Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Layout

Tata letak (layout) dipakai untuk menunjukkan pengaturan pabrik dan


bagian-bagiannya, sehingga layout mencakup lokasi peralatan didalam bagian
yang kecil dan pengaturan letak bagian-bagian atas sebidang tanah bangunan. Tata
letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Pengertian tata letak
(layout) menurut Render dan Heizer (2009) dikatakan bahwa:

“Tata letak (layout) merupakan satu keputusan penting yang menentukan


efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak
dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam segi
kapasitas, proses, fleksibilitas dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak
pelanggan dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu
organisasi mencapai suatu strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah atau
respon cepat“

Ada banyak pengertian dari perencanaan tata letak yang dikemukakan para
ahli. Masing-masing pengertian yang dikemukakan nampaknya mempunyai titik
berat sendiri-sendiri. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai
suatu strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.
Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang
memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan (Heizer dan Render ; 2009:532).

Dari beberapa pengengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa


fasilitas layout produksi merupakan penyusunan, pengaturan, dan penempatan
fasilitas-fasiltas produksi untuk menciptakan suatu sistem yang baik dalam suatu
proses produksi agar kegiatan produksi tersebut berjalan dengan efektif dan
efisien.

8
9

2.1.2 Tujuan Perencanaan Layout

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya “Tata Letak Pabrik dan


Pemindahan Bahan” (2009:68), secara garis besar tujuan utama dari tata letak
pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling
ekonomis untuk operasi produksi yang aman, dan nyaman sehingga akan dapat
menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi suatu
tata letak yang baik akan memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem
produksi, yaitu sebagai berikut:

1. Menaikan output produksi


Biasanya suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran
(output) yang lebih besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit,
manhour yang lebih kecil, dan atau mengurangi jam kerja mesin (machine
hours).
2. Mengurangi waktu tunggu (delay)
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi dan beban dari
mesin- mesin departemen atau mesin adalah bagian kerja dari mereka yang
bertanggung jawab terhadap desain tata letak pabrik. Pengaturan tata letak
yang terkoordinir dan terencana baik akan dapat mengurangi waktu tunggu
(delay) yang berebihan.
3. Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling)
Untuk merubah bahan menjadi produk jadi, maka hal itu memerlukan
aktivitas pemindahan (movement) sekurang-kurangnya satu dari tiga
elemen dasar sistem produksi yaitu: bahan baku, orang/pekerja, atau mesin
dan peralatan produksi, bahan baku akan lebih sering dipindahkan
dibandingkan dengan dua elemen dasar produksi lainnya. Pada beberapa
kasus maka biaya untuk proses pemindahan bahan ini bisa mencapai 30%
sampai 90% dari total biaya produksi dengan mengingat pemindahan
bahan yang sedemikian besarnya, maka mereka yang bertanggung jawab
usaha perencanaan dan perancangan tata letak pabrik akan lebih
menekankan desainnya pada usaha-usaha memindahkan aktivitas-aktivitas
10

pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini


dilakukan dengan beberapa alasan seperti:
a. Biaya pemindahan bahan disamping cukup besar pengeluarannya
juga akan terus ada dari tahun ke tahun selama proses produksi
berlangsung.
b. Biaya pemindahan bahan dengan mudah akan dapat dihitung
dimana biaya ini akan proporsional dengan jarak pemindahan
bahan yang harus ditempuh dan pengukuran jarak pemindahan
bahan ini dapat dianalisis dengan memperhatikan tata letak semua
fasilitas produksi yang ada dari pabrik. Jelaslah bahwa memang
akan ada korelasi antara tata letak pabrik dengan pemindahan
bahan, sehingga pada proses desain layout akan selalu dikait
orientasikan guna memberikan jarak pemindahan bahan seminimal
mungkin.
4. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan servis.
Jalan lintas, material yang menumpuk, jarak antara mesin yang
berlebihan, dan lain-lain semuanya akan menambah area yang dibutuhkan
untuk pabrik. Suatu perencanaan tata letak yang optimal akan mencoba
mengatasi segala pemborosan pemakaian ruangan ini dan berusaha untuk
mengkoreksinya.
5. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan
atau fasilitas produksi lainnya.
Faktor-faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja, dan lain-lain adalah
erat kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana baik
akan banyak membantu pendayagunaan elemen-elemen produksi secara
lebih efektif dan lebih efesien.
6. Mengurangi inventory in-process
Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan
baku untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi berikutnya
secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya bahan setengah
jadi (material in process). Problem ini terutama bisa dilaksanakan dengan
11

