Anda di halaman 1dari 12

RANCANGAN TURBIN UAP IMPULS PADA SIKLUS RANKINE ORGANIK

MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R-245fa KAPASITAS 515 kW


1
Julianti. Rifanni, 2Maridjo
Program Studi DIV Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik,
Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung
Jalan Gegerkalong Hilir, Ciwaruga, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat,
Jawa Barat 40559
email: 1juliantifanni93@gmail.com, 2mmaridjo1@gmail.com

ABSTRAK
Sistem Organic Rankine Cycle (ORC) merupakan salah satu bentuk alternatif dari pemanfaatan sisa
energi panas (waste heat) pada brine sistem PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Sisa
energi panas dari brine tersebut dapat dikonversikan menjadi energi mekanik menggunakan sistem
ORC. Oleh karena itu, perlu dirancang alat konversi energi berupa turbin uap. Turbin yang dirancang
berupa turbin uap impuls karena memiliki kesederhanaan desain dan sesuai untuk sistem skala kecil
hingga menengah. Sistem ORC yang dirancang memanfaatkan brine PLTP Gunung Salak dengan
temperatur 176 ℃ , tekanan 9,65 bar dan laju alir massa 44,23 kg/s serta menggunakan fluida kerja
organik ramah lingkungan R-245fa. Metode penelitian yang digunakan berupa studi literature (kasus)
dan eksperimen sistem ORC pada simulator DWSIM. Perancangan komponen utama turbin uap
impuls menggunakan data tekanan, temperature, dan laju alir massa sistem turbin hasil simulasi
siklus rankine organik. Diperoleh hasil rancangan komponen turbin uap impuls berupa dua baris sudu
gerak, satu baris sudu pengarah, delapan buah nosel konvergen-divergen, serta cakram dan poros
berbentuk silinder pejal. Turbin uap impuls berputar dengan kecepatan 3000 rpm dengan efisiensi
mekanik sebesar 94%. Turbin uap impuls dapat menghasilkan daya poros sebesar 515kW.
Kata Kunci: Sistem Organic Rankine Cycle (ORC), Turbin Uap Impuls, R-245fa, DWSIM

I. PENDAHULUAN heat) yang dapat dimanfaatkan kembali


Indonesia merupakan salah satu negara (Rybach, Ladislaus, 2004, 236(1):369).
dengan jumlah potensi energi panas bumi yang Salah satu bentuk pemanfaatan dari
cukup banyak di dunia. Untuk saat ini, potensi brine, yaitu dengan membuat pembangkit listrik
energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan siklus rankine organik. Sistem tersebut
adalah untuk membangkitkan energi listrik. menggunakan fluida kerja organik yang
Dengan begitu, penggunaan bahan bakar fosil memiliki vapor saturated temperature yang
sebagai sumber energi untuk membangkitkan lebih rendah daripada air. Fluida kerja organik
listrik dapat dikurangi. tersebut akan diubah fasanya menjadi uap
Terdapat beberapa tipe reservoir energi dengan memanfaatkan panas dari brine. Proses
panas bumi, diantaranya adalah tipe vapor pertukaran kalor antara brine dan fluida kerja
dominated dan water dominated. Indonesia organik berlangsung di dalam suatu heat
dikenal dengan potensi panas bumi yang luar exchanger.
biasa sekitar 29 GWe yang didominasi reservoir Salah satu komponen utama dari siklus
tipe water dominated (Kranz, S., Paper 183, rankine organik ini adalah turbin uap. Turbin uap
2019). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi berfungsi untuk mengubah energi kinetik dari
umumnya hanya memanfaatkan uap kering fluida panas bertekanan menjadi energi mekanik
sebagai fluida kerja untuk menggerakkan turbin yang akan memutar turbin generator, sehingga
uap (DiPippo, 2008:112). Sementara itu, fluida akan dibangkitkan energi listrik. Mengingat
berfasa cair (brine) akan dipisahkan untuk sistem pembangkit organic rankine cycle
diinjeksikan ke sumur reinjeksi. Fluida panas merupakan pembangkit berkapasitas kecil, maka
yang tidak dimanfaatkan untuk memutar turbin dibutuhkan turbin uap dengan desain yang
uap pada sistem pembangkit listrik tenaga panas sederhana dan mampu bekerja sesuai dengan
bumi masih memiliki sisa energi panas (waste kebutuhan sistem.
Turbin uap yang dapat digunakan untuk
sistem ORC ini adalah jenis impuls. Sistem ORC
yang akan disimulasikan sendiri menggunakan
fluida kerja R-245fa. Pemilihan fluida kerja
tersebut didasarkan atas karakteristiknya sebagai
refrigerant organic dengan nilai temperatur uap
yang rendah serta aman bagi lingkungan.
Dalam penelitian kali ini turbin uap
impuls dipilih karena cocok untuk pembangkitan Gambar 2. Fluida Kerja Ramah Lingkungan
dengan kapasitas kecil hingga menengah. Untuk (Sumber: DiPippo, Geothermal Power Plant,
banyaknya baris sudu gerak turbin impuls 2008)
sendiri akan digunakan sebanyak dua baris sudu Turbin impuls merupakan turbin yang
gerak, dengan alasan uap keluaran turbin masih tersusun atas sudu-sudu gerak yang dapat diubah
memiliki nilai kecepatan yang masih cukup arahnya dengan sudu pengarah serta nozel tetap
besar untuk dialirkan kembali ke sudu gerak (fixed nozzles). Di dalam turbin impuls, uap akan
selanjutnya. Sehingga mampu mengurangi rugi diekspansi dalam nosel tetap dan akan
kecepatan uap keluar turbin. menghasilkan tekanan yang konstan selama
Organic Rankine Cycle (ORC) melewati sudu-sudu turbin. Turbin impuls
merupakan salah satu bentuk modifikasi siklus memiliki bentuk sudu-sudu yang sama atau
Rankine. Organic Rankine Cycle (ORC) simetris. Beberapa komponen utama turbin uap
mengikuti prinsip yang sama dengan siklus impuls antara lain nosel, sudu turbin, cakram,
Rankine konvensional yang digunakan di poros, serta bantalan.
sebagian besar pembangkit listrik tenaga panas
(Thomas Tartière dkk., Energy Procedia 129,
2017, Hal 2). Siklus ORC merupakan siklus II. METODOLOGI
sederhana yang terdiri dari empat komponen Penelitian kuantitatif ini menggunakan
utama, diantaranya yaitu evaporator, turbin, motode penelitian studi kasus, studi literature
kondensor, dan pompa. serta metode eksperimen. Metode penelitian
tersebut berperan penting dalam penentuan data
kuantitatif dari perancangan turbin uap impuls
pada siklus rankine organik menggunakan fluida
kerja R-245fa.
Studi kasus dilakukan dengan mengamati
beberapa fenomena keenergian yang dapat
dijadikan latar belakang penelitian ini. Dalam
penelitian ini, berperan dalam penentuan brine
dari sistem PLTP sebagai sumber pemanfaatan
energi panas berupa waste heat yang melatar
belakangi penelitian ini.
Gambar 1. Siklus Rankine Organik Studi literature dilakukan dengan kegiatan
(Sumber: Appl. Sci. 2019, 9(1), mencari sejumlah informasi dan referensi yang
49; https://doi.org/10.3390/app9010049) mendukung dalam proses pembuatan Tugas
Salah satu fluida yang dapat dijadikan Akhir ini dengan cara membaca buku referensi
fluida kerja siklus rankine organik adalah maupun mengunjungi situs internet. Dalam
refrigerant. Refirigerant yang disarankan berupa penelitian ini, studi literature menentukan jenis
refrigerant dengan nilai Ozone Depletion fluida dan turbin yang akan dirancang
Potential (GWP) dan Global Warming Potential berdasarkan beberapa kajian teoritis.
(GWP) yang rendah, sehingga aman bagi
lingkungan. Beberapa diantaranya adalah R-123,
R134a, R-600a, R-141b, dan R-245fa.
Studi Eksperimen merupakan suatu kegiatan
yang ditujukan untuk memperoleh data
kuantitatif yang berhubungan dengan penelitian
ini melalui proses percobaan. Studi eksperimen
yang dilakukan dalam penelitaian ini berupa
simulasi sistem rankine organik dengan fluida
kerja R-245fa pada simulator DWSIM.
Penelitian ini dapat dijabarkan dengan diagram
alir sebagai berikut:

Mulai Gambar 3. Simulasi ORC pada DWSIM

Studi kasus
Tabel II.2 Data Hasil Simulasi DWSIM
Studi Literatur
Data Hasil Simulasi
Studi Eksperimen Temperatur Masuk Turbin 90 ˚C
Temperatur Keluar Turbin 47,91 ˚C
Tahap Perancangan Turbin Uap Impuls Tekanan Masuk Turbin 9 Bar
Tekanan Keluar Turbin 2 Bar
Laju Massa 17,25 kg/s
Analisis Perancangan Daya Turbin 517,34 kW

Kesimpulan & Saran


II.2 Perhitungan Rancangan Turbin
Persamaan-persamaan yang digunakan
Selesai dalam perancangan turbin terhitung cukup
banyak. Beberapa diantaranya adalah:
1. Perhitungan Penurunan Kalor
II.1 Data Awal Perancangan
Dalam melakukan perancangan turbin ∆ℎ = ℎ𝑖 − ℎ𝑜
impuls, hal yang perlu dilakukan pertama kali ∆ℎ = 7,16 kcal/kg
adalah mengetahui parameter kerja turbin pada 2. Perhitungan Segitiga Kecepatan
siklus rankine organic menggunakan fluida kerja 𝑐1 = 91,5 × 𝜑 × √∆ℎ
R-245fa. Parameter kerja tersebut diperoleh
dengan melakukan simulasi ORC pada simulator 𝑐1 = 91,5 × 0,95 × √7,16
DWSIM dengan menggunakan sumber panas 𝑐1 = 232,67 m/s
brine PLTP Gunung Salak. 𝑢
𝑢 = ( ) × 𝑐1
Tabel II.1 Data Brine Gunung Salak 𝑐1
𝑢 = 0,38 × 232,67
Data Brine PLTP Gunung Salak 𝑢 = 89,11 m/s
Temperatur 176 ˚C
𝑐1
Tekanan 9,653 Bar 𝛽1 = 𝑎𝑟𝑐𝑠𝑖𝑛 × 𝑠𝑖𝑛 𝑎1
𝑤1
Laju Massa 44,23 kg/s 232,67
𝛽1 = 𝑎𝑟𝑐𝑠𝑖𝑛 × 𝑠𝑖𝑛 20 °
152,03
𝛽1 = 31,56°
16,97 × 0,0713
𝛽2 = 𝛽1 − 3° 𝑙′′1 =
𝜋 × 0,57 × 0,31 × 132,27 × sin 28,56˚
𝛽2 = 31,56° − 3°
𝑙 ′′1 = 35,02 𝑚𝑚
𝛽2 = 28,56 °
𝑏
𝑅1 =
𝑐2 = √𝑤22 + 𝑢2 + (2 × 𝑤2 × 𝑢 × 𝑐𝑜𝑠 𝛽2 ) cos 𝛽1 + cos 𝛽2
𝑐2 = 68,78 m/s 25
𝑅1 =
cos 31,56˚ + cos 28,56˚
3. Perhitungan Rugi-Rugi 𝑅1 = 14,45 𝑚𝑚
𝑐2′ 2
ℎ𝑒 = 𝑅1
8378 𝑡1 =
ℎ𝑒 = 0,42 kcal/kg sin𝛽1 + sin 𝛽2
14,448
4. Perhitungan Efisiensi dan Kapasitas 𝑡1 =
2𝑢{(𝑐1 𝑢 + 𝑐 ′1 𝑢) − (𝑐2 𝑢 + 𝑐 ′ 2 𝑢)} sin 31,56˚ + sin 28,56˚
𝜂𝑢 = 𝑡1 = 14,43 𝑐𝑚
𝑐′12
𝜂𝑢 = 82,54% 𝜋𝑑
𝑁𝑒𝑓 = 𝑁𝑖 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑢𝑔𝑖 𝑧1 =
𝑡1
𝑁𝑒𝑓 = 515,18 𝑘𝑊 𝜋 × 567,3
𝑧1 =
5. Perhitungan Dimensi Nosel 14,43
𝑚̇ 𝑜 × 𝑣1 𝑧1 = 123,54 ≈ 124 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑙=
𝜋 × 𝑑 × 𝜀 × 𝑐1 × sin 𝛼1
17,25 × 0,0598 7. Perhitungan Dimensi Cakram
𝑙=
𝜋 × 0,57 × 0,31 × 232,67 × 0,34 Untuk memudahkan proses perhitungan,
𝑙 = 23,72 mm maka cakram yang dibuat berupa
cakram silinder pejal. Tebal cakram
𝑎1 − 𝑎𝑚𝑖𝑛 dibuat sebesar 7,7 cm.
𝑙𝑑 = 𝛾
2 × tan 60𝑢
2 𝑑=
2,31 − 2,12 𝜋𝑛
𝑙𝑑 = 60 × 89,11
6 𝑑=
2 × tan 2 𝜋 × 3000
𝑙𝑑 = 1,85𝑐𝑚 = 18,5 𝑚𝑚 𝑑 = 0,567 m = 56,7 cm
𝑡𝑐 = 77 𝑚𝑚 = 7,7 𝑐𝑚
6. Perhitungan Dimensi Sudu Turbin
Perhitungan sudu turbin memiliki 8. Perhitungan Dimensi Poros
persamaan yang serupa untuk setiap Poros yang dibuat berupa silinder pejal
jenis sudunya. Lebar sudu (b) ditentukan yang memiliki panjang (L) sebesar 600
sebesar 25 mm dikarenakan turbin mm, dengan diameter sebesar 110 mm.
memiliki kapasitas kecil-menengah. 9. Penentuan Jenis Bantalan
𝑙′1 = 𝑙 + 2 Pada perancangan turbin kali ini, jenis
𝑙′1 = 23,72 + 2 bantalan akan diperoleh berdasarkan
𝑙′1 = 25,72 mm sifat pembebanan yang terjadi pada
turbin. Pemilihan jenis bantalan
𝑚̇ × 𝑣 ′1 mengacu pada katalog produk bantalan
𝑙 ′′1 =
𝜋 × 𝑑 × 𝜀 × 𝑤2 × sin 𝛽2 dari SKF.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN diperlukan beberapa variabel penurunan kalor
III.1 Parameter Kerja Turbin Uap pada turbin uap, serta koefisien-koefisen kerja
lainnya.
a. Data Teknis Turbin
Tabel III.2 Segitiga Kecepatan Turbin
Tabel III.1 Data Teknis Turbin
Sudu Sudu
Gerak Sudu Gerak
Data Teknis Turbin Uap Impuls Parameter Satuan
Baris Pengarah Baris
Temperatur Masuk Turbin Pertama Kedua
90 ˚C 𝑐1 232,67 64,65 64,65 m/s
(Tin)
Temperatur Keluar Turbin 𝑢/𝑐1 0,383 0,383 0,383
47,91 ˚C U 89,11 89,11 89,11 m/s
(Tout)
𝛼1 20,00 66,83 66,83 ˚
Tekanan Masuk Turbin (Pin) 9 Bar
𝑤1 152,03 83,90 m/s
Tekanan Keluar Turbin 𝛽1 31,56 28,56 43,76 ˚
2 Bar
(Pout) 𝑤2 132,27 77,19 m/s
Laju Massa (𝑚̇) 17,25 kg/s 𝛽2 28,56 43,76 40,76 ˚
Daya Turbin (Pgross) 515 kW 𝑐2 68,78 58,98 m/s
𝛼2 66,83 63,83 121,30 ˚
Efisiensi Mekanik (𝜂𝑚 ) 94 % Diperoleh kecepatan keliling uap sebesar
89,11 m/s. Berdasarkan kecepatan keliling uap
Putaran Turbin (n) 3000 rpm tersebut, dapat diperoleh nilai diameter cakram,
Data teknis turbin uap impuls menunjukkan sehingga dapat menghasilkan putaran turbin
kondisi teknis turbin hasil perancangan. 3000 rpm. Kecepatan absolut uap memasuki
Perubahan tekanan yang terjadi akibat ekspansi sudu gerak baris pertama sebesar 232,67 m/s,
dalam turbin sebesar 7 bar, sehingga tekanan uap sedangkan kecepatan uap keluar dari sudu gerak
turun dari 9 bar menjadi 2 bar. Bersamaan baris kedua (kecepatan uap keluar turbin)
dengan penurunan tekanan, temperature uap sebesar 58,98 m/s. Kecepatan uap keluar turbin
berkurang dari 90 ˚C menjadi 47,91 ˚C. Laju lebih kecil saat menggunakan dua baris sudu
massa uap turbin sebesar 17,25 kg/s. Dengan gerak dibandingkan hanya dengan menggunakan
adanya proses perubahan energi kinetik uap satu baris sudu gerak, yaitu sebesar 66,83 m/s.
