Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PENGANTAR
• Kegiatan bisnis yang memerlukan manajemen persediaan adalah
bidang industri manufaktur dan perdagangan. Dalam industri
manufaktur, persediaan terdiri dari:
1) persediaan bahan baku,
2) persediaan barang dalam proses,
3) persediaan barang jadi, dan
4) persediaan bahan pembantu.

• Sedangkan dalam perusahaan dagang yang dimaksud persediaan


adalah persediaan barang dagangan.
FUNGSI MANAJEMEN PERSEDIAAN
Fungsi utama manajemen persediaan adalah menyimpan untuk melayani kebutuhan
perusahaan akan bahan mentah/barang jadi dari waktu ke waktu. Fungsi ini ditentukan oleh
berbagai kondisi diantaranya:

a. Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi.
b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
c. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak
biasanya ada diskon.
d. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
e. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena : cuaca, kekurangan pasokan, mutu,
ketidaktepatan pengiriman.
f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.
KOMPONEN – KOMPONEN BIAYA PERSEDIAAN

Ordering dan Holding Cost atau


Procurement Cost Carrying Cost Shortage Cost
Merupakan total biaya Adalah biaya yang timbul
Timbul karena perusahaan
pemesanan dan karena adanya permintaan
menyimpan persediaan.
pengadaan bahan yang barang dari konsumen
Biaya penyimpanan terdiri
mencakup biaya-biaya tetapi barang tidak
dari semua ongkos yang
pengangkutan, tersedia diperusahaan.
berhubungan dengan biaya
pengumpulan, pemilikan Akibat adanya Shortage
penyipanan barang dalam
dan penempatan di gudang Cost ini maka
suatu perusahaan. Biaya ini
sampai pada biaya kepercayaan dari
meliputi biaya modal yang
manajerial yang konsumen terhadap
tertanam dalam persediaan,
berhubungan dengan perusahaan akan menurun.
sewa gedung, asuransi, harga
pemesanan sampai
penyusutan, harga kerusakan
penempatan barang
dan penuruan harga.
digudang.
MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY

Model persediaan (inventory model) yang paling sederhana memiliki ciri-


ciri:
- barang/bahan mentah yang dipesan dan disimpan hanya satu macam
- Kebutuhan/permintaannya per periode diketahui (tertentu)
- barang/bahan mentah yang dipesan segera dapat tersedia, dan tidak ada
“back order”.
MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY
Total annual cost = Ordering cost + Holding Cost + Procurement cost

Secara grafis model persediaan yang sederhana dapat digambarkan pada grafik
berikut:
Tingkat persediaan
 
T=
Dimana :

Q T= Waktu Pemesanan
Q=Jumlah setiap kali
pemesanan
Sl
o
pe

A= Jumlah barang yang


--A

dibutuhkan selama satu


periode
Order points Periode waktu

Model persediaaan sederhana


Dalam menyajikan “tujuan” secara matematis, komponen yang pertama yaitu :
ordering cost, yang tergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan dalam satu periode
(tahun).
   
  Dengan mengalikan dengan
Frekuensi Pemesanan = biaya setiaap “order” yaitu k, Annual ordering cost = (
maka

Dimana:
A : Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode (tahun)
Q : Jumlah setiap kali pemesanan
k : Biaya setiap order
Komponen biaya yang kedua adalah “holding cost” yang ditentukan oleh jumlah barang
yang disimpan dan lamanya barang disimpan.

 
Persediaan rata-rata =

Holding cost dihitung berdasarkan satuan nilai persediaan dan procurement cost (c), sehingga:
 
Annual holding cost = hc,
Holding cost dapat pula dicari sesuai grafik :
(per unit barang)
Luas segitiga = ½ alas x tinggi
jadi, =½TxQ
= ½ TQ
  Bila T = ; maka:
Annual holding cost = hc()
Luas segitiga = ½ (
=½(
=
Bila holding cost per unit barang = hc
Maka,
   
Holding cost (persiklus) = hc ( ) Annual holding cost = hc ( ) x
Jadi,
Annual holding cost = hc ( )

Dimana :
A: Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode (tahun)
c: procorument cost per unit barang yang dipesan
h: holding cost per satuan nilai persediaan
Q : Jumlah setiap kali pemesanan
Komponen yang ketiga procurement cost,

Annual procurement cost = Ac.


Jadi:
   
Total Annual cost = () + Ac. Minimumkan TC = ()

Dimana
A = Jumlah unit barang
C = procorument cost per unit barang yang dipesan
H = holding cost per satuan nilai persediaan
TC=total biaya yang relevant, atau total annual relevant costs.
Mencari Penyelesaian Optimal (Optimal Solution)

TC = holding cost + ordering cost

  Holding cost hc (

  Ordering cost (

Q*
Secara matematis, Q* (Jumlah pemesanan yang optimal) dapat dihitung dengan Rumus :

 
Q* =

Dimana Q* kadang-kadang disebut sebagai economic order quantity (EOQ).


Persamaan diatas disebut sebagai Wilson Formula, yang berasal dari nama orang yang mengemukakannya.
apabila Q* telah ditemukan, waktu pemesanan kembali dapat dihitung dengan:

 
T* =
CONTOH SOAL
Sebuah toko minuman coca cola mampu menjual 5.200 peti coca cola setiap tahun
(konstan). Setiap peti menanggung biaya Rp2 untuk sampai ke gudang. Penyalur meminta
bayaran Rp10 untuk pemesanan, tanpa menghitung berapa jumlah yang dipesan. Pemesanan
segera datang sesaat setelah pemesanan dilakukan. Modal kerja yang dimiliki toko minuman
ini semuanya tertanam pada persediaan barang, dan modal ini dipinjam dari bank dengan
bunga 10% per tahun. Selain itu, pemiliki toko harus meembayar atas barang yang
disimpannya sebesar 5% dan nilai persediaan rata-rata. Asuransi juga harus dibayar sebesar
5% dan nilai persediaan rata-rata. Biaya-biaya operasional lain dalam hal ini bersifat “fixed”
tidak tergantung pada besarnya pesanan. Biaya-biaya adalah dalam ribuan rupiah.
Toko tersebut ingin meninjau kembali apakah kebijaksanaan pesanan 100 peti
perminggu selama ini sudah betul atau tidak, ditinjau dari sudut biaya relevan.
Diketahui : Catatan holding cost yang terdiri dari:
k= Rp10 per pesanan
A= 5200 peti per tahun Bunga pinjaman bank 10% = 10%
c= Rp2 per peti Asuransi barang (cocacola) dalam persediaan = 5%

h= Rp0,20 per rupiah nilai bir dalam Pajak atas barang (cocacola) dalam persediaan = 5%
persediaan 20%
 

Total annual relevant cost bila kebijaksanaan ini


Pada saat ini, setiap minggu dipesan 100 peti
tetap dipertahankan adalah:
cocacola, dengan dasar perhitungan:
TC = ()
Q = = 100 peti
= ()  
= 520 + 20
= 540 rupiah pertahun
Catatan:
Annual ordering cost (Rp20). Hal ini bertentangan dengan syarat optimalisasi,
dimana annual ordering cost sama dengan annual holding cost.
 
Maka perlu diterapkan Jarak (jangka waktu optimal antara 2
Wilson formula: pesanan adalah:
Q* = T* =
=  
=
=
= = 0.098 tahun
= 509.9 atau 510 peti
Apabila satu tahun adalah 365 hari, maka T* adalah 0.098 (365) = ± 36
hari. Total Annual cost adalah
TC = ()
= ()
= 101,96 + 102  
= 203,96 rupiah pertahun

Catatan: ordering cost dan holding berada costberada 0,04 rupiah senata-mata karena pembulatan yang dilakukan terhadap Q.
Kesimpulan : bahwa kebijaksanaan persediaan selama ini adalah salah, karena biaya relevan yang timbul jauh lebih besar
daripada apabila perusahaan melakukannya secara optimal.
CONTOH SOAL 2

Selain coca cola, toko di atas juga berdagang minuman sprite setiap tahun
toko ini hanya mampu menjual 1000 peti, dengan biaya sampai ke gudang
Rp. 20 per peti. Setiap pesanan dikenakan beban Rp. 100 untuk sewa truk.
Selama ini pesanan dilakukan setiap 3 minggu (lebih kurang 20 hari)
sebanyak masing-masing 50 peti. Perusahaan ingin menilai apakah
kebijaksanaanya dalam hal ini sudah tepat atau belum, bila holding cost
mempunyai unsur-unsur yang sama seperti pada persediaan bir.
Diketahui:
k : Rp. 100 per pesanan
A : 1000 peti per tahun
c : Rp 20 per peti
H : Rp 0,20 per Rp nilai sprite dalam persediaan
Bila kebijaksaan lama tetap digunakan, maka total
annual relevant cost yang ditanggung adalah :
TC = ()
= ()  
= 2000 + 100
= 2100 rupiah pertahun
 
Jarak (jangka waktu optimal antara 2
Maka perlu diterapkan
pesanan adalah:
Wilson formula:
T* =
Q* =   =
= = 0,224 tahun
= 223,6 atau 224 ± 52 hari
Total annual relevant cost adalah :
TC = ()
= ()  
= 894,43 rupiah pertahun
Kesimpulan : bahwa kebijaksanaan untuk rumusan setiap 20 hari selama ini adalah salah, karena total
annual relevant cost yang timbulkan lebih besar dari yang optimal.
Akhirnya perlu ditekankan beberapa anggapan (asumsi) di sini antara lain:
- Permintaan terhadap kedua jenis minuman tersebut di atas konstan
sepanjang tahun
- Kedua jenis minuman tersebut mempunyai “independent demad” antara
satu dengan yang lainnya
- Kapasitas gudang cukup untuk menampung Q untuk coca cola dan sprite
bersama-sama
Titik pemesanan kembali dan persediaan pengaman
(reorder point dan safety stock)
Reorder point ditentukan dengan memperhitungkan 2 variabel yakni “lead time” (L) dan
“tingkat kebutuhan per hari” (U). Secara kasar reorder point merupakan hasil kali L dan U
ditambah dengan sejumlah tertentu sebagai persediaan pengamanan (safety stock)

Reorder Point = U x L + safety Stock

Besarnya safety stock tergantung pada kebijaksanaan manajemen masing-masing perusahaan,


misalnya
a. 40% dari kebutuhan selama lead time
b. Sebesar kebutuhan selama 2 minggu dan lain-lain
CONTOH SOAL 3

Kebutuhan barang per minggu = 100 kg. lead time (berdasarkan pengamatan) = 3 minggu. Safety stock
ditetapkan sebesar 40% dari kebutuhan selama lead time.
Maka :
Reorder point = U x L + safety stock
= 100 x 3+ 40% (100 x 3)
= 300 + 120
= 420 kg

Artinya: pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang tersebut mencapai 420
kg.
CONTOH SOAL 4
Kebutuhan barang per minggu = 100 kg. lead time (berdasarkan pengamatan) = 3
minggu. Safety stock ditetapkan sebesar kebutuhan selama 2 minggu.
Maka :
Reorder point = U x L + safety stock
= 100 x 3 + (2 x 100)
= 300 + 200
= 500 kg.
Artinya pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang
tersebut mancapai 500 kg
MODEL PERSEDIAAN DENGAN “BACK ORDER”

s 𝑄−𝑆
 𝐴
Q

0 Waktu
𝑆
 
𝐴 Q-S

 T=

Model persediaan dengan “back order”


Kebijakan persediaan berhubungan dengan penentuan besarnya Q dan S yang
dapat meminimumkan total biaya yang relevan. Setiap siklus persediaan terdiri
dari dua buah segitiga, yang menunjukan adanya dua tahap.
Tahap pertama, adalah tahap dimana permintaan pembeli dapat dipenuhi
dengan “on hand inventory”. tahap ini digambarkan sebagai segitiga besar

 
yang terletak diatas sumbu datar, dengan tinggi S. Apabila permintaan terhadap
barang selama setahun sebesar A, maka periode waktu setiap tahap pertama
(pada setiap siklus) adalah tahun.
Tahap kedua adalah tahap dimana “on hand inventory” sudah nol dan
pembeli harus “memesan” untuk dapat diambil (tersedia) beberapa waktu
kemudian. Tahap ini digambarkan sebagai segitiga
MODEL “BACK ORDER”

Pada bagian ini, total annual relevant cost merupakan


gabungan antara ordering cost, holding cost dan shortage
cost
TC = Ordering cost + Holding Cost + Shortage cost
HC x Luas = hc (½ S ( )) =

Apabila hasil perkalian di atas dikalikan degan


 
jumlah (frekuensi) pemesanan dalam setahun ()
maka akan diperoleh :
Annual holding cost = x
Shortage cost :
P x luas = p(½) )(Q-S))
=
Kemudian seperti di atas apabila hasil perkalian tersebut dikalikan lagi dengan
() maka akan diperoleh:
Annual hortage cost : = x () =  
Akhirnya total annual relevant cost dapat dapat dinyatakan sebagai berikut :

TC = () k + +
PARTIAL DERIVATIVE FUNGSI TC TERHADAP Q DAN S

Q* =
S* =
  waktu antara satu
Sedangkan tenggang
pemesaan dengan yang lainnya adalah :
T* =
CONTOH SOAL 5

(kembali pada contoh soal terdahulu) Coca cola dianggap sebagai barang convenience sehingga pembeli
akan memilih minuman merek lain (atau pergi ke toko lain) apabila coca cola tidak tersedia di toko
tersebut. Lain halnya dengan sprit. Pembeli akan menunggu sampai merek kesukaannya tersedia. Artinya
ia akan tetap memesan walaupun merek tersebut sedang tidak tersedia.
Andaikata untuk itu took dibebani 1 sen per peti per hari sebagai “hukuman” karena ia tidak dapat
memenuhi permintaan langganan, maka dalam setahun. Maka diketahui ;
p = Rp.3,65 per peti
K = Rp.100
A = 1000
c = Rp.20
h = 0,20
 
Q* = = 324 peti
S* = = 154 peti

Dan:
T* =
= 0,324 tahun
atau 118 hari
Apabila perusahaan mengizinkan back order
Diantara yang dipesan tersebut, hanya 154 peti yang disimpan sebagai
persediaan . (Q*- S* = 170 peti) digunakan untuk memenuhi permintaan
yang belum di penuhi.
 
Total annual relevant cost :

TC = () 100 + +
= 617,82 rupiah per tahun
Kesimpulan:
Angka diatas lebih kecil dari annual relevant cost apabila “back order”
tidak diizinkan (Rp894,43). Karena frekuensi pemesanan lebih jarang
dilakukan (dalam setahun) dan jumlah barang yang disimpan sebagai
persediaan lebih kecil. Akibatnya, meskipun ada unsur shortage cost,
total annual relevan cost (TC) akan lebih kecil karena ordering cost dan
holding cost juga lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai