PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, dunia industri terbagi menjadi 3 sektor umum, yaitu sektor
Industri Besar (Makro), Industri Menengah, dan Industri kecil (Mikro). Dan
dalam makalah ini, akan dibahas tentang permasalahan yang ada pada Home
Industry.
Dewasa ini banyak olahan makanan yang bisa dibuat dari bahan baku tahu,
sehingga membuat permintaan tahu semakin meningkat. Dengan meningkatnya
permintaan, membuat perusahaan menyediakan tempat yang lebih besar dengan
kondisi fisik lingkungan kerja yang memiliki kendala. Oleh karena itu akan
dibahas masalah layout perusahaan dengan perencanaan tata ulang pabrik
sehingga lebih efisien, dan bisa meningkatkan efektivitas kerja, produktifitas dari
perusahaan, serta keselamatan kerja didalam lingkungan kerja tersebut.
1.3. Tujuan
1. Memahami manfaat dan aplikasi dari Tata Letak Pabrik.
2. Mengetahui tata letak dari suatu perusahaan yang benar dan efisien.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Purnomo (2004) menyebutkan tata letak fasilitas yang dirancang dengan baik
pada umumnya akan memberikan kontribusi yang positif dalam optimalisasi
proses operasi perusahaan dan pada akhirnya akan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan serta keberhasilan perusahaan. Tata letak pabrik ini meliputi
perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orang-orang
yang bekerja pada masing-masing stasiun kerja. Jika disusun secara baik, maka
operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 2009). Pada
dasarnya tujuan utama perancangan tata letak adalah optimasi pengaturan fasilitas-
fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi akan
maksimal (Purnomo, 2004).
2
design) dimana sebagaimana diketahui bahwa antara tata letak pabrik (plant
layout) dengan penanganan material (material handling) saling berkaitan erat
(Fred E. Meyers ,tahun1993 : 1). Penyusunan tata letak yang baik dapat
memperlihatkan suatu penyusunan daerah kerja yang paling ekonomis untuk
dijalankan, disamping itu akan menjamin keamanan dan kepuasan kerja dari
pegawai. Prestasi kerja dapat meningkat bila penyusun tata letak pabrik dilakukan
dengan baik dan aktif.
4. Menurut Apple (1990) tata letak pabrik merupakan suatu susunan fasilitas
fisik yang terdiri atas perlengkapan, tenaga, bangunan, dan sarana lain yang harus
mempunyai tujuan mengoptimalkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran
barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
secara efektif, efisien, ekonomis dan aman.
5. Menurut Meyers (1993), tata letak pabrik merupakan pengaturan atau
pengorganisasian fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk menghasilkan efisiensi
penggunaan peralatan, material, manusia dan energi.
6. Menurut Heragu (1997), fasilitas dapat didefinisikan sebagai bangunan
dimana orang, material, dan mesin yang memiliki datang secara bersama-sama
untuk maksud membuat produk yang dapat dihitung atau menyediakan layanan
jasa. Perencanaan fasilitas meliputi penentuan lokasi sistem manufaktur dan
perencanaan fasilitas yang mencakup perancangan terhadap sistem fasilitas,
perancangan tata letak dan perancangan sistem penanganan bahan yang
diperlukan untuk aktivitas produksi.
7. Menurut Wignjosoebroto (2000),“Tata letak pabrik dapat didefinisikan
sebagai tata cara pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran
proses produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk
penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan–
gerakanmaterial, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer
maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya”.
3
diatur letaknya yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan
departemen yang ada dari pabrik (department layout).
Bilamana kita menggunakan istilah tata letak pabrik, seringkali hal ini kita artikan
sebagai pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang sudah ada (the existing
arrangement) ataupun bisa juga diartikan sebagai perencanaan tata letak pabrik
yang baru sama sekali (the new layout plan).
Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah
operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis
karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses
fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan
citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai
sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon
cepat.Semua kasus desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk
dapat mencapai :
4
2.1.1 Masalah dalam Perancangan Tata Letak
5
2.1.2 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik
Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik ialah mengatur area
kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk beroperasi
produksi aman, dan nyaman sehingga akan dapat menaikkan moral kerja
dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi tata letak yang baik akan
dapat memberikan keuntungan–keuntungan dalam sistem produksi, yaitu antara
lain sebagai berikut :
Suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran (output) yang lebih
besar atau lebih sedikit, man hours yang lebih kecil, dan/atau mengurangi
jam kerja mesin (machine hours).
6
5. Pendaya guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja,
dan/atau fasilitas produksi lainnya.
7
berupa performance kerja yang lebih baik dan menjurus kearah
peningkatan produktivitas kerja.
Mempermudah aktivitas supervise. Tata letak pabrik yang terencana
baik akan dapat mempermudah aktivitas supervise. Dengan meletakkan
kantor/ruangan diatas, maka seorang supervisor akan dapat dengan
mudah mengamati segala aktivitas yang sedang berlangsung diarea
kerja yang berada dibawah pengawasan dan tanggung jawabnya.
Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran. Material yang
menunggu, gerakan pemindahan yang tidak perlu, serta banyaknya
perpotongan (intersection) dari lintas yang ada akan menyebabkan
kesimpangsiuran yang akhirnya akan membawa kearah kemacetan.
Dengan memakai material secara langsung dan secepatnya, serta
menjaganya untuk selalu bergerak, maka labor cost akan dapat
dikurangi sekitar 40% dan yang lebih penting hal ini akan mengurangi
problema kesimpangsiuran dan kemacetan didalam aktivitas
pemindahan bahan. Layout yang baik akan memberikan luasan yang
cukup untuk seluruh operasi yang diperlukan dan proses bisa
berlangsung mudah dan sederhana.
Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas
dari bahan baku atau pun produk jadi. Tata letak yang direncanakan
secara baik akan dapat mengurangi kerusakan–kerusakan yang bisa
terjadi pada bahan baku ataupun produk jadi. Getaran–getaran, debu,
panas, dan lain–lain dapat secara mudah merusak kualitas material
ataupun produk yang dihasilkan.
8
2.1.3 Prinsip Dasar Dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik
Berdasarkan tujuan, keuntungan dan aspek dasar dalam tata letak pabrik
yang terencana dengan baik, dapat disimpulkan 6 prinsip dasar sebagai berikut:
9
2.1.4 Langkah-Langkah Perencanaan Tata Letak Pabrik
Pengaturan Tata Letak Mesin dan Fasilitas, adalah pengaturan semua mesin
dan fasilitas yang diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap
departemen dari pabrik yang ada.
Pengaturan Tata Letak Departemen, adalah pengaturan bagian atau
departemen serta hubungannya antara satu dengan yang lainnya di dalam
pabrik.
Analisa Produk. Menganalisa macam dan jumlah produk yang harus dibuat
menggunakan pertimbangan kelayakan teknis dan ekonomis.
Analisa Proses. Menganalisa macam dan urutan proses pengerjaan produksi
yang telah ditetapkan untuk dibuat.
Sigi dan Analisa Pasar. Mengidentifikasi macam dan jumlah produk yang
dibutuhkan oleh konsumen. Informasi ini digunakan untuk menentukan
10
kapasitas produksi yang berikutnya dapat member keputusan tentang
banyaknya mesin dan fasilitas produksi yang diberikan.
Analisa Macam dan Jumlah Mesin/Equipment dan Luas Area yang
Dibutuhkan. Dengan memperhatikan volume produk yang akan dibuat,
waktu standard, jam kerja dan efisiensi mesin maka jumlah mesin dan
fasilitas yang diperlukan (juga operator) dapat dihitung. Untuk selanjutnya
luas area, stasiun kerja, kebutuhan area, jalan lintasan dapat di tentukan agar
proses berlangsung dengan lancer.
Pengembangan Alterantif Tata Letak. Sebelum menentukan tata letak
terbaik yang harus dipilih, terlebih dahulu dilakukan pengembangan
alternative dengan mempertimbangkan :
1. Analisa ekonomi didasarkan macam tipe layout yang dipilih
2. Perancanaan pola aliran material yang harus dipindah dari satu proses
ke proses berikutnya
3. Pertimbangan yang terakait dengan luas area, kolom bangunan,
struktur organisasi, dan lain-lain.
4. Analisa aliran material dengan memperhatikan volume, frekuensi dan
jarak perpindahan material sehingga diperoleh total biaya yang paling
minimum.
Perancangan Tata Letak Mesin dan Departemen Dalam Pabrik. Hasil
analisa terhadap layout dipakai dasar pengaturan fasilitas fisik dan pabrik
dan pengaturan departemen penunjang.
11
2.2 Tipe Tata Letak
Secara umum sistem operasi produksi dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu:
12
5. Mudah untuk mengatasi breakdown dari mesin, yaitu dengan cara
memindahkan prosesnya ke mesin lain tanpa banyak menimbukan hambatan
yang signifikan.
13
2.2.2 Tata Letak Produk (Product Layout)
14
5. Ketergantungan dari seluruh proses terhadap setiap part. Kerusakan pada
suatu mesin atau kekurangan operator untuk mengendalikan stasiun kerja
bias menghentikan keseluruhan hasil produksi pada satu line produk.
15
kualitas kerja karena dimungkinkan untuk menyelesaikan pekerjaan secara
penuh (“do the whole job”).
4. Fleksibilitas kerja menjadi tinggi.
16
2.2.4 Tata Letak Teknologi Kelompok (Group Technology Layout)
Henry C.Co mendefinisikkan tata letak teknologi kelompok (group
technology layout) sebagai teknik untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan
bersama komponen-komponen yang sama atau berhubungan dalam proses
produksi untuk mengoptimalkan aliran produksi.
Dalam konsep manufaktur, teknologi kelompok didefinisikan sebagai
suatu filosofi manajemen yang melakukan pengidentifikasian dan
pengelompokkan part berdasarkan kemiripan dalam perancangan dan proses
manufaktur. Teknologi kelompok dimaksudkan untuk memperoleh efisiensi
yang tinggi pada tata letak produk dan fleksibilitas yang tinggi pada tata letak
proses
Penelitian tentang teknologi kelompok untuk sistem manufaktur pertama
kali dimulai akhir tahun 1950. Pada saat itu para peneliti mulai menyadari bahwa
beberapa part memiliki pendekatan manufaktur yang sama secara umum.
Selanjutnya mereka menyimpulkan bahwa part tersebut bisa dikelompokkan dan
diproses bersama, serupa dengan mass production. Berdasarkan kesimpulan ini,
mareka kemudian membuat kelompok-kelompok part yang sama dan kemudian
menggunakan kelompok mesin dan tools tertentu untuk memproduksinya,
dengan tujuan untuk mengurangi setup. Peneliti utama yang dikenal dengan teori
ini adalah S.P Mitronov, seorang peneliti asal USSR. Dalam tahun-tahun
berikutnya, mulai berkembang beberapa klasifikasi dan sistem koding (coding
system) untuk menyusun part family. Pada awal tahun 1960 konsep teknologi
kelompok mulai diterapkan pada perusahaan untuk pertama kalinya, dan sejak
saat itulah konsep teknologi kelompok mulai diterima secara menyeluruh di
dunia.
Beberapa persoalan muncul yang dalam penyusunan tata letak teknologi
kelompok adalah pengidentifikasian part family, pengidentifikasian machine
cell dan pengalokasian part family atau machine cell (atau sebaliknya).
Disamping itu juga terdapat beberapa tujuan dan konstrain yang penting dalam
penyusunan teknologi kelompok, antara lain:
17
1. Cell independence, Yang menjadi tujuan utama dari formasi sel dalam
teknologi kelompok adalah kebebasan antar sel, dimana tidak ada lagi
ketergantungan antar sel.
2. Cell flexibility, Fleksibilitas berhubungan dengan kemampuan untuk
memproses partoleh mesin-mesin di dalam sel (internal routing flexibility),
kemampuan untuk mengirimkan part ke sel lain (external routing
flexibility), dan kemampuan sel untuk mengakomodasi part baru (process
fleksibility).
3. Cell system layout, Saat tujuan utama, cell independence, tidak tercapai,
maka akan terjadi perpindahan antar sel. Oleh karena itu, pengaturan tata
letak sel harus optimal karena akan mempengaruhi jarak perpindahan dan
pola aliran material.
4. Cell layout, Tata letak mesin didalam sel merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi jarak perpindahan, pola aliran material.
5. Cell size, Ukuran dari sel merupakan jumlah dari mesin/tipe proses yang
disediakan dalam suatu sel. Ini merupakan variabel yang perlu dikontrol.
Contohnya, ukuran sel tidak boleh terlalu besar karena dapat menghambat
lingkungan sosial (sociological environment) dalam sel dan menghambat
pengawasan.
6. Additional investment, Dengan adanya pengelompokkan mesin ke dalam
sel untuk mengerjakan part family tentunya akan ada investasi tambahan
untuk mesin. Hal ini merupakan konstrain utama bagi perusahaan dalam
menyusun tata letak produksinya.
18
Gambar 4. Contoh tata letak teknologi kelompok (Wignjosoebroto,2000)
Beberapa keuntungan dari tata letak teknologi kelompok dibandingkan dengan
tata letak yang lain adalah sebagai berikut :
19
5. Perbaikan kulitas produk. Oleh karena part-part berpindah dari stasiun
kerja satu ke stasiun kerja yang lainnya dalam unit yang tunggal dan
diproses dalam area yang relatif kecil, maka penjadwalan dan
pengendalian job akan lebih mudah. Masukan terhadap perbaikan akan
lebih cepat dan proses dapat dihentikan jika terjadi kesalahan.
20
2.3 Kendala Pada Layout Perusahaan
Kondisi layout fasilitas produksi di perusahaan mengalami kendala dalam
hal jarak pemindahan bahan baku (material handling) yang kurang efisien.
Dimana dalam proses produksinya terdapat aliran pemindahan bahan yang
berpotongan (cross movement) dikarenakan tata letak mesin yang kurang teratur
sehingga dapat mengakibatkan proses produksi terganggu. Jarak antar departemen
produksi yang cukup jauh menimbulkan ongkos material handling yang cukup
besar. Selain itu hubungan kedekatan antar stasiun kerja kurang diperhatikan
sehingga membuat aliran material handling menjadi kurang optimal. Belum
tersedianya parkir dan area penimbunan bahan baku juga ikut menjadi kendala
pada perusahaan ini, seperti terlihat pada Gambar 4. Melihat kondisi ini, perlu
adanya suatu pertimbangan untuk mengubah tata letak fasilitas yang ada menjadi
lebih efektif dan efisien.
21
Sedangkan pada gambar 5, menunjukkan kondisi fisik lingkungan kerja yang
kurang tertata rapi, seperti adanya percampuran antara wadah (ember) yang berisi
tahu dan wadah yang tidak berisi tahu pada area gudang bahan jadi. Keadaan ini
menunjukkan ketidakteraturan dalam penataan lingkungan kerja. Selain itu di
pabrik tahu ini juga ditemui kondisi lantai dan peralatan kerja yang masih kotor
serta belum adanya pemberian label dan batas yang jelas pada penempatan
peralatan kerja. Kondisi lingkungan kerja tersebut memerlukan beberapa upaya
perbaikan melalui penerapan program “5S”.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang tata letak fasilitas pabrik
pembuatan tahu yang dapat meminimalkan panjang lintasan material handling
serta menerapkan metode 5S untuk meningkatkan produktivitas kerja.
22
2.4 Metode
• Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah
melakukan studi pendahuluan. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui
permasalahan yang ada di pabrik pembuatan tahu ini.
• Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengumpulan data awal kondisi
layout pabrik sesuai dengan pendekatan Systematic Layout Planning (SLP)
yang dikembangkan oleh Richard Muther (Apple, 1990). Tahapan yang
digunakan untuk perancangan tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan
pendekatan Systematic Layout Planning (SLP) menurut Purnomo (2004)
terdiri dari tiga tahapan. Tahapan pertama adalah tahap analisis, mulai dari
analisis aliran material, analisis aktivitas, diagram hubungan aktivitas,
pertimbangan keperluan ruangan dan ruangan yang tersedia. Tahapan kedua
adalah tahap penelitian, mulai dari perencanaan diagram hubungan ruangan
sampai dengan perancangan alternatif tata letak. Sedangkan tahapan ketiga
adalah proses seleksi dengan jalan mengevaluasi alternatif tata letak yang
telah dirancang. Data-data yang diperlukan untuk perencanaan tata letak
dengan menggunakan metode SLP yaitu data rancangan produk, rancangan
proses dan rancangan jadwal produksi.
• Perbaikan kondisi lingkungan kerja pada pabrik ini dapat dilakukan dengan
menerapkan metode 5S.
23
digunakan adalah pengelompokan barang, penyiapan tempat, memberi tanda
batas, memberi tanda pengenal barang, membuat denah/peta pelaksanaan
barang
3. Seiso (Pembersihan). Membersihkan tempat kerja dengan teratur sehingga
tidak terdapat debu di lantai, mesin dan peralatan. Prinsip: bersihkan segala
sesuatu yang ada di tempat kerja. Membersihkan berarti memeriksa dan
menjaga.
4. Seiketsu (Pemantapan). Memelihara taraf kepengurusan rumah tangga
yang baik dan organisasi tempat kerja setiap saat. Prinsip: semua orang
memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan tepat waktu. Pertahankan
lingkungan 3S (Sisih, Susun, Sasap) yang telah dicapai, cegah kemungkinan
terulang kotor/rusak.
5. Shitsuke (Pembiasaan). Memberikan penyuluhan kepada semua orang agar
mematuhi disiplin pengurusan rumah tangga yang baik atas kesadaran
sendiri. Prinsip: berikan pengarahan kepada orang-orang untuk berdisiplin
mengikuti cara dan aturan penanganan house keeping atas dasar kesadaran.
Lakukan apa yg harus dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak
boleh dilakukan.
Sedangkan tahapan pengolahan data untuk penerapan 5S yang diperolah dari buku
Osada (2004) adalah sebagai berikut :
1. Perancangan Metode 5S
2. Sosialisasi Metode 5S
3. Penerapan Metode 5S
4. Evaluasi Penerapan Metode 5S
24
2.5 Analisis Activity Relationship Chart (ARC)
Merupakan dasar dalam pembuatan alternatif tata letak dengan dengan
memperhatikan modifikasi dan batasan praktis. Untuk membuat rancangan tata
letak dapat dibuat suatu block layout yang merupakan diagram blok dengan skala
tertentu dimana luas tata letak keseluruhan dibuat berdasarkan data. Sebelum
pembuatan detail layout, dibuatlah Area Alocation Diagram (AAD), dimana
diusulkan untuk alternatif pembuatan layout, gudang bahan jadi 2 pada layout
awal diubah menjadi tempat parkir, karena keterbatasan dari lahan parkir yang ada
di pabrik ini.
25
2.6 Penerapan Metode 5S
Pada tahap ini, dilakukan penerapan metode 5S pada lingkungan kerja di
pabrik pembuatan tahu UD. Dhika Putra.
26
yaitu kain untuk proses penyaringan ampas tahu dan juga penataan
terhadap posisi alat press. Kain blacu digantung pada satu tempat saja
sehingga pekerja lebih mudah untuk mencari dan mengambilnya apabila
dibutuhkan. Sedangkan untuk alat press disusun pada stasiun pengepresan
dan pemotongan, alat press tersebut disusun diatas meja press dan potong
sehingga pekerja lebih mudah mengambil dan menggunakannya.
3. Seiso. Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah proses pembersihan.
Adapun pembersihan yang dilakukan adalah pembersihan terhadap lantai
produksi dan peralatan yang digunakan untuk proses produksi pembuatan
tahu yaitu mesin giling dan kuali perebusan dan pembibitan. Lantai pabrik
dibersihkan dari sampah-sampah baik itu sampah plastik, kedelai yang
terjatuh dan cairan sisa pencucian dan penggilingan kedelai. Pembersihan
lantai produksi ini bertujuan demi keamanan dan kenyaman pekerja pada
saat melakukan pekerjaanya, karena jika lantai licin dan kotor bisa
membuat pekerja tergelincir dan jatuh. Sedangkan untuk pembersihan
peralatan kerja dilakukan dengan tujuan perawatan terhadap peralatan
tersebut.
4. Seiketsu. Pada tahap ini lebih mengarah pada proses pemantapan terhadap
metode 5S yang telah diterapkan. Pada tahap ini dilakukan suatu upaya
bagaimana penerapan yang telah dilakukan tetap berlangsung terus
menerus bukan untuk sementara saja dengan cara pembuatan label area
kerja seperti area bahan baku, area bahan jadi, tempat ember kosong dan
tempat kain blacu. Selain itu juga dilakukan pembuatan garis batas area
kerja yang bertujuan agar penyusunan peralatan kerja lebih tertata dengan
baik. dengan adanya pembuatan labeling dan garis batas area kerja bisa
membuat karyawan tau dimana penempatan peralatan yang digunakan dan
tau batas areanya, sehingga penerapan ini bisa berlangsung terus menerus.
5. Shitsuke. Tahap ini merupakan bagian terakhir dari metode 5S. Pada bagian
ini lebih memfokuskan bagaimana cara untuk membiasakan diri terhadap
penerapan metode ini. untuk itu diperlukan kesadaran dari para pekerja
untuk memiliki pola kerja yang sesuai metode 5S demi kenyamanan dan
27
keamaan dalam bekerja. Mengingat sifat manusia yang berbeda-beda maka
perlu seseorang yang bisa mengontrolnya. dalam hal ini peran pimpinan
dibutuhkan untuk peduli dan mampu mengontrol pekerja agar selalu
menjaga lingkungan kerja berdasarkan metode 5S yang telah diterapkan.
28
2.7 Evaluasi Penerapan Metode 5S
Tahap evaluasi ini dalah tahap untuk menilai apa saja perancangan metode
5S yang bisa diterapkan. Dari hasil penerapan yang dilakukan maka dapat
dievaluasi perancangan yang mampu diterapkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tahap
evaluasi yang dilakukan selama lebih kurang 6 hari. Pada hari pertama semua
rancangan masih diterapkan pada pabrik tahu UD. Dhika Putra dengan baik
walaupun masih belum sempurna. Namun pada hari selanjutnya terjadi beberapa
metode 5S yang tidak dilakukan misalnya pemisahan antara ember kosong dengan
ember yang berisi dengan kedelai serta kurang pedulinya pekerja untuk
meletakkan kain blacu pada area yang telah ditentukan.
29
2.8 Layout Akhir
Pembuatan layout akhir ini dibuat berdasarkan layout usulan yang terpilih
yang memliki panjang lintasan material handling yang paling pendek yang
kemudian dikombinasikan dengan rancangan penerapan metode 5S. Adanya
penambahan area untuk penataan ember kosong dan adanya space yang
memungkinkan proses material handling kedelai yang digiling dari stasiun
perendaman dan penggilingan menuju stasiun perebusan menjadi lebih mudah
dilakukan dan juga bisa memperpendek jarak lintasan material handlingnya.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Agar dapat menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami dan tidak terlalu
banyak menggunakan kalimat yang tidak perlu.
31