Disusun oleh :
Kelompok 10
1. Nika Awalistyaningrum
(9118)
2. Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu industri merupakan dampak positif dari
pengitegrasian faktor produksi dan sistem menejemen sehingga dapat lebih
efektif dan efisien. Salah satu penentu adalah tata letak atau lebih dikenal
dengan nama layout dari industri. Tanpa menganaktirikan faktor lain, tata
letak ini memiliki peranan dalam proses penekanan biaya produksi.
Pengetahuan akan tata letak tersebut meliputi work center dan peralatan
dalam proses konversi untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas
pelaksana, aliran bahan, aliran informasi dan tata cara untuk mencapai
tujuan. Fungsi utama adalah memanfaatkan area seefektif mungkin.
Sebagian besar biaya produksi dialokasikan untuk penanganan bahan,
maka dengan mengefi-siensikan area maka akan mengurangi biaya
penanganan bahan. Dengan demikian, biaya produksi dapat diminimalisir.
Kajian tata letak merupakan bekal yang penting untuk dikuasai.
Oleh karena itulah untuk menambah pengetahuan, maka dilakukan
kunjungan industri ke Salma, Roti, dan Kue. Kunjungan ini dapat
memberikan gambaran mengenai pengaplikasian teori tata letak dalam
industri yang sebenarnya.
Industri Salma, Roti, dan Kue dipilih karena adanya kesadaran
akan tingginya prospek industri bakery di masa yanga akan datang.
Dewasa ini, kesibukan dan semakin meningkatnya aktivitas manusia
menyebabkan kecenderungan masyarakat lebih menyukai hal-hal yang
instan dan praktis. Salah satunya adalah roti dan kue. Roti ini memiliki
kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat menggantikan
konsumsi nasi. Roti lebih fleksibel karena dapat dimakan dimanapun dan
hanya membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat. Pola konsumsi
inilah yang semakin memperbesar peluang akan berjamurnya industri
bakery.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan:
1. Praktikan dapat menggambarkan tata letak awal suatu industri.
2. Praktikan dapat mendeskripsikan (memberikan gambaran) mengenai
kondisi umum industri yang digunakan sebagai objek kajian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
karakter
serupa
dikelompokkan
menjadi
satu,
contoh
tata letak pabrik, yaitu prinsip integrasi total (integrasi secara total dari seluruh
elemen produksi), prinsip jarak perpindahan bahan (pemindahan dari satu operasi
ke yang lain dengan menghemat waktu dan mengurangi jarak perpindahan),
prinsip aliran proses kerja (kelengkapan dari jarak perindahan bahan untuk
menghindari gerakan balik , memotong, dan macet), prinsip pemanfaatan ruangan
(pengaturan ruangan yang dipakai manusia, bahan baku, mesin dan peralatan),
prinsip kepuasan dan K3 (kepuasan para pekerja dan menjaga faktor
keselamatan), serta prinsip fleksibilitas (mengikuti perkembangan zaman dan
mengimbanginya).
Tujuan menyusun layout yang baik (Anonim 2, 2010) antara lain
mengurangi jarak pengangkutan material dan produk yang telah jadi sehingga
mengurangi material handling, memperhatikan frekuensi arus pekerjaan,
memungkinkan ruang gerak yang cukup di sekeliling setiap mesin, untuk dapat
direparasi dengan mudah, mengurangi ongkos produksi karena cost ditekan
seminimum mungkin, mempertinggi keselamatan kerja sehingga keamanan
bekerja terjamin, memberikan hasil produksi yang baik, memberikan service yang
baik bagi konsumen, mengurangi capital investment, mempertinggi fleksibilitas,
untuk memungkinkan menghadapi permintaan perubahan, memperbaiki moral
pekerja, mengusahakan penggunaan yang lebih efisien dari ruang atau lantai, baik
dalam arah horizontal maupun dalam arah vertikal, mengurangi delays
(keterlambatan atau stopped) dalam pekerjaan, dapat mengadakan pengawasan
yang lebih baik, maintenance lebih mudah dilakukan, mengurangi manufacturing
cycle (waktu produksi), serta penggunaan equipment dan fasilitas yang baik dalam
pabrik.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun plant layout yaitu
(Anonim 2, 2010):
1. Produk yang dihasilkan
a. Besar dan berat produk tersebut
Apabila produk besar dan berat maka memerlukan handling yang
khusus seperti fork truck atau conveyor yang di lantai sehingga
memerlukan ruangan bergerak. Sedangkan, apabila produknya
geraknya tidak terlalu besar.
b. Sifat dari produk tersebut, yaitu apakah mudah pecah atau tidak,
mudah rusak atau tahan lama.
2. Urutan produksi
Faktor ini penting terutama bagi product layout karena product layout
penyusunan didasarkan pada urutan-urutan produksi (operation sequence)
3. Kebutuhan akan ruangan yang cukup luas (special requirement)
4. Peralatan atau mesin-mesin
Apabila mesin berat, maka diperlukan lantai yang lebih kokoh.
5. Maintenance dan replacement
Mesin-mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga maintenance
atau replacement mudah dilakukan.
6. Keseimbangan kapasitas (balance capacity) harus diperhatikan terutama
dalam product layout karena mesin-mesin diatur menurut urutan proses.
7. Minimum movement
Dengan gerakan yang sedikit maka biaya akan lebih rendah.
8. Aliran (flow) dari material
Aliran ini dapat digambarkan, yaitu merupakan arus yang harus diikuti
oleh produk pada saat dibuat, gambar mana yang sangat penting bagi
perencanaan lantai atau ruangan pabrik (floor plan).
9. Employee area
Tempat kerja buruh di pabrik harus cukup luas sehingga tidak
mengganggu keselamatan dan kesehatan serta kelancaran produksi
10. Service area (seperti cafeteria, toilet, tempat istirahat, tempat parkir mobil,
dan sebagainya) diatur sedemikian rupa sehingga dekat dengan tempat
bekerja di mana sangat dibutuhkan
11. Waiting area, yaitu untuk mencapai aliran material yang optimal maka
harus diperhatikan tempat-tempat dimana barang menunggu untuk
diproses.
12. Plant climate
Udara dalam pabrik harus diatur yaitu harus sesuai dengan keadaan produk
dan buruh, jangan terlalu panas, jangan terlalu dingin, dan juga jangan
merusak kesehatan buruh.
13. Flexibility
Perubahan-perubahan dari produk atau proses atau mesin dan sebagainya
hampir tidak dapat dihindarkan karena sesuai dengan perkembangan
teknologi dan perubahan-perubahan kecil yang terjadi tidak memerlukan
biaya yang tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
1. Data hasil kunjungan ke industri Salma, Roti, dan Kue
B. Pelaksanaan Praktikum
1. Melakukan praktikum pendahuluan berupa kunjungan ke industri Salma,
Roti, dan Kue.
2. Membuat denah tata letak menggunakan skala 1:100 atau skala yang lain
tergantung besar kecilnya industri yang digunakan sebagai objek kajian.
3. Cara pembuatan:
a.
Mengukur panjang dan lebar seluruh area industri, dari area tanah
yang terpakai untuk bangunan maupun area yang tersisa (belum
termanfaatkan)
b.
c.
d.
e.
Cara penggambaran:
1) Penggambaran lokasi sesuai dengan arah mata angin. Utara
digambarkan arah atas.
2) Dinding luar bangunan digambarkan dengan garis tebal.
3) Area kerja tanpa ada batas ruang (batas maya) digambarkan
dengan garis putus-putus (------)
4) Nama ruang diberikan langsung pada gambar atau di samping
gambar sebagai keterangan.
5) Skala harus jelas dan dicantumkan di bagian bawah gambar.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Denah Tata Letak Industri Salma, Roti, dan Kue
11.54 m
3m
1.6 m
5.25 m
Keterangan:
h4
h2
2.5 m
h3
H
1.25 m
h1
1.5 m
h5
f2
e5
g1
f3
f1
E
d3
d6
d4
e4
5.76 m
f4
g2
d1
e2
e3
d2
j1
21.12 m
b2
b3
6.08 m
b9
b4
b10
c2
B
b1
b5
b8
c1
b6
b7
4.56 m
8.04 m
3.5 m
5.53 m
5.03 m
e1
d5
A. Area Parkir
B. Outlet
b1 rak (3,6 x 0,5) m2
b2 rak pesanan (3,3x0,7) m2
b3 freezer (1,5x0,7) m2
b4 kasir (1,4x0,7) m2
b5 rak (3,6x0,7) m2
b6 kulkas (0,5x0,6) m2
b7 lemari (2,1x0,46) m2
b8 rak (0,65x1,05) m2
b9 rak (0,9x1,05) m2
b10 rak (0,9x1,05) m2
C. Ruang Administrasi
c1 meja (1,5x2) m2
c2 meja (1,5x1) m2
D. Ruang Produksi I
d1 oven (2,8x0,97) m2
d2 meja (1,86x1,7) m2
d3 mixer besar (0,79x0,8) m2
d4 mixer kecil (0,59x0,8) m2
d5 rak (1,7x0,49) m2
d6 devider (0,59x0,8) m2
E. Gudang
e1 bahan baku 1 (1,15x2,05) m2
e2 timbangan (0,6x0,6) m2
e3 bahan baku 2 (0,7x0,91) m2
e4 bahan baku 3 (1,6x1) m2
e5 bahan baku 4
F. Ruang Produksi II
f1 slicer (0,75x0,8) m2
f2 meja (0,8x1,8) m2
f3 lemari(0,8x0,95) m2
f4 rak (1,2x0,5) m2
G. Lorong
g1 rak (0,5x1,5) M2
g2 lemari pengemas (3,2x0,5) m2
H. Dapur
h1 meja (1,55x0,7) m2
h2 kompor (2,6x0,85) m2
h3 tempat pencucian (1,5x2)m2
h4 sumur (0,75x0,6) m2
h5 rak (1,5x0,5) m2
I. Kamar
J. Lorong
j1 rak (0,8x4,42) m2
K. Kamar Mandi
L. Kamar Mandi
A
SKALA 1:100
11
A. Area Parkir
F1 slicer (0,75x0,8) m2
B. Outlet
F2 meja (0,8x1,8) m2
F3 lemari(0,9x0,95) m2
F4 rak (1,2x0,5) m2
B3 freezer (1,5x0,7)m2
B4 kasir (1,4x0,7)m2
G. Lorong
G1 rak (0,5x1,5) m2
B5 rak (3,6x0,7)m2
B6 kulkas (0,5x0,6)m
B7 lemari (2,1x0,46)m2
2
(3,2x0,5) m2
H. Dapur
B8 rak (0,65x1,05)m
H1 meja (1,55x0,7) m2
B9 rak (0,9x1,05)m2
H2 kompor (2,6x0,85) m2
H3 tempat pencucian
(1,5x2)m2
C. Ruang Administrasi
C1 meja (1,5x2) m2
H4 sumur (0,75x0,6) m2
C2 meja (1,5x1) m2
H5 rak (1,5x0,5) m2
D. Ruang Produksi I
I. Kamar
2
D1 oven (2,8x0,97) m
D2 meja (1,86x1,7) m
J. Lorong
J1 rak (0,8x4,79) m2
K. Kamar Mandi
L. Kamar Mandi
D5 rak (1,7x0,49) m2
D6 devider (0,59x0,8) m2
E. Gudang
E1 bahan baku 1 (1,15x2,05)
m2
E2 timbangan (0,6x0,6) m2
E3 bahan baku 2 (0,7x0,91)
m2
E4 bahan baku 3 (1,6x1) m2
E5 bahan baku 4
F. Ruang Produksi II
2. Deskripsi Perusahaan
Industri Salma, Roti, dan Kue yang dikunjungi terletak di Jalan
Kapten Haryadi Lojajar Sinduharjo Sleman. Industri ini merupakan salah satu
jenis pengembangan usaha dari putra-putri bapak Hadi Suwarno. Pada tahun
1989 anak-anak dari bapak Hadi Suwarno mendirikan bisnis keluarga dengan
nama CV. Hadi Suwarno (CV. HS). Perusahaan ini bergerak di bidang
supplier sayur, buah, ikan, dan sebagainya. Konsumen perusahaan ini adalah
supermarket dan hotel-hotel di Solo.
Pada tahun 1992 pemegang saham CV. HS mengembangkan usaha
dengan mendirikan Top One Donat yang kemudian beralih menjadi Top
One Bakery. Industri ini juga dikembangkan di Solo. Target penjualan
industri ini adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah, sehingga cara
pemasaran dilakukan dengan memasok roti ke penjual.
Pada tahun 2004 muncul kemauan para pemegang saham untuk
mengembangkan usaha dan mulai merambah ke kota Yogyakarta. Nama
Salma dipilih tanpa pertimbangan khusus. Akhirnya, industri Salma, Roti,
dan Kue ini didirikan di sisi barat-utara perempatan Kamdanen Ngaglik
Sleman. Lahan yang digunakan merupakan kerja sama dengan kakak ipar
sepupu bapak Bambang, manajer operasional di Salma, Roti, dan Kue pusat.
Target konsumen adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah. Akan
tetapi, pada Desember 2004 industri ini mengalami kerugian sekitar 50 juta
rupiah. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa animo masyarakat
kalangan ke bawah di Yogyakarta terhadap roti dan kue masih rendah. Oleh
sebab itu, pada Januari 2005 industri ini mengubah segmentasi pasar yang
dituju sekaligus sistem pemasaran. Target konsumen menjadi kalangan
menengah ke atas dengan sistem penjualan outlet, tidak disetor ke penjual.
Indutri Salma, Roti, dan Kue mengalami kendala lagi pada Agustus
2007 ketika terjadi sengketa tanah yang digunakan sebagai lokasi industri.
Akibatnya, indutri tersebut harus pindah ke lokasi saat ini, yaitu Jl. Kapten
Haryadi Lojajar Sinduharjo Sleman, sebagai tempat produksi dan menyewa
lokasi lain sebagai outlet. Oleh karena itu, lokasi tersebut masih harus perlu
13
14
B. Pembahasan
Roti merupakan salah satu makanan fermentasi (fermented food) yang
melibatkan mikroorganisme dalam bentuk ragi. Ragi yang biasa dipakai
adalah Rhizopus stolonifer yang masih satu golongan dengan ragi tempe
Rhizopus oligosporus, Rhizopuis oryzae. Jenis roti yang diproduksi sangat
bervariasi, salah satunya roti manis. Peralatan yang digunakan untuk
pembuatan roti manis adalah mixer, oven, kuas, loyang, timbangan, sendok,
gelas takar, devider, dan pisau roller pizza. Sedangkan, bahan yang
dibutuhkan adalah 1 kg tepung terigu, 400 ml air, 30 gram ragi instant, 1 kg
resep, 50 gram margarin, 100 gram mentega, 5 butir kuning telur, dan selai
secukupnya.
Proses pembuatan roti manis diawali dengan menyiapkan semua alat
dan bahan. Sementara itu, loyang diolesi dengan mentega agar adonan tidak
lengket. Semua bahan ditimbang sesuai kebutuhan. Selanjutnya, bahan
dimasukkan dalam mixer dan diaduk selama lebih kurang 20 menit hingga
kalis. Tahap berikutnya, adonan dibagi dengan devider kemudian adonan
tersebut dibentuk dan ditambah selai sesuai kebutuhan. Adonan yang sudah
dibentuk dimasukkan ke dalam loyang lalu didiamkan selama 2-3 jam sesuai
suhu lingkungan saat itu. Apabila sudah mengembang, adonan tersebut
dimasukkan ke dalam oven selama 15-20 menit. Setelah roti matang, roti
didinginkan selama 15-30 menit lalu roti siap dikemas. Roti yang sudah
dikemas siap diantar ke pelanggan maupun dijual di outlet yang terletak di
lokasi yang sama.
Industri Salma, Roti, dan Kue ini terdiri dari beberapa ruang, yakni
gudang, ruang produksi 1, ruang produksi 2, dapur, outlet, kamar, kamar
mandi dan dilengkapi dengan area parkir yang cukup luas. Gudang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bahan baku seperti terigu, mentega, dan telur. Di
ruangan ini bahan baku disimpan sebelum diproduksi. Penyimpanan bahan ini
perlu dipisahkan dari area lain agar mengurangi resiko kontaminasi. Dalam
ruangan ini terdapat timbangan untuk menakar atau menimbang jumlah bahan
yang akan digunakan untuk membuat produk. Letak gudang disarankan untuk
15
dijauhkan dari kamar mandi agar tidak rentan kontaminasi. Begitu pula
dengan pintu yang tidak selalu tertutup sehingga binatang, seperti tikus, dapat
dengan mudah masuk ke ruangan ini. Sebaiknya, setelah tidak berproduksi,
pintu gudang tertutup. Akan tetapi, nilai lebih dari letak gudang adalah
berdekatan dengan pintu masuk samping yang merupakan lorong sehingga
proses pengangkutan lebih mudah dari luar ke dalam gudang.
Proses produksi panjang dan melibatkan banyak karyawan sehingga
ruang produksi dibagi menjadi dua. Ruang produksi 1 merupakan tempat
pengadukan, pencetakan dan pengovenan. Untuk memastikan agar berat
setiap kemasan relatif sama maka adonan sebelum dibentuk (dicetak) dibagi
dengan mesin dough devider-rounder. Mesin ini dapat membagi adonan
menjadi potongan yang sama persis berbentuk semi bulat hingga bulat. Mesin
ini berfungsi membagi adonan berbentuk semi bulat dengan kapasitas 32
bagian per kg dengan berat sekitar 30-100 gram. Selain itu, terdapat pula
mixer kecil dan besar. Mixer roti planetary ini bekerja berdasarkan teori
perputaran planet, beater berputar mengitari bowl, bowl tidak berputar
sehingga menghasilkan adonan yang rata dan lembut. Mata mixer dapat
diganti sesuai dengan jenis bahan, yakni spiral untuk mengaduk adonan
tepung dan jenis makanan yang sangat kental, beater untuk mengaduk
makanan keju, adonan pastry dan croissant, aneka tepung, mentega, dan jenis
whip mengaduk bahan makanan encer, seperti : cream, telur, susu segar.
Selain itu, terdapat meja besar sebagai tempat pembentukan adonan. Peralatan
lain yang terdapat di ruangan ini adalah meja besar sebagai tempat
pembentukan roti dan rak sebagai tempat fermentasi. Ruangan ini tidak
dibatasi oleh dinding dengan ruang outlet sehingga konsumen dapat melihat
langsung proses produksi dan memastikan produk terjual dalam keadaan fresh
from the oven. Akan tetapi di sisi lain, hal ini juga menyebabkan adanya
kemungkinan kontaminasi debu saat didinginkan.
Ruangan selanjutnya adalah ruang produksi 2. Ruangan ini memiliki
fungsi sebagai tempat produksi, yakni dalam penyiapan semua bahan isi roti,
fermentasi, serta pengolesan loyang. Pada ruangan ini terdapat meja untuk
16
mendukung aktivitas produksi dalam penyiapan bahan isi roti seperti pisang,
sosis, coklat, keju, kacang, daging, dan kelapa. Selain itu, meja ini juga
berfungsi sebagai tempat meletakan loyang untuk diolesi dengan mentega
oleh pekerja. Pengolesan ini bertujuan agar roti setelah pengovenan, mudah
untuk mengambil atau roti tidak lengket pada loyang. Selain itu, pada ruangan
ini juga terdapat rak yang berfungsi sebagai tempat untuk mendukung
aktivitas fermentasi pada roti. Fermentasi ini berlangsung kurang lebih
selama dua hingga tiga jam. Fermentasi bertujuan untuk mengembangkan
adonan roti. Maka dari itu, untuk mendukung aktivitas ini, ruangan memiliki
sifat yang lembab tidak terlalu panas atau dingin. Hal ini dikarenakan proses
fermentasi melibatkan kegiatan bakteri yang rentan terhadap kondisi
lingkungan, terutama suhu. Ruangan ini juga terdapat lemari sebagai tempat
untuk menyimpan bahan-bahan isi roti. Pada ruangan ini juga terdapat mesin
untuk slicing roti yang disebut slicer. Ruangan ini merupakan ruangan yang
strategis dengan ruang produksi satu, dapur, toilet, dan kamar pribadi. Hal ini
memudahkan karyawan untuk melakukan proses pemindahan produksi, dari
ruang produksi dua ke ruang produksi satu, begitu juga dengan kamar pribadi,
toilet, dan dapur. Penyimpanan rak berdampingan dengan kamar mandi, maka
cukup riskan terjadi kontaminan. Selain itu, penerangan di ruang ini
cenderung redup, karena tidak mendapat sinar matahari langsung. Namun,
tata letak di ruang ini sudah cukup baik karena dapat memanfaatkan lahan
dengan baik sehingga ruangan yang cukup kecil terlihat lebih luas dan dapat
dilalui dengan leluasa.
Dapur berfungsi sebagai tempat penggorengan daging untuk bahan isi
roti. Di dapur ini terdapat tiga buah meja yang saling berdampingan, dua buah
meja untuk meletakan kompor, dan sebuah meja untuk tempat pengolesan
loyang dengan mentega.
Pada bagian utara dapur terdapat luasan untuk tempat pencucian
peralatan produksi. Pada luasan ini terdapat sumur yang berbentuk persegi
dengan bagian sisi memiliki bentuk melengkung dengan sudut 600. Selain itu
juga terdapat peralatan pencucian, seperti sabun, sapu, alas, dan rak untuk
17
18
dihasilkan beragam, volume produksi tiap produk relatif kecil, dan perlu
banyak pengawasan.
Tipe tata telak ini dipilih karena memiliki berbagai kelebihan.
Kelebihan tersebut antara lain dapat meminimalisir investasi mesin karena
bersifat general purpose, fleksibilitas produksi tinggi karena dapat
mengerjakan berbagai tipe produk, mesin lebih efisien serta meningkatkan
kepusan kerja dengan melakukan pekerjaan yang berbeda-beda atau
menurunkan kejenuhan. Selain itu, tata letak ini juga memiliki kekurangan
yakni garis produksi menjadi lebih panjang, biaya pemindahan lebih mahal,
total waktu lebih lama, menyebabkan work in process, skill pekerja tinggi,
dan perencanaan produksi jauh lebih kompleks.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tata letak pabrik merupakan suatu hal yang paling penting dalam sebuah
industri. Hal ini membuat sebuah industri membutuhkan suatu rangkaian
layout agar mudah dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 10 pada Salma, Roti, dan Kue
menunjukkan bahwa industri tersebut telah menerapkan penataan layout
yang cukup baik sehingga proses produksi dapat lebih efektif.
2. Salma, Roti, dan Kue merupakan salah satu usaha yang dikembangkan
oleh CV. Hadi Suwarno. Industri ini telah memiliki empat cabang. Salah
satunya berada di jalan Kapten Haryadi Lojajar Sinduharjo Sleman.
B. Saran
1. Sebaiknya tempat untuk praktikum perlu dipersiapkan sebelumnya agar
praktikan nyaman dan acara dapat berjalan lancar.
2. Kegiatan praktikum di dalam kelas lebih difokuskan pada diskusi
kelompok.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2006. Macam dan Jenis Tata Letak / Plant Layout Pabrik Berdasarkan Produk, Proses dan Bahan Baku - Product, Process &
Stationary. Dalam http://organisasi.org/macam-dan-jenis-tata-letak-plantlayout-pabrik-berdasarkan-produk-proses-dan-bahan-baku-product-processstationary. Diakses pada hari Minggu, 7 Maret 2010 pukul 16.31 WIB.
Anonim
2.
2010.
Bab
II
Tinjauan
Pustaka.
http://dspace.widyata-
21
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA II
PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL
Disusun oleh :
Kelompok 6
Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Nika Awalistyaningrum (9118)
2. Esti Rumaningsih
(9127)
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah industri, tentunya tidak akan lepas dari sistem industri
yang meliputi input, proses, serta output. Proses produksi merupakan salah
satu hal yang penting demi kelancaran kegiatan suatu industri. Pada tahap ini
dilakukan penambahan nilai suatu barang input untuk menhasilkan output
produk yang berharga lebih. Hal ini bertujuan agar dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih bagi industri tersebut. Selain itu juga dapat
mengembangkan usahanya supaya dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak
yang berimbas pada penurunan angka pengangguran suatu negara.
Proses produksi ini terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus
dilakukan, yang setiap langkanya melibatkan adanya peralatan yang
digunakan, tempat yang dipakai, waktu yang diperlukan, serta pekerja atau
operatornya. Oleh karena itu setiap langkah dari proses produksi harus perlu
diperhatikan, mengingat berkaitannya dengan operasi yang efektif dan efisien
selama proses produksi, ketersediaan biaya untuk produksi serta waktu yang
dibutuhkan selama proses sangat memperngaruhi biaya yang harus
dikeluarkan industri. Suatu industri perlu merancang peta kerja yang dapat
menggambarkan kegiatan kerja proses produksi secara sistematis. Selain
untuk kepentingan produksi dapat juga sebagai sumber informasi yang
diperlukan untuk memperbaiki suatu tata letak industri secara langsung dan
perbaikan terhadap metode kerja yang erat kaitannya dengan tata letak.
Dengan perbaikan metode kerja, maka diperlukan juga perbaikan tata letak
yang mengikuti adanya perubahan metode kerja. Perbaikan tersebut dilakukan
untuk meminimalkan jarak perpindahan.
Peta kerja digunakan dalam industri untuk menciptakan suatu aliran
produksi yang lancar, mengurangi adanya backtracking, selain itu dapat
memperbaiki suatu metode kerja sehingga dapat digunakan untuk perbaikan
pabrik melalui aliran proses-proses operasi manufacturing komponen yang
23
ada. Peta kerja meliputi Peta Proses Operasi (PPO), Peta Aliran Proses (PAP)
ataupun Diagram Aliran (Bagan Tali).
Mengingat penyusunan peta kerja sangat penting dari suatu industri,
maka dari itu pada praktikum ini diharapkan dapat melakukan evaluasi
terhadap tata letak berdasarkan peta kerja yang dibuat dengan menganalisis
kelebihan serta kekurangan tata letak yang ada sekarang pada industri bakery
yang dijadikan sebagai obyek penelitian.
B. Tujuan Praktikum
1.
Praktikan dapat membuat peta kerja seperti peta proses operasi, peta aliran
proses, diagram aliran (bagan tali) berdasarkan proses produksi yang
terjadi, lengkap dengan data peralatan dan waktu proses.
2.
3.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
25
membantu analisis lebih lanjut, seperti waktu yang diperlukan dan lokasi, dapat
dicantumkan (Muther, 1955).
Peta Proses Operasi (PPO) atau Operation Process Chart (OPC) adalah
salah satu teknik yang paling berguna dalam perencanaan produksi. Kenyataannya
peta ini adalah diagram tentang proses, dan telah digunakan dalam berbagai cara
sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dengan tambahan data lain, peta ini
dapat digunakan sebagai alat manajemen. Beberapa keuntungan dari peta proses
operasi ini adalah sebagai berikut (Apple, 1990):
A. Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan
informasi yang lebih lengkap
B. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen
C. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen
D. Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen
E. Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen
F. Menunjukkan hubungan antar komponen
G. Menunjukkan
panjang
nisbi
dan
lintas
fabrikasi
dan
ruang
yang
dibutuhkannya
H. Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses
I.
J.
26
dari jarak perpindahan. Perbedaan peta aliran proses dan peta proses operasi
adalah (Ratmawati, 2009):
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk
transportasi, menunggu, dan penyimpanan. Sedangkan, pada peta proses
operasi terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Peta aliran proses menganalisis setiap komponen yang diproses secara lebih
lengkap dibanding peta proses operasi. Peta aliran proses tidak bisa
digunakan untuk menggambarkan secara keseluruhan.
Secara lebih terperinci, kegunaan umum dari peta aliran proses adalah
dapat memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses, dapat digunakan
untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang, sebagai alat untuk melakukan
perbaikan-perbaikan metode kerja, serta sebagai alat untuk mempermudah proses
analisis ketidakefisienan pekerjaan (Ratmawati, 2009).
Diagram aliran atau biasa disebut bagan tali adalah alat untuk
menggambarkan aliran unsur pada tata letak daerah tertentu, dengan
menggunakan tali, benang, atau kain, dsb. Diagram ini digunakan untuk
menunjukkan lintasan perpindahan (gerakan) atau perjalanan elemen pada suatu
daerah (Apple, 1990).
Diagram aliran pada dasarnya sama dengan peta aliran proses. Hanya saja
di sini penggambarannya dilakukan di atas gambar layout dari fasilitas kerja.
Tujuan pokok dalam pembuatan flow diagram adalah untuk mengevaluasi
langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih jelas, di samping tentunya bisa
dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan di dalam desain layout
fasilitas produksi yang ada (Wignjosoebroto, 1993).
Diagram aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan
lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas yang berarti pergerakan suatu material atau
orang dari suatu tempat ke tempat berikutnya, dinyatakan oleh garis aliran dalam
diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil pada garis aliran
tersebut. Kegunaan diagram alir, yaitu (Nugroho, 2007):
27
1. Lebih memperjelas suatu Peta Aliran Proses; apalagi jika arah aliran
merupakan faktor yang penting.
2. Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. Model tiga dimensi
merupakan suatu variasi dari Diagram Aliran; yang berguna terutama untuk
menganalisa aliran-aliran baik barang, bahan maupun orang yang terjadi pada
suatu gedung yang bertingkat banyak.
3. Diagram aliran berfungsi melengkapi Peta Aliran Proses, ini berarti
penganalisaan suatu proses kerja akan lebih sempurna apabila kita
mengetahui dimana tempat mesin, tempat kerja, daerah kerja dan kemana saja
arah gerakan dari bahan, perlengkapan atau orang selama proses tersebut
berlangsung
Di samping menampilkan informasi yang disertakan dalam proses operasi,
proses aliran diagram akan menunjukkan: jarak yang ditempuh di masing-masing
transportasi, jumlah waktu dalam penyimpanan, dan delay. Diagram aliran seperti
bagan yang dirancang untuk menunjukkan "rincian penyimpanan, penanganan,
dan memindahkan material antara operasi manufaktur (Immer, 1950).
Peta dari-ke adalah salah satu teknik yang paling baru yang dipergunakan
dalam pekerjaan tata letak dan pemindahan bahan. Biasanya sangat berguna jika
barang yang mengalir pada suatu wilayah berjumlah banyak, seperti misalnya di
bengkel, bengkel mesin umum, kantor atau fasilitas lainnya. Juga berguna jika
keterkaitan terjadi antara beberapa kegiatan dan jika diinginkan adanya
penyusunan kegiatan optimum. Beberapa kegunaan dan keuntungannya adalah
dalam (Apple, 1990):
1. Menganalisis perpindahan bahan
2. Perencanaan pola aliran
3. Penentuan lokasi kegiatan
4. Pembandingan pola aliran atau tata letak pengganti
5. Pengukuran efisiensi pola aliran
6. Perinupaan perpindahan bahan
7. Menunjukkan ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
8. Menunjukkan volume perpindahan antarkegiatan
28
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penggaris biasa
2.
3.
Alat Tulis
4.
Kertas A4
Bahan :
1. Data hasil kunjungan ke Salma, Roti, dan Kue
B. Prosedur Praktikum
1. Pembuatan PPO
Cara untuk membuat PPO :
a. Menulis pada baris teratas Peta Proses Operasi, diikuti informasi lain
seperti nama obyek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor
peta.
b. Menulis bahan yang akan diproses di atas garis horizontal. Jika bahan
lebih dari satu, bahan utama atau bahan yang mengalami operasi
terbanyak digambarkan di bagian paling kanan.
c. Gambar garis menurun, kemudian menunjukkan tanda operasi dan atau
inspeksi yang dialami dengan menggunakan lambang lingkaran atau
bujur sangkar. Di sebelah kanan lambang lingkaran atau bujur sangkar
menuliskan nama operasi/inspeksi, kondisi operasi, mesin yang
digunakan atau stasiun kerja yang melaksanakan operasi/inspeksi. Di
sebelah kiri lambang lingkaran atau bujur sangkar, tuliskan waktu yang
diperlukan.
d. Bahan tambahan yang mengalami operasi/inspeksi digambarkan di
sebelah kiri bahan utama/bahan dengan proses terpanjang.
30
31
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. PPO (Peta Proses Operasi) :
33
34
3. Diagram Alir :
Keterangan :
: tepung terigu
: mentega
: margarin
: telur
: ragi
: resep
: air
: selai coklat
: adonan
35
36
4. Peta Dari-Ke
Maju:
1 x (107+42+59+7+19+38+10+10) = 292
2 x (15)
= 32 +
322
37
KELEBIHAN
Area luas, sudah di-conblock
2 Outlet
3 Ruang
Administr
asi
4 Ruang
Produksi I
5 Gudang
6 Ruang
produksi
II
7 Dapur
8 Kamar
Mandi
9 Kamar
Pencahayaan bagus
Letak strategis dan bersih
KEKURANGAN
Terletak di pinggir jalan,
halaman tanpa pagar,
dikhawatirkan kendaraan dapat
hilang karena tidak ada
penjaga
Roti diletakan pada rak yang
terbuka sehingga memperluas
peluang terjadinya
kontaminasi. Selain itu, pintu
selalu dalam keadaan terbuka
yang dapat membuat debu dan
kotoran masuk
Antara ruang administrasi dan
lorong menuju gudang tidak
bersekat sehingga dapat
menghalangi saat
penggangkutan bahan. Kurang
memperhatikan nilai estetika
Kurang luas sehingga pekerja
terbatas geraknya
B. Pembahasan
Praktikum acara II ini yakni Peta Kerja untuk Evalusi Tata Letak Awal
dilakukan bertujuan untuk membuat peta kerja seperti peta proses operasi, peta
aliran proses, diagram aliran berdasarkan proses produksi yang terjadi,
38
39
pada proses ini terjadi pengamatan yang disebut inspeksi yang berlambang
kotak persegi. Maka dari itu pada peta tergambar lambang lingkaran di dalam
kotak persegi. Pada penimbangan tepung terigu, mentega, margarin, dan ragi,
sebelah kanan lambang menunjukkan proses yakni penimbangan, dan
peralatan yang digunakan yakni timbangan. Sedang sebelah kiri dari lambang
menunjukan waktu yang diperlukan dalam proses tersebut yakni berturut-turut
17, 20, 19, dan 20 detik. Sedangkan untuk telur terjadi proses pemisahan
antara kuning telur dengan putihnya dengan proses manual oleh pekerja
selama 130 detik. Pada tahap penimbangan tepung telur disebut operasi
pertama dan inspeksi pertama, yang diilustrasikan ke dalam lambang berturutturut O-1 dan I-1. Hal ini berlaku juga dengan penimbangan dan pemisahan
bahan lainnya, yang ditulis secara berurutan.