mengurangi waktu tunggu (delay) dan bahan yang menunggu untuk segera
diproses.
7. Proses manufacturing yang lebih singkat
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi
berikutnya mengurangi bahan yang menunggu serta storage yang tidak
diperlukan maka waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah
dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam pabrik akan juga bisa
diperpendek sehingga secara total waktu produksi akan dapat pula
diperpendek.
8. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dan operator
Perencanaan tata letak pabrik juga ditunjukan untuk membuat suasana
kerja yang nyaman dan aman bagi mereka yang bekerja didalamnya. Hal-
hal yang bisa dianggap membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan
kerja dari operator haruslah dihindari.
9. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja
Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam suatu pabrik
yang segala sesuatunya diatur secara tertib, rapih dan baik. Perencanaan
yang cukup, sirkulasi yang baik, dan lain-lain akan menciptakan suasana
lingkungan kerja yang menyenangkan sehingga moral dan kepuasan kerja
akan dapat lebih ditingkatkan. Hasil positif dari kondisi ini tentu saja
berupa performa kerja yang lebih baik dan menjurus ke arah peningkatan
produktivitas kerja.
10. Mempermudah aktivitas supervisi
Layout yang terencana dengan baik akan dapat mempermudah
aktivitas supervisi. Dengan meletakan kantor/ruangan di atas, maka
seseorang supervisor akan dapat dengan mudah mengamati segala
aktivitas mengamati segala aktivitas yang sedang berlangsung di area kerja
yang dibawah pengawasan dan tanggung jawabnya.
11. Mengurangi kemacetan dan kesimpang-siuran
Material yang menunggu, gerakan pemindahan yang tidak perlu, serta
banyaknya perpotongan (intersection) dari lintasan yang ada akan
menyebabkan kesimpang-siuran yang akhirnya akan membawa kearah
12

kemacetan. Dengan memakai material secara langsung dan secepatnya;


serta menjaganya agar selau bergerak, maka labor cost akan dapat
dikurangi sekitar 40% dan yang lebih penting dari hal ini akan mengurangi
problema kesimpang-siuran dan kemacetan didalam aktivitas pemindahan
bahan. Layout yang baik akan memberikan luasan yang cukup untuk
seluruh operasi yang diperlukan dan proses bisa berlangsung mudah dan
sederhana.
12. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari
bahan baku ataupun produk jadi
Layout yang direncanakan dengan baik akan dapat mengurangi
kerusakan- kerusakan yang bisa terjadi pada bahan baku atau produk jadi.
Getaran-getaran, debu, panas dan lain-lain dapat dengan mudah merusak
kualitas material ataupun produk yang dihasilkan.

Dari hal-hal tersebut di atas dijelaskan bahwa perencanaan layout


dimaksudkan untuk mengatur segala fasilitas fisik dari sistem produksi
(mesin, peralatan, tanah, bangunan dan lain-lain) guna mendapatkan hasil
yang optimal serta mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efesien.

2.1.3 Pentingnya Perencanaan Layout

Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum


penempatan mesin-mesin, peralatan-peralatan pabrik, tempat kerja, tempat
penyimpanan dan fasilitas servis, bersama-sama dengan penentuan bentuk gudang
pabriknya (Gitosudharmo ; 2002:185). Suatu perencanaan layout akan senantiasa
diperlukan di dalam masing-masing perusahaan. Hal ini disebabkan oleh adanya
beberapa hal sebagai berikut :

1. Adanya produk baru.


Dengan adanya produk baru, penambahan mesin sangat
berpengaruh terhadap tata letak, sehingga tata letak harus
diperhatikan sebelum produk baru mulai di produksi.
13

2. Adanya perubahan volume permintaan.


Jumlah permintaan produksi yang sering berubah megharuskan
adanya lokasi tempat penyimpanan bahan baku atau hasil produksi
sehingga tidak mengganggu jalannya proses produksi.
3. Fasilitas produksi yang ada telah ketinggalan jaman.
Tata letak yang baik, menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan
yang ada, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil produksi.
4. Adanya kecelakaan-kecelakaan dalam proses produksi.
Hasil produksi yang tidak sesuai target disebabkan karena adanya
kesimpang-siuran proses produksi yang menyebabkan hasil
produksi tidak maksimal.
5. Penghematan-penghematan biaya.
Dengan perencanaan tata letak yang baik akan mengurangi
pemborosan waktu proses produksi, sehingga dapat mengurangi
biaya yang seharusnya dikeluarkan.

2.1.4 Prinsip Dasar Penyusunan Layout

Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungan-keuntungan yang bisa


didapatkan dalam tata letak pabrik yang direncanakan dengan baik, maka bisa
disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, yaitu sebagai berikut
(Wignjosoebroto ; 2009:72) :

a. Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses


proses produksi
b. Pemindahan jarak yang seminimal mungkin
c. Aliran kerja berlangsung secara lancar melalui pabrik
d. Semua area yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efesien
e. Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja dijaga sebaik-baiknya
f. Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.

Tujuan tersebut juga dinyatakan sebgai prinsip dasar dari proses


perencanaan tata letak pabrik yang selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
14

a. Prinsip integrasi secara total


Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik merupakan
integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada
menjadi satu unit operasi yang besar.

b. Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal


Hampir setiap proses yang terjadi dalam suatu industri
mencakup beberapa gerakan perpindahan dari material, yang mana
kita tidak bisa menghindarinya secara keseluruhan. Dalam proses
pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi yang lain, waktu
dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan tersebut.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan cara mencoba menerapkan
operasi yang sebelumnya.

c. Proses aliran dari suatu proses kerja


Prinsip ini merupakan kelengkapan dari jarak perpindahan
bahan yang seminimal mungkin yang telah disebutkan pada butir
(b) tersebut di atas. Dengan prinsip ini diusahan untuk menghindari
adanya gerakan balik (back-tracking), gerakan memotong (cross-
movement), kemacetan (congestion) dan sedapat mungkin material
bergerak terus tanpa ada interupsi. Perlu diingat bahwa aliran
proses yang baik tidaklah berarti harus selalu dalam lintasan garis
lurus. Banyak layout pabrik yang baik menggunakan bentuk aliran
bahan secara zig-zag ataupun melingkar. Ide dasar dari prinsip
aliran kerja ini adalah aliran konstan dengan minimum interupsi,
kesimpang-siuran, dan kemacetan.

d. Prinsip pemanfaatan ruangan


Pada dasarnya tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yaitu
pengaturan ruangan yang akan dipakai oleh manusia, bahan baku,
mesin dan peralatan penunjang proses produksi lainnya. Mereka ini
memiliki dimensi tiga yaitu aspek volume (cubic space) dan tidak
hanya sekedar aspek luas (floor space). Dengan demikian dalam
15

merencanakan tata letak kita juga seharusnya mempertimbangkan


faktor dimensi ruangan ini. Disamping itu gerakan-gerakan dari
orang, bahan, atau mesin juga terjadi dalam salah satu arah dari
tiga sumbu yaitu sumbu x, sumbu y atau sumbu z.
e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
Kepuasan kerja bagi seseorang adalah sangat besar artinya. Hal
ini bisa dikaitkan sebagai dasar utama untuk mencapai tujuan.
Dengan membuat suasana kerja yang menyenangkan dan
memuskan, maka secara otomatis akan banyak keuntungan yang
diperoleh. Paling tidak hal ini akan memberikan moral kerja yang
lebih baik dan mengurangi ongkos produksi. Selanjutnya masalah
keselamatan kerja adalah juga merupakan faktor utama yang harus
diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout
tidak dapat dikatakan baik apabila akhirnya justru membahayakan
keselamatan orang yang bekerja didalamnya.

f. Prinsip – fleksibilitas
Prinsip ini sangat berarti dalam abad dimana riset ilmiah,
komunikasi, dan transportasi bergerak dengan cepat yang mana hal
ini akan mengakibatkan dunia industri harus ikut berpacu untuk
mengimbanginya. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa
perubahan terjadi pada desain produk, peralatan produksi, waktu
pengiriman barang dan sebagainya yang akhirnya juga membawa
akibat ke arah pengaturan kembali layout yang ada. Untuk ini
kondisi ekonomi akan bisa dicapai bila tata letak yang
direncanakan cukup fleksibel untuk diadakan penyesuaian /
pengaturan kembali (relayout) dan/atau suatu layout yang baru
dapat dibuat dengan cepat dan murah.
16

2.1.5 Jenis-Jenis Layout

Dalam suatu perencanaan tata letak fasilitas, perlu diketahui jenis- jenis tata
letak itu sendiri serta kelebihan dan kekurangannya. Hal ini sebagai dasar
pertimbagan dalam pengambilan keputusan pemilihan alternatif layout yang
optimal. Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan
menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses
manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang.

Jenis layout dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut


Handoko (1984:106) jenis layout dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Layout Proses (Layout fungsional).


Layout yang berdasarkan pada proses. Layout ini berdasar pada
pengelompokan mesin-mesin dan peralatan yang sama dalam suatu area
atau departemen. Pada setiap proses dikerjakan dalam bagian-bagiannya
sendiri-sendiri. Layout seperti ini biasanya digunakan pada perusahaan
pesanan atau yang berdasarkan job order shop (pabrik yang memproduksi
barang yang tidak sama dan terbatas jumlahnya, serta menurut pesanan
pembeli). Tata letak menurut proses ini digunakan apabila barang-barang
yang dihasilkan tidak standar, tetapi fleksibel dan urutan produksinya
tidak terlalu sama antara produk satu dengan yang lainnya.

Gambar : 2.1 Kriteria Tata Letak Berorientasi Proses


17

N
Keterangan Layout Proses
o
1 Deskripsi Pengelompokan mesin berdasarkan fungsinya

2 Jenis proses Intermintan, job shop, batch production, biasanya


digunakan pada pembuatan suatu produk
3 Produk Beragam dibuat berdasarkan pesanan

4 Permintaan Berfluktuasi

5 Volume Rendah

6 Peralatan Peralatan serba guna


N
Keterangan Layout Proses
o
7 Tenaga kerja Keterampilan beragam

8 Persediaan Tinggi pada barang dalam proses dan rendah dalam


barang barang jadi
9 Ukuran
gedung Besar

10 Material
handling Jalur bervariasi

11 Lorong Lebar

12 Scheduling Dinamis

13 Kebijakan
layout Penempatan mesin

14 Tujuan Meminimalisasi biaya material handling

15 Keunggulan Fleksibel

Tabel 2.SumSumber : GitosudaSumber : Gitosudarmo Indriyo &


Reksohadiprodjo Sukanto, 2008

Kebaikan tata letak proses atau tata letak fungsional (Gitosudarmo


Indriyo & Reksohadiprodjo Sukanto, 2008) :

a. Menghasilkan penggunaan spesialisasi mesin dari personalia


yang paling baik.
b. Departemen fungsional lebih fleksibel dan dapat memproses
macam – macam produk.
18

c. Mesin – mesinnya serba guna dengan biaya lebih kecil


dibandingkan dengan mesin – mesin khusus.
d. Produk atau jasa yang memerlukan operasi yang berbeda –
beda dapat dengan mudah mengikuti jalur berbeda melalui
fasilitas – fasilitas.
e. Fasilitas tidak terpengaruh oleh kerusakan salah satu mesin
karena dapat dialihkan ke mesin lain yang memiliki fungsi
serupa.
f. Mesin dan karyawan tidak saling tergantung. Pola ini sesuai
untuk pelaksanaan sistem upah borongan.

Keburukan tata letak proses atau tata letak fungsional:

a. Mesin – mesin serba guna biasanya beroperasi lebih lambat


dibandingkan dengan mesin – mesin khusus, sehingga biaya
operasi per satuan lebih tinggi.
b. Penentuan routing, scheduluing dan akutansi biayanya
memakan biaya karena setiap pemesanan baru dikerjakan
tersendiri secara terpisah.
c. Penangan bahan dan biaya transportasi dalam pabrik tinggi
karena produk – produk yang berbeda mengikuti jalur yang
berbeda pula.
d. Tidak ekonomis untuk mempergunakan ban berjalan
(conveyor) sehingga truk, kereta dorong dan forklit harus
mengangkut barang dalam proses dari pusat mesin satu ke pusat
mesin yang lain.

2. Layout Produk
Menurut Pangestu Subagyo (2000:80) layout produk atau sering
disebut sebagai layout garis (line layout) adalah pengaturan letak mesin-
mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas
urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu barang. Barang yang
dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus barang yang dikerjakan setiap
19

hari juga sama seolah-olah menyerupai garis (meskipun tidak selalu garis
lurus) sehingga dikatakan sebagai layout produk karena pada zaman
dahulu setiap produk memiliki layout tersendiri, yang tidak dapat
digunakan untuk mengerjakan produk yang lain.

Tabel 2.2 Kriteria Tata Letak Berorientasi Produk

No Keterangan Layout Proses


1 Deskripsi Rangkaian secara berurutan dari mesin –
mesin
2 Jenis proses Continuous, mass production, biasanya
proses assembling
3 Produk Standarisasi dibuat untuk persediaan
4 Permintaan Stabil
5 Volume Tinggi
6 Peralatan Peralatan khusus
7 Tenaga kerja Keterampilan terbatas
Rendah pada barang dalam proses tetapi
8 Persediaan barang tinggi pada barang jadi
9 Ukuran gedung Kecil
10 Material handling Jalur tetap
11 Lorong Sempit
12 Scheduling Keseimbangan setiap bagian
13 Kebijakan layout Line balancing
14 Tujuan Penyeimbangan jumlah pekerjaan pada
setiap stasiun kerja
15 Keunggulan efesiensi
Sumber : Gitosudarmo Indriyo & Reksohadiprodjo Sukanto, 2008

Sumber : Gitosudarmo Indriyo & Reksohadiprodjo Sukanto, 2008


20

Kebaikan layout produk (Gitosudarmo Indriyo & Reksohadiprodjo


Sukanto, 2008) :

a. Fasilitas mesin dapat dioperasikan secara tepat.


b. Penentuan routing dan scheduling mudah.
c. Tidak perlu material handling.
d. Bahan cepat diproses. Pesanan tidak ada karena proses
untuk pasar.
e. Tidak memerlukan banyak karyawan karena fasilitas
otomatis.

Keburukan layout produk :

a. Fasilitas satu tergantung pada fasilitas lain


b. Bila fasilitas ingin ditambah perlu serangkaian fasilitas
sehingga investasi mahal
c. Memerlukan perencanaan proses yang matang, pengawasan
proses yang teliti

3. Layout Kelompok

Layout kelompok memisahkan daerah-daerah dan


kelompok- kelompok mesin serta peralatan bagi pembuatan
produksi-produk yang memerlukan pemrosesan sejenis. Setiap
produk di selesaikan di daerah spesialisasi tersebut dengan
keseluruhan urutan pengerjaan dilakukan ditempat itu.

Sebagai contoh dari penggunaan layout ini adalah pada


perusahaan pemrosesan kulit. Perusahaan itu menghasilkan sepatu,
sendal, sepatu sendal, baik untuk pria maupun wanita, berbagai
dompet, berbagai tas dan berbagai macam ikat pinggang. Proses
untuk mengerjakan setiap macam barang tidak sama, tetapi pada
dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa marga atau
21

kelompok produk yang garis besar urutan proses pembuatannya


hampir sama.

Sumber : Pangestu Subagyo (2000:86)

4. Layout Posisi Tetap


Layout ini sering dipakai untuk memproses produk– produk
besar dan kompleks seperti yang terdapat pada pabrik pesat
terbang, pembuatan jembatan, kapal laut dan lain – lain. Dalam hal
ini produk berada pada satu tempat selama periode perakitan dan
kemudian dipindah ke tempat lain. Fasilitas untuk perakitan
tertentu sampai selesai berada disatu tempat, sedangkan fasilitas
lain di satu tempat. Pengaturan tempat kerja yang tetap merupakan
satu satunya kemungkinan cara merakit produk/mesin yang besar.
22

Kelebihan:
a. Fleksibel dapat ditetapkan pada setiap pekerjaan yang berbeda
beda.
b. Dapat diletakan di mana saja sesuai dengan kebutuhan.
c. Tidak memerlukan bangunan pabrik. Apabila ada bangunan
biasanya hanya untuk menyimpan, kantor atau kegiatan-kegiatan
pembantu.

Kekurangan:

a. Tidak ada standar atau pedoman yang jelas untuk merencanakan


layout-nya.
b. Biaya bongkar dan pasang serta biaya angkut mesin dan
peralatan produksi tinggi.
c. Kegiatan pengawasan harus sering dilakukan dan relatif sulit.

2.1.6 Keseimbangan Lini (Line Balancing)

Line balancing adalah keseimbangan antara kapasitas departemen/mesin


sebelumnya dengan kapasitas departemen/mesin berikutnya di dalam proses
produksi (Sukanto Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo 2000:141).
Keseimbangan lini juga dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengadakan
keseimbangan kapasitas antara keseimbangan kapasitas antara satu bagian dengan
bagian lain didalam suatu proses produksi. Menurut Purnomo (2004), line
balancing merupakan sekelompok orang atau mesin yang melakukan tugas-tugas
sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada masing-masing
sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan produksi, sehingga dicapai
efisiensi kerja yang tinggi di setiap stasiun kerja.
23

Jadi berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


line balancing adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan kedalam stasiun-
stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi. Stasiun
kerja tersebut memiliki waktu yang tidak boleh melebihi waktu siklus atau stasiun
kerja.

Fungsi dari line balancing dalah membuat suatu lintasan yang seimbang.
Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan waktu
menganggur (idle time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi yang paling
lambat (Baroto, 2002). Keseimbangan lini sangat penting karena akan
menentukan aspek-aspek lain dalam sistem produksi dalam jangka waktu yang
cukup lama. Beberapa aspek yang terpengaruh antara lain biaya, keuntungan,
tenaga kerja, peralatan, dan sebagainya.

2.1.7 Efesiensi pada Proses Produksi

Efisiensi adalah berhubungan dengan rasio output dengan input atau


keuntungan biaya. (Drs. Ulbert Silalahi, M.A, Studi Tentang Ilmu Administrasi,
2007, hal 128) Efisiensi menurut H. Emerson : perbandingan yang terbaik antara
input dan output, antara keuntungan dengan biaya, antara hasil pelaksanaan
dengan sember-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan, seperti halnya juga
maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata
lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan dengan apa yang harus
diselesaikan. (Drs. Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi
dan Manajemen, 1990, hal 15)

Efisiensi adalah tingkat perbandingan antara masukan (input) dengan


hasil (output) yang dicerminkan dalam rasio atau perbandingan diantara
keduanya. Jika output lebih besar dari input maka dapat dikatakan efisien dan
sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dikatakan tidak efisien. Jadi
tinggi rendahnya efisien ditentukan oleh besar kecilnya rasio yang dihasilkan.
(Riki Satia Muharam, Administrasi Negara (Catatan Kuliah), 2005, hal 158)

Efisiensi kerja merupakan pelaksanaan cara tertentu dengan tanpa


mengurangi tujuannya merupakan cara yang:
24

1. termudah dalam melaksanakannya

2. termurah dalam biayanya

3. tersingkat dalam waktunya

4. teringan dalam bebannya

5. terendah dalam jaraknya. (Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas


Kerja, 1996, hal 130)

Berdasarkan teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebuah


proses produksi dapat dikatakan efisisen jika rasio input dan output memiliki
perbandingan terbaik dimana input dalam hal ini, baik waktu maupun biaya atau
bebanproduksi lebih kecil dari pada hasil yang dapat di produksi. Oleh sebab itu
perusahaan perlu nenerapkan tata letak yang efisien sehingga jarak antar mesin
dapat meminimalkan waktu proses produksi sehingga hasil produksi atau
produktifitas jauh lebih baik.

2.1.8 Proses Produksi


1. Proses Produksi merupakan rangkaian kegiatan yang yang dilakukan
dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau input dapat diolah
menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa yang nantinya dijual untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Jasa- jasa penunjang pelayanan produksi meliputi pengetahuan dan
teknologi yang dibutuhkan untuk digunakan dan diorganisir serta
dikomunikasikan agar proses produksi dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Jasa–Jasa ini diperlukan untuk pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi. Jasa jasa tersebut dapat meliputi desain produk, Studi
kerja, Riset operasional dan lain sebagainya.
3. Perencanaan yang mempunyai fungsi agar kegiatan produksi yang akan
dilakukan dapat terarah bagi pencapaian tujuan serta fungsi produksi dapat
terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan yang dimaksud antara
25

lain, perencanaan proses produksi, persediaan, perencanaan mutu,


kapasitas mesin, dan perencanaan pemanfaatan sumber daya yang ada.
4. Pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin agar kegiatan produksi yang dilaksanakan sesuai dengan apa
yang telah direncanakan, dan apabila terjadi penyimpangan makan dapat
dikoreksi, sehingga kedepannya tidak terjadi lagi penyimpangan dan apa
yang di harapkan dapat tercapai.

Peneliti
(Tahun)
No & Metode Penelitian Hasil Penelitian
Judul
Penelitian
1 Naumi Farisa Fitri 1. Jenis Penelitian: Menghasilkan layout baru yang
(2011) “Strategi Kualitatif seharusnya dapat digunakan oleh
Store Layout dengan 2. Sumber Data: outlet Joger Bali untuk
menggunakan Outlet Joger Bali memperbaiki tanggapan buruk
Metode Activity 3. Metode Analisis: para pengunjung.
Relationship Chart Metode Activity
pada Outlet Joger Relationship Chart
Bali” 4. Variabel Penelitian:
Tata Letak (Layout
2 Komalasari, Aida 1. Jenis Penelitian: Dalam pelaksanaan plant layout
(2008) Kualitatif kurang optimal karena adanya
“Analisis tentang 2. Sumber Data: pembagian beban stasiun kerja
Pelaksanaan Plant Perusahaan Siroop yang kurang seimbang yaitu
Layout pada Tjampolay Cirebon membagi menjadi enam stasiun
Perusahaan Siroop 3. Metode Analisis: kerja, sehingga efisiensi yang
26

Metode Line Balancing diperoleh sebesar 68.60%.


4. Variabel Penelitian: Melalui hasil penelitian, penulis
Tata Letak (Layout) memberikan usulan dengan
membagi menjadi lima
Tjampolay Cirebon workstation yang akan
dalam Usaha menyeimbangkan beban dan
Meningkatkan mempersingkat jalur lintasan
Efisiensi Produksi” produksi, yang berarti akan
meningkatkan efisiensi sebesar
13.71% yang akan mengurangi
pemborosan baik segi waktu
maupun biaya.

Peneliti
(Tahun)
No & Metode Penelitian Hasil Penelitian
Judul
Penelitian

3 Yulianti dan Irfan 1. Jenis Penelitian: Frekuensi layout awal sebesar


(2014) Kualitatif 109535,5 m, dan layout usulan
“Perancangan Tata 2. Sumber Data: sebesar 58325,42 m maka
Letak Lantai PT Pindad layout usulan dapat
Produksi Dengan 3. Metode Analisis: meminimalisasi material
Menggunakan Metode Systematic handling sebesar (51210,08 m)
Metode Systematic Layout Planing dan pada tata letak usulan
Layout Planing 4. Variabel Penelitian: terbaik ditentukan dari 10
Dengan Software Tata Letak (Layout) alternatif layout usulan dari
Blocplan Pada PT progam Blocplan mempunyai
Pindad” total jarak material handling
paling kecil, diperoleh jarak
material handling tata letak
usulan sebesar 15,75 meter.
4 Yunanto (1998) 1. Jenis Penelitian: Total biaya beban dari layout
Kualitatif awal cukup besar yaitu sebesar
27

“Perencanaan Layout 2. Sumber Data: 9.878.250 beban jarak. Maka


Yang Tepat Untuk Perusahaan Gula layout di KPUB “Sapi Jaya“
Mencapai Target Merah Rejoagung harus diubah dengan
Produksi Pada Tulungagung memperbaiki ranking komposisi
Perusahaan Gula 3. Metode Analisis: gerakan. Dengan layout yang
Merah Rejoagung Metode linear baru dapat mengurangi jumlah
Tulungagung” regression dan least beban jarak total yang awalnya
square sebesar 9.878.250 beban jarak
4. Variabel Penelitian: menjadi 4.375.500 beban jarak
Tata Letak (Layout) sehingga dapat mengurangi
biaya material handling.
Peneliti
(Tahun)
No & Metode Penelitian Hasil Penelitian
Judul
Penelitian
5 Azi,Bais (2015) 1. Jenis Penelitian: Penerapan metode layout yang
Kualitatif digunakan pada Marsha Hijab
“Analisis Penerapan
2. Sumber Data: Clothing adalah layout produk,
Plant Layout Pada
Marsha Hijab Marsha Hijab menganalisis
Marsha Hijab Untuk
3. Metode Analisis: dengan menggunakan line
Meningkatkan
Metode Line balancing dengan layout ini
Efisiensi Waktu”
Balancing Marsha sudah cukup efisien
5. Variabel Penelitian: dengan presenatase 72,73%.
Tata Letak (Layout) hasil perhitungan dari metode
uji bobot yang digunakan
penulis, bahwa perhitungan
menghasilkan usulan rancangan
yang baiknya
meminimalisasikan work
station yang digunakan. Yang
awalnya diterapkan oleh
Marsha sebanyak 7 work station
menjadi 6 work station.
28

Sehingga hal tersebut


meningkatkan efisiensi dari
kinerja perusahaan
Sumber: Data dari berbagai sumber, 2019

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat


disusun kerangka dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam Gambar 2.4

Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran

Fasilitas Proses
Produksi

Analisis Layout
Fasilitas Produksi
:

Analisis
Keseimbangan Lini
(line balancing)

Efisien Kurang
Efisien
29

Usulan
Layout

Sumber : Hasil kajian penulis, 2019

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab


akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Abdul Hamid,
2010:16). Berdasarkan kerangka pikir peneliti yang didukung dengan sejumlah
acuan teoritik mengenai konsep penyeimbangan lini, maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut :

1. Diduga penerapan layout terhadap hasil produksi amplop-Standard


Cabinet (SC) PT Karta Graphia masih belum efisien.

2. Diduga efisiensi layout berpengaruh terhadap kelancaran proses


produksi amplop-Standard Cabinet (SC) pada PT Karta Graphia.

Anda mungkin juga menyukai