Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM 10

RESONANSI BUNYI DARI GELOMBANG SUARA

Nama : Maryani Jovana


NPM : 065120054
Kelas : Ilkom NR

A. Tujuan
1. Mengamati dan memahami peristiwa resonansi dari gelombang suara
2. Menentukan kecepatan merambat gelombang suara di udara
3. Menentukan frekuensi dari suatu garputala

B. Dasar Teori
Gelombang suara dapat dipandang sebagai simpangan ataupun gelombang
tekanan jika gelombang suara merambat dalam suatu pipa. Maka pada ujung pipa
akan terjadi pemantulan sehingga akan terjadi interferensi antara gelombang
datang dengan gelombang pantul. Pada panjang tabung yang tertentu dapat terjadi
resonansi gelombang suara yang ditandai dengan adanya suara yang menggaung
agak keras. Dalam percobaan ini dipakai tabung yang salah satu ujungnya tertutup.
Untuk tabung seperti ini jika terjadi resonansi, maka pada ujung terbuka terjadi
perut gelombang sedangkan pada ujung tertutup terjadi simpul gelombang.
Sebagai koreksi sebenarnya perut gelombang simpang tidak terjadi pada ujung
terbuka tetapi di dekatnya (lihat gambar), yaitu pada jarak kira-kira 0.6r diluar
tabung.

Gambar 1. Tabung resonansi


Jarak antara perut dengan simpul yang berdasarkan adalah ¼ λ dengan
demikian hubungan antara panjang tabung dengan panjang gelombang adalah :

L   2n  1 e
4
v
dimana n  0,1, 2,3... dan  panjang gelombang. Karena   , maka persamaan
f
tersebut dapat juga ditulis:
v
L   2n  1
e
4f
dimana c adalah kecepatan gelombang dan f frekuensi gelomang. Resonansi
ordo pertama dapat ditulis:

L0 e
4
3
L1  e
4
Dari kedua persamaa tersebut menghasilkan:
v
L1  L0 
2f
L1  3L0  2e


4 3
4

Gambar 2. Simpul dan perut

C. Bahan dan Alat


1. Tabung resonansi berskala beserta reservoirnya
2. Beberapa garputala dengan salah satu di antaranya diketahui frekuensinya
3. Pemukul garputala
4. Jangka Sorong

D. Penjelasan Pemakaian Alat

1. Catatlah suhu, tekanan dan kelembaban ruangan sebelum dan sesudah


percobaan.
2. Ukurlah diameter bagian dalam tabung beberapa kali.
3. Usahakan agar permukaan air dekat dengan ujung atas dengan mengatur
reservoir (jangan sampai tumpah).
4. Getarkan garputala yang telah diketahui frekuensinya dengan pemukul
garfutala. Untuk menjamin keamanan tabung gelas lakukanlah permukaan
garfutala jauh dari tabung.
5. Dekatkanlah garputala yang bergetar pada ujung atas tabung.
6. Dengan pertolongan reservoir turunkan permukaan air perlahan-lahan
sehingga pada suatu tinggi tertentu terjadi resonansi (terdengar suara
mengaung). Ini adalah resonansi ordo pertama.
7. Catatlah kedudukan permukaan air.
8. Turunkan lagi permukaan air sampai terjadi resonansi ordo kedua, catat
kedudukan ini.
9. Ulangi percobaan No. 3 sd 8 untuk memastikan tepatnya tempat-tempat
terjadinya resonansi.
10. Ulangi percobaan No. 3 sd 9 dengan menggunakan garputala yang lain.