menjadi energi mekanis poros turbin, diperoleh Hal tersebut yang mendasari untuk dibuatnya
daya poros turbin sebesar 515 kW. Poros turbin dua baris sudu gerak, sehingga potensi uap yang
memiliki kecepatan sebesar 3000 rpm. Efisiensi keluar dari sudu gerak baris pertama dapat
mekanik turbin ditentukan sebesar 94%. Semua dimanfaatkan kembali di sudu gerak baris kedua.
data teknis ini dapat digunakan untuk Nilai optimum dari perbandingan antara
mengetahui penurunan kalor yang terjadi pada kecepatan keliling cakram dan kecepatan absolut
turbin uap impuls. turbin (u/c1) diperoleh sebesar 0,383.
b. Segitiga Kecepatan c. Rugi-rugi Sistem Turbin
Untuk merancang turbin uap impuls, hal Rugi-rugi pada turbin sebagian besar terjadi
mendasar yang perlu dilakukan adalah akibat adanya gesekan anatara uap fluida kerja
menghitung segitiga kecepatan. Segitiga berkecepatan yang menumbuk setiap permukaan
kecepatan menunjukan parameter kecepatan yang dilaluinya serta berupa rugi akibat
serta sudut kerja uap yang berlaku pada tiap kecepatan tinggal uap. Dalam hal ini, beberapa
laluan sudu turbin uap. Segitiga kecepatan permukaan yang dilalui oleh uap antara lain, sisi
digunakan untuk mengetahui besaran rugi-rugi, nosel, sudu gerak baris pertama, sudu pengarah,
efisiensi dan daya turbin, serta dimensi sudu gerak baris kedua, cakram. Di samping itu,
komponen utama turbin uap. Untuk mengetahui terdapat pula rugi akibat kecepatan uap saat
parameter-parameter segitiga kecepatan meninggalkan turbin.
Tabel III.3 Rugi-rugi Turbin Dari nilai penurunan kalor serta rugi-rugi
yang terjadi dalam turbin, dapat diketahui
Komponen Nilai Satuan besarnya efisiensi sistem turbin. Efisiensi
Rugi sisi Nosel (hn) 0,7 kkal/kg keliling cakram yang diperoleh adalah sebesar
Rugi sudu baris 82,54 %. Sedangkan efisiensi dalam relative
0,67 kkal/kg
pertama (hb') turbin sebesar 80,91%. Nilai efisiensi tersebut
Rugi sudu pengarah dipengaruhi oleh rugi-rugi yang terjadi pada
0,07 kkal/kg
(hgb) sistem turbin. Semakin besar rugi, semakin kecil
Rugi sudu baris efisiensi turbin, hal ini berlaku sebaliknya. Daya
0,13 kkal/kg
kedua (hb") pada sistem turbin dipengaruhi oleh rugi-rugi.
Leaving loss (he) 0,42 kkal/kg Diperoleh daya semu turbin berdasarkan
Rugi pada cakram simulasi sebesar 517,34kW. Daya pada pelek
0,17 kkal/kg cakram turbin sebesar 675,08kW. Daya dalam
(hgc)
Rugi-rugi lainnya 20,7 % turbin sebesar 670,33kW. Apabila turbin
Rugi-rugi terbesar adalah saat uap merupakan turbin ideal, maka turbin akan
memasuki nosel dan melalukan ekspansi. menghasilkan daya sebesar 813,20kW.
Besarnya rugi-rugi dalam nosel sebesar Sedangkan, daya efektif poros turbin sebesar
0,7kkal/kg. Rugi pada sudu gerak baris pertama 515,18kW.
merupakan yang terbesar daripada pada sudu Tabel III.5 Parameter Desain Turbin
yang lain, yaitu sebesar 0,67 kkal/kg. Hal Komponen Nilai Satuan
tersebut dikarenakan kecepatan tumbukannya Efisiensi keliling cakram
82,54 %
lebih besar daripada kecepatan tumbukan pada (𝜂𝑢 )
sudu lainnya. Selain mengenai sudu-sudu turbin, Efisiensi keliling cakram
uap juga menumbuk cakram dengan rugi sebesar 82,43 %
secara langsung (𝜂𝑢 ′)
0,17 kkal/kg. Error efisiensi keliling
Uap yang keluar dari sudu gerak baris 0,13 %
cakram
menyebabkan adanya leaving loss (carry over).
