Anda di halaman 1dari 43

MITIGASI BENCANA COVID 19

DI PELABUHAN PADANGBAI KA-


MITIGASI BENCANA
RANGASEM
COVID-19
DI PELABUHAN
PADANGBAI
KARANGASEM

PROGRAM
program MAGISTER
magister ARSITEKTUR
arsitektur
UNIVERSITAS
universitasUDAYANA
uda y ana
2022 2022
pen y usun :

G I O V A N I A N G G A S T A , S . A rs I P utu W ah y u W edanta
2181811001 P ucangan , S . P W K
2181811007

D etha G arcia D ianisari R inda


W i j aya , S T A stoeti , S T I G ede H arimurti , S T
2181811009 2181811013 2181811015

M ATA K U L I A H I N F R A S T R U K T U R P E R D E S A A N D A N P E R K O TA A N
K E M E N T E R I A N P E N D I D I K A N , K E B U D AYA A N , R I S E T, D A N T E K N O L O G I
U N I V E R S I TA S U D AYA N A - FA K U LTA S T E K N I K
PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR
S E M E S T E R G E N A P TA H U N A J A R A N 2 0 2 1 - 2 0 2 2
LATAR B E L A K A N G

1) Evakuasi Pasien yang terkena wabah Covid-19 di


Nusa Penida sempat ditolak untuk mendapatkan pen-
anganan di Desa Padangbai.

2) Terdapat 2 dermaga Pelabuhan di Padangbai, yaitu


Pelabuhan speedboat dan Kapal Feri, sebagai tempat
penerima kapal dari Nusa Penida.

3) Lokasi yang strategis tersebut sesuai sebagai area


pengembangan infrastruktur transportasi laut yaitu
Pelabuhan Padangbai,
Infrastruktur telekomunikasi memiliki peran penting
dalam mendukung infrastruktur transportasi yang
disebutkan di atas,

4) Baik infrastruktur transportasi maupun komunika-


si, keduanya harus mampu berperan penting dalam
mitigasi bencana pandemic covid-19 yang terjadi di
Kawasan Padangbai.
T UJ UAN

Mengeksplorasi kesiapan masyarakat di Desa Padangbai


dalam menghadapi bencana covid-19, infrastruktur yang
disiapkan dan perilaku masyarakat menghadapi protokol
Kesehatan, mengidentifikasi permasalahan, menetapkan
Penyesuaian kenormalan baru
konsep pemecahan dengan menerapkan
permasalahan konsep “new normal” yang
serta mengusulkan
dilakukan
model mitigasi bencana covid 19 yang sesuaiatas
pemerintah merupakan sebagai upaya reaksi kondisi wabah
dengan
Covid-19 yang mengakibatkan terjadinya perubahan tatanan desain atau
kondisi
setting dan
ruang perilaku
yang masyarakat
telah ada, lokal.
misalkan dalam perubahan penataan elemen
sirkulasi yang digunakan, penambahan petanda (signage) dan aksesibilitas un-
tuk memudahkan dalam pencapaian penggunanya. Tuntutan kenyamanan yang
harus dipenuhi adalah kenyamanan indrawi fisik dan psikis dalam menghadapi
pandemi saat ini (Sugini, 2003). Berdasarkan Surat Edaran Nomor HK.01.07/
Menkes/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan
Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease 2019 dan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pence-
gahan Penularan Covid-19 di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area
Publik) Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha (M.K.R. Indonesia, 2020)
dengan sangat jelas menyebutkan perihal penyesuaian design ruang publik
terkait perubahan perilaku atau pengelola tempat kerja atau usaha, bagi pekerja
dan bagi konsumen yang secara langsung mengakibatkan penyesuaian design
dengan tujuan mencegah penularan Covid-19.

Dengan kebijakan yang sudah dikeluarkan tersebut memberikan peluang pada


area publik untuk membuka kembali infrastruktur publik, salah satunya bagi
transportasi publik MRT Jakarta. Pemahaman dan penyebaran informasi tentang
kesiapsiagaan bencana harus dijalankan segera pada transportasi publik ini. Hal
ini bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pandemi ini
sangat melemahkan sektor transportasi, karena banyak orang harus membatasi
diri dalam berkerumun maupun bepergian. Hal ini berdampak signifikan bagi PT
MRT Jakarta (Perseroda) dalam menghadapi tantangan ini dan dituntut untuk
beradaptasi dalam berbagai situasi. Selama beroperasi, Perseroan memastikan
penerapan aspek keselamatan dan kesehatan kerja setiap karyawan dan peng-
guna jasa. Oleh sebab itu, Perseroan memaksimalkan penerapan praktik-praktik
terbaik keberlanjutan dalam pengelolaan lingkungan, sosial, dan tata kelola
perusahaan yang baik. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan yang
LO K AS I P E N E L I T I AN

Secara administrasi lokasi penelitian berada di Desa Padangbai,


Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Lokasi pelabuhan
berada dalam area teluk dan diapit oleh bukit serta area pan-
tai Padang Bai. Pelabuhan Padang Bai adalah salah satu tempat
penyeberangan laut dari Bali menuju ke Lombok, Nusa Penida dan
kepulauan Gili sebelah Lombok.
Untuk mencapai area – area tersebut dari Padang Bai,
wisatawan atau masyarakat lokal akan menggunakan
kapal feri atau fast boat yang selalu tersedia setiap
hari.
S E P E R T I A PA M O D E L M I T I G A S I B E N -
C A N A CO V I D - 1 9 YA N G S E S UA I D E N G A N
K O N D I S I D A N P E R I L A K U M A S YA R A K AT
LO K A L D I D E S A PA D A N G B A I ?

Untuk mengeksplorasi sistem yang sesuai,


maka dibutuhkan pengetahuan terhadap
Teori – Teori terkait:

- Teori Manajemen Bencana


- Teori Transportasi
- Teori Komunikasi.
MA NA J E M E N BE N C A N A
Manajemen penanggulangan bencana dapat didefinisikan
sebagai segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilaku-
kan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.

Manajemen Resiko Bencana adalah pengaturan/manejemen


bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan
mengurangi risiko saat sebelum terjadinya bencana.

Manajemen Kedaruratan adalah pengaturan upaya penang-


gulangan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan
pengungsi saat terjadinya bencana.

Manajemen Pemulihan adalah pengaturan upaya penanggu-


langan bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang
dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana, terkoor-
dinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana.

(Sumber: Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Pelatihan Penanggulangan Bencana


Banjir. (2017))
Tahapan Manajemen Bencana Dalam upaya menerapkan manajemen
penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai
berikut:

1) Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi bencana dan


terdapat potensi bencana

2) Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan pada saat


sedang terjadi bencana.

3) Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi bencana.

Sumber: Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Pelatihan Penanggulan-


gan Bencana Banjir. (2017)
TR A N S P O R TA S I L AUT
PERKEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT

T ransportasi dapat diarti-


kan sebagai sarana un-
tuk memindahkan sesuatu
dari satu tempat menuju
ke tempat lainnya. Namun
ada beberapa faktor, ciri-ci-
ri, serta perubahan bentuk
transportasi dari tradisional
menuju modern.

T ransportasi Laut adalah ang-


kutan yang berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan dan/atau jaringan
jalur Speed Boat atau kapal yang
dipisahkan oleh perairan untuk
mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya. Di
Indonesia, alat transportasi laut
lebih dikenal sebagai perahu.

T erdapat Kapal Ferri, Kapal Roro


dan Kapal Speedboat yang ber-
labuh di Pelabuhan Padangbai
K apal feri merupakan salah
satu alat transportasi air yang
banyak digunakan untuk trans-
portasi melalui jalur laut untuk
memuat orang dan barang. Kapal
feri digunakan untuk transportasi
dilaut dengan jarak yang dekat.

S peed Boat adalah jenis kapal


taksi tercepat. Speed Boat
terbuat dari fiberglass, dapat
mengangkut maksimal 230 pen-
umpang.

K apal roro adalah kapal yang


memiliki satu atau lebih
geladak baik terbuka maupun
tertutup yang dipergunakan
untuk mengangkut segala jenis
kendaraan sebagai muatan yang
dimuat melalui sistem pintu
rampa di bagian depan maupun
belakang kapal.
Sumber: Permenhub Nomor 115 Tahun 2016
T ransportasi laut sangat terkait dengan hal pengangku-
tan. Pengangkutan sebagai alat fisik merupakan bidang
yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Pengangku-
tan atau sistem transportasi itu sendiri mempunyai peranan
yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar
arus barang dan lalulintas orang yang timbul sejalan den-
gan perkembangan masyarakat dan semakin tingginya
mobilitas, sehingga menjadikan pengangkutan itu sendiri
sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat.

A ngkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut


kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut. Da-
lam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 ten-
tang Pelayaran (yang selanjutnya disebut UU Pelayaran)
menyebutkan pengangkutan laut yang digunakan suatu
istilah angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut
dan/atau memindangkan penumpang dan/atau barang
dengan menggunakan kapal. Sedangkan Pengankutan
orang (penumpang) adalah kegiatan menaikkan orang ke
atas kapal, mengantarkan ketempat tujuan dengan kapal,
dan menurunkan orang / penumpang dari kapal ketempat
tujuan.

P engangkutan laut juga paling banyak digunakan karena


dapat memberikan keuntungan- keuntungan sebagai
berikut :
a. Biaya angkutan lebih murah dibandingkan dengan
alat angkut lainnya.
b. Sanggup membawa penumpang sekaligus men-
gangkut barang-barang dengan berat ratusan atau bahkan
ribuan ton
PROSEDUR DAN SYARAT PELAYARAN
Sistem dan prosedur pelayanan kapal, barang dan penumpang
adalah tata cara pelayanan operasional yang mengatur keluar atau
masuk kapal, kegiatan bongkar muat, keluar atau masuk barang
orang di pelabuhan, yang dilakukan untuk menjamin terselengga-
ranya ketertiban dan kelancaran kegiatan oprasional pelabuhan.

Sesuai pasal 4 KM No. 21 Tahun 2007 Nahkoda atau


pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapal dengan mengirim telegram
Nahkoda (master cable) kepada kakanpel dan
perusahaan angkutan laut nasional atau penye-
lenggara kegiatan angkutan laut khusus atau agen
umum atau sub agen serta memberikan imforma-
si berita cuaca kepada badan meteorology dan
geofisika (BMG) setempat melalui stasiun radio
pantai atau menggunakan faksimili dan sarana
komunikasi lainnya dalam waktu paling singkat 1 x
24 jam sebelum kapal tiba dipelabuhan. Dalam hal
waktu pelayaran kurang dari 24 jam, nahkoda atau
pemimpin kapal wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapal, pada saat kapal meninggalkan
pelabuhan asal menuju pelabuhan tujuan.

Perusahaan angkutan laut nasional atau penyelenggara kegiatan


kegiatan angkutan laut khusus atau agen umum atau sub agen
setelah menerima pemberitahuan sebagaimana yang sudah di
jelaskan di atas pada pasal 4 KM No. 21 Tahun 2007, mengajukan
permintaan pelayanan kapal dan barang (BPKB) kepada kakanpel.
Kakanpel (Kepala Kantor Pelabuhan) setelah menerima pengajuan
permintaan pelayanan akan melakukan penilikan terhadap doku-
men kapal dan barang, menyusun rencana pelayanan serta meny-
iapkan fasilitas pelayanan pelayaran.
T erkait dengan permintaan dan pemberitahuan diatas,
maka diperlukan peralatan komunikasi. Pasal 131 ayat
(1) menyebutkan bahwa kapal sesuai dengan jenis, ukuran,
dan daerah pelayarannya wajib dilengkapi dengan perleng-
kapan navigasi dan/atau navigasi elektronika kapal yang
memenuhi persyaratan. Dalam ayat (2) disebutkan bahwa
kapal sesuai dengan jenis, ukuran, dan daerah pelayarannya
wajib dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio dan
kelengkapannya yang memenuhi persyaratan.

D apat dilihat dengan mudah bahwa terdapat 3 pihak yang


menyelenggarakan operasional kapal laut. Diantaranya
adalah nahkoda, anak buah kapal dan syahbandar. Dari pen-
gertiannya, ketiga pihak ini memiliki tugas dan kaitan secara
secara umum.

N akhoda adalah pemimpin kapal, yang setiap ada peristiwa


tertentu harus mengambil sikap dan bertindak sesuai dengan
kecakapan, kecermatan dan kebijaksanaan, sebagaimana diperlu-
kan untuk melakukan tugasnya (Pasal 342 ayat (1) KUHD). Sebagai
pemimpin kapal, Nakhoda harus mempertanggung jawabkan
segala tindakannya terhadap kapal dan muatannya dalam segala
peristiwa yang terjadi di laut.

N akhoda selaku pemimpin umum kapal, memiliki tanggung-


jawab untuk mengoperasikan kapal dalam menyeberangkan
dan menghentikan kapal, membawa kapal ke tempat yang dituju
dan juga mengurus kapal beserta penumpang dan muatan.Setiap
orang yang ada di atas kapal baik itu penumpang maupun anak
buah kapal itu sendiri wajib menuruti segala perintah dan peratur-
an yang dikeluarkan/dibuat oleh Nakhoda demi keselamatan dan
keamanan di dalam pelayaran.
Nakhoda haruslah merupakan pembawa kapal yang cakap,
selain itu Nakhoda juga merupakan koordinator dan admin-
strator di dalam organisasi di atas kapal, sehingga nor-
ma-norma dan juga
peraturan perundang-undangan dapat terlaksana se-
bagaimana mestinya agar misi utama dapat terwujud sesuai
dengan tujuan.

Pengertian anak buah kapal dapat dilihat pada Pasal 1 (42)


UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang berbunyi
“Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain Nakhoda”.
Bertolak dari rumusan tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa untuk mengusahakan pelayaran kapal harus ada
daftar awak kapal (Monsterrol) yang dibuatdan disyahkan
oleh syahbandar.

Dari segi aspek sumber daya manusia pentingnya per-


ansyahbandar mengenai keselamatan dalam pelayaran,
Syahbandar sebagai pejabat tertinggi dalam kepelabuhan
tentunya memiliki kewenangan yang besar yang diberikan
oleh aturan hukum Indonesia, oleh UU Nomor 17 Tahun
2008 maka syahbandar memiliki tugas sebagai berikut :

a) Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan,


dan ketertiban dipelabuhan.
b) Mengawsi tertib lalu lintas kapal diperairan pelabuhan
dan alur-alur pelayaran.
c) Mengawasi kegiatan alih muatdiperairan pelabuhan.
d) Mengawasi pemanduan mengawasi kegiatan penundaan
kapal.
e) Mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage.
f ) Mengawasi bongkar muat barang berbahaya.
g) Mengawasi pengisian bahan bakar.
h) Mengawasi pengerukan dan rekalmasi
i) Mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan.
T E L E KO M U N I K A S I
Telekomunikasi
adalah teknik pengiri-
man atau penyampaian
infomasi, dari suatu
tempat ke tempat lain.
Dalam kaitannya den-
gan “telekomunikasi”
bentuk komunikasi
jarak jauh dapat dibe-
dakan atas tiga macam,
yaitu:

1) Komunikasi Satu Arah (simplex). Dalam komunikasi satu arah


(simplex) pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin
komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama.
Contoh: Pager, televisi, dan radio.

2) Komunikasi Dua Arah (duplex). Dalam komunikasi dua arah


(duplex) pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komu-
nikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama.
Contoh: Telepon dan Voice over Internet Protocol (VoIP).

3)Komunikasi Semi Dua Arah (half duplex). Dalam komunikasi


semi dua arah (half duplex) pengirim dan penerima informsi ber-
komunikasi secara bergantian namun tetap berkesinambungan.
Contoh: Handy Talkie, FAX, dan Chat Room.

(Hidayatullah, 2008)
Base Transceiver Station atau disingkat BTS merupakan
perangkat jaringan telekomunikasi yang memudahkan ko munika-
si nirkabel antara perangkat dan jaringan, Stasiun ini berupa tiang
menara vertikal. Piranti komunikasi penerima sinyal BTS dapat be-
rupa telepon, telepon seluler, jaringan nirkabel sementara operator
jaringan yaitu GSM (Global System for mobile Communication),
CDMA (Code Division Multiple Access), atau platform TDMA (Time
Division Multiple Access), BTS mengirimkan dan menerima sinyal
radio ke perangkat mobile dan mengkon versi sinyal-sinyal terse-
but menjadi sinyal digital untuk selanjutnya dikirim
ke terminal lainnya untuk proses sir kulasi pesan atau data. BTS
berfungsi sebagai perantara perangkat komunikasi pengguna
dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu cakupan pancaran BTS
dapat disebut sel. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern
yang mendukung mobilitas yang tinggi. Ketika satelit digunakan
untuk mendeteksi tanda tangan AIS maka istilah Satellite-AIS
(S-AIS) digunakan. Informasi AIS melengkapi radar laut, yang terus
menjadi metode utama informasi untuk transportasi air. Informasi
yang disediakan oleh peralatan AIS, seperti identifikasi yang unik,
posisi, arah dan kecepatan, dapat ditampilkan pada layer dimak-
sudkan untuk membantu otoritas maritim untuk melacak dan
memantau pergerakan kapal.

BTS
(BAS E
TRANS-
CEIV E R
STAT ION )
SEPERTI APA
MODEL
RESPON MITIGASI
response BENCANA
-
COVID-19 YANG
SESUAI
DENGAN KONDISI
DAN PERILAKU
MASYARAKAT
LOKAL DI DESA
PADANGBAI?

Setelah mengetahui Teori – Teori terkait, maka kondi-


si eksisting di Desa Padangbai dapat di eksplor untuk
mempolakan model mitigasi bencana covid 19.
PELABUHAN
PADANGBAI
Dermaga Kapal Fery
Bali – Lombok dan
Kapal Roro Bali Nusa
Penida

PELABUHAN
RAKYAT
PADANGBAI
Dermaga Kapal Cepat
(Speedboat) Bali –
Gili Trawangan

Prasarana Penyeberangan
1) Pelabuhan Padangbai – Kapal Ferry, Kapal Roro

2) Pelabuhan Rakyat Padangbai – Speed Boat


SARANA
PENYEBERANGAN

Speedboat (1
Kapal Feri (2
Kapal Roro (3
-

Jaringan Transportasi
Laut di Pelabuhan Padangbai
Untuk saat ini Kapal Fery (roro) dari Pelabuhan Padang-
bai menuju Pelabuhan Lembar dan nusa penida
Sedangkan kapal cepat atau boat hanya melayani
penyeberangan ke Pelabuhan Gili Trawangan
-Kantor Stasiun Radio Pantai SROP Padangbai memantau
(SROP) kelas IV Padangbai lalu lintas pelayanan penye-
mengoperasikan Global Mar- berangan Padangbai ke Pulau
itime Distress and Safety Sys- Lombok, dimana:
tem (GMDSS) yang berfungsi - Jumlah penyeberangan
untuk: wisatawan dari Pelabuhan
- pemberitahuan adanya musi- Padangbai ke Pelabuhan Gili
bah marabahaya; Trawangan Lombok men-
- komunikasi untuk koordinasi capai hampir 2000 orang
SAR; perhari menggunakan kapal
- komunikasi di lokasi musibah; cepat dengan kapasitas 100
- tanda untuk memudahkan penumpang
penentuan lokasi; - Jam Operasi Penyeberangan
- pemberitahuan informasi adalah dari jam 8:00 - 16:00
mengenai keselamatan pela- Sebagian Kapal Cepat sudah
yaran; dilengkapi dengan Perangkat
- komunikasi radio umum; dan - Radio SSB, AIS Transceiver
- komunikasi antar anjungan dan Radar
kapal. - Stasiun Radio Pantai Kelas IV
Padangbai rencananya akan
dipasang VTS.

SARANA KOMUNIKASI
Prasarana
Komunikasi
Pelabuhan

Secara umum Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dibagi menjadi


tiga jenis, terdiri atas visual, elektronik dan audible

(Pasal 21 PP No.5 2010)


1. MENARA SUAR ( MENSU) / LIGHT-
HOUSE
Menara Suar merupakan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran tetap yang bersuar
dan mempunyai jarak tampak sama
atau lebih 20 (dua puluh) mil laut
yang dapat membantu para naviga-
tor dalam menentukan posisi dan/
atau haluan kapal, menunjukkan arah
daratan dan adanya pelabuhan serta
dapat dipergunakan sebagai tanda
batas wilayah negara. 

2. RAMBU SUAR (RAMSU) / LIGHT BEACON


Rambu Suar adalah sarana bantu navigasi pela-
yaran tetap yang bersuar dan mempunyai jarak
tampak sama atau lebih dari 10 (sepuluh) mil laut
yang dapat membantu para navigator adanya
bahaya / rintangan navigasi antara lain karang,
air dangkal, gosong, dan bahaya terpencil serta
menentukan posisi dan / atau haluan kapal serta
dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah
negara.
3. PELAMPUNG SUAR (PELSU) / LIGHT
BUOY
Pelampung suar adalah sarana bantu
navigasi pelayaran apung yang ber-
suar dan mempunyai jarak tampak
sama atau lebih 4 (empat) mil laut
yang dapat membantu para naviga-
tor adanya bahaya /rintangan navi-
gasi antara lain karang, air dangkal,
gosong, kerangka kapal dan/atau
untuk menunjukkan perairan aman
serta pemisah alur. 
PERALATAN KOMUNIKASI PADA
KAPAL LAUT
Kondisi laut tidak selamanya bagus. Kadang kalanya badai mener-
jang kapal sehingga ada sedikit kecemasan tentunya. Belum lagi
kapal juga ada resiko tertabrak karang atau bahkan dibajak penja-
hat. Untuk menjaga kondisi kapal tetap kondusif, peralatan komu-
nikasi kapal selalu disediakan.
Dengan bantuan perlengkapan kapal ini, kapal bisa berjalan sesuai
arah dengan aman dan nyaman. Alat kapal juga sangat banyak.
Contohnya seperti alat komunikasi. Sesuai namanya, alat komuni-
kasi ini digunakan untuk berbicara atau berkomunikasi.

Telegraf menjadi alat yang sudah populer sejak dulu, lebih


tepatnya 1840-an. Cara kerja alat ini tidak sulit karena hanya
mentranmisikan informasi dari penyalur memakai kode morse.

Di kapal, peralatan komunikasi yang satu ini sangat penting


untuk digunakan. Khususnya saat kapal berada di kondisi ga-
wat atau darurat. VHF ini umumnya dipantau oleh coast guard
hingga 24 jam non stop.

Alat yang juga akrab dengan nama HT ini memiliki fungsi


yang sama dengan telpon nirkabel yang sering ditemui di
rumah-rumah.

Telepon satelit memang cocok digunakan awal kapal yang


setiap harinya berada di lokasi non sinyal GSM.
Marine VHF Radio juga menjadi alat komunikasi lain yang
digunakan di atas kapal. Peralatan kapal ini sangat cocok
digunakan di kondisi genting sekalipun. Tidak heran jika setiap
kapal harus ada 2 marine VHF Radio di dalamnya.

Alat komunikasi untuk kapal ini adalah jenis peralatan kapal


pribadi. Maksudnya, alat ini digunakan untuk semua awak.
Keberadaanya sangat membantu jika kapal sudah menepi di
darat untuk komunikasi.

Peralatan komunikasi kapal untuk komunikasi terakhir yang


paling sering dipakai adalah Single Side Band. Sistem operasi
peralatan ini berada di frekuensi tinggi dan juga menengah.
Peralatan komunikasi ini bisa dipakai untuk berkomunikasi
antar kapal yang jaraknya lebih dari 25 km.

(SUMBER : https://www.garudacitizen.com/peralatan-komunika-
PERALATAN NAVIGASI PADA KAPAL
LAUT
Alat Navigasi kapal merupakan suatu yang sangat penting dalam
menentukan arah kapal, Pada zaman dahulu kala Untuk menentu-
kan arah kapal berlayar tidak jauh dari benua atau daratan.

alat navigasi Kapal laut modern sekarang dilengkapi dengan alat


navigasi kapal berupa marine radar untuk mendeteksi kapal lain,
cuaca/ awan yang dihadapi di depan sehingga bisa menghindar
dari bahaya yang ada di depan kapal.
RADAR merupakan singkatan dari radio detection and ranging
(ini bahasa menurut bahasa daerah saya).radar merupakan suatu
sistem yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan
membuat map benda-benda seperti pesawat dan hujan. Istilah
radar pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan
istilah dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon Finding). Gelom-
bang radio kuat dikirim dan sebuah penerima mendengar gema
yang kembali. Dengan menganalisa sinyal yang dipantulkan,
pemantul gema dapat ditentukan lokasinya dan kadang-kadang
ditentukan jenisnya. Walaupun sinyal yang diterima kecil, tapi
radio sinyal dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuat

Satelit alat navigasi kapal adalah satelit yang menggunakan siny-


al radio yang disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk
menentukan lokasi sebuah titik kapal dipermukaan bumi atau di
lautan. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS
milik Amerika Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila
pandangan antara satelit navigasi kapal dan penerima di tanah
tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat penerima sinyal
satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data posisi kapal di suatu
tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata.
Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi kapal adalah
Global Positioning Satelite/GPS kapal adalah perangkat yang dapat
mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara
langsung menerima sinyal dari satelit. Perangkat GPS kapal modern
menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern da-
lam navigasi di darat, kapal di laut, sungai dan danau serta pesawat
udara.

alat navigasi kapal yang ketiga adalah peta, peta merupakan per-


lengkapan utama dalam pelayaran kapal bentuk dua dimensi (pada
bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi
yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. atau
dengan kata lain representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi.

Kompas adalah alat navigasi kapal untuk menentukan arah kapal


berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaras-
kan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas
memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu
dalam bidang navigasi.

IRS kapal adalah perangkat yang dapat mengetahui posisi koordi-


nat kapal berdasarkan efek inertial. Tidak seperti GPS kapal perang-
kat IRS kapal tidak memerlukan stasiun sehingga sangat cocok
untuk digunakan di bumi maupun di ruang angkasa. Perangkat IRS
modern kapal menggunakan peta sehingga merupakan perangkat
modern sebagai alat navigasi kapal di laut, selain itu IRS juga bisa
di gunakan sebagai alat navigasi di darat , navigasi pesawat udara
serta di ruang angkasa.

(SUMBER : http://kumpulanartikelkelautandanperikanan.blogspot.com/2011/10/alat-navi-
gasi-kapal-dan-alat-komunikasi.html
Seperti apa model mitigasi bencana
Covid-19 yang sesuai dengan kondisi
dan perilaku masyarakat lokal di Desa
Padangbai?
STUDI KASUS
Proses Evakuasi Pasien Dari Nusa Penida Menuju Rsud
Klungkung

17 April 2020 – 17:30 WITA


IDENTIFIKASI MASALAH
1) Tidak ada komunikasi KSOP
Nusa Penida dan KSOP Padang
Bai berkaitan adanya peminda-
han pasien dengan Protokol
Covid-19 dari Nusa Penida, pun
nakhoda kapal tidak meminta ijin
sandar ke KSOP (Seharusnya bisa
melalui radio yang sudah dileng-
kapi di setiap kapal).
2) Speed boat yang datang dan
bersandar secara tiba-tiba, ter-
lebih dengan penumpang men-
genakan APD dan infus membuat
Sebagian warga sekitar panik.
3) Padahal di Desa Padangbai
sudah ada satgas Covid serta di
area Pelabuhan ferry sudah ada
fasilitas Kesehatan Pelabuhan dan
beberapa Posko Satga Covid19
4) BPBD Kab. Klungkung (Nusa
Penida) tidak ada laporan dan
kordinasi kepada BPBD Kab. Ka-
rangasem masalah evakuasi ini.

REAKSI MASYARAKAT UMUM


KONSEP PEMECAHAN MASALAH
STRATEGI PERUBAHAN SISTEM KESEHATAN

fokus pada kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana


STRATEGI

HOW?
- Manajemen Bencana Berbasis
Masyarakat (Desa Tangguh Bencana,
Relawan);
- Rencana penanggulangan ben-
cana dan strategi lainnya);
- Perlengkapan Peringatan dini.

- Manajemen krisis terpadu dan mul-


tisector (Crisis center, Pusdalops);
- Sistem data bencana terpadu dan
satu referensi; dan
- Sistem logistik terpadu (terutama
pangan) dan jaring pengaman sosial.
- Edukasi dan literasi masyarakat;
- Komunikasi publik yang efektif;
- Bantuan non pemerintah yang
terpadu; dan
- Gladi dan simulasi.
DAFTAR PUSTAKA

- Dennis Mitchel. 2020. Peralatan Komunikasi Kapal Untuk


Berlayar
Mohamad Wahyuddin. 2011. Alat Navigasi Kapal Dan Alat
Komunikasi Kapal

- Hidayatullah, 2008. Jenis Menara BTS. (Online)


Pusat Teknologi Elektronika. 2018. Kunjungan Kerja Ke
Kantor Stasion Radio Pantai Padangbai Bali, Ditjen Per-
hubungan Laut

- Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 115 Tahun 2016


Tentang Tata Cara Pengangkutan Kendaraan Diatas Kapal
Kementerian PUPR. 2017. Modul Manajemen Penang-
gulangan Bencana Pelatihan Penanggulangan Bencana
Banjir

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2010 Tentang Kenavigasian

- Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Per-


hubungan Laut. 2021. Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

Anda mungkin juga menyukai