E. Data Praktikum

Pengukuran 1

No d m r m e m

1 0.0360 0,018 0,0108

2 0.0357 0,01785 0,01071

x 0.0180 0,009 0,0054

Petunjuk: Untuk menghitung gunakan: e  0.6r

Percobaan pertama (garpu tala 1)

No L0 L1 f v e

1 0.077 0.256 918 328,644 0,0125

2 0.078 0.256 918 326,808 0,011

x 0.077 0.246 918 327,726 0,01175


Percobaan kedua (garpu tala 2)

No L0 L1 v f e

1 13.1 40.3 309.366 5,686 0,5

2 12.9 39.2 309.366 5,881 0,25

x 13.0 39.75 309.366 5,783 0,375

F. Soal Praktikum
1. Lengkapi data praktikum diatas
2. Berikan kesimpulan mengenai praktikum ini
Jawab :
a. Rasional terjadi saat frekuensi garpu tala sama dengan frekuensi
gelombang bunyi pada kolom udara. Rata-rata cepat rambat bunyi diudara
adalam 340m/s. Semakin besar frekuensi, maka panjang gelombang yang
dihasilkan akan semakin kecil.
b. Peristiwa resonansi dapat diamati dengan menggunakan kolom udara yang
terisi dengan air dan peristiwa resonansi ditandai dengan bunti
(dengungan) yang paling keras.
c. Cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh ketinggian kolom udara pada tabung
dan frekuensi gelombang bunyi. Semakin besar ketinggian kolom udara,
maka cepat rambat bunyi di udara semakin besar dan sebaliknya. Semakin
besar frekuensi gelombang bunyi, maka cepat rambat bunyi diudara
semakin besar dan sebaliknya. Cepat rambat bunyi juga dapat dipengaruhi
oleh suhu ruang dan massa molekul gas diudara.

3. Apa arti nilai e dan mungkinkah bernilai 0 ? Jelaskan


Jawab :
e itu faktor koreksi, nilai nya tidak mungkin bernilai 0 karena nilai e itu
didapatkan dari ketetapan yang mana nilainya sebesar 0,6

4. Apakah yang disebut pelayangan itu ? Bagaimanakah terjadinya pelayangan


dan tergantung dari apakah banyaknya pelayangan tiap detiknya ?
Jawab :
Pelayangan (beats) merupakan fenomena yang menerapkan prinsip
interferensi gelombang. Pelayangan akan terjadi jika dua sumber bunyi
menghasilkan frekuensi gelombang yang mempunyai beda frekuensi yang
kecil. Kedua gelombang bunyi akan saling berinterferensi dan tingkat suara
pada posisi tertentu naik dan turun secara bergantian. Peristiwa menurun atau
meningkatnya kenyaringan secara berkala terdengar ketika dua nada dengan
frekuensi yang sedikit berbeda dibunyikan pada saat yang bersamaan disebut
pelayangan. Gelombang akan saling memperkuat dan memperlemah satu
sama lain bergerak didalam atau diluar dari fasenya.
Terjadinya pengerasan bunyi dan pelemahan bunyi disebut adalah efek
dari interferensi gelombang bunyi yang disebut dengan istilah layangan bunyi
atau pelayangan bunyi. Kuat dan lemahnya bunyi terdengar tergantung pada
besar kecil ampliduto gelombang bunyi yang berinterferensi.
Banyaknya pelemahan dan peguatan bunyi terjadi dalam satu detik disebut
frekuensi layangan bunyi yang besarnya sama dengan selisih antara dua
gelombang bunyi yang berinterferensi tersebut

5. Sebuah sumber bunyi beresonansi pertama kali pada saat tinggi kolom udara
50cm . Jika frekuensi sumber bunyi adalah 250Hz , maka kamu hitunglah:
panjang gelombangnya dan panjang kolom ketiga saat terjadi resonansi?
Jawab :
Diket :

Ditanya :
a. Panjang gelombangnya ?
b. Panjang kolom ketiga saat terjadi resonansi ?

Dijawab :
a. Menghitung panjang gelombangnya :

b. Menghitung kolom ketiga saat terjadi resonansi :

G. Referensi
P. Tipler. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

Giancoli, D. C. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

30/12/2020

Anda mungkin juga menyukai