Massa alir uap (𝑚̇ 𝑜 ) 17,25 kg/s
Semakin besar kecepatan uap keluar turbin,
semakin besar rugi kecepatan uap yang tidak Massa alir uap secara
16,97 kg/s
dimanfaatkan. Oleh karena itu, pembuatan turbin langsung (𝑚̇)
impuls dengan dua baris sudu gerak ini Error massa uap 1,58 %
dimaksudkan untuk meminimalisir adanya rugi error <2%, maka nilai u/c1 optimal
uap meninggalkan turbin, sehingga mampu Ketepatan dalam perhitungan kerugian
meningkatkan efisiensi turbin. kalor dan massa alir uap pada turbin dapat
ditentukan. Ketepatan perhitungan kerugian
d. Efisiensi dan Kapasitas Turbin kalor dan massa alir uap tersebut dapat ditinjau
Tabel III.4 Efisiensi Turbin dari nilai error yang terjadi. Apabila error lebih
Komponen Nilai Satuan kecil dari dua persen (<2%), maka perhitungan
Efisiensi keliling cakram sudah tepat dengan nilai u/c1 yang optimum.
82,54 % Diperoleh besarnya error kerugian kalor sebesar
(𝜂𝑢 )
Efisiensi Dalam Relatif 0,13%, sedangkan error massa alir uap sebesar
80,91 % 1,58%. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
Turbin (𝜂𝑜𝑖 )
perhitungan sudah sesuai dengan parameter
Daya Semu Turbin
517,34 kW desain yang dibutuhkan, dengan nilia u/c1 yang
(Pgross)
optimum.
Daya pada Pelek Cakram
675,08 kW
Turbin (Nu)
Daya Dalam Turbin (Ni) 670,33 kW
Daya Turbin Ideal (No) 813,20 kW
Daya Efektif Poros
515,18 kW
Turbin (Nef)
III.2 Dimensi Komponen Turbin Berdasarkan parameter desain nosel, tinggi
nosel (𝑙) yang diperbolehkan harus melebihi
a. Dimensi Nosel niliai 10 mm. Dari hasil perhitungan, diperoleh
Dalam desain turbin uap ini, nosel berfungsi tinggi nosel (𝑙) sebesar 23,72 mm. Sehingga,
sebagai peralatan yang menyalurkan seta tinggi nosel (𝑙) telah memenuhi parameter
mengekspansikan uap masukan turbin menuju desain. Jumlah nosel (z) yang digunakan
sudu-sudu turbin. Nosel mengekspansikan uap sebanyak 8 buah. Lebar sisi penampang
bertekanan 9 bar menjadi tekanan 2 bar. masukan nosel (𝑎𝑚𝑖𝑛 ) sebesar 21,1 mm.
Sedangkan, lebar sisi keluar nosel (𝑎1 ) sebesar
Tabel III.6 Dimensi Nosel 23,1 mm. Sudut divergensi pada nosel (𝛾) dipilih
sebesar 6˚. Panjang nosel (𝑙𝑑 ) yang dirancang
Komponen Nilai Satuan sebesar 18,5 mm. Nosel akan menggunakan
Tinggi Nosel (𝑙) 23,72 mm material Stainless Steel 304 (St. 304), untuk
Jumlah Nosel (𝑧) 8 buah meminimalisir adanya karat akibat sifat fluida
Lebar Sisi Masukan kerja yang merupakan bahan organik.
21,2 mm
Nosel (𝑎𝑚𝑖𝑛 )
Lebar Sisi Keluar Nosel b. Dimensi Sudu Turbin
mm
(𝑎1 ) 23,1 Sudu-sudu turbin impuls terdiri atas sudu
Panjang Nosel (𝑙𝑑 ) 18,5 mm gerak baris pertama, sudu pengarah, serta sudu
Pemilihan jenis nosel yang digunakan gerak baris kedua. Lebar sudu yang digunakan
didasarkan pada nilai tekanan kritis uap pada dalam perancangan turbin kapasitas hingga
nosel. Dari perhitungan diperoleh tekanan kritis menegah biasanya berkisar 20-30 mm. Oleh
uap sebesar 4,91 bar, sehingga dipilih jenis nosel karena itu, dalam perancangan turbin uap impuls
konvergen-divergen. Nosel jenis ini memiliki ini, dipilih lebar sudu (b) sebesar 25 mm.
bentuk penampang yang menyempit di bagian
awal, lalu penampang melebar di bagian Tabel III.7 Dimensi Sudu
akhirnya. Pada bagian nosel konvergen, uap
berekspansi dari tekanan awal 9 bar ke tekanan Sudu Sudu
Gerak Sudu Gerak
kritis 4,91 bar. Pada penampang nosel yang Komponen Satuan
Baris Pengarah Baris
terkecil (throat), uap memperoleh kecepatan Pertama Kedua
kritis ckr. Ekspansi uap dari tekanan 4,91 bar ke Tinggi
tekanan sisi keluar 2 bar terjadi di nosel bagian Sisi 46,8
divergen. Kecepatan uap terus bertambah hingga 25,72 37,02 mm
Masuk 1
uap keluar meninggalkan nosel. Berdasarkan Sudu
parameter desain, derajat pemasukan nosel (𝜀) Tinggi
yang digunakan dalam perancangan nosel tidak Sisi 46,8
boleh kurang dari 0,2. Oleh karena itu, dalam 35,02 44,81 mm
Keluar 1
perancangan ini dipilih nilai sebsar 0,31. Sudu
Lebar 25,0
25,00 25,00 mm
Sudu 0
Jari-Jari
16,8
Temberen 14,45 18,75 mm
9
g Sudu
Jarak
Bagi 12,5
14,43 14,87 mm
antar 7
Sudu
Jumlah
Gambar 4. Penampang Nosel 124 120 142 buah
Sudu
Sudu gerak baris pertama berfungsi untuk Sudu gerak baris kedua berfungsi untuk
mengubah energi kinetik uap yang keluar dari mengubah energi kinetik uap menjadi energi
nosel menjadi energi mekanik poros turbin mekanik poros turbin.
akibat adanya tumbukan antara uap dengan
sudu-sudu turbin.

