Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 BANGIL
Jl. Tongkol No.03 Telp. 0343-744144 Fax. 0343-743133 Bangil
Email : smknesaba@yahoo.com
KABUPATEN PASURUAN Kode Pos : 67153

 Project antar mapel : PEMENTASAN DRAMA SEJARAH


1. Untung Surapati
2. Sakera

 Deskripsi project:
Mementaskan satu judul drama tanpa teks dengan membuat atau mengembangkan
naskah cerita yang disediakan di bawah ini dengan muatan Sejarah, Bahasa
Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Agama Islam.

 Ketentuan:
1. Drama dimainkan berkelompok. Tiap kelompok terdiri dari 18 siswa
2. Durasi drama minimal 20 menit. Maksimal 30 menit.
3. Dipentaskan tanpa script sesuai dengan jadwal
4. Pemain menggunakan nomor absen yang dipasang di dada
5. Semua pemain memakai kostum sesuai peran
6. Direkam dan diedit dg credit dibagian belakang seperti:
Cameramen: (nama dan nomor absen siswa)
Editor video: (nama dan nomor absen siswa)
Narrator : (nama dan nomor absen siswa)
Pemeran : 1. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Untung Surapati
2. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Kapten Moor
3. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Pangeran Rongosoeto
4. (nama dan nomor absen siswa) sebagai saudagar
5. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Suzane
6. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Sultan Cirebon
7. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Surapati
8. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Raden Mas Rahmat
(Amangkurat III)
9. (nama dan nomor absen siswa) sebagai Anrangkusumo
10.(nama dan nomor absen siswa) sebagai Mayor Goovert Knole
11. (nama dan nomor absen siswa) sebagai teman Untung
12. (nama dan nomor absen siswa) sebagai teman Untung
13. (nama dan nomor absen siswa) sebagai teman Untung
14.(nama dan nomor absen siswa) sebagai Kapten Tak
15.(nama dan nomor absen siswa) sebagai Kapten Knole
16.(nama dan nomor absen siswa) sebagai serdadu Belanda
17. (nama dan nomor absen siswa) sebagai serdadu Belanda
18. (nama dan nomor absen siswa) sebagai serdadu Belanda
7. Di upload ke Youtube dengan judul: PROJECT KREATIF P5BK
#P5BKSMKN1BANGIL
#KELASJURUSAN contoh #XRPL
#SMKBISA
8. Link Youtube dikumpulkan ke grup kelas dan link https://bit.ly/3MsSObG
9. Siswa diwajibkan berkonsultasi dengan guru pengajar beberapa hari sebelum tampil
10. Nama Mata Pelajaran dan kelas yang mengikuti project Drama
Kelas Mapel
X OTR B Indonesia (B.Alivia), B Inggris (B. Rahma), Sejarah (P.Wahyudi), PKn
(B.Yonita), B. Jawa (B.Astri), Seni Budaya (P.Bassam)
X TM B Indonesia (B.Alivia), B Inggris (B. Rahma), Sejarah (P.Wahyudi), PKn
(B.Yonita), B. Jawa (B.Astri), Seni Budaya (P.Bassam)
X TEI PKn, Seni Budaya (B. Eka), Sejarah (P.Wahyudi)
X TB PAI (P. Athar), Seni Budaya (B.Devika), B. Jawa (B.Astri), Sejarah(B. Min)
X MM Seni Budaya (B.Devika), PKn (B. Yonita), B. Jawa (B.Alivia), Sejarah (B.
Min)
X PSPT Seni Budaya (B.Devika), B. Jawa (B. Astri), Sejarah(B. Min)
X RPL B. Inggris (B. Rahma), Seni Budaya(P.Bassam), Sejarah(P.Wahyudi), B. Jawa
(B.Astri), PKn (B. Yonita)
X TITL Seni Budaya (P.Bassam), Sejarah (P.Wahyudi), PKn, B. Jawa (B.Astri)
X TKJ Seni Budaya (P.Bassam), B. Jawa (B.Astri), B.Indonesia (B.Wiwik), PKn,
Sejarah (B.Min)
XI TKJ B. Indonesia (B.Alivia), B.Inggris (B.Rahma), PKn (B. Yonita), B. Jawa
(B.Ismil), PAI (P.Athar)
XI RPL B.Inggris (B.Rahma), PKn (B.Yonita), B. Jawa (B.Ismil), PAI (P.Athar)

Script 1:

UNTUNG SUROPATI: GUGUR PAHLAWAN DI BUMI PASURUAN

Narrator:

“ Bermula dari seorang budak belian yang berasal dari pulau Bali. Sejak berusia tujuh tahun, si
budak kecil dibeli oleh pegawai VOC di Batavia bernama Kapten Moor untuk dijadikan pelayan.
Karena dianggap membawa keberuntungan bagi Kapten Edele Heer Moor, budak kecil tersebut
kemudian diangkat sebagai anak dan diberi nama Untung.“

Saudagar, “ Good afternoon Captain. How’s life?”

Kapten Moor, “Good morning Sir. I am fine. Thanks. Come in please and have a seat.”

Saudagar,“Thanks, Captain.”
Kapten Moor, “How have you been? Long time no see.”

Saudagar, “I have been traveling to Bali for business with this 7 years old boy. He helped me a
lot. He is smart and credible.”

Kapten Moor, “lucky you. May I have him here to help me? I need an assistant.”

Saudagar, “Sure, Captain. But I haven’t given him a name.”

Kapten Moor, Okay I will call him Untung means lucky. I hope he will bring me lots of luck.”

Beranjak dewasa, banyak perilaku Untung yang tidak disukai oleh Kapten Moor. Terlebih ketika
mengetahui bahwa Untung terjerat asmara dengan anak Kapten Moor bernama Suzane. Suzane
yang menyimpan rasa kepada Untung selalu memberikan harta lebih yang kemudian oleh
Untung dibagikan kepada teman-teman sesama budak belian.

Suzane: “Hi Untung come here. I have some money and gold for you.”

Untung: “Thanks a lot Miss. You are very kind and beautiful. I will share it with my maid friends
too” (sambil memberi isyarat sarange memakai jempol dan jari telunjuk).

Suzanne: “ That’s very kind of you Untung.”

Untung ke teman-temannya (berbisik), “Hai kawan sini, ini ada uang dan emas dari nona Suzane.
Jangan sampai Kapten Moor tahu atau aku dan nona akan dihukum.”

Teman-teman Untung, “ Alhamdulillah. Terimakasih banyak Untung. Ini berkah jadi orang sabar
dan ikhlas ikut Untung.”

Teman Untung, “Tapi lama kelamaan Kapten Moore akan tahu hubungan kalian dan hati-hati ini
akan membahayakanmu dan kita semua.”

Untung, “Aku sudah siap dengan itu. Kalian tidak perlu khawatir. Niatku memang ingin
melawan Belanda dan membebaskan rakyat dari cengkraman VOC. Kita tidak boleh jadi budak
lagi. Kita harus memanfaatkan Suzanne untuk mengambil senjata dan perbekalan seperti harta.”

Teman-teman Untung, “Kami selalu mendukungmu Untung. Kita berjuang bersama. Allah
bersama kita. Melawan penjajah merupakan jihad di jalan Allah. Kita matipun syahid.
Balasannya surga. Kehormatan kita juga tidak diinjak-injak lagi.”

Untung dan temannya mencoba mencuri senjata, “Ayo kita mencuri senjata di gudang serdadu
untuk menyerang mereka.”

Mengetahui tindakan Untung yang semakin menyimpang, Kapten Moor kemudian


memenjarakan Untung bersama enam puluh pengikutnya.
Kapten Moore kepada serdadu, “You have to get Untung and his sixty people because he has
stolen the weapons.”

Serdadu, “Yes Sir.”

Serdadu Belanda berhasil mengepung Untung yang sedang berbincang santai setelah Shalat
Magrib berjamaah dengan ke enam puluh temannya.

Serdadu, “Menyerahlah Untung atau kamu kami tembak.”

Untung tidak melawan karena yakin akan kesetiaan temannya


yang tidak tertangkap akan membebaskan dia. Dengan bantuan
Suzanne dan beberapa temannya,Untung berhasil melarikan
diri dari penjara dan bersembunyi di hutan. Pengejaran dan
pertempuran sengit antara tentara kompeni dan pasukan
Untung tak terelakkan lagi.

Untung dan teman-teman teriak takbir, “ Allahu Akbar.


Seraaaang.”

Meskipun jumlah tentara Belanda lebih banyak, kesigapan pasukan Untung dapat mengalahkan
para kompeni.

Serdadu, “I am sorry Captain, we lost Untung. He and his friends were too strong.”

Kapten Moore marah, “Damn! How could you lose in fighting with Untung? Now, take 100
soldiers with you to get Untung Dead or alive, he is the Holland’s Government most wanted
now.”

Untung, “Teman-teman serdadu Belanda semakin banyak dikerahkan untuk memburu kita. Kita
harus keluar dari Batavia menuju Cirebon.”

Teman Untung, “Aku setuju, Sultan Cirebon dikenal baik hati dan juga muslim yang taat. Mari
kita meminta perlindungan dan bantuan melawan Belanda.”

Narrator:

Sultan Cirebon mempunyai abdi kesayangan yang diangkat sebagai anak bernama Suropati.
Karena terlalu dimanja, Suropati tumbuh menjadi anak yang sewenang. Suatu ketika di
perbatasan masuk menuju kota Cirebon, Untung dihadang oleh Suropati dan pengawalnya dan
terjadi keributan.

Surapati, “Hai siapa kamu masuk ke wilayah kesultanan Cirebon tanpa ijin?”

Untung, “Mohon maaf, saya Untung. Saya datang memohon perlindungan kepada Sultan dari
kejaran serdadu kapten Moor.”
Surapati, “Orang rendahan sepertimu tidak pantas menghadap ayahandaku. Hadapilah
masalahmu sendiri. Jangan bawa masalah dan membawa kesialan di kesultanan ini.” (sambil
meludah).

Untung, “Janganlah Anda menghina dan menghakimi bangsa Anda sendiri Tuan.”

Surapati, “Ah banyak omong kau.” (langsung menyerang Untung diikuti anak buahnya)

Untung lebih kuat. Surapati terdesak dan melarikan diri ke istana untuk melaporkan kejadian
tersebut kepada ayahandanya. Untung bersama pengikutnya pun mengejar Suropati memasuki
istana Sultan Cirebon.

Surapati, “Ayah, para penyusup ini melakukan keributan dengan memaksa masuk wilayah
kesultanan Cirebon. Aku menghadang mereka dan mereka melawan jadi kami bertarung tapi
mereka kuat.”

Untung menghadap Paduka Sultan, “Mohon maaf yang Mulia Sultan, kedatangan saya kemari
memohon perlindungan dari kejaran Belanda namun tadi dihina dan diserang oleh putra Paduka
sehingga terjadi keributan.”

Sultan Cirebon, “Maaf dengan berat hati aku tidak dapat memenuhi permohonanmu karena
kekuatan Cirebon masih belum siap. Pergilah ke Timur, mintalah perlindungan kerajaan
Mataram. Surapati akan aku hukum mati karena berperangai buruk dan mencemarkan nama baik
negara. Sebagai bentuk penghormatan aku berikan nama Suropati kepadamu. Mulai sekarang
namamu Untung Suropati. Doa dan restuku bersamamu dan pasukanmu. Semoga Allah
senantiasa melindungimu dan memberimu kemenangan.”

Untung, “Terima kasih Paduka Sultan. Hamba mohon ijin undur diri melanjutkan perjalanan ke
Mataram.”

Saat itu, Mataram dipimpin raja bernama Raden Mas Rahmat yang bergelar Amangkurat II.
Amangkurat II bersikap kurang senang dengan orang Belanda (VOC).

Abdi dalem, “Nyuwun pangapunten Sinuwun, menika Untung Suropati ngersakaken sowan
kaliyan Sinuwun.”

Raden Mas Rahmat, “Sumanggakne.”

Untung, “Nuwun Sewu Sinuwun, kawula dating mriki nyuwun perlindungan saking serdadu
Belanda kaliyan dukungan Sinuwun melawan Belanda”

Raden Mas Rahmat, “Aku gak seneng VOC nguasai ekonomi lan
militer Mataram. Nanging aku ora iso terang-terangan musuhi VOC.
Syukur kowe mrene iso wujudke kekarepanku ngalahke Belanda. Tak
angkat kowe dadi abdi kerajaan Mataram.”
Untung,"Matursembah nuwun Sinuwun. Titah Sinuwun bakal kawulo wujudaken."

Sementara Itu Belanda Marah dan Jendral VOC di Batavia mengutus Kaptek Tak menangkap
Untung di Mataram.

Jendral VOC Batavia, “Kapten Tak go to Mataram and get Untung.”

Kapten Tak, “Okay Sir.”

Karena tidak ingin menyerahkan Untung Suropati kepada tentara kompeni, Amangkurat II
bersama Pangeran Puger menyusun siasat.

Raden Mas Rahmat ke Pangeran Puger, “Pangeran Puger terke Untung Suropati marang
Kartasura panggone Patih Arya Anrangkusuma. Awak dewe kudu yakino kompeni nek kene
melu nguber Untung Suropati pemberontak kompeni.”

Pangeran Puger, “Sendiko dawuh sinuwun. Kawulo kalian Untung tindak dateng Kartasura
nyamar dados rakyat jelata kaliyan pedagang kersane mboten ketenger. Sedanten persenjataan
disalap dalem peti.”

Raden Mas Rahmat, “Enggal budal sak durunge kompeni rene. Kowe entuk restuku.”

Pangeran Puger, “Matursembah nuwun Sinuwun, kulo pamit.”

Untung, “Matur sembah nuwun Raden. Pangapunten ingkang agung.”

Adegan Pertempuran antara pasukan Kapten Tak dan Untung Suropati pun pecah:

Pertempuran antara Untung Suropati dengan pasukan kapten


Tak terjadi pada tahun 1686 M. Sebanyak 200 bala tentara dari
Mandura dan Surabaya menggempur istana di Kartasura.
Untung Suropati bersama pasukan Patih Anrangkusuma
mengimbanginya dengan perlawanan yang sengit. Sampai
akhirnya bala tentara kompeni dapat dipukul mundur. Untung
Suropati yang tengah mengamuk layaknya Banteng
Ketaton menyerang tentara kompeni dengan senjata keris nya. Dalam pertempuran ini, tentara
kompeni mengalami kekalahan dan banyak pasukan yang tewas. Kapten Brikman dari pihak
kompeni tewas terkena tikaman keris Untung Suropati. Sedangkan Kapten Tak yang tidak
mempan dengan senjata keris akhirnya berhasil dibunuh oleh Pangeran Puger yang
menggunakan tombak Kyai Plered.

Pangeran Puger, “Bismillah.Kapten Tak, rasakno tombak Kyai Pleredku ki.”

Setelah pertempuran selesai, Untung Suropati dan Anrangkusumo dipanggil Amangkurat II


(Raden Mas Rahmat) untuk menghadap ke Istana.
Raden Mas Rahmat ke Untung dan Anrangkusumo, “Sugeng Rawuh poro satrio sakti
mandraguno. Tirakat lan takwamu marang gusti Allah dadekne Ridho Gusti Allah menehi
menang. Saiki Untung kowe bakal diuber luweh akeh prajurit kompeni. Kowe lan
Anrangkusumo berangkat marang daerah Pasuruhan. Kowe tak wenehi gelar Tumenggung
Wiranegara Bupati di Pasuruhan ganteni adipati Anggajaya sing mlayu nang Surabaya.”

Untung, “Sendiko dawuh sinuwun. Restu panjenengan, Kawulo badhe nyuwun pengakuan
saking daerah sekitar Pasuruhan kados Bangil, Prabalingga, Ngantang, Pajarakan, kaliyan daerah
sekitar Gunung Wilis,Blambangan kaliyan Madiun.”

Raden Mas Rahmat, “ Tak dongakne lelakumu kasil. Sing ngati-ati.”

Untung, “Matursembah nuwun, kulo nyuwun pamit.”

Tahun 1706 pemerintah Belanda Kembali melakukan ekspedisi untuk menangkap Untung
Suropati dan Amangkurat III dengan mengutus komisaris Mayor Goovert Knole yang mendarat
di Surabaya.

Mayor Goovert Knole kepada serdadu, “Kita sudah di Surabaya sekarang untuk menangkap
Untung yang lama menjadi buronan dan Raden Mas Rahmat (Amangkurat III). Dia sekarang
menjadi Bupati di Pasuruhan bernama Tumenggung
Wiranegara atas perintah Amangkurat III. Di bawah
kepemimpinan Untung Suropati wilayah Pasuruhan semakin
berkembang menjadi pusat perekonomian dan Bangil menjadi
daerah yang ramai.”

Serdadu, “Baik Tuan.”

Bersama dengan Adipati Surabaya dan Mandura, pasukan komisaris Knole melakukan
penyerangan ke Pasuruhan. Pada 16 Oktober 1706, pertempuran berdarah antara Belanda dan
pasukan Untung Suropati terjadi di Bangil.

Mayor Knole, “ Adipati Surabaya dan Mandura, ayo kita serang Untung di Pasuruhan. Dia ada
di Bangil.”

Serangan Belanda membuat pasukan Untung Suropati kocar-kacir melarikan diri ke wilayah


Pasuruhan.

Untung ke pasukannya, “Ayo kita mundur. Kekuatan kita kalah. Bahuku terluka parah.”

Pasukan, “Mari kita bopong Untung. Lukanya parah dan dia sudah lemah. Kita sembunyi ke
daerah Randu Telu.”

Selang tiga minggu, tepatnya 15 November 1706 Untung Suropati meninggal dan dimakamkan
di belakang Kebon Agung (sebelah Barat Daya Mancilang).
Untung, “Teman-teman, sepertinya waktuku sudah dekat. Aku sudah tidak kuat lagi. Ya Allah.”

Pasukan Untung (teman-temannya), “Innalillahi wa Innailaihi Roji’un. Untung telah


meninggal. Mari kita sucikan dan shalatkan. ”

Berkat jasa dan kegigihannya melawan VOC dan Belanda, Untung Suropati digelari sebagai
Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 106/TK/1975 pada tanggal 03
November 1975.

Sumber Rujukan

Maslihatin, A. 2020. Untung Surapati: Disadur Berdasarkan Naskah Babad Untung Surapati.


Jakarta: Perpusnas Press.

Puteri, R.K.S. & Amellia, D.S. 2020. Pasuruan 1830: Catatan H. J. Domis (suntingan Teks dan
Alih Bahasa). Jakarta: Perpusnas Press.

Sudibjo, Z.H. & Soeparmo, R. 1981. Babad Trunajaya – Surapati (alih aksara dan bahasa).
Jakarta: Balai Pustaka.

Suryana, D. 2012. Bali: Bali dan Sekitarnya. Copyright. 2012.


Cerita Sakera
Dulu ada seorang pemuda dari Pulau Madura yang merantau ke Jawa
Timur. Pemuda itu bernama Sakera. Dia meninggalkan kampung
halamannya untuk mengadu nasib di pulau seberang. Bukan hanya Sakera
saja, merantau sudah sejak lama merupakan  tradisi orang-orang  Madura.
Mereka ada yang merantau ke Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Bahkan sebagian dari mereka merantau sampai ke Sulawesi, Kalimantan
bahkan ke Irian Jaya.

Ketika perjalanan Sakera sampai di Rembang, Pasuruan, ia merasa cocok dengan suasana tempat
tersebut. Hamparan kebun-kebun tebu dan hijaunya lahan persawahan yang ditanami padi
membuat sakera jatuh cinta pada tanah rembang. Tentu saja, pemandangan seperti itu tidak ia
jumpai dikampung halamannya yang tandus. Tanaman padi dan palawija enggan tumuh ditanak
Madura yang tandus dan berkapur.

“ Batapa suburnya tanah disini,” desah Sakera membatin.

Bukan hanya alamnya yang menarik hati Sakera. Ternyata ia merasa tidak asing dengan penduduk
Rembang karena sebagian dari penduduknya juga berasal dari Madura. Akhirnya Sakera
memutuskan untuk menetap di Rembang. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia bekerja sebagai
mandor perkebunan tebu milik Belanda. Pekerjaan utama Sakera adalah mengawasi pengairan
lahan perkebunan tebu.

Belum terlalu lama ekerja sebagai mandor


perkebunan tebu, Sakera bertemu dengan seorang
pemuda bernama Brodin. Karenamerasa cocok,
keduanya kemudian berteman baik. Bukan hanya itu
saja selang beberapa bulan kemudian Sakera
bertemu dengan seorang gadis Rembang bernama
Marlena. Rupanya diantara kedua insane berlainan
jenis itu ada getaran cinta yang tak tertahankan. Tak
lama kemudian sakera mempersunting Marlena.
Mereka menjadi pasangan yang hidup bahagia
meskipun tidak berlimpah harta.

Membela Kaum Tertindas


Setelah sekian lama bekerja diperkabunan tebu milik Belanda, Sakera menemukan ketidakjujuran
para atasannya. Awalnya ia hanya mendiamkan saja melihat kecurangan yang dilakukan oleh
belanda kepada para pekerjanya. Tetapi kejadian tersebut terus berlanjut sampai akhirnya gaji para
pekerja disunat. Melihat kenyataan tersebut, Sakera tergerak hatinya untuk menolong para pekerja.
Ia menyadari, kalau hanya berdiam diri saja tanpa berbuat sesuatu justru akan semakin membari
kesempatan pegawai Belanda untu memperbesar kecuragannya.

Akhirnya dengan keberaniannya, Sakera memutuskan untuk mencari dalang dari ketidakjujuran
pegawai Belanda yang semakin menyengsarak para pekerja. Setelah lama mencari dan menyelidiki
kasus kecurangan yang terjadi , akhirnya Sakera berhasil menemukan dalang kecurangan tersebut.
Awalnya pegawai Belanda yang berbuat curang itu mengelak dan tidak terima saat kedoknya
mengancam akan mengadukan Sakera ke atasannya, Namun Sakera tak ancaman tersebut.

Perseteruan antara Sakera dengan pegawai Belanda yang berbuat curang itu semakin hari semakin
meruncing. Sampai pada suatu ketika perseturuan itu berjuang pada pertumpuan darah. Sakera
terpaksa menghabisi pegawai Belanda itu dengan celuritanya ketika ia ditentang berkelahi.

Kejadian itu terjadi di dalam kantor pegawai Belanda itu sendiri. Ketika itu Sakera bermaksud
menuntaskan masalah kecurangan yang dilakukan oleh pegawai Belanda. Namun tanpa disangka,
pegawai Belanda itu naik pitam dan mengancam Sakera dengan pistolnya. Sebelum pistol pegawai
Belanda itu menyalak, clurit Sakera terlebih dahulu mencium leher pegawai Belanda itu hingga
tewas bersimbah darah.

Mereka aneh dengan tingkah laku Sakera saat yang keluar


dariruangan pegawai Belanda dengan baju yang berlumur darah, salah
seorang pegawai Belanda lainnya mencari tahu. Dan betapa kagetnya
saat ia melihat pimpinannya terbujur kaku di dalam ruangan yang baru
saja ditinggalkan Sakera. Tanpa menunggu lama, pegawai itu
langsung melaporkan perbuatan Sakera yang dengan kejam
membunuh pimpinannya. Akhirnya Salera dijebloskan ke dalam
penjara.

Bagi Sakera penjara merupakan resiko yang harus dia terima dari
perjuangannya membela pekerja kebun teu yang tertindas. Sementara itu, para pekerja tebu
bersuka ria atas tewasnya salah seorang pegawai Belanda yang selama ini telah menyengsarakan
hidup mereka. Mereka sepenuhnya mendukung perjuangan Sakera dalam membela nasib mereka
yang dipermainkan oleh pegawai Belanda tersebut.” Hidup Sakera.Hidup Sakera……….” Teriak
merea mendukung Sakera.

Sebelum dijebloskan ke penjara Sakera berpesan kepada sahabat baiknya,Brodin, untuk menjaga
dengan baik istrinya, Marlena. Pesan Sakera itu selalu oleh Brodin sehingga setiap pagi sebelum
berangkat kerja dia selalu menyempatkan diri untuk singgah sebentar ke rumah Sakera. Dan setiap
pagi juga Marlena selalu membuatkan sarapan untuk Brodin.

Kebiasaan ini berlangsung setiap hati, bahkan Brodin semakin sering mengunjungi Marlena.
Marlena senang – senang saja karena mendapat perhatian meskipun bukan dari suaminya,
melainkan dari sahabat suaminya. Namun, lama – kelamaan Marlena merasa perhatian yang
diberikan Brodin lebih besar daripada perhatian Sakera selama ini. Dia merasa bahagia mendapat
perhatian dari Brodin.
 
Terlebih lagi, semenjak Sakera dijebloskan ke penjara Marlena merasa kesepian. Marlena
terombang – ambing dalam menunggu seseorang yang belum pasti akan kembali atau tidak. Busa
saja sakera dihukum seumur hidupnya. Sampai akhirnya Marlena memutuskan untuk berusaha
melupakan Sakera. Kemudian Marlena mencoba membuka hati untuk seseorang yang pasti akan
memberikan kasih sayang kepadanya setiap saat, yaitu Brodin.

Hal yang tidak disangka – sangka oleh Marlena akhirnya terjadi. Sakera dibebaskan karena dari
hasil penyelidiki kasus kecurangan pegawai Belanda – yang sebelumnya dipakai alasan Sakera
untuk membelah diri – menemukan bukti – bukti yang menguatkan kasus tersebut. Akhirnya
komplotan  pegawai Belanda lainnya yang melakukan kecurangan juga dijebloskan ke dalam
penjara.
 
Sementara itu, Sakera yang tidak bias menahan kegembiraannya
langsung pulang kerumahnya untuk segera menemui istri tercintanya,
Marlena. Dalam perjalanan pulang Sakera sudah membayangkan bahwa
Marlena akan terkejut saat melihatnya pulang ke rumah tanpa
pengawalan polisi. Namun keindahan yang dibayangkan oleh Sakera tiba
– tiba pudar. Ketika baru saja menginjakkan kaki di rumahnya, mata
Sakera melihat Marlena dab Brodin sedang bermesraan.

Tentu saja hal itu membuat amrah Sakera memuncak. Sakera kecewa
kepada istrinya yang telah menghianati kesetiannya. Ia sama sekali tidak
percaya bahwa Marlena telah meragukannya dan tidak percaya lagi
kepadanya. Saakera juga kecewa kepada Brodin, sahabatnya, yang telah
dipercaya untuk menjaga istrinya tetapi malah menghancurkan hidupnya
berselingkuh dengan Marlena.
 
Brodin yang juga kaget melihat Sakera dengan wajah geram itu kontan
saja keluar dari rumah Sakera. Setelah Brodin kelur, Sakera marah besar kepada istrinya.
Beberapa hari kemudian Sakera memutuskan mencari Brodin. Dia sadar kalau kesalahan bukan
sepenuhnya pada Marlena Sakera merasa Brodin lebih banyak bersalah dan Sakera bertekad untuk
mencari sampai ketemu. Tetapi kenyataanya tidak semulus apa yang direncanakan  oleh Sakera.
Brodin mendapat kabar buruk tentang rencana Sakera sebelum Sakera berhasil menemukan
Brodin. Sementara Sakera sibuk mencari Brodin. Brodin berusa mencari cara untuk membalikkan
keadaan. Brodin ingin melihat Sakera terbunuh sebelum Sakera menemukan dan membunuhnya.
Brodin ingin Sakera mati ditangannya.

Berbagai cara sudah dilakukan oleh Brodin untuk membunuh Sakera. Tapi selalu gagal karena
Sakera selalu dapat meloloskan diri sampai akhirnya Brodin menemukan cara yang dianggapnya
ampuh. Dengan bantuan kelompoknya Brodin membuat tayuban didaerah sekitar rombo dengan
mengundang semua orang yang ada di Pasuruan. Brodin yakin dengan cara itu Sakera termasuk
salah satu dari beribu-ribu orang yang akan dating pada Tayuban tersebut. Brodin dan beberapa
orang kepercayaannya membuat jebakan untuk Sakera dengan membuat panggung tempat diatas
lubang yang memang sengaja disiapkan dan tak lupa melubangi panggung tersebut.

Benar saja, pada acara Tayuban, Sakera Nampak berdiri didepan panggung diantara orang-orang
yang menghadiri acara tersebut sambil menikmati alunan music. Brodin segera memerintahkan kaki
tangannya yang tidak jauh dari Sakera untuk mengajak Sakera naik ke panggung. Sakera yang
tidak mengetahui rencana besar dibalik semua itu mau saja menuruti tanpa ada rasa curiga
sedikitpun.

Diatas panggung, orang suruan Brodin mengarahkan Sakera tepat diatas lubang yang dibuat oleh
Brodin. Ditengah asyiknya Sakera menikmati music tayuban, panggung yang tidak begitu kuat
itupun roboh. Sakera jatuh tepat kedalam lubang yang telah disiapkan. Brodin lalu memerintahkan
semua orang suruhannya untuk mengambil batu dan melemparkannya kedalam lubang. Dan
akhirnya Sakera tewas terbunuh. Jasadnya diambil dan dikubur dengan hanya melemparkan
tubuhnya kedaerah Bekacak.

Berkat kegigihan dan perjuangannya membela kaum tertindas, masyarakat Pasuruan mengabdikan
nama Sakera sebagai nama supporter  sepak bola Kabupaten Pasuruan. Mereka berharap
kesebelasannya dapat setangguh dan segigih nama yang mereka pakai “Sakera Mania”.

Sumber: https://www.pasuruankab.go.id/cerita-43-cerita-sakera.html

Anda mungkin juga menyukai