Anda di halaman 1dari 7

MODUL PERKULIAHAN

Manajemen Perpajakan

Perkuliahan ke 11:

Manajemen Pajak atas Elemen


Beban dari Penjualan Barang dan
Pengurangan dari Penghasilan
Bruto.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

11
Sekolah Magister Akuntansi MK Tim Dosen
Pascasarjana

Abstract Kompetensi
Secara akuntansi, pengeluaran terkait Mahasiswa memiliki kemampuan
dengan perolehan aset tetap di bagi memahami Manajemen Pajak atas
menjadi 2 yaitu capital expenditure Elemen Beban dari Penjualan
dengan perlakukan akuntansi Barang dan Pengurang dari
mengapitalisasikan besar biaya yang Penghasilan Bruto
dikeluarkan sebagai aset, dan
revenue expenditure dengan
perlakuan akuntansi mencatat biaya
yang dikeluarkan sebagai beban.
Foreign Exchange Loss
Wajib pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan saat mata uang selain Rupiah yaitu Bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat. Di pasal 4 ayat (1) mengatur tentang keuntungan akibat fluktuasi kurs
merupakan salah satu objek pajak penghasilan Pasal 6 UU PPh nomor 7 tahun 1983 yang
telah beberapa kali diubah, terakhir diubah dengan UU PPh no 36 tahun 2008 disebutkan
bahwa salah satu biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah kerugian dari
selisih kurs.

Wajib Pajak yang Diperbolehkan Menggunakan Pembukuan Mata Uang Asing


1. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan Penanam Modal Asing;
2. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan
Pemerintah Republik Indonesia
3. Wajib Pajak kontraktor kontrak kerja sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4. Bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 2 ayat (5) Undang-Undang
PPh atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
terkait;
5. Wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan
mata uang dollar Amerika Serikat
7. Atau wajib pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri,

Capital Expenditure versus Revenue Expenditure


Pengeluaran modal atau yang juga dikenal dengan istilah capex (capital expenditure)
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap, menambah kapasitas
output aktiva tetap, menambah tingkat keefisiensian aktiva tetap, juga memperpanjang umur
ekonomis suatu aktiva tetap.
Contoh penyusutan:
Pembelian mesin produksi, pembelian komponen mesin produksi, mengupgrade kapasitas
mesin produksi, yang rata rata jumlah yang dikeluarkan untuk itu sangat material.

‘20 Manajemen Pajak


2 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Revenue Expenditure: Pengeluaran/biaya-biaya yang hanya memberikan manfaat ekonomis
pada saat periode berjalan terjadinya pengeluaran
Contohnya seperti pengeluaran pemeliharaan mesin, pembersihan mesin, melumasi mesin
agar bisa beroperasi seperti biasanya.
Pemilihan Metode Persediaan
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dalam pasal 6
metode persediaan ada 2 yaitu yaitu metode rata-rata (average) atau metode FIFO (First In
First Out).

Metode Average

Tanggal Pembelian Penjualan Sisa Persediaan


01/01/2013         1200 @ Rp 200.000 = Rp 240.000.000
400
04/01/2013     @ Rp.200.000 Rp80.000.000 800 @ Rp 200.000 = Rp 160.000.000
400
08/01/2013 @ Rp 205.000 Rp 41.000.000     1200 @ 167.500 = Rp 201.000.000
300
15/01/2013     @ Rp 167.500 Rp50.250.000
900 @ Rp 167.500 = Rp 150.750.000
500
25/01/2013 @ Rp 212.000 Rp 106.000.000     1400 @ Rp 183.393 = Rp 256.750.200
800
28/01/2013     @ Rp 183.393 Rp146.714.400 600 @ Rp 183.393 = Rp 110.035.800
Total   Rp 147.000.000   Rp276.964.400   Rp 110.035.800

MetodeFIFO

Tanggal Pembelian Penjualan Sisa Persediaan


01/01/2013         1200 @Rp200.000= 240.000.000
400
04/01/2013     @Rp200.000 Rp.80.000.000 800 @ Rp 200.000= 160.000.000
400 Rp.82.00
08/01/2013 @Rp205.000 0.000     800 @ Rp 200.000= 160.000.000
          500 @ Rp 205.000= 82.000.000
300
15/01/2013     @Rp200.000 Rp.60.000.000 500 @ Rp 200.000= 100.000.000
          500 @ Rp 205.000= 105.000.000
500 Rp.106.00
25/01/2013 @Rp212.000 0.000     500 @ Rp 200.000= 100.000.000
          500 @ Rp 205.000= 105.000.000
          500 @ Rp 212.000= 106.000.000

28/01/2013     500 Rp.100.000.000 100 @Rp205.000= 20.500.000

‘20 Manajemen Pajak


3 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
@Rp 200.000
300
      500 @Rp 212.000= 106.000.000
@Rp 205.000 Rp. 61.500.000
188.000.0
Total   00   126.500.000
  301.500.000
Dalam contoh kasus ini HPP yang lebih tinggi adalah menggunakan metode FIFO, sehinga
akan efektif apabila menggunakan metode ini.

Pemilihan metode penyusutan


Menurut PSAK No. 17 (2004.17.1)  “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode
akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”
Sedangkan yang dimaksud dengan penyusutan menurut Akuntansi Perpajakan terapan
adalah “Proses alokasi sebagian  harga perolehan aktiva menjadi biaya (costallocation),
sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha” aktiva yang dapat disusutkan :
a. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
b. memiliki suatu manfaat yang terbatas
c. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.

Penyusutan dengan metode garis lurus akan menghasilkan biaya penyusutan yang
sama tiap periodenya. Sedangkan saldo menurun akan menghasilkan biaya penyusutan
yang lebih besar pada awal periode dan makin menurun pada periode-periode berikutnya.
Jika kondisi perusahaan laba dan besarnya penghasilan kena pajak telah mencapai tarif
pajak tertinggi maka metode saldo menurun lebih menguntungkan. Tetapi sebaliknya jika
kondisi perusahaan rugi maka lebih baik menggunakan metode garis lurus.

Menyiasati SE-46/PJ.4/1995
Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-
rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya, maka biaya
bunga yang dibayar atau terhutang atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat
dibebankan sebagai biaya.
Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan
dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya, maka biaya bunga atas pinjaman yang boleh
dibebankan sebagai biaya adalah bunga yang dibayar atau terutang atas rata-rata pinjaman

‘20 Manajemen Pajak


4 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
yang melebihi rata-rata yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya
( selisih rata-rata pinjaman dengan rata-rata deposito).

Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih


1. Biaya piutang tak tertagih
2. Penyisihan atau pencadangan piutang tak tertagih
Menurut pasal 6 Ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan piutang tak tertagih
dapat diakui sebagai beban bila telah memenuhi syarat-syarat yaitu :
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara;
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh.

Biaya Entertainment
Biaya entertainment adalah, representasi, jamuan dan sejenisnya sepanjang untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang
Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008.
Biaya entertainment menurut penjelasan SE-27/PJ 22/1986 Tanggal 14 Juni 1986
1. Diberikan dalam bentuk perjamuan maupun representasi lainya selain dalam bentuk
uang
2. Diberikan atas nama perusahaan bukan atas nama pegawai
3. Wajib pajak harus dapat membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut telah benar-benar
dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil).

Persyaratan-Persyaratan Beban Promosi Sesuai Peraturan Perpajakan


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tentang Biaya Promosi Yang
Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto. Biaya promosi adalah bagian dari biaya
penjualan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka memperkenalkan dan/atau

‘20 Manajemen Pajak


5 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan.
Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi
dari biaya periklanan (media cetak, elektronik dan/atau media lainnya), biaya pameran
produk, biaya pengenalan produk baru dan/atau biaya sponsorship yang berkaitan dengan
promosi produk.
Biaya Promosi Yang Tidak Dapat Dikurangkan Pemberian imbalan berupa uang dan/atau
fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan
langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi biaya promosi untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah
dikenai pajak bersifat final.

Berbagai Pengujian Untuk Menguji Kebenaran Beban Pokok Penjualan.


Pengujian Keabsahan Dokumen
1. pengujian yang dilakukan untuk meyakini keabsahan suatu dokumen yang akan
digunakan dalam pemeriksaan
2. Pengujian Keterkaitan
3. pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu transaksi berdasarkan pengujian atas
mutasi pos-pos lain yang terkait atau berhubungan dengan transaksi tersebut
4. Pengujian Kebenaran Fisik
pengujian yang dilakukan untuk meyakini keberadaan, kuantitas, dan kondisi aktiva yang
dilaporkan Wajib Pajak, misalnya persediaan dan aktiva tetap.
5. Pengujian Kebenaran Penghitungan Matematis
pengujian yang dilakukan untuk meyakini kebenaran penghitungan matematis, seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian atas objek yang diperiksa.

Ekualisasi Beban Pokok Penjualan dan Beban Operasional dengan DPP PPN Masukan
(Belum Fix)
Ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT Masa PPN dilakukan dengan membandingkan
omzet penjualan dan penghasilan lain yang. Merupakan objek PPN di SPT PPh Badan
dengan jumlah yang dilaporkan dalam SPT PPN. Wajib Pajak harus dapat menjelaskan
penyebab timbulnya selisih, yang diantaranya dapat diakibatkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1. Selisih Kurs Valuta Asing
2. Terjadinya Perbedaan antara Pajak Saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa
Kena Pajak (JKP)

‘20 Manajemen Pajak


6 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
3. Saat Pembuatan Faktur
4. Saat pelaporan di SPT Masa
Daftar Pustaka

Tempdata.iaiglobal.or.id. (____). Manajemen Perpajakan. (Online),


(http://tempdata.iaiglobal. or.id/files/6.%20Materi%20Manajemen%20Perpajakan.pdf),
diakses tanggal 19 Agustsu 2020.
.

‘20 Manajemen Pajak


7 Tim Dosen
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai