Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 6.B

SKENARIO 5: HENTI NAFAS

Tutor : Henny Fitria, S.SiT., M.Keb


Kelompok :5
Ketua : Aqila Salsabela 1810333005

Sekretaris Papan : Oktria Asnur 1810331003

Sekretaris Meja : Afifah Thoharoh 1810332013

Anggota : Husnul Fadillah 1810332004

Cinta Nabila 1810331007

Raissya Rahma 1810331012

Resty Sri Handayani 1810332014

Fatia Shofwah 1810333001

Maulida Khairun Nisa 1810332003

PRODI S1 KEBIDANAN
FAKUTAS KEDOKTERN UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019/2020
SKENARIO 5 : HENTI NAFAS

Seorang wanita berusia 25 tahun diantar oleh keluarganya ke tempat Bidan


Lani karena tidak sadarkan diri setelah jatuh dari motor. Bidan meminta pasien
dibaringkan di tempat tidur datar dan ia segera melakukan primary survey dengan
menilai kesadaran dan TTV, dari hasil pemeriksaan didapatkan nafas tidak ada dan
denyut arteri corotis tidak teraba.

Sesuai dengan AHA Guide Lines For CPR, Bidan Lani segera melakukan
tindakan RJP dengan kompresi dada 30x dan 2x bantuan nafas dengan ambu bag.
Sambil melakukan RJP, bidan meminta tolong kepada keluarganya agar menelepon
ambulance untuk membawa klien ke rumah sakit. Setelah dilakukan tindakan
kompresi dan bantuan nafas sebanyak lima siklus, kondisi pasien di cek kembali, dan
jika belum ada respon, dilakukan kembali tindakan RJP sebanyak lima siklus. Bidan
kemudian mempersiapkan rujukan ke rumah sakit agar pasien mendapatkan
penanganan yang lebih baik.

Bagaimanakah saudara menjelaskan skenario diatas?


LANGKAH 1: Klasifikasi istilah/terminology asing

1. Primary survey : bagain awal penanganan suatu kegawatdaruratan


2. AHA Guide line for cpr : suatu pedoman america health association untuk rjp
3. Arteri karotis: sepasang pembulu darah yang terletak dibagian dalam leheryang
menghantarkan darah ke otak
4. Rjp : resusitasi jantung paru
5. Ambu bag : alat kesehatan untuk membantu memperlancar pernapasan
6. Kompresi dada : tindakan yang berirama berupa panekanan pada tulang dada ;
tindakan yang berirama berupa tekanan pada tulang dada 1/3 sternum bawah
LANGKAH 2: Menetapkan masalah

1. Apa saja penyebab seseorang bisa tidak sadarkan diri?

2. Apa tujuan dilakukannya primary survey ?

3. Mengapa bidan meminta pasien dibaringkan ditempat tidur yang datar ?

4. Apa yang akan terjadi jika denyut nadi karotis tidak teraba ?

5. Apa saja yang dinilai dalam primary survey ?

6. Apa tujuan digunakan nya ambu bag ketika dilakukan RJP ?

7. Apa hal yang perlu diperhatikan sebelum dilakukan CPR?

8. Bagaimana langkah dilakukannya tindakan RJP ?

9. Apa saja isi dari AHA Guide line for CPR ?

10. Mengapa penting untuk dilakukannya CPR ?

11. Mengapa bidan segera meminta tolong kepada keluarga untuk menelpon
ambulance?

12. Apa tujuan dilakukan pengecekan kembali dan bagaimana caranya ?

13. Apa saja tindakan kompresi dan bantuan sebanyak 5 siklus ?

14. Persiapan rujukan yang seperti apa untuk kasus yang ada di skenario?
LANGKAH 3 : curah pendapat kemungkinan hipotesis atau penjelasan

1. Karena adanya trauma otak,hyper ventilasi (kondisi seseorang bernafas terlalu


cepat, gangguan sistem saraf

2. Untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa

3. Untuk memudahkan bidan untuk pemeriksaan dan agar

4. Akan terjadi gangguan aliran darah ke otak yang akan mengakibatkan


kelumpuhan otak dan berujung kematian; akan ada kemungkinan jantung
berhenti berdetak dan nantinya akan menganggu aliran darah ke otak dan
menyebabkan kerusakan otak yang dapat berujung pada kematian

5. A= pastikan jalan nafas pasien tdk tersumbat B= pemberian nafas buatan C= lihat
peredaran darah D= periksa neurologis pasien E= melihat keadaan pasien secara
umum

6. Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan kepada


pasien untuk memberikan kebutuhan oksigen

7. Periksa keamanan lokasi sekitar, periksa kesadaran orang yang akan ditolong,
evaluasi pernafasan, periksa nadi dan panggil bantuan medis

8. Letakkan dua telapak tangan dengan posisi saling bertumpu di tengah dada
korban. Posisikan siku tegak lurus di atas dada korban dengan posisi bahu sejajar
tangan. Mulai kompresi dada (menekan dada korban) dengan kedalaman 5 cm
(dewasa) secara cepat, kira-kira 120 kali per menit.

9. panduan dan kualitas cpr, kompresi dada, penolong yang sudah terlatih atau tidak

10. tujuan CPR adalah menggantikan pompa jantung yang berhenti dengan kompresi
dada. Memberikan tambahan oksigen dengan bantuan napas serta
mempertahankan fungsi otak dan organ-organ lain hingga bantuan lanjutan
datang. CPR bisa membantu menyelamatkan jiwa; Terhentinya aliran darah atau
pernapasan bisa memicu kerusakan otak yang dapat mengakibatkan seseorang
meninggal dalam hitungan 8–10 menit.Dengan pemberian CPR, aliran darah
yang mengandung oksigen akan tetap tersalurkan ke otak dan seluruh tubuh
hingga orang tersebut mendapatkan bantuan medis lebih lanjut.
11. Merupakan pertolongan pertama pada pasien, perlu disiapkan transportasi untuk
merujuk apabila pasien telah dilakukan RJP namun kondisi pasien belum
membaik.

12. Untuk melihat keadaan dan mengevaluasi pasien

13. -

14. Berupa tindakan membebaskan dan membersihkan jalan napas pasien;


dokumentasi tatalaksana, alat alat ambu bag, oksigen, surata surat, obat yang
dierlukan ,keluaga siap dan mengkonfirmasi pada fasilitas yang akan menerima
rujukan
LANGKA 4: SKEMA
LANGKA 5: Menetapkan tujuan pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan:
1. Tanda-tanda kegawatdaruratan kardio respirasi (nisa)

2. Tindakan pertolongan kegawatdaruratan kardio respirasi (afifah)

3. Prinsip dan manajemen RJP (raisya)

4. Cara mengevaluasi tindakan RJP (cinta)

5. Askeb kegawatdaruratan kardio respirasi (resty)

6. Rujukan pada kegawatdaruratan kardio respirasi (aqila)


LANGKA 6: Berbagi hasil mengumpulkan informasi dan belajar mandiri
1. Mahasiwa mampu menjelaskan Tanda-Tanda Kegawatdaruratan
Kardiorespiratory
a. Henti jantung
Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung
secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk
memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Henti jantung berbeda
dengan serangan jantung, dimana serangan jantung adalah ketika arteri
coroner yang mensuplai darah ke jantung ter blok pada kebanyakan kasus
oleh adanya plak aterosklerosis, sehingga daerah otot jantung yang terkena
akan mati karena kurangnya suplai oksigen. Kebanyakan henti jantung pada
dewasa disebabkan karena seseorang tersebut pernah mengalami serangan
jantung dan dapat berkembang menjadi irama jantung yang berbahaya
sehingga timbul hentijantung. Irama jantung abnormal yang paling sering
menimbulkan henti jantunga dalah ventrikular takikardi tanpa denyut (VT)
dan ventrikular fibrilasi (VF) kemudian disusul oleh ventrikel asistol dan
berakhir dengan disosiasi elektro-mekanik.
Pada seseorang dengan henti jantung, terdapat beberapa tanda yang
ditunjukkan yaitu:
1) Pasien tidak sadar
2) Denyut arteri besar yang tidak teraba (a. karotis, a. femoralis)
3) Sianosis
4) Pernafasan berhenti atau gasping
b. Kegawatdaruratan Jalan Nafas
Kegawatdaruratan pada jalan nafas bisa diakibatkan oleh adanya
sumbatan jalan nafas, Sumbatan jalan napas dapat digolongkan sebagai
sumbatan jalan napas total dan sumbatan jalan napas parsial.
1) Sumbatan jalan napas parsial memiliki tanda sebagai berikut :
a) Pertukaran udara di perifer masih baik.
b) Masih ada suara napas.
c) Ditemukan suara napas tambahan saat inspirasi (gurgling atau
snoring).
2. Tindakan Pertolongan Kegawatdaruratan Kardiorespirasi
a. Bantuan Hidup Dasar
Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu tindakan pada
saat pasien ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar,
atau tidak bernafas, maka periksa respon pasien. Bila pasien tidak merespon,
aktifkan sistem darurat dan lakukan tindakan bantuan hidup dasar.
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk
membebaskan jalan nafas, membantu pernafasan dan mempertahankan
sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu.
Menurut AHA 2015 berikut ini adalah langkah-langkah dalam
memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) antara lain:
1) Menganalisis keamanan (Danger)
Memastikan keadaan aman baik bagi penolong, korban, maupun
lingkungan disekitarnya atau dikenal dengan istilah 3A (amankan diri,
amankan korban, amankan lingkungan). Keamanan penolong harus
diutamakan sebelum melakukan pertolongan terhadap korban agar tidak
menjadi korban selanjutnya.
2) Memeriksa respon korban (Respon)
Dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan verbal dan
nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan jika keadaan lingkungan benar-benar
sudah aman agar tidak membahayakan korban dan penolong.
Rangsangan verbal dilakukan dengan cara memanggil korban sambil
menepuk bahunnya. Apabila tidak ada respon, rangsangan nyeri dapat
diberikan dengan penekanan dengan keras di pangkal kuku atau
penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan
pada tulang sternum atau tulang dada.
3) Meminta Bantuan (Shout for help)
Jika korban tidak memberikan respon terhadap panggilan dan
rangsangan nyeri, segeralah meminta bantuan dengan cara berteriak
meminta tolong untuk segera mengaktifkan sistem gawat darurat.
4) Circulation :
a) Cek nadi.
Masyarakat awam tidak harus melakukan pemeriksaaan
terhadap nadi korban. Henti jantung ditegakkan apabila ditemukan
adanya korban tidak sadarkan diri dan pernafasannya tidak normal
tanpa memeriksa nadinya. Pada tenaga kesehatan dan orang awam
terlatih pemeriksaan nadi tidak lebih dari 10 detik pada nadi carotis
dan apabila ragu dengan hasil pemeriksaannya maka kompresi
dada harus segera dimula
b) Kompresi dada (RJP).
Dapat dilakukan apabila syaratnya terpenuhi yaitu : tidak
adanya nadi pada korban. Efektifitas kompresi dada maksimal
dilakukan jika posisi pasien dan penolong harus tepat. Pasien
ditempatkan pada permukaan yang datar dan keras, serta dengan
posisi supinasi (terlentang). Kedua lutut penolong berada
disamping dada korban. Letakkan 2 jari tangan di atas prosessus
xiphoideus (PX)/ di antara kedua putting susu. Letakkan kedua
telapak tangan dengan cara saling menumpuk, satu pangkal telapak
tangan diletakkan ditengah tulang sternum dan telapak tangan yang
satunya diletakkan di atas telapak tangan yang pertama dengan jari-