Proses selanjutnya ialah mencampurkan tepung terigu dengan telur,
mentega, margarin, ragi, formula, dan air. Pencampuran ini menggunakan
mesin mixer selama 20 detik yang digambarkan dengan opearsi ke-6 (O-6) dan
inspeksi ke-6 (I-6).
40
lama waktu yang diperlukan. Pada pembuatan roti manis rasa coklat ini
jumlah operasi, inspeksi, dan penyimpanan secara berturut-turut 13, 8, dan 1.
Sedang untuk jumlah waktunya secara berturut-turut ialah 11456 detik. 148
detik, sedangkan waktu penyimpanan tidak diukur karena di luar proses
produksi.
Beberapa keuntungan dan kegunaan dari Operation Process Chart
(OPC) ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi yang lebih lengkap.
2. Menunjukkan operasi yang dilakukan beserta waktu yang diperlukan.
3. Menunjukkan urutan operasi.
4. Menunjukkan hubungan antar komponen
5. Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah operasi.
6. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.
7. Menunjukkan jumlah pekerja atau peralatan yang dibutuhkan.
8. Menunjukkan sifat pola aliran bahan.
9. Mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada bagian lain.
Kelemahan pada peta ini ialah tidak mampu menjelaskan jarak yang
ditempuh suatu operasi satu ke operasi selanjutnya serta belum dapat
menggambarkan dimana operasi dilakukan. Padahal jarak antar proses
mempengaruhi lama suatu operasi. Namun hal ini dapat dijelaskan dengan
peta yang lain, yakni peta aliran proses.
Peta Aliran Proses (PAP) adalah diagram yang menggambarkan
langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan yang digambarkan dalam
bentuk tabel. Pada PAP digambarkan langkah-langkah dari perpindahan suatu
bahan, waktu perpindahan, dan jarak perpindahan. Secara garis besar PAP ini
dapat dibedakan menjadi dua tipe yakni tipe bahan dan tipe orang.
Peta aliran proses yang dibuat merupakan peta aliran proses tipe bahan.
Peta ini menggambarkan kejadian yang dialami bahan (dapat merupakan
salah satu bagian dari produk jadi) dalam suatu proses atau prosedur operasi.
Dengan hanya menggambarkan salah satu komponen dari produk jadi dalam
hal ini tepung terigu, berarti peta ini merupakan salah satu bagian dari peta
41
42
selama 11524 sekon. Apabila dilihat dari rincian data di atas dapat
disimpulkan bahwa operasi menyumbang angka yang paling besar dan
menunjukkan bahwa bahan (tepung terigu) mengalami aliran proses yang
cukup panjang dan kompleks.
Pada dasarnya diagram alir sama persis dengan peta aliran proses.
Akan tetapi, penggambaran dilakukan di atas gambar layout fasilitas kerja.
Diagram alir menggunakan simbol-simbol yang berfungsi menggambarkan
kegiatan yang ada, yaitu lingkaran untuk proses, persegi untuk inspeksi, tanda
panah untuk transportasi, serta segitiga terbalik untuk penyimpanan. Tujuan
penggambaran diagram alir adalah untuk evaluasi langkah-langkah proses
dalam situasi yang lebih jelas. Selain itu, diagram alir dapat dimanfaatkan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam desain layout fasilitas produksi
yang ada.
Aliran bahan pada industri Salma, Roti, dan Kue cukup efektif. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya aliran bahan bolak-balik. Apalagi jika
ditinjau dari area industri yang sempit, letak penyimpanan bahan baku yang
mayoritas hanya dalam gudang saja membuat aliran bahan terfokus pada satu
sumber saja. Bahan-bahan berupa terigu, margarin, mentega, ragi, dan formula
disimpan di gudang lalu masing-masing mengalami inspeksi dan operasi saat
penimbangan. Setelah ditimbang, masing-masing bahan akan dipindah ke
mixer. Sementara itu, telur yang berada di gudang juga dipindah ke dekat
mixer lalu mengalami operasi-inspeksi pemisahan kuning telur. Kuning telur
yang sudah dipisahkan kemudian dipindah ke dalam mixer. Semua bahan
tersebut mengalami operasi berupa mixing atau pencampuran sehingga
menghasilkan adonan. Adonan dipindahkan ke meja lalu ditimbang (operasiinspeksi) kemudian dipindah ke devider untuk dibagi (operasi). Adonan yang
sudah terbagi-bagi lalu diuleni dan dicetak sesuai bentuk yang diinginkan.
Kombinasi adonan tersebut ditambah dengan selai yang diambil dari freezer.
Setelah adonan dibentuk, adonan didiamkan di rak. Proses ini termasuk dalam
operasi. Adonan yang sudah mengembang lalu dioven. Roti yang sudah
matang didiamkan lalu dikemas dan dijual. Pada diagram alir, masing-masing
43
44
45
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
2.
Tata letak Salma Roti dan Kue sudah cukup efektif jika ditinjau dari aliran
bahan. Sebab, tidak aliran bahan yang bolak-balik.
3.
B. Saran
1. Asisten hendaknya lebih membimbing lagi dalam pembuatan peta agar
praktikan dapat mengerjakan secara optimal.
2. Praktikum dibuat lebih menyenangkan dengan suasana yang lebih
kondusif.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Bab II Landasan Teori. Dalam http://www.scribd.com/doc/214
77003/BAB-II. Diakses pada hari Senin, 22 Maret 2010 pukul 9.34 WIB.
Apple, J.M. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit ITB.
Immer, John R. 1950. Layout Planning Techniques. New York: Mc Graw-Hill
Book Company, Inc.
Muther, Richard. 1955. Practical Plant Layout. New York: Mc Graw-Hill Book
Company, Inc.
Nugroho,
Widya
Fitra.
2007.
Perancangan
Fasilitas.
Dalam
http://rekayasafasilitas.blogspot.com/2007/12/perancangan-fasilitas-artikeldisusun.html. Diakses pada hari Senin, 22 Maret 2010 pukul 20.13 WIB.
Ratmawati, Emy Dyah. 2009. Tugas Akhir: Usulan Perbaikan Metode Kerja
Proses Pengemasan Sari Ayu Alas Bedak Cempaka Sari 35 mL. Dalam
http://etd.eprints.ums.ac.id/6237/1/D600000076.pdf . Diakses pada hari
Senin, 22 Maret 2010 pukul 9.39 WIB.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1993. Pengantar Teknik Industri Jilid 1. Jakarta: PT.
Guna Widya.
47
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA III
ROUTE SHEET DAN MUTI PRODUCT PROCESS CHART
Disusun oleh:
Kelompok 10
4. Nika Awalistyaningrum
(9118)
5. Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sebuah industri, terutama yang berbasis bakery tidak akan bisa lepas
dari sistem industri yang meliputi input, proses, serta output. Maka dari itu di
dalam sebuah industri harus mencakup kebutuhan bahan baku, kebutuhan mesin
dan pekerja yang berperan langsung dalam kegiatan produksi. Sejak awal barang
input masuk ke sebuah industri hingga produk dapat dinikmati konsumen, tidak
akan dapat lepas dari peralatan atau mesin serta peran pekerja atau operator. Suatu
pabrik atau industri beroperasi dalam jangka waktu yang lama, jika terjadi
kesalahan dalam penganalisisan serta perencanaan layout, akan menyebabkan
kegiatan produksi berlangsung kurang efektif atau efisien. Maka dari itu
diperlukan perhitungan tiga kebutuhan (bahan baku, mesin dan pekerja) tersebut
agar proses produksi yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan yakni efektif dan
efisien.
Perhitungan untuk mengetahui jumlah mesin atau pekerja dalam suatu
stasiun kerja diperlukan analisis menggunakan atribut analisis. Atribut-atribut ini
sangat membantu untuk melakukan analisis dan perbaikan, serta evaluasi dalam
suatu industri. Perhitungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan Route Sheet
dan Multi product process chart. Route Sheet merupakan tabel yang digunakan
untuk menghitung jumlah mesin atau peralatan yang harus digunakan. Multi
product process chart juga berbentuk tabel namun lebih mengacu pada proses
produksi yang dilalui bahan dan memanfaatkan data jumlah mesin atau tenaga
kerja teoritis dari Route Sheet. Route sheet dan Multi Product Process Chart
memiliki keterkaitan erat dimana pada pembuatan MPPC dibutuhkan data dari
route sheet. Keduanya juga berperan dalam menganalisis pola aliran proses
produksi sehingga dapat diperoleh proses produksi yang efisien dan efektif.
Pada praktikum ini acara 3 ini, bermaksud untuk melakukan perhitungan
jumlah kebutuhan mesin dan sumber daya manusia berdasarkan kapasitas riil
industri yang dijadikan obyek penelitian. Perhitungan menggunakan Route Sheet
49
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat melakukan perhitungan kebutuhan mesin dan sumber daya
manusia berdasarkan kapasitas riil industri.
50
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
51
selama
operator
lain
menggantikan
posisinya
ketika
ia
52
Nomor operasi
2.
Deskripsi
3.
Msn (alat)
4.
5.
Persentase Scrap
6.
Bahan Diminta
7.
Bahan Dipersiapkan
8.
Effisiensi Msn
9.
Kebutuhan mesin
10. Teori
11. Aktual
Sebuah route sheet menunjukkan secara detail mengenai operasi yang
dibutuhkan untuk sebuah bagian dalam sebuah produksi. Hal ini memungkinkan
juga untuk mengatur waktu untuk setiap operasi dari setiap mesin (Anonim1,
2008).
Multi-Product
Process
Chart
(MPPC)
adalah
peta
operasi
yang
53
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat tulis
2.
Penggaris
3.
Kertas A4
4.
5.
6.
Kalkulator
B. Prosedur Praktikum
1. Membuat Route Sheet
a. Membuat tabel yang terdiri dari 10 kolom :
Kolom 1 : nomor operasi (dari PPO)
Kolom 2 : nama operasi
Kolom 3 : nama mesin atau stasiun kerja
Kolom 4 : waktu proses atau waktu baku (menit)
Kolom 5 : kapasitas aktual (menit / produk)
Kolom 6 : efisiensi mesin atau pekerja
Kolom 7 : jumlah scrap (%)
Kolom 8 : jumlah diharapkan
Kolom 9 : jumlah harus disiapkan
Kolom 10 : jumlah mesin atau pekerja teoritis
b. Memasukkan data Route Sheet berdasaran PPO yang telah dibuat
c. Melakukan perhitungan dimulai dari operasi terakhir dan bekerja
mundur ke operasi pertama.
d. Mengisi tabel dengan urutan :
1) Memasukkan data di kolom 1,2,3,4,5,7,8
2) Menghitung efisiensi (kolom 6) menggunakan rumus yang telah
ditentukan.
55
Ti
Pi
60
D. Ei
Ni
Ti
Pi
Ei
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Route sheet
No
O-1
O-2
O-3
O-4
O-5
O-6
O-7
O-8
O-9
O-10
O-11
0-12
O-13
Nama Operasi
Penimbangan
terigu
pemisahan
telur
penimbanagan
margarin
penimbangan
mentega
penimbangan
ragi
pengadukan
penimbangan
adonan
pembagian
adonan
pembentukan
adonan
pengembangan
pengovenan
pendinginan
pengemasan
Nama
Stasiun
Kerja /
Mesin
Waktu
Proses Kapasitas
/
Aktual
Jumlah
Jumlah
(menit/ Efisiensi
Waktu
diharapkan Disiapkan
baku gram) 10- Mesin / Scrap (Ka) x103 (Ks) x103 Mesin
3
(Menit)
Pekerja
(%)
gram
gram
10-3
timbangan 0,283
8,4
1,5
manual
260,04
12
timbangan 0,317
75,6
0,5
0,5
1,8
timbangan 0,333
79,2
0,5
0,5
1,8
timbangan 0,333
mixer
20
330
333,6
1
0,94
0
0
0,12
7,2
0,12
7,2
1,8
118
timbangan 1,2
20,04
7,2
7,2
6,7
devider
10
166,68
0,98
7,2
7,2
57
manual
manual
oven
manual
manual
66
120
15
30
40
1100,04
1
200,4
1
249,96
0,83
500,04
1
666
1
Tabel 1. Route Sheet
0
0
0
0
0
7,2
7,2
7,2
7,2
7,2
7,2
7,2
7,2
7,2
7,2
367
0
100
0
222
2,167
57
Perhitungan
1. Efisiensi Mesin/ Pekerja
Alat timbangan dan pekerja mempunyai efisinsi 100 % atau 1 karena
tidak membutuhkan downtime dan setup time terlebih dahulu.
a.
58
E6 = 0,94
b.
E8 = 0,98
c.
E11 = 0,83
2. Scrap yang dihasilkan dari setiap proses adalah 0 % nilai Ka (jumlah
yang diharapkan) sama dengan Ks (jumlah yang disiapkan)
3. Kapasitas Aktual (Ti)
O-1
Penimbangan terigu
O-2
Pemisahan telur
O-3
Penimbangan margarin
59
O-4
Penimbangan mentega
O-5
Penimbangan ragi
O-6
Pengadukan
O-7
Penimbangan adonan
O-8
Pembagian adonan
O-9
Pembentukan adonan
O-10
Pengembangan
O-11
Pengovenan
O-12
Pendinginan
60
O-13
Pengemasan
Penimbangan terigu
= 0,0015
O-2
N1 =
Pemisahan telur
= 0,012
O-3
N2 =
Penimbangan margarin
N3 =
= 0,0018
O-4
Penimbangan mentega
O-5
N4 =
Penimbangan ragi
= 0,0018
O-6
N5 =
Pengadukan
N6 =
= 0,00118
O-7
Penimbangan adonan
O-8
N7 =
Pembagian adonan
= 0,0018
N8 =
O-9
Pembentukan adonan
O-10
N9 =
Pengembangan
= 0,0067
= 0,057
= 0,367
Pengovenan
N11 =
O-12
= 0,1
Pendinginan
61
Pengemasan
N13 =
= 0,222
62
B. Pembahasan
Route Sheet merupakan tabel yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mesin atau pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan berdasarkan
kapasitas riil industri. Route Sheet ini dibuat berdasarkan pada jumlah dan
volume produksi. Selain itu, terdapat scrap atau bahan sisa yang dihasilkan
pada proses produksi mempengaruhi jumlah mesin yang digunakan. Data
dan informasi yang berkaitan dengan proses atau operasi yang berlangsung
harus dituliskan dalam Route Sheet memberikan informasi rinci berkenaan
dengan proses, baik operasi maupun inspeksi yang diperlukan untuk
produksi. Lembar rute menunjukkan operasi dan rute yang dibutuhkan dari
bagian secara individu. Setiap operasi mesin atau tenaga kerja didaftar
dengan peralatan yang dibutuhkan. Waktu produksi pada setiap operasi juga
dicantumkan.
Route Sheet ini dibuat untuk memperlancar dan mempermudah
jalannya proses produksi yang ada. Beberapa manfaat dari Route Sheet
adalah:
1.
Sebagai pedoman alur kerja secara lengkap yang meliputi jumlah mesin
dan peralatan produksi yang dibutuhkan serta jumlah komponen yang
harus disiapkan untuk memperoleh jumlah produk seperti yang
diharapkan
2.
3.
4.
63
Perhitungan pada Route Sheet ini dilakukan dimulai dari bawah, agar lebih
memudahkan dalam pengerjakannya. Urutan pembuatan Route Sheet pada
pembuatan roti ini ialah sebagai berikut:
Pembuatan table Route Sheet yang terdiri dari 10 kolom.
1. Nomor operasi, yang berfungsi sebagai urutan operasi yang dilakukan
dalam pembuatan roti manis rasa coklat. Pada penomoran ini harus
disesuaikan dengan penomoran urutan operasi pada Peta Proses Operasi
(PPO) maupun PAP. PPO pembuatan roti manis rasa coklat ini terdapat
tiga belas operasi. Selain itu penulisannya pun harus sesuai dengan PPO,
missal O-1, O-2, O-3, dan seterusnya.
2. Nama operasi, menunjukkan operasi apa yang dilakukan untuk membuat
roti manis rasa coklat. Operasi yang ditulis harus urut dan sesuai dengan
PPO. Pada pengisian nama operasi, untuk mempermudah, sebaiknya
pengisian dilakukan mulai operasi yang dilakukan paling akhir. Pada
pembuatan roti manis rasa coklat, teridentifikasi terdapat tiga belas
operasi. Operasi tersebut antara lain:
a.
b.
Pemisahan telur
c.
Penimbangan mentega
d.
Penimbangan margarin
e.
Penimbangan ragi
f.
g.
Penimbangan adonan
h.
i.
j.
Pengembangan adonan
k.
Pengovenan adonan
l.
Pendinginan roti
m. Pengemasan roti
3. Nama stasiun kerja/mesin, menunjukkan stasiun kerja tempat operasi
terkait yang digunakan.
64
mesin,
menunjukkan
kinerja
mesin.
Nilai
efisiensi
E = 1
E =1
Dt + St
D
Keterangan :
D
Dt
St
yaitu mesin mixer, devider, dan oven. Selain itu, terdapat tujuh pekerja
pada saat pengamatan pembuatan roti manis rasa coklat, terutama pada
65
Ks = Ka / (1-% scrap)
Ti Pi
60 D.Ei
66
Hasil perhitungan pada Ni ini berupa angka yang tidak bulat atau
berupa angka desimal. Misal, untuk stasiun kerja penimbangan adonan,
nilai Ni sebesar 0,0067. Padahal tidak ada jumlah mesin yang berjumlah
desimal. Namun pada kolom 10 ini tetap mencantumkan angka tersebut.
Langkah selanjutnya ialah pembuatan Multi Product Process Chart
(MPPC). Pada MPPC menunjukkan keterkaitan produksi antara produk,
bahan, bagian, pekerjaan atau kegiatannya. Pada pembuatan MPPC,akan
diperoleh gambaran mengenai layout mesin atau fasilitas produksi yang
seharusnya dirancang atau digunakan. Berdasarkan peta tersebut maka akan
didapat dua hal yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam
perancangan layout antara lain aliran balik (back tracking) dan
pengelompokan pola aliran (flow pattern).
Pembuatan MPPC pembuatan roti manis rasa coklat ialah sebagai
berikut.
1. Pada sisi kiri kertas ditulis daftar kegiatan yang harus dilalui bahan.
Daftar proses untuk membuat roti ialah sebagai berikut.
a. Penimbangan
b. Pemisahan
c. Pengadukan
d. Penimbangan adonan
e. Pembagian
f. Pencetakkan atau pembentukan
g. Pengembangan
h. Pengovenan
i. Pendinginan
j. Pengemasan
2. Sepanjang baris atas ditulis komponen bahan yang digunakan. Bahanbahan yang digunakan ditulis secara berurutan dari kiri ke kanan yaitu
tepung terigu, telur, margarin, mentega, ragi, formula, air, dan selai
coklat.
67
lingkaran.
Setiap
lingkaran
dalam
satu
kolom
68
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perhitungan Route Sheet dan Multi Process Product Chart, data yang
membutuhkan adalah waktu operasi, scrap, dan volume produksi yang
diharapkan. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa hanya diperlukan satu
mesin atau pekerja untuk setiap stasiun kerja. Namun, dalam kenyataanya
masih dipekerjakan lebih dari satu orang dalam stasiun pembentukan adonan.
B. Saran
Persepsi antara asisten mengenai materi praktikum sebaiknya
disamakan sehingga jawaban valid dan tidak simpang siur.
70
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2008. Perencanaan Kerja. Dalam http://www.perencanaankerja.blogspot.com. Diakses pada hari Rabu tanggal 31 Maret 2010 pukul
19.50 WIB.
Anonim2. 2010. Multi Product Process Chart. Dalam http://shefaa.ngeblogs.com
/2010/03/16/multi-product-process-chart/. Diakses pada hari Rabu tanggal
31 Maret 2010 pukul 20.03 WIB.
Ardliansyah, Rifqi dan Ach Januar J. Pratama. 2009. TI4101-Perancangan Tata
Letak Pabrik: Laporan Tugas Modul 2. Dalam http://s3.amazonaws.com/
ppt-download/laporanmodul2k98-091008011250-phpapp02.pdf?Signatu
re=0K6iBz5pzLO2T%2FmSLMd0aGInApE%3D&Expires=1270040093
&AWSAccessKeyId=AKIAJLJT267DEGKZDHEQ. Diakses pada hari
Rabu tanggal 31 Maret 2010 pukul 19.52 WIB.
Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga.
Bandung: Penerbit ITB.
Eary, D.F. and G.E. Johnson. 1962. Process Engineering For Manufacturing.
New York: Prentice-Hall, Inc.
Immer, John R. 1950. Layout Planning Technique. New York: McGraw-Hill
Book Company, Inc.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya: Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.
71
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA IV
KEBUTUHAN RUANG DAN LUAS LANTAI
Disusun oleh:
Kelompok 10
1.Nika Awalistyaningrum
(9118)
2.Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pabrikisasi suatu bahan merupakan suatu proses yang diberlakukan
terhadap bahan mentah menjadi sebuah produk jadi yang bernilai tambah.
Proses ini harus berlangsung pada tempat yang memadai yakni pabrik. Pabrik
itu sendiri merupakan tempat berkumpulnya faktor-faktor prouduksi seperti
manusia, mesin, dan peralatan produksi material, energi, uang, informasi, dan
sumber daya alam lainya. Faktor-faktor produksi tersebut dikelola bersama
dalam sistem produksi agar diperoleh produk secara efektif, efisien, dan aman.
Tata letak suatu pabrik merupakan sebuah teknik cara menempatkan atau
mengalokasian berbagai faktor produksi tersebut secara optimal dan efisien.
Tata letak merupakan fasilitas fisik atau konfigurasi departemen, work center,
dan peralatan dalam proses konversi untuk mengoptimumkan hubungan antara
petugas pelaksana, aliran bahan, aliran informasi, dan tata cara untuk
mencapai tujuan.
Tata letak yang baik merupakan tata letak yang dapat menciptakan
efisiensi serta efektivitas kegiatan produksi serta menjaga kelangsungan hidup
atau keberhasilan suatu perusahaan. Salah satu manfaat dari tata letak ialah
dapat mengetahui kebutuhan ruangan dan luas lantai yang dibutuhkan untuk
mengelola semua faktor produksi. Kebutuhan akan luas lantai ini
berkewajiban untuk dapat memuat semua ruangan yang diperlukan oleh setiap
kegitan dan fungsi pabrik. Maka dari itu pada tahap perencanaan luas lantai ini
dibutuhkan banyak perhatian penuh, agar luas lantai yang dibuat tidak
kelonggaran atau kesempitan. Hal ini akan berpengaruh pada biaya produksi,
investasi serta keberlangsungan perusahaan yang selanjutnya dapat berimbas
pada keuntungan atau kerugian yang didapat. Selain itu, penentuan luas lantai
cukup berperan dalam investasi jangka panjang yang menyangkut hidupnya
industri tersebut dan pengoptimalan berlangsungnya proses produksi.
73
B. Tujuan Praktikum
1.
2.
74
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
75
luasan area untuk fasilitas produksi akan dapat diprediksi sehingga luas area yang
diperlukan ini masih harus dilihat kemungkinannya dengan memperhitungkan
luasan area yang tersedia (Wignjosoebroto, 1996).
Luas lantai produksi digunakan untuk mengetahui luas lahan yang akan
digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik dan perusahaan yang akan
didirikan. Perhitungan luas lantai ini dimulai dari luas kebutuhan lahan produksi
sampai perkantoran dengan memperhatikan segala fasilitas pendukungnya. Dalam
melakukan perencanaan tata letak fasilitas pabrik dan pemindahan bahan,
dibutuhkan beberapa kebutuhan luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik yang
akan didirikan, serta fasilitas-fasilitas pendukung lain. Dengan demikian perlu
dihitung berapa luas lahan yang disiapkan, terutama untuk kegiatan produksi.
Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan,
mesin, atau peralatan yang digunakan dan barang jadi yang dihasilkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka didapatkan luas lantai receiving model tumpukan
dan rak, luas lantai fabrikasi dan assembling, serta luas lantai shipping.
Untuk menghitung kebutuhan luas lantai ini, melibatkan pula masalah yang
berkaitan dengan kegiatan lain yang akan mempengaruhi terhadap luas lantai
yaitu alat angkut, cara pengangkutan, cara penyimpanan, dan aliran bahan (Dody,
2009).
Harus selalu diingat bahwa ruang disediakan bukan hanya untuk satu
peralatan, tetapi juga untuk operator, bahan yang akan dikerjakan; pekerjaan yang
telah selesai; peralatan penunjang seperti meja, corong pengisi peluncur,
petikemas, peralatan pemeriksaan, perkakas dan rak untuk cetak biru, ruang untuk
perawatan dan ruang atau lorong ke alat-alat keselamatan, untuk pemakaian
darurat. Sehingga, ruang harus disisakan untuk menggerakkan peralatan karena
perubahan tataletak. Hal ini terutama menjadi persoalan, jika tiang, tembok, poros
elevator dan lain sebagainya terlibat (Apple, 1990).
Perhatian juga harus diberikan terhadap alternatif-alternatif transportasi.
Yaitu bahwasanya rekayasawan jangan sangat bergantung pada fasilitas
transportasi yang telah ada karena mungkin saja akan lebih ekonomis jika
direncanakan fasilitas transportasi tambahan atau beberapa alternatif sarana
76
77
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Prosedur Praktikum
1. Untuk perhitungan luas lantai produksi, membuat tabel yang memuat:
Kolom 1
Kolom 2
: Nama mesin
Kolom 3
: Jumlah mesin
Kolom 4
: Panjang mesin ( m )
Kolom 5
: Lebar mesin ( m )
Kolom 6
Kolom 7
Kolom 8
Kolom 9
Kolom 10
: Luas i mesin ( m2 )
Kolom 11
2. Lalu isi tabel pada langkah pertama. Pada kolom 1, 2, 3, 4, dan 5 diisi
sesuai dengan kenyataan atau data yang ada. Pada kolom 6 kebutuhan luas
satu mesin dengan mengkalikan kolom 4 dengan kolom 5. Kolom 7
kelonggaran untuk bahan setengah jadi. Kolom 8 kelonggaran untuk
operator dengan 1 m kali panjang mesin. Kolom 10 penjumlahan kolom 6,
7, 8, dan 9. Kolom 11 dengan menkalikan kolom 3 dengan kolom 10.
78
Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
Kolom 7
Kolom 8
Kolom 9
Kolom 10
: Luas tumpukan ( m2 )
Kolom 11
: Kelonggaran ( m2 )
Kolom 12
4. Lalu isi tabel tersebut (langkah 3). Pada kolom 1, 2, 3, 5 dan 7 diisi dengan
data yang ada. Pada kolom 4 dengan mengkalikan kolom 2 dengan kolom
3. Kolom 6 merupakan pembagian antara kolom 4 dengan kolom 5.
Kolom 8, ketinggian maksimal jika bahan ditumpuk dibagi dengan tinggi
kemasan bahan dari kolom 7. Kolom 9 pembagian antara kolom 6 dengan
kolom 8. Kolom 10 perkalian luas dari kolom 7 dan kolom 9. Pada kolom
12 merupakan total penjumlahan antara kolom 10 dan 11.
5. Selanjutnya dibuat tabel luas lantai untuk fasilitas, yang memuat:
a. Kolom 1
: Nama ruang
b. Kolom 2
c. Kolom 3
: Luas (m2)
d. Kolom 4
: Kelonggaran
e. Kolom 5
f. Kolom 6
: Jumlah ruang
g. Kolom 7
: Luas lantai
6. Pengisian tabel langkah 5, yakni kolom 1 dan 2 diisi sesuai dengan data
yang ada. Kolom 3 yakni dengan mengkalikan panjang maupun lebar yang
terdapat pada kolom 2. Pada kolom 5, penjumlahan antara luas (kolom 3)
79
80
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
LUAS LANTAI FASILITAS
Nama
Dimensi
Luas
Ruang
(m)
(m2)
nggaran
ruang
(m2)
Outlet
8,04
6,08 48,8832
Area parkir
Lorong 1
4,69
Lorong 2
5,76
Ruang
Luas
Lantai
(m2)
48,8832
48,8832
5,77
58,3924
52,6224
4,69
4,69
4,69
1,6
9,216
9,216
9,216
5,38
3,3
17,754
17,754
17,754
Kamar
2,5
7,5
7,5
7,5
Dapur
6,49
2,5
17,35
17,35
17,35
Kamar
1,5
1,25
1,875
1,875
3,75
Administrasi
mandi
81
Nama
Jml
Dimensi Mesin
Luas 1
Mesin
Mesin
(m)
Mesin
(m2)
Kelonggaran (m2)
Bahan
Luas+
Total Luas 1
Kelonggaran
SK (m2)
Operator
Transport
(m2)
jadi
1
10
11
Penimbangan I
timbangan
0,6
0,6
0,36
0,25
0,3
0,6
1,51
1,51
Pengadukan
mixer
0,8
0,79
0,632
0,4
0,8
1,812
3,624
Penimbangan II dan
Meja
1,5
0,85
1,275
1,5
5,775
11,55
Pembagian Adonan
Devider
0,8
0,59
0,472
0,4
0,8
1,672
1,672
Pengembangan
Rak
1,2
0,5
0,6
0,6
1,2
2,4
4,8
Pengovenan
Oven
2,8
0,97
2,1716
2,8
2,8
8,316
8,316
Pendinginan dan
Rak
1,2
0,5
0,6
0,6
1,2
2,4
4,8
Pembentukan
adonan
pengemasan
82
Kebutuh
Periode
Jumlah
Berat 1
Bahan
Dimensi
Jumlah
Bahan
-an per
simpan
bahan
kemasan
disim-
kemasan p*l*t
Kemasan
hari
per hari
disimpan
(Kg)
1
Jumlah
Luas
tumpukan Tumpukan
pan 1
dalam 1
dalam
periode
tumpukan
ruang
Kelonggar-
Total
an (m2)
luas
(m2)
(m2)
10
11
12
10
70
25
0,12x0,12x0,5
0,0144
0,036
0,0504
21
7,5
0,285x0,4x0,227
0,342
0,085
0,4275
Margarin
1,25
10
12,5
12,5
0,285x0,4x0,227
0,114
0,085
0,1995
Mentega
1,25
10
12,5
12,5
0,285x0,4x0,227
0,114
0,085
0,1995
Ragi
0,3
10
0,285x0,4x0,227
0,114
0,085
0,1995
Formula
21
15
0,285x0,4x0,227
0,114
0,085
0,1995
Selai
14
42
10
0,25x0,25x0,25
0,1875
0,075
0,2625
Tepung
terigu
Telur
coklat
83
Perhitungan
1. Perhitungan Luas Lantai fasilitas
1. Outlet
Luas
=pxl
= 8,04 x 6,08
= 48,8832 m2
Kelonggaran
= 0 m2
Luas + Kelonggaran= 48,8832 m2 + 0 m2 = 48,8832 m2
jumlah ruangan
=1
Luas Lantai
= 1 x 48,8832 m2 = 48,8832 m2
2. Area parkir
Luas
=pxl
= 11,54 x 4,56
= 52,6224 m2
Kelonggaran
= 5,77 m2
Luas + Kelonggaran= 52,6224 m2 + 0 m2 = 58,3924 m2
jumlah ruangan
=1
Luas Lantai
= 1 x 52,6224 m2 = 58,3924 m2
3. Lorong I
Luas
=pxl
= 4,69 x 1
= 4,69 m2
Kelonggaran
= 0 m2
Luas + Kelonggaran= 4,69 m2+ 0 m2 = 4,69 m2
jumlah ruangan
=1
Luas Lantai
= 1 x 4,69 m2= 4,69 m2
4. Lorong II
Luas
=pxl
= 5,76 x 1,6
= 9,216 m2
Kelonggaran
= 0 m2
Luas + Kelonggaran= 9,216 m2 + 0 m2 = 9,216 m2
jumlah ruangan
=1
Luas Lantai
= 1 x 9,216 m2 = 9,216 m2
5. Ruang administrasi
Luas
=pxl
= 5,38 x 3,3
= 17,754 m2
Kelonggaran
= 0 m2
Luas + Kelonggaran= 17,754 m2 + 0 m2 = 17,754 m2
84
jumlah ruangan
Luas Lantai
6. Kamar
Luas
=1
= 1 x 17,754 m2 = 17,754 m2
Kelonggaran
Luas + Kelonggaran
jumlah ruangan
Luas Lantai
7. Dapur
Luas
Kelonggaran
Luas + Kelonggaran
jumlah ruangan
Luas Lantai
8. Kamar Mandi
Luas
Kelonggaran
Luas + Kelonggaran
jumlah ruangan
Luas Lantai
=pxl
= 3 x 2,5
= 7,5 m2
= 0 m2
= 7,5 m2 + 0 m2 = 7,5 m2
=1
= 1 x 48,8832 m2 = 7,5 m2
=pxl
= 6,49 x 2,5
= 17,35 m2
= 0 m2
= 17,35 m2 + 0 m2 = 17,35 m2
=1
= 1 x 17,35 m2 = 17,35 m2
=pxl
= 1,5 x 1,25
= 1,875 m2
= 0 m2
= 1,875 m2 + 0 m2 = 1,875 m2
=2
= 2 x 1,875 m2 = 3,75 m2
= 2 (mixer)
85
Dimensi
Luas 1 mesin
Kelonggaran
bahan setengah jadi
operator
Transport
Luas + kelonggaran
Total luas I SK
= 0,8 m x 0,79 m
=pxl
= 0,8 m x 0,79 m
= 0,632 m2
= 0 m2
= 0,4 m2
= 0,8 m2
= 0,632 m2 +{0 m2 + 0,4 m2 + 0,8 m2 }
= 1,812 m2
= 3,624 m2
Kelonggaran
bahan setengah jadi
operator
Transport
Luas + kelonggaran
Total luas I SK
e. Pengembangan
Jumlah mesin
Dimensi
Luas 1 mesin
=1
= 0,8 m x 0,59 m
=pxl
= 0,8 m x 0,59 m
= 0,472 m2
= 0 m2
= 0,4 m2
= 0,8 m2
= 0,472 m2 +{0 m2 + 0,4 m2 + 0,8 m2 }
= 1,672 m2
= 1,672 m2
=2
= 1,2 m x 0,5 m
=pxl
= 1,2 m x 0,5 m
86
= 0,6 m2
Kelonggaran
bahan setengah jadi
operator
Transport
Luas + kelonggaran
Total luas I SK
f. Pengovenan
Jumlah mesin
Dimensi
Luas 1 mesin
Kelonggaran
bahan setengah jadi
operator
Transport
Luas + kelonggaran
Total luas I SK
= 0 m2
= 0,6 m2
= 1,2 m2
= 0,6 m2 +{0 m2 + 0,6 m2 + 1,2 m2 }
= 2,4 m2
= 4,8 m2
=1
= 2,8 m x 0,97 m
=pxl
= 2,8 m x 0,97 m
= 2,1716 m2
= 0 m2
= 0,28 m2
= 0,28 m2
= 0,36 m2 +{0 m2 + 0,28 m2 + 0,28 m2 }
= 8,316 m2
= 8,316 m2
87
= 70:25 = 2,8 = 3
=pxlxt
= 0,12 m x 0,12 m x 0,5 m
Jumlah kemasan dalam satu tumpukan = 3
Jumlah tumpukan dalam ruang= Bahan disimpan 1 periode: Jumlah
kemasan dalam satu tumpukan
= 3:3 = 1
Luas tumpukan
= 0,0144 m2
Kelonggaran
= 0,036 m2
Total Luas
= 0,0504 m2
Dimensi kemasan
b. Telur
Kebutuhan per hari
Periode simpan
Jumlah bahan disimpan
=3
=7
= Kebutuhan per hari x Periode simpan
= 21
Berat satu kemasan
= 7,5
Bahan disimpan 1 periode = Jumlah bahan disimpan : Berat satu
kemasan
= 21:7,5 = 2,8 = 3
Dimensi kemasan
=pxlxt
= 0,285 m x 0,4 m x 0,227 m
Jumlah kemasan dalam satu tumpukan = 1
Jumlah tumpukan dalam ruang= Bahan disimpan 1 periode: Jumlah
kemasan dalam satu tumpukan
= 3:1 = 3
Luas tumpukan
= 0,342 m2
Kelonggaran
= 0,085 m2
Total Luas
= 0,4275 m2
c. Margarin
Kebutuhan per hari
Periode simpan
Jumlah bahan disimpan
= 1,25
= 10
= Kebutuhan per hari x Periode simpan
= 1,25 x 10 = 12,5
Berat satu kemasan
= 12,5
Bahan disimpan 1 periode = Jumlah bahan disimpan : Berat satu
kemasan
= 12,5 : 12,5 = 1
Dimensi kemasan
=pxlxt
= 0,285 m x 0,4 m x 0,227 m
Jumlah kemasan dalam satu tumpukan = 1
jumlah tumpukan dalam ruang= Bahan disimpan 1 periode: Jumlah
kemasan dalam satu tumpukan
= 1:1 = 1
Luas tumpukan
= 0,144 m2
88
Kelonggaran
Total Luas
d. Mentega
Kebutuhan per hari
Periode simpan
Jumlah bahan disimpan
= 0,085 m2
= 0,1995 m2
= 1,25
= 10
= Kebutuhan per hari x Periode simpan
= 1,25 x 10 = 1,25
Berat satu kemasan
= 1,25
Bahan disimpan 1 periode = Jumlah bahan disimpan : Berat satu
kemasan
=1,25:1,25 = 1
Dimensi kemasan
=pxlxt
= 0,285 m x 0,4 m x 0,227 m
Jumlah kemasan dalam satu tumpukan= 1
jumlah tumpukan dalam ruang= Bahan disimpan 1 periode: Jumlah
kemasan dalam satu tumpukan
1
Luas tumpukan
= 0,144 m2
Kelonggaran
= 0,085 m2
Total Luas
= 0,1995 m2
e. Ragi
Kebutuhan per hari
Periode simpan
Jumlah bahan disimpan
= 0,3
= 10
= Kebutuhan per hari x Periode simpan
= 0,3 x 10 = 3
Berat satu kemasan
=6
Bahan disimpan 1 periode = Jumlah bahan disimpan : Berat satu
kemasan
= 3:6 = 0,5 = 1
Dimensi kemasan
=pxlxt
= 0,285 m x 0,4 m x 0,227 m
Jumlah kemasan dalam satu tumpukan = 1
jumlah tumpukan dalam ruang= Bahan disimpan 1 periode: Jumlah
kemasan dalam satu tumpukan
=1
Luas tumpukan
= 0,144 m2
Kelonggaran
= 0,085 m2
Total Luas
= 0,1995 m2
f. Formula
Kebutuhan per hari = 3
Periode simpan
Jumlah bahan disimpan
Berat satu kemasan
=7
= Kebutuhan per hari x Periode simpan
= 3 x 7 = 21
= 15
89
=3
= 14
= Kebutuhan per hari x Periode simpan
= 3 x 14= 42
Berat satu kemasan
= 10
Bahan disimpan 1 periode = Jumlah bahan disimpan : Berat satu
kemasan = 42:10 = 4,2 = 5
Dimensi kemasan
=pxlxt
= 0,25 m x 0,25 m x 0,25 m
Jumlah kemasan dalam satu tumpukan= 2
jumlah tumpukan dalam ruang= Bahan disimpan 1 periode: Jumlah
kemasan dalam satu tumpukan
= 5:2 = 3
Luas tumpukan
= 0,1875 m2
Kelonggaran
= 0,075 m2
Total Luas
= 0,2625 m2
90
B. Pembahasan
Praktikum acara 4 ini berjudul Kebutuhan Ruang dan Luas Lantai.
Kebutuhan ruang dan luas lantai sangat berpengaruh terhadap tata letak
suatu industri. Sebab, secara garis besar, tata letak pabrik merupakan
penempatan dan pengaturan dari bermacam-macam fasilitas produksi yang
ada Pengaturan ruangan disini berkaitan erat dengan luas area yang
dibutuhkan untuk mesin atau peralatan produksi, penempatan material,
keleluasaan operator untuk bergerak, dan lain-lain aktivitas. Kebutuhan
untuk luas area ini harus dipertimbangkan untuk seluruh aktivitas yang ada
didalam pabrik dan untuk paling tidak ada tiga macam area yang harus
diberikan, yaitu : area yang diperlukan untuk operasi dari mesin dan
peralatan yang ada, area yang diperlukan untuk penyimpanan bahan baku
atau benda jadi yang telah selesai dikerjakan, serta area yang diperlukan
untuk fasilitas-fasilitas servis.
Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan luas lantai ruang
produksi, luas lantai gudang bahan baku dan luas lantai barang jadi, dan luas
kebutuhan lantai untuk fasilitas. Perhitungan luas lantai ruang produksi, luas
lantai yang dibutuhkan untuk mesin dihitung dengan menggunakan dimensi
panjang dan lebar mesin. Kelonggaran bahan setengah jadi tidak dihitung.
Hal ini dikarenakan bahan setengah jadi diletakkan di meja atau mesin
sehingga tidak memerlukan luas khusus. Untuk kelonggaran operator dan
transport dihitung dari dimensi terpanjang mesin. Total luas pada suatu
stasiun kerja dihitung dari jumlah luas 1 mesin dan kelonggaran mesin
tersebut dikalikan dengan jumlah mesin yng terdapat pada stasiun kerja
tersebut. Total luas stasiun kerja pada stasiun kerja penimbangan I = 1,51
m2, pengadukan = 3,624 m2, penimbangan II dan pembentukan adonan =
11,55 m2, pembagian adonan = 1,672 m2, pengembangan = 4,8 m2,
pengovenan = 8,316 m2, dan pendinginan dan pengemasan = 4,8 m2. Jadi
total luas lantai untuk ruang produksi adalah 36,272 m2. Sedangkan pada
91
dengan jumlah
92
dengan alokasi luas yang ada. Total luas untuk ruang fasilitas yang tersedia
adalah seluas 174,8154 m2. Dengan kata lain terdapat selisih antara luas
yang ada dengan luas yang diperlukan seluas 13,0498 m2.
Apabila dibandingkan antara hasil perhitungan di atas dengan
kenyataan yang ada sekarang di industri ini, ternyata luas industri sekarang
yakni 243,7248 m2 jauh lebih luas dari luas industri yang diperlukan yakni
199,576 m2. Dengan demikian, sebenarnya tata letak industri dapat
diefisienkan. Akan tetapi dari sisi lain, luas industri yang ada sekarang
merupakan bentuk investasi di masa yang akan datang. Ketersedian ruangan
yang luas dalam industi atau perbedaan antara kebutuhan dan kenyataan ini
mempunyai dampak positif dalam hal tingkat keluwesan atau fleksibilitas
yang sangat tinggi dalam proses ekspansi atau perbesaran skala industri.
Ruangan-ruangan ini diharapkan dapat tetap dipergunakan untuk proses
produksi dengan kapasitas yang lebih besar sehingga tidak perlu untuk
melakukan renovasi ataupun pendirian bangunan baru. Namun, di sisi lain
hal ini pun memberikan dampak negatif yaitu pemborosan biaya berupa
tempat maupun ketidakefektifan dalam pemindahan bahan.
Perhitungan kebutuhan luas lantai bermanfaat untuk mengetahui
berapa meter luas lantai yang diperlukan untuk menempatkan sejumlah
mesin dan peralatan yang digunakan, sehingga dengan luasan yang ada
tersebut dapat diatur suatu tata letak pabrik yang optimal sesuai jumlah
mesin dan ukuran mesin dengan memberikan kelonggaran tertentu.
Sedangkan, perhitungan luas lantai bertujuan untuk mengetahui luas lahan
yang akan digunakan dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik.
Perhitungan luas lantai ini didasarkan pada bahan baku yang akan disiapkan,
mesin atau peralatan yang digunakan, barang jadi yang dihasilkan, fasilitas
penunjang. Beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam penentuan luas
lantai diantaranya alat angkut, cara pengangkutan, cara penyimpanan bahan
baku, aliran bahan, dan allowance.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penentuan luas lantai ini diperlukan untuk mengetahui kebutuhan luas
lantai sebenarnya serta digunakan sebagai alat evaluasi dengan
pertimbangan data : kebutuhan bahan per hari, kapasitas produksi per hari,
dimensi mesin yang digunakan, operator dan tenaga manual yang ada,
jumlah bahan yang disimpan per periode simpannya, dan luas ruangan
sebenarnya.
2. Total luas lantai yang dibutuhkan untuk ruang produksi = 81,58 m2.
Total luas lantai yang dibutuhkan untuk gudang bahan baku = 37,78 m2.
Total luas lantai yang dibutuhkan untuk gudang barang jadi = 3,34 m2.
Total luas lantai yang dibutuhkan untuk fasilitas penunjang = 203,12 m2.
B. Saran
1. Sebaiknya
pendampingan
asisten
dalam
acara
praktikum
lebih
94
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J.M. 1990. Plant Layout and Material Handling. New York: John Wiley
and Sons Inc.
Astika.
2010.
Dalam
http://webcache.googleusercontent.com/search?q
=cache:GheEFR80sWoJ:astika.student.umm.ac.id/2010/01/30/perencanaa
n-tata-letak-suatu-perusahaan/+layout+template+ruangan+industri+adalah
&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id. Diakses pada hari Kamis
tanggal 13 Mei 2010 pukul 10.24 WIB.
Dody.
2009.
Bab
II
Luas
Lantai
Produksi.
Dalam
http://dodydoank.blogspot.com/2009/04/luas-lantai-produksi.html.
Diakses pada hari Rabu 21 April 2010 pukul 20.25 WIB
95
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA V
PETA KETERKAITAN KEGIATAN
(UNTUK INDUSTRI DAN RUANG PRODUKSI)
Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Nika Awalistyaningrum
(9118)
2. Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri merupakan sebuah wadah berkumpulnya faktor-faktor
produksi. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menghasilkan sebuah
produk yang bernilai tambah. Pada industri, termasuk industri pertanian,
faktor-faktor tersebut dikelola dengan melibatkan banyak kegiatan di
dalamnya. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa kegiatan produksi, perangkaian,
penyimpanan, perkantoran, serta kegiatan dengan fasilitas penunjang lain.
Kegiatan-kegiatan ini saling berhubungan dan berinteraksi satu sama
lain. Sehingga hubungan antara kegitan satu dengan kegiatan lain menjadi hal
yang penting diperhatikan pada saat perencanaan pembuatan layout pabrik.
Hal ini ini dikarenakan jika hubungan antar kegiatan dapat berlangsung
secara lancar, dapat digunakan untuk mendukung suatu pekerjaan agar lebih
efektif dan efisien dalam hal energi, biaya, atau pun waktu. Jika hal tersebut
dapat dilakukan atau diciptakan, maka diharapkan produktifitas meningkat
yang dapat memberikan keuntungan atau profit meningkat pula bagi industri.
Salah satu metode atau teknik yang dapat digunakan untuk
menganalisis serta dapat menunjukkan hubungan keterkaitan suatu kegiatan
dengan kegiatan lain ialah Peta Keterkaitan kegiatan (Activity Relationship
Chart). Peta Keterkaitan Kegiatan merupakan atribut yang dapat digunakan
untuk menggambarkan hubungan dari seluruh kegiatan yang ada, yang
dilengkapi dengan informasi mengenai perlu tidaknya setiap kegiatan yang
ada saling berdekatan. Pada praktikum ini, dilakukan analisis hubungan
keterkaitan
kegiatan-kegiatan
dalam
industri Salma
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat menunjukkan keeratan keterkaitan antarkegiatan yang
memerlukan ruangan dalam industri.
97
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
Lokasi nisbi dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor
3.
4.
5.
6.
7.
pemindahan material (material handling) maka tata letak yang efektif dapat
mengurangi biaya tersebut sekitar 10% sampai 30%. Pentingnya rancangan
fasilitas seperti aliran bahan merupakan tulang punggung fasilitas produksi, dan
98
harus dirancang dengan cermat serta tidak dibiarkan tumbuh atau berkembang
menjadi satu pola lalu lintas yang membingungkan (Tomkins,1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterkaitan, beberapa di antaranya
sangat penting (Angelia, 2009):
1.
2.
3.
4.
5.
Perluasan (aliran produksi di masa datang dan perubahan tata letak, gang,
lokasi kegiatan yang mungkin berkembang, peralatan permanenn, bangunan
dan lokasi, serta jarak tinggi
Untuk membantu menentukan kegiatan yang harus diletakkan pada satu
2.
3.
4.
5.
Mutlak berdekatan
2.
3.
99
4.
Penting berdekatan
5.
6.
Kedekatan biasa
Peta Keterkaitan Kegiatan menghubungan aktivitas-aktivitas secara
2.
3.
Keterkaitan produksi
a.
b.
c.
d.
e.
Keterkaitan pegawai
a.
b.
Derajat kepegawaian
c.
d.
e.
Disenangi pegawai
f.
Gangguan pegawai
Aliran informasi
a.
b.
c.
100
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Prosedur Praktikum
1. Tuliskan semua kegiatan yang ada dalam perusahaan yang akan dirancang,
pada kolom paling kiri Peta Keterkaitan Kegiatan.
2. Untuk Peta Keterkaitan Kegiatan perusahaan: seluruh proses produksi
dianggap sebagai satu kegiatan yaitu kegiatan produksi, begitu juga
kegiatan perkantoran.
3. Untuk Peta Keterkaitan Kegiatan ruang produksi: memuat seluruh proses
produksi yang terjadi.
4. Hubungan antarkegiatan ditunjukkan dengan huruf sandi:
Huruf Sandi
Keterangan
Warna
Mutlak Perlu
Merah
Sangat Penting
Jingga
Penting
Hijau
Kedekatan Biasa
Biru
Tidak Penting
Tidak Berwarna
Tidak Diharapkan
Coklat
101
Keterangan
102
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perusahaan
2. Ruang Produksi
103
B. Pembahasan
Praktikum acara 5 Peta Keterkaitan Kegiatan (untuk Industri dan
Ruang Produksi) ini bertujuan agar praktikan dapat menunjukkan keeratan
keterkaitan antarkegiatan yang memerlukan ruangan dalam industri. Pada
acara ini dilakukan analisis keterkaitan antara kegiatan pada proses produksi
dan fasilitas penunjang serta menyusunnya dalam peta keterkaitan kegiatan
berdasarkan sandi Therbligh yang telah menjadi dasar pembuatan peta ini.
Peta Keterkaitan Kegiatan (PKK) adalah salah satu peta kerja yang
merupakan teknik ideal dalam merencanakan keterkaitan antara setiap
kelompok kegiatan yang saling berkaitan. PKK dapat menggambarkan
derajat keterkaitan kegiatan pada fasilitas penunjang (perusahaan) maupun
proses produksi. Pada dasarnya, pembuatan PKK fasilitas penunjang
(perusahaan) memiliki prinsip yang sama dengan pembuatan PKK proses
produksi. PKK fasilitas penunjang (perusahaan) menggambarkan hubungan
keeratan antarfasilitas penunjang (antarruang) dalam industri. Hubungan
tersebut dinilai melalui nilai kualitatif dengan huruf sandi Therbligh dan
dicantumkan alasan kedekatannya dengan sandi angka yang menunjukkan
sandi yang menunjukkan kedekatan antara satu stasiun keja dengan stasiun
kerja yang lain. Sedangkan, perbedaan PKK fasilitas penunjang dengan
PKK proses produksi terletak pada kegiatan yang dicantumkan. PKK proses
produksi menunjukkan hubungan keeratan stasiun kerja satu dengan stasiun
kerja yang lain.
Penganalisisan hubungan antar kegiatan satu dengan kegiatan yang
lainnya pada industri Salma Roti dan Kue, digunakan Peta keterkaitan
Kegiatan (PKK) perusahaan atau industri dan PKK ruang produksi.
a. Pertama-tama semua kegiatan yang ada dalam perusahaan ditulis yang
dirancang pada kolom paling kiri pada peta keterkaitan kegiatan. Area
Kegiatan pada pembuatan PKK perusahaan atau indutri ialah terdiri atas:
104
1.
Area parkir
2.
Outlet
3.
Ruang administrasi
4.
Ruang produksi
5.
Gudang
6.
Lorong I
7.
Dapur
8.
Kamar
9.
Lorong II
105
dengan
kegiatan
urutan
ketujuh,
yakni
pendinginan
roti
serta
pengemasannya.
106
b. Selanjutnya, pada PKK perusahaan maupun PKK ruang produksi, hurufhuruf atau warna sandi dimasukkan pada kotak segitiga atas dan angkaangka sandi pada bagian bawahnya sesuai dengan kriteria yang ada.
Hubungan antar kegiatan ditunjukkan dengan huruf sandi :
Huruf Sandi
Keterangan
Warna
Mutlak Perlu
Merah
Sangat Penting
Jingga
Penting
Hijau
Kedekatan Biasa
Biru
Tidak Penting
Tidak Berwarna
Tidak Diharapkan
Coklat
Keterangan
10
11
12
Mempermudah akses
108
dan kamar mandi I, outlet dan kamar mandi II, ruang produksi dan kamar
mandi I, ruang produksi dan kamar mandi II, gudang dan kamar mandi I,
gudang dan kamar mandi II, dapur dan kamar mandi I, serta dapur dan
kamar mandi II.
Peta Keterkaitan Kegiatan pada kegiatan produksi terdiri atas tujuh
stasiun kerja, yaitu penimbangan I, pengadukan, penimbangan II dan
pembentukan adonan, pembagian adonan, pengembangan, pengovenan,
serta pendinginan dan pengemasan. Pada industri Salma, Roti dan Kue
tidak ada stasiun kerja yang memiliki tingkat kedekatan mutlak (A). Stasiun
kerja yang memiliki tingkat kedekatan sangat penting (E), yaitu pengadukan
dan penimbangan II-pembentukan adonan, penimbangan II-pembentukan
adonan dan pembagian adonan, pembagian adonan dan pengembangan,
pengembangan dan pengovenan, serta pengovenan dan pendinginanpengemasan. Stasiun kerja yang memiliki tingkat kedekatan penting (I),
yaitu penimbangan I dan pengadukan, pengadukan dan pembagian adonan,
serta penimbangan II-pembentukan adonan dan pengembangan. Stasiun
kerja yang memiliki tingkat kedekatan biasa (O), yaitu penimbangan I dan
penimbangan II-pembentukan adonan, penimbangan I dan pembagian
adonan,
penimbangan
dan
pengembangan,
pengadukan
dan
pengembangan, pengadukan dan pendinginan-pengemasan, penimbangan IIpembentukan adonan dan pengovenan, penimbangan II-pembentukan
adonan dan pendinginan-pengemasan, pembagian adonan dan pengovenan,
pembagian adonan dan pendinginan-pengemasan, serta pengembangan dan
pendinginan-pengemasan. Stasiun kerja yang memiliki tingkat kedekatan
tidak penting (U), yaitu penimbangan I dan pengovenan serta pengadukan
dan pengovenan. Stasiun kerja yang memiliki tingkat kedekatan tidak
diharapkan (X), yaitu penimbangan I dan pendinginan-pengemasan.
Secara teori, peta keterkaitan kegiatan bermanfaat dalam penyusunan
urutan pendahuluan bagi satu Peta Dari Ke-, lokasi nisbi dari pusat kerja
atau departemen dalam satu kantor, lokasi kegiatan dalam satu usaha
pelayanan, lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan,
109
efektif
sehingga
dapat
mengurangi
biaya
produksi
dan
110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Peta Keterkaitan Kegiatan, dapat diperoleh keeratan
keterkaitan antarkegiatan yang memerlukan ruangan dalam industri.
Keterkaitan ini dapat ditunjukan dengan derajat tertentu disimbolkan dengan
huruf sandi, yakni A, E, I, O, U, dan X. A berarti mutlak perlu, E berarti
sangat penting, I berarti penting, O berarti kedekatan biasa, U berarti tidak
penting, dan X berarti tidak diharapkan. Simbol-simbol tersebut diletakkan
pada kotak bagian atas. Selanjutnya dibuat angka sandi untuk menunjukkan
alasan yang mendukung kedekatan hubungan antarkegiatan. Angka sandi ini
pada Peta Keterkaitan Kegiatan diletakkan pada kotak bagian bawah.
Hubungan kedekatan tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi industri
yang ada.
B. Saran
Jika terjadi penggabungan acara praktikum atau perubahan jadwal,
sebaiknya dikomunikasikan kepada para praktikan terlebih dahulu.
111
DAFTAR PUSTAKA
Angelia, Corry. 2009. Metode Craft. Dalam http;//www.ittelkom.co.id/library/indeks.php?option=com_content&view=article&id=495%3Ametode-craft<ermid=14. Diakses pada Rabu, 28 April 2010 pukul 19.18 WIB
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga.
Bandung: Penerbit ITB.
Muther, R. 1955. Practical Plant Layout. McGraw-Hill Book Co: New York.
Tomkins, James A., White John A. 1996. Facility Planning. John Wiley & Sons.
USA.
Sutalaksana, Anggawisastro. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Keluarga
Mahasiswa Teknik Industri-ITB.
Wignjosoebroto. 1993. Pengantar Teknik Industri Edisi I. Jakarta: PT Guna
Widya.
112
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA VI
DIAGRAM KETERKAITAN KEGIATAN
Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Nika Awalistyaningrum
(9118)
2. Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
113
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri merupakan sebuah wadah berkumpulnya faktor-faktor
produksi. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menghasilkan sebuah
produk yang bernilai tambah. Industri atau perusahaan saat ini sangat
memperhatikan efisiensi dan efektifitas kerjanya. Pada perancangan suatu
tempat untuk menempatkan faktor-faktor produksi tersebut, dibutuhkan
banyak sekali pertimbangan untuk mencapai tujuan awal perusahaan. Pada
industri, termasuk industri pertanian, faktor-faktor tersebut dikelola dengan
melibatkan banyak kegiatan di dalamnya. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa
kegiatan produksi, perangkaian, penyimpanan, perkantoran, serta kegiatankegiatan dengan fasilitas penunjang lainnya. Kedekatan antara suatu kegiatan
dengan kegiatan lain dan suatu tempat dengan tempat yang lain sangat
penting untuk dianalisis. Hal ini dikarenakan berpengaruh pada aliran bahan,
serta bentuk perancangan kebutuhan ruangan industri. Kedekatannya sangat
perlu dianalisis agar industri mencapai produktivitas yang optimum dengan
efisien, efektif, dan aman.
Salah satu metode atau teknik untuk menganalisis dan menunjukkan
kedekatan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lain dan suatu tempat
dengan tempat yang lain dapat menggunakan Diagram Keterkaitan Kegiatan
(Activity Relationship Diagram). Diagram ini merupakan diagram berbentuk
balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan kegiatan yang menunjukkan
setiap kegiatan sebagai suatu model kegiatan tunggal. Maka dari itu pada
praktikum ini, dilakukan analisis kedekatan keterkaitan kegiatan-kegiatan
dalam industri Salma Roti dan Kue menggunakan Diagram Keterkaitan
Kegiatan (DKK).
114
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat menentukan posisi suatu ruangan terhadap ruangan
lain dalam ruangan produksi maupun industri.
115
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
3.
4.
5.
teknik ini menggunakan kombinasi garis, lambang, dan warna, sehingga menghasilkan suatu diagram. Lambang-lambang yang digunakan pada teknik ini adalah
lambang-lambang proses konvensional, dan angka garis antara lambang-lambang
menunjukkan pentingnya kedekatan (Muther, 1944).
Pendekatan yang dilakukan oleh Muther juga dilakukan oleh Downs,
menurut Downs (1956) diagram aliran yang ada dikembangkan dengan cara,
kegiatan-kegiatan yang terjadi dihubungkan dengan garis atau pita dengan
berbagai ketebalan yang berbeda. Lebar garis menunjukkan volume antara
kegiatan, dan membantu perencana untuk menghubungkan masing-masing
kegiatan secara tepat dalam tahap awal perencanaan tata letak.
Untuk membuat rancangan tata letak ideal perlu dilakukan analisis antar
kegiatan dengan membuat diagram keterkaitan kegiatan. Setelah dilakukan
analisis maka diagram tersebut disusun dengan membuat tabel lembar kerja
keterkaitan kegiatan selanjutnya memplotkan pada blok keterkaitan untuk
mempermudah tata letaknya. Blok diagram yang sudah jadi akan disusun
116
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
117
maka selain investasi yang harus dikeluarkan sangat besar, dapat diperkirakan
pula berapa banyak waktu yang terbuang untuk perbaikan tersebut. Di samping itu
juga besar kemungkinan usaha tersebut akan kehilangan konsumen selama
renovasi pabrik akibat tidak ada produk yang dihasilkan (Wignjosoebroto, 1996).
118
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat tulis
2.
Kertas A4
3.
Gunting
4.
Lem
5.
Pensil warna
6.
7.
8.
B. Prosedur Praktikum
1. Terjemahkan peta keterkaitan kegiatan yang sudah dibuat di acara
sebelumnya ke lembar kerja sebagai berikut:
Kegiatan
Derajat Kedekatan
A
1
2
3
dan seterusnya
119
120
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perusahaan
X
7
1
121
122
2. Ruang Produksi
Derajat Keterkaitan
A
1.Area Parkir
10,11
4,5,7,8,9
2. Outlet
3,4,9
5,6
7,8,10,11
3. Ruang
1,2,6,9
4,7,8,10,11
7,9
3,6,8
1,10,11
5. Gudang
4,6
7,8
1,10,11
6. Lorong I
3,7,9
4,8,10,11
7. Dapur
3,5,8
1,2,10,11
8. Kamar
10,11
3,4,5,6,7,9
1,2
9. Lorong Ii
2,3,5,6
8,10,11
10. Kamar
3,6,9,11
2,4,5,7
3,6,9,10
2,4,5,7
Administrasi
4. Ruang
Produksi
Mandi I
11. Kamar
Mandi Ii
123
B. Pembahasan
Praktikum acara 5 Diagram Keterkaitan Kegiatan ini bertujuan agar
praktikan praktikan dapat menentukan posisi suatu ruangan terhadap
ruangan lai dalam ruangan produksi maupun industri. Dasar pembuatan
diagram keterkaitan kegiatan adalah peta keterkaitan kegiatan. Peta dan
diagram keterkaitan kegiatan menggunakan prinsip keeratan hubungan
antarfasilitas penunjang maupun antarstasiun kerja.
Diagram Keterkaitan Kegiatan (DKK) diperoleh berdasarkan asumsi
subjektif praktikan walaupun tidak menutup kemungkinan terdapat unsur
objektif. DKK memiliki bentuk susunan persegi yang bernotasi. Notasi
tersebut menunjukkan pendekatan kedekatan keterkaitan kegiatan, yang
diwakili oleh kedekatan antara persegi satu dengan yang lain. DKK adalah
diagram balok yang menunjukkan pendekatan keterkaitan kegiatan dan
setiap kegiatan sebagai satu model kegiatan tunggal. Susunan beberapa
124
Kegiatan
A
Derajat Keterkaitan
I
O
1. Penimbangan I
2. Pengadukan
3. Penimbangan II dan
Pembentukan Adonan
4.Pembagian Adonan
5. Pengembangan
6. Pengovenan
7. Pendinginan dan
Pengemasan
125
Derajat Keterkaitan
A
1.Area Parkir
2. Outlet
3. Ruang
Administrasi
4. Ruang
Produksi
5. Gudang
6. Lorong I
7. Dapur
8. Kamar
9. Lorong Ii
10. Kamar
Mandi I
11. Kamar
Mandi Ii
b.
E-
A-
XZ
(**)
I-
c.
EXZ
(**)
O-
I-
O-
126
lebih dahulu, baru E dan seterusnya. Dengan metode trial and error,
seluruh kegiatan yang ada diujicobakan.
d.
e.
and error, sehingga akan cukup menghabiskan waktu. Uji coba dari bentuk
satu ke bentuk lain sampai ditemukan kondisi yang cocok dimana kedekatan
suatu model kegiatan menunjukkan sifat keterkaian antara kegiatan satu
dengan kegiatan yang lain.
Berdasarkan diagram keterkaitan kegiatan pada perusahaan (kegiatan
industri) Salma, Roti dan Kue yang telah dibuat, diperoleh bahwa area
parkir berdekatan dengan outlet dan ruang administrasi; outlet berdekatan
dengan area parkir, ruang administrasi, gudang, dan ruang produksi; ruang
administrasi berdekatan dengan outlet, ruang produksi, gudang, dan lorong
I; ruang produksi berdekatan dengan outlet, ruang administrasi, gudang,
lorong II, dan dapur; gudang berdekatan dengan ruang produksi I, dapur,
ruang adminstrasi, lorong I, lorong II, dan outlet; lorong I berdekatan
dengan gudang, lorong II, dan kamar mandi II; dapur berdekatan dengan
ruang produksi, gudang, dan lorong II; lorong II berdekatan dengan dapur,
ruang produksi, gudang, lorong I, kamar mandi I, kamar mandi II, dan
kamar; kamar berdekatan dengan lorong II, kamar mandi I, dan kamar
mandi II; kamar mandi I berdekatan dengan kamar, lorong II, kamar mandi
II; serta kamar mandi II berdekatan dengan kamar, lorong I, lorong II, dan
kamar mandi I.
Lembar kerja diagram keterkaitan kegiatan menunjukkan area parkir
mempunyai
hubungan
mutlak
perlu
(A)
deangan
outlet
karena
127
sebab itu, area parkir harus berdekatan dengan outlet dan lorong I.
Selanjutnya, area parkir mempunyai hubungan kedekatan penting (I) dengan
ruang administrasi karena mempermudah akses manajer industri maupun
distributor yang membutuhkan pencatatan, pembayaran, dan sebagainya.
Kedekatan tidak penting terjadi antara area parkir dengan kamar mandi I
dan kamar mandi II karena terdapat perbedaan jenis kegiatan yang terjadi.
Sedangkan, kedekatan tidak diharapkan terjadi antara area parkir dengan
ruang produksi, gudang, dapur, kamar, dan lorong II karena area parkir
terletak di tepi jalan sehingga memungkinkan terjadi gangguan suara, bau,
debu, dan sebagainya.
Outlet mempunyai kedekatan penting (I) dengan ruang administrasi
karena hubungan kertas kerja, ruang produksi karena merupakan urutan
aliran kerja, dan lorong II karena alat yang digunakan sama. Sedangkan,
kedekatan tidak penting (U) terjadi antara outlet dengan gudang dan lorong I
sehingga letaknya tidak perlu didekatkan. Outlet memiliki hubungan
kedekatan tidak diharapkan (X) dengan dapur, kamar, kamar mandi I, dan
kamar mandi II karena merupakan kegiatan yang berbeda dan dapat
memungkinkan terjadi gangguan suara, bau, debu, dan sebagainya.
Ruang administrasi sangat penting untuk berada dekat dengan gudang
agar mempermudah akses karena harus dilakukan pencatatan terus-menerus
terhadap kondisi persediaan bahan baku. Selain itu, ruang administrasi juga
harus berdekatan dengan area parkir, outlet, lorong I, dan lorong II karena
dapat mempermudah akses dan ada hubungan kertas kerja. Kedekatan biasa
terjadi antara ruang administrasi dengan ruang produksi, dapur, kamar,
kamar mandi I, dan kamar mandi II karena pada dasarnya merupakan
kegiatan berbeda dan tidak akan saling mengganggu sehingga tidak perlu
diperhatikan.
Ruang produksi mutlak perlu dekat dengan gudang agar aksesnya
mudah sehingga jarak aliran bahan tidak terlalu jauh. Sedangkan, kedekatan
sangat penting terjadi antara ruang produksi dengan dapur dan lorong II
karena mempermudah akses dan personilnya sama sehingga harus diletakan
128
dengan
129
perlu diperhatikan.
Kamar penting untuk berdekatan dengan kamar mandi I maupu II
karena terdapat derajat hubungan pribadi sehingga dalam diagram
keterkaitan kerja diletakkan berdekatan. Letak kamar fleksibel dengan ruang
administrasi, ruang produksi, gudang, lorong I, dapur, dan lorong II karena
sifat kegiatannya berbeda. Akan tetapi, kamar tidak diharapkan berdekatan
dengan area parkir dan outlet karena merupakan tempat istirahat pekerja
sehingga gangguan suara dan sebagainya harus minimal.
Kamar mandi I dan II mempunyai kedekatan biasa dengan ruang
administrasi, lorong I, lorong II, maupun kamar mandi lain sehingga
letaknya tidak perlu diperhatikan. Artinya, berdekatan pun sebenarnya tidak
bermasalah. Kedua kamar mandi ini tidak penting berada di dekat area
parkir ataupun tidak. Akan tetapi, keduanya sangat tidak diharapkan
berdekatan dengan area bahan, seperti outlet, ruang produksi, gudang, dan
dapur, karena memungkinkan terjadi gangguan suara, bau, debu, dan
sebagainya. Oleh sebab itu, letak kamar mandi dan area bahan baku
dijauhkan.
Diagram keterkaitan kegiatan pada kegiatan produksi terdiri atas tujuh
kotak yang mewakili tujuh stasiun kerja, yaitu penimbangan I, pengadukan,
penimbangan
pengembangan,
II
dan
pembentukan
pengovenan,
serta
adonan,
pendinginan
pembagian
dan
adonan,
pengemasan.
130
kedekatan
penting
dengan
pembagian
adonan
karena
ruangannya sama sehingga letaknya harus dekat. Penimbangan IIpembentukan adonan penting berdekatan dengan pengembangan karena
ruangannya juga sama sehingga letaknya harus dekat.
Kedekatan biasa terjadi antara penimbangan I dan penimbangan IIpembentukan adonan, penimbangan I dan pembagian adonan, penimbangan
I dan pengembangan, pengadukan dan pengembangan, pengadukan dan
pendinginan-pengemasan,
penimbangan
II-pembentukan
adonan
dan
pengovenan, penimbangan II-pembentukan adonan dan pendinginanpengemasan, pembagian adonan dan pengovenan, pembagian adonan dan
pendinginan-pengemasan,
serta
pengembangan
dan
pendinginan-
131
132
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Diagram Keterkaitan Kegiatan merupakan diagram yang menunjukan
posisi ruangan terhadap ruangan lain pada ruang produksi maupun industri.
Diagram Keterkaitan Kegiatan ini dibuat berdasarkan hubungan keterkaitan
kegiatan antarkegiatan yang diperoleh dari Peta Keterkaitan Kegiatan.
Diagram Keterkaitan Kegiatan berupa kotak bernotasi yang bertuliskan nama
fasilitas penunjang atas stasiun kerja.
B. Saran
Jika terjadi penggabungan acara praktikum atau perubahan jadwal,
sebaiknya dikomunikasikan kepada para praktikan terlebih dahulu. Selain itu,
kebutuhan alat seperti gunting dan lem, disediakan atau minimal praktikan
diberitahu agar masing-masing membawa alat yang dibutuhkan.
133
DAFTAR PUSTAKA
http://resources.unpad.ac.id/unpadAnonim.
2009.
Jurnal
Teknotan.
content/uploads/publikasi_dosen/no.21/520jurnal/520FTIP. Diakses pada
hari Senin tanggal 27 April 2009 pukul 14.05 WIB.
Apple, J. M. 1990. Tataletak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ketiga.
Bandung: Penerbit ITB.
Downs, G. 1956. Best Way To Layout a Job Shop, Factory Management and
Maintenance. New York: McGraw-Hill Book Co.
Hendrarto,dkk. 2008. Modifikasi Tata Letak Fasilitas Produksi Jamur Tiram.
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/no.28/5
29jurnal/520FTIP. Diakses pada Senin tanggal 27 April 2009 pukul 14.21
WIB.
Muther, R. 1944. Production Line Technique. New York: McGraw-Hill Book Co.
Nugroho, Widya Astuti. 2007. Perancangan Fasilitas. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Industri STTA.
Wignjosoebroto, S. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi ke 3.
Jakarta: Guna Widya.
134
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA VII
DIAGRAM PENGALOKASIAN WILAYAH
Disusun oleh:
Kelompok 10
1.
Nika Awalistyaningrum
(9118)
2.
Esti Rumaningsih
(9127)
3.
(9131)
135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri selalu memerlukan perbaikan dengan untuk mengembangkan
usahanya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan perbaikanperbaikan agar dapat meningkatkan kapasitas maupun kualitas produksi.
Perubahan yang dilakukan dapat berupa perubahan tata letak ruang,
penentuan stasiun kerja, maupun peningkatan jumlah kapasitas produksi
harian. Perubahan tata letak terjadi karena terdapat perpindahan lokasi
produksi dan fasilitas pendukung dalam industri tersebut, sedangkan
perubahan kapasitas terjadi akibat terdapat perhitungan ulang scale up
terhadap produk yang dihasilkan oleh industri tersebut.
Pengkajian secara lebih rinci mengenai semua hal yang terjadi pada
industri sangat diperlukan untuk mengembangkan industri tersebut.
Pengkajian terhadap tata letak suatu industri akan menghasilkan diagram
pengalokasian wilayah. Diagram pengalokasian wilayah ini sangat berkaitan
erat dengan peta keterkaitan kegiatan, diagram keterkaitan kegiatan serta
aliran bahan yang terjadi pada industri tersebut. Oleh karena itu, untuk
membuat diagram pengalokasian wilayah perlu diperhatikan ketiga hal
tersebut.
Pada diagram pengalokasian wilayah terdapat gambaran mengenai
ruang produksi dan berbagai fasilitas pendukung yang ada. Diagram
pengalokasian wilayah juga akan menunjukkan tata letak baru yang dianggap
lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi
peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja dengan mereduksi langkah balik
proses produksi atau memperpendek jarak antara stasiun kerja yang ada.
Diagram pengalokasian yang baik akan membuat masing-masing stasiun
kerja menjadi lebih dekat dan membuat proses aliran bahan menjadi lebih
urut dan teratur.
Diagram pengalokasian wilayah dapat digunakan untuk merancang
136
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan
dapat
menggambarkan
perpindahan/aliran
bahan
dan
137
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagram alokasi wilayah merupakan dasar bagi rancangan tata letak dan
rancangan bangunan yang rinci. Tujuan dari proses ini adalah untuk merancang
pengaturan yang efisien untuk ruangan yang dibutuhkan oleh tiap kegiatan, dalam
satu kesatuan yang terpadu. Susunan yang dihasilkan harus sedapat mungkin
mewadahi keterkaitan kegiatan yang telah ditentukan, dan tetap mempertahankan
kebutuhan luas dari tiap kegiatan. Beberapa keuntungan dan pemakaian proses
alokasi wilayah ini (Apple, 1990) adalah:
a. Pembagian wilayah kegaiatn yang sistematis
b. Memudahkan proses tataletak
c. Memungkinkan tata letak yang lebih cermat
d. Dasar bagi perencanaan selanjutnya
e. Meminimumkan ruangan yang terbuang, dan lain-lain.
Area Alocation Diagram (AAD) merupakan lanjutan dari Area
Relationtionship Chart (ARC). Dimana dalam ARC telah diketahui kesimpulan
tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada sebagian
aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Atau
dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan
antar tata letak aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut
ditentukan dalam bentuk Area Alocation Diagram. Adapun dasar pertimbangan
dalam prosedur pengaloaksian area ini adalah aliran produksi, material, peralatan;
ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal; tempat yang dibutuhkan,
dan Area Relationship Diagram (Anonim, 2010).
AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka
sesuai dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD. AAD merupakan
template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja,
sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang
merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik
(Anonim, 2010).
138
139
berikut
adalah
mendesain
alternatif
layout
dengan
140
3. Models
Meskipun sekarang ini pemakaian templates dan/atau models sangat
populer serta banyak digunakan dalam pembuatan rancangan tata letak pabrik,
akan tetapi metode drafting pun masih layak dan bahkan tetap disarankan untuk
digunakan dalam perancangan layout pabrik yang sederhana. Memang patut
diakui bahwa untuk pabrik yang besar dan kompleks metode drafting atau
sketching akan terasa kurang sesuai dan kurang fleksibel untuk diterapkan
(Wignjosoebroto, 2000).
Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik
yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.
Informasi yang dapat dilihat pada template (Anonim, 2010):
a.
b.
Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah
raga, dan lain-lain.
c.
d.
141
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat tulis
2.
Kertas HVS
3.
Kertas Milimeter
4.
Kalkulator
5.
Gunting
6.
Lem
7.
B. Prosedur Praktikum
1. Membuat lembaran kerja kebutuhan ruang total untuk kegiatan yang harus
digabungkan dalam satu tempat.
Kegiatan
Jumlah
Produksi:
Kantor
dst
JUMLAH TOTAL
142
143
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kebutuhan Ruangan Total
Stasiun Kerja
Kebutuhan Luas
(m2)
pxl
Alokasi Luas
(m2)
Penimbangan I
1,51
1,6 x 1
1,6
Pengadukan
3,624
3 x 1,3
3,9
11,55
4,5 x 2,8
12,6
1,672
1,7 x 1
1,7
4,8
2,4 x 2
4,8
8,316
4 x 2,1
8,4
4,8
2,4 x 2
4,8
1,5384
6,55 x 4,13
26,986
Kamar Mandi I
1,875
1,5 x 1,25
1,875
Kamar Mandi II
1,875
1,5 x 1,25
1,875
Dapur
17,35
7 x 2,5
17,5
Kamar
7,5
3 x 2,5
7,5
17,754
3 x 6,05
18,15
Lorong I
4,69
3 x 1,6
4,8
Lorong II
9,216
5,8 x 1,6
9,28
Area Parkir
58,3924
11,5 x 5,1
58,65
Outlet
48,8832
8,1 x 6,05
49,005
Penimbangan II dan
Pembentukan Adonan
Pembagian Adonan
Pengembangan
Pengovenan
Pendinginan dan
Pengemasan
Ruang Administrasi
144
B. Pembahasan
Praktikum acara 7 berjudul Diagram Pengalokasian Wilayah ini
bertujuan agar praktikan dapat menggambarkan perpindahan atau aliran
145
146
2.
3.
Kemudahan perluasan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
147
148
149
lebih luas agar pekerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman. Sedangkan,
stasiun kerja pengembangan adonan kebutuhan luas sebesar 4,8 m2 dengan
berdimensi 2,4 m x 2 m, sehingga alokasi luasnya tetap 4,8 m2. Pada stasiun
ini tidak mengalami perubahan, karena alat yang dipakai rak yang telah
memiliki ukuran sesuai kebutuhan. Selain itu, dengan alokasi yang dibuat,
telah memberi kelonggaran untuk meletakan loyang adonan.
Stasiun kerja pengovenan menggunakan oven yang telah memiliki
ukuran sendiri dan tidak dapat diubah. Kebutuhan luas pada stasiun ini ialah
8,316 m2 berdimensi 4 m x 2,1 m, sehingga alokasi luasnya menjadi 8,4 m2.
Oven sebenarnya berukuran 4 m x 2 m, sehingga dengan terdapat space
yang ada ini dapat memberikan keluasan pekerja dalam melakukan
pengoperasian alat, yaitu pengovenan. Stasiun kerja pengovenan berdekatan
dengan stasiun kerja pendinginan dan pengemasan yang memiliki
kebutuhan luas sebesar 4,8 m2 berdimensi 4 m x 2,1 m sehingga didapat
alokasi seluas 4,8 m2.
Kamar mandi I dan II memiliki kebutuhan luas yang sama yakni 1, 875
2
m dengan dimensi yang sama 1,5 m x 1,25 m dengan alokasi yang sama juga
yakni 1,875 m2. Pada template yang baru tidak ada pelebaran maupun
penyempitan kamar mandi. Hal ini dikarenakan kedua kamar terdapat
peralatan maupun pekerjaan yang sama. Selain itu, ukuran sudah sesuai
dengan kebutuhan.
Dapur memiliki kebutuhan luas sebesar 17,35 m2 dengan berdimensi 7 m
x 2,5 m sehingga alokasi luasnya menjadi 17,5 m2. Pada dapur ini terjadi
perluasan alokasi dari template sebelum. Hal ini bertujuan agar memberikan
luas yang lebih leluasa bagi pekerja dalam menjalankan aktivitasnya seperti
memasak isi adonan roti ataupun pengolesan loyang. Pengolesan ini
dibutuhkan luas yang lebih lebar karena mengingat loyang yang digunakan
banyak.
Kamar pribadi memiliki kebutuhan luas sebesar 7,5 m2 dengan
berdimensi 3 m x 2,5 m sehingga alokasi luas menjadi 7,5 m2. Pada kamar
tidak terjadi penyempitan maupun pelebaran, karena kamar ini digunakan oleh
150
karyawan hanya untuk beristirahat sejenak dengan ada fasilitas televisi. Selain
itu, keberadaan kamar pribadi ini tidak mempengaruhi proses pembuatan roti.
Ruang adminstrasi memiliki kebutuhan luas sebesar 17,754 m2 dengan
berdimensi 6.05 m x 3 m sehingga alokasi luas menjadi 18,15 m2. Pada ruang
adminstrasi terjadi perubahan yakni perluasan alokasi luas baru. Hal ini
bertujuan agar proses administrasi baik dengan client, konsumen, ataupun
distributor dapat berjalan lebih lancar. Selain itu, pada proses pemindahan
bahan lebih lancar.
Lorong I memiliki kebutuhan luas sebesar 4,69 m2 dengan berdimensi 3
m x 1,6 m sehingga alokasi luas menjadi 4,8 m2. Terjadi perluasan pada
lorong ini, karena lorong ini dapat menghubungkan ruang lantai satu dengan
lantai dua. Selain itu, hal ini pun bertujuan agar lorong ini, akses gudang ke
stasiun kerja penimbangan dan pengadukan lebih lancar.
Lorong II memiliki kebutuhan luas sebesar 9,216 m2 dengan berdimensi
5,8 m x 1,6 m sehingga alokasi luas menjadi 9,28 m2. Seperti lorong I, lorong
II ini pun mengalami perluasan alokasi.
Area parkir memiliki kebutuhan luas sebesar 58,3924 m2 dengan
berdimensi 11,5 m x 5,1 m sehingga alokasi luas menjadi 58,65 m2. Pada
kasus ini terjadi perluasan pada area parkir. Hal ini bertujuan menyediakan
kenyamanan tempat kendaraan kepada konsumen untuk berkunjung ke
Industrinya untuk memparkirkan kendaraan, baik motor, mobil taupun yang
lain. Selain itu, mempermudah proses pemindahan bahan-bahan masuk dari
luar karean area oarkir ini langsung terhubung dengan pintu masuk
adminstrasi dan menuju langsung ke gudang.
Outlet memiliki kebutuhan luas sebesar 48,8832 m2 dengan
berdimensi 8,1 m x 6,05 m sehingga alokasi luasn menjadi 49,005 m2.
Outlet mempunyai manfaat sebagai tempat display produk-produk roti yang
langsung diakses oleh pelanggan. Maka dari itu, pada outlet ini terjadi
perluasan lokasi. Hal ini bertujuan memberi kenyamanan kepada konsumen
untuk memilih produk roti untuk dibeli.
151
152
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
2.
3.
B. Saran
1.
2.
Kebutuhan alat, seperti gunting dan lem, disediakan minimal satu buah
tiap kelompok.
3.
153
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Y dan Machfud. 1990. Perancangan Tata Letak pada Industri Pangan.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: IPB.
Anonim. 2010. Perencanaan Tata Letak Pabrik (PTLP). Dalam
http://openstorage.gunadarma.ac.id/handouts/S1_TEKNIK%20INDUSTRI/
PLTP/PTLP.doc. Diakses pada hari Selasa tanggal 4 Mei 2010 pukul 21.04
WIB.
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB.
Wahyuningrum, D. R. 2004. Skripsi. Studi Tata Letak Line Assembling Proses
Pembuatan Tas Style Reads Cendana (Tier 2) di P.T. Rumindo Pratama
Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UGM.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya: Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.
---------. 2000. Ergonomi: Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Penerbit Institut
Teknologi Sepuluh November.
154
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA VIII
TEMPLATE
Disusun oleh:
Kelompok 10
1.Nika Awalistyaningrum
(9118)
2.Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
155
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pabrik atau industri merupakan tempat berkumpulnya faktor-faktor
produksi untuk melakukan aktifitas demi menghasilkan output-an produksi
yang disebut dengan produk. Faktor-faktor tersebut dapat berupa bahan atau
barang, operator atau pekerja, peralatan produksi seperti mesin, peralatan
administrasi, peralatan keselamatan kerja, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut
ditempatkan pada ruangan yang ada pada wilayah industri. Pengalokasian
wilayah dalam suatu industri merupakan proses pengaturan yang efisien
untuk semua ruang yang dibutuhkan untuk meletakkan semua faktor-faktor
tersebut.
Pengalokasian wilayah industri ini,
dapat dijelaskan
dengan
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat membuat gambar dua dimensi layout industri yang
dirancang.
156
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemilihan Lokasi
2.
3.
Routing Sheet
4.
5.
Menentukan Gudang
6.
7.
8.
Outflow, Inflow
9.
157
pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat
pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan
tata letak pabrik. Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata
letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang
telah dibuat. Informasi yang dapat dilihat pada template (Astika, 2010):
1. Tata letak kantor dan peralatannya.
2. Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah
raga, dan lain-lain.
3. Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling,
shipping.
4. Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping.
Pada pendesainan layout harus diingat pertimbangan-pertimbangan
kemungkinan terjadinya ekspansi di masa depan ataupun adanya perubahanperubahan yang bisa terjadi. Satu hal yang penting ialah layout haruslah cukup
fleksibel untuk menghadapi perubahan di dalam desain produk, desain proses
meupun desain penjadwalan produksi (Wignjosoebroto, 1996).
Pembuatan detail layout dari suatu pabrik (biasanya dibuat dengan skala
standar 1:50) akan menunjukkan pengaturan dari orang, material, mesin dan
fasilitas prduksi lainnya dengan sebaik-baiknya. Detail layout yang kadangkadang disebut pula dengan master layout akan merupakan pelaksanaan akhir dari
proses perancangan tata letak pabrik. Disini detail layout akan dibuat dengan
memakai salah satu metode berikut ini (Wignjosoebroto, 1996):
1.
2.
Templates
3.
Models
Meskipun sekarang ini pemakaian templates dan/atau models sangat
populer serta banyak digunakan dalam pembuatan rancangan tata letak pabrik,
akan tetapi metode drafting pun masih layak dan bahkan tetap disarankan untuk
digunakan dalam perancangan layout pabrik yang sederhana. Memang patut
diakui bahwa untuk pabrik yang besar dan kompleks metode drafting/sketching
akan terasa kurang sesuai dan kurang fleksibel untuk diterapkan (Wignjosoebroto,
158
2000).
Pentingnya rancangan fasilitas seperti aliran bahan merupakan tulang
punggung fasilitas produksi, dan harus dirancang dengan cermat serta tidak
dibiarkan tumbuh atau berkembang menjadi satu pola lalu lintas yang
membingungkan (Tomkins, 1984).
Pada tata letak industri yang masih berkembang, biasanya pekerjaan
penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari
mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa. Pekerjaan
tersebut merupakan sumber utama komplain karyawan di industri atau bahkan
permasalahan dalam tata letaknya yang membutuhkan ruang yang lebih (Ayoub
dan Dampsey, 1999).
159
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kertas HVS
3.
B. Prosedur Praktikum
1. Untuk membuat template, gambaran DPW yang diperbesar dan dicetak
pada kertas polos putih dengan skala 1:100 atau 1:50, pada kertas ukuran
100 cm X 100 cm.
2. Arah utara digambarkan dengan arah atas kertas.
3. Gambar dilengkapi dengan posisi mesin, posisi operator, dalam stasiun
kerja, aliran bahan, dan keterangan lain yang diperlukan.
4. Beri warna agar lebih informatif. Satu warna untuk satu kegiatan besat
(misalnya bagian produksi berbeda warna dengan bagian kantor, dst.).
160
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Template terlampir.
B. Pembahasan
Pada praktikum acara VIII yang berjudul Template ini bertujuan
untuk membuat gambar dua dimensi layout Industri Salma, Roti, dan Kue
yang dirancang. Layout ini sering disebut template.
Pada pembuatan template, dilakukan beberapa langkah. Langkah
pertama ialah menyiapkan hasil data praktikum acara VII yakni Diagram
Pengalokasian Wilayah (DPW). Diagram Pengalokasian Wilayah (DPW)
merupakan dasar bagi rancangan tata letak dan rancangan bangunan yang
rinci. Hal ini dikarenakan pada DPW memberikan informasi mengenai
perpindahan atau aliran bahan dan mengefektifkan berdasarkan kriteria
tertentu. Selain itu dapat memberikan informasi pengalokasian kebutuhan
ruang dan luas lantai dalam area industri yang ada, dan terakhir agar
praktikan dapat membuat gambar dua dimensi layout industri yang dirancang.
Template yang dibuat pada praktikum ini ialah template sesudah
dilakukan perbaikan. Pembuatan template, gambaran DPW industri Salma,
Roti, dan Kue yang sebelum dan sesudah diperbesar dan dicetak pada kertas
polos putih dengan skala 1:100 atau 1:50, pada kertas ukuran 100 cm x 100
cm. Arah utara digambarkan dengan arah atas kertas.
Gambar dilengkapi dengan posisi mesin, posisi operator, dalam
stasiun kerja, aliran bahan, dan keterangan lain yang diperlukan. Pada
langkah ini diperlukan beberapa hal, yakni:
1.
2.
3.
Kemudahan perluasan
4.
161
5.
6.
7.
8.
9.
2.
162
2.
Template pabrik sebagai visualisasi tata letak pabrik yang baru (the new
plant layout).
Tujuan utama dalam template industri adalah untuk memberikan
Tata letak tentang aliran bahan, posisi mesin dan operator, stasiun kerja,
dan keterangan lainnya.
2.
Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana
olah raga, dan lain-lain.
3.
4.
2.
3.
163
template pabrik yang baik bisa mempermudah dalam proses pengawasan tata
letak.
Jarak perpindahan bahan pada tata letak awal memiliki jarak yang
lebih panjang dibandingkan tata letak baru. Hal ini terbukti dengan
perhitungan jarak perpindahan sebelum sepanjang 150,125 m dan sesudah
dilakukan perbaikan menjadi 77,13 m. Tata letak baru menunjukan perbaikan
dengan adanya selisih sebesar 72,995 m. Jarak perpindahan yang semakin
pendek akan membuat space atau tempat yang ada lebih optimal. Selain itu,
pekerja juga tidak akan cepat mengalami kelelahan karena membawa beban
tidak terlalu jauh dan lama.
Aliran bahan pada tata letak awal tidak menunjukkan adanya back
tracking. Aliran bahan tata letak sesudah juga menunjukkan tidak adanya
back tracking. Selain itu, template hasil evaluasi diarahkan pada tipe Ushaped.
164
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Template baru Industri Salma, Roti, dan Kue yang dirancang lebih
efisien dari pada template sebelum karena dapat mengurangi jarak
perpindahan.
B. Saran
Asisten sudah semakin baik dan semakin lancar dalam memberikan
penjelasan dan nilai. Untuk tahun depan, sebaiknya praktikum dibagi menjadi
beberapa shift agar suasana lebih kondusif.
165
DAFTAR PUSTAKA
Apple, JM. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan Edisi Ke-3.
Bandung: ITB.
Astika.
2010.
Dalam
http://webcache.googleusercontent.com/search?q
=cache:GheEFR80sWoJ:astika.student.umm.ac.id/2010/01/30/perencanaa
n-tata-letak-suatu-perusahaan/+layout+template+ruangan+industri+adalah
&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id. Diakses pada tanggal 13 Mei
2010 pukul 10.24 WIB.
Ayoub, M. M. and Dampsey, P. G. 1999. The Psychophysical Approach to
Material Handling Task Design. Ergonomic Vol. 42. No. 1, pp: 17 31.
Emerson, Howard P. and Douglas C.E., Naehring. 1988. Origins of Industrial
Engineering: The Early Years of a Professions. Atlanta, NorcrossGeorgia: Industrial Engineering & Management Press, II.
Tomkins, James A., White John A. 1984. 1th Edition Facility Planning. John
Wiley & Sons. USA.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya: Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.
-----------------------------. 2000. Ergonomi : Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:
Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.
166
LAMPIRAN
167
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN
ACARA IX
ANALISIS TATA LETAK HASIL RANCANGAN
Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Nika Awalistyaningrum
(9118)
2. Esti Rumaningsih
(9127)
(9131)
168
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaturan fasilitas berperan penting dalam kelancaran proses
produksi. Pengaturan fasilitas yang baik dapat mendorong tercapainya suatu
aliran bahan yang teratur, aman dan nyaman. Sebaliknya, kesalahan
pengaturan fasilitas akan berdampak negatif secara terus menerus yang
berakibat pada ketidakteraturan sistem produksi.
Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia
industri. Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan
efektivitas kegiatan produksi. Bahkan, dalam jangka panjang tata letak pabrik
dapat menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan. Peralatan produksi
yang canggih dan mahal harganya akan tidak berarti apa-apa akibat
perencanaan tata letak yang sembarangan. Pada dasarnya, aktivitas produksi
suatu industri harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dengan
tata letak yang tidak berubah-rubah sehingga maka kekeliruan yang dibuat
dalam perencanaan tata letak dapat menyebabkan kerugian yang tidak kecil.
Oleh sebab itu, analisis pada denah tata letak hasil rancangan industri Salma,
Roti dan Kue perlu dilakukan dan dibandingkan dengan tata letak awal.
B. Tujuan Praktikum
Praktikan dapat melakukan evaluasi hasil rancangan tata letak
menggunakan kriteria jarak perpindahan, jumlah back tracking, keterkaitan
kegiatan dan kenyamanan kerja secara teoritis.
169
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
170
171
172
kelebihan
dan
kekurangan
design
tata
letak.
Dengan
173
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat tulis
2.
Kalkulator
3.
4.
5.
B. Prosedur Praktikum
1. Buat diagram aliran dari tata letak perbaikan hasil rancangan.
2. Hitung jarak perpindahan bahan dan back tracking, bandingkan dengan tata
letak awal (sebelum diperbaiki: acara I).
3. Hitung perubahan yang terjadi (nilai + menunjukkan hasil rancangan
menjadi jauh perpindahan bahannya dan jumlah back tracking lebih banyak,
nilai sebaliknya).
4. Gunakan peta keterkaitan kegiatan di acara VII untuk mengevaluasi tata
letak hasil rancangan.
5. Tuliskan kegiatan-kegiatan yang peletakannya memenuhi dan tidak
memenuhi kriteria kedekatan pada peta keterkaitan kegiatan.
6. Bahas hasilnya.
No.
Kriteria
1.
2.
Jumlah backtracking
3.
4.
Tata Letak
Sebelum
Sesudah
Keterangan
174
5.
6.
7.
175
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Analisis Tata Letak Hasil Rancangan
Salma, Roti dan Kue
No.
Tata Letak
Kriteria
1.
2.
Jumlah backtracking
3.
4.
5.
6.
7.
Sebelum
Sesudah
150, 125 m
77,13 m
Keterangan
Lebih baik, dengan
selisih 72,995 m
0
4
++
0m
17,55 m
0m
12,3 m
Kelebihan:
Kelebihan:
office
Ruang Produksi I digabung dengan
176
Efisiensi ruang
Kekurangan:
Kamar Mandi masih terletak dekat
ruang produksi
Kekurangan:
Area parker tanpa pagar,
dikhawatirkan kendaraan dapat
hilang karena tidak ada penjaga
rak yang terbuka sehingga
memperluas peluang terjadinya
kontaminasi
Ruang administrasi tidak bersekat
Ruang Produksi I sempit
Pintu gudang selalu terbuka
Ruang Produksi II sempit dan kurang
penerangan
177
B. Pembahasan
Selaras dengan judul dari praktikum acara IX ini yakni Analisis Tata
Letak Hasil Rancangan, praktikum ini bertujuan untuk menganalisis hasil
rancangan tata letak dengan kriteria jarak perpindahan, jumlah back-tracking,
keterkaitan kegiatan, serta kenyamanan kerja secara teoritis.
Evaluasi terhadap hasil rancangan perlu dilakukan untuk
mengetahui perubahan perbaikan yang terjadi dibandingkan dengan tata letak
yang ada sekarang. Hal ini merupakan tindakan antisipasi agar perbaikan ini
lebih realistis untuk diterapkan dalam industri.
Jarak perpindahan barang pada template sekarang sejauh 150,125
m sedangkan setelah perbaikan menjadi 77,13 m. Dengan demikian terjadi
pengurangan 72,995 m perpindahan dengan Template usulan. Walaupun tidak
terlalu signifikan, pengurangan ini sangat membantu pekerja. Hal ini dikarenakan dalam industri Salma, Roti, dan Kue semua perpindahan dilakukan
dengan manual. Sehingga efisisensi perpindahan dapat menurunkan tingkat
kelelahan pekerja dan meningkatkan produktivitas.
Template sebelum dan sesudah memilki persamaan yakni tidak
terdapat back-tracking. Hal ini menunjukkan bahwa template yang ada sudah
cukup baik dan tetap dapat dipertahankan pada pembuatan template baru.
Begitu juga dengan jumlah keterkaitan yang tidak terpenuhinya keterkaitan A
(mutlak). Baik tempalate sebelum maupun sesudah keterkaitan mutlak semua
dapat terpenuhi. Akan tetapi, pada template lama terdapat empat keterkaitan
E (sangat penting) yang tidak terpenuhi. Dengan perbaikan, terjadi penurunan
penyimpangan yakni berkurang menjadi dua.
Kriteria yang lain ialah ditinjau dari kenyamanan bagi karyawan.
Karyawan telah merasa nyaman dengan template sekarang, akan tetapi
dengan template baru kenyamanan dapat lebih ditingkatkan. Pada template
baru ini, perlu merobohkan tembok sepanjang 17,55 m dan perlu menambah
tembok kembali sepanjang 12,3 m.
Secara garis besar, perbaikan yang dilakukan berkonsep plant office yakni
penambahan taman di area parkir dan penggunaan tanaman pot sebagai pem-
178
batas ruang administrasi. Hal ini merupakan bentuk kepedulian terhadap isu
pemanasan global serta adanya kesadaran bahwa tanaman dapat menjadi
sumber energi dan inspirasi bagi karyawan. Selain itu, diharapkan dengan
menerapan konsep ini, pelanggan dapat merasa lebih nyaman dengan
penambahan nilai estetika ini. Lebih jauh, perubahan ini diharapkan dapat
meningkatkan omset penjualan dari Salma, Roti, dan Kue.
179
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil rancangan tata letak menggunakan kriteria
jarak perpindahan, jumlah backtracking, keterkaitan kegiatan, dan kenyamanan kerja secara teoritis, diperoleh hasil bahwa tata letak hasil rancangan lebih
baik dari tata letak awal. Akan tetapi perlu dilakukan perobohan dinding
permanen sepanjang 17,55 m. Selin itu, perlu penambahan biaya untuk
menerapkan konsep plant office.
B. Saran
Asisten sudah semakin baik dan semakin lancar dalam memberikan
penjelasan dan nilai. Untuk tahun depan, sebaiknya praktikum dibagi menjadi
beberapa shift agar suasana lebih kondusif.
180
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2003. Perencanaan Tata Letak dan Fasilitas. Dalam http://digilib.petr
a.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&fname
=/jiunkpe/s1/tmi/2003/jiunkpe-ns-s1-2003-25499153-3875-atm-chapter2.
Diakses hari Selasa tanggal 11 Mei 2010 pukul 21.34 WIB.
Anonim 2. 2003. Mengatur Tata Letak Pabrik. Dalam http://himathrik2.tripod.co
m/tataletakpabrik.htm. Diakses hari Selasa tanggal 11 Mei 2010 pukul
21.31 WIB.
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. ITB. Bandung.
Tompkins, JM. 1992. Facilities Planning. New York: John Wiley & Sons Inc.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1996. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya: Penerbit Institut Teknologi Sepuluh November.
181