KELOMPOK 3 :
DELLA NURNINGTYAS ROMADHONA (2018020066)
SHOWABI TRIAS SAPUTRA (2018020054)
WAHYU INDRIYANI (2018020085)
Ordering dan
Procurement Cost
Merupakan total biaya Holding Cost atau Carrying Cost Shortage Cost
pemesanan dan pengadaan Timbul karena perusahaan Adalah biaya yang timbul
bahan yang mencakup biaya- menyimpan persediaan. Biaya karena adanya permintaan
biaya pengangkutan, penyimpanan terdiri dari semua baran dari konsumen
ongkos yang berhubungan dengan tetapi barang tidak
pengumpulan, pemilikan dan biaya penyipanan barang dalam tersedia diperusahaan.
penempatan di gudang suatu perusahaan. Biaya ini meliputi Akiba adanya Shortage
sampai pada biaya biaya modal yang tertanam dalam Cost ini maka kepercayaan
manajerial yang persediaan, sewa gedung, asuransi, dari konsumen terhadap
berhubungan dengan harga penyusutan, harga kerusakan perusahaan akan menurun.
pemesanan sampai dan penuruan harga.
penempatan barang
digudang.
MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
Secara grafis model persediaan yang sederhana dapat digambarkan pada grafik berikut:
Tingkat
persediaan
T=
Dimana :
Q
T= Waktu Pemesanan
Q=Jumlah setiap kali
pemesanan
Sl
periode
Order Periode
points waktu
Dengan
Frekuensi Pemesanan mengalikan
dengan biaya Annual ordering cost = (
= setiaap “order”
yaitu k, maka
Dimana:
A : Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode (tahun)
Q : Jumlah setiap kali pemesanan
k : Biaya setiap order
Komponen biaya yang kedua adalah “holding cost” yang ditentukan
oleh jumlah barang yang disimpan dan lamanya barang disimpan.
Persediaan rata-rata =
Holding cost dihitung berdasarkan satuan nilai persediaan dan procurement cost (c),
sehingga:
Annual holding cost = hc, Holding cost dapat pula dicari sesuai grafik :
Holding cost (persiklus) = hc ( ) Annual holding cost = hc ( ) x
Jadi,
Annual holding cost = hc ( )
Dimana :
A : Jumlah barang yang dibutuhkan
selama satu periode (tahun)
c : procorument cost per unit barang
yang dipesan
h : holding cost per satuan nilai
persediaan
Q : Jumlah setiap kali pemesanan
KOMPONEN YANG KETIGA PROCUREMENT COST,
Total Annual cost = () + Ac. Minimumkan TC = ()
Holding cost hc (
Ordering cost (
Q*
Secara matematis, Q* (Jumlah pemesanan yang optimal) dapat dihitung dengan Rumus :
Q* =
T* =
CONTOH SOAL
Sebuah toko minuman coca cola mampu menjual 5.200 peti bir setiap tahun (konstan).
Setiap peti menanggung biaya Rp2 untuk sampai ke gudang. Penyalur meminta bayaran
Rp10 untuk pemesanan, tanpa menghitung berapa jumlah yang dipesan. Pemesanan
segera datang sesaat setelah pemesanan dilakukan. Modal kerja yang dimiliki toko
minuman ini semuanya tertanam pada persediaan barang, dan modal ini dipinjam dari
bank dengan bunga 10% per tahun. Selain itu, pemiliki toko harus meembayar atas
barang yang disimpannya sebesar 5% dan nilai persediaan rata-rata. Asuransi juga harus
dibayar sebesar 5% dan nilai persediaan rata-rata. Biaya-biaya operasional lain dalam hal
ini bersifat “fixed” tidak tergantung pada besarnya pesanan. Biaya-biaya adalah dalam
ribuan rupiah.
toko tersebut ingin meninjau kembali apakah kebijaksanaan pesanan 100 peti perminggu
selama ini sudah betul atau tidak, ditinjau dari sudut biaya relevan.
Diketahui : Catatan holding cost yang terdiri dari:
k= Rp10 per pesanan
Bunga pinjaman bank 10% = 10%
A= 5200 peti per tahun
Asuransi barang (cocacola) dalam persediaan = 5%
c= Rp2 per peti Pajak atas barang (cocacola) dalam persediaan =
h= Rp0,20 per rupiah nilai bir dalam 5%
persediaan 20%
Maka :
= 300 + 120
= 420 kg
Artinya: pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang tersebut
mencapai 420 kg.
CONTOH SOAL 4
Kebutuhan barang per minggu = 100 kg. lead time (berdasarkan
pengamatan) = 3 minggu. Safety stock ditetapkan sebesar kebutuhan
selama 2 minggu.
Maka :
Reorder point = U x L + safety stock
= 100 x 3 + (2 x 100)
= 300 + 200
= 500 kg.
Artinya pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan
barang tersebut mancapai 500 kg
MODEL PERSEDIAAN DENGAN “BACK ORDER”
s 𝑄−𝑆
𝐴
Q
0 Waktu
𝑆
𝐴 Q-S
T=
hand inventory”. tahap ini digambarkan sebagai segitiga besar yang terletak diatas sumbu
datar, dengan tinggi S. Apabila permintaan terhadap barang selama setahun sebesar A,
maka periode waktu setiap tahap pertama (pada setiap siklus) adalah tahun.
Tahap kedua adalah tahap dimana “on hand inventory” sudah nol dan pembeli harus
“memesan” untuk dapat diambil (tersedia) beberapa waktu kemudian. Tahap ini
digambarkan sebagai segitiga
MODEL “BACK ORDER”
TC = () k + +
PARTIAL DERIVATIVE FUNGSI TC TERHADAP Q DAN S
Q* =
S* =
Sedangkan tenggang waktu antara
satu pemesaan dengan yang lainnya
adalah :
T* =
CONTOH SOAL 5
(kembali pada contoh soal terdahulu) Coca cola dianggap sebagai barang convenience
sehingga pembeli akan memilih minuman merek lain (atau pergi ke toko lain) apabila coca
cola tidak tersedia di toko tersebut. Lain halnya dengan sprit. Pembeli akan menunggu
sampai merek kesukaannya tersedia. Artinya ia akan tetap memesan walaupun merek
tersebut sedang tidak tersedia.
Andaikata untuk itu took dibebani 1 sen per peti per hari sebagai “hukuman” karena ia tidak
dapat memenuhi permintaan langganan, maka dalam setahun. Maka diketahui ;
p = Rp.3,65 per peti
K = Rp.100
A = 1000
c = Rp.20
h = 0,20
Q* = = 324 peti
S* = = 154 peti
Dan:
T* =
= 0,324 tahun
atau 118 hari
Apabila perusahaan mengizinkan back order
Diantara yang dipesan tersebut, hanya 154 peti yang
disimpan sebagai persediaan . (Q*- S* = 170 peti) digunakan
untuk memenuhi permintaan yang belum di penuhi.
Total annual relevant cost :
TC = () 100 + +
= 617,82 rupiah per tahun
Kesimpulan:
Angka diatas lebih kecil dari annual relevant cost apabila “back
order” tidak diizinkan (Rp894,43). Karena frekuensi pemesanan
lebih jarang dilakukan (dalam setahun) dan jumlah barang yang
disimpan sebagai persediaan lebih kecil. Akibatnya, meskipun
ada unsur shortage cost, total annual relevan cost (TC) akan lebih
kecil karena ordering cost dan holding cost juga lebih kecil.
TERIMAKASIH!!!!!!