Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN RESIKO


BUNUH DIRI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Program Profesi Ners Angkatan X

Disusun oleh :

RINI YULIANTARI

KHG D20046

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI
A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di
rel kereta api.
Tanda dan gejala :
a. Sedih
b. Marah
c. Putus asa
d. Tidak berdaya
e. Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal

B. Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Terbagi menjadi:
1. Faktor Genetik
2. Faktor Biologis lain
3. Faktor Psikososial & Lingkungan
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
1. 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu
yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami
gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
2. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar
dizigot.
Faktor Biologis lain:
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
1. Stroke
2. Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
3. DiabetesPenyakit arteri koronaria
4. Kanker
5. HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan:
1. Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi.
2. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif
yang berkembang, memandang rendah diri sendiri
3. Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial

C. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak berharga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan
8. Menarik diri dari lingkungan social
9. Pikiran dan rencana bunuh diri
10. Percobaan atau ancaman verbal
D. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

E. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
1. Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
2. Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
3. Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup
sendiri merupakan masalah.
4. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan
percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat.
5. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang
yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
6. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian
introvert/menutup diri.
7. Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih
beresiko mengalami perilaku bunuh diri.
F. Diagnosa keperawatan
1. Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada
gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba
bunuhdiri.
2. Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol
impuls.

G. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Tindakan:
1. Perkenalkan diri dengan klien
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hangat dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat.
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
1. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
2. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
3. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
4. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain lain.
5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal hal untuk
diselesaikan).
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.)
2. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain
yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang
sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif

1. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
3. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas
c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

H. Strategi Pelaksanaan (SP)

DIAGNOSA PASIEN KELUARGA


KEPERAWATAN

Resiko bunuh diri SP 1 : TUK 1 – 2 SP 1

1. Membina hubungan 1. Mengidentifikasi


saling percaya masalah keluarga
dengan klien dalam merawat
2. Melindungi klien dari pasien.
perilaku bunuh diri 2. Menjelaskan proses
a. Jauhkan klien terjadinya harga diri
dari benda yang rendah kronis
dapat sehingga
membahayakan menimbulkan resiko
( misalnya : bunuh diri
pisau, silet, 3. Mengajari keluarga
gunting, kaca, cara mencegah
dll ) resiko bunuh diri
b. Tempatkan klien 4. Menjelaskan cara
di tempat yang merawat pasien
tenang dan selalu 5. Bermain peran cara
terlihat oleh merawat pasien
perawat.
c. Awasi klien
secara ketat setiap
saat.
3. Mengajarkan cara
mengendalikan
dorongan untuk
bunuh diri

SP 2 : TUK 3 SP 2

1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
kegiatan yang telah kemampuan keluarga
di lakukan ( SP 1) di SP 1
2. Meningkatkan harga 2. Latih keluarga untuk
diri klien : komunikasi langsung
a. Bantu klien untuk dengan klien
memahami 3. Menyusun jadwal
bahwa klien dapat keluarga untuk
mengatasi merawat klien
keputusasaannya
b. Kaji dan
kerahkan sumber
– sumber internal
individu
c. Bantu
mengidentikasi
sumber – sumber
harapan (misal :
hubungan antar
sesame,
keyakinan, hal-
hal untuk
diselesaikan)
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan klien

SP 3 : TUK 3, 4, 5 SP 3

1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
kegiatan yang telah kemampuan keluarga
di lakukan ( SP 1 & 2. Mengevaluasi
2) kemampuan pasien
2. Mengidentifikasi 3. RTL keluarga :
pola koping yang a. HE perawatan di
biasa di gunakan rumah
klien - Jangan
3. Menilai pola koping biarkan klien
yang di miliki klien sendiri
4. Mengajarkan klien - Jauhkan
mekanisme koping benda –
yang adaptif benda yang
5. Membantu klien dapat di
merencanakan masa gunakan
depan yang realistis untuk bunuh
6. Memobilisasi diri
dukungan social - Temani klien
7. Masukkan dalam melakukan
jadwal kegiatan klien aktivitas yang
di sukai
b. Rencana pulang

Anda mungkin juga menyukai