Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN UJIAN

(BJU) UAS TAKE HOME EXAM


(THE) SEMESTER 2020/21.2
(2021.1)

Nama Mahasiswa : ABDUL WAHID

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041024484

Tanggal Lahir : 08 Agustus 1988

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4210 / Hukum Lingkungan

Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum S1

Kode/Nama UPBJJ : 78 / Mataram

Hari/Tanggal UAS THE : Senin / 05 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halamanini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuranakademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulistangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuranakademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ABDUL WAHID


NIM : 041024484
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4210 / Hukum Lingkungan
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Hukum S1
UPBJJ-UT : MATARAM

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepadasiapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UASTHE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di UniversitasTerbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik UniversitasTerbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Praya, 05 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

ABDUL WAHID
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. a. polluter pay principle (asas pencemar membayar) adalah bagian dari serangkaian prinsip yang
lebih luas untuk menuju pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia. Di dalam asas ini, setiap
pelaku kegiatan usaha yang dalam kegiatannya melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau menghasilkan polusi yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup, harus menanggung biaya pengelolaannya dengan
cara mengganti kerugian dan/atau melakukan tindakan tertentu terhadap apa yang dilakukan oleh
pelaku kegiatan usaha tersebut untuk mencegah kerusakan pada kesehatan manusia atau
lingkungan.
Berdasarkan pemaparan kasus tersebut dimana digelar forum yang melibatkan 90 ahli geologi dari
seluruh dunia yang menyimpulkan bahwa semburan lumpur di Sidoarjo disebabkan karena faktor
kesalahan prosedur pengeboran dan ditambah lagi kesimpulan yang lebih mengejutkan terungkap
dari hasil penelitian Drilling Engineers Club. Salah satu penelitinya, Kersam Sumanta, menyatakan:
“Semburan lumpur di Desa Siring [salah satu desa di Porong] yang bersumber dari pengeboran PT
Lapindo Brantas tidak disebabkan oleh bencana alam. Semburan lumpur Lapindo itu karena
kesalahan operasi pemboran yang disengaja." Maka jelaslah PT lapindo sebagai pihak yang
melakukan pencemaran dapat dimintai pertanggung jawaban ganti rugi, hal ini juga diperkuat atas
dasar Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 “Setiap perbuatan melanggar hukum
berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu”, serta pasal pasal 35 ayat (1) Undang-
Undang No. 23 Tahun 1997 “Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan
kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan
beracun, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban
membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup”.
b. dalam prinsip pencemar membayar setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi,
dan/atau melakukan tindakan tertentu. Sesuai dengan pasal 87 UU PPLH ayat (1) “Setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau
lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.”
Selain diharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula
dibebani oleh hakim untuk melakukan tindakan hukum tertentu sebagaimana disebutkan dalam
penjelasan pasal 87 UU PPLH ayat (1) “Ketentuan dalam ayat ini merupakan realisasi asas yang
ada dalam hukum lingkungan hidup yang disebut asas pencemar membayar. Selain diharuskan
membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula dibebani oleh hakim
untuk melakukan tindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk:
a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku mutu
lingkungan hidup yang ditentukan;
b. memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau
c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.

2. a. keterkaitan antara UKL-UPL dengan izin lingkungan


- Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
- Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Hukum lingkungan merupakan salah satu instrumen yuridis yang memuat tentang kaidah-kaidah
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun makna yang dapat terkandung dan
diamanatkan dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup (UUPPLH) adalah upaya penegakan hukum.
Pada pasal 14 UU 32/2009 tentang PPLH telah menjelaskan bahwa Amdal, UKL-UPL dan perizinan
merupakan salah satu instrumen pencegahan terhadap pencemaran lingkungan hidup dari 13
instrument yang ada di UU 32/2009 (UUPPLH) dalam upaya pencegahan pencemaran dan
kerusakan lingkungan, dan Ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 36 UU PPLH, telah
menetapkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan.
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa izin lingkungan merupakan persyaratan mendapatkan izin
usaha dan/atau kegiatan.
Adapun fungsi dari perizinan itu sendiri adalah selain dijadikan alat control bagi pemerintah/instansi
pemberi izin, juga dapat dijadikan dasar pemerintah dalam melakukan pengawasan dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana yang tercantum dalam dokumen
lingkungan (UKL-UPL) yang telah disepakati, ketaatan terhadap ketentuan yang tercantum dalam
perizinan dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap terlampaunya baku mutu lingkungan
hidup dan baku mutu kerusakan lingkungan hidup.
Jadi jelas terdapat adanya keterkaitan yang erat antara izin lingkungan dengan izin usaha dan/atau
kegiatan, kedudukan dokumen lingkungan hidup seperti UKL-UPL itu sendiri merupakan syarat
utama yang diwajibkan dalam memperoleh izin lingkungan dan izin usaha dan/atau kegiatan
merupakan satu kesatuan sistem perizinan dalam UU Nomor 32 tentang PPLH.
b. argumentasi Penasehat Hukum terdakwa bahwa berdasarkan Pasal 76 ayat (2) UU Nomor 32
No 2009 tidak ada sanksi pidana bagi pelanggaran terhadap izin lingkungan adalah kurang tepat,
didalam pasal 76 ayat (2) tersebut menyebutkan jenis/bentuk dari sanksi administrasi yang terdiri
dari teguran tertulis; b. paksaan pemerintah; c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin
lingkungan. Dalam pasal tersebut tidak ada menyebutkan kalau tidak ada sanksi pidana bagi
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
Sanksi pidana bisa diberlakukan terhadap pelanggaran izin lingkungan, Pemberlakuan sanksi
pidana pada pelanggaran izin lingkungan sebagaimana yang ada dalam ketentuan pidana dalam
undang-undang perlindungan pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH) diatur dalam Pasal 109,
Pasal 111 dan Pasal 112 UUPPLH.

3. a. Dalam uraian kasus tersebut prinsip kedudukan yang sama di depan hukum terlaksana, Kedudu-
kan pemerintah atau administrasi negara dalam hal ini tidak berbeda dengan seseorang atau badan
hukum perdata, yaitu sejajar sehingga pemerintah dapat menjadi tergugat maupun penggugat.
Masalah hak gugat pemerintah dan pemerintah daerah diatur dalam Pasal 90 (1) yang menyebutkan
bahwa instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan
hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.
b. Putusan gugatan tersebut membawa angin segar bagi penegakan hukum lingkungan di Indonesia
karena Pertimbangan ini tentunya membuka harapan yang selama ini redup, dimana selama ini
banyak kasus kebakaran hutan yang dihentikan penyelidikan dan penyidikannya, dimana berkaca
pada pertimbangan Hakim di perkara lain yang juga diajukan KLHK, menyatakan bahwa perusahaan
tidak bertanggungjawab atas kebakaran yang terjadi karena disebabkan oleh pihak lain atau
masyarakat, namun pertimbangan hukum hakim yang menyatakan perusahaan tetap
bertanggungjawab atas kebakaran yang terjadi di lokasi izinnya, baik yang disebabkan oleh
perusahaan atau bukan. Pertimbangan ini merujuk pada Permenhut No.12 Tahun 2009 tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan, dan beberapa aturan terkait lainnya. Selain itu dalam perkara ini
Pandangan hukum Majelis Hakim pada putusan PT NSP patut jadi pertimbangan, bahkan rujukan
hukum di kemudian hari untuk kasus yang serupa khususnya untuk menindak perusahaan yang
terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan, Hal ini bukan sekedar mengejar ganti kerugian oleh
perusahaan, tapi juga memaksa perusahaan untuk beroperasi dengan benar, khususnya mengawasi
konsesi mereka dari kebakaran lahan yang hampir terjadi tiap tahun.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. a. ada beberapa penyebab pencemaran laut dari pelastik dinatara ada yang berasal dari daratan
maupun perairan. Polusi plastik dari perairan mengacu kepada sampah sisa-sisa alat penangkap
ikan seperti jaring, tali, dan bangkai kapal. Sementara yang dari daratan berasal dari kehidupan
modern masyarakat, di mana plastik kerap digunakan sebagai 'barang sekali pakai' seperti botol,
gelas, dan alat makan plastik, serta pembersih telinga. selain hal tersebut di atas ditambah lagi
dengan kurang sadar dan pedulinya masyarakat akan kerusakan lingkungan terutama yang
diakibatkan oleh sampah plastik menambah parah pencemaran laut. selanjutnya pengolahan
sampah plastik yang masih semrawut seolah menjadi menjadi penunjang/pendukung bertambah
parahnya pencemaran laut, penyebab yang paling besar pencemaran laut oleh plastik ialah
kebiasaan masyarakat yang sudah menggantungkan diri pada barang plastik sekali pakai dalam
kehidupan sehari dan membuangnya ke sungai serta kebiasaan masyarakat pesisir yang membuang
sampah baik plastik maupun tidak ke pantai yang dimana hampir masyarakat pesisir melakukn hal
yang sama.
b. ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk mengatasi pencemaran laut dari plastik diantaranya
memperbaiki moral/ kebiasaan masyarakat yang menggunakan bahan plastik sekali pakai dan
membuang secara sembarangan terutama ke sungai dan laut. selain itu ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai. yaitu:
- Tukar sedotan plastik: Untuk membantu mengurangi sampah plastik, Anda bisa menggantinya
dengan sedotan bambu atau baja. Bawa sedotan ramah lingkungan tersebut setiap Anda pergi ke
restoran.
- Membawa botol minuman sendiri: Selalu bawa botol minuman sendiri ketika bepergian. Ini
menghindari Anda membeli minuman dalam botol atau gelas plastik. Dengan begitu, sampah
plastik pun dapat berkurang.
- Batasi pembelian online: Barang-barang yang dikirim ke rumah Anda, terkadang dibungkus
dengan plastik. Salah satu cara untuk mengurangi penggunaan plastik adalah dengan membatasi
pembelian online. Anda bisa membeli kebutuhan di toko terdekat lalu membawanya dengan tote
bag–tanpa kantung plastik.
- Jangan membuang sampah sembarangan: Jika Anda pergi berlibur ke pantai, pastikan tidak ada
sampah plastik yang tertinggal di sana. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sampah
plastik yang mengapung di lautan dapat membahayakan kehidupan hewan di sana.
- Daur ulang: Memang tidak semua plastik bisa didaur ulang. Namun, beberapa barang--seperti
botol minuman dan pot tanaman--dapat Anda recycle. Kreasikan sampah plastik menjadi hiasan
atau barang lain yang dibutuhkan di rumah.
- Bergabung dengan komunitas peduli lingkungan: Jika memiliki waktu luang di akhir pekan, Anda
bisa bergabung dengan komunitas peduli lingkungan. Biasanya, mereka akan melakukan
kegiatan membersihkan sampah juga membagikan informasi mengenai daur ulang plastik yang
mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai