Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH III

Khutbah Idul Fitri: Pesan Persaudaraan di Hari Lebaran


Khutbah I
ُّٰ ّ ‫ ) َُو‬٣(× ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
‫لِل اْل َح ْم ُده‬ ُ ) ٣(× ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
ُ ) ٣(× ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
ُ
‫ ا ْل همت َ َك ِّّف هُل‬،‫ظ َه َر ُهه ا ْل َع ْب ُده َو َما أ َ ْخفَاهه‬ ْ َ ‫ ا َّلذّى يَ ْعلَ هُم َما أ‬،‫صاهه‬ َ ‫ع‬ َ ‫ن خَالَفَ ُهه َو‬ ُْ ‫ ا ْل هم ْنتَق ُّّم ّم َّم‬،‫ضاهه‬ َ ‫ع ُهه َواتَّبَ َُع ّر‬ َ ‫طا‬ َ َ‫ن أ‬ ُْ ‫علَى َم‬ َ ‫لِل ا ْل هم ْنع ُّّم‬ُّٰ ّ ‫ا ْل َح ْم ُده‬
َ ‫ش َهادَُة‬ َ ‫ال للاهُ َو ْحدَُهه الَش َّريْكَُ لَ ُهه‬ َّ ٰ
ُ ّ‫ن آل إّلهَُ إ‬ َ َ
ُْ ‫أ ْش َهده أ‬. ‫طا ُهه‬ َ
َ ‫علَى َماأ ْع‬ َ ‫ أ ْح َمدهُهه سه ْب َحانَ ُهه َوتَعَالَى‬،‫ساهه‬ َ َ
َ ‫ق ّعبَا ّد ُّه فَلَُ يَتْ هركهُ أ َحدًاُ ّم ْن هه ُْم َوالَيَ ْن‬ ُّ ‫بّأ َ ْرزَ ا‬
‫علَى‬ َ ‫ َو‬،‫سيِّّ ّدنَا هم َح َّمد‬ َ ‫علَى‬ َ ‫س ّلِّ ُْم‬
َ ‫ل َو‬ ُِّّ ‫ص‬ َ ‫اللٰ هه َُّم‬. ‫طفَا ُهه‬ َ ‫ص‬ْ ‫للاه َوا‬ ُ ‫َار ُهه‬ َ ‫ع ْبدهُهه َو َرسه ْوله ُهه الَّذّي ا ْخت‬ َ ‫سيِّّدَنَا هم َح َّمدًا‬ َ ‫ن‬ َُّ َ ‫ َوأ َ ْش َه ُده أ‬،َ‫الَّ للا‬ ُ ّ‫ش إ‬َُ ‫عبْدُ لَ ُْم يَ ْخ‬ َ
‫للاه لَكه ُْم فّ ْي ُّه‬
ُ ‫ل‬ َُّ ‫ أ َ َح‬،‫ َو ّعيْدُ ك َّريْم‬،‫عظّ يْم‬ ‫م‬
ُ
َ َْ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬‫ه‬ٰ ُ
‫م‬ ‫ه‬ ‫ك‬
ْ َ َْ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬ ُ
‫ن‬َّ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ َ ‫ل‬‫ع‬ْ
ْ‫َ ه َ ه‬ ‫ا‬‫و‬ ُ
‫ه‬ ‫ا‬‫و‬ ْ
‫ق‬ َ ‫ت‬ َّ
ُ
‫ق‬ ‫ح‬
َ َ ُ
‫للا‬ ‫وا‬ ‫ه‬ ‫ق‬َّ ‫ت‬ ‫ا‬ ، ‫اس‬
‫ه‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ َ َ ْ َ ِّ ‫ٰا ّل َ َ ّ َ َ َ ه‬
‫ه‬ ‫ي‬
ُّ َ ‫أ‬ ‫آ‬ ‫ي‬ َ ‫ف‬ ،‫ه‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫م‬ َ ‫أ‬ ،‫ه‬ َ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫و‬ ُ
‫ن‬ْ ‫م‬ ‫و‬ ُ
‫ه‬
ّ ‫ب‬ ‫ح‬
ْ ‫ص‬ ‫و‬ ُ
‫ه‬
ّ
ُّ‫عظّ ِّ هم ْوُهه َوت ه ْوب ْهوا ّإلَىُ للا‬ َ ‫س ِّّب هح ْوا َربَّكه ُْم فّ ْي ُّه َو‬ َ َ‫ ف‬،‫ فَ هه َُو يَ ْو هُم ت َ ْس ّبيْحُ َوت َ ْح ّميْدُ َوت َ ْه ّليْلُ َوتَعْظّ يْمُ َوت َْم ّجيْد‬،‫ام‬ َ َ‫الصي‬ ِّ ّ ‫علَ ْيكه ُْم فّ ْي ُّه‬ َ ُ‫ َو َح َّر َم‬،‫ام‬ َّ ‫ال‬
َ ‫ط َع‬
‫َوا ْست َ ْغف هّر ْوُهه‬
Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Ungkapan syukur niscaya kita ungkapkan dengan ucapan Alhamdulillâhi rabbil âlamîn, karena
padaُdetikُiniُkitaُmasihُdiberikanُumurُpanjangُolehُAllahُsubhanahuُwata’alaُsehinggaُbisaُ
berjumpa dengan hari raya Idul Fitri. Bukan hanya nikmat umur panjang, nikmat lainnya yang
tidak bisa kita hitung satu per satu juga telah dikaruniakan kepada kita di antaranya adalah nikmat
Islam, iman, kesehatan, kesempatan, dan kemampuan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan
penuh di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan setelah kita menunaikan ibadah puasa, kita akan
mendapatkan predikat takwa yang menjadi orientasi utama rukun Islam yang keempat ini.
Tujuan berpuasa ini telah di tegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’anُsuratُAl-Baqarah ayat 183:
َُ‫ن قَ ْب ّلكه ُْم لَعَلَّكه ُْم تَتَّقهون‬
ُْ ‫علَى الَّذّينَُ ّم‬
َ ‫ّب‬ ِّ ّ ‫علَ ْيكه هُم ال‬
َُ ‫صيَا هُم َك َما كهت‬ َُ ‫يَا أَيُّ َها الَّذّينَُ آ َمنهوا كهت‬
َُ ‫ّب‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

‫لِل ا ْل َح ْم ُده‬
ُّٰ ّ ‫للاه أ َ ْكبَ هُر َو‬
ُ ،‫للاه أ َ ْكبَ هر‬
ُ ‫ َو‬،‫الَّ للاه‬ ُ ‫للاه أ َ ْكبَ هُر‬
ُ ّ‫الَ إّلهَُ إ‬ ُ ‫للاه أ َ ْكبَ هُر‬
ُ ‫للاه أ َ ْكبَ هُر‬
ُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,


Predikat takwa yang diraih oleh seseorang dalam puasa diperkuat lagi dengan kewajiban
menunaikan zakat fitrah di bulan Ramadhan untuk lebih membersihkan diri dari segala dosa. Jika
direnungkan lebih dalam, kedua ibadah ini, yakni zakat dan puasa memiliki tujuan yang mulia.
Bukan hanya berdimensi vertikal sebagai penghambaan pada Allah, namun juga berdimensi
horizontal yakni hubungan dengan sesama manusia. Kedua ibadah ini memiliki dimensi sosial dan
mampu menjadikan kuatnya persaudaraan antarsesama dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
Dimensi sosial dari ibadah puasa bisa kita lihat dari wujud kesadaran kita untuk ikut merasakan
kepedihan yang dirasakan banyak orang akibat tidak bisa makan dan minum. Kita diajarkan
melalui ibadah puasa, bagaimana rasanya haus dan lapar sehingga diharapkan akan tumbuh jiwa-
jiwa yang saling tenggang rasa, kemudian menumbuhkan pula kesadaran untuk saling membantu.
Apalagi di masa yang serba sulit saat ini, di mana pandemi Covid-19 belum juga usai. Sejak
munculnya virus Corona pada 1 Desember 2019 di China, berbagai sendi kehidupan manusia
terdampak di antaranya sektor ekonomi yang terus melemah. Hal ini tentu berakibat pada semakin
banyaknya orang, khususnya di sekitar kita yang menurun taraf ekonominya. Akibatnya, sebagian
dari mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk sekedar makan dan
minum.
Dalam ibadah puasa kita juga diajarkan bagaimana menahan nafsu dan keinginan kita. Madrasah
Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menjadi jiwa-jiwa yang luhur dan tidak mudah
menyakiti orang lain. Hal ini dilakukan dengan mempuasakan seluruh anggota tubuh, pikiran dan
hati kita. Mata harus dipuasakan dari pandangan sesuatu yang tercela dan dibenci syariat serta
melalaikan Allah subhanahu wata'ala. Lidah harus dipuasakan dari berbicara yang tidak
bermanfaat, melakukan kebohongan, menggunjing, mengumpat, berkata buruk, dan menebar
permusuhan serta menzalimi orang lain. Tangan harus dipuasakan dari berlaku zalim pada orang
lain, mengambil hak orang lain, dan tindakan yang merugikan orang lain. Begitu juga dengan
anggota tubuh lainnya.
Jika materi Madrasah Ramadhan ini bisa terus kita pupuk dan terus kita aplikasikan dalam
kehidupan kita pasca-Ramadhan, maka bisa dipastikan akan tumbuh kedamaian dan persaudaran
yang kokoh dengan orang lain. Jika kita benar-benar lulus dari latihan-latihan yang telah kita jalani
selama Ramadhan, maka akan memberi efek positif di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Semoga kita tidak menjadi orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa sebagaimana Sabda
Rasulullahُshallallâhuُ‘alaihiُwaُsallamُyangُdiriwayatkanُImamُAhmad:

ُ‫ش‬ َ َ‫ّال ا ْل هج ْوعه َوا ْلع‬


‫ط ه‬ ُ َّ ‫صيَا ّم ُّه ا‬ ُْ ‫ْس لَ ُهه ّم‬
ّ ‫ن‬ َُ ‫صائّمُ لَي‬ ُْ ‫َك ُْم ّم‬
َ ‫ن‬
Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya
kecuali hanya lapar dan haus".

‫لِل ْال َح ْم ُده‬


ُّٰ ّ ‫للاه أ َ ْك َب هُر َو‬
ُ ،‫للاه أ َ ْك َب هر‬
ُ ‫ َو‬،‫للاه أ َ ْك َب هُر الَُ ّإل َُه ّإالَُّ للاه‬
ُ ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
ُ ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
ُ
Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Sementara dimesi sosial dari zakat bisa kita lihat dari semangat kita berbagi melalui harta yang
telah dititipkan Allah SWT kepada kita. Di setiap Ramadhan dan Idul Fitri kita bisa lihat semangat
masyarakat yang tinggi untuk berzakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal. Tradisi berbagi
kebahagiaan dengan bersedekah berupa bingkisan, makanan, dan uang juga menjadi hal positif
yang sebaiknya kita terus pertahankan, bukan hanya saat ini saja. Budaya senang berbagi rezeki
ini akan memperkuat ukhuwah insaniyyah yang selanjutnya akan menumbuhkan kecintaan kepada
sesama.

Kita tidak boleh berfikir jika memberikan harta kita pada orang lain maka rezeki kita akan
berkurang. Kita harus sadar bahwa rezeki itu adalah rahasia Allah SWT yang diberikan kepada
orang-orang yang dikehendakinya. Masih banyak dari kita yang beranggapan bahwa hidup dan
rezeki adalah matematika yakni satu tambah satu sama dengan dua. Padahal rezeki dalam
kehidupan ini tidak bisa dihitung dengan ilmu matematika. Dalam hidup, terkadang 1+1 memang
2. Namun, bisa saja 1+1=11 atau 1+1 bisa jadi 0. Masing-masing rezeki manusia dan makhluk di
dunia ini sudah ditentukan oleh Allah. Rezeki tidak akan tertukar karena Allah telah membagi-
bagi rezeki kepada orang-orangُyangُdikehendaki.ُAllahُta’alaُberfirman,

ُ‫ساب‬ ُْ ‫ق َم‬
َ ّ‫ن يَشَا هُء ّبغَي ُّْر ح‬ ُ‫ّللا يَ ْر هز ه‬ َُّ ‫ّإ‬
ََُّ ‫ن‬

Artinya: Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa
batas.”ُ(QS.ُAliُ‘Imranُ[3]:ُ37).ُ
Allah juga sudah menegaskan banyak di dalam Al-Quran bahwa siapa yang mau bersedekah, maka
Allah akan melipatgandakan rezeki yang diterimanya. Seperti digambarkan dalam Al-Qur’anُyangُ
menjelaskan bahwa siapa saja yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan
membalasnya dengan 700 kali lipat. Hal ini memiliki artian, sekaligus membuka mata kita bahwa
hakikat memberi adalah menerima, semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak
kita menerima. Contoh ini digambarkan dalam Al-Qur’anُSurat Al-Baqarah ayat 261:

ُ‫ع ّليْم‬ ُٰ ‫ن يَّش َۤا هُءُۗ َو‬


َ ُ‫ّللاه َواسّع‬ ُْ ‫ّف ّل َم‬ ُٰ ‫ل سه ْۢ ْنبهلَةُ ّ ِّمائ َ ُةه َحبَّةُُۗ َو‬
ُ‫ّللاه يهضٰ ع ه‬ ُِّّ ‫ي كه‬
ُْ ّ‫ل ف‬
َُ ‫سنَا ّب‬
َ ‫س ْب َُع‬ ُْ ‫ل َحبَّةُ ا َ ْۢ ْنبَت‬
َ ‫َت‬ ُّ َ ‫ّللا َك َمث‬
ُّٰ ‫ل‬ُّ ‫س ّب ْي‬ ُْ ّ‫ل الَّ ّذيْنَُ يه ْن ّفقه ْونَُ ا َ ْم َوالَ هه ُْم ف‬
َ ‫ي‬ ُ‫َمث َ ه‬

Artinya : Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.
Di akhir ayat ini kita juga diingatkan dengan dua sifat Allah yakni Mahaluas dan Maha
Mengetahui. Lagi-lagi ini menguatkan agar kita tidak perlu khawatir terhadap rezeki, karena Allah
Mahaluas rahmat-Nya kepada hamba-Nya dan karunia-Nya tidak terhitung jumlahnya. Allah juga
Maha Mengetahui siapakah di antara hamba-hamba-Nya yang patut diberi pahala yang berlipat-
ganda, yaitu mereka yang suka menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan umum, untuk
menegakkan kebenaran, dan untuk kepentingan pendidikan bangsa dan agama.
Dalam Tafsir Al-Qur’anُKemenagُRIُditegaskanُAjaranُIslamُmengenaiُinfakُiniُsangatُtinggiُ
nilainya. Selain mengikis sifat-sifat yang tidak baik seperti kikir dan mementingkan diri sendiri,
infak juga menimbulkan kesadaran sosial yang mendalam, bahwa manusia senantiasa saling
membutuhkan, dan seseorang tidak akan dapat hidup seorang diri. Sebab itu harus ada sifat gotong-
royong dan saling memberi sehingga jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin dapat
ditiadakan, persaudaraan dapat dipupuk dengan hubungan yang lebih akrab.

Menafkahkan harta di jalan Allah, baik yang wajib seperti zakat, maupun yang sunah seperti
sedekah, yang dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat, untuk memberantas penyakit kemiskinan
dan kebodohan, untuk penyiaran agama Islam dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan adalah
sangat dituntut oleh agama, dan sangat dianjurkan oleh syara'. Sebab itu, banyak sekali ayat-ayat
Al-Qur'an yang membicarakan masalah ini, serta memberikan dorongan yang kuat dan
memberikan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana beruntungnya orang yang suka
berinfak dan betapa malangnya orang yang tidak mau menafkahkan hartanya.

‫لِل ا ْل َح ْم ُده‬
ُّٰ ّ ‫للاه أ َ ْك َب هُر َو‬
ُ ،‫للاه أ َ ْك َب هر‬
ُ ‫ َو‬،‫للاه أ َ ْك َب هُر الَُ ّإلهَُ ّإالَُّ للاه‬
ُ ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
ُ ‫للاه أ َ ْك َب هُر‬
ُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,


Untuk lebih menguatkan persaudaraan yang dihasilkan dari ibadah puasa dan zakat ini, mari kita
juga perkuat semangat persaudaraan dengan terus melakukan silaturahmi. Apalagi di hari lebaran
ini, budaya silaturahmi dengan saling maaf-memaafkan harus senantiasa kita pertahankan. Di
zaman modern saat ini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersilaturahmi. Perkembangan
teknologi saat ini mampu menjadi solusi dan sarana untuk memperkuat persaudaraan tanpa batas
waktu dan tempat.
Media internet khususnya media sosial seharusnya dimanfaatkan untuk hal-hal positif seperti
menjadi ajang silaturahmi, memperkuat persaudaraan, tukar menukar inspirasi dan informasi dan
hal-hal penting serta bermanfaat lainnya. Fenomena yang terjadi malah terbalik 180 derajat di
mana media sosial menjadi ajang perpecahan melalui hoaks, fitnah, caci maki. Padahal tidak ada
agama di dunia ini yang membenarkan perilaku itu semua.
Mari kita perkuat silaturahmi untuk menumbuhkan sikap saling pengertian. Jika kita kehilangan
sifat tasamuh atau saling pengertian maka kita akan merasa paling benar sendiri dan menuduh
orang lain salah. Inilah yang kemudian memunculkan sifat intoleran yang jika dibiarkan akan
memunculkan sikap radikal, ekstrem, dan berujung kepada tega menyakiti orang lain seperti sikap
para teroris.
‫‪Silaturahmi akan memunculkan silatul fikri yakni menyamakan dan menguatkan pemikiran, ide,‬‬
‫‪dan gagasan sehingga akan menemui titik temu kesepakatan. Silatur fikri kemudian akan‬‬
‫‪memunculkan Silatur ruh yakni hubungan spiritual dan jiwa antar sesama manusia yang akan‬‬
‫‪semakin mengokohkan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Silatur ruh akan mewujudkan‬‬
‫‪pesan Al-Qur’anُyangُdisebutkanُdalamُSuratُAl-Anbiya: 107:‬‬

‫ّال َر ْح َم ُةً ّلِّ ْل ٰعلَ ّميْنَُ‬


‫س ْل ٰنكَُ ا َّ ُ‬
‫َو َماُ ا َ ْر َ‬

‫‪Artinyaُ :ُ “Danُ Kamiُ tidakُmengutusُengkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat‬‬


‫‪bagiُseluruhُalam”.‬‬

‫‪Maasyiral Muslimin wal Muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,‬‬


‫‪Di akhir khutbah Idul Fitri ini, mari kita terus implementasikan makna hakiki dari ibadah puasa‬‬
‫‪dan zakat untuk kehidupan sehari-hari sehingga mampu memperkuat persaudaraan kita dengan‬‬
‫‪orang lain. Teriring doa semoga kita termasuk minal aizin wal faizin, yakni golongan orang yang‬‬
‫‪kembali suci dan beruntung mendapatkan perdikat takwa. Semoga kita suci dari dosa kepada Allah‬‬
‫‪dan dosa kepada sesama manusia. Amin.‬‬

‫ي القه ْر ُّ‬
‫آن ال َعظّ ي ُّْم َونَفَ َعن ُ‬
‫يّ‬ ‫ي َو َل هك ُْم فّ ُْ‬ ‫اركَُ للاُه ّل ُْ‬ ‫ي هز ْم َرةُّ عّبا َ ّد ّهُ ال همت َّ ّقيْنَُ ‪َ .‬ب َ‬ ‫َج َعلَنُا َ للاُه َو ّإياَّكه ُْم مّنَُ العاَئّ ّديْنَُ َوالفَآئ ّّزيْنَُ َوأَدْ َخلَنُا َ َواّيَّاكه ُْم فّ ُْ‬
‫ار َح ُْم َوا َ ْنتَُ َخي هْرُ‬
‫ب ا ْغف ُّْر َو ْ‬ ‫ل َر ُِّّ‬ ‫س ّم ْي هُع ال َع ّل ْي هُم ‪َ .‬وقه ُْ‬
‫ي َو ّم ْنكه ُْم تّلَ َوت َ ُهه اّ َّن ُهه ه َُهو ال َّ‬ ‫ت َوال ّذِّ ْك ُّر ال َح ّكي ُّْم ‪َ .‬وتَقَبَّ َلُ ّمنِّّ ُْ‬
‫َواّيِّاَكه ُْم ّب َمافّ ْي ُّه مّ نَُ اآليَا ُّ‬
‫الراحّ ّميْنَُ‬
‫َّ‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫للاه أ َ ْكبَ هُر َُو ّ ُّٰ‬


‫لِل اْل َح ْم ُده‬ ‫للاه أ َ ْكبَ هُر ×(‪ُ ) ٣‬‬
‫للاه أ َ ْكبَ هُر ×(‪ُ ) ٣‬‬
‫ُ‬

‫علَى َ‬
‫س ّيِّ ّدنَا‬ ‫س ِّّل ُْم َ‬‫ص ِّّلُ َو َ‬ ‫س ْولههه‪ ،‬اَللَّ هه َُّم َ‬ ‫ع ْبدهُهه َو َر ه‬ ‫ن هم َح َّمدًا َ‬ ‫للاه َوحْ دَُهه الَش َّريْكَُ لَ ُهه َوأ َ ْش َه ُده أ َ َُّ‬ ‫ن الَ ّإلَ َُه ّإالَُّ ُ‬ ‫لِل َربُِّّ ا ْل َعالَ ّميْنَ ‪ ،‬أ َ ْش َه ُده أ َ ُْ‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُدهُّ ُّٰ‬
‫ي ّكت َا ّب ُّه اْل َعظّ ي ُّْم‬ ‫الى فّ ُْ‬ ‫للاه ت َ َع َُ‬ ‫ل ُ‬ ‫ن ّإالَُّ َوأ َ ْنت ه ُْم هم ْس ّل هم ْونَُ قَا َُ‬ ‫ق تهقَاتّ ُّه َوالَُ ت َ هم ْوت ه َُّ‬ ‫ص َحا ّب ُّه أ َ ْج َم ّعيْنَُ ‪.‬فَيَا ّعبَا ُدَ للاُّ اّتَّقه ْوا للاَُ َح َُّ‬ ‫علَى آ ّل ُّه َوأ َ ْ‬ ‫هم َح َّمدُ َو َ‬
‫لى"‬‫ع َُ‬ ‫سيِّّ ّدنَا هم َح َّمدُ َو َ‬ ‫لى َ‬ ‫ع َُ‬ ‫ِّ‬
‫س ّل ُْم َ‬ ‫ل َو َ‬ ‫ص ُِّّ‬ ‫َّ‬
‫س ّل هم ْوا ت َ ْس ّل ْي ًمُا ‪".‬اَلل هه َُّم َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬
‫عل ْي ُّه َو َ‬‫صل ْوا َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ي ّ ‪,‬يَُا أيُّ َهُا ال ّذيْنَُ أ َمنه ْوا َ‬ ‫لى النَّبّ ُِّ‬ ‫ع َُ‬ ‫صل ْونَُ َ‬‫ُّ‬ ‫للاَ َو َملَئّ َكت َ ُهه يه َ‬ ‫ن ُ‬ ‫إّ َُّ‬
‫الراحّ ّميْنَُ‬ ‫َ‬
‫عل ْينَُا َمعَ هه ُْم بّ َر ْح َمتّكَُ يَُا ا ْر َح َُم َّ‬ ‫َ‬ ‫ْن ‪َ .‬و َ‬‫لى يَ ْو ُّم ال ّدِّي ُّ‬ ‫سانُ إّ َُ‬ ‫ن تَبّعَ هه ُْم بّإّحْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫ص َحابّ ُّه أ ْج َم ّعيْنَُ ‪َ .‬والتابّ ّعيْنَُ َوت َابّ ُّع التابّ ّعيْنَُ َو َم ُ‬ ‫َ‬ ‫ً‬
‫ا َ ّل ُّه َوأ ْ‬
‫اض َُ‬
‫ي‬ ‫ت َيا قَ ّ‬ ‫ع َوا ُّ‬ ‫جيْبهُ الدَّ َ‬ ‫س ّميْعُ قَ ّريْبُ هم ُّ‬ ‫ت ّإنَّكَُ َ‬ ‫ت ‪,‬ا َ ْْل َ ْح َياءُّ ّم ْن هه ُْم َواْْل َ ْم َوا ُّ‬ ‫ت ‪َ ,‬واْل همؤْ مّ نّيْنَُ َواْل همؤْ ّمنَا ُّ‬ ‫اَللَّ هه َُّم ا ْغف ُّْر ّل ْل هم ْسلّمّ يْنَُ َواْل هم ْسلّما َ ُّ‬
‫اب النَّ ُّ‬
‫ار‬ ‫عذَ َُ‬ ‫سنَ ُة َوقّنَا َ‬ ‫ً‬ ‫سنَ ُة َوفّي اْآلخّ َرةُّ َح َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬
‫ق َوأ ْنتَُ َخي هُْر اْلفَاتّحّ يْنَُ ‪َ .‬ربَّنَا أتّنَا فّي الدُّ ْنيَا َح َ‬ ‫َ‬ ‫ح بَ ْينَنَُا َوبَيْنَُ قَ ْو ّمنَا بّاْل َح ُِّّ‬ ‫ت ‪َ .‬ربَّنَا ا ْفت َ ُْ‬ ‫اْل َحا َجا ُّ‬
‫ه‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ي ّ يَ ّعظك ُْم لعَلك ُْم تَذك هر ْونَُ ‪.‬فَاذك هر ْوا ُ‬
‫للاَ‬ ‫ه‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ن الفَ ْحشَاءُّ َوال همنك َُّر َوالبَغ ُ‬ ‫ْ‬ ‫ع ُّ‬ ‫هى َ‬ ‫ْ‬
‫بى َويَن َُ‬ ‫ه‬ ‫ْ‬
‫َاء ذّي الق ْر َُ‬ ‫ان َوإّ ْيت ُّ‬ ‫س ُّ‬‫ل َوا ّإلحْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ن للاَُ يَأ هم هُر بّالعَدْ ُّ‬ ‫ّعبَا ُدَ للاُّ إّ َُّ‬
‫للا أ َ ْك َب هُر‬
‫َيذْكه ْركه ُْم َوادْع ْهو ُهه َي ْست َّجبُْ لَكه ُْم َولَ ّذ ْك هُر ُّ‬
‫‪H. Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung‬‬

Anda mungkin juga menyukai