di PT. KADELALUNA
Nama Kelompok :
1.2 TUJUAN
1. Merancang sebuah pabrik industri manufaktur
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam PTLP ini pada dasarnya akan merupakan proses pengurutan dari suatu
perencanaan tata letak yang sistematis. Urutan proses tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut :
a. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi yang
tepat untuk suatu perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu,
dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan
lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi lainnya, berdasarkan nilai
break even point lokasi tersebut.
e. Menentukan Gudang
Dalam hal ini gudang terbagi atas 2 bagian, yaitu gudang untuk receiving dan shipping,
dimana pada masing-masing gudang tersebut dihitung tempat yang paling
memungkinkan dengan perhitungan pada bahan atau material yang akan ditempatkan,
ditambah dengan allowance yang diperlukan. Dilihat dari cara penyimpanannya terdiri
atas dua bagian, yaitu rak dan tumpukan.
A A B B C C
C C
A
A B B
2. Layout by Product, layout yang merupakan suatu garis operasi yang artinya mesin
disusun berdasarkan urutan proses operasi yang diperlukan.
A B C E
E
A B C
h. Outflow, Inflow
1. Outflow, ialah untuk melihat koefisien ongkos yang keluar dari suatu mesin.
2. Inflow, ialah untuk melihat koefisien ongkos yang masuk dari ke mesin.
Teknik ARC
Teknik penganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe, adalah
sebagai berikut :
1. Hubungan antar aktifitas ditunjukkan dengan tingkat kepentingan hubungan antar
aktifitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf, sebagai berikut :
3 PENTING I HIJAU
4 BIASA O BIRU
1 Rec.& Shipp. 2 - 5 3, 4, 8 6, 7 -
2 Stock Room 1, 5 - - 3, 4, 8 6, 7 -
3 Tool Rom 4, 5 - - 1, 2 6, 7, 8 -
4 Maintenance 3, 5 - - 1, 2, 8 6, 7 -
5 Production 2, 3, 4 6, 7, 8 1 - - 4
6 Locker Room - 5 7 8 1, 2, 3 -
8 Office - 5 - -
AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka sesuai
dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD-nya.
AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya
pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat
pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata
letak pabrik.
m. Template
Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik yang akan
dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.
Informasi yang dapat dilihat pada Template :
Tata letak kantor dan peralatannya
Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga,
dll.
Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping.
Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping.
Gambar 2.4 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses
Sumber : Pengolahan Data
2.6 Proses Perencanaan Fasilitas
Dalam merencanakan tata letak fasilitas produksi harus melalui tahap-tahap yang
sistematis. Hal ini diperlukan agar tata letak yang kita hasilkan dapat mendukung tujuan dari
pengaturan tata letak tersebut. Tompkins et al (2003), menjabarkan proses perencanaan
fasilitas dalam enam tahap yaitu:
a. Mendefinisikan permasalahan.
b. Menganalisis masalah.
c. Membangun alternatif-alternatif desain.
d. Mengevaluasi setiap alternatif.
e. Memilih desain yang terbaik.
f. Implementasi desain yang terbaik.
Berdasarkan pendekatan tersebut, proses perencanaan fasilitas untuk fasilitas
manufaktur dapat disusun sebagai berikut (Tompkins et al, 2003):
a. Definisikan atau definisikan kembali tujuan fasilitas, yaitu produk yang akan
dibuat/diproduksi atau dirakit. Secara kuantitatif, volume atau level aktivitas juga dapat
ditentukan.
b. Spesifikasikan proses manufaktur dan aktivitas pendukung lain yang berkaitan untuk
membuat produk tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah operasi (proses), peralatan,
orang, dan aliran material yang terjadi.
c. Menentukan keterkaitan (inter relationships) keseluruhan aktivitas-aktivitas tersebut.
d. Menentukan luas ruang yang dibutuhkan untuk keseluruhan aktivitas.
e. Membangun alternatif rencana fasilitas. Termasuk disini adalah alternatif lokasi dan
alternatif desain fasilitasnya.
f. Mengevaluasi alternatif rencana fasilitas yang ada.
g. Memilih rencana fasilitas yang terbaik.
h. Mengimplementasikan rencana fasilitas terpilih. Proses instalasi tata letak terpilih dan
mencoba manjalankan fasilitas.
i. Mengatur dan menyesuaikan rencana fasilitas. Fasilitas yang baru mungkin
membutuhkan penyesuaian fasilitas-fasilitas lain.
j. Memperbaharui produk yang diproduksi atau dirakit dan mendefinisikan kembali tujuan
fasilitas.
2.7 FAKTOR DASAR PERENCANAAN FASILITAS MANUFAKTUR
Dalam merencanakan fasilitas manufaktur, terdapat tiga hal penting (faktor dasar) yang
harus dipertimbangkan yaitu flow (aliran), space (ruang) dan activity relationship (hubungan
kegiatan) (Tompkins et al, 2003). Flow tergantung pada lotsize, unit loadsize, alat penanganan
material, susunan layout dan bentuk bangunan. Space adalah fungsi dari lotsize, sistem
penyimpanan, tipe dan ukuran peralatan produksi, susunan layout, logitasi bangunan,
pemeliharaan perusahaan dan kebijakan perusahaan, peralatan penanganan material, kantor,
cafeteria, dan tempat istirahat. Activity relationship didefinisikan sebagai aliran material atau
personil, pertimbangan lingkungan, struktur organisasi, metode peningkatan yang
berkesinambungan, pengendalian isu dan kebutuhan proses.
2.7.1 Flow
Flow (aliran) meliputi aliran material, informasi, dan manusia antara departemen
(Tompkins, 2003). Suatu perencanaan aliran yang efektif meliputi pengkombinasian suatu pola
aliran dengan aisle yang mencukupi untuk memperoleh pergerakan yang baik dari tempat asal
ke tempat yang dituju.
Flow pattern atau pola aliran merupakan hal yang penting dalam perancangan fasilitas
terutama dalam merencanakan aliran baik di dalam pabrik atau ke luar. Flow pattern dapat
ditinjau sebagai pola aliran yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Aliran didalam workstation (stasiun kerja).
Motion study atau studi gerakan dan ergonomi merupakan hal yang penting bagi
aliran dalam workstation. Aliran gerak didalam workstation harus simultan, simetris,
alami, rhytmical, dan habitual. Aliran yang simultan adalah penggunaan tangan, lengan,
dan kaki yang terkoordinasi. Tangan, lengan dan kaki seharusnya memulai dan
mengakhiri gerakan bersama-sama, dan tidak berhenti bersamaan kecuali selama
waktu istirahat. Aliran yang simetris dihasilkan dari koordinasi gerakan terhadap center
of body. Tangan kanan dan tangan kiri sebaiknya bekerja dengan koordinasi. Aliran
yang alami adalah dasar dari pola aliran yang rhythmical dan habitual. Natural
movement adalah yang kontinyu, membentuk kurva, dan menggunakan momentum.
Aliran Rhythmical dan habitual menyatakan aktivitas yang metodis dan urutan yang
otomatis sehingga dapat mengurangi kelelahan dan ketegangan mental, mata, dan
otot.
b. Aliran di dalam departemen
Aliran di dalam departemen tergantung dari tipe departemen itu sendiri. Pada
product dan product family department, aliran yang terjadi mengikuti aliran produknya.
Pola aliran end-to-end, back-to-end dan odd-angle dapat menjadi indikator bagi
product department di mana satu operator bekerja pada satu workstation. Pola front-
to-front digunakan jika satu operator bekerja pada dua workstation. Pada process
department hanya ada sedikit aliran antar workstation dalam departemen. Flow
umumnya terjadi antara workstation gang (aisle). Flow pattern dipengaruhi oleh
orientasi (arah) dari workstation terhadap aisle. Ada tiga pola umum yaitu paralel, tegak
lurus, dan diagonal.
Jenis mana yang dipilih tergantung pada interaksi antar area workstation, space
yang tersedia, dan ukuran material yang akan ditangani. Pola diagonal umumnya
dipakai pada aisle satu arah. Pola diagonal juga memerlukan luas area yang lebih
sedikit dibandingkan pola paralel dan tegak lurus. Namun aisle satu arah kurang
fleksibel sehingga pola ini jarang diterapkan.