jari saling mengunci.
5) Airway control
Tindakan airway control dilakukan untuk membebaskan jalan
napas dari sumbatan. Sumbatan jalan napas dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu lidah atau benda asing yang menyumbat jalan napas.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah head tilt chin lift (untuk pasien
non trauma servikal) atau jaw thrust (dilakukan apabila korban dicurigai
mengalami cedera pada servikal).
6) Breathing support
Bantuan napas harus diberikan dalam waktu 1 detik. Tindakan
ini tidak harus dilakukan oleh masyarakat awam yang belum
mendapatkan pelatihan atau tidak percaya diri untuk melakukannya.
Pemberian napas bantuan harus cukup untuk meningkatkan
pengembangan dada. Pemberian dapat dilakukan secara mouth to mouth
dan mouth to barrier device breathing Bantuan napas untuk korban
henti napas tanpa henti jantung adalah 10-12 x/menit (1 bantuan napas
setiap 5-6 detik) pada korban dewasa. Korban anakanak atau bayi
dilakukan sebanyak 12-20 x/menit (1 bantuan napas setian 3-5 detik).
7) Recovery position
Dilakukan pada pasien tidak sadarkan diri setelah pernapasannya
normal dan sirkulasinya efektif. Posisi ini dibuat untuk menjaga patensi
jalan napas dan menurunkan risiko obstruksi jalan napas dan aspirasi.
Posisi korban harus stabil tanpa penekanan pada dada serta kepala yang
menggantung. Posisi ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
sumbatan dan jika ada cairan maka cairan tersebut akan mengalir
melalui mulut dan tidak masuk ke dalam saluran nafas. Tindakan ini
dilakukan setelah RJP. Indikasi penghentian RJP adalah pasien
meninggal, penolong kelelahan, atau bantuan datang.
Waktu dan ketepatan memberikan BHD/BHL sangat
menentukan perbaikan neurologist dan angka keselamatan, waktu untuk
RJP: 4 menit sejak kejadian henti jantung dan waktu untuk BHL: 8
menit setelah kejadian henti jantung.
3. Prinsip dan Manajemen RJP
a. Henti Napas
Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
1) Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi
(terutama hepatitis, HIV) karena itu harus memakai ”barrier device”
(alat perantara). Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen
hanya 18 %.
Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara
memijitnya dengan jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong
menarik dagu korban ke atas.
Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut
penolong ke atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban
secara pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban
sebagai akibat dari tiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan
bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu masuk ke dalam paru-
paru korban.
Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong
dari hidung korban. Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban
kembali ke posisi semula.
2) Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang
kemudian dihembuskan udara melalui jalan yang telah dibuat melalui
prosedur Krikotiroidektomi tadi.
3) Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan
bantuan face mask.
4) Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)
Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada
katup. Untuk mendapatkan penutupan masker yang baik, maka
sebaiknya masker dipegang satu petugas sedangkan petugas yang lain
memompa.
5) Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara
otomatis akan memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang
diinginkan. Bantuan jalan napas dilakukan dengan sebelumnya
mengevaluasi jalan napas korban apakah terdapat sumbatan atau tidak.
Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.
b. Henti Jantung
1) RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.
2) Lokasi titik tumpu kompresi. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal
Proc. Xiphoideus
3) Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari
telunjuk mengikuti
4) Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
5) Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat
di titik pijat jantung
6) Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada
korban
c. Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
1) Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
2) Tekan ke bawah sedalam 4-5 cmc) Tekanan tidak terlalu kuat
3) Tidak menyentak
4) Tidak bergeser / berubah tempat
5) Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
6) Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
7) Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
8) Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi
4. Cara melakukan evaluasi RJP
a. Evaluasi nadi dan tanda-tanda sirkulasi serta pernafasan setiap5 siklus 30: 2
b. jika nadi tidak teraba terus lakukan RJP
c. jika nadi teraba periksa pernafasan
d. Jika tidak ada pernapasan lakukan ventilasi 12x/menit
e. Jika nadi dan nafas ada, posisikan recovery
f. Pergantian kompresi dada dilakukan Minimal 2 menit( 5 siklus dengan ratio
30:2)
5. Asuhan kebidanan kegawatdaruratan kardiorespirasi
Asuhan Kebidanan
A. PENGKAJIAN DATA
1. DATA SUBJEKTIF
a. Keluhan Utama : Ibu mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri , sesak nafas,
pusing, rasa lelah serta sakit perut dan mual.
b. Riwayat keluhan utama
1) Ibu mengalami sakit kepala, pusing.
2) Ibu mengeluhkan nyeri dada dan sesak nafas.
2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : pusing
2) Kesadaran : tampak lemas
3) Observasi vital sign :
• Suhu : 36,5 0C TD : 130/100 mmHg
• Nadi : 88x/menit RR : 19X/menit
4) Bb : 67 kg
5) TB : 158 cm
2. Pemeriksaan fisik
1) Wajah : simetris, tidak oedema.
2) Mata
• Konjungtiva : merah muda
• Sklera : tidak ikterik
3) Telinga : simetris, bersih
4) Mulut : simetris dan berwarna merah muda
5) Leher : tidak ada luka bekas operasi dan tidak ada
pembengkakan kelenjer tiroid, limfe serta tidak ada pembesaran vena
jugularis.
6) Payudara
• Benjolan : tidak ada
• Putting susu : menonjol
7) Abdomen
• Luka operasi : tidak ada
– Eksremitas
• Varices : tidak ada
• Oedema : tidak ada
• Refleks : +/+
3. Pemeriksaan penunjang
‐ Kolesterol : 215 mg/dL
4. INTERPRETASI DATA DASAR
‐ Diagnosa : Ny. Lolita usia 53 TAHUN dengan nyeri akut
berhubungan dengan iskemia otot jantung
‐ Dasar :
1. Ibu mengatakan seing merasa sakit dan nyeri bagian dada
2. Ibu mengatakan sakit kepala, pusing, sesak nafas.
3. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah 130/100 mm/Hg
2. Nadi 88 x/menit
3. Suhu 36,50C
4. Pernafasan 19x/menit
5. Bb sekarang : 67 kg
6. Tb : 158 cm
3. Masalah : ibu merasa nyeri bagian dada dan mengeluhkan pusing dan sesak
nafas.
4. Kebutuhan : butuh penanganan dengan teknik relaksasi nafas dalam dan
rujukan segera
C. DIAGNOSA POTENSIAL
– Potensial terjadi jantung koroner (PJK)
D. TINDAKAN SEGERA
– Bantu klien dengan teknik relaksasi nafas dalam
– Observasi ttv
– Segera rujuk klien
E. PERENCANAAN
1. Observasi keadaan umum dan tanda– tanda vital
2. jelaskan tentang keadaan ibu.
3. Jelaskan kepada ibu bahwa ibu harus diet rendah garam, lemak serta
karbohidrat dan tinggi protein (kurangi makan daging).
4. anjurkan ibu untuk istirahat, anjurkan suami dan keluarga untuk
membantu ibu selama dalam perawatan dan memberikan dukungan moril,
mengontrol Intake dan Output.
5. Bantu klien dengan teknik relaksasi nafas dalam
6. Segera rujuk klien
F. PELAKSANAAN /IMPLEMENTASI
1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda vital ibu
2. Memberi penjelasan tentang keadaan ibu.
3. Memberi penjelasan kepada ibu bahwa ibu harus diet rendah garam, lemak
serta karbohidrat dan tinggi protein (kurangi makan daging).
4. menganjurkan ibu untuk istirahat, anjurkan suami dan keluarga untuk
membantu ibu selama dalam perawatan dan memberikan dukungan moril,
mengontrol Intake dan Output.
5. membantu klien dengan teknik relaksasi nafas dalam
6. Melakukan rujukan segera
G. EVALUASI
1. Pasien sudah diperiksa ttv nya
2. ibu paham megenai penjelasan bahwa ibu harus diet rendah garam, lemak
serta karbohidrat dan tinggi protein (kurangi makan daging).
3. ibu telah istirahat, suami dan keluarga membantu ibu selama dalam
perawatan dan memberikan dukungan moril, mengontrol Intake dan
Output.
4. Klien telah melakukan teknik relaksasi nafas dalam
5. Pasien telah dirujuk
6. Rujukan pada kegawatdaruratan kardiorespirasi
a. Sebelum melakukan rujukan harus komunikasikan dengan memberikan
informasi ke RS tujukan tentang identidas penderita, hasil anamnesias dan
penemuan awal pemeriksaaan
b. Lakukan stablilisasi ABCD
c. Transport yang dipiih harus yang sesuai
d. Perawatan selama perjalanan
e. Komunikasi dengan RS rujukan
f. Penderita dalam keadaan stabil saat akan dirujuk
g. Selama rujukan : monitor TTV, bantu kardio respirasi, pemberian
obatobatan sesuai instruksi dokter atau protap, dan melakukan komunikasi
dengan dokter selama transportsi
h. Setelah sampai di RS rujukan ,Laporkan prosedur tindakan yang telah
dilakukan
i. Dokumentasi : permasalahan penderita, terapi yang telah diberikan, keadaan
penderita saat akan dirujuk
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA2015


untuk CPR dan ECC. Circulation, 132(5), 293.

Ganthikumar, K. 2017, Indikasi dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP),


Intisari

Sains Medis, https://doi.org/10.15562/ism.v6i1.20 diakses pada 6 April 2020

Ika, Diedin Setyarini. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal,


Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehataan

Suwignjo, Purwo, Kualitas CPR Dewasa,


http://www.semnas.fkep.unpad.ac.id/materi/MATERI_CPR%20DEWASA
%20(EMNUR).pdf diakses pada 6 April 2020

Anda mungkin juga menyukai