Gambar 7. Penampang Sudu Gerak Baris


Kedua
Gambar 5. Penampang Sudu Gerak Baris
Pertama Diperoleh tinggi sisi masuk sudu gerak
baris kedua (l2) sebesar 46,81 mm. Tinggi sudu
Diperoleh tinggi sisi masuk sudu gerak sisi keluar (l2’) dibuat sama dengan tinggi sisi
baris pertama (l1) sebesar 25,72 mm. Sedangkan, masukannya, yaitu sebesar 46,81 mm. Jari-jari
tinggi sisi keluar (l1’) sebesar 35,02 mm. Jari-jari tembereng sudu sebesar 14,45 mm. Sudu-sudu
tembereng sudu sebesar 14,45 mm. Sudu-sudu akan dipisahkan dengan jarak 12,57 sekeliling
akan dipisahkan dengan jarak 14,43 sekeliling cakram. Sehingga, diperoleh jumlah bila sudu
cakram. Sehingga, diperoleh jumlah bila sudu pada sudu gerak baris pertama sebanyak 142
pada sudu gerak baris pertama sebanyak 124 buah sudu.
buah sudu. Setiap sudu-sudu turbin uap impuls yang
Sudu pengarah berfungsi untuk mengubah dirancang, akan dihubungkan dengan sebuah
arah uap setelah melewati sudu gerak baris akar sudu (hub). Proses pemasangan sudu
pertama menuju sudu gerak baris kedua. Dalam dengan cakram akan dilakukan secara Inverted T
sudu pengarah baris kedua ini, tidak ada attachment.
perubahan energi uap menjadi energi kinetik
poros. Hal tersebut dikarenakan sudu pengarah c. Tegangan Tarik dan Lentur Sudu
merupakan sudu diam, yang bertumpu pada Tabel III.8 Karakteristik Bahan Penyusun Sudu
casing turbin, tidak bertumpu pada poros. Dalam
proses melewati sudu pengarah ini, uap hanya Karakteristik Stainless Steel 304
mengalami rugi-rugi yang kecil akibat adanya No Komponen Nilai Satuan
gesekan antara uap dengan sudu pengarah.
Massa Jenis
1 Bahan 0,00785 𝑘𝑔/𝑐𝑚3
(𝜌𝑆𝑇.304 )
Tegangan Tarik
2 5251,6 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Bahan (𝜎)
Momen Lentur
3 2090 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Bahan (𝜎𝑏 )
Gambar 6. Penampang Sudu Pengarah Bahan penyusun sudu berupa stainless steel
304 (St. 304). Pemilihan bahan tersebut untuk
Diperoleh tinggi sisi masuk sudu pengarah meminimalisir adanya kerusakan dan korosi
(lgb) sebesar 37,02 mm. Sedangkan, tinggi sisi pada sudu akibat fluida kerja berupa refrigerant
keluar (lgb’) sebesar 44,81 mm. Jari-jari organik. Bahan stainless steel 304 memiliki
tembereng sudu sebesar 16,89 mm. Sudu-sudu karakteristik berupa massa (𝜌𝑆𝑇.304 ) jenis
akan dipisahkan dengan jarak 14,87 sekeliling sebesar 0,00785 𝑘𝑔/𝑐𝑚3 . Tegangan tarik
cakram. Sehingga, diperoleh jumlah bila sudu bahan(𝜎) maksimum sebesar 5251,6𝑘𝑔/𝑐𝑚2 .
pada sudu gerak baris pertama sebanyak 120
buah sudu.
Tabel III.9 Gaya-gaya Pada Sudu Gerak Baris d. Dimensi Cakram
Kedua
Cakram merupakan tempat menempelnya
Tegangan Tarik dan Momen Lentur Sudu II sudu gerak baris pertama dan kedua yang
No Komponen Nilai Satuan berpusat pada poros turbin. Cakram pada
Tegangan Tarik perancangan turbin kali ini berupa cakram
1 108,15 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 berbentuk silinder pejal dengan alur berbentuk
Sudu (𝜎)
akar turbin.
Momen Lentur
2 25,55 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Sudu (𝜎𝑏 ) Tabel III.10 Dimensi Cakram
Getaran Sudu
3 218,44 rps Cakram Turbin (Silinder Pejal)
(𝑓𝑑 )
Getaran Sudu Dcakram 567,3 mm
4 Maksimal 350 rps tcakram 77 mm
(𝑓𝑑𝑚𝑎𝑘𝑠 ) 𝜌cakram (baja) 0,00785 kg/cm3
Desain sudu sudah aman dari tegangan Berat Cakram
tarik, tegangan lentur, dan getaran Wcakram 152,78 kg
Gaya-gaya yang terjadi pada sudu berupa Berat Cakram dan Sudu
gaya sentrifugal serta gaya yang searah terhadap Wtotal 181,47 kg
poros turbin menyebabkan adanya tegangan
tarik, tegangan lentur, serta getaran pada sudu.
Oleh karena itu, nilai gaya-gaya pada sudu harus
memenuhi standar bahan penyusun (st. 304) agar
mendapat kriteria kuat dan aman. Sudu gerak
kedua merupakan sudu terlemah. Apabila sudu
gerak baris kedua sudah aman, maka dapat
dipastikan sudu gerak baris pertama serta sudu
pengarah juga aman dari tegangan tarik dan
lentur.
Dari hasil perhitungan, diperoleh tegangan
tarik sudu (𝜎) sebesar 108,15 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 dan Gambar 8. Penampang Cakram
momen lentur sudu (𝜎𝑏 ) sebesar 25,55 𝑘𝑔/ Untuk menghasilkan putaran turbin sebesar
𝑐𝑚2 . Nilai-nilai tersebut jauh lebih kecil 3000 rpm, diperlukan diameter cakram sebesar
daripada tegangan tarik dan tegangan lentur 567,3 mm. Tebal cakram sebesar 77 mm,
maksimum bahan stainless steel 304. Atas dasar dengan berat sebesar 152,78 kg. Sedangkan,
itu, dapat diketahui bahwa sudu-sudu turbin berat total cakram dan sudu sudu turbin sebesar
aman dari tegangan tarik dan lentur akibat gaya 181,47 kg. Cakram tersusun dari bahan stainless
sentrifugal sudu. Akibat adanya gaya-gaya sudu steel 304. Hal tersebut guna meminimalisir
tersebut, sudu akan mengalami getaran. adanya kerusakan ataupun korosi akibat fluida
Berdasarkan parameter desain, getaran sudu kerja organik yang mengenai cakram.
tidak boleh melebihi 350 rps. Diperoleh getaran
sudu sebesar 218,44 rps dan masih lebih kecil
dari nilai getaran maksimum. Oleh karena itu, e. Dimensi Poros
dapat dikatakan pula bahwa sudu-sudu turbin
Poros merupakan komponen yang
aman dari getaran.
dihubungkan dengan sudu dan cakram turbin,
sehingga dengan adanya energi uap akan
menghasilkan energi mekanik pada poros.
Tabel III.11 Dimensi Poros Turbin Suaian antara poros dengan pasangannya
menggunakan suaian longgar (Clearance fits)
Dimensi Poros Turbin dengan basis lubang. Suaian antara poros dengan
No Komponen Nilai Satuan lubang cakram berupa suaian longgar geser
1 Panjang Poros 600 mm Ø110H7h6. Sedangkan, suaian antara poros
dengan bantalan berupa suaian longgar luas
2 Diameter Poros 110 mm
Ø90H7g6.
Sudut Defleksi
3 0,06 ˚
Puntiran f. Dimensi Bantalan Turbin
4 Putaran Kritis Poros 11537,16 rpm
Tabel III.13 Dimensi Bantalan
5 n/Nc 0,26
Pada perancangan turbin uap impuls ini, Dimensi Bearing SKF
poros berupa silinder pejal dengan panjang 600 (Angular Contact Nilai Satuan
mm dan diameter 110 mm. Putaran kritis poros Spherical Plain Bearing)
sebesar 11537,16 rpm. Bahan penyusun poros d 90 mm
yang digunakan berupa baja cor campuran D 140 mm
SNCM25. T 32 mm
Bantalan merupakan komponen penyangga
poros turbin di setiap bagian ujungnya. Pada
perancangan turbin kali ini, jenis bantalan yang
akan digunakan adalah spherical plain bearing.
Pemilihan ini didasarkan pada turbin uap yang
biasanya memilki kecepatan tinggi serta fluida
Gambar 9. Penampang Poros
kerja dalam turbin yang sebaiknya tidak bocor ke
lingkungan. Sehingga dipilih spherical plain
Tabel III.12 Parameter Desain Poros
bearing yang cukup kuat akan gesekan serta
Parameter Desain minim kebocoran. Spherical plain bearing yang
digunakan berupa jenis angular contact
No Komponen Nilai Satuan
dikarenakan bantalan tersebut cocok dengan tipe
Sudut Defleksi kombinasi pembebanan aksial dan radial pada
1 0,15 ˚
Puntiran Maksimal poros turbin.
0,6-
2 n/Nc maksimal
0,7
Sudut defleksi dan putaran kritis poros
aman
Kekuatan dan keamanan poros dapat
diamati dari sudut defleksi puntiran dan putaran
kritis poros. Sudut defleksi puntiran poros
ukuran 600 mm tidak boleh melewati 0,15˚.
Apabila sudut defleksi puntiran memiliki nilai
yang besar, maka akan menyebabkan adanya
getaran (vibrasi) turbin yang besar. Dari hasil
perhitungan, diperoleh nilai sudut defleksi
puntiran poros sebesar 0,06˚. Sedangkan,
perbandingan nilai n/Nc tidak boleh melebihi Gambar 10. Penampang Bearing
0,6-0,7. Diperoleh nilai perbandingan n/Nc Bearing dipilih dari produk SKF dengan
sebesar 0,26. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai diameter dalam sebesar 90 mm, diameter luar
maksimal, sehingga poros aman dari adanya sebesar 140 mm, serta tebal sebesar 32 mm. Tipe
vibrasi dan putaran kritis. bearing SKF tersebut memiliki nomer seri GAC
90F dengan standar ISO ISO 12240-2:1998.
