PETUNJUK TEKNIS
KOMPETISI BAHASA DAN SASTRA TAHUN 2022
I. TUJUAN
Kegiatan Kompetisi Bahasa dan sastra bertujuan memotivasi masyarakat
khususnya generasi muda agar mencintai budaya sehingga tergerak untuk
melestarikan dan mengembangkan sastra Jawa.
II. PENYELENGGARA
Penyelenggara kegiatan adalah Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan)
Kabupaten Kulon Progo.
III. JENIS KOMPETISI BAHASA DAN SASTRA TAHUN 2022
1. Maca Geguritan
2. Macapat
3. Maca Cerkak
4. Alih Aksara Jawa
5. Sesorah
6. Stand Up Comedy
7. Pranata Adicara
IV. KETENTUAN KHUSUS
1. Maca Geguritan
a. Peserta adalah siswa SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Kulon Progo,
dibuktikan dengan Surat keterangan dari Kepala Sekolah.
b. Peserta membaca geguritan wajib dan pilihan dalam satu video (bukan terpisah).
c. Naskah geguritan disiapkan oleh panitia.
d. Tidak diperbolehkan menggunakan property dan music pengiring.
e. Peserta tidak diperbolehkan menyebutkan identitas diri dan atau menggunakan
perlengkapan yang dapat menunjukkan identitas diri
Contoh : Latar belakang tidak menunjukkan sekolah
f. Peserta tidak boleh memberi pengantar/penutup sebelum atau sesudah membaca
geguritan, kecuali menyebutkan judul dan pengarang
g. Menggunakan busana Jawa lengkap (gagrak Ngayogyakarta).
h. Kriteria penilaian :wicara, wiraga, wirama, wirasa
i. Peserta tidak diperbolehkan menambah, mengurangi, atau mengulang kata
dalam geguritan
j. Membaca geguritan berbeda dengan berdeklamasi, sesorah, dan pranata
adicara
k. Peserta diharapkan mampu memahami kekayaan estettik dalam teks geguritan
Contohnya dalam teks tersebut terdapat tembang atau lelagon maka peserta
boleh mendendangkan tembang tersebut
l. Video yang dikirim memperlihatkan seluruh badan peserta (bukan close up).
m. Video dan audio yang dikirim tanpa melalui proses editing (video dan audio utuh dari
awal sampai akhir, bukan gabungan dari potongan-potongan).
n. Pengambilan video dalam format landscape (horisontal).
o. Format video dalam bentuk MP4.
p. File Video diberi nama Geguritan (spasi) Jenjang(spasi) Nama (spasi) Asal. NO HP
Contoh :Geguritan SD Agus Budi SD N 4 Wates, 085745663125
q. Hasil karya peserta menjadi milik Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) Kabupaten
Kulon Progo.
r. Video dikirimkan ke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Kulon Progo
mulai tanggal 4 Juli s/d 23 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB melalui nomor hp.
082264073613 an. Bibid Bagasworo.
s. Mendapatkan piagam, throphy dan uang pembinaan dari masing masing jenjang senilai
:
Juara terbaik I Rp. 1.300.000,-
Juara terbaik II Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.000.000,-
Juara terbaik IV Rp. 800.000,-
Juara terbaik V Rp. 700.000,-
2. Macapat
a. Peserta adalah siswa SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Kulon Progo,
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Sekolah.
b. Peserta menembangkan tembang macapat wajib dan pilihan dalam satu video (bukan
terpisah).
c. Tembang macapat disiapkan oleh panitia.
d. Menggunakan busana Jawa lengkap (gagrak Ngayogyakarta).
e. Diperkenanan menggunakan gregel
f. Perjalanan menuju ke panggung atau tempat menembangkan tembang macapat,
ketika mendekati tempat menembangkan dilakukan dengan lampah dodok
g. Dalam menembangkan tembang macapat dilakukan dalam posisi besimpuh/bersila
h. Peserta tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu apapun, baik berupa iringan
musik maupun alat bantu lainnya (Contohnya gender atau alat musik lainnya sebagai
thinthingan/pengambilan nada)
i. Peserta tidak diperbolehkan menyebutkan identitas diri dan atau menggunakan
perlengkapan yang dapat menunjukkan identitas diri
Contoh : Latar belakang tidak menunjukkan sekolah
j. Peserta lomba tidak boleh memberi pengantar/penutup sebelum atau sesudah
mendendangkan tembang, kecuali menyebutkan nama tembang
k. Kriteria penilaian :titilaras, teknik, dhasarswanten, unggah-ungguh
l. Video yang dikirim memperlihatkan seluruh badan peserta (bukanclose up).
m. Video dan audio yang dikirim tanpa melalui proses editing (video dan audio utuh dari
awal sampai akhir, bukan gabungan dari potongan-potongan).
n. Pengambilan video dalam format landscape (horisontal).
o. Format video dalambentuk MP4.
p. File Video diberi nama Macapat(spasi) Jenjang(spasi) Nama (spasi) Asal. Contoh :
MacapatSMP Budi Agus SMP 1 Wates, 085745663125
q. Hasil karya peserta menjadi milik Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) Kabupaten
Kulon Progo.
r. Video dikirimkan ke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon progo mulai
tanggal 4 Juli s/d 23 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB melalui nomor WA 081915543000 an.
Sulistiyo.
s. Mendapatkan piagam, throphy, dan uang pembinaan dari masing masing jenjang
senilai :
Juara terbaik I Rp. 1.300.000,-
Juara terbaik II Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.000.000,-
Juara terbaik IV Rp. 800.000,-
Juara terbaik V Rp. 700.000,-
3. Maca Cerkak
a. Peserta adalah siswa SD, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Kulon Progo,
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Sekolah.
b. Durasi video paling lama 15 menit saat membacakan cerkak
c. Naskah cerkak disiapkan oleh panitia.
d. Tidak diperbolehkan menggunakan iringan, tidak teatrikal, tidak membawa alat peraga,
tidak membawa musik pengiring.
e. Menggunakan busana Jawa lengkap (gagrak Ngayogyakarta).
f. Peserta tidak diperbolehkan menyebutkan identitas diri dan atau menggunakan
perlengkapan yang dapat menunjukkan identitas diri
Contoh : Latar belakang tidak menunjukkan sekolah
g. Peserta lomba tidak boleh memberi pengantar/penutup sebelum atau sesudah
membaca cerkak, kecuali menyebutkan judul dan pengarang
h. Peserta tidak diperbolehkan menambah, mengurangi, atau mengulang kata dalam
cerkak.
i. Kriteria penilaian :wicara, wiraga, wirama, wirasa
j. Membaca cerkak berbeda dengan pidato/sesorah, pranata adicara, drama atau
mendongeng
k. Video yang dikirim memperlihatkan seluruh badan peserta (bukan close up).
l. Video dan audio yang dikirim tanpa melalui proses editing (video dan audio utuh dari
awal sampai akhir, bukan gabungan dari potongan-potongan).
m. Pengambilan video dalam format landscape (horisontal).
n. Format video dalam bentuk MP4.
o. File Video diberi nama Cerkak (spasi) Jenjang(spasi) Nama (spasi) Asal.NO HP
Contoh :Cerkak SMA Budi Agus SMA 1 Wates085745663125
p. Hasil karya peserta menjadi milik Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon
Progo.
q. Video dikirimkanke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Kulon Progo
mulai tanggal 4 Juli s/d 23 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB melalui no WA 085228032655
an. Atmi Purbajati.
r. Mendapatkan piagam, throphy dan uang pembinaan dari masing masing jenjang
senilai :
Juara terbaik I Rp. 1.300.000,-
Juara terbaik II Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.000.000,-
Juara terbaik IV Rp. 800.000,-
Juara terbaik V Rp. 700.000,-
5. Sesorah
a. Peserta adalah siswa SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Kulon Progo,
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Sekolah.
b. Tema Sesorah : Mekaring Jagad Anyar
c. Peserta menyampaikan sesorah sesuai dengan tema yang telah ditentukan
d. Durasi video paling lama 10 menit
e. Menggunakan busana Jawa lengkap (gagrak Ngayogyakarta)
f. Kriteria penilaian :wicara, wiraga, wirama, wirasa
g. Video yang dikirim memperlihatkan seluruh badan peserta (bukan close up).
h. Video dan audio yang dikirim tanpa melalui proses editing (video dan audio utuh dari
awal sampai akhir, bukan gabungan dari potongan-potongan).
i. Pengambilan video dalam format landscape (horisontal).
j. Format video dalambentuk MP4.
k. File Video diberi nama Sesorah(spasi) Jenjang(spasi) Nama (spasi) Asal NO HP
l. Contoh :SesorahSMPAgusBudiSMP 1 PENGASIH, 085745663125
m. Hasil karya peserta menjadi milik Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) Kabupaten
Kulon Progo.
n. Video dikirimkan ke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon Progo, mulai
tanggal 4 Juli s/d 23 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB melalui no WA 087742382252 an.
Danang Setya Nugraha
o. Mendapatkan piagam, thropy dan uang pembinaan dari masing masing jenjang senilai
:
Juara terbaik I Rp. 1.300.000,-
Juara terbaik II Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.000.000,-
Juara terbaik IV Rp. 800.000,-
Juara terbaik V Rp. 700.000,-
8. Stand Up Comedy Basa Jawa
a. Peserta adalah kalangan umum di Kabupaten Kulon Progo dengan menunjukkan bukti
ktp
b. Peserta diwajibkan menggunakan Bahasa Jawa.
c. Durasi video 5 – 10 menit.
d. Menggunakan busana Jawa lengkap (gagrak Ngayogyakarta).
e. Tema : Subasita Ing Jagad Anyar
f. Tidak diperkenankan menampilkan SARA atau saru.
g. Kriteria penilaian :
- Penampilan : Sikap, Gestur, Artikulasi, Interktif, Tingkat kelucuan
- Kesesuaian materi dengan tema
- Alur cerita
h. Video yang dikirim memperlihatkan seluruh badan peserta (bukanclose up).
i. Video dan audio yang dikirim tanpa melalui proses editing (video dan audio utuh dari
awal sampai akhir, bukan gabungan dari potongan-potongan).
j. Pengambilan video dalam format landscape (horisontal).
k. Format video dalambentuk MP4.
l. File Video diberinamaStand Up Comedy (spasi) Nama (spasi) Asal.
Contoh :Stand Up Comedy Agus Budi Yogyakarta
m. Hasil karya peserta menjadi milik Dinas Kebudayaan Kulon Progo.
n. Video dikirimkan ke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kulon progo mulai
tanggal 4 Juli s/d 23 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB melalui nomor WA 08122780178 an.
Sulistiyo.
o. Mendapatkan piagam, throphy, dan uang pembinaan dari masing masing jenjang
senilai :
Juara terbaik I Rp. 1.750.000,-
Juara terbaik II Rp. 1.400.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.300.000,-
Juara terbaik IV Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik V Rp. 1.000.000,-
7. Pranatacara
a. Peserta adalah siswa SMA/SMK/MA dan Umum Usia maksimal 40 tahun di Kabupaten
Kulon Progo, dibuktikan denga Surat Keterangan dari sekolah untuk pelajar dan KTP
untuk umum.
b. Tema Pranatacara :
- SMA/SMK/MA : Pengetan 10 Tahun Keistimewaan DIY
- Umum : Upacara Tingkeban (saking pantes-pantes ngantos
brojolan)
c. Peserta menjadi Pranata cara sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
d. Durasi video 10 menit .
e. Musik iringan disiapkan sendiri oleh peserta
f. Menggunakan busana Jawa lengkap (gagrak Ngayogyakarta).
g. Kriteriapenilaian :wicara, wiraga, wirama, wirasa
h. Video yang dikirim memperlihatkan seluruh badan peserta (bukan close up).
i. Video dan audio yang dikirim tanpa melalui proses editing (video dan audio utuh dari
awal sampai akhir, bukan gabungan dari potongan-potongan).
j. Pengambilan video dalam format landscape (horisontal).
k. Format video dalam bentuk MP4.
l. File Video diberi nama Pranatacara(spasi) Jenjang(spasi) Nama (spasi) Asal.
Contoh :
- Pelajar diberi keterangan Pranata Adicara (Spasi), Jenjang (spasi) Nama (spasi),
Asal (spasi), Nomor HP
Contoh : Pranata Adicara SLTA, siti Aisah, SMAn1 Wates, 0853242781236
- Umum diberi keterangan Pranata Adicara (spasi), Jenjang (spasi) Nama (spasi)
Kalurahan (spasi), Nomor HP
Contoh : Pranatacara Umum, Bambang Permadi, Donomulyo,
085364570821
m. Hasil karya peserta menjadi milik Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan)
Kabupaten Kulon Progo.
n. Video dikirimkan ke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Kulon
Progo mulai tanggal 4 Juli s/d 23 Juli 2022 Pukul 15.00 WIB melalui no WA
087742382252 an. Danang Setya Nugraha
o. Mendapatkan piagam, throphy, dan uang pembinaan dari masing masing jenjang
senilai :
Untuk pelajar SMA :
Juara terbaik I Rp. 1.300.000,
Juara terbaik II Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.000.000,-
Juara terbaik IV Rp. 800.000,-
Juara terbaik V Rp. 700.000,
Untuk peserta Umum :
Juara terbaik I Rp. 1.750.000,-
Juara terbaik II Rp. 1.400.000,-
Juara terbaik III Rp. 1.300.000,-
Juara terbaik IV Rp. 1.200.000,-
Juara terbaik V Rp. 1.000.000,-
Materi Crita Cekak SD/MI/sederajat
Dalan Padhang
Hatiful Latifah
“Ngapa ta Nang, kok gawe kaget esuk-esuk ngene?” Ibune Danang mlebu kamare Danang lan
niliki kahanane anake.
“Gek adus Nang, gek sarapan banjur mangkat sekolah. Dina iki rampung ujian, ta?” Ibune
Danang takon.
“IyaMbok, nyuwun sangune sing akeh, Mbok, arep taknggo tuku pulsa. Ujiane butuh pulsa je
Mbok!” wangsulane Danang.
“Lhaa...wingi rak wis taktukokke pulsa ta Nang, kok andang entek?” Ibune Danang ngelus
dhadha krungu wangsulane Danang.
“Entek tenan Mbok! Gek uwis endi dhuwite Mbok, arep tak nggo ujian.”
“Yoh, muga-muga bijine ujian apik ya, Nang?” Ibune Danang maringi dhuwit lan donga kanggo
Danang. Danang banjur adus, sarapan lan siyap-siyap menyang sekolah. Danang banjur lunga
menyang sekolah nganggo pit onthele, tanpa pamit, tanpa salaman lan ngambung astane Ibune. Tekan
sekolah kanca-kancane Danang lagi antri wisuh ing ngarep sekolah sinambi geguyon lan crita ngalor
ngidul sajak ger-geran. Danang banjur nyalip antrian wisuh kanca-kancane. Kanca-kancane Danang
padha surak amarga mangkel marang dheweke. Andri salah sijine kanca sekelase Danang, amung
bisa ngalah lan gedheg-gedheg. Dhasar Andri kosok balene Danang. Andri bocah kang ngerti unggah-
ungguh lan subasita. Ora kaya Danang, Andri ora seneng nyalip antrian wisuh. Andri seneng sapa aruh
lan sumeh marang sapa wae, ulate padhang marakake sapa wae betah lan seneng cedhak karo Andri.
Sawise wisuh lan cek suhu, Andri lan Danang mlaku tumuju kelas. Ing cedhak kelas ana bapak
ibu guru. Andri manehi salam lan sapa aruh marang gurune, ora lali rada mendhak. Beda karo Andri,
Danang ora menehi salam marang gurune, mlakuna ora mendhak, malah sinambi gojegan. Nalikane
mlebu kelas, Andri ora lali sapa aruh marang kancane. Danang mlebu kelas lan langsung lungguh
banjur dolanan HP-ne, ora sapa aruh karo kanca-kancane.
Bel kelas muni tandha mlebu. Bu Erni rawuh ing kelas lan murid-murid padha nyiapake ujian.
Ujian digarap kanthi tertib lan lancar tekan rampung. Sabubare ujian Bu Erni ngendika, “Murid-murid
ujian wis rampung nggih, ora suwe maneh rapot bakal diwenehke.”
Danang bali. Dina kuwi srengengene wis ana ing dhuwur sirah, tandha yen wis awan. Danang
banjur ngebut nganggo pit onthele, ora mung ngebut, nanging uga biyayakan anggone medhal. Nalika
liwat ngarep omahe tanggane kang lagi padha kumpul-kumpul, dheweke liwat tanpa matur “ndherek
langkung”. Bab iku njalari tanggane padha ora seneng. Tekan omah Danang banjur nang kamar,
dolanan HP ora ngewangi Ibune. Pancen bocah kang ora ngerti subasita, karo wong kang luwih tuwa
dheweke ora basa, ora tau ngajeni wong tuwa, lan kanca-kancane, gawe sapa wae wegah cedhakan
karo dheweke.
Saiki dina Kemis, dina kang dienten-enteni deningpara wali muriding sekolahan kasebut. Dina
iki rapot bakal dibagekake ana ing sekolahan. Para wali murid wis padha ora sabar weruh bijine anak-
anake. Semono uga Ibune Danang uga kepengin bijine anake apik. Arepa langite mendhung Ibune
Danang ora sedhih lan semangat kepengin enggal ndelok rapote.
Danang lungguh dhewekan neng ngisor wit. Ora let suwe rapote Danang wis ditampa Ibune.
Bu Erni ngendika marang ibune Danang bab subasitane Danang ing sekolahan.Bu Erni
nyritakakemenawa ana ing sekolah Danang ora tau ngajeni guru lan kanca-kancane. Atineibune
Danang krasa lara, mripate ora bisa ngampet maneh. Eluhe mbrebes mili bareng karo udan grimis ing
jaba.
“Nang, mbok ya ngajeni nek karo bapak ibu guru. Kowe ki anak siji-sijine, aja gawe wong
tuwamu isin lan gela.”Danang sing biyasane mangsuli saiki wis ora bisa ngomong apa-apa, dheweke
getun ananging bingung kudu kepriye. Ing ngisor wit Danang nangis.
“Aku gelem nuturi kowe supaya bisa duwe subasita marang sapa wae, Nang” dumadakan
keprungu suarane Andri. Danang banjur ngadeg lan ngelap eluhe.
“Matur nuwun, Ndri” Danang mangsuli. Saya suwe Danang wis beda ulate. Padhang, sumeh,
basane alus, lan kabeh kanca-kanca sing ngadohi dheweke wis gelem kekancan maneh marang
dheweke. Ibune Danang uga seneng anake bisa dadi bocah kang sopan, bapak ibu guru lan tanggane
uga melu seneng karo Danang. Saiki Danang ngerti yen subasita iku penting lan ora kena dilalekake,
amarga subasita bisa gawe urip ayem tentrem lan bakal nduduhake dalan padhang.
Materi Crita Cekak SMP/MTs/sederajat
KODHE BOOKING
Adinna Alfajri
“Bri, Febri. Gek ayo!” keprungu swarane Kenes saka njaba kamarku.
Aku gage-gage mbenerake klambi, banjur mbukak lawing kamarku. Wis katon wong wadon ayu
kang mecucu sinambi nggendhong tas rada gedhe ing gegere. Gregah, aku langsung ngrangkul Kenes,
kancaku raket sing wis kaya mbakyuku dhewe.
“Wah, sajake awakmu wis ora sabar, ya?” pitakonku marang Kenes.
Dheweke mung manthuk lan njiwit tanganku. Dina kuwi aku arep menyang Surabaya ngeterake
Kenes lomba. Kabeh wis direncanakake kawit seminggu kepungkur. Tiket sepur, papan kanggo nginep,
lan sembarang liyane uga wis kaitung. Sawise ngunci kamar kos, aku ngetokake motor lan manasi
sedhela. Sawise iku, nganggo helm lan mangkat tumuju stasiun, dene Kenes mbonceng ana ing sadel
mburiku.
“Nes, mampir tuku sarapan sedhela, ya? Wetengku wis kemrucuk iki,” panjalukku sinambi nyetir
motor tumuju stasiun Lempuyangan.
“Ya. Aku ya ngelih iki, sisan tuku nyamikan lan wedang nek ngono,” wangsulane Kenes sinambi
nyawang jam tangane.
Aku banjur menggok lan mandheg ing warung pinggir dalan. Bakmi dadi pilihan sarapanku,
dene Kenes milih tuku sega goreng, ora lali nyamikan lan wedang kanggo sangu ing ndalan. Kabeh
panganan mau trima dibungkus lan arep dipangan ing njero sepur sinambi mlaku ngetan tumuju
Surabaya. Amarga wis dadi pakulinane aku lan Kenes yen mangan bareng ora bisa nek mung lima apa
sepuluh menit. Mesthi luwih seka telung puluh menit, malah-malah bias sejam utawa rong jam. Sawise
mbungkus panganan mau, motor langsung dak gas tumuju stasiun.
Kahanan stasiun isih sepi, mung ana petugas lan wong-wong kang nggendhong tas utawa
nyeret koper. Durung akeh bapak-bapak ojek, supir taksi, utawa kuli panggul sing biyasane pating
sliwering sacerake parkiran. Motor wis dak parkirake. Aku lan Kenes banjor mlaku tumuju mesin kanggo
nyethak tiket ing sacerake lawang mlebu. Sanalikaiku, ana wong wadon rada sepuh kang uga nyeraki
mesin cethak tiket sinambi nyawang wong lanang enom kang lagi migunakake mesin kasebut. Sajake
ibu-ibu kuwi mau kepengin ngerti cara migunakake mesin kang wis canggih kuwi.
“Mas, nyuwun pirsa kuwi mau le nyethak tiket kepiye ya?” pitakone ibu kasebut.
“Wah, Ibu iki mesthi wong jaman mbiyen, mosok ngene wae ora reti carane. Kae lho, mendhing
Ibu ki takon marang wong liya apa pak satpam wae. Nek tak terangke mesthi yo ora dhong,”
wangsulane wong lanang mau samba nyawang hapene lan mlengos lunga.
Dak sawang Ibu mau sajak sedhih atine. Aku banjur ngomong marang Kenes supaya nglipur
ibuk kasebut.
“Nyuwun sewu, Bu. Wonten menapa, njih? Kok sajak Ibu bingung?” pitakonku.
“Iki lho, Nak. Aku ki kepengin nyethak tiket, nanging ora bisa le nganggo mesin iki. Kawit mau
uga durung ana petugase” wangsulane Ibu mau.
“Menawi ajeng nyethak tiket ngangge mesin menika, kedah kagungan kodhe booking rumiyin,
Bu. Menapa Ibu sampun kagungan kodhe booking?” pitakonku maneh.
“Kodhe booking ki rak sing kaya mengkene ta, Nak? Anakku lanang ki wingi ngirimi aku nomer
sing aku ora dhong karepe kepiye. Jarene yen nomer iki dakduduhake petugas, mengko tiket-e bias
kacetak, ora prelu ngantri ing loket,” wangsulane Ibu mau sinambi ngetokake smartphone lan
nduduhake chat saka salah siji nomer aran ‘Yoga Anakku’ kang isi negambar kodhe booking tiket sepur.
“Nah, njih, Bu. Leres menika kodhe booking ingkang kula maksud wau. Nah, menawi sampun,
cobi kodhe kasebut dipun ketik ing mesin menika, Bu. Mangga kula biyantu. ”Aku banjur ngewangi Ibu
kasebut anggone nyethak tiket. Sawise mencet-mencet kodhe booking, madhakake idhentitas lan
liyane, tiket bias kacithak. Ibu kasebut katon bungah atine. Sawise iku gentian aku lan Kenes sing
nyethak tiket.
“Matur nuwun ya, Nak. Aku iki wong tuwa sing ora ngerti bab-bab kaya mengkono. Kabeh wis
beda jaman. Apa meneh iki aku mung dhewekan, kabeh anakku wis pada omah dhewe-dhewe, dadi
mung nunak-nunuk dhewe aku ki.”
“Mboten menapa, Bu. Mangga sareng kemawon anggenipun mlebet kreta. Kula lan kanca kula
ugi ajeng budhal dhateng Surabaya,” wangsulane Kenes sinambi ngewangi nggawa gawane Ibu.
“O,ya, Nak. Seneng aku yen isih ana wong enom sing sopan, ora isinan lan gelem mbiyantu
wong tuwa kaya aku ngene. Ora kaya mase mau, mung gagah awake, nanging blas ora duwe unggah-
ungguh karo wong tuwa. Nyawang wae ora gelem, mung nyawang hapene wae.”
“Njih mboten, Bu. Taksih kathah kok tiyang nem ingkang ngetrapaken unggah-ungguh, nanging
dereng ketingal kemawon.”
Aku, Kenes, lan Ibu banjur mlaku tumuju sepur kang wis siap mangkat. Ora lali aku ngenalake
awakku lan kancaku sinambi mlaku.
“Tepangaken, Bu. Kula Febri, dene punika kanca kula, Kenes. Nyuwun donganipun nggih, Bu.
Benjang enjang Kenes badhe lomba ing dhaerahTunjungan, Surabaya.”
“Owalah, awakmu menyang Surabaya merga arep lomba ta, Nak. Omahe anakku sacedhake
stasiun Gubeng. Mbok menawa awakmu wis rampung anggone lomba, mampira, Nak. Mengko tak ajak
mubeng-mubeng Surabaya. Iki, cathet nomerku ya, Nak.” Ibu kasebut banjur ngetokake hapene lan
ngakon Kenes nyathet nomere.
Sawise kenalan lan ijolan nomertelepon, aku lan Kenes nduduhake tiket lan KTP supaya
dipriksa dening Pak petugas, aku lan Kenes banjur niliki nomer kursine Ibu, lan mlaku nggoleki kursine.
“Bu, menika lenggahipun Ibu. Kerdus kula sukakaken mriki, nggih,” kandhane Kenes sinambi
nyelehake kerdus gawanane Ibu mau.
“Oh, ya, Nak. Matur nuwun sanget ya, Nak. Muga-muga apa sing padha kok tindakake iki bias
kawalesdening Gusti, lan apa kang dadi tujuwanmu ing Surabaya bias kagayuh, pikantu kasil kang
maremake, sukses ya, Nak.”
Sawise pamitan, aku lan Kenes banjur pindhah gerbong, goleki kursi kanthi nomer kang jumbuh
karo nomer kang kapacak ing tiket. Sawise ketemu, aku lan Kenes banjur lungguh, nyenderake boyok.
Ora let suwe sepur mlaku ngetan. Gedhung lan hotel sing maune katon saka stasiun mulai ilang. Katon
rel lan pemandhangan sakiwatengene sepur sing bisa dak sawang.
“Muga-mugaapa sing dingendikakake Ibuke mau bias dadi kasunyatan, ya.”Omongku marang
Kenes supaya dheweke tambah semangat ngadhepi lomba sesuk esuk.
Kenes ngamini lan mesem. Sawise iku dheweke mulai mbukak bungkusan, lan ngajaksarapan.
Aku gage-gage melumbu kakbungkusanku.
***
Wengi kuwi Nugraha bali ngomah kanthi rupa mbesengut. Lambene mecucu. Nalika mlebu
omah uga ora uluk salam. Mung mbludhus ngono wae. Nyabrangi ruang tamu banjur klepat, mlebu
kamare. Aku sing isih nonton televisi apal, Bayu mesthi nembe nesu. Mbuh nesu karo sapa, kagol
merga apa, aku durung genah. Alon-alon aku nothok kamare Jonathan.
“Nug, jare gladhen sinoman ana nggone Pak Dhukuh. Wis rampung pa anggone gladhen?”
“Hhh… latihan sinoman ra ana tegese!” Wangsulane Nugraha saka njeron kamare.
“Mbok dibukak kamare, kene lho ngobrola karo Bapak. Satemene ana apa lan kepriye?”
Kamare dibukak, Nugraha jumedhul saka kamare karo mangsuli,”Ah, njelehi tenan kok, Pak!”
“Kosik ta. Njelehi kepriye ta? Sing njelehi kuwi apa, sapa?”
“Mangkel je, Pak aku iki.” Kandhane Nugraha karo lungguh kursi ruang tamu.
“Lha ngapa kok mangkel?”
Nugraha banjur nyritakake larah-larahe kena ngapa kok dheweke mangkel. Kawitan ketua
karang taruna pancen menehi uleman kanggo para nom-noman ing Kalurahan Bulusari sing mbawahi
wolung padhukuhan. Nugraha sing ana ing Padhukuhan Menur uga diulemi. Ketua karang taruna
Kalurahan Bulusari pancen nembe grengseng melu ngurip-uripake sakehing seni, adat-tradhisi,
dolanan, kerajinan, kuliner, lan sapanunggalane sing klebu dadi potensi budayane Kalurahan Bulusari.
Tradhisi sinoman sing biyen kaprah banjur kaya kesilep jaman kepengin diuripake maneh dening
Kalurahan Bulusari lumantar karang taruna. Ya ing kono kuwi Nugraha banjur melu gladhen.
Nalika gladhen sepisan, kapindho, lan kaping telu kabeh lumaku kanthi lancar. Sepisanan
pancen katon kikuk lan ora luwes. Nanging suwening-suwe ya dadi lancar. Giliran gladhi resik para
nom-noman sing digladhi nyinom dikon praktek. Dene sing dadi tamu sing kudu diladeni ya para mentor
lan wong-wong sing rawuh ana papan gladhen. Ya ana wong tuwa, ana uga cah enom. Ing kono
Nugraha kudu laku dhodhok karo nggawa baki utawa lengser isi gelas. Anggone laku dhodhok kanthi
bebedan, surjanan, lan blangkonan. Rasane dadi kidhuk lan ribet. Nalika gladhen rasane ya ora angel,
nanging bareng gladhi resik lan kudu laden temenan kok dadi krasa angel. Mbuh kepriye mula bukane,
baki sing digawa Nugraha miring. Gelas mrucut saka baki lan wedange nelesi saweneh tamu sing kudu
diladeni. Kamangka wong sing kesokan wedang mau kalebu sesepuh ing Kalurahan Bulusari. Biyen
uga nate dadi ketua karang taruna lan ketua sinoman. Wong mau muring.
“Woo, dhasar cah jaman saiki ra ngerti tatakrama. Grusa-grusu. Digladhi apik-apik malah
nyuntaki wedang karo sing nggladhi. Pemudha ngendi kowe?!” Pitakone wong mau sereng.
“Nyuwun pangapunten, Pak. Kula saking Padhukuhan Menur.”
“Huh, cah Padhukuhan Menur ki jebul mung kaya ngono ta? Nggawa baki isi wedang wae ora
jegos. Lha yen ngene iki carane, Kalurahan Bulusari iki ora bakal bisa maju dadi kalurahan rintisan
budaya. Pemudhane dilatih bab kabudayan wae ora bisa. Nggawa baki wae nggregeli, nyuntaki tamune
pisan! Wis, wis, tobat. Dilatih subasita, tatakrama malah ngrugekake sing nglatih. Kuwi wae nembe ajar
nggawa wedang karo laku dhodhok. Durung maneh yen dilatih dadi pranatacara lan pamedhar sabda,
tak pesthekake mesthi ukara utawa tembung-tembunge ya nggregeli. Gawe isin. Gawe wirang. Prakara
sepele wae ora mrantasi, apa maneh prakara sing luwih anget, luwih memet. Huh!”
Apa sing dicritakake Nugraha marang aku kuwi ora wurung njalari aku kaget lan gumun. Ora
ngira babar pisan. Ora ngira yen anakku lanang bakal diuman-uman wong marga alangan gelase sing
digawa ana baki ngguling.
“Aku pancen luput merga tanpa jinarag nyuntaki wedang marang sesepuh sing asmane Pak
Basiran kuwi, Pak. Semonoa apa ya pantes nguman-uman bocah enom sing nembe anyaran ajar
nyinom ana ngarepe wong akeh? Isin aku! Kuwi jenenge miring-mirangake wong liya neng ngarep
publik. Ya ora, Pak?”
“Wah, karepe Pak Basiran kuwi apik, nanging carane kurang pener, Nug.”
“Dheweke uga pamer yen biyen nate dadi ketua karang taruna, ketua sinoman, lan aktif ing
masyarakat. Ora kaya aku nembe gladhen sinoman sepisan wae wis gawe wirang.”
“Kebangeten anggone dadi wong tuwa yen kaya ngono kuwi. Terus sidane kepriye? Kowe arep
terus melu peragaan sinoman apa ora, Nug?”
“Ah, paedah apa melu ngono-ngonokan. Upama Kalurahan Bulusari dadi rintisan desa budaya
njur nom-noman kaya aku iki entuk apa? Sing entuk jeneng rak ya para sesepuh kaya Pak Basiran
barang kae. Aku rak mung dhapur kongkonan, objek, lan piranti.”
“Hus, ya aja ngono ta, Nug. Mbokmenawa Pak Basiran kuwi anggone nesu lan nguman-uman
marang kowe ya mung marga spontan wae, merga kegrujuk wedang kuwi njur mak ceplos. Ngono,
Nug.”
“Eh, wong tuwa tur ya melu nggladhi kabudayan kok ora meneb. Lha yen nglatih tentara ngono
ya wangun. Lha mung gladhen sinoman kesokan wedang tanpa jinarag kok njur nguman-uman ora
karuwan. Jarene nggladhi tatakrama, sopan santun, subasita, lha kok malah kaya ngono. Bisa mulang
kok ora bisa menehi tuladha. Yen mung jarkoni wae aku ya wasis. Yen ngono kuwi minangka jejere
wong tuwa, dunung subasitane Pak Basiran kuwi ana ngendi? Mirang-mirangke wong neng ngarepe
wong akeh kuwi gawe tatu neng ati lho, Pak. Kuwi jenenge wong tuwa sing mulang wuruk subasita
nanging satemene ora ngerti subasita.”
“Lha ya dingapura. Padha-padha ngapura-ingapuran kuwi rak ya becik.”
“Tatu neng ati kuwi angel je marine.”
“Wis, lalekna. Sing baku anggonmu nyengkuyung Kalurahan Bulusari enggal rampungna. Yen
kowe didhapuk dadi sinoman ya ajar dadi sinoman sing tenanan. Aja mung kepeksa utawa mung waton
ngrampungake jejibahan thok.”
“Ha kagol atiku, Pak.”
“Lha aja gampang kagolan kaya ngono. Saiki coba pikiren, yen kowe dadi Pak Basiran njur
kowe nggladhi nom-noman ing babagan sinoman lan sinomane ana sing nyuntaki wedang ngono, kowe
njur kepriye? Nesu apa ora kira-kira?”
Sapandurat Jonathan ora wangsulan kejaba mung nyawang aku.
“Kepriye? Nesu ora kira-kira?”
“Ketoke aku ya bakal nesu, Pak.”
“Lha gene ya nesu. Ngono kok ora trima dinesoni Pak Basiran.”
“Aku bakal nesu, nanging aku ora bakal nguman-uman. Apa maneh nguman-uman ana ing
ngarepe wong akeh. Kuwi wewaler ta, Pak?”
“Gayamu kaya wong wicaksana wae. Rung karuwan yen kowe bisa meneb lan ngendhaleni
rasa nesumu.”
Seje wektu Nugraha ngandhakake menawa Kalurahan Bulusari lulus verifikasi minangka
rintisan desa utawa kalurahan budaya. Jarene sing ngabari Pak Basiran. Bareng karo anggone ngabari,
Pak Basiran uga njaluk ngapura marang Nugraha. Kaya sing dakkarepake, ing kono padha apura-
ingapuran. Padha legane, padha lilane.
(***)
Materi Geguritan Wajib SD/MI/sederajat
Wiji Semi
Heppy Suryanti
Wiji-wiji tumandur
Aksara Jawa
Krisnawati RND
Keliwonteningombakinggesangjamansamenika
Maturnuwun, Gusti
Maturnuwun,Gusti
Atur kula
Aksara Rinonce
Kingkin Winanti Nurdiana
owahing mangsa
gingsiring jaman
sirna muspra
panjenengan sedaya
aksara Jawa
Materi Geguritan WajibSMA/MA/sederajat
Mustofa W Hasyim
Daleme Simbah
Kula kijenan
Swanten tangis
"Dudu Le."
Wonten seratanipun
"Hooh Le."
"Sampeyan sinten?"
"Aku huruf ha
Aku na
Aku ca
Aku ra
Aku ka"
Aku ta
Aku sa
Aku wa
Aku la"
Aku dha
Aku ja
Aku ya
Aku na."
Aku ga
Aku ba
Aku tha
ngantos sepriki
Materi Geguritan PilihanSMA/SMK/MA/sederajat
Hindratmoko Andritamtomo
Jarik Bathik
Olah kridhaning asta lumaku nut ilining malam cuwer ngecuraken pikir
Kang den suwun saged mecahaken wudun methentheng kang amberat laku
! ! ! @ Xxz6xc! 5 x xc5
z3
Ra- sak- na jro- ning kal- bu
5 3 2 1 ! ! @ z6c! 5 3 z c5
a- pa si- ra wus wig- nya a- ni- ru
1 1 1 1 2 2 z2c3 z2x.x3x2c1
kla- wan sa- pa wa- e sra- wung
3 5 6 ! ! ! ! ! 6 ! z@c# #
Na wong pin- ter ke- bak ngel- mu ja- ra la- ngit
# z x!c@
@ # 5 5 z6x5c3
La- mun no- ra bi- sa
5 5 6 z!c@ 6 5 z c3
2 z2c1
Pra- nya- ta a- doh ing ro- wang
7 @ @ z c# 7
@ @ @ @ z#x@c7 6
Mang- ga sam- ya tan- sah di- pun- e- ling
5 5 5 5 z6c7 z6x5x6c5
Pi- tu- tur sa- yek- tos
2 2 2 z3x2cu u 5 5 5 z5x6c5 3z c2
Duk ing ngu- ni da- dya se- san- ti- ne
u 2 3 z2c3 u u u u ztcy u
sa- we- ga dhi- ri sa- wi- ji kar- si
2 3 5 5 z5x6c5 z3c2
Gre- get nung- gal kap- ti
5 5 6 z7c@ z x#c@
@ z c6
7
Seng- guh no- ra ming- kuh
2 3 3 3 3 3 z3c5 z3x2c1
Ra- ha- yu- ning bra- yan ki- ta
1 2 3 3 2 1 1 1 1 z1c2 z1cy
Sa- yek- ti- ne gu- man- tung ki- ta sa- mi
3 6 ! ! ! ! !z @
x #
c @
Pa- ma- ren- tah kang a- nun- tun
2 3 3 3 2 2 z c1
2 z cy
1
Mrih gan- cang- ing ka- sem- ba- dan
1 2 3 5 6 ! z@c# zx@x.x!x@c!
Tu- hu tres- na kang den- sa- mi
3 z c3
2 z c5
1 5 3 z2c3 y
z x.x1c2 2
Lam- pah- nya ma- ring sa- sa- ma
2 3 3 3 2 z x.c1
2 z6x.x5c3 x2
z x.c1
Ru- ruh ri- rih ngan- di- kan- e
@ ! z6c@ @ ! ! 6 z x.x5c6 6
Ti- na- ta ta- ta mi- ra- ga
y 1 1 1 2 4 z x.x1c2
x2 2
Re- sep si- na- wang pan- du- lu
t y 1 1 2 3 z1x.x2c1 zyx.ct
ywa pi- san a- ga- we cu- wa
7 @ @ @ @ @ z#x.x@c7 z6x.c5
E- man te- men nya- ta ba- ut
3 5 5 5 6 7 z x.x6c5 3
5 z x.c2
Ka- ton- a- ken sa- ben ngar- si
2 2 2 3 2 zux.xyct z3x.x2cu y
z x.ct
Ye- ku i- nga- ran u- gung- an
2 3 5 2 3 5 3z x.x2c3 3
Kang yek- ti da- dya wi- rang- i
3 3 2 2 1 1 z cy zyxcu zux.xyct
Te- mah ang- re- ru- jit na- la
t y u 2 2 2 z2x.c3 z2x.x3x2cu
Pa- ran- de- ne me- ma- lat- i
! @ @ @ @ # # # # #
Wer- di- ning- kang war- si- ta ji- nar- wi
# z x.c@
x# z@c# @ ! @ @ @ z c@
# zx!x.c6
Wruh ing ku- kum i- ku wa- tek- i- ra
@ # # # @ @ z x.c@ !
# z x.c6
a- doh ma- rang ka- nis- tha- ne
! @ @ @ z@x.c# z#x.x@c! @
pa- mi- ca- ra pu- ni- ku
! 6 # z x.c@
# @ @ @ ! @
weh re- sep- ing sa- gung mi- yar- si
6 ! ! ! ! z!x.c@ 6
ta- ta kra- ma pu- ni- ka
3 2 1 3 zx2x.x3x.c2 z1x.cy
a- doh ing pa- nyen- dhu
y 1 2 2 2 2 2 2
ka- gu- nan i- ku ki- nar- ya
1 2 2 2 2 z3x.c2 z1x.xyx.x1c2
4 4 4 3 2 z c5
1 5 5 6 ! z x.x@c#
! z x.c!
@
Dhuh Gus- ti Kang Ma- ha a- sih lan Ma- ha- gung
@ ## # ! ! z@c# z x.x6c5
!
Mu- gya pa- ring- a ak- sa- mi
6 7 7 7 6 5 z3x.x5c6 6
Myang ji- wang- ga kang a- sam- pun
5 5 6 ! @ # zx#x.x%c# z@x.c!
Si- sip pra- na- tan lan pan- dom
5 6 7 z@x.c# 5 5 5 5 6 7 5 z x.c2
x3
Ha- ywa lup- ta ja- ti- ning ge- sang sa- nya- ta
1 2 3 2 5 z5x.x6c7 z6x.c5
Tan- sah- a was lan e- ling
5 3 2 2 2 2 z x.x2cu
x3 zyx.ct
Ma- deg sa- ju- ga gung dhi- ri
4 4 4 z6x.x5c3 z2x.c1
Sa- ben a- ri- nya