Anda di halaman 1dari 39

EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DALAM PENERAPAN WORK FROM

HOME (WFH) DI BADAN PUSAT STATISTIK LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

CINDY CENORA
NPM: 1816041003

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DALAM PENERAPAN WORK FROM
HOME (WFH) DI BADAN PUSAT STATISTIK LAMPUNG SELATAN

Oleh

CINDY CENORA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana


Ilmu Administrasi Negara

Pada

Jurusan Ilmu Admistrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian................................................................................................6
1.5 Penelitian terdahulu............................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Efektivitas..........................................................................................................3
2.2 Efektivitas kerja.................................................................................................4
2.3 Kebijakan.........................................................................................................13
2.4 Kebijakan publik..............................................................................................16
2.5 Work From Home (WFH)................................................................................17
III METODE PENELITIAN..................................................................................21
3.1 Tipe penelitian..................................................................................................21
3.2 Lokasi penelitian..............................................................................................21
3.3 Fokus penelitian...............................................................................................20
3.4 Penentuan informan.........................................................................................20
3.5 Sumber data......................................................................................................23
3.6 Teknik pengumpulan data................................................................................24
3.7 Teknik analisis data..........................................................................................25
3.8 Uji keabsahan data...........................................................................................27
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 data COVID-19 Nasional


Tabel 1.2 data COVID-19 Kabupaten Lampung Selatan
Tabel 1.3 Tinjauan penelitian terdahulu
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pegawai Badan Pusat Statistik Lampung Selatan


Gambar 3.2 Teknik Analisis Data Kualitatif Menurut Miles dan Hubberman
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di awal tahun 2020 terdapat wabah yang melanda hampir seluruh dunia dimana
189 negara mengkonfirmasi atas kasus wabah ini. Penyakit ini adalah
Coronavirus atau yang kini disebut dengan COVID-19. Indonesia
mengkonfirmasi kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 (Ahidin,
2020). Hingga ahir bulan Desember 2021 indonesia mengkonfirmasi 4,261,667
kasus masyarakat teridentifikasi COVID-19 yang mana tersaji dalam tabel.1.1

Tabel 1.1 data COVID-19 Nasional


No KONFIRMASI JUMLAH KONFIRMASI
1 SEMBUH 4,112,901
2 MENINGGAL 144,053
3 KASUS AKTIF 4,713

JUMLAH TERKONFIRMASI 4,261,667


Sumber: covid19.go.id

Pada 34 provisi dan berbagai daerah yang mengkonfirmasi kasus ini salah satunya
adalah kabupaten Lampung Selatan yang mana hingga ahir bulan Desember 2021
mengkonfirmasi 4,605 kasus masyarakat teridentifikasi COVID-19 yang tersaji
pada tabel.1.2

Tabel 1.2 data COVID-19 Kabupaten Lampung Selatan


No KONFIRMASI JUMLAH KONFIRMASI
1 SEMBUH 4,340
2 MENINGGAL 264
3 PROBABLE 2

JUMLAH TERKONFIRMASI 4,605


Sumber: covid19.lampungprov
Pemerintah Indonesia melakukan beberapa pencegahan untuk mengurangi
persebaran COVID-19 diantaranya melakukan social distancing, membatasi jam
operasional angkutan umum, isolasi diri dirumah, work from home, dan school
from home. Salah satu kebijakan yang mendapat banyak perhatian adalah work
from home. Work from home adalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh, lebih
tepatnya bekerja dari rumah. Dalam tulisan Putra, Putra, & Eka (2021) Menurut
Crosbie & Moore, bekerja dari rumah berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan
terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu). Bekerja dari rumah akan
memberikan waktu yang fleksibel bagi pekerja untuk memberikan keseimbangan
hidup bagi karyawan, disisi lain juga memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Kebijakan work from home disampaikan dalam surat edaran Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpanrb) Nomor 19
Tahun 2020 tentang penyesuaian sistem kerja Aparatur Sipil Negara dalam upaya
pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan instansi pemerintah. Dimana
peraturan ini mengatur bahwa ASN atau Aparatur Sipil Negara yang berada di
lingkungan instansi pemerintah mampu melaksanakan tugas, kedinasan dengan
bekerja di rumah atau di tempat tinggal masing-masing.

Menindaklanjuti surat edaran tersebut Bupati Lampung Selatan, H. Nanang


Ermanto resmi mengeluarkan surat edaran, Nomor: 060/1562/1.10/2020 tentang
penyesuaian sistem kerja pegawai dalam upaya pencegahan penyebaran corona
virus disease (COVID-19) di lingkungan pemerintah Kabupaten Lampung Selatan
dalam rangka pencegahan dan meminimalisir penyebaran COVID-19 di instansi
pemerintah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan
menyampaikan 3 hal yaitu yang pertama seluruh staf Aparatur Sipil Negara
(ASN) dilingkungan pemerintah Kabupaten Lampung Selatan terutama yang
berdomisili diwilayah Bandar Lampung untuk tinggal dirumah dan melaksanakan
pekerjaan dari rumah guna memutus mata rantai penularan COVID-19. Apabila
ada gejala yang mengarah pada COVID-19 agar melakukan isolasi mandiri di
rumah masing-masing, kedua para kepala perangkat daerah di lingkungan
pemerintah Kabupaten Lampung Selatan agar dapat mengatur sistem kerja pejabat
eselon III dan IV yang berada dibawah pimpinan untuk menjalankan tugas
kedinasan (jadwal piket) dan yang terakhir bagi ASN yang masih harus
menjalankan pekerjaan di kantor agar memakai masker dan menjaga jarak ketika
melakukan komunikasi antar individu.

Mengarah dari edaran Bupati Lampung Selatan, Badan Pusat Statistik Lampung
Selatan melakukan pemberlakukan metode Work From Home (WFH) dengan
surat edaran Nomor B-423/BPS/2000/09/2020 Perihal Mekanisme Kerja Pasca
WFH Seluruh Pegawai Yang mana Masa WFH seluruh pegawai terhitung dimulai
tanggal 18 maret 2020. Sistem kerja work from home tersebut diatur dalam surat
edaran no 407 tahun 2020 tentang panduan pelaksanaan sistem kerja Pegawai
Negeri Sipil dalam tatanan normal baru dilingkungan Badan Pusat Statistik,
dengan maksud dan tujuan memberikan perlindungan atas kesehatan dan
keselamatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan BPS terhadap
kemungkinan terjadinya penyebaran COVID-19, memberikan panduan
pelaksanaan sistem kerja PNS dalam tatanan normal baru di lingkungan Badan
Pusat Statistik serta memastikan pelaksanaan tugas, fungsi, dan layanan BPS tetap
berjalan secara efektif dan efisien.

Badan Pusat Statistik Lampung Selatan memiliki 27 pegawai Aparatur Sipil


Negara yang dikepalai oleh Ir.Anwar. Kepala dibantu oleh Subbag dan 5 (lima)
Seksi lainnya, yang mana tersaji dalam gambar berikut ini:

Gambar 1.1 pegawai Badan Pusat Statistik Lampung Selatan


Kepala:
Ir.Anwar Sub bidang tata usaha:
Rosadi Zein S.Stat.
Anggota:
Ferry Irawan dan Winda Warsita Sari

Kepala Seksi Statistik Kepala Seksi Statistik Kepala Seksi Statistik Kepala Seksi Neraca Kepala Seksi Integrasi

Sosial: Produksi: Distribusi: Wilayah dan Analisis Pengolahan dan

Nani Kartini Pudjiono. Andriazi. Statistik: Diseminasi Statistik:

Anggota: Anggota: Anggota: Shanti Kartika Supardi.

Dedi Triatmoko. A. Yoga G. Rara Karina. Astrilestari. Anggota:

Dwi Esty Novianti. Febriana Dwi J. Devi Pratiwi. Anggota: Destika Mulyasari.
Frida Jubilate H.

Tenaga fungsional

Zaenal Suryono, Syafroni, Asri Kurniawan, Jusman, Joni


Sampurn,.Indri Puspitasari, Nyoman Nastra dan Johan Sidi Purnomo 
Sumber: diolah oleh penulis 2021

Mekanisme kerja pada Badan Pusat Statistik menjadi kewenangan masing-masing


kepala satuan kerja dengan 4 pengaturan jumlah kerja, pertama Kabupaten yang
tidak berdampak/atau tidak ada kasus (zona hijau) pengaturan jumlah pegawai
yang melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO paling banyak 100%, kedua BPS
yang berada pada zona berkategori rendah (zona kuning) pengaturan jumlah
pegawai yang melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO paling banyak 75%, ketiga
BPS yang berada pada zona berkategori sedang (zona orange) pengaturan jumlah
pegawai yang melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO paling banyak 50%, serta
yang terakhir BPS yang berada pada zona berkategori tinggi (zona merah)
pengaturan jumlah pegawai yang melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO paling
banyak 25%.

Mekanisme kerja pada Badan Pusat Statistik Lampung Selatan berubah-ubah


menyesuaikan zona wilayah, saat pertama memulai sistem Work From Home
dimulai pada tanggal 18 maret 2020 menerapkan pengaturan jumlah pegawai yang
melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO maksimal 25% yang mana pegawai yang
melaksanakan pekerjaan di kantor hanya kepala, kasi dan kasubag, staf lain
melakukan absensi dan hasil kerja dilaporkan melalui form yang sudah
disediakan. Tetapi, jika ada hal penting atau panggilan dari atasan makan yang
bersangkutan wajib hadir ke kantor untuk diselesaikan. Namun sejak tanggal 1
april 2020 hingga 27 Juni 2021 Badan Pusat Statistik Lampung Selatan
melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO maksimal 50% hal ini dikarenakan
Lampung Selatan berada pada zona berkategori sedang (zona orange). Pada
tanggal 28 juni 2021 hingga 16 Agustus 2021 Lampung Selatan mengalami
penaikan angka terkonfirmasi COVID-19 dan berada pada zona berkategori tinggi
(zona merah) maka Badan Pusat Statsitik Lampung Selatan melaksanakan
pekerjaan di kantor/WFO maksimal 25%. Sejak tanggal 17 Agustus 2021
terkonfirmasi bahwa wilayah Lampung Selatan berada pada zona berkategori
sedang (zona orange) maka Badan Pusat Statistik Lampung Selatan melakukan
pengaturan jumlah pegawai yang melaksanakan pekerjaan di kantor/WFO
maksimal 75%.
Mekanisme kerja yang baik adalah mekanisme kerja yang efektive. Mengutip dari
Jauhari & Ridwan (2017) Efektivitas menurut Ravianto, adalah seberapa baik
pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai
dengan yang diharapkan. Artinya, apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan
sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya, maka
dapat dikatakan efektive.

Badan Pusat Statistik (BPS) erat hubungannya dengan pencapaian kerja


sebagaimana fokus utama BPS menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu,
dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagipakaikan antar
instansi pusat dan instansi daerah. Yang mana berdasarkan UU Nomor 16 Tahun
1997, terdapat 4 peranan yang harus dijalankan oleh BPS yaitu, pertama
menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini
didapatkan dari sensus atau survei yang dilakukan sendiri dan juga dari
departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder, kedua
membantu kegiatan statistik di kementrian, lembaga pemerintah atau institusi
lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional, ketiga mengembangkan
dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik, dan menyediakan
pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik, dan yang terakhir
membangun kerjasama dengan institusi internasional dan negara lain untuk
kepentingan perkembangan statistik Indonesia. Dengan adanya sistem work from
home (WFH) dapat berakibat pada kualitas, kuantitas serta pemanfaatan waktu
kerja maka dari itu penulis berminat Mengetahui Efektivitas kerja pegawai pada
masa Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada rencana penelitian ini
adalah bagaimana efektivitas kerja pegawai dalam penerapan Work From Home
(WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.
1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas kerja pegawai dalam


penerapan Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.

1.4 Manfaat penelitian

a) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan bahan kajian dalam ranah ilmu administrasi negara,
khususnya dalam bidang kebijakan publik.
b) Kegunaan praktis
Secara praktis penelitian ini berguna bagi :
1) Bagi program studi Ilmu Administrasi Negara
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan suplemen dalam
pembelajaran ilmu administrasi negara khususnya mengenai kebijakan
publik.
2) Bagi mahasiswa
Dalam penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dengan
baik mengenai kebijakan publik sebagai tambahan wawasan
pengetahuan bagi mahasiswa.
3) Bagi peneliti
Mengetahui efektivitas kerja pegawai dalam penerapan Work From
Home (WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.

1.5 Penelitian terdahulu

Tabel 1.3 Tinjauan penelitian terdahulu


No Keterangan Penjelasan
1 Judul Efektivitas Kinerja Aparatur Dalam Kebijakan
Work From Home (WFH) Pada Badan
Kepegawaian Dan Engembangan Sumber Daya
Manusia Di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera
Barat.
Peneliti Wahyu Insan Fadhillah, Dr. Ella L Wargadinata,
M.Si., M.A dan Ida Yunari Ristiani, S.KM.,
M.M. Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
Metode Deskriptif kualitatif dengan pendekatan induktif.
Hasil penelitian Hasil penelitian menampilkan bahwa kinerja
aparatur Badan Kepegawaian Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam
kebijakan WFH ini masih efektif (teori
Moeheriono) dengan indikator Hasil kerja,
Perilaku, Atribut dan Kompetensi, Komperatif,
didapatkan hasil SKP pegawai BKPSDM yang
mencapai nilai B hingga A. Hambatan yang
penulis temukan saat pelaksanaan Work From
Home seperti kurangnya motivasi pegawai,
kurangnya sarana dan prasarana pendukung
pekerjaan, dan kedisiplinan pegawai.
Perbedaan Dalam penelitian ini lebih kepada melihat
kinerja dengan indikator hasil kerja Perilaku,
Atribut dan Kompetensi, Komperatif. (Insan F.,
Wargadinata, & Yunari R., 2020)

No Keterangan Penjelasan
2 Judul Efektivitas Program Work From Home (WFH)
Berbasis Outcome Masa Pandemi Covid-19
Peneliti Lindawati Kartika, Department of Management,
IPB University. Roni Jayawinangun,
Department of Communication, Pakuan
University. R. Dikky Indrawan, School of
Business, IPB University
Metode Kuantitatif
Hasil penelitian Berdasarkan analisis faktor-faktor yang
memengaruhi Pelaksanaan work from home
terhadap efektivitas pencapaian outcome
telework Terdapat lima variabel yang
memengaruhi secara signifikan yaitu possibility
to work From home because the type of work,
possilbility to work during most productive
Time, suitability of a working place at home,
time efficiency, dan team member Support.
Variabel suitability of a working place at home
memiliki pengaruh yang Paling signifikan
dibandingkan dengan variabel-variabel lainnya.
Dalam Memastikan efektivitas work from home,
karyawan perlu untuk menetapkan tempat Kerja
yang kondusif untuk menunjang kegiatan kerja.
Selain itu, pihak manajemen Perlu
mempersiapkan dan mengidentifikasi kondisi
dari pekerja untuk memastikan hasil kerja dan
performa perusahaan dengan sistem work from
home.
Perbedaan Dalam penelitian ini cendrung melihat kepada
faktor-faktor yang memengaruhi Pelaksanaan
work from home terhadap efektivitas di dalam
perusahaan (Kartika, Jayawinangun, &
Indrawan, 2021)
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris effective yang berarti berhasil atau sesuatu
yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefenisikan
efektivitas sebagai ketepatan kegunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Steers
(1985) mengemukan bahwa “Efektivitas adalah jangkaun usaha suatu program
sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi
tujuan dan sarananya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa
memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

Menurut Gibson (1985), “Efektivitas adalah pencampaian tujuan dan sasaran yang
telah disepakati untuk mencapai tujuan usaha bersama. Tingkat tujuan dan sasaran
itu menunjukkan tingkat efektivitas. Tercapainya tujuan dan sasaran itu akan
ditentukan oleh tingkat pengorbanan yang telah dikeluarkan”. Menurut David J.
Lawless dalam tulisan Gibson, Invancevich, & Donnelly (1997) mengatakan
bahwa efektifitas memiliki tiga tingkatan yaitu:

a) Efektivitas Individu
Efektivitas individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang
menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.
b) Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama
dalam kelompok. Jadi efektifitas kelompok merupakan jumlah kontribusi
dari semua anggota dari organisasi.
c) Efektivitas organisasi
Melalui sinergritas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih
tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.

Efektivitas organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran


yang menunjukkkan sejauh mana sasaran telah tercapai.

Sondang P. Siagian (1996) memberikan definisi Efektivitas adalah pemanfaatan


sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semkain mendekati
sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Abdulrahmat (2008) mengatakan Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,


sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.
Menurut Mulyasa (2003) Efektivias adalah bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan dan memanfaatkan sumberdaya dalam usaha mewujudkan tujuan
operasional. Efektifitas berkitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi anggota.

Dari beberapa pendapat diatas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa


Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut
efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.

2.2 Efektivitas kerja


Siagian (1994) memberikan pengertian bahwa efektivitas kerja berarti
penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya. Artinya penggunaan waktu yang
tepat dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengertian tentang efektivitas kerja juga
dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya, menurut Hasibuan (2003) efektivitas
kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan
manajemen dalam mencapai tujuan meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, dan
ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Menurut Sutarto (2012)
Efektivitas kerja adalah suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah
yang dilakukan oleh manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang
dikehendaki. Siagian (2012) mengatakan Efektivitas kerja berarti penyelesaian
pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja


merupakan suatu ukuran dalam penyelesaian pencapaian kerja yang sudah
ditentukan sesuai dengan prosedur dan tujuan instansi, serta kemampuan untuk
melaksanakan aktifitas – aktifitas yang telah di tetapkan suatu lembaga untuk
mencapai tujuan serta meraih keberhasilan yang maksimal.

2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Richard M.


Steers (1985), yaitu:

a) Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi mempengaruhi efektivitas kerja karena
menggambarkan struktur yang harus dilalui oleh karyawan dalam
melakukan pekerjaannya. Struktur organisasi merupakan cara untuk
menempatkan manusia sebagai bagian dari pada suatu hubungan yang relatif
tetap yang akan menentukan pola-pola interaksi dan tingkah laku yang
berorientasi pada tugas.
b) Karakteristik lingkungan
Secara keseluruhan berada dalam lingkungan organisasi seperti peralatan,
perlengkapan, hubungan antara pegawai dan kondisi kerja. Ciri lingkungan
ini selalu mengalami perubahan yang artinya memiliki sifat ketidakpastian
karena selalu terjadi proses dinamisasi.
c) Karakteristik pekerja
Faktor ini yang paling mempengaruhi efektivitas kerja karena meskipun
sarana dan prasarana begitu lengkap, baiknya mekanisme kerja, namun
apabila tidak ada dukungan kualitas sumber daya manusia yang mengisinya
tidak akan ada artinya.
d) Karakteristik kebijakan dan praktek manajemen
Praktek manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang
dalam mengkondisikan semua hal yang ada di dalam organisasi. Kebijakan
dan praktek manajemen ini harus memperhatikan juga unsur manusia
sebagai individu yang memiliki perbedaan bukan hanya mementingkan
strategi mekanisme kerja saja. Mekanisme kerja ini meliputi penetapan
tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan sumber daya dan menciptakan
lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan, dan pengambilan
keputusan yang bijaksana, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan
dan inovasi organisasi.

2.3.2 Indikator efektivitas kerja

Adapun beberapa indikator untuk mengukur efektivitas kerja menurut Hasibuan


(2003) yaitu:

a) Kualitas kerja
Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa
hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan di dalam mengerjakan pekerjaan.
b) Kuantitas kerja
Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi
normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang
didapat atau dialaminya selama bekerja.
c) Pemanfaatan waktu
Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan
kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang
ditetapkan.
2.3 Kebijakan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian


konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan,
organisasi, dan lain sebagainya), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Secara empiris
kebijakan berupa undang-undang, petunjuk, dan program, dalam sebuah Negara.
Kebijakan dianggap sebagai rangkaian tindakan yang dikembangkan oleh badan
atau pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu, diikuti dan dilaksanakan oleh
seseorang atau sekelompok pelaku untuk memecahkan masalah tertentu.

Adapun menurut Carl Friedrich dalam tulisan Agustino (2006) mengatakan bahwa
kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan terutama dimana terdapat
hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut
diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang
dimaksud. Sedangkan Darwin (1999) mengatakan bahwa kebijakan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu kebijakan subtantif dan kebijakan implementatif.
Kebijakan subtantif adalah keputusan yang dapat diambil berupa memilih
alternatif yang dianggap benar untuk mengatasi masalah. Tindak lanjut dari
kebijakan subtantif adalah kebijakan implementatif yaitu keputusan-keputusan
yang berupa upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melaksanakan kebijakan
subtantif.

Menurut James E Anderson sebagaimana dalam tulisan M. Irfan & Islamy (2009)
mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposivecourse of action followed
by an actor or set of actors in dealing with aproblem or matter of concern”
(Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan
suatu masalah tertentu). Solichin & Wahab (2008) mengemukakan bahwa istilah
kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan
para ahli. Maka untuk memahami istilah kebijakan, Solichin & Wahab (2008)
memberikan beberapa pedoman sebagai berikut:
a) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan.
b) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi.
c) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan.
d) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan.
e) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai.
f) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit
maupun implicit.
g) Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu.
h) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan
yang bersifat intra organisasi.
i) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-
lembaga pemerintah.
j) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan


bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan
atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di
dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai
alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2.1.1 Tahap-tahap Kebijakan

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn & William N (2003)


adalah sebagai berikut:

a) Penyusunan agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis
dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk
memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam
agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status
sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik,
maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang
lebih dari pada isu lain. Dalam penyusunan agenda juga sangat penting
untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda
pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering di sebut juga sebagai
masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul karena
telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan
yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai
karakter permasalahan tersebut.
b) Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian di bahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk
kemudian di cari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.
Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda
kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif
bersaing untuk dapat di pilih sebagai kebijakan yang di ambil untuk
memcahkan masalah.
c) Adopsi/legitimasi kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat di atur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun
warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah harus
didukung.
d) Implementasi kebijakan
Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang
memobilisasi sumber daya finansial dan manusia.
e) Evaluasi kebijakan/penilaian
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi
dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi di pandang sebagai suatu kegiatan
fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap
akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-
masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan
masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
2.4 Kebijakan publik

Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) tergantung dari


sudut mana mengartikannya. Easton (1953) memberikan definisi kebijakan publik
sebagai the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Kaplan
& D (1970) juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of
goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai
dalam praktek-praktek yang terarah.

Menurut Woll sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003) menyebutkan bahwa


kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah
di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Menurut Bridgman dan Davis dalam
tulisan Edi Suharto (2007:3) kebijakan publik pada umumnya mengandung
pengertian mengenai ‘whatever government choose to do or not to do’. Artinya,
kebijakan publik adalah ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
atau tidak dilakukan’.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan


publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-
masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan
sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan
memaksa.

2.2.1 Ciri-Ciri Kebijakan Publik

Menurut Suharno (2010) ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan publik
bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu dirumuskan. Ciri-ciri kebijakan
publik antara lain:

a) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan


daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.
Kebijakan-kebijakan publik dalam sistem politik modern merupakan suatu
tindakan yang direncanakan.
b) Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling
berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh
pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri
sendiri. Kebijakan tidak cukup mencakup keputusan untuk membuat
undang-undang dalam bidang tertentu, melainkan diikuti pula dengan
keputusan-keputusan yang bersangkut paut dengan implementasi dan
pemaksaan pemberlakuan. Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang
senyatanya dilakukan pemerintah dalam bidang tertentu. Kebijakan publik
mungkin berbentuk positif, munkin pula negatif, kemungkinan meliputi
keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak
melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah dimana justru campur
tangan pemerintah diperlukan.
c) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan
pemerintah dalam bidang tertentu.
d) Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, munkin pula negatif,
kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak
bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah
dimana justru campur tangan pemerintah diperlukan.

2.5 Work From Home (WFH)

Dalam tulisan Mungkasa (2020) mengatakan bahwa Working From Home (WFH)
itu sendiri merupakan komponen dari konsep telecommuting. Telecommuting
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh sesorang secaara khusus, atau di waktu
tertentu dalam sebuah tempat yang jauh dari kantor. Seseorang yang dimaksud
adalah pegawai, pekerja mandiri atau pekerja rumahan. Pekerjaan secara
telecommuting tersebut menggunakan media telekomunikasi sebagai alat kerja.

Bekerja jarak jauh memiliki tiga jenis yaitu sebagai berikut:

a) Bekerja dari rumah (Work From Home)


b) Kerja dari kantor cabang yang bertempat didekat kantor satelit (satellite
office) atau rumah
c) Kerja dimana saja atau di luar kantor sesuai dengan kebutuhan (mobile
work)

Menurut Crosbie & Moore dalam tulisan Haryanto & putranto (2021), bekerja
dari rumah berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan terutama dari rumah
(minimal 20 jam per minggu). Bekerja dari rumah akan memberikan waktu yang
fleksibel bagi pekerja untuk memberikan keseimbangan hidup bagi karyawan.
Disisi lain juga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan dalam
tulisan Ma'rifah (2020), Konradt, Schmook, dan Malecke mengatakan bahwa
bekerja jarak jauh dimaksudkan sebagai cara bekerja dalam sebuah organisasi
yang dilaksanakan Sebagian atau seluruhnya di luar kantor konvensional dengan
bantuan layanan telekomunikasi dan informasi.

Dalam hal ini dapat dikatakan Bekerja dari rumah atau work from
home merupakan sistem yang dipilih pemerintah untuk mengurangi penyebaran
virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab COVID-19. Dengan bekerja dari
rumah diharapkan akan menjaga jarak sosial, yakni mengurangi mobilitas orang,
menjaga jarak fisik, dan mengurangi kerumunan orang.

2.1.1 Dasar Pelaksanaan Work From Home (WFH)

Mungkasa (2020) mengatakan Pelaksanaan work from home harus didasari oleh
beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a) Kelayakan
Kelayakan yang dimaksud adalah apabila perusahaan akan menetapkan
kebijakan bekerja jarak jauh maka perusahaan atau lembaga harus
menetapkan tempat yang cocok untuk kerja dari jarak jauh yang ditetapkan
pada kebijakan. Kelayakan ini dipertimbangkan dari analaisis model jenis
pekerjaan serta oprasional lembaga dan penentuan waktu yang tepat untuk
bekerja jarak jauh.
b) Ketersediaan
Apabila perusahaan mengeluarkan kebijakan bekerja jarak jauh maka pada
prosedur kebijakan lembaga harus menyatakan dengan jelas terkait bentuk
peraturannya yaitu jadwal, absensi dan dukungan perusahaan untuk pekerja
dalam menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan saat bekerja dari rumah.
c) Pengaturan jadwal
Pengaturan jadwal perlu ditentukan sebelumnya agar pekerjaan dapat
terselesaikan sesuai jadwal biasanya.
d) Kecepatan tanggapan
Presensi pegawai yang jauh dari pantauan langsung pimpinan selama
bekerja dapat memunculkan rasa sangsi atau kekhawatiran bahwa pegawai
tidak melaksanakan tugasnya sesuai aturan. Kekhawatiran tersebut dapat
dihilangkan dengan kecepatan pegawai dalam menanggapi pertanyaan
ataupun permintaan dari pihak kantor maupun sesama pegawai. dengan
begitu, sangat penting adanya peraturan terkait kecepatan tanggapan
pegawai atau pekerja. Selain itu, untuk mengantisipasi terjadinya hubungan
yang kurang harmonis di perusahaan selama bekerja jarak jauh dilakukan
dengan penetapan kebijakan yang jelas.
e) Ukuran produktivitas
Produktivitas pegawai dapat diukur mulai dari jangka waktu bekerja,
problem solving selama bekerja jarak jauh, sampai pada output yang
dihasilkan.
f) Lingkungan fisik
Perusahaan atau kantor perlu memperhatikan keamanan, kesehatan bahkan
kenyamanan pegawai atau karyawan selama bekerja dari rumah. Keamanan
kerja selama bekerja dari rumah tetap merupakan tanggung jawab kantor
yang sangat penting untuk diperhatikan.
g) Ketersediaan data
Ketersediaan data dan upaya pengamanan data tersebut. Bekerja jarak jauh
atau bekerja dari rumah tentunya mengandalkan data virtual. Pihak luar
memiliki peluang untuk melakukan pencurian data dari pemindahan file atau
data antara kantor dan rumah. Dengan demikian usaha pengamanan data
menjadi sangat penting.
2.1.2 Kelebihan Dan Kekurangan Work From Home (WFH)

a) Kelebihan dari Work from Home antara lain:


1) Lebih menghemat waktu
Bagi sebagian orang WFH akan lebih menghemat biaya, karena kita tidak
perlu biaya transportasi dan biaya makan siang diluar.
2) Lebih Fleksibel
Bekerja dirumah akan lebih fleksibel dari waktu mulai bekerja, tempat
untuk bekerja, pakaian kerja, maupun posisi duduknya pun bisa kita pilih
sedemikian rupa sehingga tidak membuat cepat bosan.
3) Lebih dekat Keluarga
Karena bekerja dari rumah maka kita tetap selalu bisa berinteraksi
langsung dengan keluarga sehingga momen-momen bersama keluarga
tetap bisa kita lalui bersama, tetapi harus balance dan tetap ada baatasan
antara pekerjaan dengan kepentingan keluarga.
4) Lebih meningkatkan produktifitas
Perjalanan jauh, macet, panas, bersedakan di kendaraan umum dapat
memicu stress seseorang. Dengan WFH kita tidak lagi mengalami itu
semua sehingga dapat mengurangi pemicu terjadinya tingkat stress
karyawan, dengan demikian pekerjaan akan lebih cepat selesai dan hasil
lebih memuaskan.
b) Kekurangan work from home (WFH) antara lain:
1) Biaya listrik dan internet meningkat
Tidak dapat dipungkiri dengan bekerja dari rumah tentu membutuhkan
biaya lebih antara lain biaya listrik, karena menyalakan AC ruangan dan
lampu lebih lama, untuk mengakses data, email, dan kominikasi juga
memerlukan biaya internet. Maka dari itu biaya listrik dan internet yang
dikeluarkan lebih tinggi jika dibanding kerja dikantor.
2) Jam kerja tidak teratur
WFH memang Fleksibel, karena teralu fleksibel sebagian besar pegawai
tidak bisa memanfaatkan waktu secara teratur, atau tidak memanfaatkan
waktu 7 jam dari 24 jam untuk menyelesaikan pekerjaan kantor, sehingga
pekerjaan kantor tercampur dengan pekerjaan rumah.
3) Komunikasi kurang lancar
Idealnya meeting dilakukan dengan tatap muka di satu ruangan kerja,
atau ruang meeting. Akan tetepi karena sistem WFH meetingpun harus
dilakukan secara virtual, tetapi jaringan disetiap daerah atau tempat tidak
semua dalam kondisi stabil mengakibatkan komunikasi kurang lancar
sehingga kegiatan meeting yang dilakukan kurang maksimal.
4) Kurangnya motivasi kerja
Motivasi kerja bisa diperoleh dari mana saja, contohnya motivasi kerja
timbul karena bertemu banyak rekan kerja, suasana tempat kerja yang
nyaman, atau melihat cara kerja orang lain. Karena WFH, itu semua
kadang tidak bisa kita temukan dirumah karena kita bekerja seorang diri,
dan tidak mempunyai ruang yang luas dirumah. (Mungkasa, 2020)

III METODE PENELITIAN

3.1 Tipe penelitian

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan


Taylor yang di kutip oleh Moleong (2002) metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi, jenis penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif. Mukhtar (2013) berpendapat
penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan
pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang
kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni. Penelitian ini mempunyai maksud
untuk mengetahui dan menemukan informasi sebanyak-banyaknya serta
memberikan gambaran mengenai efektivitas kerja pegawai dalam penerapan
Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.
3.2 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Badan Pusat Statistik, Lampung Selatan.


Penelitian pada lokasi ini dipilih oleh penulis dikarnakan 2 alasan. Yang pertama
mengarah pada mekanisme kerja dari Badan Pusat Statistik sebagaimana fokus
utama BPS menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu serta dapat
dipertanggungjawabkan. Dalam mengasilkan dan memberikan data diperlukannya
pengambilan data lapangan namun saat diberlakukannya kebijakan work from
home menghambat pegawai untuk pengambilan data yang akurat dilapangan
dikarnakan adanya pembatasan jam kerja maka hal tersebut dapat mengakibatkan
kurang efektive nya sistem kerja dan data yang dihasilkan, serta yang kedua lokasi
penelitian dekat dengan domisi peneliti sehingga memudahkan akses untuk
meneliti

lebih maksimal maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti efektivitas kerja
pegawai dalam penerapan Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik
Lampung Selatan.

3.3 Fokus penelitian

Arikunto (2002) mengatakan fokus penelitian dalam pendekatan kualitatif


merupakan fokus kajian yang mengandung penjelasan-penjelasan mengenai
dimensi-dimensi apa saja yang menjadi pusat perhatian serta yang kelak dibahas
secara mendalam dan tuntas dengan mengunakan metode deskriptif kualitatif.
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui atau mencari
gambaran mengenai efektivitas kerja pegawai dalam penerapan Work From Home
(WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.

3.4 Penentuan informan


Spardly dan Faisal dalam Sarwono (2006) menyebutkan bahwa penentuan
informan dalam penelitian kualitatif pada umumnya memiliki informan yang lebih
sedikit dibandingkan jenis penelitian lainnya. Penentuan subjek dalam penelitian
ini menggunakan model Purposive Sampling, penentuan subjek dengan
pertimbangan tertentu, dengan kata lain unit subjek yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan dalam tujuan penelitian. Bagian
analisis dalam jenis penelitian kualitatif kali ini adalah individu atau
perseorangan, kemudian individu tersebut yang dijadikan sumber informasi dalam
penelitian. Lalu untuk menentukan informan atau sumber informasi, peneliti
memilih informan berdasarkan tujuan penelitian dan berdasarkan kriteria
informan.

Dalam penelitian ini peneliti memilih subjek yaitu pegawai Badan Pusat Statistik
(BPS) serta masyarakat penerima pelayanan data dari Badan Pusat Statistik
Lampung Selatan Lampung Selatan selama penerapan kebijakan work from home,
jumlah informan dalam penelitian ini fleksibel disesuaikan dengan kondisi
dilapangan tanpa mengurangi validitas data dan keterwakilan data di lapangan,
jumlah tersebut tetap mampu mewakili populasi yang ada dan mampu memenuhi
kebutuhan informasi dalam penelitian.

3.5 Sumber data

Menurut Lofland dalam Moleong L. (2013) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan yang diamati atau diwawancarai
serta penyebaran angket yang dilakukan merupakan sumber data utama yang
dapat dicatat atau direkam baik melalui perekam suara atau gambar. Sementara
data tambahan seperti dokumen dapat berupa majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi, dokumen resmi dan/atau data statistik. Jenis Data yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni sebagai berikut:

a) Data primer
Data yang di dapat langsung dari lapangan melalui wawancara dengan
pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) serta menyebar angket kepada
masyarakat lampung selatan penerima pelayanan data dari Badan Pusat
Statistik Lampung Selatan selama penerapan kebijakan work from home.
b) Data skunder
Data tambahan yang diperoleh dari berbagai buku-buku, referensi, artikel,
dan internet serta yang berhungan dengan penelitian ini. Dengan demikian
data sekunder berfungsi untuk melengkapi dan mendukung data primer.

3.6 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan


informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a) Pengamatan (observation)
Yatim (2010) berpendapat bahwa Pengamatan atau observasi dilakukan
untuk mendapatkan informasi langsung dari pengamatan yang peneliti
lakukan. Observasi sangatlah penting dilakukan karena peneliti dapat
mengenal lingkungan dan objek penelitian secara langsung dan melihat
bagaimana proses tersebut terjadi sehingga pengamatan yang dilakukan
menghasilkan data yang lebih faktual. Dalam penelitian ini jenis teknik
yang dilakukan adalah observasi partisipan. Observasi partisipan adalah
apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian atau
berada dalam keadaan obyek yang diobservasi (disebut observer). Observasi
digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan bagaimana
efektivitas kerja pegawai dalam penerapan Work From Home (WFH) di
Badan Pusat Statistik Lampung Selatan.
b) Wawancara atau interview
Moleong L. (2013) mengatakan wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewed) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Metode ini
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai efektivitas kerja pegawai
dalam penerapan Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik
Lampung Selatan.Wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi
terstruktur (yang berpacu pada pedoman namun sifatnya masih terbuka).
Pihak yang akan diwawancari adalah seluruh pegawai badan pusat statistik
lampung selaan.
c) Angket
Danim (2002) menyebutkan Angket atau kuesioner adalah seperangkat
pernyataan atau pertanyaan tertulis dalam lembaran kertas atau sejenisnya
dan disampaikan kepada responden penelitian untuk diisi olehnya tanpa
intervensi dari penulis atau pihak lain. Metode ini digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya, atau
hal – hal lain yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
angket semi terbuka yaitu jawaban sudah disediakan berupa pilihan akan
tetapi diberikan tempat kosong untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan
kondisi responden yang tidak terdapat pada pilihan. sasaran angket adalah
masyarakat lampung selatan penerima pelayanan data dari Badan Pusat
Statistik Lampung Selatan yang bertepatan diterapkannya sistem kebijakan
Work From Home.
d) Dokumentasi
Ahmad (2011) menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah
mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah
tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi
seperti monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada.
Menurut Arikunto (2006) Metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Adapun instrumen dalam mengumpulkan data melalui metode dokumentasi
ini adalah peneliti sendiri. Sedangkan alat bantu yang peneliti gunakan
dalam metode dokumentasi adalah perekam gambar atau foto.
3.7 Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke


dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data adalah rangkaian
kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi
data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Setelah
data terkumpul melalui teknik pengumpulan data, selanjutnya adalah menganalisis
data tersebut. Analisa terhadap data kualitatif ini terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi.

a) Reduksi data (data reduction)


Eduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksi dan mengubah data kasar ke dalam catatan lapangan.
Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat
ringkasan, menelusuri tema, menulis memo, dan lain sebagainya, dengan
maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan, yang kemudian
disebut diverifikasi. Langkah pertama ini berasal dari hasil observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi yang diperoleh di lapangan. Tujuannya
untuk mengumpulkan seluruh data mengenai efektivitas kerja pegawai
dalam penerapan Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik
Lampung Selatan.
b) Penyajian data (data display)
Penyajian data atau data display adalah langkah mengorganisasi data dalam
suatu tatanan informasi yang padat atau kaya makna sehingga dengan
mudah dibuat kesimpulan. Penyajian data biasanya dibuat dalam bentuk
cerita atau teks. Dalam penelitian ini, penyajian data mengenai dampak
work from home terhadap efektivitas kerja di badan pusat statistik lampung
selatan disajikan dalam bentuk teks naratif, dengan tujuan dirancang guna
menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk yang sistematis dan
mudah dipahami.
c) Penarikan kesimpulan (verification)
Berdasarkan hasil analisis data, melalui langkah reduksi data dan penyajian
data, langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dan verifikasi terhadap
kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan yang dibuat adalah jawaban terhadap
masalah riset. Verifikasi adalah upaya membuktikan kembali benar atau
tidaknya kesimpulan yang dibuat, atau sesuai tidaknya kesimpulan dengan
kenyataan. Untuk lebih jelasnya mengenai penjelasan tersebut, lihat bagan
dibawah ini :

Gambar 3.2 Teknik Analisis Data Kualitatif Menurut Miles dan Hubberman

Sumber: Sugiyono, 2007

3.8 Uji keabsahan data

Menurut Sugiyono (2009) Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif


dapat dilakukan dengan uji credibility (validitas interbal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektifitas). Untuk
memeriksa keabsahan data mengenai “Efektivitas kerja pegawai dalam penerapan
Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik Lampung Selatan” berdasarkan
data yang sudah terkumpul, selanjutnya ditempuh beberapa teknik keabsahan data
yang meliputi: credibility, tranferabelity, dependability, dan confirmability adapun
perincian dari teknik diatas adalah sebagai berikut:
a) Uji credibility
Dalam penelitian kualitatif, uji credibility data atau kepercayaan terhadap
data hasil penelitian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif,
dan member check. Namun, dalam penelitian ini hanya menggunakan
beberapa cara yang dilakukan untuk menguji kepercayaan data hasil
penelitian sebagai berikut:
a. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Dengan demikian, terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Namun, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan dua triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi teknik.
1) Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji credibility data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Untuk menguji credibility data mengenai “Efektivitas kerja pegawai
dalam penerapan Work From Home (WFH) di Badan Pusat Statistik
Lampung Selatan.” maka pengumpulan dan pengujian data dilakukan
kepada para pegawai Badan Pusat Statistik Lampung Selatan dan
masyarakat lampung selatan yang menerima pelayanan data dari
Badan Pusat Statistik Lampung Selatan (informan). Data dari kedua
sumber tersebut kan dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari
kedua sumber data tersebut.
2) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Yaitu teknik observasi, wawancara, angket dan dokumen
pendukung terhadap informan.
b. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang
telah ditemukan oleh peneliti. Untuk itu dalam penyusunan laporan,
peneliti menyertakan foto atau dokumen autentik sehingga hasil
penelitian menjadi lebih dapat dipercaya.
c. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data itu
pertanda data tersebut valid, sehingga semakin credibel. Pelaksanaan
member check dapat dilakukan setelah mendapat suatu temuan atau
kesimpulan. Dalam penelitian ini member check dilakukan dengan forum
diskusi. Dalam diskusi peneliti menyampaikan temuan kepada para
pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut mungkin terjadi
pengurangan, penambahan dan kesepakatan data. Setelah data disepakati
bersama, maka pemberi data diminta untuk menandatangani, agar lebih
autentik.

b) Uji tranferabelity
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya
hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil. Oleh karena
itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif ini sehingga
ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka dalam
Menyusun laporan ini peneliti memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian ini, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk diaplikasikan hasil penelitian ini di tempat lain. Apabila
pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian
jelasnya, seperti apa suatu hasil penelitian dapat diberlakukan
(transferability), maka laporan ini memenuhi standar transferability.
c) Uji dependability
Dalam penelitian kualitatif, dependability disebut sebagai reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau
mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji
dependebility dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Dalam penelitian ini dependebility dilakukan oleh auditor
yang independen atau dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhan
aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
d) Uji confirmability
Pengujian confirmability dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji
obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif apabila hasil penelitian
telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability
mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan
secara bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar confirmability. Dengan demikian, dalam penelitian
kualitatif ini uji confirmability di lakukan bersamaan dengan uji
dependability oleh dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulrahmat. (2008). Efektivitas Organisasi, Edisi Pertama. Jakarta: Airlangga.


Agustino, L. (2006). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta.
Ahmad, T. (2011). Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.
Ahidin, U. (2020). COVID 19 Dan Work From Home. Kota Serang Banten:
Desenta Muliavisitama.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Revisi V
Cet. Ke-12. ed.). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi
VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Danim, S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Darwin, M. (1999). Implementasi Kebijakan. Modul Pelatihan Teknik dan
Manajemen Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Dunn, & William N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Easton, D. (1953). The Political System: An Inquiry into the State of Political
Science. New York: Knopf.
Gibson. (1985). Organisasi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Gibson, Invancevich, & Donnelly. (1997). Organisasi Dan Manajemen ,
Perilaku, Struktur Proses. Jakarta: Erlangga.
Hasibuan. (2003). Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, M. (2003). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kaplan, I., & D, H. L. (1970). Power and Society. New Haven: Yale University
Press.
M. Irfan, & Islamy. (2009). Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Moleong, L. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskripsif Kualitatif. Jakarta: GP.
Press Group.
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Richard M., & Steers. (1985). Efektivitas Orgaisasi Kaidah Perilaku (alih bahasa
magdalena). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Siagian. (1994). Organisasi, kepemimpinan, Perilaku Administrasi. Jakarta: CV.
Haji Mas Agung.
Siagian. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
siagian, s. p. (1996). Organisasi Dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Solichin, & Wahab, A. (2008). Analisis Kebijaksaan dari formulasi ke
implementasi kebijaksanaan negara. Jakarta: Bumi Aksara.
steers. (1985). Efektivitas Organisasi Kaidah Perilaku (Alih Bahasa Magdelana).
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharno. (2010). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta: UNY Press.
Sutarto. (2012). Buku Ajar Manajemen Pelatihan. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Tangkilisan. (2003). Implementasi Kebijakan Publik: Transformasi Pemikiran.
Yogyakarta: Y.A.P.
Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta: Indeks.
Yatim, R. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

JURNAL
Haryanto, R. S., & putranto, l. s. (2021). KARAKTERISTIK PERILAKU
BEKERJA DARI RUMAH SELAMA PANDEMI COVID-19
TERHADAP FREKUENSI PERJALANAN SEHARI-HARI. JMTS:
Jurnal Mitra Teknik Sipil, 4, 119-128.
Jauhari, R., & Ridwan. (2017). EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA KOPERASI SYARIAH DI
KOTA BANDA ACEH TAHUN 2011-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 2, 168-179.
Kartika, L., Jayawinangun, R., & Indrawan, R. (2021). EFEKTIVITAS
PROGRAM WORK FROM HOME (WFH) BERBASIS OUTCOME
MASA PANDEMI COVID-19. Journal of Applied Business and
Economics (JABE), 7, 338-356.
Ma'rifah, D. (2020). Implementasi Work From Home: Kajian Tentang Dampak
Positif, Dampak Negatif dan Produktivitas Pegawai. Civil Service, 14, 1-
10.
Mungkara, o. (2020). Bekerja dari Rumah (Working From Home/WFH): Menuju
Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. The Indonesian Journal of
Development Planning, 4, 126-150.
Mungkasa, O. (2020). Bekerja dari Rumah (Working From Home/WFH): Menuju
Tatanan Baru Era Pandemi COVID 19. The Indonesian Journal of
Development Planning, 4, 126-150.
Putra, P. P., Putra, M. S., & Eka, P. A. (2021). STUDI EKSPLORASI DAMPAK
WORK FROM HOME PADA KINERJA KARYAWAN BUMN DI
WILAYAH DENPASAR KARYAWAN DI MASA PANDEMI COVID-
19. Jurna Satyagraha, 3, 19-27.
Suspahariati, & Susilawati, R. (2020). Penerapan Sistem WFH (Work From
Home) dan Dampaknya terhadap Kinerja Staf dan Dosen Unipdu Jombang
selama Pandemi Covid-19. Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, 6,
229-240.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Menpanrb) Nomor 19 Tahun 2020 tentang penyesuaian sistem kerja
Aparatur Sipil Negara dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di
lingkungan instansi pemerintah.
Surat edaran no 407 tahun 2020 tentang panduan pelaksanaan sistem kerja
Pegawai Negeri Sipil dalam tatanan normal baru dilingkungan Badan
Pusat Statistik.
surat edaran Nomor B-423/BPS/2000/09/2020 Perihal Mekanisme Kerja Pasca
WFH.
Surat edaran, Nomor: 060/1562/1.10/2020 tentang penyesuaian sistem kerja
pegawai dalam upaya pencegahan penyebaran corona virus disease
(COVID-19) di lingkungan pemerintah Kabupaten Lampung Selatan.
UU Nomor 16 Tahun 1997, mengenai peranan yang harus dijalankan oleh BPS.
SUMBER LAIN:
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2021, Desember 24). Data COVID-19 di
Provinsi Lampung. Retrieved from INFORMASI COVID-19 PROVINSI
LAMPUNG: https://covid19.lampungprov.go.id/
Kementrian Kesehatan. (2021, Desember 24). Peta Sebaran COVID-19. Retrieved
from COVID19: https://covid19.go.id/peta-sebaran-covid19

Anda mungkin juga menyukai