Anda di halaman 1dari 8

Lomba Pidato Menciptakan Pengalaman Sukses

Siswa di Masa Pandemi COVID-19


Najlatun Naqiyah1, Luluk Dina Islamiyah2
1
Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Surabaya, najlatunnaqiyah@unesa.ac.id
2
Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Surabaya, luluk.707132505@mhs.unesa.ac.id

Abstrak Pada masa pandemi COVID-19, siswa berhak memperoleh pembelajaran yang terbaik
untuk sukses. Pemerintah dan masyarakat perlu menyediakan sekolah yang memberi banyak
peluang untuk sukses. Cara sekolah berbasis pondok pesantren dengan melakukan berbagai macam
kompetisi yang memberikan pengalaman keberhasilan siswa diberbagai bidang akademik dan non
akademik. Lomba digelar sebagai evaluasi selama pembelajaran satu tahun. Lomba pidato adalah
salah satu lomba yang kompetisikan pada masa pandemi. Lomba pidato diikuti oleh 18 siswa dari
delegasi siswa asrama berjumlah 450 siswa. Penilaian yang dilakukan meliputi penyampaian, isi,
intonasi dan etika atau adab. Hasil lomba pidato tersebut dapat memberi pengalaman sukses
sehingga siswa percaya diri mengatasi pandemi dan terus belajar pidato. Hasil lomba pidato
memberi pelajaran pada anak belajar menghapal teks, berani menjelaskan ide dan gagasan,
melakukan ekspresi dan inovasi dalam gerak dan intonasi suara, mempengaruhi audience dengan
kata-kata dan kalimat yang baik dan benar. Lomba pidato mengasah siswa menjadi calon pemimpin
masa depan untuk Indonesia maju.

Kata kunci: pengalaman berhasil, lomba pidato, pandemi COVID-19

1. Pendahuluan
Pada masa pandemi COVID-19 pendidikan merupakan salah satu sektor yang
sangat terdampak oleh virus corona (Purwanto et al, 2020) sehingga dalam situasi pandemi
ini siswa rentan mengalami kebingungan dan kecemasan. Siswa bingung merespon
perubahan perilaku yang terbatas hanya di dalam rumah karena merasa “terpaksa” untuk
belajar di rumah, akibat ditiadakannya pembelajaran tatap muka. Dengan kebijakan belajar
di rumah, mengerjakan tugas-tugas sekolah dari rumah, serta pembelajaran jarak jauh, tidak
semua siswa dapat dengan mudah merespon perubahan tersebut. Sehingga tidak sedikit
pembelajaran dari rumah tersebut butuh kesiapan untuk beradaptasi. Pada situasi tersebut
siswa yang memiliki keyakinan kuat akan mampu beradaptasi dengan perubahan.
Sedangkan bagi siswa yang tidak siap mereka akan mengalami kecemasan, akibat
perubahan lingkungan belajar di rumah yang sempit, dan ruang virtual yang membuat jenuh
serta bosan.
Pada dasarnya kesiapan belajar langsung secara tatap muka saat ini perlu
dikoordinasikan langsung dengan orang tua dan anak. Hal ini sebagai bentuk komitmen
dukungan dan kerjasama untuk merdeka belajar dan saling menjaga kesehatan, kesiapan
belajar tersebut penting untuk dilakukan oleh sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk
kesiapan mahasiswa di masa COVID-19 (Utami et al., 2020). Perubahan arah dari tatap
muka secara langsung ke arah penggunaan teknologi internet membuat siswa perlu
beradaptasi (Dwidienawati et al., 2020). Sehingga siswa binggung dan orang tua beserta
Guru tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan pandemic COVID-19.
Sekolah berbasis pesantren merupakan salah satu wadah pendidikan yang saat ini
menerapkan sistem blanded learning yakni kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan
daring. Dimana sekolah menerapkan system daring, dengan memberikan tugas-tugas
dengan jarak jauh dan mengikuti pembelajaran melalui platform daring. Sedangkan

268
kegiatan pondok melakukan ibadah dan pengajian kitab dengan cara social distancing dan
menggunakan masker. Pesantren tangguh terus diusahakan agar para siswa selamat dari
wabah.
Pada masa pandemi COVID-19 maraknya isu persebaran virus yang sangat mudah
dan cepat membuat siswa mengalami kebingungan dan kecemasan. Hal tersebut akibat
banyaknya berita larangan untuk berkerumun, menggunakan masker, dan menerapkan
social distancing. Sehingga siswa mengalami kepanikan karena banyaknya tugas-tugas di
sekolah sedangkan akses tatap muka di kurangi dan jam pelajaran dibatasi untuk belajar
mengerjakan secara mandiri.
Hal tersebut berpengaruh pada rasa keyakinan dalam belajar untuk sukses. Anak-
anak yang mengalami kerentanan akan ragu dalam menyampaikan ide dan gagasan.
Mereka lari dari kenyataan dan menampilkan performasi yang rendah. Hasil yang dicapai
tidak memenuhi target. Sebaliknya anak-anak yang memiliki keyakinan yang tinggi dapat
menyediakan waktu untuk belajar dengan sungguh-sungguh, tidak terpengaruh dengan
situasi pandemic COVID-19.
Untuk melihat keyakinan yang kuat, pada belajar anak. Maka perlu ditampilkan
performansi yang mengasah keterampilan berani mengemukakan pendapat. Salah satu cara
untuk melatih keterampilan mengemukakan pendapat yakni melalui komunikasi dengan
latihan pidato (Naqiyah, 2019). Melalui pidato maka seorang anak mewujudkan
eksistensinya sebagai manusia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi, dengan
upaya memajukan keberanian siswa melalui pidato siswa juga dapat kreatif dan inovatif
mengemas kata-kata menjadi gagasan yang lugas hingga pesan yang disampaikan dapat
diterima oleh pendengar (Arbi, 2012)
Pembiasaan mengemukakan pendapat melalui latihan pidato yang membuat anak
puas dengan pengalaman sukses dan keberhasilan atas tercapainya suatu hal maka
pembiasaan tersebut cenderung akan diulangi, hal tersebut sebagaimana kaum behavior
membahas manusia sebagai individu (Djumhana, 2001) sehingga Lomba pidato yang
dilakukan dalam pesantren dari utusan asrama akan memberikan pembiasaan pada diri anak
dalam wujud pengalaman sukses untuk mengemukakan pendapat.
Fokus masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana lomba pidato di masa
pandemi COVID-19 untuk memberikan pengalaman sukses pada siswa. Untuk
mempermudah focus maka masalah khusus yang akan dilakukan adalah bagaimana cara
siswa menyampaikan pidato di masa pandemi COVID-19? Bagaimana intonasi suara siswa
dalam lomba pidato? Bagaimana etika atau adab siswa dalam berpidato? Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui gambaran pengalaman berhasil siswa dalam menyampaikan isi
pidato, intonasi dan adab siswa.

2. Metode
Metode pada penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, dengan partisipan
langsung. Peneliti bersama-sama dengan subjek melakukan kegiatan bersama dan
menggali data melalui pengamatan dan observasi. Jumlah subjek yang menjadi target
penelitian ada 18 anak yang berada di pesantren. Usia berkisar dari rentang 14 tahun-20
tahun. Jenis kelamin perempuan yang sedang sekolah di tingkat menengah pertama dan
menengah atas.
Lembar observasi dilakukan meliputi penyampaian, isi, intonasi dan adab.
Penilaian berkisar antara 0-100. Studi dokumentasi dilakukan dengan mendokumentasikan
naskah pidato para peserta lomba, melakukan pengamatan langsung pada peserta lomba
saat tampil di podium dan membuat catatan hasil observasi yang dilakukan. Hasil penilaian
dicocokkan dengan hasil dokumentasi dan observasi langsung kemudian membuat narasi

269
laporan hasil dengan menganalisis kemampuan penyampaian isi, materi, intonasi dan adab
atau etika.

3. Hasil
Hasil penelitian ada dua, meliputi cara penyampaian isi pidato, topik-topik
yang menjadi bahan materi pidato,
Tabel 1. Hasil evaluasi
No Subjek Penyampaian Isi Materi Intonasi Adab Total
50 20 20
10 100

1 X1 20 10 10 5 45
2 X2 30 10 10 7 57
3 X3 25 15 20 6 66
4 X4 30 15 20 10 75
5 X5 40 15 20 10 85
6 X6 30 16 8 5 59
7 X7 40 18 18 10 86
8 X8 10 5 5 5 25
9 X9 10 5 5 5 25
10 X10 35 10 15 10 70
11 X11 43 20 10 8 81
12 X12 50 16 15 8 89
13 X13 10 10 15 10 45
14 X14 15 12 10 8 45
15 X15 30 10 10 0 50
16 X16 40 20 18 10 88
17 X17 5 5 10 5 25
18 X18 30 15 10 10 65

Tabel 1 menunjukkan hasil evaluasi bahwa cara penyampaian pidato siswa dengan
nilai tertinggi X12. Siswa dengan nilai sangat tinggi adalah 89 dan nilai sangat rendah 20.
Siswa yang memperoleh nilai 80-89 ada 5 siswa dengan nilai tinggi. Sedangkan peserta
yang memperoleh nilai 50-75 ada 7 peserta, dan peserta dengan nilai 25-45 ada 6 peserta.
Rata-rata nilai 18 siswa yang mampu pidato dalam aspek kemampuan menyampaikan
pidato 46%. Siswa yang menguasai isi pidato 63%, dan siswa yang mampu melakukan
intonasi suara 69% serta siswa yang memiliki etika beradab ada 73%.

Hasil Dokumentasi
Siswa yang memiliki naskah pidato dan menyerahkan kepada juri saat lomba
berlangsung sejumlah 17 siswa. Hanya ada 1 siswa yang tidak membuat naskah karena
menggantikan peserta lomba yang berhalangan hadir. Dari 17 naskah dapat dilihat topik-
topik yang disampaikan beragam, mulai dari topik pentingnya belajar dan mencari ilmu,
pentingnya belajar al-Qur’an, Hikmah bulan suci ramadlan, cinta tanah air, keunggulan
belajar di pondok pesantren dan berbuat baik kepada orang tua dan Guru, bahaya narkoba
dan memperbanyak bersedekah. Untuk kelengkapan naskah masih terdapat naskah pidato
yang tidak menyertakan dalil-dalil yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits.

270
Hasil Observasi
Observasi langsung dilakukan kepada seluruh siswa sejumlah 18 orang yang
tampil saat lomba pidato. Observasi dilakukan secara individual kepada peserta lomba
dengan mengamati penyampaian langsung meliputi ketenangan dalam menampilkan diri,
cara menyampaikan salam pembuka, menyebutkan penghormatan kepada para tokoh
masyarakat, menyampaikan puja dan puji syukur dan solawat dan salam serta ucapan
terima kasih kepada audience dan menyampaikan isi pesan pidato. Hasil observasi dicatat
melalui kertas dan bolpen serta mencocokkan dengan kinerja.

Gambar 1. Performansi siswa di lomba pidato,

Pada gambar 1, performasi siswa yang melakukan gaya dalam menampilkan diri
untuk berpidato diatas panggung. Peserta yang memiliki penampilan tenang akan mampu
menguasai panggung dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu sesuai dengan
ketentuan lomba. Ekspresi pada siswa dalam menampilkan diri dengan gugup mereka
cenderung tidak bisa menguasai pandung dan pesan yang di sampaikan kepada audience
tidak dapat tersampaikan secara optimal.

Gambar. 2. Ekspresi Siswa dalam Menyampaikan Pidato

Siswa pada gambar 2, menunjukkan ekspresi positif dalam menampilkan pidato


dengan gaya masing-masing individu yang unik. Bagi siswa yang memiliki rasa berhasil
yang tinggi akan menampilkan dengan penuh percaya diri dengan ekspresi gaya berdiri
tegak dan memegang mik dengan tenang serta membuka salam dengan semangat.

271
Tabel 2. Penyampaian Pidato
Subjek Keterangan

X1 Topik tentang pentingnya ilmu. Isi belum hapal materi, tidak mengetahui tokoh
yang dihormati, mampu menjelaskan
X2 Topik yang disampaikan tentang mencari ilmu, tidak bisa menata waktu
X3 Topik yang dibahas tentang cara memulyakan kedua orang tua, tidak bias
menggunakan media mikrofon, gaya dan intonasi sangat baik namun dalam
penyampaian isi tidak ada dalil serta etika masih kurang
X4 Topik tentang kelebihan dan keunggulan pondok pesantren. Topik kurang
menguasai
X5 Topik tentang cinta tanah air, dan penguasaan materi sempurna, namun suara sesak
dan terlalu banyak menghabiskan waktu bernyanyi dan kurang menjelaskan
dengan dalil
X6 Topik kewajiban mencari ilmu bagi laki-laki dan perempuan. Siswa terlalu banyak
gaya, masih ragu-ragu dan tidak hapal materi, tidak bias menguasai panggung dan
lari saat selesai pidato
X7 Topik tentang A-Qur’an. Intonasi sangat cepat, penguasaan materi sempurna dan
hapal
X8 Topik tentang Bersyukur. Siswa tidak mengetahui nama tokoh yang dihormati,
kalimat terbata-bata, gugup
X9 Siswa tidak hapal
X10 Gaya siswa monoton, kurang informasi, tidak senyum, dan intonasi lirih serta tidak
menggunakan dalil
X11 Topik tentang Puasa Romadhon. Semangat sangat bagus, hapal dan menguasai
namun intonasi tinggi terus menerus
X12 Topik mencintai al-Qur’an, penguasaan materi bagus sekali, humor, ada dalil yang
disampaikan, penjelasan disertai contoh, dan intonasi bagus sekali serta etika
sopan
X13 Tidak menguasai panggung, tidak menghapal materi, intonasi suara kurang dan
beretika
X14 Topik tentang ingat Mati. Siswa tidak mempunyai teks pidato, tidak jelas pesan
yang disampaikan, gaya monoton
X15 Topik berbuat baik kepada orang tua. Siswa menguasai panggung, namun tidak
hapal isi teks. Penyampaian marah-marah, etika tidak sopan, kata-katanya kasar
X16 Topik al-Qur’an. Siswa menguasai materi, penyampaiannya sangat bagus, intonasi
tinggi dan etika
X17 Topik yang disampaikan tentang Ilmu, tidak hapal dan intonasi kurang sekali
X18 Topik kemulyaan wanita dalam agama. Materi hapal namun intonasi rendah, tidak
menyelesaikan waktu yang diberikan

Pada tabel 2. Adalah hasil observasi lomba pidato meliputi topik dan cara
penyampaian dengan gaya masing-masing yang unik. Peserta terdiri dari 18 orang yang
hadir dan mengikuti lomba dan memiliki topik bahasan. Topik bahasan tentang al-Qur’an,
puasa, sodaqoh, mencari iIlmu, kemulyaan wanita dalam agama, cinta tanah air, bahaya
narkoba, memuliakan kedua orang tua, kelebihan dan keunggulan sekolah di pesantren.
Dari 18 peserta, peserta yang memiliki performasi dalam menyampaikan pidato
ada 5 siswa, yaitu X5, X7, X11, X12, dan X16. Cara penyampaian sempurna, sudah hapal
isi teks pidato namun intonasi masih tinggi terus, serta etika baik. Kelima siswa mampu
tampil dengan tenang dan bersikap sopan. Mereka memiliki self-efficacy yang tinggi dalam
menampilkan kemampuan pidato sehingga mendapatkan pengalaman keberhasilan.

272
Gambar 3. Pengalaman sukses siswa

Pada gambar 3, siswa mengalami langsung praktik berpidato. Siswa menatap


audience dengan semangat untuk menyampaikan pesan. Siswa berlatih langsung
menjelaskan pemahamannya kepada audience, memberikan intonasi suara tinggi dan
rendah pada kalimat dan siswa berlatih berani menampilkan diri dengan tulus di depan
menjadi contoh

Gambar 4. Gaya siswa menyampaikan pidato

Pada gambar 4, terlihat siswa menunjukkan gaya yang unik dalam menyampaikan
pesan. Siswa berani melakukan improvisasi Bahasa dan gaya dengan menjelaskan
menggunakan media tubuh dengan menggerakkan tangan untuk memperjelas isi pesan.

4. Pembahasan
Hasil lomba pidato di masa pandemic perlu memperhatikan beberapa hal antara
lain, siswa yang akan mengikuti lomba perlu belajar memahami isi teks pidato. Penguasaan
isi pidato menjadi modal awal untuk melatih kemampuan dalam menyampaikan materi.
Latihan pidato dengan desain lomba pidato memberi pengalaman siswa untuk sukses.
Siswa yang berhasil tampil dengan performasi akan memiliki keyakinan berhasil yang
tinggi. Lomba pidato memberi pengalaman keberhasilan siswa. Siswa merasakan sendiri
pengalaman mengikuti lomba, mengatasi rasa gemetar berdiri dimuka umum, usaha
menjelaskan isi dan menyampaikan gagasan secara jelas, nyaring dan seni menarik
perhatian. Kesiapan mempengaruhi performansi. Performasi yaitu menampilkan kinerja
dengan usaha yang penuh.

273
Rasa berhasil yang ditunjukkan dengan kemampuan penguasaan pidato secara
jelas, nyaring, intonasi suara yang tertata dan gaya yang beradap dapat diciptakan melalui
latihan yang berkelanjutan. Pemenang lomba pidato dilihat dari kemampuan
menyampaikan materi, penguasaan hapalan isi pidato, memahami pesan yang disampaikan
kepada audience, penuh humor dan bersikap tenang. Mampu mengatur intonasi kata dan
kalimat. Melakukan komunikasi yang efektif dalam menyapa audience dan humor yang
lucu. Jika siswa tidak kuat mental, akan panic dan cemas. Kondisi cemas menghilangkan
konsentrasi dan focus. Ketika dicaci maki oleh audience atau ketika sorak sorai dari
penonton, speaker berusaha menguasai diri dengan kendali internal.
Peran Guru dalam melatih keterampilan siswa berpidato perlu memberikan tugas
yang menantang pada siswa. Misalnya Guru memberi tugas agar siswa berpidato dengan
bahasa asing, seperti pidato Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa daerah. Bagi siswa yang
mau belajar akan menerima tantangan dengan belajar sungguh-sungguh. Guru yang melatih
siswa dengan coping efficacy (cara berhasil mengatasi kesulitan) akan membuat siswa
tangguh mentalnya menghadapi berbagai situasi (Jelińska & Paradowski, 2021).
Keterampilan pidato memerlukan persiapan dalam menentukan topik disesuaikan
dengan keadaan acara, memahami audience yang akan diberikan pesan dan belajar.
Seorang speaker membawa dimensi spiritual dalam menyampaikan isi pidato (Heidari et
al., 2014). Dimensi spiritual dan religious mempengaruhi cara individu dalam membuka
ceramah dan berkomunikasi dengan audience secara santun dan menyejukkan. Pidato yang
memberi spirit dan motivasi untuk meningkatkan diri kearah lebih baik. Sekolah di masa
pandemic COVID-19 mengalami perubahan belajar bagi siswa.
Self-management mempengaruhi seseorang dalam melakukan kinerja (Lorig &
Holman, 2003). Unjuk kinerja dalam melakukan penampilan pidato dipengaruhi oleh
keadaan emosi, mampu mengatur emosi ketika menghadapi banyaknya audience dengan
perilaku yang berbeda-beda. Selain itu self-management membantu individu untuk
mengatur diri setiap hari untuk menghindari COVID-19, menjauhkan diri dari kerumunan,
menghindari dari hal-hal yang mencegah terjadinya penularan COVID-19.(Hernández-
Padilla et al., 2020). Penguasaan siswa dalam pidato perlu dilatih secara terus menerus agar
bias meningkat kinerja dalam penguasaan materi.

5. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut bahwa lomba pidato yang dilakukan
pada masa pandemic COVID-19 dengan cara menyampaikan materi, penguasaan isi,
intonasi suara yang jelas, kuat dan etika dalam bertutur kata menyampaikan pesan dengan
cara yang santun. (1) Penyampaian pidato disampaikan dengan penguasaan diri,
memahami isi, menjelaskan materi secara jelas. (2) Isi pidato meliputi salam pembuka,
penghormatan kepada tokoh, pujian kepada Allah SWT, solawat dan salam kepada Nabi
Muhammad dan Isi pidato dengan penjelasan disertai dengan bukti-bukti berupa dalil al-
Qur’an dan al-hadis serta penutup. (3) Intonasi suara dilakukan dengan penekanan suara
yang tinggi pada pesan-pesan penting, suara yang sedang jika menceritakan tokoh dan
peristiwa serta nada yang lembut untuk menutup dengan doa dan harapan menuju
perubahan yang lebih baik., dan (4) Pengalaman kesuksesan akan diperoleh oleh siswa
yang melakukan kinerja lomba dengan usaha yang maksimal, latihan berulang dan
mendapatkan nilai yang tinggi sebagai pemenang lomba pidato.

274
Referensi

A. Purwanto, “Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses


Pembelajaran Online di Sekolah Dasar”, Edupsycouns, vol. 2, no. 1, pp. 1-12, Apr.
2020.
Arbi, Armawati. (2012). Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta: Amzah
Djumhana Bastaman, Hanna., (2001) Integrasi Psikologi dan Islam, Bandung: Pustaka
Pelajar, hlm. 49
Dwidienawati, D., Bramatoro, S., & Tjahjana, D. (2020). Face-to-Face and Lessons
Learned from the Forced Shift to E-Learning during the COVID-19 Outbreak.
13(11), 119–134.
Heidari, A. A., Ghalavand, S. T., & Vasigh, B. (2014). Making the Public Spaces with
Spiritual Strategy in Bushehr. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 159,
722–731. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.12.461
Hernández-Padilla, J. M., Granero-Molina, J., Ruiz-Fernández, M. D., Dobarrio-Sanz, I.,
López-Rodríguez, M. M., Fernández-Medina, I. M., Correa-Casado, M., &
Fernández-Sola, C. (2020). Design and psychometric analysis of the COVID-19
prevention, recognition and home-management self-efficacy scale. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 17(13).
https://doi.org/10.3390/ijerph17134653
Jelińska, M., & Paradowski, M. B. (2021). Teachers’ engagement in and coping with
emergency remote instruction during covid-19-induced school closures: A
multinational contextual perspective. Online Learning Journal, 25(1), 303–328.
https://doi.org/10.24059/olj.v25i1.2492
Lorig, K. R., & Holman, H. R. (2003). Self-management education: History, definition,
outcomes, and mechanisms. In Annals of Behavioral Medicine (Vol. 26, Issue 1,
pp. 1–7). Lawrence Erlbaum Associates Inc.
https://doi.org/10.1207/S15324796ABM2601_01
Naqiyah, N dkk, (2019). Public Speaking untuk Meningkatkan Self-Efficacy. CV.
A.A.Rizki.
Utami, S., Rufaidah, A., & Nisa, A. (2020). 43.Kontribusi self-efficacy terhadap stres
akademik mahasiswa selama pandemi Covid-19 periode April-Mei 2020
Universitas Indraprasta PGRI 123 *). Electronic) Pusat Kajian BK Unindra-IKI,
20(1). https://doi.org/10.26539/teraputik.41294

275

Anda mungkin juga menyukai