Hal yang penting pada pola aliran ini adalah lokasi untuk masuk (receiving)
dan keluar (shipping). Biasanya lokasi ini telah ditentukan pada saat pembuatan
bangunan dan pola aliran kemudian menyesuaikan. Pola aliran berdasarkan letak
lokasi receiving dan shipping ditunjukkan pada Gambar 2.6.
Prinsip dalam meminimalkan biaya akibat dari aliran yang terjadi dapat dilihat
dari dua pandangan sebagai berikut:
a. Meminimalkan penanganan secara manual dengan cara meminimalkan kegiatan
berjalan, jarak travel manual, dan gerakan.
b. Menghilangkan penanganan secara manual dengan mekanisasi atau otomatisasi
suatu aliran, sehingga pekerja dapat secara penuh mengerjakan suatu operasi
produktif.
Untuk mengevaluasi suatu alternatif, maka dibutuhkan suatu pengukuran aliran
(Tompkins et al, 2003). Aliran dapat digolongkan menjadi dua keadaan yaitu kualitatif
dan kuantitatif.
Pengukuran secara kuantitatif dapat berupa unit/jam, jumlah perpindahan/hari,
atau satuan biaya/waktu. Umumnya aliran tersebut ditampilkan berupa from to chart.
From to chart juga disebut sebagai travel chart atau cross chart yang terdiri dari nomor
yang mewakili beberapa ukuran dari aliran material antara 2 mesin, departemen,
bangunan, atau lokasi (Francis, 1992).
Pengukuran secara kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan nilai
hubungan kedekatan Muther (Tompkins, 2003). Richard Muther mengembangkan
suatu metode keterkaitan untuk membantu menentukan kegiatan yang harus diletakkan
pada suatu tempat, yaitu dengan menggunakan suatu pengelompokan derajat
kedekatan, yang diikuti dengan tanda bagi tiap derajat kedekatan tersebut. Nilai
hubungan kedekatan Muther dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.3. Derajat Kedekatan Muther
Value Closenes
A Absolute necessary
E Especially important
I Important
O Ordinary
U Unimportant
X Undesirable
Sandi tersebut digunakan dalam Activity Relationship Chart (ARC) atau peta
keterkaitan. ARC adalah suatu metode untuk merencanakan dan menganalisis
keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan.
3.7.2. Space
Dalam merencanakan suatu fasilitas kita juga harus menentukan kebutuhan akan
ruang yang akan dipakai untuk menempatkan fasilitas tersebut. Barangkali kesulitan utama
dalam perencanaan fasilitas adalah menentukan space (ruang) yang diperlukan (Tompkins et
al, 2003). Suatu fasilitas biasanya didesain untuk lima sampai sepuluh tahun kedepan.
Keadaan suatu perusahaan akan berubah-ubah karena pengaruh teknologi, perubahan
produk, perubahan tingkat permintaan, dan struktur organisasi dimasa mendatang. Keadaan-
keadaan yang tidak tentu tersebut menyebabkan seorang perancang fasilitas menghadapi
kesulitan dalam menentukan true space requirements. Untuk mengatasi hal tersebut, seorang
perancang akan memberikan sejumlah kelonggaran pada suatu space.
Dalam menentukan suatu space, seharusnya dikembangkan dari bawah. Pada industri
modern ini, kebutuhan akan space berkurang karena adanya:
a. Produk dikirim (deliver) sampai point of use dengan lot size dan ukuran unit load yang
lebih kecil.
b. Area untuk storage/penyimpanan didesentralisasi dan didekatkan pada point of use.
c. Inventori yang lebih sedikit karena penggunaan sistem “pull” dari proses yang
berikutnya dengan memakai kanban. Ketidakefisienan internal dan eksternal sudah
banyak dikurangi.
d. Susunan tata letak yang lebih efisien, misalnya dengan sistem manufacturing cells.
e. Ukuran perusahaan yang lebih kecil dengan pabrik yang lebih terfokus, struktur
organisasi yang ramping, desentralisasi fungsi, tenaga kerja yang multifungsi,
lingkungan dengan tim yang berperformansi tinggi.
f. Pemakaian bersama kantor dan penggunaan telekomunikasi.
Di dalam suatu workstation harus terdapat area untuk peralatan, material, dan personel
(Tompkins, 2003).
Space peralatan untuk suatu workstation terdiri dari space untuk:
a. Equipment/Machines
b. Machine travel
c. Machine maintenance
d. Plant Services
Space untuk material dalam suatu workstation terdiri dari space untuk:
a. Receiving dan storing inbound material
b. In process material
c. Storing outbound materials and shipping
d. Storing and shipping waste and scrap
e. Tools, fixtures, jigs, dies, and maintenance material
Space pekerja dalam suatu workstation terdiri dari space untuk:
a. Operator
b. Penanganan material
c. Jalan masuk dan jalan keluar operator
3.7.3. Activity Relationship
Activity Relationship (keterbukaan antar aktifitas) menyediakan dasar bagi
pengambilan keputusan dalam proses perencanaan fasilitas (Tompkins et al, 2003).
Hubungan-hubungan tersebut meliputi:
a. Organizational relationship, dipengaruhi oleh struktur hubungan pengendalian dan
pelaporan dalam organisasi.
b. Flow relationship, termasuk aliran material, orang, peralatan, informasi dan uang.
c. Control relationship, termasuk sentralisasi atau desentralisasi kontrol material, real time
atau batch inventory control, shop floor control dan level of automation and integration.
d. Environmental relationship, termasuk pertimbangan keselamatan dan temperatur,
kebisingan, asap, kelembababan, dan debu.
e. Process relationship, seperti floor loadings, kebutuhan untuk water treatment, proses
kimia, dan pelayanan khusus yang lain.
Beberapa hubungan dapat diekspresikan secara kuantitiatif, dan yang lainnya secara
kualitatif (Tompkins et al, 2003). Flow relationship misalnya, biasanya diekspresikan dalam
jumlah pemindahan per jam, jumlah bahan yang dipindahkan per shift, atau jumlah dokumen
yang diproses per bulan. Hubungan organisasional biasanya ditunjukkan secara formal dengan
bagan struktur organisasi. Bagaimanapun juga, terdapat hubungan organisasional secara
informal dan harus dipertimbangkan dalam menentukan hubungan aktifitas untuk suatu
organisasi. Sebagai contoh, secara formal quality control mempunyai hubungan organisasional
yang terbatas dengan fungsi receiving dalam suatu warehouse, bagaimanapun juga karena
kebutuhan untuk berinteraksi lebih dekat, hubungan organisasional secara informal
berkembang diantara dua fungsi tersebut.
Sandi keterkaitan menunjukkan keterkaitan satu kegiatan dengan yang lainnya dan
seberapa penting setiap kedekatan hubungan yang ada. Huruf-huruf (A, E, I, O, U dan X)
diletakkan pada bagian atas kotak. Terkadang digunakan juga warna untuk menunjukkan
derajat kedekatan ini. Angka sandi dimasukkan dikotak bawah yang menunjukkan alasan yang
mendukung setiap kedekatan hubungan.
Sandi – sandi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sandi warna kedekatan
A (Merah) – Mutlak perlu
E (Jingga) – Sangat penting
I (Hijau) – Penting
O (Biru) – Kedekatan biasa
U (Tak berwarna) – Tidak perlu
X (Coklat) – Tak diharapkan
b. Angka sandi alasan kedekatan keterkaitan produksi
Urutan aliran kerja
Mempergunakan peralatan yang sama
Menggunakan catatan yang sama
Menggunakan ruang yang sama
Bising, kotor, debu, getaran, dsb
Memudahkan pengambilan barang
c. Angka sandi alasan kedekatan keterkaitan pegawai
Menggunakan pegawai yang sama
Pentingnya berhubungan
Derajat hubungan kepegawaian
Jalur perjalanan normal
Kemudahan pengawasan
Melaksanakan pekerjaan serupa
Disukai pegawai
Perpindahan pegawai
Gangguan pegawai
d. Angka sandi alasan kedekatan keterkaitan pegawai
Menggunakan catatan yang sama
Derajat hubungan kertas kerja
Menggunakan alat komunikas yang sama
BAB III
PERANCANGAN TATA LETAK
Faktor khusus:
1. transportasi
2. tenaga kerja
3. buangan pabrik (waste diposal)
4. pembuangan limbah
5. letak serta karakteristik lokasi dan peraturan perundang - undangan.
Jadi, wilayah yang terpilih adalah lokasi alternatif 3 yaitu Lumajang, Jawa timur.
Alternatif lokasi yang memiliki total nilai terbesar adalah alternatif terbaik yang dipilih.
Didapatkan hasil total nilai terbesar adalah lokasi kelapa nunggal Bogor sebesar 115,25
sehingga Lumajang Jawa timur dipilih sebagai lokasi pendirian pabrik sebagai alternatif
terbaik untuk Metode Ranking Procedure.
Keterangan:
m : Jumlah alternatif lokasi
n : Jumlah daerah pemasaran atau sumber material
(Xi , Yi) : Koordinat lokasi pabrik
(aj , Bj) : Koordinat lokasi pasar atau sumber material
Wj : Besar demand pada pasar atau jumlah source material yang tersedia
Sebelum menentukan pusat gravitasi terlebih dahulu mencari garis lintang dan garis
bujur dari lokasi suplier dan alternatif lokasi pabrik untuk memudahkan pencarian di google
gravity. Berikut ini adalah penentuan garis lintang dan garis bujur berdasarkan lokasi
supplier dan alternatif lokasi
Tabel 3.1 Garis Lintang dan Garis Bujur Lokasi
altf Alt.2
Alt.3 klapa
Alt.1 Pabrik
nunggal SUPPLY
supplier cileungsi bandung
Bogor
PT Bina Karya
Prima 22,1 110 33,9 400
Bekasi
PT. Givaudan
10,3 104 12,6 500
Indonesia
PT.multi Indo
30,4 127 37,9 600
plastic
kampung
singkong 83,2 11,9 80,2 400
cireunde
DEMAND 600 800 500 1900
Sumber: Pengolahan Data
Alt.2
Alt.1 Pabrik Alt.3 klapa
bandung nunggal Bogor SUPPLY
cileungsi
Z = (33,9 x 400) + (500 x 10,3) + (100 x 30,4) + (127 x 500) + (300 x 11,9) + (80,2 x 100) =
96840
Hasil yang dicapai pada metode least cost ternyata lebih baik (lebih rendah) daripada yang
diperoleh dengan metode NCR.
3.4 OPERATION PROCESS CHART (OPC)
Waktu (menit)
Jarak (m)
Bagaimana
Jumlah
Perbaiki
Gabung
Dimana
Ruang
Kapan
URUTAN KEGIATAN
Siapa
Tempat
Apa
Urutan
Orang
Bahan baku dibawa ke lantai produksi ● 5 30
Menimbang bahan baku di mesin ●
5
penimbangan
Membawa singkong yang telah
● 3
ditimbang ke stasiun pencucian
Mencuci singkong di mesin pencucian ● 10
Membawa singkong yang telah dicuci
● 5 3
ke stasiun perajangan
Memotong Singkong ● 60
Membawa singkong yang telah
● 5 3
dipotong ke stasiun Perendaman
Merendam singkong ● 5
Meniriskan singkong yang telah ●
5
direndam
Membawa singkong ke tempat
● 5 3
penggorengan
Menggoreng singkong ● 180
Membawa singkong ke mesin spinner ● 5 3
Meniriskan singkong ● 30
Melakukan inspeksi ● 10
Singkong dibawa ke mesin
● 5 3
pengemasan
Mengemas singkong ● 15
Menyimpan singkong ● 5 10
Alat
Timbang
Alat
Timbang
Keterangan :
Aliran Singkong
Aliran Minyak Goreng
Aliran Bumbu
Berdasarkan gambar product layout yang ada di atas, terdapat alur proses pembuatan
Keripik Singkong. Dimana alur proses yang pertama yaitu menimbang bahan baku yang
diperlukan, yaitu Singkong, Minyak goreng, dan Bumbu. Setelah ditimbang, Minyak Goreng
langsung dibawa ke mesin Vacuum Frying, Bumbu dibawa ke Mesin Mixing, sedangkan
singkong di alirkan ke mesin pencuci (Air Bubble Vegetable Washer). Kemudian dialirkan ke
Mesin Peranjang yang berfungsi untuk memotong singkong dengan ukuran kecil sesuai
dengan spesifikasi pabrik. Setelah itu singkong yang telah dipotong di alirkan ke tempat
perendaman. Kemudian singkong ditiriskan. Setelah itu singkong di bawa ke Mesin Vacuum
Frying yang berfungsi untuk menggoreng Singkong tersebut. Setelah digoreng, singkong di
masukkan ke Mesin Spinner yang berfungsi untuk meniriskan minyak hasil gorengan. Setelah
ditiriskan, singkong dibawa ke mesin Mixing untuk dilakukan proses pencampuran dengan
bumbu. Setelah itu singkong yang telah dibumbui dialirkan ke mesin packing untuk dilakukan
pengemasan dengan menggunakan kemasan alumunium foil, dan dimasukkan kedalam box,
yang bisa menampung 12 kemasan.
C F G
B
A
D E
Di dalam Gambar 3.26 From To Chart dibuat berdasarkan urutan proses pembuatan Keripik
Singkong. Setiap proses memiliki area produksi yang berbeda-beda, yaitu A, B, C, D, E, F, G,
dan H. Di area A terdapat mesin penimbangan. Di area B terdapat mesin pencucian singkong.
Di area C terdapat Mesin Perajangan, Di area D terdapat tempat perendaman dan penirisan.
Di area E terdapat mesin Vacuum Frying. Di area F terdapat Mesin Spinner. Di area G terdapat
Mesin Mixing. Dan di area H terdapat mesin Packing. Untuk aliran Singkong dibutuhkan
perpindahan A-B-C-D-E-F-G-H. Untuk aliran Minyak Goreng memiliki perpindahan A-E-F-G-H.
Untuk aliran Bumbu memiliki perpindahan A-G-H.
A 373
B 373
C 373
D 373
E 373
F 373
G 373
H
Sumber: Pengolahan Data
Data Aktual 2017 terdapat permintaan konsumen terhadap produk yang di produksi
perusahaan selama tahun 2017 yang akan dijadikan dasar untuk peramalan permintaan tahun
2018. Metode peramalan yang digunakan yaitu Moving Average. Moving Average melakukan
perhitungan terhadap nilai data yang paling baru sedangkan data yang lama akan dihapus.
Nilai rata-rata dihitung berdasarkan jumlah data yang angka rata-rata bergeraknya ditentukan
dari harga I sampai N data yang dimiliki.
Di dalam Gambar 3 Jarak Antar Pusat Area dijadikan dasar perhitungan jarak antar
pusat setiap area produksi.
Perhitungan :
= 3590,9
Jarak A ke H = 350+ 350+ 160+ 95 + 700 + (2952 + 7352)1/2 + 700 + (192,52+4002)1/2 + 700 =
4290,9
Jarak E ke F = 700
Jarak E ke G = 700 + 443,9 = 1143,9
Jarak E ke H = 1143,9 + 700 = 1843,9
1. Hubungan produksi
2. Urutan aliran kerja
3. Menggunakan peralatan yang sama
Untuk alasan jenis-jenis keterkaitan aktivitas kerja yang kami gunakan adalah seperti
table di bawah berikut ini:
Tabel 3.8. Alasan Keterkaitan Aktivitas Kerja
Kode Alasan
1 Urutan aliran kerja
2 Perpindahan material
3 Pelayanan (service)
4 Kemudahan dalam komunikasi
5 Kemudahan dalam pengawasan
6 Karyawan yang sama
7 Hubungan kepegawaian
8 Bau tidak sedap,, bising, kotor
Sumber: Pengolahan Data
Terdapat 8 aktivitas atau stasiun-stasiun kerja yang ada di lantai produksi seperti
stasiun kerja penimbangan, stasiun kerja pencucian, dan lain-lain. Selanjutnya tiap-tiap
keterkaitan aktivitas di lantai produksi yang sudah ditentukan seperti gambar ARC diatas, akan
dijelaskan dalam tabel diagram keterkaitan aktivitas di bawah berikut dengan penjabarannya :
Tabel 3.9 Diagram Keterkaitan Aktivitas (ARC lantai produksi)
LEMBAR KERJA DIAGRAM KETERKAITAN AKTIVITAS
Aktivitas Derajat Keterkaitan
A E I O U X
Stasiun Penimbangan 2 3,5 4,6,7,8
Stasiun Pencucian 1,3 4 5 6,8
Stasiun Perajangan 2,4 5 6,7,8
Stasiun Perendaman dan
penirisan 3,5 2,7 1 6,8
Stasiun Penggorengan 4,6 1,3,7 2,8
Stasiun Penirisan 5,7 1,8 2,3,4
Stasiun Pembumbuan 6,8 4,6 1
Stasiun Pengemasan 7 1,5,6 2,3,4
Sumber: Pengolahan Data
Setelah semua telah terdefiniskan dengan jelas maka langkah berikutnya yaitu membuat
template diagram aktivitas dengan keterangan nama stasiun kerja beserta masing-masing
simbol keterkaitan seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Lantai Produksi
Ukuran Luas
Luas Kebutuhan
Mesin Jumlah P L Total Allowance
(m2) Ruang (m2)
(m) (m) (m2)
Penimbangan 3 0,6 1,2 0,72 2,16 9,37% 22,4
Pencuci 1 2,2 0,75 1,65 1,65 12,57% 22,4
Perajang 1 0,95 0,6 0,57 0,57 22,3% 13,3
Perendam 1 2,2 0,75 1,65 1,65 7,06% 13,3
Vacum Frying 2 2 1,8 3,6 7,2 6,53% 54,25
Spinner 1 0,85 1 0,85 0,85 17,5% 15,75
Mixer/homogenisasi 1 2,2 0,75 1,65 1,65 11,72% 21
Mesin Packing 2 1,2 0,8 0,96 1,92 9,93% 21
Total Kebutuhan Lantai Produksi 183,4
Sumber: Pengolahan Data
(183,4m2)
Persediaan
umum (15 m2)
Lobby
Toilet
Warehouse (60 m2)
(21 m2)
(30 m2)
Pengolahan
limbah (8 m2) Parkiran
(70 m2)
Gambar diatas merupakan, tata letak fasilitas pabrik secara kesuluruhan dan disertai dengan
luas bangunan.
3.10 BLOCK LAYOUT
Block layout dibuat berdasarkan hasil dari form to chart dan ARC.
3.10.1 Block layout lantai produksi
A B
D C
E F
H G
Berdasarkan gambar diatas menjelaskan bahwa layout blok A terdapat mesin penimbangan,
Layout block B terdapat mesin Pencucian, pada block C terdapat mesin perajangan, block D
terdapat bak perendaman, block E terdapat mesin vacum frying, block F terdapat mesin
spinner, block G terdapat mesin mixer untuk pencampuran bumbu, dan pada block H terdapat
mesin pengemasan.
3.10.2 Block layout keseluruhan pabrik
A B C D E
F H I
G
J
K
L
M
O R S
N
P Q
Di PT. KADELALUNA PERSADA memiliki 19 fasilitas yang terdiri dari 2 pos satpam,
ruang penerimaan barang, gudang bahan baku, sumber air, kantin, mushollah, laboratorium,
produksi, kantor, ruang persediaan umum, pengolahan limbah, toilet, lobby, parkir, klinik, titik
kumpul, dan smoking area
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari mata kuliah Perancangan Tata Letak Fasilitas adalah
dalam merancang sebuah pabrik diperlukan banyak hal seperti analisis from to chart, arc, ard
dan block layout. Maka dari itu, kami merancang sebuah pabrik keripik singkong dimulai dari
penentuan lokasi, menganalisis proses pembuatan, menentukan mesin yang digunakan,
menganalisis aliran material, arc, ard, hingga block layout.