PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
Oleh :
Hasti Hasanati Marfuah, MT
Pendahuluan
• Dalam melaksanakan aktivitas produksinya, setiap perusahaan
(jasa/manufaktur) pasti akan memerlukan adanya persediaan.
• Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan pada resiko
besar yaitu tidak terpenuhinya permintaan produk pada waktu yang
diinginkan.
• Jika perusahaan memiliki persediaan yang berlebih makan akan
menimbulkan adanya biaya yang disebut dengan biaya penyimpanan
Pengertian Persediaan
• Merupakan stock yang dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi
adanya fluktuasi permintaan
• Sejumlah sumber daya baik berbentuk bahan mentah ataupun barang
jadi yang disediakan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari
konsumen
• Persediaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, dimana
persediaan mampu menghubungkan satu operasi ke operasi
selanjutnya yang berurutan dalam pembuatan suatu produk untuk
kemudian disampaikan ke konsumen
• Persediaan dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan
produksi yang lebih baik serta manajemen persediaan yang optimal,
maka dibutuhkan adanya pengendalian persediaan guna mencapai
tujuan tersebut.
Tujuan Persediaan
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan
yang dibutuhkan perusahaan
2. Menghilangkan resiko kegagalan/kerusakan material yang dipesan sehingga
harus dikembalikan
3. Menyimpan bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan tersebut tidak ada di pasar
4. Menjamin kelancaran proses produksi perusahaan
5. Menjamin penggunaan mesin secara optimal
6. Memberikan jaminan akan ketersediaan produk jadi kepada konsumen
7. Dapat melaksanakan produksi sesuai keinginan tanpa menunggu adanya
dampak/resiko penjualan
Jenis-jenis Persediaan (berdasar jenisnya)
1. Persediaan bahan baku (raw material stock) barang-barang yang dibeli dari
pemasok/supplier dan akan digunakan/diolah menjadi produk jadi yang akan
dihasilkan perusahaan
2. Persediaan barang setengah jadi/barang dalam proses (work in process/
progress stock) bahan baku yang sudah diolah/dirakit menjadi komponen
namun masih membutuhkan langkah-langkah selanjutnya agar produk dapat
selesai dan menjadi produk akhir
3. Persediaan bagian produk/parts yang dibeli (component stoc) persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen/parts yang diterima dari
perusahaan lain yang dapat secara langsung dirakit dengan parts lain, tanpa
proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini
tidak mengalami perubahan dalam operasi
4. Persediaan barang jadi (finished goods) barang yang telah selesai
diproses dan siap untuk untuk disimpan di gudang kemudian
dijual/didistribusikan ke lokasi pemasaran
5. Persediaan bahan-bahan pembantu/barang-barang perlengkapan
(supplies stock) barang-barang yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan produksi, namun tidakmenjadi bagian produk
akhir yang dihasilkan perusahaan
Jenis-jenis Persediaan (berdasar
fungsinya)
1. Persediaan berdasarkan batch/lot produksi (Batch stock/lot size
inventory) persediaan yang diadakan karena membeli/membuat
bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah
yang dibutuhkan.
2. Persediaan guna mengatasi fluktuasi permintaan (fluctuation stock)
persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Persediaan guna antisipasi keadaan (anticipation stock) persediaan
yang diadakan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan.
Komponen-komponen Dasar Biaya
Persediaan
1. Biaya pembelian (purchasing cost) biaya yang digunakan untuk
membeli barang. Biaya pembelian merupakan factor penting ketika
harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran/jumlah pembelian
2. Biaya pengadaan barang (procurement cost) biaya pengadaan
kebutuhan akan barang yang dibedakan menjadi :
a. Biaya pemesanan (ordering cost) seluruh pengeluaran yang timbul
untuk mendatangkan barang dari luar, meliputi : biaya untuk menentukan
supplier, pembuatan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan,
biaya penerimaan
b. Biaya pembuatan (setup cost) keseluruhan pengeluaran yang timbul
dalam mempersiapkan produksi suatu barang, meliputi : biaya penyusuna
peralatan produksi, menyetel mesin, penyusunan barang di gudang
3. Biaya Penyimpanan (holding cost/carring cost) semua pengeluaran yang
timbul akibat penyimpanan barang.
a. Biaya modal biaya yang timbul karena adanya penumpukan barang di gudang yang
berarti penumpukan modal kerja, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang
dapat diukur dengan suku bunga bank
b. Biaya kerusakan dan penyusutan biaya yang ditimbulkan akibat adanya kerusakan/
penyusutan barang karena beratnya/jumlahnya berkurang sehingga akan mengakibatkan
adanya biaya tambahan dalam sistem persediaan
c. Biaya gudang biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan di gudang
d. Biaya administrasi dan pemindahan biaya yang dikeluarkan untuk administrasi
persediaan barang yang ada, baik pada saat pemasaran, penerimaan barang
penyimpanan dan biaya untuk memindahkan barang (upah buruh, biaya pengendalian
peralatan)
e. Biaya asuransi biaya yang ditimbulkan untuk menjamin kondisi barang
f. Biaya kadaluarsa biaya yang ditimbulajn akibat kerusakan/penurunan nilai barang
4. Biaya kekurangan persediaan (shortage cost) biaya yang timbul apabila
permintaan terhadap barang yang kebetulan tidak tersedia di gudang/stock out.
a. Biaya kehilangan penjualan dimana perusahaan tidak mampu memenuhi
suatu pesanan maka ada nilai penjualan yang hilang bagi perusahaan
b. Biaya kehilangan konsumen pelanggan yang merasa kebutuhannya tidak
dapat dipenuhi perusahaan maka akan beralih ke perusahaan lain yang mampu
memenuhi kebutuhan mereka
c. Biaya pemesanan khusus agar perusahaan mampu memenuhi kebutuahan
akan suatu part produk, maka perusahaan melakukan pemesanan khusus agar
part produk yang diinginkan dapat diterima tepat waktu sehingga dibutuhkan
adanya pertambahan biaya dan harga part produk yang dibeli
d. Biaya akibat terganggunya proses produksi jika kekurangan persediaan maka
akan mengakibatkan gangguan pada proses produksi yang akan membutuhkan
biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya perawatan mesin
5. Biaya Sistemik biaya yang meliputi biaya perancangan dan
perencanaan system persediaan serta ongkos-ongkos untuk
mengadakan peralatan serta melatih tenaga kerja yang digunakan
untuk mengoperasikan sistem. Disebut juga dengan biaya investasi
bagi pengadaan suatu sistem pengadaan
Model Economic Order Quantity (EOQ)
• EOQ merupakan salah satu teknik kontrol persediaan yang paling tua dan
banyak dikenal. Teknik ini dikemukakan oleh Ford Harris sekitar tahun
1915.
• Dalam teknik ini diasumsikan bahwa:
a. Demand (Permintaan) diketahui dan bersifat konstan
b. Lead Time diketahui dan konstan
c. Quantity discount tidak dimungkinkan
d. Variabel biaya yang diketahui hanyalah biaya pesan dan biaya simpan
e. Stockouts (Shortages) sedapatnya dihindari.
Total annual cost = Ordering cost + Holding Cost + Procurement cost
• Secara grafis model persediaan yang sederhana dapat digambarkan pada grafik
berikut:
Tingkat persediaan
T=
Dimana :
Q
T= Waktu Pemesanan
Q=Jumlah setiap kali pemesanan
Slo
pe
Dengan mengalikan
Frekuensi Pemesanan = dengan biaya setiaap Annual ordering cost = (
“order” yaitu k, maka
Dimana:
A : Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode (tahun)
Q : Jumlah setiap kali pemesanan
k : Biaya setiap order
• Komponen biaya yang kedua adalah “holding cost” yang ditentukan oleh jumlah
barang yang disimpan dan lamanya barang disimpan.
Persediaan rata-rata =
• Holding cost dihitung berdasarkan satuan nilai persediaan dan procurement cost
(c), sehingga: Annual holding cost = hc (per unit barang) jadi :
• Dimana :
A: Jumlah barang yang dibutuhkan selama satu periode (tahun)
c: procorument cost per unit barang yang dipesan
h: holding cost per satuan nilai persediaan
Q : Jumlah setiap kali pemesanan
• Komponen yang ketiga procurement cost,
• Annual procurement cost = Ac, jadi:
Dimana
A = Jumlah unit barang
C = procorument cost per unit barang yang dipesan
H = holding cost per satuan nilai persediaan
TC=total biaya yang relevant, atau total annual relevant costs.
Mencari Penyelesaian Optimal (Optimal
Solution)
TC = holding cost + ordering cost
Holding cost hc (
Ordering cost (
Q*
• Secara matematis, Q* (Jumlah pemesanan yang optimal) dapat
dihitung dengan Rumus :
Q* =
T* =
Contoh Soal
• Sebuah toko minuman coca cola mampu menjual 5.200 peti bir setiap tahun
(konstan). Setiap peti menanggung biaya Rp2 untuk sampai ke gudang. Penyalur
meminta bayaran Rp10 untuk pemesanan, tanpa menghitung berapa jumlah yang
dipesan. Pemesanan segera datang sesaat setelah pemesanan dilakukan. Modal
kerja yang dimiliki toko minuman ini semuanya tertanam pada persediaan
barang, dan modal ini dipinjam dari bank dengan bunga 10% per tahun. Selain
itu, pemiliki toko harus meembayar atas barang yang disimpannya sebesar 5%
dan nilai persediaan rata-rata. Asuransi juga harus dibayar sebesar 5% dan nilai
persediaan rata-rata. Biaya-biaya operasional lain dalam hal ini bersifat “fixed”
tidak tergantung pada besarnya pesanan. Biaya-biaya adalah dalam ribuan
rupiah. Toko tersebut ingin meninjau kembali apakah kebijaksanaan pesanan 100
peti perminggu selama ini sudah betul atau tidak, ditinjau dari sudut biaya
relevan.
Diketahui :
k= Rp10 per pesanan Catatan holding cost yang terdiri dari:
Catatan:
Annual ordering cost (Rp20). Hal ini bertentangan dengan syarat optimalisasi,
dimana annual ordering cost sama dengan annual holding cost.
Maka perlu diterapkan Jarak (jangka waktu optimal antara 2 pesanan
Wilson formula: adalah:
T* =
Q* = =
= 0.098 tahun
=
=
=
= 509.9 atau 510 peti
• Apabila satu tahun adalah 365 hari, maka T* adalah 0.098 (365) = ±
36 hari. Total Annual cost adalah
• TC = ()
• = ()
• = 101,96 + 102
• = 203,96 rupiah pertahun
Catatan: ordering cost dan holding berada costberada 0,04 rupiah senata-mata karena pembulatan yang dilakukan
terhadap Q.
Kesimpulan : bahwa kebijaksanaan persediaan selama ini adalah salah, karena biaya relevan yang timbul jauh lebih
besar daripada apabila perusahaan melakukannya secara optimal.
Contoh soal 2
• Selain coca cola, toko di atas juga berdagang minuman sprite setiap
tahun toko ini hanya mampu menjual 1000 peti, dengan biaya sampai
ke gedung Rp. 20 per peti. Setiap pesanan dikenakan beba Rp. 100
untuk sewa truk. Selama ini pesanan dilakukan setiap 3 minggu (lebih
kurang 20 hari) sebanyak masing-masing 50 peti. Perusahaan ingin
menilai apakah kebijaksanaanya dalam hal ini sudah tepat atau
belum, bila holding cost mempunyai unsur-unsur yang sama seperti
pada persediaa bir.
• Diketahui:
• k : Rp. 100 per pesanan
• A : 1000 peti per tahun
• c : Rp 20 per peti
• H : Rp 0,20 per dolar nilai anggur dalam persediaan
• Bila kebijaksaan lama tetap digunakan, maka total annual relevant
cost yang ditanggung adalah :
• TC = ()
• = ()
• = 2000 + 100
• = 2100 rupiah pertahun
Jarak (jangka waktu optimal antara 2
Maka perlu diterapkan Wilson pesanan adalah:
formula:
Q* = T* =
=
= 223,6 atau 224 =
= 0,224 tahun
± 52 hari
• Total annual relevant cost adalah :
• TC = ()
• = ()
• = 894,43 rupiah pertahun
Kesimpulan : bahwa kebijaksanaan untuk rumusan setiap 20 hari selama ini adalah salah, karena total
annual relevant cost yang timbulkan lebih besar dari yang optimal.
Akhirnya perlu ditekankan beberapa anggapan (asumsi) di sini antara
lain:
• Permintaan terhadap kedua jenis minuman tersebut di atas konstan
sepanjang tahun
• Kedua jenis minuman tersebut mempunyai “independent demad”
antara satu dengan yang lainnya
• Kapasitas gudang cukup untuk menampung Q untuk coca cola dan
sprite bersama-sama
Titik pemesanan kembali dan persediaan
pengaman (reorder point dan safety stock)
• Reorder point ditentukan dengan memperhitungkan 2 variabel yakni “lead
time” (L) dan “tingkat kebutuhan per hari” (U). Secara kasar reorder point
merupakan hasil kali L dan U ditambah dengan sejumlah tertentu sebagai
persediaan pengamanan (safety stock)
Reorder Point = U x L + safety Stock
s 𝑄−𝑆
𝐴
Q
0 Waktu
𝑆
𝐴 Q-S
T=
•
Model “back order”
• Pada bagian ini, total annual relevant cost merupakan gabungan
antara ordering cost, holding cost dan shortage cost
TC = Ordering cost + Holding Cost + Shortage cost
• HC x Luas = hc (½ S ( )) =
• Akhirnya total annual relevant cost dapat dapat dinyatakan sebagai berikut :
•
TC = () k + +
Partial derivative fungsi tc terhadaP Q
DAN S
Q* =
S* =
Sedangkan tenggang waktu antara satu pemesaan dengan
yang lainnya adalah :
T* =
Contoh Soal 5
• (kembali pada contoh soal terdahulu) Coca cola dianggap sebagai barang
convenience sehingga pembeli akan memilih minuman merek lain (atau pergi ke
toko lain) apabila coca cola tidak tersedia di toko tersebut. Lain halnya dengan
sprit. Pembeli akan menunggu sampai merek kesukaannya tersedia. Artinya ia
akan tetap memesan walaupun merek tersebut sedang tidak tersedia.
• Andaikata untuk itu took dibebani 1 sen per peti per hari sebagai “hukuman”
karena ia tidak dapat memenuhi permintaan langganan, maka dalam setahun.
Maka diketahui ;
• p = Rp.3,65 per peti
• K = Rp.100
• A = 1000
• c = Rp.20
• h = 0,20
Q* = = 324 peti
S* = = 154 peti
Dan:
T* =
= 0,324 tahun
atau 118 hari
Apabila perusahaan mengizinkan back order
Diantara yang dipesan tersebut, hanya 154 peti yang disimpan
sebagai persediaan . (Q*- S* = 170 peti) digunakan untuk
memenuhi permintaan yang belum di penuhi.
Total annual relevant cost :
TC = () 100 + +
= 617,82 rupiah per tahun
Kesimpulan:
• Angka diatas lebih kecil dari annual relevant cost apabila “back order”
tidak diizinkan (Rp894,43). Karena frekuensi pemesanan lebih jarang
dilakukan (dalam setahun) dan jumlah barang yang disimpan sebagai
persediaan lebih kecil. Akibatnya, meskipun ada unsur shortage cost,
total annual relevan cost (TC) akan lebih kecil karena ordering cost
dan holding cost juga lebih kecil.
SEKIAN & TERIMA KASIH