Anda di halaman 1dari 2

Pusat Pendidikan dan Latihan

Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia

Kasus : Perdata Tahun Ajaran : Genap 2021/2022


Mata Kuliah : Keadvokatan Sifat Tugas : Individu

Pada tanggal 28 Agustus 1995 MUNAROH, JAENAP, ROY PURBO, dan HANSON telah
melakukan penandatanganan akta jual beli tanah yang terletak di Selo, Tamantirto, Kasihan,
Bantul sebagaimana tercatat dalam Leter C 115 dengan luas tanah 1300 M2 atas nama SASTRO
DIPUJO dengan batas-batas (sebelah Utara: Jalan, sebelah Timur: Jirapto, sebelah selatan:
Tugino, sebelah barat: Parit) dengan menggunakan kuasa jual dari seorang pengacara yang
bernama SRONTO, S.H. yang beralamat kantor di Jalan Muja-Muju Pakem Sleman.
Penandatanganan Akta Jual Beli tersebut dilakukan dihadapan SURTIMAN selaku Camat
Wilayah Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang saat itu (Tahun 1995 camat juga sekaligus
berperan sebagai PPAT) berkedudukan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) secara
terpisah diantaranya:
1. MUNAROH melakukan penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 28 Agustus 1995
terhadap tanah yang tercacat dalam Leter C 115/Sumberan Tamantirto dengan Nomor
354/Ksh/1995 luas tanah 353 M2 (tiga ratus lima puluh tiga meter persegi) dengan nomor
persil P.77 No. C 115 yang terletak di Desa Tamantirto, Kecamatan kasihan, Kabupaten
Bantul menjadi hak milik SHM 2927 atas nama MUNAROH yang diterbitkan pada tanggal
07 Juni 1996, dengan batas-batas sebelah timur berbatasan dengan: JAENAP, Sebelah
Selatan berbatasan dengan: Jalan, Sebelah Barat berbatasan dengan: Parit).
2. JAENAP melakukan penandatanganan akta Jual Beli pada tanggal 28 Agustus 1995
terhadap tanah yang tercacat dalam Leter C 115/Sumberan Tamantirto dengan Nomor
353/Ksh/1995 luas tanah 331 M2 (tiga ratus tiga puluh satu meter persegi) dengan nomor
persil P.77 No. C 115 yang terletak di Desa Tamantirto, Kec. Kasihan, Kab. Bantul menjadi
hak milik SHM No. 2925 atas nama JAENAP yang diterbitkan pada tanggal 07 Juni 1996
dengan batas-batas Utara: ROY PURBO, Timur: Jirapto, Selatan: Jalan, Barat: HANSON.
3. ROY PURBO juga melakukan Penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 28 Agustus
1995 terhadap tanah yang tercatat dalam Leter C 115/Sumberan Tamantirto dengan Nomor
335/Ksh/1995, luas tanah 323 M2 (tiga ratus dua puluh tiga meter persegi) dengan nomor
persil P.77 No. C 115 yang terletak di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan Kabupaten
bantul menjadi hak milik SHM No. 2924 atas nama ROY PURBO yang diterbitkan pada
tanggal 07 Juni 1996 dengan batas-batas (Utara: ROY PURBO, Timur: JAENAP, Selatan:
Jalan, Barat: Parit.
4. HANSON juga melakukan penandatanganan Akta Jual beli pada tanggal 28 Agustus 1995
terhadap tanah yang tercatat dalam leter C 115/Sumberan Tamantirto dengan Nomor
356/Ksh/1995, luas tanah 297 M2 (dua ratus sembilan puluh tujuh meter persegi) dengan
nomor persil P.77 No. C 115 yang terletak di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul menjadi hak milik SHM Nomor 2926 atas nama HANSON yang
Pusat Pendidikan dan Latihan
Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia

diterbitkan pada tanggal 07 Juni 1996 dengan batas-batas (Utara: Jalan, Timur: Jirapto,
Selatan: Tugino.Barat: MUNAROH)

Kemudian sekira bulan November 2009 MUNAROH bersama dengan suaminya mendatangi
tanah mereka bermaksud melakukan perencanaan pembangunan di lahan tersebut, namun
ternyata patok pembatas sudah hilang, tidak lama kemudian tiba-tiba MUNAROH dan
MANDRA didatangi oleh WALUYO (pekerjaan petani, beralamat di Desa Tamantirto,
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul), PONIRAN (pekerjaan wiraswasta, beralamat di Jalan
Palagan Tentara Pelajar No. 20, Sleman, Yogyakarta) dan NGADINO (pekerjaan wiraswasta,
beralamat di Jalan Mawar Nomor 50, Umbulharjo, Kota Yogyakarta) yang mengaku tanah
tersebut adalah tanah milik keluarganya sehingga patoknya dipindah, WALUYO PONIRAN dan
NGADINO mengaku sebagai Ahli Waris dari Alm. Bapak JIRAPTO yang merupakan sepupu
dari SASTRO DIPUJO. Waluyo dkk mengatakan bahwa tanah yang telah dibeli oleh Munaroh
dkk belum pernah turun waris dan tidak pernah dijual oleh pihak manapun. Walaupun
MUNAROH telah menjelaskan tanah tersebut sudah beralih kepemilikan namun WALUYO
DKK tidak percaya, kemudian untuk menghindari perkelahian, MUNAROH mengajak
MANDRA sementara meninggalkan tempat tersebut.
Sekitar pertengahan tahun 2010 PONIRAN melakukan aktifitas dengan memanfaatkan Sebagian
lahan milik MUNAROH secara sewenang-wenang dengan membuat kolam pemancingan ikan,
hal yang sama juga dilakukan NGADINO yang membangun bangunan yang sebagian tembok
bangunan didapati melebihi batas tanah yang sebenarnya sehingga mengenai batas tanah milik
MUNAROH.
Sejak ada kejadian tersebut MUNAROH dan MANDRA melakukan pengecekan dengan
mengirimkan surat kepada kantor Kelurahan Taman Tirto, kemudian pada tanggal 21 Desember
2010 direspon oleh Kelurahan Tamantirto dengan balasan surat No. 77/Pem/Tt/2010 yang berisi
bahwa yang ternyata tidak berkesesuaian dengan buku catatan di kelurahan Tamantirto yang
justru menerangkan bahwa belum ada perubahan kepemilikan atas Letter C No. 115 Sumberan
Tamantirto dengan luas 1300 M2 yang hingga saat ini masih milik SASTRO DIPUJO, dan dari
Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul menyatakan bahwa tanah dengan SHM nomor 2927 atas
nama MUNAROH, SHM Nomor 2925 atas nama JAENAP, SHM Nomor 2924 atas nama ROY
PURBO, serta SHM Nomor 2926 atas nama HANSON adalah sah secara hukum.

Anda mungkin juga menyukai