Bab 2
Bab 2
STUDI LITERATUR
Tata letak pabrik adalah ilmu yang multi disiplin, dimana berkaitan dengan
merencanakan layout fasilitas, memilih material handling sistem dan menentukan
peralatan proses yang diperlukan (Tompkins, James. et. al. 1996). Perencanaan tata
letak mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja, dan
peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi barang
jadi. Perancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan
mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Dengan kata lain, merupakan
pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk membuat produk.
Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu suatu susunan
fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk
mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran bahan, aliran
informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efisien
ekonomis dan aman.
4
Lokasi Fasilitas
(Facilities Location)
Perencanaan Fasilitas
(Facilities Planning) Perancangan Sistem Fasilitas
(Facility Systems Design)
5
spesifik lagi suatu tata letak yang baik akan memberikan beberapa keuntungan-
keuntungan dalam sistem produksi, yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Menaikkan Output Produksi.
Biasanya tata letak yang baik akan memberikan keluaran (output) yang lebih
besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit, man hour yang lebih kecil,
dan mengurangi jam kerja mesin.
2. Mengurangi Waktu Tunggu (Delay).
Mengatur keseimbangan antara waktu untuk operasi produksi dan beban dari
masing-masing departemen atau mesin sehingga akan mengurangi delay yang
berlebihan.
3. Mengurangi Proses Pemindahan Bahan (Material Handling).
Tata letak yang baik akan lebih menekankan untuk meminimalkan aktivitas-
aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini
akan mendapatkan penghematan akan biaya perpindahan bahan,
pendayagunaan yang lebih baik akan pemakaian mesin, tenaga kerja atau
fasilitas produksi, mengurangi work in process, menyingkatkan proses
manufaktur, mengurangi kemacetan dan lainnya.
4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan servis.
Jalan lintas material yang menumpuk, jarak antara mesin-mesin
yang berlebihan, dan lain-lain, semuanya akan menambah area yang
dibutuhkan untuk pabrik.
5. Pendaya gunaan yang lebih bear dari pemakaian mesin, tenaga kerja
dan fasilitas produksi lainnya.
Faktor-faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja dan lain-lain adalah
erat kaitannya dengan biaya produksi.
6. Mengurangi inventory in proces.
Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan
baku untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi berikutnya
secepat - cepatnya dan berusaha mengurangi tumpukan bahan setengah jadi.
7. Proses manufakturing yang lebih singkat.
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi
berikutnya dan mengurangi bahan yang menunggu serta gudang yang tidak
6
diperlukan berpindah dari suatu tempat ketempat yang lainnya dalam pabrik
akan juga bisa diperpendek sehingga secara total waktu produksi akan dapat
pula diperpendek.
8. Mengurangi resiko bagi K3 dari operator.
Perencanaan tata letak pabrik adalah juda ditunjukan untuk membuat suasana
kerja yang nyaman dan aman bagi operatornya.
9. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.
Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam suatu pabrik
yang segala sesuatunya diatur secara tertib, rapi dan baik.
10. Mempermudah aktivitas supervisi.
Tata letak pabrik yang terencana baik akan dapat mempermudah
aktivitas supervisi.
11. Mengurangi kemacetan dan kesimpang siuran.
Material yang menunggu, gerakan pemindahan yang tidak perlu,
serta banykanya perpotongan dari lintasan yang ada akan
menyebabkan kesimpang-siuran yang akhirnya akan membawa kearah
kemacetan.
12. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas
dari bahan baku ataupun barang jadi.
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat mengurangi kerusakan-
kerusakan yang bisa terjadipada bahan baku ataupun produk jadi.
Menurut James (Tompkins, James. et. al. 1996) seringkali masalah yang
dihadapi dalam tata letak melibatkan penata letakkkan ulang dari suatu proses yang
telah ada atau perubahan beberapa bagian dari susunan perlatan tertentu. Masalah
dalam tata letak ada beberapa macam, seperti:
1. Perubahan Rancangan
7
penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada, atau bentuk perancangan
ulang tata letak, tergantung pada perubahan-perubahan yang terjadi.
2. Perluasan Departemen
3. Pengurangan Departemen
Masalah ini terjadi jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap,
perlu ditimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya
yang digunakan untuk produksi tinggi. Perubahan seperti ini mungkin
menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada sekarang dan
merencanakan pemasangan jenis peralatan lain.
Jika produk baru serupa dengan produk yang sedang dikerjakan selama ini
ditambahkan pada lintasan produksi, masalah utamanya adalah perluasan
departemen. Tetapi jika produk ini berbeda dengan yang sudah diproduksi,
dengan sendirinya muncul produk baru. Peralatan yang ada dapat digunakan
dengan menambah beberapa mesin baru dalam tata letak yang telah ada dengan
penyusunan ulang minimum atau mungkin memerlukan departemen baru atau
pabrik baru.
8
6. Penambahan Departemen Baru
Masalah ini timbul dari pemikiran untuk memusatkan jenis pekerjaan atau
menambah suatu departemen untuk suatu pekerjaan yang baru.
9. Penurunan Biaya
Disini rekasayawan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada
dan bebas merencanakan tata letak yang paling efisien yang akan dipakai.
Disamping adanya alasan umum bagi persoalan tata letak atau proyek tata
leetak ada pula situasi tidak biasa atau kesulitan-kesulitan yang dapat
menunjukan perlunya pengkajian atas tata letak yang ada.
Prosedur ini menggunakan 4 alat bantu yaitu flow process chart, activity
relationship, activity relationship diagram dan space relationship diagram.
Prosedur perencanaan tata letak pabrik dengan Systematic Layout Planning
antara lain
1. Melakukan pengumpulan data awal, yaitu data rancangan produk,rancangan
proses dan rancangan jadwal produksi
9
2. Menentukan aliran material
3. Menentukan hubungan aktivitas atau kegiatan
4. Membuat diagram hubungan aktivitas dan aliran
5. Menentukan jumlah kebutuhan ruangan dan disesuaikan dengan ukuran
ruangan yang tersedia
6. Membuat diagram hubungan ruangan
7. Membuat modifikasi dan batasan praktis dalam pembuatan alternatif layout
8. Pembuatan alternatif layout
9. Mengevaluasi dan memilih alternatif layout
Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perencanaan tata letak dapat
dikategorikan ke dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Tahapan analisis yang meliputi:
1. Data masukan, yaitu data yang berhubungan dengan rancangan
produk
2. Analisis aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif
untuk setiap gerakan perpindahan material diantara departemen-
departemen atau aktivitas-aktivitas operasional
3. Analisis hubungan aktivitas merupakan analisis pengukuran
kualitatif dengan menggunakan Activity Relationship Chart (ARC)
4. Diagram hubungan aktivitas yang merupakan kombinasi dari
analisis material secara kuantitatif dengan kualitatif
b. Tahap penelitian yang meliputi:
1. pembuatan diagram hubungan ruangan ntuk mengevaluasi luas area
yang dibutuhkan untuk semua aktivitas perusahaan dan area yang
tersedia
2. pembuatan rancangan alternatif tata letak dalam bentuk block layout
dengan dasar dari diagram hubungan ruangan
c. tahap seleksi dengan cara mengevaluasi alternatif tata letak yang telah
dirancang.
10
2.6 Pola Aliran Umum
Diketahui bahwa kebanyakan persoalan aliran barang sesuai dengan salah
satu dari sejumlah kecil pola aliran barang umum. Pola aliran umum ini
menunjukkan sebagian faktor dasar dalam situasi aliran tertentu (Tompkins, James.
A 1990). Ada beberapa bentuk umum dari pola aliran bahan maupun aktivitas
proses produksi, yaitu :
11
3. Bentuk U (U-Shaped)
Pola aliran bentuk U dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya
mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal proses, karena
keadaan transportasi luar pabrik, pemakaian mesin bersama, dan sebagainya. (
juga karena alesan yang sama seperti bentuk zig-zag).
12
Gambar 2.6 Pola Aliran Bahan Odd-angle
jarak antar dua titik tengah dij dapat dilakukan beberapa metode, yaitu:
1. Jarak Rectiniliear
2. Jarak Ecludean
Matriks Euclidean mengukur jarak garis lurus antar titik tengah dari fasilitas.
Matriks ini dipakai untuk model conveyor yang tertentu, transportasi, dan
jaringan distribusi. Menggunakan matriks Euclidean untuk jarak antar fasilitas
mungkin lebih mendekati benar. Tetapi pada kasus lain, menggunakan matriks
ini untuk menghitung jarak pengangkutan dengan overhead crane mungkin
13
tidak tepat karena overhead crane bergerak sepanjang lintasan tegak lurus.
Cara perhitungan jarak Euclidean ini menggunakan rumus:
Keterangan:
dij = jarak antar titik pusat fasilitas i dan j
xi = koordinat x pada departemen i
xj = koordinat x pada departemen j
yi = koordinat y pada departemen i
yj = koordinat y pada departemen j
3. Square Euclidean
Matriks ini merupakan kuadrat dari Euclidean. Penguadratan memberikan
bobot yang lebih besar pada sepasang jarak fasilitas. Hal tersebut bersifat
relative pada beberapa pendekatan untuk kuadrat matriks jarak Euclidean.
Pendekatan ini berguna untuk memberikan masukan untuk masalah,
terutama beberapa masalah lokasi.
2
𝑑𝑖𝑗 =(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 )2 + (𝑦𝑖 − 𝑦𝑗 ) ......( 2.3 )
4. Aisle
Aisle distance akan mengukur jarak sepanjang lintasan yang dilalui alat
pengangkut pemindahan bahan.
5. Adjacency
Merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-
departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan. Kelemahan ukurannya
adalah tidak dapat memberi perbedaan secara riil jika terdapat dua pasang
fasilitas dimana satu dengan lainya tidak berdekatan.
14
2.8 Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi
Menurut Wignjosoebroto (1992), pemilihan dan penempatan alternatif tata
letak merupakan langkah yang kritis dalam proses perencanaan fasilitas produksi,
karena tata letak yang dipilih akan menentukan hubungan fisik dari aktivitas
produksi yang berlangsung. Penetapan mengenai macam spesifikasi, jumlah dan
luas area dari fasilitas produksi yang diperlukan merupakan langkah awal sebelum
perencanaan pengaturan tata letak fasilitas.
Salah satu alasan orang cenderung untuk memusatkan perhatian terlebih
dahulu pada tata letak baru kemudian sistem pemindahan bahannya terletak pada
penekanan terhadap proses manufacturing yang berlangsung. Ada empat macam
atau tipe tata letak yang secara klasik umum diaplikasikan dalam desain tata letak,
yaitu :
1. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi
Jika suatu produk secara khusus memproduksi suatu macam produk atau
kelompok produk dalam jumlah besar dan waktu produksi yang lama, maka
semua fasilitas produksi dari pabrik tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
proses produksi dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan tata letak
berdasarkan aliran produksi, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan
diatur menurut prinsip mesin sesudah mesin atau prosesnya selalu berurutan
sesuai dengan aliran proses, tidak peduli macam mesin yang dipergunakan.
2. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap
Tata letak fasilitas berdasarkan proses tetap, material atau komponen produk
utama akan tetap pada posisi/lokasinya. Sedangkan fasilitas produksi seperti
alat, mesin, manusia serta komponen - komponen kecil lainnya akan bergerak
menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut. Pada proses
perakitan tata letak tipe ini alat dan peralatan kerja lainnya akan cukup mudah
dipindahkan.
15
sebagainya. Disini pengelompokkan tidak didasarkan pada kesamaan jenis
produk akhir seperti halnya pada tipe produk tata letak. Pada tipe kelompok
produk, mesin-mesin atau fasilitas produksi nantinya juga akan dikelompokkan
dan di tempatkan dalam sebuah manufacturing sel. Karena disini setiap
kelompok produk akan memiliki urutan proses yang sama maka akan
menghasilkan tingkat efisien yang tinggi dalam proses manufakturingnya.
Efisiensi tinggi tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi pengaturan fasilitas
produksi secara kelompok atau sel yang menjamin kelancaran aliran kerja.
4. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses
Tata letak berdasarkan macam proses sering dikenal dengan proses atau tata
letak berdasarkan fungsi adalah metode pengaturan dan penempatan dari segala
mesin serta peralatan produksi yang memiliki tipe atau jenis sama ke dalam satu
departemen. Dalam tata letak menurut macam proses, jelas sekali bahwa semua
mesin dan peralatan yang mempunyai ciri operasi yang sama akan
dikelompokkan bersama sesuai dengan proses atau fungsi kerjanya.
16
Nama Komponen
Dimensi bahan jadi
Waktu Proses
% Scrab Deskripsi
Operasi
Untuk bisa menggambarkan peta proses operasi dengan baik, ada beberapa
prinsip yang perlu diikuti sebagai berikut :
1. Pada bagian kiri paling atas menyatakan No. Peta, Nama, Kapasitas dan
Efisiensi.
2. Material yang akan diproses diletakan diatas horizontal yang menunjukan
bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
3. Lambang – lambang ditempelkan dalam arah vertical, yang menunjukan
terjadinya perubahan proses.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri
dan prinsipnya sama dengan penomoran dalam proses operasi
5. Setelah semua proses dipetakan dengan lengkap, pada bagian akhir halaman
dibuat ringkasannya. Yang memuat informasi seperti : jumlah keseluruhan
informasi, jumlah keseluruhan pemeriksaan, dan jumlah waktu keseluruhan
yang dibutuhkan dalam membutuhkan produk jadi.
17
2.10 Activity Relationship Chart (ARC)
Menurut (Tompkins, James. A, 1990) peta keterkaitan kegiatan (gambar
2.7) adalah teknik ideal untuk merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok
kegiatan yang saling berkaitan. Kegunaan dari peta keterkaitan (Activity
Relationship Chart) yaitu sebagai berikut :
18
Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam peta hubungan antar
bagian:
Tabel 2.1 Tabel Simbol Pada Activity Relationship Chart
Kode Alasan
1 Urutan Proses
2 Aliran Proses
3 Kemudahan Pengawasan
4 Kemudahan Pengontrolan
5 Aliran Material
6 Kotor
19
4. Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan.
5. Komponen – komponen untuk assembling setelah diproduksi.
Tabel 2.2 Tabel Kolom Routing Sheet
20
Pertimbangan obyektif pertama berdasarkan jarak. m menunjukkan jumlah
departemen, 𝑓𝑖𝑗 menunjukkan aliran dari departemen i ke j, dan 𝑐𝑖𝑗 menunjukkan
biaya perpindahan beban satu unit jarak dari unit departemen, dari departemen i ke
departemen j. Dengan tujuan untuk meminimalkan biaya per satuan waktu untuk
setiap perpindahan barang antar departemen. Ditulis secara matematis, tujuannya
dapat ditulis sebagai
𝑚 𝑚
min z = ∑ ∑ 𝑓𝑖𝑗 𝑐𝑖𝑗 𝑑𝑖𝑗 ......( 2.4 )
𝑖=1 𝑗=1
mana 𝑑𝑖𝑗 adalah jarak dari departemen i ke j. dalam banyak algoritma tata letak dij
diukur menggunakan rumus rectinear untuk antar departemen.
𝑚 𝑚
max z = ∑ ∑ 𝑓𝑖𝑗 𝑥𝑖𝑗 ......( 2.5 )
𝑖=1 𝑗=1
21
∑𝑚 𝑚
𝑖=1 ∑𝑗=1 𝑓𝑖𝑗 𝑥𝑖𝑗
z= ......( 2.6 )
∑𝑚 𝑚
𝑖=1 ∑𝑗=1 𝑓𝑖𝑗
22