Anda di halaman 1dari 5

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN EVAPORATOR PADA SISTEM ORGANIC

RANKINE CYCLE (ORC) MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R-134a UNTUK


PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 1 KW

Dwi Yani Okvitasari1, Awaludin Martin2


Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau,
Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru, 28293, Indonesia
1
dwi.yani@student.unri.ac.id, 2awaludinmartin01@gmail.com

ABSTRACT
Waste heat from industries such as steam power plants can be utilized to meet the world’s electricity need.
However, it cannot be converted efficiently to electric power by using conventional power generation methods, a
technology for converting it is called Organic Rankine Cycle (ORC). ORC is one of the power plant systems that
is a modification of Rankine Cycle using organic working fluid. R-134a was used as working fluid. The selection
of working fluid was assisted by using Cycle Tempo and REFPROP software which has function to simulation of
power plant and determine the thermodynamic properties, respectively. ORC system consisting of four key
components: evaporator, turbine, condenser, and pump. In this study, we designed a shell and tube type
evaporator, where it is designed from a large cylindrical tube called a shell assembled with a parallel pipe. Flow
arrangement of evaporator is parallel-flow. Design of evaporator was 400mm shell length, 360mm shell diameter,
9.525mm OD tube, 8.407mm ID tube, tube length 10.57m, 250mm helical tube diameter, 300mm helical tube
height and 13.5 the revolution of tube.

Keywords: Organic Rankine Cycle, Design, Manufacturing, R-134a

1. Pendahuluan memenuhi kebutuhan listrik di dunia. Namun


Indonesia merupakan salah satu negara yang temperatur panas dari sumber tersebut tidak dapat
memiliki potensi sumber daya alam panas bumi yang dikonversi secara efisien menjadi listrik jika
besar, namun sebahagian dari sumber daya alam menggunakan metode pembangkit listrik
tersebut telah digunakan untuk memenuhi konvensional, maka pada penelitian ini teknologi
kebutuhan energi [1]. pengkonversi panas tersebut dapat diwujudkan
Pada umumnya pemenuhan kebutuhan energi dalam sebuah sistem Organic Rankine Cycle [4].
selama ini masih terpusat pada penggunaan sumber Sumber panas dengan temperatur dan tekanan
energi yang tidak dapat diperbaharui atau yang yang rendah tersebut bisa dimanfaatkan secara tidak
berasal dari fosil, seperti halnya minyak bumi, langsung yakni untuk menguapkan fluida kerja
batubara dan gas bumi yang saat ini berada pada (refrigerant atau hidrokarbon) melalui mekanisme
kondisi kritis dengan jumlah cadangan terbatas serta pertukaran panas dengan menggunakan Organic
diketahui memiliki pengaruh negatif terhadap Rankine Cycle (ORC) [5].
lingkungan seperti terjadinya global warming, Organic Rankine Cycle (ORC) adalah salah satu
merusak lapisan ozon dan hujan asam. Oleh karena sistem pembangkit listrik yang merupakan
itu perlu adanya usaha untuk menemukan sumber modifikasi dari Rankine Cycle dimana fluida kerja
energi alternatif yang dapat mengalihkan konsumsi yang digunakan adalah fluida kerja organik
energi dari energi fosil tersebut yang lebih efisien (refrigerant dan Hidrokarbon). Pembangkit listrik
dan ramah terhadap lingkungan [2]. dengan sistem Organic Rankine Cycle (ORC)
Pemanfaatan sumber energi yang dapat memiliki keuntungan antara lain tidak
diperbaharui seperti energi angin, biomassa, membutuhkan sumber panas yang tinggi seperti
geothermal dan panas buang merupakan cara untuk pada pembangkit listrik tenaga uap dan tidak
mengatasi permasalahan diatas. Dalam beberapa menghasilkan polusi hasil pembakaran (CO, CO2,
tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian NOX, SOX) sehingga ramah terhadap lingkungan [6].
yang intensif tentang teknologi pengkonversi panas Organic Rankine Cycle (ORC) memiliki empat
bertemperatur dan bertekanan rendah untuk komponen utama yaitu evaporator, turbin,
menghasilkan energi. Sumber panas itu sendiri dapat kondensor, dan pompa. Fluida kerja dalam fasa cair
diperoleh dari berbagai proses thermal salah satunya dipompa menuju evaporator untuk dipanaskan
adalah waste heat recovery [3]. sehingga berubah fasa menjadi uap, uap tersebut
Teknologi pengembalian panas buang (waste kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin
heat recovery) dari industri seperti PLTU sangat uap, hasil putaran turbin akan digunakan untuk
berpotensi dalam mengurangi ketergantungan memutar generator dan akan menghasilkan sumber
terhadap penggunaan energi fosil serta untuk listrik, uap hasil ekspansi turbin dikondensasi dan
dialirkan oleh pompa kembali ke evaporator [1].

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 1


Berdasarkan jurnal “Working fluid selection for Mulai
the Organic Rankine Cycle (ORC) exhaust heat
recovery of an internal combustion engine power
Klasifikasi HE
plant”, terdapat berbagai macam fluida kerja
organik yang masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Dari ke-10 kandidat fluida kerja 1. Tin (air dan R-134a)
2. Tout (air dan R134a)
yang dipilih berdasarkan kriteria thermodynamical, 3. P (air dan R-134a)
environmental and safety, serta ketersediaannya di 4. Laju aliran massa (air dan R-134a)
Indonesia khususnya Pekanbaru, maka fluida kerja 5. Material tube
6. OD dan ID tube
yang terpilih adalah R-134a.
Secara umum, fluida kerja diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori, yaitu fluida basah (wet fluids), Hitung LMTD
fluida isentropi (isentropic fluids) dan fluida kering
(dry fluids). Klasifikasi tersebut berdasarkan nilai E Asumsikan nilai Uo
yang merupakan lawan dari kemiringan kurva
saturasi uap. Fluida yang memiliki nilai E > 0
Hitung Ao (luas permukaan bagian luar)
diklasifikasikan sebagai fluida basah (wet fluids).
Fluida yang memiliki nilai E < 0 diklasifikasikan
sebagai fluida kering (dry fluids). Fluida yang Hitung panjang tube sementara
memiliki nilai E ≈ 0 diklasifikasikan sebagai fluida
isentropic (isentropic fluids) [7]. Hitung kecepatan aliran fluida

𝑛𝑇𝑟𝐻
𝐶𝑝 1−𝑇𝑟𝐻
+1 Tidak Hitung Re (bilangan Reynold)
𝐸= − ∆𝐻𝑣𝑎𝑝 (1)
𝑇𝐻 𝑇𝐻 2
Dimana:
Hitung Nu (bilangan Nusselt)
E : ds/Dt
Cp : panas spesifik fluida
Th : temperatur evaporasi fluida Hitung hi dan ho (koefisien perpindahan panas sisi shell dan tube)
n : 0.375 atau 0.385
Trh : penurunan temperatur evaporasi
∆Hvap : panas laten evaporasi.
Hitung nilai Ut, harus mendekati
Uo
Selain itu, klasifikasi fluida kerja berdasarkan
keamanan terhadap lingkungan adalah sebagai
Ya
berikut:
1. Berdasarkan Ozone Depleting Potential (ODP) Hitung As (luas permukaan setelah U didapat hasilnya)
a. Medium, ODP < 0.1
b. High, ODP > 0.1
Hitung panjang tube akhir
2. Berdasarkan Global Warming Potential (GWP)
a. Low, GWP < 150
b. Medium, GWP antara 150 – 2500 Selesai
c. High, GWP > 2500
Gambar 1 Diagram alir perancangan HE
3. Berdasarkan Safety ASHRAE 34
a. A, tidak beracun
2.1 Parameter Perhitungan
b. B, beracun
Berdasarkan [8], maka perancangan heat
c. 1, tidak mudah terbakar
exchanger (evaporator) akan dihitung menggunakan
d. 2, berpotensi untuk terbakar
persamaan-persamaan di bawah ini:
e. 3, mudah terbakar
Untuk mencari nilai Qh dan Qc, persamaan yang
f. L, mudah terbakar
digunakan adalah sebagai berikut:
2. Metodologi Perancangan
𝑄ℎ = 𝑄𝑐 = 𝑚. ∆ℎ (2)
Pada penelitian ini, jenis alat penukar kalor yang
dirancang adalah shell and tube. Dimana evaporator
Setelah itu langkah selanjutnya adalah menghitung
dirancang dari tabung silinder yang dipasang dalam
nilai Logarithmic Mean Temperature Difference
ukuran besar yang disebut cangkang (shell) dengan
(LMTD) atau dilambangkan dengan ∆Tlm.
susunan pipa parallel yang sejajar dengan cangkang
tersebut. Diagram alir perancangan evaporator dapat ∆𝑇1 −∆𝑇2
dilihat pada Gambar 1. ∆𝑇𝑙𝑚 = ∆𝑇1 (3)
ln⁡( )
∆𝑇2

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 2


Nilai Q dan ∆Tlm berguna sebagai parameter jenis aliran fluida tersebut, laminar atau turbulen
perhitungan untuk menghitung nilai Surface Area serta jenis gaya konveksi aliran apakah internal
(As) dengan menggunakan persamaan di bawah ini: forced convection atau external forced convection.
Biasanya pada heat exchanger shell and tube,
𝑄 internal forced convection adalah fluida yang berada
𝐴𝑠 = (4)
𝑈.∆𝑇𝑙𝑚
di bagian dalam tube, sedangkan external forced
convection yang berada di luar tube.
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai Persamaan Nusselt number untuk internal dan
kecepatan aliran fluida menggunakan persamaan: external forced convection untuk aliran laminar dan
𝑚̇ℎ
turbulen adalah sebagai berikut:
𝑉= (5)
𝜌.𝐴
Internal forced :
𝐷
Dimana V kecepatan fluida akan digunakan untuk 0,065⁡ ( ) 𝑅𝑒⁡𝑃𝑟
𝐿
Laminar 𝑁𝑢 = 3,66 + 1/3 (7)
menghitung nilai bilangan Reynold sehingga dapat 𝐷
1 + 0,04 [( ) 𝑅𝑒⁡𝑃𝑟]
𝐿
mengetahui jenis aliran dari fluida tersebut.
Persamaan yang digunakan adalah:
𝜌𝑉𝐷
Turbulen 𝑁𝑢 = 0.023 × 𝑅𝑒 0.8 𝑃𝑟 1/3 (8)
𝑅𝑒 = (6)
𝜇

Setelah menghitung bilangan Reynold, maka


selanjutnya adalah menghitung nilai Bilangan
Nusselt. Bilangan Nusselt ditentukan berdasarkan

External forced
Sedangkan persamaan untuk mencari bilangan Nu untuk external forced dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1 Nusselt Number [8]

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 3


Setelah bilangan Nusselt diketahui maka outputnya atau hasil akhirnya. Untuk menghitung
menghitung laju perpindahan panas menggunakan nilai U menggunakan persamaan:
persamaan:
1
𝑈= (11)
𝑘 𝑅
ℎ = 𝑁𝑢 (9)
𝐷
Langkah terakhir adalah menghitung nilai luas total
untuk menghitung nilai total thermal resistance (R) (A) dan panjang total evaporator (L) menggunakan
menggunakan persamaan: persamaan:
𝑄
𝐷 𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
1 𝑅𝑓,𝑖 ln⁡( 𝑜⁄𝐷 ) 𝑅𝑓,𝑜 1 𝑈. ∆𝑇𝑙𝑚
𝑖
𝑅= + + + + (10)
ℎ𝑖 𝐴𝑖 𝐴𝑖 2𝜋𝑘𝐿 𝐴𝑜 ℎ𝑜 𝐴𝑜
𝐴
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (12)
𝜋𝐷
Selanjutnya adalah menghitung nilai overall heat
coefficient, U dengan cara iterasi, sehingga nilai U
yang diinputkan sama/hampir sama dengan nilai

3. Hasil dan Pembahasan


Pada penelitian ini, sistem Organic Rankine Cycle dianalisa dengan bantuan perangkat lunak Cycle Tempo
sebagai simulasi pembangkit listrik dan REFPROP untuk membantu menentukan properties dari fluida yang
digunakan. Hasil dari perancangan menggunakan Cycle Tempo dapat dilihat pada Gambar 2.

9
1.000 85.00
356.05 0.595
7

5 11.50 50.00 1
3 427.59 0.122
8 3 H 8.500 39.09
422.51 0.122
p T
1.000 95.00 10
h m
398.03 0.595 1.000 15.00
p = Pressure [bar]
T = Temperature [°C] 63.08 0.583
h = Enthalpy [kJ/kg]
m = Mass flow [kg/s] 1 5

8 2
4

11.50 17.19 6
8.500 17.00
223.60 0.122
223.30 0.122 1.000 25.00
2 7 104.92 0.583

Gambar 2 Hasil simulasi menggunakan software Cycle Tempo

Berdasarkan gambar diatas, maka dilakukan dijelaskan pada bagian 2.1, sehingga diperoleh hasil
perhitungan untuk merancang evaporator seperti pada Tabel 2.
menggunakan persamaan-persamaan yang sudah

Tabel 2 Data Masukan Didapatkan Properties fluida dari REFPROP 8


Hot Fluid (air) Cold Fluid (R-134a) 𝜌 = 965,3⁡𝑘𝑔/𝑚3 ⁡ 𝜌 = 607,68⁡𝑘𝑔/𝑚3 ⁡
𝑇𝑖𝑛 = 95℃ 𝑇𝑖𝑛 = 17,19℃ 𝜇 = 0,000315⁡𝑘𝑔/𝑚𝑠 𝜇 = 0,00009674⁡𝑘𝑔/𝑚𝑠
𝑇𝑜𝑢𝑡 = 85℃ 𝑇𝑜𝑢𝑡 = 50℃ 𝑘 = 0,675⁡𝑊/𝑚. ℃ 𝑘 = 0,04722⁡𝑊/𝑚. ℃
𝑃 = 1⁡𝑏𝑎𝑟 𝑃 = 11,5⁡𝑏𝑎𝑟 𝑃𝑟 = 1,96 𝑃𝑟 = 2,1310
𝑚̇ = 0,595⁡𝑘𝑔/𝑠 𝑚̇ = 0,122⁡𝑘𝑔/𝑠 𝑅𝑓 = 0,0004⁡𝑚2 . ℃/𝑊 𝑅𝑓 = 0,0002⁡𝑚2 . ℃/𝑊
𝑄 = 24,98⁡𝑘𝑊 𝑄 = 24,89⁡𝑘𝑊 Material Tube : Tembaga, 𝑘 = 385⁡𝑊/𝑚. ℃
𝐷𝑜 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 9,525⁡𝑚𝑚 & 𝐷𝑖 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 8,407⁡𝑚𝑚
𝑇𝑎𝑣𝑒 = 90℃ 𝑇𝑎𝑣𝑒 = 33,6℃
Arah Perpindahan Panas : Parallel flow

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 4


Dengan bantuan Ms. Office Excel 2013, maka data Daftar Pustaka
parameter perancangan yang telah didapatkan akan
dihitung sesuai dengan rumus/persamaan untuk [1] O. Nurhilal, C. Mulyana, and N. Suhendi, “Disain
merancang evaporator, dan hasil yang diperoleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap Siklus Rankine
dapat dilihat pada Tabel 3. Organik 100 kW dengan Fluida Kerja R-123,” no.
April, pp. 136–139, 2014.
[2] R. I. Pramana and A. J. Purwanto, “Prosiding
Tabel 3 Hasil Perancangan Evaporator Seminar Nasional Rekayasa Energi , Perancangan
Panjang Tube 10,57 m Sistem Siklus Rankine Organik Dengan Sumber
Diameter Shell 360 mm Kalor Bertemperatur 70-90 ° C Dan Fluida Kerja
R245fa,” no. September, 2013.
Panjang/Tinggi Shell 400 mm [3] M. A. Siddiqi and B. Atakan, “Investigation of the
Diameter helical tube 250 mm Criteria for Fluid Selection in Rankine Cycles for
Waste Heat Recovery *,” vol. 14, no. 3, pp. 117–123,
Tinggi helical tube 300 mm 2011.
Pitch 22,2 mm [4] K. S. Rao and C. L. Sindhuja, “Working fluids for
Revolution (jumlah gulungan) 13,5 Organic Rankine Cycle – A Review,” vol. 3, no. 8,
pp. 447–451, 2017.
[5] U. Muhammad, M. Imran, D. H. Lee, and B. S. Park,
Setelah perancangan menggunakan bantuan Cycle “Design and experimental investigation of a 1kW
Tempo dan Ms. Office Excel 2013, maka selanjutnya organic Rankine cycle system using R245fa as
pembuatan gambar teknik menggunakan software working fluid for low-grade waste heat recovery
Solidworks 2016. Dapat dilihat pada Gambar 3. from steam,” Energy Convers. Manag., vol. 103, no.
October, pp. 1089–1100, 2015.
[6] aria H. Pamungkas and A. B. K. Putra, “Studi
Variasi Flowrate Refrigerant pada Sistem Organic
Rankine Cycle dengan Fluida Kerja R-123,” Tek.
Pomtis, vol. 2, no. 2, pp. 2–6, 2013.
[7] S. Douvartzides and I. Karmalis, “Working fluid
selection for the Organic Rankine Cycle (ORC)
exhaust heat recovery of an internal combustion
engine power plant,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci.
Eng., vol. 161, no. 1, 2016.
[8] Y. A. Cengel and M. Boles, Thermodynamics An
Engineering Aproach, 5th Intern. McGraw-Hill,
2006.

Gambar 3 Shell and tube evaporator

4. Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah telah
berhasil dilakukan perancangan dan pembuatan
evaporator tipe shell and tube pada sistem Organic
Rankine Cycle menggunakan fluida kerja R-134a
untuk pembangkit listrik 1 kW. Desain evaporator
pada penelitian didapatkan panjang/tinggi shell 400
mm, diameter shell 360 mm, OD tube 9,525 mm, ID
tube 8,407 mm, panjang tube 10,57 m, diameter
helical tube 250 mm, tinggi helical tube 300 mm dan
jumlah gulungan tube adalah 13,5 gulungan.

Jom FTEKNIK Volume 5 Edisi 2 Juli s/d Desember 2018 5

Anda mungkin juga menyukai