|I|
FAKTA BICARA
|II|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
FAKTA BICARA
Mengungkap Pelanggaran (AM di Aceh -
Editor:
Nashrun Marzuki
Adi Warsidi
|III|
FAKTA BICARA
FAKTA BICARA
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989 - 2005
ISBN: 978-979-15580-1-3
Penanggung Jawab
Evi Narti Zain
Kata Pengantar
Saifuddin Bantasyam, S(., MA.
Editor
Nashrun Marzuki
Adi Warsidi
Riset/Penulis
Qahar Muzakar
Mellyan
Penulis Analisa/Opini
Fuad Mardhatillah UY. Tiba
Syamsidar
Sepriady Utama
Tata Letak
Akmal
Decky R Risakotta
Kulit Muka
Akmal M. Roem
|IV|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
DAFTAR ISI
Pendahuluan
Sekilas Perang Panjang ~
|V|
FAKTA BICARA
TENTANG PENULIS
|VI|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|1|
FAKTA BICARA
dengan lancar.
Tentu, segala konsekuensi atas terbit dan beredarnya
buku ini menjadi tanggung jawab kami, Koalisi NGO (AM
Aceh. Semoga kerja-kerja tulus kita dapat bermanfaat bagi
pemenuhan hak-hak korban. []
|2|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Pengantar Penerbit
t
Sejak dibentuk pada Agustus , Koalisi NGO (AM
Aceh bersama lembaga anggota serta mitra jaringan,
mengumpulkan data dan informasi tentang pelanggaran (AM
di Aceh. Dari waktu ke waktu, hasil dokumentasi tersebut
dilengkapi dan dimutakhirkan, agar tindak pelanggaran (AM
di Aceh dapat diurai dan menjadi lebih terang.
Selain berasal dari hasil investigasi dan testimoni para
saksi dan korban, dokumentasi Koalisi NGO (AM Aceh juga
bersumber dari berbagai publikasi yang dilansir media. Data
dan informasi itu menjadi bahan dasar berbagai advokasi,
sebagai upaya Koalisi NGO (AM Aceh untuk mendekatkan
korban dengan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan.
Namun, hingga kini, para korban belum merasakan
keadilan ditegakkan untuk mereka. Mekanisme penyelesaian
non-yudisial yang telah ditetapkan secara legislasi, masih
perlu terus diperjuangkan hingga benar-benar penuh
ditunaikan. Penyelesaian secara pidana untuk berbagai kasus
yang berkualifikasi pelanggaran (AM berat pun, hingga kini
belum juga menemukan titik terang.
Memorialisasi seperti yang coba disuguhkan dalam
buku ini, diharapkan dapat menjaga ingatan kita pada
mereka yang terluka, kehilangan harta dan nyawa, akibat
perang kerap berulang di Aceh. Buku ini hanya mengungkap
sebagian fakta yang terekam dalam dokumentasi Koalisi NGO
(AM Aceh ihwal pelanggaran hak asasi manusia di Serambi
Mekkah.
|3|
FAKTA BICARA
|4|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Kata Pengantar
t
Oleh : Saifuddin Bantasyam, SH, MA
|5|
FAKTA BICARA
|6|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|7|
FAKTA BICARA
|8|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|9|
FAKTA BICARA
***
|10|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|11|
FAKTA BICARA
|12|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|13|
FAKTA BICARA
oleh pengadilan.
Beberapa waktu belakangan ini, berkembang berbagai
wacana tentang bagaimana masyarakat mesti bersikap
terhadap berbagai kasus pelanggaran (AM, seperti yang
terjadi di Aceh. Apakah akan dipakai pendekatan hukum atau
pendekatan politik? Dalam UU No. Tahun tentang
Pengadilan (AM misalnya, ada lembaga Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi KKR , tetapi Mahkamah Konstitusi
kemudian mencabut UU tentang KKR.
Sesungguhnya masyarakat ini hidup normal, namun
pada saat yang sama kita dihadapkan pada kebutuhan
mencegah abuse of power penyalahgunaan kekuasaan .
Maka yang dibutuhkan, misalnya dalam penyelesaian kasus
pelanggaran (AM di Aceh, adalah tegaknya the rule of law,
bukan the rule of the ruler. Mungkinkah bandul jam bergerak
ke arah itu? Tentu sulit sekali. Kita tidak yakin, terhadap
kasus-kasus pelanggaran (AM masa lalu past human rights
abuses , hak-hak korban semisal the victim’s rights to know
hak untuk tahu , the rights to justice hak untuk keadilan , tak
dapat dipersembahkan kecuali ada keinginan negara untuk
mengingat bahwa kekuasaan negara telah disalahgunakan di
masa lalu untuk melanggar hak-hak warganya state’s duty to
remember .
***
|14|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|15|
FAKTA BICARA
|16|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|17|
FAKTA BICARA
|18|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|19|
FAKTA BICARA
|20|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|21|
FAKTA BICARA
|22|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|23|
FAKTA BICARA
|24|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|25|
FAKTA BICARA
|26|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|27|
FAKTA BICARA
|28|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|29|
FAKTA BICARA
|30|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|31|
FAKTA BICARA
|32|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|33|
FAKTA BICARA
|34|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
FAKTA KEKERASAN
DI ACEH 1989 - 2005
|35|
FAKTA BICARA
|36|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|37|
FAKTA BICARA
pemberontakannya.
Operasi-operasi penanganan pemberontakan tersebut
telah menyebabkan terjadinya berbagai macam pelanggaran
(AM yang dilakukan oleh tentara )ndonesia, dulu disebut
Angkatan Bersenjata Republik )ndonesia ABR) .
Sejumlah operasi militer ABR) yang dilakukan di Aceh
awalnya dipicu oleh timbulnya gerakan bersenjata yang
disebut GPK. Meski begitu, penetapan status Aceh sebagai
daerah operasimiliter tidak terlepas dari peran )brahim
(asan, Gubernur Aceh periode - . (al ini terungkap
dalam wawancara )brahim (asan dengan Majalah Tempo,
pada Agustus . )a membedakan gerakan yang dilakukan
oleh GPK saat itu ke dalam dua kelompok, yakni GPK generasi
pertama sejak tahun , dan setelah itu merupakan GPK
generasi kedua.
Menurut )brahim (asan, GPK generasi kedua terjadi
karena penyelesaian masalah terhadap GPK generasi pertama
belum tuntas. Awalnya, pemerintah saat itu mengira bahwa
setelah (asan Tiro, deklarator GAM hijrah ke luar negeri,
masalah GPK generasi pertama selesai. Tapi kemudian,
gerakan tersebut muncul lagi dengan melibatkan beberapa
orang Aceh yang eksodus ke Malaysia dan kemudian dibawa
mengikuti pelatihan militer ke Maktabah Tajurra di Libya.
GPK generasi kedua ini --generasi pertama tahun -
- berbeda sekali dengan GPK generasi satu. GPK generasi
kedua ini luar biasa kejam. Ganas sekali. Tidak ada lagi nilai-
nilai kemanusiaan. Begitu datang, mereka serbu dulu polisi,
kantor-kantor polisi. Polisi ditembak mati di tengah jalan,
kemudian dipotong-potong. )strinya kemudian diperkosa.
Mereka itu GPK teroris. Teroris yang dilatih di Libya.
Kemudian murid di SD-SD di daerah tepi pantai dipaksakan
menyanyikan lagu Aceh Merdeka. )tu di Pidie. Kemudian
pos-pos ABR), polisi diserang habis. Selesai dari Pidie,
_Ross Clarke, Galuh Wandita, Samsidar, Memperhatikan Korban: Proses Perdama-
ian di Aceh dari Perspektif Keadilan Transisi, )nternational Centre for Transitional
Jusctice, Jakarta Pusat , hal.
_Wawancara Prof. Dr. Ibrahim Hasan:”Yang Ganas itu GPK Generasi Kedua , Ma-
jalah Tempo Edisi / - /Agustus/
|38|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|39|
FAKTA BICARA
|40|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|41|
FAKTA BICARA
|42|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|43|
FAKTA BICARA
Kab Jumlah
A Timur
AUtara
Bireuen
Pidie
jumlah 1516 845 1008 106 18 530 574 1 20 4618
Keterangan:
= pembunuhan = pelecehan seksual
= penculikan = kekerasan
= Penganiayaan = pembakaran
= penangkapan = pengerusakan
|44|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|45|
FAKTA BICARA
|46|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
_Ibid
_Loc.cit hal 7
_zxbakri.tripod.com/hamaceh.html
|47|
FAKTA BICARA
Waktu Keterangan
Oktober Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Dayan
Dawood pada konferensi pers di Darussalam
mengatakan, dalam kondisi sekarang, Aceh
lebih aman dibanding Jakarta. Karenanya,
predikat Aceh sebagai Daerah Rawan sudah
saatnya dicabut, karena merugikan secara
ekonomis, politis, dan psikologis
Oktober Wakil Gubernur Lembahannas, Prof Dr Juwono
Sudarsono mengatakan, berdasarkan kajian
mutakhir Lemhannas, Aceh lebih berpeluang
dihapuskan dari predikat daerah rawan
dibanding Timtim dan )rja, asal Aceh tidak
lagi berniat memisahkan diri dari republik.
Oktober Pangab Feisal Tanjung menegaskan, Aceh
sudah aman dan terkendali. Tapi, tentang
pencabutan predikat daerah rawan,
menurutnya, tak boleh gegabah. Semua itu
harus dikaji dan dievaluasi.
Kapolda Aceh, Kolonel Pol Drs Suwahyu
Desember menilai situasi Aceh sudah cukup aman.
Karena itu sudah sepantasnya operasi militer
dihentikan, diganti Operasi Kamtibmas.
Pangdam )/BB Mayjen Sedaryanto menyatakan
Desember mendukung sepenuhnya keinginan masyarakat
Aceh untuk itu. Namun, ia meminta jaminan
hitam di atas putih sebelum status daerah
rawan dicabut.
|48|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|49|
FAKTA BICARA
|50|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|51|
FAKTA BICARA
|52|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|53|
FAKTA BICARA
|54|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|55|
FAKTA BICARA
|56|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|57|
FAKTA BICARA
|58|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|59|
FAKTA BICARA
|60|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Lilawangsa .
Selanjutnya, Aceh dihujani operasi militer lainnya yang
membuat kondisi semakin memanas dan darah tetap mengalir
setiap harinya. Pihak militer melaksanakan beberapa operasi
militer diantaranya Operasi Sadar Rencong ) Mei –
Januari , Operasi Sadar Rencong )) Februari –
Mei , dan Operasi Sadar Rencong ))) Juni –
Februari , Operasi PPRM Pasukan Penindak Rusuh
Massa tahun , Operasi Cinta Meunasah Juni -
, dan Operasi Cinta Damai – . Operasi
militer pasca-DOM tetap mengakibatkan penderitaan bagi
masyarakat Aceh. Pembunuhan, penyiksaan, penculikan,
pemerkosaan semakin menjadi, gelombang pengungsian pun
membludak.
|61|
FAKTA BICARA
Operasi Wibawa
t
Operasi wibawa merupakan operasi militer gabungan
pertama yang diberlakukan setelah pencabutan status
daerah operasi militer. Operasi dimulai Januari .
Letkol Polisi )skandar (asan Kapolres Aceh Utara sebagai
Komandan Operasi Wibawa dan wakilnya adalah
Danrem O /Lilawangsa Kolonel )nf. Johny Wahab. Operasi
ini diberlakukan, penanggung jawab operasi ini adalah
Kepolisian Daerah )stimewa Aceh. Operasi ini diberlakukan
sebagai respon atas penculikan terhadap tujuh orang prajurit
AD di Lhok Nibong pada tanggal Desember .
Saat itu, selasa Desember sekitar pukul
. W)B, delapan anggota yonif Bireuen, Aceh Utara
yang menumpang Bus Kurnia menuju Medan, Aceh utara.
Ketika melintasi Lhok Nibong, sekelompok masyarakat
berjumlah sekitasr orang yang membawa senjata tajam
menghentikan laju bus tersebut. Lalu, mereka masuk ke bus
dan melakukan sweeping dengan memeriksa Kartu tanda
Penduduk KTP untuk mencari penumpang anggota ABR).
Dari anggota ABR) dan dua anggota Polri itu, yang
memiliki KTP hanya orang dan dari dua anggota Polri
hanya satu orang yang memiliki KTP. Semua yang memiliki
KTP dilepas untuk melanjutkan kembali perjalanan,
sedangkan yang tidak memiliki KTP dipaksa tinggal dan
disandera massa.
Sekitar pukul . W)B, laporan peristiwa tersebut
diterima Makorem setelah mendapat laporan lewat telepon
|62|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|63|
FAKTA BICARA
|64|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|65|
FAKTA BICARA
|66|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Tragedi Peudada
Selasa mei terjadi bentrokan antara aparat
keamanan dengan kelompok sipil bersenjata, di kawasan
Cot Trieng Kecamatan Peudada Kabupaten Aceh Utara.
Kejadian berawal dari laporan Kepala Desa Alue Kuta ke
Mapolsek dan Makoramil Peudada, ada dua orang korban
penembakan misterius di desanya yang berjarak kilometer
dari Peudada.
Kapolsek Peudada Pelda Naharuddin mengontak
Komando Sektor PPRM yang ada di Bireuen, Lettu Pol
(endrik Budi P, meminta dukungan dan bantuan PPRM
untuk pengamanan identifikasi mayat korban dan penelitian
di TKP. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kapolres juga
meminta bantuan tim medis dari Pusat kesehatan Masyarakat
Puskesmas . Dr. Fauziah dan empat petugas medis lainnya
turun lapangan melakukan visum. Tim medis akan berangkat
menggunakan ambulan, namun pihak Polsek Peudada
meminta tim medis berangkat dengan menggunakan truk
PPRM.
Pukul : W)B rombongan menuju lokasi kejadian,
mereka terdiri dari personil PPRM, Polsek, Koramil serta tim
medis total berjumlah orang. Sampai di Cot Kruet, secara
mendadak rombongan diberondong sekelompok orang
bersenjata dari atas bukit.
Dari keterangan lain, saat diserang truk sedang mogok
setelah sempat tersendat-sendat karena tanjakan. Karena
truk berhenti, beberapa penumpang turun saat itulah
5_Data dan Dokumentasi Koalisi NGO (AM,
|67|
FAKTA BICARA
|68|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|69|
FAKTA BICARA
|70|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|71|
FAKTA BICARA
|72|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Jeda Kemanusiaan
(2000-2003)
t
Persoalan Aceh menjadi suatu prioritas tinggi
Pemerintah )ndonesia di bawah pemerintahan Megawati
Soekarnoputri atau setelahnya. Eskalasi militer akan terjadi
secara simultan melibatkan kepentingan politik nasional
yang berdampak secara internasional. Apa yang diwariskan
oleh Pemerintahan Abdurrahman Wahid terhadap Peace
Agreement antara Aceh-)ndonesia, merupakan langkah maju
dan progressif. (anya saja langkah-langkah Pemerintahan
Wahid tidak didukung oleh kekuatan Tentara )ndonesia
yang berafiliasi dengan kelompok Nasionalis. Wahid
hanya menghadirkan suatu peta baru New Map tentang
penyelesaian konflik yang berlarut dan mengakar dalam
kehidupan politik antara pemerintah )ndonesia dan ASNLF/
GAM.
Ternyata (asan Tiro dan pasukannya menjadi lawan
tangguh bagi pemerintahan Soeharto - , (abibie
, Wahid - , dan Megawati - . )a
terus memperkuat solidaritas international yang sekarang
ini sangat dibutuhkan oleh orang-orang Aceh.
Upaya dialog dimulai dengan kesepakatan untuk
menerapkan Joint Understanding on Humanitarian Pause
For Aceh Jeda Kemanusiaan antara Pemerintah R) dan
10_Ibid, hlm 229
|73|
FAKTA BICARA
|74|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|75|
FAKTA BICARA
Dari Tengah .
Sejak awal Januari telah bergulir wacana tentang
rencana dihidupkannya kembali Kodam di Aceh. Berdasarkan
pernyataan Wakil Presiden, Menhan, Menkopolkam, maupun
Gubernur NAD dan DPRD Aceh, rencana pembentukan
Kodam tersebut merupakan bentuk keinginan rakyat Aceh
serta mendekatkan dengan rentang kendali serta bagian dari
solusi bagi rakyat Aceh.
Pada Februari , pemerintah R) membentuk
Kodam )skandar Muda di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dengan Brigjen TN) Djali Yusuf sebagai panglimanya.
Pembentukan ini merupakan keputusan politik yang diambil
untuk merespon keputusan menyeluruh dari sebuah
pertahanan dan semata untuk memelihara kedaulatan serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik )ndonesia.
|76|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|77|
FAKTA BICARA
12_Pekerja Kemanusiaan Aceh dan resiko Kematian, Asasi newsletter, Edisi Mei-
Juni
13_Ibid
|78|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Operasi Keamanan
dan Penegakan Hukum
t
Pada April Operasi Keamanan dan Penegakan
(ukum ini dilancarkan. Perubahan operasi dan tekanan pada
penegakan hukum tidak mengubah pola kekerasan dan tidak
membuat jumlah korban menurun. Dalam operasi militer ini,
peristiwa yang mendapat perhatian masyarakat dan pekerja
(AM adalah terjadinya pembunuhan terhadap masyarakat
Gayo di Pepedang desa Mangku Kecamatan Syiah Utama
Kabupaten Aceh Tengah.
Di Aceh Tengah juga sebanyak . jiwa warga ikut
ke Aceh Utara dan Bireuen karena mendapat intimidasi dan
sebagian rumah mereka telah di bakar, malah sekitar
orang penduduk orang diantaranya adalah anak anak
yang berasal dari beberapa desa di Kecamatan Syiah Utama
terpaksa menempuh perjalanan sekitar kilometer
melalui hutan Rimba Gayo selama lima hari guna menghindar
dari ancaman kelompok milisi. Jumlah total pengungsi Aceh
tahun yaitu . KK / . Jiwa.
|79|
FAKTA BICARA
COHA
t
Secara kuantitas, peristiwa kekerasan menurun
drastis, walau masih terjadi konflik di berbagai wilayah Aceh.
Terbentuknya Acehnesse Civil Society Task Force ACSTF
yang merupakan sebuah organisasi yang diprakarsai oleh
beberapa aktifis/tokoh masyarakat Aceh di Washington
pada pertemuan Persaudaran Rakyat Aceh telah melahirkan
semangat kebersamaan dari kelompok-kelompok sipil di Aceh
dalam memperjuangkan penyelesaian masalah Aceh secara
damai dan demokratis. Tentu saja dengan mengedepankan
keterlibatan rakyat secara aktif.
Salah satu yang dilakukan oleh ACSTF adalah
memberikan masukan kepada pihak pemerintah R)
dan GAM agar memasukan juga pandangan-pandangan
masyarakat sipil dalam setiap proses perundingan yang
sedang dilakukan. Seperti halnya jaminan akan partisipasi
publik dalam implementasi kesepakatan dan juga adanya
ruang demokrasi bagi rakyat dalam rangka ekspresi sikap
politiknya. Selain itu, ACSTF juga ikut melakukan sosialisasi-
sosialisasi hasil perundingan ke masyarakat di level akar
rumput grassroots .15
Dengan menguatnya organisasi masyarakat sipil,
dukungan dan desakan agar pihak R) dan GAM melakukan
gencatan senjata semakin kuat. Antara lain didengungkan
oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil dalam aksi-aksi
simbolik maupun demonstrasinya. Pencabutan status DOM,
ternyata tidak mengurangi eskalasi kekerasan terhadap
15_Aceh Damai Dengan Keadilan?, Kontras Aceh,
|80|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|81|
FAKTA BICARA
Darurat Militer
t
Status DOM Aceh dicabut pada tahun , sejenak
masyarakat lega, berharap segala kekejian yang pernah
dialami semasa DOM tak akan terulang kembali. Tapi fakta
kemudian berkata lain. Berbagai macam pelanggaran (AM
terus berulang, seiring semakin meningkatknya perlawanan
yang dilakukan oleh GAM saat itu.
Setahun DOM dicabut, Megawati Sukarnoputri, Ketua
Umum Partai Demokrasi )ndonesai Perjuangan PD)P saat
itu, mengunjungi Aceh, Juli . Dalam pidato politiknya,
dia berkata, Bila kelak Cut Nya memimpin negeri ini, tak
akan saya biarkan setetes pun darah rakyat menyentuh
Tanah Rencong yang begitu besar jasanya dalam menjadikan
)ndonesia merdeka. Pernyataan itu pula disampaikan
langsung di hadapan para wartawan dalam dan luar negeri di
Kantor DPP PD) Perjuangan, Jakarta.
PD)P menang pemilu legislatif dan Megawati
menjadi wakil presiden. Yang menjadi presiden saat itu
adalah Abdurrahman Wahid. Waktu terus berjalan, sampai
kemudian karena Abdurrahman Wahid dipaksa turun tahta
karena dinilai tak mampu memimpin negeri.
Tanggal Juli , Megawati dilantik menjadi
Presiden Republik )ndonesia R) . Sebagai orang yang
pernah menumpahkan air matanya untuk Aceh, tentu saja
masyarakat Serambi Mekkah menaruh harapan besar kepada
putri Sukarno, presiden pertama R) yang juga pernah terisak
menangis di hadapan Daud Beureueh ketika awal-awal
|82|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
kemederkaan.
Sepekan Megawati menjabat sebagai presiden,
tumpahan darah terus berlanjut di Aceh. Sekurang-kurangnya
orang terbunuh--atau rata-rata lima hari dalam sepekan-.
Korban terbanyak adalah penduduk sipil, yang mencapai
orang sebagian di antaranya menurut aparat adalah anggota
GAM , sembilan orang jelas GAM, dan dua anggota Polri.
(ari-hari selanjutnya, berbagai macam pelanggaran
terus berlanjut, di daerah yang katanya memiliki jasa besar
dalam menjadikan )ndonesia merdeka. Pelanggaran itu tidak
hanya dilakukan oleh aparat TN)/Polri, tapi juga oleh GAM.
Baca: Kisah-kisah dari Tengah .
Dua tahun setelah menjadi presiden kelima R), Megawati
lalu mengeluarkan sebuah kebijakan yang menetapkan Aceh
resmi menjadi zona perang. Tanggal Mei , pemerintah
menetapkan Aceh dengan status Darurat Militer DM ,
melalui Keputusan Presiden Republik )ndonesia Nomor
Tahun , TentangPernyataan Keadaan Bahaya Dengan
Tingkatan Keadaan Darurat Militer Di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Status tersebut diterapkan setelah perundingan
antara pihak Pemerintah )ndonesia dan GAM berakhir pahit
di Tokyo, pada – Mei . Empat juru runding GAM
langsung ditangkap di Banda Aceh.
Pasal Keppres tersebut dengan jelas mengatakan
bahwa seluruh wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dinyatakan dalam keadaan bahaya dengan tingkatan Keadaan
Darurat Militer. Selanjutnya pada pasal dikatakan bahwa
penguasaan tertinggi Keadaan Bahaya dengan tingkatan
Keadaan Darurat Militer sebagaimana dimaksud dalam pasal
dilakukan oleh Presiden selaku Penguasa Darurat Militer
Pusat.
Kemudian dalam Pasal ayat disebutkan
juga Penguasaan Keadaan Darurat Militer di wilayah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dilakukan oleh Panglima Daerah
16_Menunggu Tangisan Kedua Cut Nya’ Mega, KONTRAS Edisi , - Agustus
hamline.edu/apakabar/basisdata/ / / / .html
|83|
FAKTA BICARA
|84|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|85|
FAKTA BICARA
20_Aceh dibawah Darurat Militer:Di dalam perang rahasia, (uman Rights Watch
Desember , Vol. , No. C , hal.
21_Aceh dibawah Darurat Militer:Di dalam perang rahasia, (uman Rights Watch
Desember , Vol. , No. C , hal.
|86|
Tabel Data Kekerasan Enam Bulan DM Tahap I Periode 19 Mei -19 November 20031
No Bentuk Nagan Aceh Aceh Pidie Bireuen Aceh Aceh Aceh Jumlah
kekerasan Raya Selatan Besar Utara Timur Temiang
Pembunuhan 67
Penangkapan 81
Penghilangan 63
Paksa
Pemerkosaan 18
7
seksual.
Penyiksaan 168
Pembakaran 3
Rumah
Penggeledahan 58
Pemboman 6
)ntimidasi 3
TOTAL 6 107 75 89 80 104 9 4 474
T
able Data Kekerasan Enam Bulan DM tahap II
Periode 19 November 2003-19 April 200422
|88|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|89|
FAKTA BICARA
|90|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Darurat Sipil
t
Status Darurat Militer di Aceh dicabut pada Mei
, dan berganti menjadi Darurat Sipil DS . Status
tersebut ditetapkan melalui Keputusan Presiden nomor
tahun , tentang Pernyataan Perubahan Status Keadaan
Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Militer menjadi
Keadaan Bahaya dengan Tingkatan Keadaan Darurat Sipil di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, tertanggal Mei .
Status tersebut diterapkan selama satu tahun, dengan satu
kali perpanjangan.
Status tersebut tetap merampas ruang gerak
masyarakat. Misalnya penambahan pasukan ke Aceh terus
berlangsung, seperti pengiriman personil TN) Batalion
asal Malang Jawa Timur, pada awal DS diberlakukan.
Masa DS Aceh tetap mencekam. Korban mencapai jiwa
dari periode pemberlakuan DS tahap pertama Maret
- November . Sementara DS tahap kedua pada
November - Mei , korban sekitar jiwa.
Dalam pemberlakuan status darurat sipil di Aceh,
tercatat ada anggota GAM meninggal. Anggota GAM yang
ditangkap ada sekitar jiwa, sedangkan yang mengalami
penganiayaan delapan jiwa dan penculikan enam jiwa .
Di pihakTNl/Polri, korban meninggal akibat pembunuhan
adalah jiwa, dan korban penganiayaan jiwa .
Tsunami pada Desember yang terjadi masa
darurat sipil tahap kedua, membuat kedua belah pihak yang
26_Aceh kita.com, Mei
|91|
FAKTA BICARA
|92|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|93|
FAKTA BICARA
|94|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
KESAKSIAN KORBAN
PELANGGARAN HAM
|95|
FAKTA BICARA
|96|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|97|
FAKTA BICARA
|98|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
Tragedi itu terjadi di Simpang Kuala, Kecamatan )di
Cut, kaupaten Aceh Timur, Rabu dinihari, Februari ,
persis di depan Markas Komandan Rayon Militer Koramil
dan Kantor Polisi Sektor Polsek setempat.
Selasa, Pebuari , warga Desa Matang Ulim, )di
Cut, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur bergotong royong
untuk menyiapkan pentas kegiatan. Sekitar pukul . W)B
datang beberapa tentara dengan membawa senjata laras
panjang yang diperkirakan oleh para penduduk sebagai
anggota Koramil setempat.
Aparat militer tersebut langsung mengobrak-abrik
pentas yang sedang dikerjakan serta menganiaya beberapa
orang yang pada saat itu berdiri di sekitar tempat pembuatan
pentas.Nama-nama korban pemukulan adalah; Ri, Za, Bm,
MB, Jn, Ms, Si, US, Su, Ml dan MN. Mereka semuanya berumur
antara sampai tahun.
Tetapi tidak lama setelah itu masyarakat kembali
bergotong royong melanjutkan pekerjaan mereka yang
tertunda. Sebelum acara dimulai pada pukul . . W)B,
massa sudah berkumpul sejak sore harinya serta membanjiri
lapangan Simpang Kuala, )di Cut, sampai ke sisi jalan Medan-
Banda Aceh. Massa yang hadir pada saat dakwah tersebut
diperkirakan sekitar . pengunjung dan berbagai
daerah.
|99|
FAKTA BICARA
|100|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|101|
FAKTA BICARA
|102|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|103|
FAKTA BICARA
|104|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|105|
FAKTA BICARA
Tragedi KNPI
t
Kisah 1
Minggu pagi, Januari atau Ramadhan,
terdengar pengumuman dari pengeras suara masjid. )sinya
mengajak seluruh masyarakat untuk berkumpul di masjid,
mereka akan mengadakan demo ke Kantor Bupati Aceh
Utara.
Massa berkumpul dan bergerak ke Kantor Bupati Aceh
Utara. Karena Minggu, kantor tutup dan massa bergerak ke
pendopo yang berada di pusat Kota Lhokseumawe. Di tengah
jalan mereka dihadang tentara. Orang kampung membawa
senjata berupa parang dan pisau. Tiba-tiba ada lemparan
batu dari barisan belakang pendemo. Kemudian, aparat mulai
melepaskan tembakan ke arah massa. Padahal waktu itu di
barisan paling depan adalah anak-anak dan perempuan.
Korban meninggal di tempat tiga orang. Luka-luka
mencapai puluhan, di antaranya anak-anak dan perempuan.
Massa ketakutan dan lari menyelamatkan diri. Lalu aparat
datang ke kampung-kampung, mengingatkan warga untuk
tidak ikut-ikutan melakukan demo.
Karena kondisi sudah dianggap aman, sebagian
masyarakat pulang ke rumah masing-masing. MD, salah
satu korban tragedi di Gedung Komite Nasional Pemuda
)ndonesia KNP) mengakui, ia tidak mengetahui siapa yang
menggerakkan massa.
Setelah kejadian tersebut, MD berjalan menuju pasar.
Di tengah jalan ia melihat seorang anak berumur tahun
terkena serpihan peluru. Ternyata anak yatim itu masih ada
|106|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|107|
FAKTA BICARA
|108|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|109|
FAKTA BICARA
|110|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|111|
FAKTA BICARA
***
|112|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Kisah 2
Pada Januari , Pukul : W)B, istri dan anak
US belum kembali ke rumah setelah berdemo ke kantor
bupati sejak pagi. US memutuskan mencari mereka bersama
empat temannya yang juga mencari keluarga.
Di persimpangan jalan dekat Rumah Sakit, ia diintrogasi
oleh tentara. US mengatakan apa adanya, ia menuju rumah
sakit mencari anak istri, karena ia dengar ramai korban demo
yang dibawa ke rumah sakit.
Tapi para tentara tidak percaya yang dikatakan US.
Setelah dipukul, US dibawa ke KNP). Dipoh lage asee,
dipeueh-eh di dalam KNPI lage manyet, digidong, darah
meuhambo dalam KNPI, yang lon teupu 117 droe dalam KNPI,
yang na sileuwe dalam teuk. Ditumpok lage manyet, tentara
|113|
FAKTA BICARA
|114|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Kisah 3
Dw menggendong bayinya yang baru berumur enam
bulan dan menuntun seorang anaknya yang masih duduk di
kelas tiga Sekolah Dasar SD . Sang suami ikut barisan laki-
laki. Tentara mulai menembak pendemo dengan membabi
buta.
|115|
FAKTA BICARA
|116|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
Waktu kejadian itu Su masih kelas enam SD. )a belum
mengerti politik, ketika ada pengumuman untuk berkumpul
di mesjid, ia ikut berkumpul karena memang anak-anak dan
perempuan diikut-sertakan dalam demo tersebut. Sekarang
umurnya sudah tahun. Berkulit hitam dan aktif membela
hak korban konflik di sebuah LSM di Lhokseumawe.
|117|
FAKTA BICARA
|118|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|119|
FAKTA BICARA
|120|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|121|
FAKTA BICARA
|122|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|123|
FAKTA BICARA
***
|124|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|125|
FAKTA BICARA
|126|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|127|
FAKTA BICARA
|128|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|129|
FAKTA BICARA
|130|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|131|
FAKTA BICARA
|132|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
bekas luka di tubuh RU. Saat itu pula istrinya menjerit dan
menangis.
“Apa juga enggak dipukul, tanya istrinya.
“Ka jeut, bek peugah-peugah bak gob sudah, jangan
katakana pada siapaun , ujar RU menenangkan sang istri.
Setelah damai banyak yang mendata para korban
konflik termasuk warga asing. Tapi RU kecewa, ia tidak
mendapatkan apa-apa. Kadang ka bosan. Ditanyong-tanyong
mantoeng, Oh wate woe meurukok pih tan sudah bosan,
hanya ditanya-tanya saja, uang rokok saja enggak diberi ,
terangnya.
RU mengaku pernah mendapat bantuan sebanyak Rp
juta, uang tersebut diambil tiga tahap, tahap selanjutnya
diberikan jika sudah menyerahkan pertanggungjawaban dari
pengambilan uang sebelumnya.
Dikoh leubeh bak sijuta dipotong lebih dari satu
juta .
Tahun , RU sudah melapor ke BRA mengenai
korban konflik yang belum mendapatkan rumah, tapi
jawaban dari BRA, rumah yang dibakar pada masa konflik
sudah tuntas dibayar.
Padahal menurut catatan RU, masih sekitar rumah
yang belum diganti di daerahnya. Memang belum habis
diganti semua rumah yang dibakar, saya siap tanggung jawab
untuk daerah Tiro. Saya bukan berjuang untuk pribadi,
jadi saya mohon agar membantu korban konflik agar tidak
kembali terjadi kekacauan, ujar RU.
)a sangat berharap pemerintah memperhatikan
mereka, karena pada masa konflik bukan hanya kombatan
yang dibunuh, bahkan masyarakat biasa juga menjadi korban.
Lainnya, harus ada keadilan, menegakkan hukum, pelaku
yang salah dihukum. Orang yang dirugikan dibayar, kalau
enggak Aceh enggak akan aman, ujar RU.
***
|133|
FAKTA BICARA
***
|134|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|135|
FAKTA BICARA
|136|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|138|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|139|
FAKTA BICARA
***
|140|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|141|
FAKTA BICARA
|142|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|143|
FAKTA BICARA
|144|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|145|
FAKTA BICARA
***
|146|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|147|
FAKTA BICARA
|148|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|149|
FAKTA BICARA
|150|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
Perempuan menjadi pihak yang paling menderita
dalam perang. Bahkan, ketika konflik di Aceh, ada desa yang
dinamakan Bukit Janda . (al ini muncul karena di desa
tersebut hanya tinggal perempuan saja, dengan anak kecil
dan beberapa laki-laki yang sudah lanjut usia. Sebagian
laki-laki memang terbunuh, diculik, tapi sebagian lagi pergi
meninggalkan desa demi keamanan, dan kembali pada pasca
DOM.
Namun Pasca DOM-pun ternyata tetap ada desa yang
menjadi kampung janda , karena berbagai operasi yang
digelar pemerintah untuk menumpas GAM.
Kala konflik panjang, perempuan-perempuan Aceh
yang melanjutkan seluruh kehidupan sosial di desa-desa,
menyelenggarakan upacara keagamaan, gotong royong
membersihkan desa, membantu tetangga yang sakit,
menguburkan mayat sampai berbagi cerita untuk mengurangi
penderitaan.[]
|151|
FAKTA BICARA
|152|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|153|
FAKTA BICARA
Menurut Jn, hanya ada dua orang GAM yang ikut dalam
pembakaran itu, selebihnya adalah anak-anak dan beberapa
warga setempat. Ternyata, pelaku adalah orang-orang yang
selama ini dianggap sebagai kawan oleh Jn. Jadi sandiwara
mereka itu sudah saya baca, kata Jn menyimpulkan apa yang
dilihatnya saat itu.
Katanya geriliya, tapi mainnya kok begitu? Berarti
mereka sudah mengganggap kita ini kerupuk semua.
(ampir semua rumah rata dengan tanah. Tapi Jn tidak
ingat berapa jumlahnya. Melewati tengah malam, warga
masih bertahan di kebun kopi. Tak berapa lama kemudian,
pelaku meninggalkan tempat kejadian.
Api mulai padam, situasi dianggap sudah aman.
Tepat pada pukul : W)B, warga keluar dari lokasi
persembunyian, jumlahnya orang. Mereka hanya bisa
memandang puing-puing rumah yang terbakar dengan sedih.
Tak ada lagi tempat untuk berteduh.
Di tempat terbuka di salah satu sudut dusun, warga
berkumpul. Dalam situasi yang masih dirundung was-
was, mereka mengadakan musyawarah. Rumah kita
sudah dibakar, sebelum kita ini dibunuh habis, lebih bagus
kita berangkat turun pergi dari desa malam ini, kata Jn
mengusulkan.
Tujuannya, ke Sidodadi atau ke Selamet Rejo, desa lain
di Kecamatan Banda yang bertetangga dengan Kecamatan
Syiah Utama.
Usulan itu ditolak oleh seorang tetua desa, yang tak
lain adalah paman Jn. )a beralasan, tak mungkin melakukan
perjalanan melewati hutan pada malam hari dengan diikuti
oleh anak kecil bersama mereka. Ya, rombongan orang
tersebut, termasuk beberapa di antaranya anak-anak.
Kita turun aja Lek... Jn tetap menyarankan agar
perjalanan dilakukan pada malam hari. )a tak yakin jika esok
hari para pelaku tidak akan mendatangi lagi dusun. Atau bisa
jadi pelaku akan mencegat mereka di jalan. Kau tenang aja
nak, kata Paman Jn meyakinkan.
|154|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|155|
FAKTA BICARA
|156|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|157|
FAKTA BICARA
***
|158|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|159|
FAKTA BICARA
|160|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|161|
FAKTA BICARA
***
|162|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
dana diyat.
Setelah damai cuma sekali dapat. Dana itu untuk saya
sebagai keluarga almarhum adik , kalau bantuan untuk saya
korban konflik enggak pernah ada, katanya.
Di Desa Cemparam Jaya, kondisi sekarang lebih ramai
dibanding masa konflik. Jn tentu saja bersyukur dengan
semakin membaiknya kondisi tersebut. Bagi dia pribadi,
meski telah mengalami langsung perisiwa mengerikan
tersebut, namun tak ada istilah trauma baginya. Sekarang
ini tinggal jengkelnya aja, bukan trauma. Apalagi kalau ada
orang pemerintah yang ngomong sok jujur di depan saya,
rasanya mau saya lepok terus. Taik kucing semua! kata Jn
dengan nada kesal.
Kekesalan ini bukan tanpa alasan, hal itu tak lain
disebabkan karena perangai pemerintah yang ditunjukkan
kepada masyarakat selama ini, khususnya terhadap warga
korban konflik. Bayangkan saja, meski di Desa Cemparam
Jaya saat ini telah dibangun begitu banyak rumah bagi warga
yang rumahnya dibakar pada masa konflik, namun hal itu
terkeculi buat Jn.
Bantuan rumah tersebut diberikan oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM Mamamia. Ketika pertama sekali
direncanakan akan dibangun rumah di desa, Jn langsung
mendaftarkan diri. Namun, saat pembangunan rumah akan
dilakukan, ia tidak masuk dalam daftar penerima rumah.
Mengatahui hal itu, Jn langsung mendatangi pihak LSM
Mamamia. )a menanyakan mengapa dirinya tidak masuk
dalam daftar penerima rumah. Kelemahan Anda karena
aparat desa kepala desa Cemparam tidak mau tanda tangan
untuk bapak. Tinggal di tandatangan saja langsung kami
bangun rumah, kisah Jn menceritakan alasan yang diberikan
LSM Mamamia saat itu.
Saya tahu bapak memang orang sana, bekas rumah
bapak juga saya tahu, tapi tolong bapak mengerti tentang
kami, siapapun yang kami buat rumahnya tanpa tandatangan
pemerintah setempat, itu saya yang harus tanggung jawab,
|163|
FAKTA BICARA
|164|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|165|
FAKTA BICARA
Pepedang Berdarah
t
Sekitar akhir tahun , masyarakat di dataran tinggi
Aceh, khusus di Kabupaten Bener Meriah dikejutkan oleh
kabar terjadinya pembantaian besar-besaran yang terjadi di
kawasan Pepedang. Tepatnya di sebuah ruas jalan tembus
Bener Meriah-Aceh Utara. Beberapa sumber menyebutkan,
jumlah korban atas kejadian itu mencapai orang. Namun
tim penulis tidak berhasil mendapatkan angka pasti jumlah
korban. Motif pembunuhan juga masih misteri.
Dari hasil penelusuran di lapangan, tim penulis
berhasil menemui seorang korban yang selamat dari kejadian
Pepedang. Awalnya, ia menolak untuk diwawancara, setelah
dijelaskan maksud dan tujuan, ia bersedia, tapi tidak mau
namanya disebut.
Sebut saja namanya Saksi Pepedang SP . )a tak
ingat lagi kapan persisnya peritiwa itu terjadi, antara akhir
atau awal . Saat itu, SP bersama adik angkat dan
pamannya berangkat menuju ke Trusep, arah Kecamatan
Samar Kilang. Setelah menempuh perjalanan, mereka tiba
di kawasan Pepedang, suasana sepi. Satu kilometer dari
Pepedang, mereka tiba di tempat tujuan.
Untuk sebuah keperluan, adik angkat SP yang bersuku
Jawa itu pergi ke sebuah tempat yang rutenya harus melewati
Pepedang. Tak berapa lama, SP yang warga asli Bener
Meriah mendengar suara letusan senjata. )a khawatir, kalau-
kalau terjadi sesuatu terhadap adik angkatnya itu. )a lantas
meminjam sepeda motor milik salah seorang temannya.
|166|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|167|
FAKTA BICARA
|168|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|169|
FAKTA BICARA
35_Ibid hal.2
|170|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|171|
FAKTA BICARA
|172|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|173|
FAKTA BICARA
|174|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|175|
FAKTA BICARA
|176|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|177|
FAKTA BICARA
|178|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|179|
FAKTA BICARA
|180|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|181|
FAKTA BICARA
40_Loc.Cit hal. 4
|182|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
41_Loc.cit hal.4
|183|
FAKTA BICARA
Box: Kesaksian NA
t
NA sempat berhadap muka dengan pelaku, ketika
terjadi penyerangan ke Desa Pondok Kresek pada Juni
. Malam itu, ia berada di dalam rumah bersama anak
perempuan dan cucunya, )rma Yuni Prastika, dua tahun. Tepat
di sebelah rumah, beberapa lelaki lainnya berjaga, lengkap
senjata rakitan.
Dor..! suara tembakan pertama dari senjata rakitan
terdengar. (anya berselang detik, berondongan AK-
menambah kekagetan NA. Seorang diri di kamarnya, ia segera
merebahkan diri ke lantai, takut-takut rentetan peluru itu
mengenainya. Tapi, belum sempat ia tiarap, sebutir peluru
mengenai kaki kirinya.
Di kamar lain, )rma bersama ibunya. Dalam berondongan
peluru yang ternyata diarahkan ke rumah berkontruksi papan
itu mereka berlari menuju ke kamar NA. Naas, sebutir peluru
keburu mengenai kepala )rma yang saat itu berada dalam
pelukan ibunya. Aduh mak, anakku kenak!
Mendengar tembakan itu, Pirin, tahun berlari
menuju ke rumah. Belum sempat tiba di tempat tujuan, ia
dihadang pelaku. Angkat tangan! teriak pelaku. Lalu, dor..!
peluru bersarang di dada kakek tua itu. Pelaku kemudian
membacok kepalanya, dan melemparkan tubuh Pirin ke
dalam kobaran api dari rumah yang dibakar pelaku.
Di dalam rumah, NA terduduk di lantai. Kakinya tak
lagi berasa, darah berceceran. Sedangkan )rma terkulai
dalam pelukan ibunya. Pelaku datang, mereka memecahkan
|184|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|185|
FAKTA BICARA
|186|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|187|
FAKTA BICARA
|188|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|189|
FAKTA BICARA
***
Suasana mulai tenang, tidak ada lagi suara rintihan
dan rentetan senjata. Pelaku sudah meninggalkan lokasi,
dan kobaran api dari rumah tempat orang lelaki itu
dikurung mulai padam. Bahu membahu, para perempuan
yang dikurung di dalam gedung sekolah mencari cara untuk
keluar, mereka berhasil.
Suasana masih mencekam, darah penyiksaan
berceceran. )sak tangis saling menyahut. Awalnya mereka
bingung hendak ke mana, setelah bermusyarah, mereka
sepakat menuju ke sungai yang tak jauh dari lokasi.
Dalam perjalanan, ketika rombongan perempuan dan
beberapa orang anak-anak itu melewati sebuah rumah yang
sudah terbakar, salah seorang perempuan melihat tumpukan
hitam di antara sisa-sisa rumah yang terbakar. )a mendekat,
dan sontak saja ia berkata Nyoe pat ureng nyo mandum
Mereka di sini semua .
Dari orang itu, tidak ada satupun yang bisa ditanda
|190|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|191|
FAKTA BICARA
|192|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
bersama ayahnya.
Di dayah, hari itu, usai menjalankan tugas sebagai
pengawas, ia beristirahat di sebuah bilik. SB tertidur lelap.
Tiba-tiba, SB tersentak. )a baru saja bermimpi buruk
tentang kampung dan keluarganya. Buru-buru ia keluar
dari bilik. Belum habis rasa penasaran karena mimpi buruk
yang baru saja dialami, rasa penasaran SB bertambah akibat
tingkah teman-temannya.
Semua menatap SB dengan mimik iba. )a makin
terheran. Ada apa? SB bertanya pada salah seorang teman.
Tak ada apa-apa, sang teman menjawab sambil berlalu.
Pimpinan dayah kemudian memanggil SB untuk menghadap.
)a menceritakan apa yang telah berlaku di Desa.
Rasa sedih dan amarah spontan berkecamuk. Seperti
apa mimpi saya, seperti itulah kejadiannya, kata SB. )a
langsung minta pulang ke desa, tapi pimpinan dayah tidak
mengizinkan, kondisi saat itu memang tidak memungkinkan.
Tanpa bisa melihat langsung lokasi kejadian atau mengunjungi
tempat pengungsian, SB harus menerima kenyataan pahit
itu.
Waktu berjalan, hingga satu bulan lamanya. Warga masih
bertahan di tempat pengusian. Setelah dikira memungkinkan,
hari setelah kejadian, warga memutuskan untuk kembali
ke desa. Tapi SB masih belum diizinkan pulang.
(ingga kemudian, setelah hampir dua bulan, dari
seorang utusan yang dikirim ke dayah, SB mendapat pesan,
ibunya meminta agar ia segera pulang. Langsung saya
pulang, kata SB.
Setiba di desa, rasa sedih beserta amarah kembali
memuncak. Orang-orang menatap SB dengan wajah iba.
Suasana haru menyelimuti kepulangan SB. Ada banyak orang
yang melayat ke rumahnya. Maklum saja, Sembilan orang
korban tragedi Jamboe Keupok adalah keluarga SB.
Setelah dua hari di kampung, SB lalu mengajak
beberapa orang warga untuk mengadakan khanduri bagi
para almarhum sekaligus pemasangan batu nisan di kuburan.
|193|
FAKTA BICARA
|194|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|195|
FAKTA BICARA
|196|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
PEMENUHAN HAK
KORBAN
|197|
FAKTA BICARA
|198|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|199|
FAKTA BICARA
|200|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|201|
FAKTA BICARA
***
|202|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|203|
FAKTA BICARA
***
|204|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|205|
FAKTA BICARA
|206|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|207|
FAKTA BICARA
|208|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|209|
FAKTA BICARA
|210|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|211|
FAKTA BICARA
|212|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|213|
FAKTA BICARA
|216|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Pemerintah Aceh:
a Untuk menjalankan kewajibannya menyelesaikan
pelanggaran (AM yang berat di Aceh sebagai bentuk
pemenuhan kewajiban negara memproses secara
hukum pelaku kekerasan the duty to prosecute
dan pemenuhan hak korban atas kebenaran,
keadilan, dan reparasi. Upaya dimaksud harus
menggunakan pendekatan transitional justice atau
keadilan transisi dimana pendekatan ini merupakan
bentuk akuntabilitas negara, yaitu: [ ]. Penyelesaian
pelanggaran (AM berat melalui mekanisme UU No.
Tahun ; dan [ ] Penyelesaian melalui KKR
b Mengambil langkah-langkah penyelesaian terutama
dengan mempertimbangkan hasil Tim kajian yang
dilakukan oleh Komnas (AM.
|219|
FAKTA BICARA
|223|
FAKTA BICARA
|224|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Refleksi Historis
Atas Kejahatan HAM di Aceh
t
Oleh: Fuad Mardhatillah UY. Tiba
|226|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|227|
FAKTA BICARA
***
|228|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|229|
FAKTA BICARA
|230|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|231|
FAKTA BICARA
|232|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|233|
FAKTA BICARA
|234|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
***
|235|
FAKTA BICARA
|236|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
kemasyarakatan di Aceh.
(arus disadari, bahwa keharusan perubahan sistem
pemerintahan ini merupakan pra syarat dalam upaya
sistematis membangun nasib baik masa depan rakyat
Aceh. )ni kini telah menjadi tuntutan mendesak, yang perlu
disikapi secara cerdas dan berani dalam merombak segala
sistem tirani yang didasarkan pada aturan-aturan yang lebih
berpihak pada penguasa dan di pihak lain justru menistakan
rakyat, yang justru menjadi salah satu biang kerok penyebab
bagi terjadinya kejahatan kemanusiaan di masa lalu.
Semangat perubahan yang bersifat sistemis ini, kini
terbuka lebar peluang aktualisasi nya, ketika UUPA yang
kini menjadi landasan hokum bagi pemerintahan di Aceh
memerlukan puluhan qanun yang harus dirumuskan dalam
semangat transformative. Maka kemampuan orang Aceh
dalam memanfaatkan peluang luas UUPA bagi penciptaan
perubahan secara sistematis inilah yang akan sangat
menentukan nasib masa depan rakyat Aceh. Dan secara
meyakinkan dapat memastikan, bahwa berbagai kejahatan
sistematis yang menistakan nilai-nilai kemanusiaan dapat
sejak dini diantisipasi keterulangannya.
Masa lalu yang pahit, hina dan penuh penderitaan dapat
menjadi sumber inspiratif yang menyadarkan kita dalam
membangun masa depan secara rasional bersama kerja sama
produktif yang akan membahagiakan kita semua. Karena
pada dasarnya, tidak ada kebahagiaan yang dapat dirasa
sendiri, betapapun seseorang memiliki harta melimpah, jika
ia hidup di tengah komunitas yang penuh penderitaan.
***
58_Social Capital ini dapat dijabarkan rincian bentuk-bentuk karakter yang perlu
dimiliki setiap warga masyarakat Aceh, meliputi: kejujuran, keterbukaan, kemam-
puan dan kemauan menghargai perbedaan, rasa saling percaya, kemampuan mer-
ancang perencanaan pembangunan bersama, kesediaan membangun kerjasama
lintas kelompok yang efektif dan produktif dapat menghasilkan realitas perwujudan
keinginan bersama, terbangunnya kapasitas social enterprenerialship, semuanya
merupakan modal-modal dasar yang perlu dimiliki masyarakat bagi membangun
realitas nasib masa depannya dalam kualifikasi kemanusiaan yang maju dan manu-
siawi. Untuk ini, baca misalnya, David Bornstein, How to Change the World: Social
Enterpreneurs and the Power of New Ideas, New York: Oxford University , .
|237|
FAKTA BICARA
|238|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
Wallahu’alam bish-shawaab….
|239|
FAKTA BICARA
|240|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
TENTANG PENULIS
Adi Warsidi, wartawan untuk Tempo )nti Media dan The
Asahi Shimbun yang bekerja untuk wilayah Aceh. Salah
seorang pengurus Aliansi Jurnalis )ndependen Banda Aceh,
aktif sebagai pengajar jurnalistik di Muharram Jurnalis College
MJC dan beberapa pelatihan jurnalistik lainnya yang digelar
lembaga-lembaga mahasiswa maupun organisasi lain. Pernah
terlibat dalam beberapa penelitian terkait perdamaian di
Aceh, serta ikut menjadi editor beberapa buku, di antaranya
Merangkai Kata Damai dan Kisah Usai Perang Katahati
)nstitute, .
|241|
FAKTA BICARA
|242|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|243|
FAKTA BICARA
|244|
Mengungkap Pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
|245|
FAKTA BICARA
|246|