loop tertutup dari rangkaian akan terbuka, dan
hilangnya aliran listrik pada coil kontaktor Q1 akan de-energized. Akibatnya pada coil kontaktor
OFF dan kontak-kontak daya akan memutuskan aliran listrik ke motor.

Rangkaian daya dan kontrol seperti pada (gambar 22) di atas, secara prinsip bekerja sama dengan
rangkaian pada (gambar 21). Kemudian yang membedakan yaitu terdapat dua tombol Normally
Open S1 dan S3 untuk menghidupkan rangkaian. Dan juga terdapat dua tombol Normally Close
S2 dan S4 yaitu untuk mematikan rangkaian.

Pengendalian Star-Delta

● Hubungan langsung atau Direct On Line digunakan untuk motor induksi berdaya dibawah 5
KW.
Motor induksi dengan daya menengah dan besar seperti antara 10 KW hingga 50 KW memakai
pengendalian star-delta untuk starting awalnya. Ketika motor terhubung star arus starting hanya
akan mengambil sepertiga dari arus starting bila dalam hubungan delta.

● Hubungan star pada sebuah motor bisa diketahui dari hubungan kawat pada terminal motor.
Terminal W2, U2 dan V2 di kopel jadi satu, sedangkan pada terminal U1 dihubungkan ke jala-
jala L1, terminal V1 ke jala-jala L2 dan terminal W1 ke jala-jala L3 (gambar 23a). Besarnya
tegangan yang terukur pada belitan stator, yaitu sebesar Ubelitan = 1/√3 Uphasa-phasa, sedangkan pada
Ibelitan = Iphasa-phasa.

● Hubungan delta pada hubungan terminal motor diketahui dari kombinasi hubungan jala-jala
L1-U1-W2, jala-jala L2- V1-U2 dan jala-jala L3-W1-V2 (gambar 23b). Tegangan yang terukur
pada belitan stator sama besarnya dengan jala-jala, Ubelitan = Uphasa-phasa. Sedangkan besarnya
Ibelitan =1/√3 Iphasa-phasa.

● Perbandingan antara instalasi Direct On Line atau yang biasa disebut In-Line dan hubungan
star delta (gambar 24). Saat terhubung langsung dengan daya motor 55 Kw dan tegangan
nameplate 400 V, maka akan ditarik arus nominal 100 A - 105 A. Motor yang sama saat
terhubung delta, belitan stator hanya akan mengalirkan arus 1/√3 x 100 A = 59 A.

Dengan pemakaian rangkaian star-delta bisa dipilih rating daya kontaktor atau circuit breaker
yang lebih kecil dan secara ekonomis biaya instalasi menjadi lebih kecil. Alasan teknis lainnya
yaitu dengan hubungan langsung (in-line) arus starting akan mencapai 600% - 700% arus
nominalnya (700 A = 7 x 100 A).

Star-Delta tanpa Timer


Rangkaian daya hubungan star-delta secara manual (gambar 25), maksudnya yaitu perpindahan
dari hubungan star ke hubungan delta yang dilakukan secara manual oleh operator. Sekring/Fuse
F1 digunakan untuk mengamankan bila terjadi hubungan-singkat pada rangkaian daya, thermal
overload relay F3 yaitu berfungsi sebagai pengaman beban lebih.

Ketika kontaktor Q1 dan Q2 pada posisi ON motor terhubung secara star. Kemudian Operator
harus menekan tombol tekan S3 ditekan, maka Q1 tetap ON, kontaktor Q2 akan OFF sementara
kontaktor Q3 akan ON dan motor sekarang terhubung delta. Dan untuk mematikan dengan
menekan tombol S1, maka pada rangkaian kontrol akan terputus, coil Q1, Q2 dan Q3 akan OFF,
rangkaian daya dan kontrol terputus.

Apabila terjadi beban lebih thermal overload relay berfungsi sebagai kontak F3 akan membuka
rangkaian kontrol dan rangkaian daya akan terputus. Rangkaian kontrol star-delta secara manual
(gambar 26), fuse F2 akan mengamankan bila terjadi hubung-singkat pada rangkaian kontrol.

Posisi Hubungan Star


Tekan tombol Normally Open S1, maka akan terjadi loop tertutup pada rangkaian coil Q1 dan coil
Q2. Disini motor terhubung star. Perhatikan coil Q2 terhubung seri dengan kontak Q3 dan coil
Q3 terhubung seri dengan kontak Q2 yang artinya kedua coil saling terkunci dan keduanya
bekerja bergantian tidak akan pernah bekerja bersamaan.
Posisi Hubungan Delta
Apabila operator menekan tombol Normally Close S3, Q1 tetap ON, Q2 akan OFF dan
selanjutnya Q3 justru akan ON. Disini motor terhubung delta.

Pergantian dari posisi hubungan star yang menuju hubungan delta disini dilakukan oleh operator
secara manual. Dengan menambahkan sebuah timer, maka perpindahan secara manual bisa
digantikan secara otomatis dengan melakukan setting waktu antara 30 detik hingga 60 detik.

Kemudian untuk mematikan rangkaian dengan menekan tombol Normally Close S1, maka pada
rangkaian kontrol akan terbuka. Akibatnya pada rangkaian daya dan rangkaian kontrol akan
terputus. Apabila terjadi gangguan beban lebih, maka pada thermal overload relay F3 kontaknya
akan terbuka, dan hasilnya baik pada rangkaian daya maupun pada rangkaian kontrol akan
terputus, motor akan aman.

Hubungan Star-Delta Otomatis

Rangkaian daya hubungan star-delta memakai tiga buah kontaktor yaitu Q1, Q2 dan Q3 (gambar
27). Fuse F1 berfungsi untuk mengamankan apabila terjadi hubung-singkat pada rangkaian
motor. Ketika motor terhubung star kontaktor pada Q1 dan Q2 posisi ON dan kontaktor Q3 akan
OFF.

Beberapa waktu kemudian timer yang disetting sebelumnya dengan waktu 60 detik energized,
akan meng-OFF-kan Q1. Sementara pada Q2 dan Q3 posisi ON, dan pada motor terhubung delta.

Pengaman beban lebih F3 (thermal overload relay) dipasangkan secara seri dengan kontaktor,
apabila terjadi beban lebih disisi beban, relai bimetal akan bekerja dan rangkaian kontrol berikut
kontaktor akan OFF.

Tidak semua motor induksi dapat dihubungkan secara star-delta, yang harus diperhatikan yaitu
pada tegangan name-plate motor yang harus bisa diberikan tegangan sebesar tegangan jala-jala
(gambar 28), khususnya ketika motor tersambung delta.

Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, maka akibatnya belitan stator dapat terbakar karena
tegangan yang tidak sesuai. Rangkaian kontrol star-delta yang terlihat pada (gambar 29),
dipasangkan fuse F2 untuk pengaman apabila terjadi hubung-singkat pada rangkaian kontrol.

Hubungan Star
Tombol S2 di-ON-kan dan akan terjadi loop tertutup pada rangkaian coil Q1 dan kemudian
menjadi energized yang bersamaan dengan coil Q2. Kontaktor Q1 dan Q2 energized motor ini
terhubung star. Coil timer K1 akan energized, selama pada setting waktu berjalan motor
terhubung star.
Hubungan Delta
Ketika Q1 dan Q2 masih pada posisi ON dan timer K1 masih energized, hingga setting waktu
berjalan motor ini terhubung star. Saat setting waktu timer sudah habis, kontak Normally Close
K1 dengan akan OFF membuat coil kontaktor Q1 OFF, yang bersamaan dengan itu Q3 dalam
posisi ON. Posisi akhir dari kontaktor Q2 dan Q3 dalam posisi ON dan motor dalam hubungan
delta.

Kemudian untuk mematikan rangkaian bisa dengan menekan tombol S1 OFF, dan pada rangkaian
kontrol akan terputus kemudian semua kontaktor pada posisi OFF lalu motor akan berhenti
bekerja. Kelengkapan yang berupa lampu-lampu indikator bisa dipasangkan, baik indikator
ketika rangkaian kondisi ON, ataupun ketika rangkaian dalam kondisi OFF.

Caranya yaitu dengan menambahkan kontak bantu normally open yang dipasang secara paralel
dengan coil kontaktor dan sebuah lampu indikator.

Pengendalian Putaran Kanan-Kiri

Motor induksi bisa diputar dengan arah kanan atau putar arah kiri, caranya yaitu dengan
menukarkan dua kawat terminal box. Putaran kanan kiri dibutuhkan misalkan untuk membuka
atau menutup pintu garasi. Rangkaian daya putaran kanan - putaran kiri motor induksi terdiri dari
dua kontaktor yang bekerja saling bergantian, dan tidak dapat bekerja secara bersamaan (gambar
30). Fuse F1 dipakai untuk pengaman hubung-singkat rangkaian daya.

Saat kontaktor Q1 pada posisi ON motor putarannya akan ke kanan. Dan ketika Q1 di OFF kan
dan Q2 di ON-kan, maka akan terjadi pertukaran kabel supply yang terjadi menuju terminal
motor, dan motor akan berputar ke kiri.

Rangkaian daya yang dilengkapi pengaman thermal overload relay F3, akan memutuskan
rangkaian daya dan rangkaian kontrol saat motor mendapatkan beban yang berlebih. Cara kerja
pada rangkaian kontrol, yaitu pada posisi standby jala-jala akan mendapat supply 220 V dengan
titik netral N.

Posisi Putaran Arah Kanan


Ketika tombol Normally Open S3 (Forward) di tekan, maka akan terjadi loop tertutup pada
rangkaian coil kontaktor Q1, sehingga kontaktor Q1 menjadi energized. Pada posisi ini motor
akan berputar ke kanan. Kemudian perhatikan coil Q1 yang di serikan dengan kontak Normally
Close Q2, dan sebaliknya coil Q2 yang diseri dengan kontak Normally Close Q1, ini yang disebut
saling mengunci (interlocking).

Artinya saat coil Q1ON, maka pada coil Q2 akan terkunci selalu OFF. Atau ketika coil Q2 sedang
ON, maka coil Q1 akan selalu OFF. Karena pada coil Q1 ini bekerja secara bergantian dengan
Q2 atau sebaliknya, dan keduanya tidak akan pernah bekerja secara bersamaan.

Posisi Putaran Arah Kiri.


ketika tombol Normally Open S2 (Reverse) ditekan, maka loop tertutup akan terjadi pada
rangkaian coil Q2. Kontaktor Q2 akan ON dan kemudian dengan sendirinya coil kontaktor
Q1 akan OFF, akan terjadi pertukaran antara dua kabel phasa pada terminal motor dan pada
motor akan berputar ke kiri.

Untuk mematikan rangkaian, bisa dengan menekan tombol normally close S1, maka pada
rangkaian kontrol akan terbuka dan aliran listrik yang menuju ke coil Q1 dan coil Q2 akan
terputus dan rangkaian dalam kondisi mati. Apabila terjadi beban lebih pada kontak F3 akan
terbuka, kemudian rangkaian akan terputus aliran listriknya dan rangkaian kontrol dan daya akan
terputus.

Sebuah lampu P1 dihubungkan ke kontak 98 dari F3 yang berfungsi sebagai indikator beban
lebih, lampu P1 akan ON bila terjadi gangguan beban lebih (gambar 31).
Rangkaian kontrol ini dikembangkan dengan menambahkan dua lampu indikator E1 akan ON
saat motor berputar ke kanan. Dan lampu indikator E2 akan ON saat motor berputar ke kiri
(gambar 32). Pada rangkaian kontrol dikembangkan tombol NC (Normally Close) S1 dan tombol
NC S3 untuk mematikan rangkaian.
Tombol NO (Normally Open) S2 fungsinya yaitu untuk meng-energized coil Q1 ( Forward), dan
pada tombol NO S4 fungsinya yaitu untuk meng-energized coil Q2 (Reverse). Pada setiap lampu
indikator yang diamankan dengan sekring/fuse, F1 untuk lampu E1 dan F2 untuk lampu E2,
sedangkan sekring/fuse F3 untuk pengaman rangkaian kontrol.

Pengendali Dua Motor Bekerja Bergantian


Dalam proses ini dibutuhkan dua atau beberapa motor induksi yang akan bekerja secara
bergantian sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini adalah dua motor induksi yang dirancang untuk
bekerja secara bergantian, dengan interval waktu tertentu.

Rangkaian daya dua motor akan bekerja secara bergantian, sekring fuse F1 disini berfungsi
sebagai pengaman apabila terjadi gangguan hubung-singkat pada rangkaian daya baik motor-1
dan motor-2 (gambar 33).

Kontaktor Q1 akan mengendalikan motor-1 dan kontaktor Q2 akan mengendalikan motor-2. Pada
masing-masing motor dipasang thermal overload F3 dan F4. Pada kontaktor Q1 dan kontaktor
Q2 dirancang interlocking, yang artinya mereka akan bekerja secara bergantian.

Rangkaian kontrol motor yang bekerja secara bergantian (gambar 34) dipasang fuse F2 sebagai
pengaman dari gangguan di rangkaian kontrol.
Menjalankan Motor-1
Tombol tekan Normally Open S2 bila ditekan akan membuat coil Q1 energized, sehingga pada
motor-1 bekerja. Coil Q1 yang dipasang secara seri dengan kontak Normally Close Q2, dan pada
coil Q2 yang dipasang seri dengan kontak Normally Close Q1, ini menunjukkan bahwa keduanya
terhubung interlocking.

Apabila proximity switch B1 pada posisi open, maka aliran listrik akan terputus dan akibatnya
coil Q1 atau coil Q2 akan de-energized, sehingga pada rangkaian kontrol dan rangkaian daya akan
terputus.

Menjalankan Motor-2
Tombol tekan Normally Close S3 di tekan, maka secara bersamaan aliran coil Q1 akan
terputus dan aliran listrik ke coil Q2 akan tersambung, kontaktor Q2 menjadi energized
dan motor-2 akan bekerja. Apabila terjadi sebuah gangguan beban berlebih dari salah
satu motor, maka thermal overload relay F3 atau F4 akan mulai bekerja. Pada rangkaian
daya akan menjadi loop terbuka, dan aliran listrik yang menuju ke rangkaian motor akan
terputus walaupun rangkaian kontrol masih bekerja.

Pengendalian Kontrol Motor Listrik - Belajar Elektronika (abdulelektro.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai