Anda di halaman 1dari 6

Jurnal EKSPONENSIAL

Analisis Regresi bertujuan meminimumkan jumlah kuadrat error


Analisis regresi menurut Sudarmanto (2005: dan metode maksimum Likelihood (Kutner dkk.,
1) merupakan salah satu analisis yang 2004).
menjelaskan akibat dan luasnya akibat yang a. Estimasi Parameter Menggunakan OLS
ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel Estimator kuadrat terkecil dari ^
β berbentuk
prediktor (variabel bebas) terhadap suatu variabel sebagai berikut
respon (variabel terikat). Analisis regresi dapat −1 −1 '
digunakan untuk menggambarkan model ( X ' X ) X ' X ^β=( X ' X ) X Y
hubungan antara dua variabel atau lebih. ^β=( X ' X )−1 X ' Y (2)
Hubungan antara variabel bebas dan respon yang
Dimana ^β menyatakan matriks berukuran m× 1
dihubungkan dengan data eksperimen ditunjukkan
dengan persamaan prediktor yang disebut sebagai dari parameter yang akan diestimasi, m
persamaan regresi. Dalam regresi linier, variabel merupakan banyak variabel independen yang
Y dapat disebut sebagai variabel respon, disebut digunakan, X menyatakan matriks variabel
juga sebagai variabel keluaran, dan bersifat tidak independen, X ’ menyatakan transpos matriks X
bebas (dependen). Variabel X bisa disebut dan Y merupakan matriks variabel dependen.
variabel prediktor (digunakan untuk memprediksi
nilai), bisa juga disebut variabel penjelas, input, Pengujian Signifikansi
dan bebas (independen). Pada analisis regresi Pengujian parameter dalam model regresi
terdapat dua metode yaitu analisis regresi linier bertujuan untuk mengetahui apakah parameter-
sederhana dan analisis regresi linier berganda. parameter tersebut smenunjukkan hubungan yang
nyata antara variabel dependen dan variabel
Regresi Linier Berganda independen serta untuk mengetahui kelayakan
Regresi linier berganda merupakan model parameter tersebut dalam menjelaskan model.
persamaan yang menjelaskan hubungan satu Dalam pengujian parameter regresi, ada dua
variabel tak bebas/response (Y) dengan dua atau pengujian yang perlu dilakukan, yaitu pengujian
lebih variabel bebas/ predictor ( X 1 , X 2 ,… X p ). parsial dan pengujian simultan.
Tujuan dari uji regresi linier berganda adalah a. Uji Parsial
untuk memprediksi nilai variabel tak bebas/ Uji signifikansi parsial digunakan untuk melihat
response (Y) apabila nilai-nilai variabel pengaruh masing-masing variabel independen
bebasnya/ predictor (X1, X2,..., Xp) diketahui. secara individual terhadap variabel dependen.
Disamping itu juga untuk dapat mengetahui Dalam regresi berganda, hal ini harus dilakukan
bagaimanakah arah hubungan variabel tak bebas karena setiap variabel independen memiliki
dengan variabel - variabel bebasnya. Persamaan pengaruh yang berbeda terhadap model. Hipotesis
regresi linier berganda secara matematik yang digunakan adalah:
diekspresikan oleh : H 0 : β k =0
y i=b 0 +b1 xi 1 +b 2 x i 2+...+b p x ip +ε i i=1,2 ,... , n (tidak terdapat pengaruh antara variabel
, (1) independen dengan variabel dependen)
yang mana H 1: βk ≠ 0
y i : nilai pengamatan variabel terikat ke-i ; (terdapat pengaruh antara variabel independen
i=1,2 , ..., n dengan variabel dependen)
b 0 : intersep atau konstanta regresi Dalam uji parsial terdapat juga statistik uji yang
digunakan dalam melakukan proses perhitungan
b k : koefisien parameter regresi variabel bebas yakni, sebagai berikut:
ke-k , k =1,2 ,... , p
x ik : nilai pengamatan ke-i untuk variabel bebas ^β −β
i i
ke-k ; i=1,2 , ..., n ;
t hitung= (3)
^
se ( β )i
k =1,2 ,... , p
ε i : galat pengamatan ke-i ; i=1,2 , ..., n
Dimana ^
β i adalah nilai dugaan β i dan se( ^βi )
(Yuliara, 2011).
Estimasi Parameter simpangan baku bagi β i . Keputusan yang
Estimasi parameter ini bertujuan untuk diambil dapat diperoleh dari hasil
mendapatkan model regresi linier berganda yang membandingkan nilai t-hitung (t hitung) dengan
akan digunakan dalam analisis. Metode yang t
digunakan untuk mengestimasi parameter model nilai t-tabel ( 1− ;n− p )
α atau bisa juga dilakukan
2
regresi linier berganda adalah metode kuadrat dengan melihat nilai signifikansi. Kriteria
terkecil atau sering juga disebut dengan metode pengambilan keputusan akan menolak H 0 jika:
ordinary least square (OLS). Metode OLS ini

Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman


Jurnal EKSPONENSIAL

|t hitung|>t tabel ( t1− α ;n− p ) (4)


Dimana
2
2 r y.12 : Koefisien determinasi berganda
b 1 : Koefisien regresi parsial untuk X 1
atau pvalue < α yang artinya terdapat pengaruh
b 2 : Koefisien regresi parsial untuk X 2
antara variabel independen dengan variabel
dependen. Sehingga dari uji dapat diketahui r 2y1 : Koefisien determinasi y dengan X 1
r y2 : Koefisien determinasi y dengan X 2
bahwa pengaruh dari tiap variabel dependen 2

dengan variabel independennya (Draper, 1992).


b. Uji Simultan
r y1 : Koefisien korelasi antara y dan X 1
Uji signifikansi secara simultan adalah uji semua r y2 : Koefisien korelasi antara y dan X 2
variabel independen secara keseluruhan dan (Kurniawan dan Yuniarto, 2016).
bersamaan di dalam suatu model. Uji ini
bertujuan untuk melihat apakah variabel Pemilihan Model Terbaik Dengan AIC
independen secara keseluruhan berpengaruh Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
signifikan terhadap variabel dependen. mendapatkan model regresi terbaik adalah metode
Hipotesis yang digunakan adalah: Akaike’s Information Criterion (AIC). Metode ini
H 0 : β k =0 mempunyai kelebihan dibangdingkan dengan
(tidak terdapat pengaruh antara keseluruhan menggunakan metode koefisien determinasi ( R2 ) .
variabel independen dengan variabel dependen) Kelebihan dari metode ini yaitu pada pemilihan
H 1 : minimal terdapat satu β k ≠ 0 untuk model regresi terbaik untuk tujuan peramalan
k =1,2 , … p yang dapat menjelaskan kecocokan model dengan
(terdapat pengaruh antara keseluruhan variabel data yang ada dan nilai yang terjadi di masa
independen dengan variabel dependen) mendatang. Metode ini di dasarkan pada metode
Dalam uji simultan terdapat juga statistik uji yang MLE. Untuk menghitung nilai AIC dapat
digunakan dalam melakukan proses perhitungan menggunkan rumus sebagai berikut:
yakni, sebagai berikut:
n

MSR 2k ∑ ε^ 2i (7)
F hitung = (5) AIC=e n i=1
MSE n
Koefisien Determinasi Dimana:
Koefisien determinasi pada analisis regresi k = jumlah parameter yang diestimasi
linier berganda sebenarnya memiliki makna yang dalam model regresi
sama dengan koefisien determinasi pada analisis n = jumlah observasi
regresi linier sederhana. Namun, terdapat dua
ε = sisa
jenis koefisien determinasi yang ada pada model
Menurut metode AIC, model regresi terbaik
regresi linier berganda, yaitu koefisien
adalah model regresi yang mempunyai nilai AIC
determinasi berganda dan koefisien determinasi
terkecil
parsial. Koefisien determinasi berganda adalah
(Widarjono, 2007).
nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya
kontribusi seluruh variabel independen yang ada
di dalam model terhadap variasi (naik/turunnya)
Pengujian Asumsi Klasik
variabel dependen. Sedangkan koefisien
Pengujian asumsi klasik adalah pengujian data
determinasi parsial adalah nilai yang digunakan
yang digunakan untuk mengetahui apakah data
untuk mengukur besarnya kontribusi satu variabel
penelitian memenuhi syarat untuk dianalisis lebih
independen yang ada di dalam model terhadap
lanjut, guna menjawab hipotesis penelitian. Jenis
variasi (naik/turunnya) variabel dependen. Rumus
uji hipotesis klasik juga memadai untuk teknik
yang dapat digunakan untuk menghitung
analisis yang digunakan. Berikut merupakan
koefisien determinasi berganda adalah sebagai
asumsi yang perlu dipenuhi dalam analisis regresi
berikut :
n n linier sederhana:
b 1 ∑ X 1i y i +b2 ∑ X 2 i yi 1. Pengujian Linieritas
2 i=1 i=1
Menurut Sugiyono (2015:323) uji linieritas
r y.12 = n dapat dipakai untuk mengetahui apakah
∑ y 2i (6) variabel terikat dengan variabel bebas
memiliki hubungan linier atau tidak secara
i=1
siginifikan. Uji linier juga dapat dihitung
r 2y 1+ r 2y 2−2 r y 1 r y2 r 12 dengan kesalahan standar estimasi yaitu
¿
1−r 212 indeks yang mengukur variasi titik-titik
observasi di sekitar garis regresi. Jika titik

Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman


Jurnal EKSPONENSIAL

observasi berada tepat pada garis regresi maka menurut Hadi (2007) adalah estimator yang
kesalahan baku akan bernilai nol (0). Berikut diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil
merupakan rumus uji F yang dapat digunakan maupun sampel besar. Berikut merupakan
dalam pengujian linieritas: rumus uji Breusch-Pagan yang dapat
2 digunakan dalam pengujian normalitas:
S1
F= (8) 1 t
S2
2
BP= f X ¿ (11)
2
dengan keterangan: dimana:
2
S1 = variansi kelompok ke-1
2
S = variansi kelompok ke-2
2
f i=( )e 2i
σ2
−1 (12)

2. Pengujian Multikolinieritas dengan keterangan:


σ = ragam dari e i
2
Uji Multikolinearitas merupakan keadaaan
dimana ada hubungan linier secara sempurna X = matriks yang berukuran n ×( p+1)
atau mendekati sempurna antara variabel yang distandarisasi untuk setiap
independen dalam model regresi, variabel pengamatan
yang menyebabkan multikolinearitas dapat e i = galat untuk pengamatan ke-i
dilihat dari nilai toleransi yang lebih kecil dari
0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari nilai
10. Tujuan dilakukan uji multikolinearitas 5. Pengujian Autokorelasi
adalah untuk menguji apakah model regresi Autokorelasi berarti bahwa ada korelasi antara
ditemukan adanya korelasi antar variabel anggota dari serangkaian pengamatan yang
independen.Model regresi yang baik dipesan oleh waktu (seperti dalam deret
sebaiknya terbebas dari korelasi di antara waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-
variabel independent (Yuliara, 2011). sectional). Autokorelasi biasanya terjadi pada
data deret waktu. Hal ini karena pengamatan
3. Pengujian Normalitas pada data deret waktu mengikuti urutan alami
Prinsip pengujian distribusi normal adalah dari waktu ke waktu. Adanya autokorelasi
membandingkan distribusi data yang diamati memiliki konsekuensi yaitu penduga masih
dan distribusi data normal. Hal ini diperlukan linier atau tidak terdistorsi, koheren dan
karena dalam statistik parametrik distribusi terdistribusi normal, tetapi penduga tidak lagi
data yang normal merupakan suatu syarat efisien (memiliki varians paling kecil). Jika
mutlak yang harus dipenuhi dalam regresi. varians tidak minimal, perhitungan standar
Menurut Suliyanto (2013:69) mengemukakan error tidak lagi dapat diandalkan. Berikut
bahwa pengujian normalitas bertujuan untuk merupakan rumus uji Durbin-Watson yang
memeriksa apakah nilai residual yang telah dapat digunakan dalam pengujian linieritas:
p
dibakukan dalam model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Berikut merupakan rumus
d=∑ ¿ ¿ ¿ (13)
i=2
uji Shapiro-Wilk yang dapat digunakan dalam dengan keterangan:
pengujian normalitas:
e i = galat untuk pengamatan ke-i

[∑ ]
k 2
1
T 3= ai ( X n−i+1− X i ) (9)
Deteksi autokorelasi pada model regresi linier
D i=1
berganda menggunakan metode Durbin-
dimana:
n Watson seperti terlihat pada Tabel di bawah
D=∑ ( X i− X )2 (10) ini.
i=1
dengan keterangan: Tabel 1. Uji Statistik Durbin-Watson
a i = koefisien uji shapiro-wilk Kriteria Keterangan
Menolak hipotesis
X = rata-rata data 0 < 𝑑 < 𝑑𝐿 nol, ada
autokorelasi positif
4. Pengujian Heterokedastisitas Menolak hipotesis
Salkind (2007:431) mengemukakan bahwa nol, ada
“heteroscedasticity is perhaps most often 4 − 𝑑𝐿 ≤ 𝑑 ≤ 4
autokorelasi
considered in cases of linear regression negative
through the origin, although that is by no Daerah keragu-
means the limitation of its usefulness”. 𝑑𝐿 ≤ 𝑑 ≤ 𝑑𝑢 raguan, tidak ada
Heteroskedastisitas artinya tidak sama. Akibat keputusan
dari heteroskedastisitas dalam model regresi

Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman


Jurnal EKSPONENSIAL

Daerah keragu- c. BBLSAR (Bayi Berat Lahir Sangat Amat


4 − 𝑑𝑢 ≤ 𝑑 ≤ 4 −
raguan, tidak ada Rendah) dengan berat badan < 1000 gram
𝑑𝐿
keputusan (Saifuddin, 2009).
Menerima hipotesis Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
nol, tidak ada Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan
𝑑𝑢 ≤ 𝑑 ≤ 4 − 𝑑𝑢 antibodi, yang dalam bidang ilmu imunologi
autokorelasi
positif/negative merupakan kuman atau racun (toxin disebut
antigen). Secara khusus antigen merupakan
keterisolasian (Kartasasmita, 1996: 240). bagian dari protein kuman atau protein racunnya.
Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke
Stunting dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya
Tubuh pendek pada masa anak-anak (Chilhood tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun
stunting) merupakan akibat dari kekurangan gizi kuman yang disebut dengan antibodi (Riyadi &
yang kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa Sukarmin, 2009).
lalu dan digunakan sebagai indicator jangka Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal
Panjang untuk gizi kurang pada anak. Chilhood imtuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang
stunting berhubungan dengan gangguan perlindungan (Depkes RI, 2005).
perkembangan neurokpgnitif dan risiko menderita Sanitasi Layak
penyakit yang tidak menular di masa depan Ehler dan Steel (2000) dalam Aqbar (2016: 5)
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, mengemukakan bahwa sanitasi adalah usaha-
2015). Stunting merupakan masalah gizi kronis usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor
yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang lingkungan yang dapat menjadi mata rantai
dalam kurun waktu yang cukup lama akibat dari penularan penyakit. Sementara itu, sanitasi
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan menurut WHO adalah suatu usaha yang
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
dalam kandungan dan baru terlihat pada saat anak berpengaruh kepada manusia terutama terhadap
berusia dua tahun. Meningkatnya angka kematian hal-hal yang memengaruhi efek, merusak
bayi dan anak terjadi karena adanya kekurangan perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan
gizi pada anak usia dini yang dapat menyebabkan hidup (Ikhsani, 2016: 20). Menurut Notoatmodjo
penderita mudah sakit dan memiliki postur tubuh (dalam Ikhsani, 2016: 21), sanitasi itu sendiri
yang tidak maksimal seperti anak deawa pada merupakan perilaku disengaja dalam
umumnya (MCA, 2013). pembudayaan hidup bersih dengan maksud
Balita Diberi Asi Eksklusif mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
ASI Eksklusif atau lebih tepat dikatakan sebagai kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya
―pemberian ASI secara eksklusif‖ saja, tanpa dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, meningkatkan kesehatan manusia. Pendapat lain
madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan juga mengatakan arti sanitasi ini merupakan suatu
makanan pada seperti pisang, pepaya, bubur susu, kondisi yang berhubungan dengan kesehatan
biskuit, bubur nasi, dan tim (Widyasih,dkk, masyarakat, terutama dalam penyediaan air
2012). ASI Eksklusif (menurut WHO) adalah minum bersih serta juga pembuangan limbah
pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan yang memadai. Sanitasi tersebut dapat membantu
tanpa cairan ataupun makanan lain. ASI dapat mencegah timbulnya penyakit dengan cara
diberikan sampai bayi berusi 2 tahun (Damai pengendalian faktorfaktor lingkungan fisik yang
Yanti & Dian, 2012). berhubungan dengan rantai penularan penyakit.
Berat Badan Lahir Rendah Dalam hal ini, sanitasi dikaitkan dengan sanitasi
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat lingkungan. Dengan kata lain, sanitasi ini
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram merupakan perilaku manusia yang disengaja
(Saifuddin, 2009). Menurut Prawirohardjo, dalam membudayakan kebiasaan hidup bersih
Sarwono (2006) BBLR adalah bayi lahir yang serta juga sehat untuk mencegah manusia
berat lahirnya saat kelahiran kurang dari 2500 terkontaminasi langsung dengan bahan-bahan
gram atau sampai dengan 2449 gram. BBLR kotor serta berbahaya dengan harapan dapat
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang menjaga dan juga memperbaiki tingkat kesehatan
dari 2500 gram tanpa memandang masa manusia. Akses terhadap sanitasi dan air bersih
kehamilan. Adapun macam-macam BBLR merupakan hal yang penting dalam upaya
sebagai berikut : melahirkan sumber daya manusia yang unggul.
a. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dengan berat Ketiadaan sanitasi yang layak dan air bersih
badan 1500-2500 gram dalam jumlah yang mencukupi merupakan awal
b. BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah) dari munculnya berbagai persoalan kesehatan di
dengan berat badan < 1500 gram masyarakat, seperti: stunting, kematian bayi serta

Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman


Jurnal EKSPONENSIAL

ibu, penularan berbagai virus, dan penyakit


lainnya.
Kemiskinan
Ada banyak definisi dan konsep kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi
yang dapat dilihat dari berbagai perspektif. Secara
umum, kemiskinan merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar di
segala bidang kehidupan.
Kemiskinan sering ditandai dengan terjadinya
peningkatan jumlah pengangguran. Secara umum,
masyarakat miskin memiliki sedikit kemampuan
untuk melakukan usaha dan memiliki akses yang
terbatas terhadap kegiatan di bidang ekonomi,
tertinggal jauh dari komunitas lain yang memiliki
potensi lebih besar. Menurut Badan Pusat
Statistik (2012), penduduk miskin adalah orang
yang rata-rata pengeluaran per kapita per
bulannya berada di bawah garis kemiskinan.
Faktor penyebab kemiskinan antara lain tingkat
pendidikan yang rendah, kesehatan yang buruk,
kesempatan kerja yang terbatas, dan kondisi
keterisolasian (Kartasasmita, 1996: 240).

Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman


Jurnal EKSPONENSIAL

Daftar Pustaka
Anselin, L. 1988. Spatial Econometric: Methods and Models. Netherlands: Academic Publisher.
Aqbar, R. M. (2016). Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Jamban Dan Kondisi Jamban
Pasca Metode Pemicuan Di Desa Srirahayu Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. (Skripsi).
Universitas Pendidikan Indonesia.
BPS. 2012. Ekonomi Nasional. Jawa Tengah: Indonesia.
Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta : Direktorat Jenderal PP Dan PL.
Draper.1992. Analisis Regresi Terapan. Padang: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, A. 2019. Pengaruh Rata-Rata Lama Sekolah Terhadap Persentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota
di Indonesia Tahun 2017. Media Trend, 148-153.
Ikhsani, A. H. (2016). Hubungan Cemaran Mikroba Dengan Pengelolaan Rumah Sehat Pada Rumah Tipe
Menengah Sebagai Sumber Belajar Biologi. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses
dari http://eprints.umm. ac.id/35046/.
Kartasamita, G. 1996. Pembangunan untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta:
CIDES.
Kurniawan, R., & Yuniarto, B. 2016. Analisis Regresi Dasar dan Penerapannya dengan R. Depok:
Prenadamedia Group.
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models. 4th ed. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Infodatin-Situasi dan Analisis Gizi, Kemenkes Ri, Pusat
data dan informasi, pp. 1-7.
MCA. 2013. Stunting dan Masa Depan Indonesia, 2010, pp. 2-5.
Prawirohardjo, S. 2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP.
Riyadi, S. dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graaha Ilmu.
Saifuddin, AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC.
Salkind. 2007. Encylopedia of Measurement and Statistics. California: SAGE.
Sembiring, R. 1995. Analisis Regresi. Bandung: ITB.
Setiawan. 2015. Analisis Regresi Linier. Bandung: ITB.
Sudamarto. 2005. Ekonometrika Terapan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sugiyono. 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto, B. 2013. Menganalisa Statistik Bisnis dan Ekonomi dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Widarjono, A.2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Widyasih, Hesty. Dkk. 2012. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
World Health Organization, United Nations Children’s Fund. 2003. Global strategy for infant and young
child feeding. Geneva, Switzerland: World Health Organization.
Yanti, Damai dan Dian. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika Aditama.
Yuliara. 2016. Regresi Linier Berganda. Bali:
Universitas Udayana.

Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman

Anda mungkin juga menyukai