IV. KESIMPULAN DAFTAR SIMBOL DAN LAMBANG
Tabel IV.1 Kondisi Operasi dan Dimensi
Utama Turbin Uap Impuls ∆ℎ=Penurunan Entalpi pada turbin (kkal/kg)
ℎ𝑖 =Entalpi uap Masukan Turbin (kkal/kg)
Kondisi Operasi Turbin Uap Impuls ℎ𝑜 =Entalpi uap Keluaran Turbin (kkal/kg)
Temperatur Masuk Turbin 𝑐1 =Kecepatan absolut Uap Keluar Nosel
90 ˚C
(Tin) (m/s)
Temperatur Keluar Turbin 𝜑 = Koefisien kecepatan
47,91 ˚C
(Tout) 𝑢 =Kecepatan Keliling Sudu (m/s)
Tekanan Masuk Turbin 𝑢
9 Bar (𝑐 ) =Untuk turbin impuls, nilai
(Pin) 1
Tekanan Keluar Turbin optimal berkisar 0,28-0,4
2 Bar 𝛽1 =Sudut Kecepatan Relatif Uap Memasuki
(Pout)
Laju Massa (𝑚̇) 17,25 kg/s Sudu Gerak Baris Pertama (˚)
Daya Turbin (Pgross) 515 kW 𝛽2 =Sudut Kecepatan Relatif Uap Keluar
Efisiensi Mekanik (𝜂𝑚 ) 94 % Sudu Gerak Baris Pertama (°)
Putaran Turbin (n) 3000 rpm 𝑐2 =Kecepatan Absolut Uap Keluar Sudu
Nosel tipe Konvergen- Gerak Pertama (m/s)
8 ℎ𝑒 =Kerugian kecepatan keluar turbin
Divergen buah
Sudu Gerak Baris (leaving loss) (kkal/kg)
124 𝜂𝑢 =Efiensi Keliling Cakram (%)
Pertama (St. 304) buah
Sudu Pengarah (St. 304) 120 buah 𝜂𝑜𝑖 = Efisiensi Dalam Relatif (%)
Sudu Gerak Baris Kedua 𝑁𝑒𝑓 =Daya Efektif Poros Turbin (kW)
142 𝑙 =Tinggi Nosel (>10 mm) (mm)
(St. 304) buah
Cakram (Silinder Pejal) Ø567,3 𝑚̇ 𝑜 =Laju massa alir uap (kg/s)
(St. 304) ; t=77 mm 𝑣1 =Volume spesifik uap memasuki nosel
Ø110 ; (m3/kg)
Poros (SNCM 25) 𝑑 =Diameter Keliling Cakram (m)
L=600 mm
𝜀=Derajat Pemasukan (minimal 0,2)
Bantalan (Angular
Contact Spherical plain Ø90 𝑙𝑑 =Panjang Nosel (mm)
Bearing SKF GAC 90F) mm 𝑎1 =Luas Penampang Keluaran Nosel (cm2)
Turbin yang dirancang untuk siklus 𝑎𝑚𝑖𝑛 =Luas Penampang Masuk Nosel (cm2)
rankine organik dengan fluida kerja R245fa 𝑙′1 =Tinggi Sisi Masukan Sudu Gerak Baris
berupa turbin uap impuls dengan dua baris sudu Pertama (mm)
gerak dan satu baris sudu pengarah. Berdasarkan 𝑙 ′′1 =Tinggi Sisi Keluaran Sudu Gerak Baris
perhitungan dan analisa, diperoleh parameter Pertama (mm)
kinerja turbin serta dimensi komponen utama 𝑅1 =Jari-jari Tembereng Sudu (mm)
turbin impuls. Turbin uap impuls hasil 𝑡1 =Jarak Bagi antar Sudu (mm)
perancangan mampu menghasilkan daya poros 𝑧1 =Jumlah Sudu Gerak Baris Pertama
sebesar 515 kW dengan kecepatan putaran 3000 (buah)
rpm dan efisiensi mekanik 94%. Komponen 𝑑 =Diameter Keliling Cakram (cm)
utama turbin hasil rancangan berupa nosel, sudu n=Putaran Turbin (rpm)
turbin, cakram, poros, dan bantalan. 𝑡𝑐 =Tebal Cakram (cm)
DAFTAR PUSTAKA

Amalianty. 2013: Perancangan Turbin Uap


pada Siklus Rankine Organik untuk
Pembangkit Listrik Kapasitas 100 kWe.
Bandung: POLBAN.
Appl.Sci. 2019, 9(1),49. https://doi.org/10.3390
/app9010049, Diunduh pada Desember
2019.
Cengel, Yunus A.. Boles, Michael A..
2002:Thermodynamics:An Engineering
Approach. NewYork: McGraw-Hill.
Church, Edwin F.. 1935: Steam Turbines. New
York: McGraw-Hill.
DiPippo, R.. 2008: Geothermal Power Plants
(Second Edition ed.). Inggris:
Butterworth-Heinemann.
IOP Conference Series Earth and Environmental
Science. 2019: 240(3):032024
John F. Lee. 1954: Theory and Design of Steam
& Gas Turbine. New York: McGraw-
Hill.
Mubarok, Zaki. 2014: Perancangan Turbin Uap
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi Siklus Biner Untuk Pembangkitan
Listrik Kapasitas 1,3 MWe. Bandung:
POLBAN
Mitsubishi Hitachi Power Systems, (diunduh
pada Desember 2019)
R.W. Serth. 2007: Process Heat Transfer.
Roy A. Parisher, Robert A. Rhea. 2012: Pipe
Drafting and Design (Third Edition)
Shlyakhin, P.. 1990: Turbin Uap Teori dan
Perancangan. Jakarta: Erlangga
Sularso. 2004: Dasar Pemilihan Elemen Mesin
(Cetakan Kesebelas). Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai