Anda di halaman 1dari 44

BAHAN AJAR 8:

ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

BAHAN PEMBELAJARAN 8

ANALISIS DATA SISTEM INFORMASI KELUARGA

TRAINING OF TRAINER PELATIHAN TEKNIS SISTEM INFORMASI KELUARGA


(SIGA)
BAGI TIM FASILITATOR TINGKAT PROVINSI MELALUI E-LEARNING

Dra. THEODORA PANDJAITAN, M.Sc


- Husnul Wahyu Mahmudah, S.Stat

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA


BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
2022
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

8
BAHAN PEMBELAJARAN

ANALISIS DATA SISTEM INFORMASI KELUARGA (SIGA)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setelah dilaksanakannya Pendataan Keluarga , maka tersedia data mikro


keluarga disetiap RT/RW dan Dusun hasil pendataan keluarga. Pendataan
dilakukan untuk untuk memperoleh data dan informasi kependudukan,
keluarga berencana dan pembangunan keluarga yang akurat, relevan, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi tersebut terdiri dari jenis
data demografi; data keluarga berencana; data tahapan keluarga
sejahtera; dan data anggota keluarga.

Data-data yang ada tersebut perlu di analisis dan dimanfaatkan sehingga


dapat digunakan sebagai dasar penetapan prioritas dan sasaran program
yang dilaksanakan di suatu daerah, hasil pengolahan data tersebut dapat
digunakan oleh berbagai lintas sektor sebagai dasar pemberian dukungan
dan pelayanan kepada mayarakat sehingga hasil akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan memiliki
keterampilan dalam menganalisis, memanfaatkan serta
menyebarluaskan data dan informasi yang berasal dari Sistem
Informasi Keluarga (SIGA).

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pembelajaran ini peserta dapat:
a. Menjelaskan konsep dasar analisis data.
b. Menjelaskan Jenis analisis data SIGA
c. Mempraktikkan analisis data hasil sistem informasi keluarga (SIGA)
d. Mempraktikkan pemanfaatan data dan informasi keluarga (SIGA)
e. Menjelaskan penyebarluasan informasi data dan informasi keluarga

II. WAKTU : 09 JP @45 menit (405 menit)

III. RINCIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Topik Waktu Metode Media

1 Konsep Dasar Analisis 405 menit • Ceramah 1. Laptop/Komputer


Data. • Tanya 2. Internet
2 Jenis Analisis Data SIGA jawab 3. Bahan Belajar
3 Analisis dan pemaknaan • Diskusi 4. Bahan Tayang
data hasil sistem • Penugasan
informasi keluarga (SIGA)
4 Pemanfaatan data dan
informasi keluarga (SIGA)
5 Penyebarluasan informasi

3
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Peserta membaca bahan-bahan pembelajaran yang sudah diberikan
2. Peserta menyiapkan Laptop/PC/HP yang sudah terpasang aplikasi Zoom
Meeting
3. Peserta menyiapkan koneksi internet
4. Peserta log in ke elearning.bkkbn.go.id dengan user dan password yang
telah diberikan
5. Peserta mengikuti pembelajaran melalui e-learning dengan zoom meeting
6. Peserta mengerjakan quiz/penugasan

V. MATERI PEMBELAJARAN

A. Konsep Dasar Analisis Data


Tujuan Umum:
Untuk memberikan panduan bagi Pengelola Program Bangga Kencana di
seluruh tingkatan tentang Analisis data agar dapat memberikan gambaran
secara tepat dan menyeluruh keadaan di lapangan sampai ke tingkat
keluarga tentang hasil pelaksanaan program Pembangunan Keluarga
Kependudukan, dan Keluarga Berencana, yang dapat digunakan untuk
kepentingan operasional langsung di lapangan.

Ruang lingkup
1. Sasaran
Sasaran analisis data meliputi seluruh pelaksanaan kegiatan program
pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana
sebagai hasil dari pendataan keluarga maupun pemutakhiran basis data
keluarga Indonesia.
2. Jangkauan
Jangkauan analisis data mencakup pelaksanaan operasional dari
program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga
Berencana di tingkat lapangan (tingkat RW/Dusun).

4
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

B. Jenis Analisis Data


Jenis Analisis Data dalam lingkup Analisis Data SIGA adalah:
1. Analsis Cakupan K/0
2. Analisis Data Bulanan
3. Analisis Data Hasil Pendataan Keluarga

C. Analisis dan Pemaknaan Hasil Analisis


1. Analisis Data Cakupan K/0
Dalam masa peralihan pencatatan dan pelaporan yang sebelumnya
menggunakan aplikasi Statistik Rutin beralih ke aplikasi SIGA maka perlu
dilakukan migrasi data dan updating formulir K/0. Analisis cakupan K/0
dilakukan untuk mengetahui progress updating yang telah dilakukan.
Analasis ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Penyiapan data
- Menghitung cakupan progress updating K/0
Rumus :
Jumlah K/0 Update
× 100%
Jumlah K/0 yang ada
Contoh :
Menghitung persentase progress updating K/0 untuk formulir K/0
YAN KB. K/0 BKB, K/0 BKR, K/0 BKL, selanjutnya memberikan
warna pada cell persentase sesuai dengan kriteria lebih dari 75%
berwarna biru, 50,01%-75% berwarna hijau, 25- 50 % berwarna
kuning, dan kurang dari 25 % berwarna merah. Untuk
mempermudah membaca dan menyajikan data dapat dibuat bar
chart untuk masing-masing jenis formulir

5
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

JUMLAH K/0 YAN KB JUMLAH K/0 BKB JUMLAH K/0 BKR JUMLAH K/0 BKL
Kode Depdagri PROVINSI % % % %
ADA UPDATE ADA UPDATE ADA UPDATE ADA UPDATE
11 ACEH 2749 2746 99,89 2691 230 8,55 1256 76 6,05 1280 70 5,47
12 SUMATERA UTARA 1655 827 49,97 3553 946 26,63 3015 767 25,44 2977 628 21,1
13 SUMATERA BARAT 2142 1503 70,17 2127 1032 48,52 635 334 52,6 863 311 36,04
14 RIAU 688 213 30,96 402 61 15,17 278 40 14,39 365 37 10,14
15 JAMBI 1517 863 56,89 1312 446 33,99 984 591 60,06 991 279 28,15
16 SUMATERA SELATAN 2010 554 27,56 1505 227 15,08 1223 120 9,81 1322 97 7,34
17 BENGKULU 342 95 27,78 1336 16 1,2 1104 4 0,36 1061 1 0,09
18 LAMPUNG 1214 104 8,57 1749 108 6,17 1511 72 4,77 1580 217 13,73
19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 642 436 67,91 390 199 51,03 183 125 68,31 223 118 52,91
21 KEPULAUAN RIAU 597 166 27,81 383 0 0 162 0 0 191 15 7,85
31 DKI JAKARTA 986 986 100 1264 1078 85,28 270 218 80,74 709 1 0,14
32 JAWA BARAT 7986 965 12,08 14535 538 3,7 7879 245 3,11 8568 370 4,32
33 JAWA TENGAH 3044 529 17,38 9236 297 3,22 5044 186 3,69 6794 154 2,27
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 744 356 47,85 1415 326 23,04 621 174 28,02 745 291 39,06
35 JAWA TIMUR 8338 3200 38,38 12122 2103 17,35 4575 869 18,99 6411 899 14,02
36 BANTEN 919 513 55,82 1231 307 24,94 757 158 20,87 926 233 25,16
51 BALI 1584 127 8,02 2344 102 4,35 523 4 0,76 644 4 0,62
52 NUSA TENGGARA BARAT 1241 231 18,61 1057 79 7,47 536 141 26,31 592 60 10,14
53 NUSA TENGGARA TIMUR 953 775 81,32 1352 131 9,69 364 65 17,86 649 36 5,55
61 KALIMANTAN BARAT 740 5 0,68 509 2 0,39 262 0 0 352 73 20,74
62 KALIMANTAN TENGAH 1313 853 64,97 714 435 60,92 262 128 48,85 380 183 48,16
63 KALIMANTAN SELATAN 372 172 46,24 1364 301 22,07 618 189 30,58 725 95 13,1
64 KALIMANTAN TIMUR 1476 889 60,23 739 197 26,66 271 83 30,63 439 104 23,69
65 KALIMANTAN UTARA 336 168 50 125 43 34,4 27 8 29,63 36 15 41,67
71 SULAWESI UTARA 306 20 6,54 392 0 0 325 1 0,31 361 7 1,94
72 SULAWESI TENGAH 905 123 13,59 1092 33 3,02 600 7 1,17 765 5 0,65
73 SULAWESI SELATAN 2176 1847 84,88 2666 1902 71,34 2427 1591 65,55 2379 1450 60,95
74 SULAWESI TENGGARA 544 278 51,1 1353 365 26,98 912 192 21,05 914 167 18,27
75 GORONTALO 347 39 11,24 446 69 15,47 415 41 9,88 411 36 8,76
76 SULAWESI BARAT 813 215 26,45 492 113 22,97 222 68 30,63 251 44 17,53
81 MALUKU 200 45 22,5 386 2 0,52 219 0 0 321 0 0
82 MALUKU UTARA 267 21 7,87 588 3 0,51 537 0 0 553 0 0
91 PAPUA 404 149 36,88 233 51 21,89 180 38 21,11 151 18 11,92
92 PAPUA BARAT 111 56 50,45 151 5 3,31 98 14 14,29 74 7 9,46
TOTAL 49.661 20.069 40,41 71.254 11.747 16,49 38.295 6.549 17,10 45.003 6.025 13,39

Interpretasi Data :
Berdasarkan hasil pengihitungan tersebut kita dapat mengetahui
cakupan progress updating K/0 untuk masing-masing provinsi.
Misalnya untuk cakupan K/0 Yan KB secara nasional.

Terdapat 11 Provinsi yang


Cakupan K/0 YAN Kbnya kurang
dari 25%, antara lain :
1. Kalbar 7. Jabar
2. Sulut 8. Sulteng
3. Maluku Utara 9. Jateng
4. Bali 10. NTB
5. Lampung 11. Maluku
6. Gorontalo
Maka 11 Provinsi tersebut
menjadi perhatian untuk bisa
dikejar pelaksanaan updating K/0
Yan KB

6
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

- Melakukan padanan data dengan sumber data lainnya

Rumus:
Jumlah K/0 Update
× 100%
Jumlah data padanan
Contoh:
Menghitung persentase K/0 PKB Update terhadap data PKB
berdasarkan SIMSDM (Data dari Biro SDM), selanjutnya
memberikan warna pada cell persentase sesuai dengan kriteria
lebih dari 75% berwarna biru, 50,01%-75% berwarna hijau, 25- 50
% berwarna kuning, dan kurang dari 25 % berwarna merah. Untuk
mempermudah membaca dan menyajikan data dapat dibuat bar
chart.
Kode JUMLAH K/0 PKB JUMLAH PKB
PROVINSI % %
Depdagri ADA UPDATE SIMSDM
11 ACEH 1024 321 31,35 510 62,94
12 SUMATERA UTARA 2843 817 28,74 791 103,29
13 SUMATERA BARAT 475 317 66,74 298 106,38
14 RIAU 318 48 15,09 157 30,57
15 JAMBI 948 460 48,52 324 141,98
16 SUMATERA SELATAN 1425 440 30,88 422 104,27
17 BENGKULU 279 84 30,11 265 31,70
18 LAMPUNG 833 106 12,73 503 21,07
19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 143 95 66,43 58 163,79
21 KEPULAUAN RIAU 218 24 11,01 23 104,35
31 DKI JAKARTA 203 146 71,92 3 4866,67
32 JAWA BARAT 3799 826 21,74 1077 76,69
33 JAWA TENGAH 1783 302 16,94 1498 20,16
34 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 234 131 55,98 188 69,68
35 JAWA TIMUR 2286 921 40,29 1864 49,41
36 BANTEN 464 214 46,12 81 264,20
51 BALI 541 52 9,61 233 22,32
52 NUSA TENGGARA BARAT 993 286 28,8 386 74,09
53 NUSA TENGGARA TIMUR 1002 92 9,18 484 19,01
61 KALIMANTAN BARAT 341 23 6,74 185 12,43
62 KALIMANTAN TENGAH 331 279 84,29 159 175,47
63 KALIMANTAN SELATAN 468 273 58,33 336 81,25
64 KALIMANTAN TIMUR 278 257 92,45 239 107,53
65 KALIMANTAN UTARA 81 74 91,36 - #VALUE!
71 SULAWESI UTARA 495 18 3,64 140 12,86
72 SULAWESI TENGAH 776 222 28,61 328 67,68
73 SULAWESI SELATAN 1905 1585 83,2 1283 123,54
74 SULAWESI TENGGARA 1366 635 46,49 281 225,98
75 GORONTALO 183 97 53,01 144 67,36
76 SULAWESI BARAT 635 272 42,83 206 132,04
81 MALUKU 180 15 8,33 109 13,76
82 MALUKU UTARA 341 9 2,64 153 5,88
91 PAPUA 207 39 18,84 43 90,70
92 PAPUA BARAT 37 15 40,54 24 62,50
TOTAL 27.435 9.495 34,61 12.795 74,21

7
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Interpretasi Data :

Berdasarkan hasil padanan data dapat diketahui bahwa terdapat


selisih antara cakupan data K/0 PKB dan data PKB dari SIMSDM.
Berdasarkan data ini dapat diketahui provinsi dengan cakupan
dibawah 25% antara lain Provinsi Maluku Utara, Kalimantan
Barat, Sulawesi Utara, Maluku dan Nusa Tenggara Timur. K/0
PKB yang sudah diupdate dibandingkan dengan data PKB yang
ada dan jumlah PKB menurut data SIMSDM, ke lima provinsi
tersebut memiliki persentase dibawah 25% hal ini dapat dijadikan
sebagai bahan validasi dan verifikasi data di lapangan untuk
meningkatkan cakupan K/0 PKB pada aplikasi SIGA dan juga
sebagai bahan masukan kepada Biro SDM untuk meningkatkan
kualitas data.

2. Analisis Data Bulanan SIGA


Analisis data bulanan SIGA analisis yang dilakukan untuk monitoring dan
mengevaluasi capaian program Bangga Kencana di lapangan. Analisis
yang dapat dilakukan antara lain:

8
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

a. Cakupan laporan program Bangga Kencana

Sumber : Bahan
Paparan Radalgram
bulan Oktober 2021

Analisis cakupan laporan program Bangga Kencana ini dilakukan


dengan membuat rekap Provinsi dan Kab/Kota yang telah melakukan
pelaporan rutin pada bulan berjalan dan 2 bulan ke belakang.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui Provinsi dan Kab/Kota
mana saja yang tidak menginput laporan baik laporan Pelayanan
Kontrasepsi maupun Pengendalian Lapangan.

Sumber : Bahan Paparan Radalgram bulan Oktober 2021

Berdasarkan analisis pelaporan hasil pelayanan KB dapat diketahui


jumlah peserta KB baru (PB) kumulatif sampai dengan bulan
Oktober 2021, selanjutnya dihitung persentase PB JKN maupun Non

9
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

JKN untuk seluruh provinsi. Selanjutnya data tersebut dibandingkan


dengan data pelaporan hasil pelayanan KB tahun sebelumnya.

b. Capaian Kontrak Kinerja Provinsi (KKP) Tahun 2021

CAPAIAN PB s.d Oktober


2021: sebanyak 4.433.828
akseptor atau 61,8%
dibandingkan target
(7.169.006 akseptor).
Capaian tertinggi →Banten
(92,8%), Maluku (87,9%), dan
NTB (89,6%)
Capaian terendah → Jambi
(13,8%), Kalbar (29,9%), dan DIY
(31,6%)

Sumber : Bahan Paparan Radalgram bulan Oktober 2021

Analisis capaian Kontrak Kinerja Provinsi (KKP) dilakukan dengan


menghitung persentase capaian untuk masing-masing provinsi
dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah capaian Peserta KB Baru


× 100%
Jumlah target Peserta KB Baru

c. Capaian Proyek Prioritas Nasional (Pro-PN)

10
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Analisis capaian Proyek Prioritas Nasional (Pro-PN) dilakukan


dengan menghitung persentase capaian untuk masing-masing
provinsi dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah capaian Pro-PN Keluarga dengan Baduta


× 100%
Jumlah target Pro-PN Keluarga dengan Baduta

3. Analisis Hasil Pendataan Keluarga

a. Analisis Potensi Wilayah


Adalah upaya untuk mengkaji secara ilmiah rincian semua kekayaan
atau sumber daya fisik maupun non fisik pada area atau wilayah
tertentu sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu
kekuatan tertentu.

Analisis potensi wilayah bertujuan untuk:

1) Mengenali potensi dan kekuatan serta kelemahan wilayah dan


daerah dalam pembangunan wilayah dan daerah
2) Memberikan dasar yang logis dan valid bagi perencanaan
pembangunan wilayah dan daerah yang akan dilakukan
3) Mengidentifikasi modal dasar wilayah dan daerah dalam melakukan
perencanaan pembangunan.

11
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Berdasar data yang diperoleh dari pendataan keluarga maupun


pemutakhiran basis data keluarga, dapat dilihat potensi suatu wilayah
dari sisi program pembangunan keluarga, kependudukan, dan KB.
Akan tetapi data tersebut tidak akan berguna apabila tidak diolah dan
dimanfaatkan. Oleh karena itu sebelumnya perlu dilakukan pemetaan
potensi di wilayah tersebut sehingga data yang ada dapat dijadikan
pendukung untuk melakukan intervensi terhadap permasalahan yang
ada. Pemetaan potensi wilayah dalam kaitannya dengan
pengembangan kampung KB mencakup:

1) Potensi pengelola
Adalah individu atau kelompok masyarakat yang dapat bermanfaat
dalam pelaksanaan dan kemajuan program, misalnya PPKBD, Sub-
PPKBD, Paguyuban dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di
kampung.
2) Potensi kegiatan
Adalah kelompok kegatan yang ada di suatu wilayah atau
kemungkinan memiliki potensi untuk dapat dibentuk, misalnya
Poktan Bina Balita, Poktan Bina Remaja, Poktan Bina Lansia, serta
Poktan kegiatan sektor lainnya yang ada di kampung.
3) Potensi pelayanan
Adalah kegiatan swadaya masyarakat yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar, misalnya
pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes, dan Bidan Praktek).
4) Potensi dukungan (Stakeholder dan mitra kerja terkait)
Komitmen dan peran aktif seluruh instansi/unit kerja pemerintah
khususnya pemda dalam memberikan dukungan pelaksanaan
program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Termasuk disini
adalah potensi lain tentang sumber keagamaan, ekonomi, sosial
budaya, dan sebagainya.

12
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

b. Analisis Indikator Pembangunan Keluarga

Data pembangunan keluarga adalah jenis data yang dapat digunakan


untuk mentukan tahapan keluarga sejahtera yakni menggambarkan
keadaan kesejahteraan keluarga. Indikator data pembangunan
keluarga adalah sebagai berikut:
1) Keluarga (usia 10 tahun ke atas) menjalankan ibadah secara rutin
sesuai dengan tuntunan agama atau kepercayaan yang dianut;
2) Keluarga memiliki buku/akta nikah yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang;
3) Konflik antar anggota keluarga:
a) Tanpa tegur sapa (selama 3 hari berturut-turut);
b) Pisah ranjang antara suami dan istri (selama 7 hari berturut-
turut);
c) Pergi dari rumah/minggat (selama 2 hari berturutturut);
d) Kekerasan dalam rumah tangga.
4) Salah satu anggota keluarga memiliki sumber penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan pokok per bulan;
5) Setiap anggota keluarga makan “makanan beragam” (makanan
pokok, sayur/buah dan lauk) paling sedikit 2 (dua) kali sehari;
6) Keluarga memiliki tabungan/simpanan (uang kontan, perhiasan,
hewan ternak, hasil kebun, dll) yang dapat digunakan sewaktu-
waktu untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam 3 (tiga) bulan ke
depan;
7) Keberadaan anggota keluarga yang sakit (empat hari berturut-
turut) sehingga meninggalkan aktivitas;
8) Salah satu anggota keluarga mengakses informasi dari media
online (internet);
9) Setiap anggota keluarga memiliki waktu untuk berinteraksi setiap
hari;
10) Pengasuhan anak dilakukan bersama antara suami dan istri;
11) Keluarga pernah berekreasi bersama di luar rumah;

13
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

12) Salah satu anggota keluarga pernah ikut serta dalam kegiatan
sosial/gotong-royong di lingkungan RT;
13) Keluarga mempunyai balita (0-5 thn) ikut kegiatan Posyandu;
14) Keluarga mempunyai balita dan anak (0-6 thn) ikut kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB);
15) Keluarga mempunyai remaja (10-24 thn) ikut kegiatan Bina
Keluarga Remaja (BKR);
16) Ada anggota keluarga masih remaja (10-24 thn) ikut Pusat
Informasi Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M);
17) Keluarga yang memiliki lansia dan atau lansia (umur ≥ 60 tahun)
ikut kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL)
18) Keluarga mengikuti kegiatan usaha ekonomi;
19) Jenis atap rumah terluas;
20) Jenis dinding rumah terluas;
21) Jenis lantai rumah terluas;
22) Sumber penerangan utama;
23) Sumber air minum utama;
24) Kepemilikan fasilitas tempat buang air besar;
25) Luas rumah/bangunan keseluruhan (m2);
26) Jumlah orang yang tinggal dan menetap di rumah/bangunan;
27) Bahan bakar utama untuk memasak;
28) Status kepemilikan rumah/bangunan tempat tinggal;
29) Keluarga pernah memperoleh/mendengar/melihat/ membaca
pesan/informasi program Bangga Kencana dari media;
30) Sumber media mendapatkan informasi program Bangga Kencana;
31) Keluarga pernah memperoleh/mendengar/melihat/membaca
pesan/ informasi program Bangga Kencana dari petugas;
32) Petugas pemberi informasi program Bangga Kencana

Berdasarkan data-data pembangunan keluarga yang ada, dapat


dilakukan analisis sederhana untuk menghasilkan informasi yang
berguna, antara lain:

14
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

1) Persentase Keluarga Punya Balita ikut Posyandu terhadap


Jumlah Keluarga Punya Balita
Dari hasil perbandingan dua variabel di atas akan diketahui berapa
banyak persentase keluarga punya balita ikut posyandu
dibandingkan dengan jumlah keluarga punya balita. Semakin besar
persentasenya semakin baik, hal ini mengindikasikan bahwa
kesadaran keluarga untuk perhatian terhadap perkembangan
balitanya cukup tinggi. Jika persentasenya kecil, perlu dilakukan
intervensi dengan membuat program-program yang dapat dipakai
untuk meningkatkan kesadaran pentingnya memantau
perkembangan balita dan anak.

Rumus :
Jumlah keluarga punya balita ikut Posyandu
× 100%
Jumlah keluarga punya balita

Contoh :
Jumlah keluarga punya balita ikut posyandu = 12.493.468
Jumlah keluarga punya balita = 14.350.922

12.493.468
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 87,05%
14.350.922

Dengan demikian persentase keluarga punya


balita ikut posyandu terhadap jumlah keluarga
punya balita adalah 87,05%.

2) Persentase Keluarga Punya Balita dan Anak ikut BKB


terhadap Jumlah Keluarga Punya Balita dan Anak
Dari hasil perbandingan dua variabel di atas akan diketahui berapa
banyak persentase keluarga punya balita dan anak ikut BKB

15
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

dibandingkan dengan jumlah keluarga punya balita dan anak yang


ada. Semakin besar persentasenya semakin baik,
mengindikasikan bahwa kesadaran keluarga untuk perhatian
terhadap perkembangan anak dan balitanya cukup tinggi. Jika
persentasenya kecil, perlu dilakukan intervensi dengan membuat
program-program yang dapat dipakai untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua serta anggota
keluarga lainnya tentang cara pengasuhan tumbuh kembang anak
balita.

Rumus :
Jumlah keluarga punya balita dan anak ikut BKB
× 100%
Jumlah keluarga punya balita dan anak

Contoh :
Jumlah keluarga punya balita dan anak ikut BKB = 7.457.186
Jumlah keluarga punya balita dan anak = 17.005.465

7.457.186
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 43,85%
17.005.465

Dengan demikian persentase keluarga punya


balita dan anak ikut BKB terhadap jumlah keluarga
punya balita dan anak adalah 43,85%.

3) Persentase Keluarga Punya Remaja ikut BKR terhadap


Jumlah Keluarga Punya Remaja
Dari hasil perbandingan dua variabel di atas akan diketahui berapa
banyak persentase keluarga punya remaja ikut BKR dibandingkan
dengan jumlah keluarga punya remaja yang ada. Semakin besar
persentasenya semakin baik, mengindikasikan bahwa kesadaran

16
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

keluarga untuk perhatian terhadap perkembangan remajanya


cukup tinggi. Jika persentasenya kecil, perlu dilakukan intervensi
dengan membuat program-program yang dapat dipakai untuk
meningkatkan kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab orang
tua terhadap kewajibannya membimbing, meningkatkan
pengetahuan, kesadaran anak dan remaja dalam rangka
meningkatkan ketahanan fisik, non fisik melalui inter-ekstra
komunikasi yang sehat dan harmonis dalam suasana kehidupan
rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.

Rumus :
Jumlah keluarga punya remaja ikut BKR
× 100%
Jumlah keluarga punya remaja

Contoh :
Jumlah keluarga punya remaja ikut BKR = 8.536.252
Jumlah keluarga punya remaja = 31.477.772

8.536.252
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 27,12%
31.477.772

Dengan demikian persentase keluarga punya


remaja ikut BKR terhadap jumlah keluarga punya
remaja adalah 27,12%.

4) Persentase Keluarga Lansia atau Punya Lansia ikut BKL


terhadap Jumlah Keluarga Punya Lansia
Dari hasil perbandingan dua variabel berikut akan diketahui
berapa banyak persentase keluarga lansia atau punya lansia ikut
BKL dibandingkan dengan jumlah keluarga lansia atau punya
lansia yang ada. Semakin besar persentasenya semakin baik,

17
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

mengindikasikan bahwa kepedulian terhadap anggota keluarga


lansia cukup tinggi.

Rumus :
Jumlah keluarga lansia atau punya lansia ikut BKL
× 100%
Jumlah keluarga lansia atau punya lansia

Contoh :
Jumlah keluarga lansia atau punya lansia ikut BKL = 5.237.351
Jumlah keluargalansia atau punya lansia = 16.598.465

5.237.351
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 31,55%
16.598.465

Dengan demikian persentase keluarga lansia atau punya lansia


ikut BKL terhadap jumlah keluarga lansia atau punya lansia adalah
31,55%.

5) Persentase Keluarga ikut UPPKS terhadap Jumlah Keluarga


Dari hasil perbandingan dua variabel di atas akan diketahui berapa
banyak persentase keluarga ikut UPPKS dibandingkan dengan
jumlah keluarga yang ada. Semakin besar persentasenya semakin
baik, mengindikasikan bahwa banyak keluarga yang ikut
berpartisipasi dalam program KB melalui kelompok UPPKS. Jika
persentasenya kecil, perlu dilakukan intervensi dengan membuat
program-program yang dapat dipakai untuk meningkatkan
keikutsertaan dalam kelompok UPPKS.

Rumus :
Jumlah keluarga ikut UPPKS
× 100%
Jumlah keluarga

18
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Contoh :

Jumlah keluarga ikut UPPKS = 2.443.997


Jumlah keluarga= 66.207.139

2.443.997
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 3,69%
66.207.139

Dengan demikian persentase keluarga ikut UPPKS terhadap


jumlah keluarga adalah 3,69%.

c. Analisis Indikator Kependudukan


Data kependudukan terdiri dari data wilayah dan data individu anggota
keluarga. Dari data tentang kependudukan dapat diketahui informasi
tentang kepala keluarga dan individu anggota keluarga yang berkaitan
dengan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan
serta pekerjaan, dan sebagainya. Data individu anggota keluarga dapat
juga dirinci menurut berbagai aspek, misalnya dirinci menurut umur dan
pendidikan, umur dan status perkawianan, umur dan status pekerjaan,
pendidikan dan status perkawinan, pendidikan dan status pekerjaan,
serta masih banyak lagi.

Berdasarkan data-data kependudukan yang ada dapat dilakukan


analisis sederhana untuk menghasilkan informasi yang berguna, antara
lain:

1) Persentase Kepala Keluarga Perempuan terhadap Jumlah


Kepala Keluarga
Besarnya angka persentase kepala keluarga perempuan terhadap
jumlah kepala keluarga pada umumnya hampir sama dengan
angka persentase kepala keluarga yang berstatus janda terhadap
jumlah kepala keluarga. Informasi ini secara umum menunjukkan

19
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

bahwa perempuan dapat bertindak sebagai kepala keluarga jika


berstatus sebagai janda dan atau wanita kawin yang berstatus
kepala keluarga. Dengan praduga demikian, maka persentase
kepala keluarga perempuan terhadap jumlah kepala keluarga
dapat menjadi salah satu indikator dalam ketahanan keluarga.
Keluarga yang dikepalai oleh seorang perempuan, yang sebagian
besar berstatus janda dan atau wanita kawin yang berstatus
kepala keluarga relatif lebih rendah kondisi ketahanan
keluarganya dibandingkan dengan keluarga yang dikepalai oleh
laki-laki.

Rumus:
Jumlah kepala keluarga perempuan
× 100%
Jumlah kepala keluarga

Contoh:
Jumlah kepala keluarga perempuan = 9.664.231
Jumlah kepala keluarga yang didata = 66.207.139

34.982
Persentase = × 100% = 14,60%
66.207.139

Dengan demikian persentase kepala keluarga


perempuan terhadap jumlah kepala keluarga adalah
14,60%.

2) Persentase Kepala Keluarga Tidak Tamat SD/MI dan Tidak


Sekolah terhadap Jumlah Kepala Keluarga
Besarnya persentase kepala keluarga yang tidak pernah
mendapatkan atau menamatkan pendidikan sekolah dasar
mengindikasikan bahwa akses untuk mendapatkan pendidikan
bagi para kepala keluarga tersebut terbatas. Keterbatasan ini
mungkin disebabkan oleh berbagai faktor antara lain sosial dan
ekonomi seperti kondisi kesehatan, mahalnya biaya pendidikan,

20
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

minimnya penghasilan dan lain sebagainya. Jika mayoritas dari


para kepala keluarga yang tidak pernah mendapatkan atau
menamatkan pendidikan sekolah dasar tersebut masih usia
produktif, maka program intervensi yang mungkin bisa dilakukan
oleh tenaga lini lapangan dalam hal ini PKB/PLKB adalah
bekerjasama dengan dinas pendidikan atau LSM setempat
membuat program Paket Belajar (Kejar) bagi para kepala keluarga
tersebut. Dengan mengikuti program kejar, diharapkan
pengetahuan kepala keluarga tersebut bertambah sehingga
memungkinkan untuk mencari pekerjaan dengan tingkat
penghasilan yang lebih baik.

Rumus:

Jumlah KK tidak tamat SD/MI


dan Tidak Sekolah × 100%
Jumlah kepala keluarga

Contoh:
Jumlah kepala keluarga tidak tamat SD/MI & Tidak Sekolah =
6.410.672
Jumlah kepala keluarga yang didata = 66.207.139

6.410.672
Persentase = × 100% = 9,68%
66.207.139

Dengan demikian persentase kepala keluarga tidak


tamat SD dan tidak sekolah terhadap jumlah kepala
keluarga adalah 9,68%

3) Persentase Kepala Keluarga Tamat SMA keatas terhadap


Jumlah Kepala Keluarga
Jika persentase dari hasil perbandingan kedua variabel di atas
besar, menandakan bahwa tingkat pendidikan para kepala

21
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

keluarga tersebut cukup tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan


para kepala keluarga, diharapkan semakin luas pula wawasan dan
pengetahuannya tentang arti berkeluarga dan keluarga yang
berkualitas. Disamping itu, dengan asumsi bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan sesorang maka semakin baik pula tingkat
penghasilannya, maka dalam hubungannya dengan keikutsertaan
ber-KB, kepada para kepala keluarga tersebut beserta
pasangannya dapat diarahkan untuk ber-KB secara mandiri.

Rumus:

Jumlah KK tamat
SMA ke atas × 100%
Jumlah kepala keluarga

Contoh:

Jumlah kepala keluarga tamat SMA dan tamat AK/PT =


23.533.850
Jumlah kepala keluarga yang didata = 66.207.139

23.533.850
Persentase = × 100% = 34,55%
66.207.139

Dengan demikian persentase kepala keluarga tamat SMA ke atas


terhadap jumlah kepala keluarga menurut tingkat pendidikan
adalah 34.55%

4) Persentase Kepala Keluarga Tidak Bekerja terhadap Jumlah


Kepala Keluarga
Dari sudut pandang ekonomi, semakin kecil persentase kepala
keluarga tidak bekerja berarti semakin baik, karena kepala
keluarga yang bekerja bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Terkait keikutsertaan ber-KB, keluarga dengan kepala keluarga
tidak bekerja perlu mendapat perhatian khusus agar bisa

22
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

mendapat alat/cara kontrasepsi secara gratis. Hal ini karena


dikhawatirkan keluarga tersebut tidak memiliki kemampuan untuk
membeli alat/cara kontrasepsi.

Rumus:

Jumlah kepala keluarga tidak bekerja


× 100%
Jumlah kepala keluarga

Contoh:

Jumlah kepala keluarga tidak bekerja = 5.558.316


Jumlah kepala keluarga yang didata = 66.207.139

5.558.316
Persentase = × 100% = 8,4%
66.207.139

Dengan demikian persentase kepala keluarga tidak bekerja


terhadap jumlah kepala keluarga 8,4%

5) Rata-rata Jiwa Dalam Keluarga


Perhitungan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
tentang beban yang harus ditanggung oleh keluarga. Semakin
besar rata-rata jiwa dalam keluarga, semakin berat beban hidup
yang harus di tanggung. Pada sisi lain, semakin kecil rata-rata jiwa
dalam keluarga, semakin ringan beban hidup yang harus
ditanggung.

Rumus :
Jumlah jiwa dalam keluarga
Jumlah keluarga

Contoh :
Jumlah jiwa dalam keluarga = 220.047.060
Jumlah keluarga didata = 66.207.139

23
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

220.047.060
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 3,3
66.207.139

Dengan demikian rata-rata jumlah jiwa dalam keluarga adalah 3,3


atau 4 orang.

6) Persentase Anak Usia 0-<5 Tahun terhadap Jumlah Jiwa


Dalam Keluarga
Angka persentase anak usia 0-<5 tahun (balita) terhadap jumlah
jiwa dalam keluarga dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
tentang pola komposisi anggota keluarga menurut umur. Semakin
tinggi angka persentase anak usia 0-<5 tahun (balita) terhadap
jumlah jiwa dalam keluarga mengindikasikan bahwa struktur umur
anggota keluarga (penduduk) cenderung semakin muda.

Rumus :
Jumlah anak usia 0-4 tahun
× 100%
Jumlah jiwa dalam keluarga

Contoh :
Jumlah anak usia 0-4 tahun = 14.920.492
Jumlah jiwa dalam keluarga = 220.047.060

14.920.492
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 6,7%
220.047.060

Dengan demikian persentase anak usia 0-4 tahun terhadap


jumlah jiwa dalam keluarga adalah 6,7%.

24
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

7) Persentase Remaja Usia 10-24 Tahun terhadap Jumlah Jiwa


Dalam Keluarga
Angka persentase remaja usia 10-24 tahun terhadap jumlah jiwa
dalam keluarga lebih dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
tentang pola komposisi anggota keluarga menurut umur. Semakin
tinggi angka persentase remaja usia 10-24 tahun terhadap jumlah
jiwa dalam keluarga mengindikasikan bahwa struktur umur
anggota keluarga (penduduk) cenderung muda. Struktur umur
anggota keluarga (penduduk) muda menjadi salah satu potensi
terjadinya angka kelahiran, yang berarti pula kemungkinan
terjadinya pertumbuhan jumlah anggota keluarga (penduduk) yang
tinggi.

Rumus :

Jumlah remaja usia 10-24 tahun


× 100%
Jumlah jiwa dalam keluarga

Contoh :

Jumlah remaja usia 10-24 tahun = 56.776.185


Jumlah jiwa dalam keluarga = 220.047.060

56.776.185
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 25,8%
220.047.060

Dengan demikian persentase remaja usia 10-24 tahun terhadap


jumlah jiwa dalam keluarga adalah 25,8%.

25
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

8) Persentase anggota keluarga berusia 60 tahun ke atas


terhadap jumlah jiwa dalam keluarga
Semakin besar angka persentase anggota keluarga berusia 60
tahun ke atas terhadap jumlah jiwa dalam keluarga
menggambarkan struktur umur penduduk yang semakin tua
sebagai akibat semakin panjangnya usia harapan hidup anggota
keluarga. Pada daerah yang mempunyai struktur umur penduduk
tua biasanya ditandai dengan angka kelahiran yang rendah dan
pertumbuhan penduduk yang sangat kecil.

Rumus :
Jumlah anggota keluarga usia 60 tahun ke atas
× 100%
Jumlah jiwa dalam keluarga

Contoh :
Jumlah anggota keluarga usia 60 tahun ke atas = 21.892.317
Jumlah jiwa dalam keluarga = 220.047.060

21.892.317
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 9,9%
220.047.060

Dengan demikian persentase anggota keluarga usia 60 tahun ke


atas terhadap jumlah jiwa dalam keluarga adalah 9,9%.

9) Persentase Anak Usia 7-15 Tahun Tidak Sekolah terhadap


Jumlah Anak Usia 7-15 Tahun
Hasil analisis ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun
yang dicanangkan oleh pemerintah. Semakin kecil angka
persentase anak usia 7-15 tahun tidak sekolah terhadap jumlah
anak usia 7-15 tahun menggambarkan program wajib belajar
sembilan tahun semakin mencapai sasarannya

26
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Rumus :

Jumlah anak usia 7-15 tahun tidak/belum sekolah


× 100%
Jumlah anak usia 7 − 15 tahun

Contoh :

Jumlah anak usia 7-15 tahun tidak/belum sekolah = 1.190.491


Jumlah anak usia 7-15 tahun = 13.182.498

1.190.491
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 9,0 %
13.182.498

Dengan demikian persentase anak usia 7-15 tahun tidak sekolah


terhadap jumlah anak usia 7-15 tahun adalah 9,0%.

10) Persentase Anak Laki-Laki Usia 7-15 Tahun tidak Sekolah


terhadap Jumlah Anak Laki-Laki Usia 7-15 Tahun
Angka persentase ini dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap keberhasilan program wajib belajar 9 (sembilan) tahun
yang dicanangkan oleh pemerintah khususnya bagi anak laki-laki.
Semakin kecil angka persentase anak laki-laki usia 7-15 tahun
tidak sekolah terhadap jumlah anak laki-laki usia 7-15 tahun
menggambarkan program wajib belajar sembilan tahun untuk anak
laki-laki semakin baik.

Rumus :
Jumlah anak laki − laki usia 7 − 15 tahun tidak/belum sekolah
Jumlah anak laki − laki usia 7 − 15 tahun
× 100%

27
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Contoh :
Jumlah anak laki-laki usia 7-15 tahun tidak/belum sekolah =
658.984
Jumlah anak laki-laki usia 7-15 tahun = 6.814.957

658.984
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 9,6 %
6.814.957

Dengan demikian persentase anak laki-laki usia 7-15 tahun


tidak/belum sekolah terhadap jumlah anak laki-laki usia 7-15 tahun
adalah 9,6 %.

11) Persentase Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun Tidak/Belum


Sekolah terhadap Jumlah Anak Perempuan Usia 7-15 Tahun
Semakin kecil angka persentase anak perempuan usia 7-15 tahun
tidak/belum sekolah terhadap jumlah anak perempuan usia 7-15
tahun menggambarkan program wajib belajar 9 tahun untuk anak
perempuan semakin baik. Selain itu, jika angka persentase anak
perempuan usia 7-15 tahun tidak/belum sekolah terhadap jumlah
anak perempuan usia 7-15 tahun lebih kecil dibandingkan dengan
angka persentase anak usia 7-15 tahun tidak/belum sekolah
terhadap jumlah anak usia 7-15 tahun mencerminkan bahwa
program wajib belajar 9 tahun pada anak perempuan lebih berhasil
dibandingkan dengan anak laki-laki.

Rumus :
Jumlah anak perempuan usia 7 − 15 tahun tidak/belum sekolah
Jumlah anak perempuan usia 7 − 15 tahun
× 100%
Contoh :
Jumlah anak perempuan usia 7-15 tahun tidak/belum sekolah =
1.423.098
Jumlah anak perempuan usia 7-15 tahun = 6.367.540

28
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

1.423.098
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 22,3 %
6.367.540

Dengan demikian persentase anak perempuan usia 7-


15 tahun tidak/belum sekolah terhadap jumlah anak
perempuan usia 7-15 tahun adalah 22,3 %.

12) Persentase Jiwa Ikut Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


terhadap Jumlah Jiwa dalam Keluarga
Semakin besar persentase jumlah jiwa ikut Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) terhadap jumlah jiwa dalam keluarga
menggambarkan semakin banyak masyarakat Indonesia yang
telah terlindungi oleh pemerintah dari segi kesehatan melalui
BPJS. Pemerintah menargetkan seluruh masyarakat Indonesia
dapat terjaring dalam program ini. Jika persentasenya besar maka
kualitas pelayanan harus dijaga dan ditingkatkan, sebaliknya jika
persentasenya masih kecil maka pemerintah harus melakukan
intervensi-intervensi yang mendorong seluruh masyarakat ikut
program JKN, misalnya melakukan kerjasama dengan instansi-
instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta.

Rumus :
Jumlah jiwa ikut JKN
× 100%
Jumlah jiwa dalam keluarga

Contoh :
Jumlah jiwa ikut JKN = 14.530.194
Jumlah jiwa dalam keluarga = 220.047.060

14.530.194
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 6,6 %
220.047.060

29
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Dengan demikian persentase jiwa ikut Jaminan Kesehatan


Nasional (JKN) terhadap jumlah jiwa dalam keluargaadalah 6,6 %.

d. Analisis Data Keluarga Berencana


Data keluarga berencana berisikan informasi tentang kesertaan ber-KB
yang dapat dikaitkan dan dikombinasikan dengan aspek-aspek lainnya
seperti umur, jenis kontrasepsi, sumber pelayanan KB, pendidikan, dan
status pekerjaan.

Berdasarkan data-data keluarga berencana yang ada, dapat dilakukan


analisis sederhana untuk menghasilkan informasi yang berguna,
antara lain:

1) Persentase Pasangan Usia Subur terhadap Jumlah Keluarga


Salah satu faktor yang mempengaruhi angka kelahiran adalah
besarnya pasangan usia subur (PUS), karena dari PUS inilah
kelahiran diharapkan terjadi. Oleh karena itu sasaran pelayanan
kontrasepsi oleh Program KB adalah PUS. Dengan demikian
semakin besar angka persentase PUS terhadap jumlah keluarga
pada dasarnya menggambarkan semakin besar pula sasaran yang
harus digarap oleh program KB, khususnya dalam memberikan
pelayanan kontrasepsi.

Rumus :
Jumlah pasangan usia subur
× 100%
Jumlah keluarga

Contoh :
Jumlah pasangan usia subur = 38.409.722
Jumlah keluarga = 66.207.139

30
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

38.409.722
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 58,01%
66.207.139

Dengan demikian persentase pasangan usia subur terhadap


jumlah keluarga adalah 58,01%.

2) Persentase PUS kelompok umur istri <20 Tahun terhadap


Jumlah PUS
PUS dengan kelompok umur istri di bawah 20 tahun mempunyai
tingkat kesuburan yang tinggi sehingga memungkinkan tingkat
kelahiran yang juga tinggi. jika dikaitkan dengan pelayanan
kontrasepsi metode yang digunakan lebih banyak untuk
penjarangan kehamilan sehingga persediaan kontrasepsi lebih
diprioritaskan pada jenis kontrasepsi jangka pendek seperti Pil,
Suntikan dan Kondom.

Rumus :
Jumlah PUS kelompok umur istri < 20 tahun
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS kelompok umur istri <20 tahun = 336.290
Jumlah PUS = 66.207.139

336.290
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 0,51%
66.207.139

Dengan demikian persentase PUS kelompok umur istri <20 tahun


terhadap PUS adalah 0,51%.

31
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

3) Persentase PUS kelompok umur 30-49 Tahun terhadap Jumlah


PUS
Semakin tinggi angka persentase PUS kelompok umur 30-49 tahun
berarti semakin besar PUS yang tingkat kesuburannya mulai
menurun. Dilihat dari aspek upaya penurunan angka kelahiran
semakin baik, dilain pihak pelayanan kontrasepsi kemungkinan
besar akan banyak untuk tujuan mengakhiri kesuburan, sehingga
kontrasepsi akan lebih banyak digunakan metode kontrasepsi
jangka panjang seperti Medis Operatif, Implant, IUD.

Rumus :
Jumlah PUS kelompok umur 30 − 49 tahun
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS kelompok umur 30-49 tahun = 29.183.307
Jumlah PUS = 66.207.139

29.183.307
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 44,08%
66.207.139

Dengan demikian persentase PUS kelompok umur 30-49 tahun


terhadap PUS adalah 44.08%.

4) Persentase PUS dengan Anak pernah Dilahirkan Hidup Lebih


dari 2 Anak terhadap Jumlah PUS
Semakin tinggi angka persentase PUS dengan anak pernah
dilahirkan hidup lebih dari 2 anak terhadap jumlah PUS berarti
semakin besar kemungkinan sasaran PUS yang menjadi peserta
KB. Sasaran PUS ini lebih ditekankan untuk penggunaan cara KB
MKJP.

32
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Rumus :
Jumlah PUS dengan Anak
pernah Dilahirkan Hidup Lebih dari 2 Anak
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS dengan anak pernah dilahirkan hidup lebih dari 2 anak
= 14.719.901

Jumlah PUS = 38.409.722

14.719.901
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 38,3%
38.409.722

Dengan demikian persentase PUS dengan anak pernah dilahirkan


hidup lebih dari 2 anak terhadap jumlah PUS adalah 38,3%.

5) Persentase Peserta KB terhadap Jumlah PUS


Analisis dari dua variabel di atas dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat keikutsertaan ber-KB dari pasangan usia subur. Semakin
besar persentase berarti semakin baik. Hal ini mengindikasikan
bahwa pelaksanaan program KB yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak melalui pengaturan
kelahiran telah berjalan dengan baik. Perhatian perlu diberikan jika
persentasenya kecil dan perlu dicari apa penyebabnya.

Rumus :
Jumlah peserta KB
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah peserta KB = 22.061.905
Jumlah PUS = 38.409.722

33
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

22,061,905
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 57,4%
38.409.722

Dengan demikian persentase peserta KB terhadap jumlah PUS


(prevalensi KB) adalah 57,4%.

6) Persentase PUS Bukan Peserta KB terhadap Jumlah PUS


Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui proporsi PUS
bukan peserta KB terhadap jumlah PUS yang ada. Semakin kecil
persentasenya semakin baik, karena hal ini mengindikasikan
bahwa hampir semua PUS yang ada merupakan peserta KB.
Perhatian perlu diberikan jika persentasenya cukup besar.
Terdapat empat kondisi yang mungkin menyebabkan PUS tidak
ber KB; yaitu PUS yang istrinya sedang hamil, PUS yang masih
ingin punya anak, PUS yang ingin anak ditunda dan PUS yang
tidak ingin anak lagi.

Rumus :
Jumlah PUS bukan peserta KB
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS bukan peserta KB = 16.347.800
Jumlah PUS = 38.409.722
16.347.800
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 42,6%
38.409.722

Dengan demikian persentase PUS bukan peserta KB terhadap


jumlah PUS adalah 42,6%.

34
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

7) Persentase PUS Bukan Peserta KB Hamil terhadap Jumlah


PUS
Analisis yang dilakukan dengan membandingkan dua variabel ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentase PUS
yang istrinya sedang hamil terhadap jumlah PUS yang ada.
Berapapun angka yang dihasilkan, hasil analisis ini bisa dipakai
para PLKB/PKB untuk menggali berbagai informasi seperti:
(a) Apakah kehamilan tersebut memang diinginkan atau tidak?, jika
tidak bagaimana pemecahannya?
(b) Apakah ibu yang hamil tersebut memeriksakan kehamilannya
secara rutin atau tidak?
(c) Apakah setelah melahirkan ibu tersebut masih ingin punya anak
atau tidak? Dan lain sebagainya.

Rumus :
Jumlah PUS bukan peserta KB hamil
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS bukan peserta KB hamil = 151.317
Jumlah PUS = 38.409.722
151.317
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 0,4%
38.409.722

Dengan demikian persentase PUS bukan peserta KB hamil


terhadap jumlah PUS adalah 0,4%.

8) Persentase PUS Bukan Peserta KB ngin Anak Segera terhadap


Jumlah PUS
Perhitungan di atas dimaksudkan untuk mengetahui persentase
PUS bukan peserta KB yang ingin anak segera terhadap jumlah
PUS. PUS dalam kelompok ini sebenarnya tidak memerlukan

35
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

pelayanan kontrasepsi dengan segera. Hal yang menjadi perhatian


yaitu jika PUS tersebut masih mempunyai anak kecil (usia dibawah
5 tahun) sehingga perlu adanya penjelasan tentang penjarangan
kelahiran. Intervensi penggunaan kontrasepsi untuk penundaan
kehamilan juga dapat dilakukan.

Rumus :
Jumlah PUS bukan peserta KB
ingin anak segera
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS bukan peserta KB ingin anak segera = 8.082.348
Jumlah PUS = 38.409.722
8.082.348
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 21%
38.409.722

Dengan demikian persentase PUS bukan peserta KB ingin anak


segera terhadap jumlah PUS adalah 21%.

9) Persentase PUS Bukan Peserta KB Ingin Anak Tunda dan


Tidak Ingin Anak Lagi (unmet need) terhadap Jumlah PUS
Perhitungan diatas dimaksudkan untuk mengetahui persentase
PUS bukan peserta KB ingin anak tunda dan tidak ingin anak lagi
(unmet need) terhadap jumlah PUS. PUS dalam kelompok ini
sebenarnya memerlukan pelayanan kontrasepsi dengan segera.
Oleh karena itu, PUS bukan peserta KB ingin anak tunda dan tidak
ingin anak menjadi prioritas utama dalam layanan kontrasepsi.
Perhatian lebih perlu diberikan pada wilayah yang mempunyai
angka persentase tinggi.

36
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Rumus :
Jumlah PUS bukan peserta KB
ingin anak tunda dan tidak ingin anak lagi
× 100%
Jumlah PUS

Contoh :
Jumlah PUS bukan peserta KB dan ingin anak tunda dan tidak ingin
anak lagi = 6.840.685
Jumlah PUS = 38.409.722
6.840.685
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 17,7%
38.409.722

Dengan demikian persentase PUS bukan peserta KB ingin anak


ditunda dan tidak ingin anak lagi (unmeet need) terhadap jumlah
PUS adalah 17,8%.

10) Persentase Peserta KB Jalur Swasta terhadap Jumlah Peserta


KB
Analisis yang dilakukan dengan membandingkan kedua variabel ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persentase
peserta KB jalur swasta (KB mandiri) dibandingkan jumlah peserta
KB secara keseluruhan. Persentase yang besar mengindikasikan
bahwa semakin banyak peserta KB yang menggunakan jasa
faskes swasta, praktik dokter dan bidan praktek mandiri dalam
mendapatkan pelayanan alat/obat kontrasepsi. Persentase yang
kecil pada sisi lain, mengindikasikan masih tergantungnya peserta
KB terhadap pemerintah dalam mendapatkan pelayanan alat/obat
kontrasepsi.
Rumus :

Jumlah peserta KB jalur swasta


× 100%
Jumlah peserta KB

37
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Contoh :
Jumlah PUS peserta KB jalur swasta = 11.799.277
Jumlah peserta KB = 22.061.905

11.799.277
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 53,48%
22.061.905

Dengan demikian persentase PUS peserta KB jalur swasta


terhadap jumlah peserta KB adalah 53,48%.

11) Persentase PUS Peserta KB MKJP terhadap Jumlah PUS


Peserta KB
Perhitungan di atas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar proporsi peserta KB MKJP terhadap peserta KB. Semakin
besar persentasenya akan semakin bagus. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin banyak PUS yang menggunakan metode MKJP
yaitu IUD, MOW, MOP dan Implant.

Jika persentasenya besar maka perlu dipertahankan (untuk IUD


dan Implant) sedangkan jika persentasenya kecil maka perlu untuk
menambah peserta KB baru atau ganti cara dari non MKJP ke
MKJP.

Rumus :
Jumlah PUS peserta KB MKJP
× 100%
Jumlah PUS peserta KB

Contoh :
Jumlah PUS peserta KB MKJP = 2.154.809
Jumlah PUS peserta KB = 22.061.905

38
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

2.154.809
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100% = 9,7%
22.061.905

Dengan demikian persentase PUS peserta KB MKJP terhadap


jumlah PUS peserta KB adalah 9,7%.

4. Pemanfaatan data dan informasi keluarga (SIGA)

a. Pengertian
Pemanfaatan data dan informasi kelarga merupakan penggunaan data
dan informasi keluarga untuk program Bangga Kencana serta program
pembangunan pemerintah lainnya. Penggunaan data ini dapat dipakai
sebagai alat monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program
Bangga Kencana maupun sebagai sumber informasi data keluarga baik
untuk internal maupun eksternal BKKBN.

Flowchart pemanfaatan data dan informasi keluarga dapat


digambarkan sebagai berikut:

39
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

b. Pemanfaatan Data SIGA


Data yang telah di analisis dapat dimanfaatkan antara lain untuk:
1) Sasaran
a) Penentuan sasaran yang lebih tajam berdasarkan kondisi,
potensi dan kebutuhan aktual dari masing masing keluarga yang
ada di setiap tingkatan wilayah.
b) Pemutakhiran peta keluarga berdasarkan tingkat kesertaan KB
dan kesertaan kelompok kegiatan tiap keluarga di suatu wilayah
tertentu.

2) Program Dukungan dan Sarana Motivasi


a) Penentuan program dukungan yang sesuai untuk setiap
keluarga dan setiap wilayah tertentu.
b) Peningkatan kualitas kesertaan ber-KB untuk penggunaan
metode kontrasepsi yang lebih efektif, aman, dan nyaman.
c) Sarana motivasi untuk mendorong setiap keluarga mengikuti
kelompok kegiatan bagi keluarga yang memiliki sasaran
pembinaan.

3) Program lainnya
Pemanfaatan hasil analisis data untuk kepentingan pembangunan
keluarga melalui keterlibatan sektor lain, antara lain seperti :
(a) Bidang Pendidikan;
(b) Bidang Kesehatan Dasar;
(c) Bidang Perumahan Rakyat;
(d) Bidang Penyuluhan Agama;
(e) Bidang Ekonomi;
(f) Bidang Administrasi Kependudukan;
(g) Bidang Sosial Kemasyarakatan;
(h) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
(i) Bidang Perencanaan dan Pembangunan Daerah.

40
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

Selain hal tersebut di atas, data yang telah di analisis dapat juga
digunakan sebagai materi informasi bagi OPD-KB, Ketua Kampung
KB, dan PKB/PLKB untuk di sosialisasikan dan didiskusikan.
Sosialisasi dilakukan melalui forum musyawarah yang melibatkan
masyarakat, Ketua RW/RT, aparat pemerintah desa/kelurahan, tokoh-
tokoh masyarakat, dan para mitra kerja/stakeholders sehingga dapat
dijadikan bahan masukan pengambilan keputusan terutama sebagai
dasar penetapan prioritas, sasaran, dan program yang akan
dilaksanakan di suatu wilayah.
Pada tingkat lini lapangan, forum musyawarah yang dapat digunakan
dalam pemanfaatan data yang sudah di analisis antara lain sarasehan
dan pertemuan rutin lain yang ada di tingkatan wilayah tertentu.

c. Mekanisme Kerja Sama Pemanfaatan Data SIGA


Mekanisme Kerjasama pemanfaatan data dan informasi keluarga diatur
dalam Peraturan Kepala BKKBN Nomor 6 Tahun 2018. Jenis data yang
dapat dimanfaatkan meliputi data pembangunan keluarga,
kependudukan, dan keluarga berencana dalam bentuk data agregat
maupun data individu dalam keluarga (BNBA). Kerjasama pemanfaatan
data dan informasi keluarga ini menggunakan metode penyampaian
data secara langsung dalam bentuk data hardcopy, softcopy, dan lain-
lain maupun melalui pengaturan hak akses terbatas pada portal SIGA.

5. Penyebarluasan informasi
a. Pengertian
Penyebarluasan informasi merupakan proses penyampaian informasi
yang berasal dari hasil SIGA baik langsung kepada masyarakat atau
sektor yang berkepentingan melalui berbagai forum maupun media,
baik secara aktif maupun aktif maupun interaktif.
b. Teknik Penyebarluasan Informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan atas dasar permintaan
pihak-pihak yang berkepentingan maupun secara aktif disampaikan

41
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

kepada masyarakat luas melalui sosialisasi, pertemuan ilmiah, dialog


interaktif di TV, radio dsb. Informasi yang disebarluaskan juga dapat
digunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
seperti akademisi dalam menyusun karya tulis ilmiah.
c. Forum Penyebarluasan Informasi
Hasil analisis data dan informasi Bangga Kencana dapat dimanfaatkan
baik secara internal maupun eksternal BKKBN. Secara internal, hasil
analisis seyogyanya dikomunikasikan melalui berbagai forum secara
rutin, seperti pada forum Rapat Pengendalian Program. Sebagaimana
telah diuraikan pada tujuan di atas, dalam forum ini hasil analisis
mendapat tanggapan dan masukan guna penyempurnaan program
Bangga Kencana.
Sementara itu, secara eksternal hasil analisis data dapat pula
disosialisasikan melalui forum-forum koordinasi atau bahkan melalui
forum ilmiah. Lembaga pengguna data yang terdiri dari pemangku
kebijakan dan mitra kerja. Pemangku kebijakan yaitu Kementerian,
lembaga pemerintah pusat maupun daerah yang memberikan
komitmen dan dukungan untuk menjalankan dan membuat kebijakan
strategis organisasi untuk mencapai tujuan dan kemajuan program
pembangunan baik secara nasional maupun daerah. Mitra Kerja adalah
organisasi swasta atau lembaga swadaya organisasi masyarakat yang
berperan serta dalam pengelolaan program pembangunan baik secara
nasional maupun daerah.

d. Media Penyebarluasan Informasi


Penyebarluasan informasi hasil SIGA dapat dilakukan melalui
berbagai media antara lain:
1) Media elektronik seperti, radio, TV, dan lain-lain
2) Media cetak, seperti surat kabar, majalah, buletin, leaflet, booklet,
brosur, dan lain-lain.
3) Media daring seperti website, internet dan media sosial.

42
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

VI. EVALUASI

Beri tanda silang (X) pada jawaban yang tepat, pada soal berikut ini:

1. Jelaskan yang dimaksud analisis data


a. kegiatan mengumpulkan dan mengolah data
b. kegiatan mengkategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan,
tema, menafsirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau
melaporkannya kepada pihak lain yang berminat atau berkepentingan
c. kegiatan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,
dan sebagainya)
d. kegiatan mengelola data
e. kegiatan mengolah data dalam bentuk tabel dan grafik

2. Sebutkan jenis analisis data SIGA


a. analisis primer dan analisis sekunder
b. analisis kuantitatif dan analisis kualitatif
c. analisis deskriptif dan statistika
d. analisis potensi wilayah dan analisis indikator Bangga Kencana
e. Analisis univariat dan multivariat

3. Jelaskan pengertian pemanfaatan data dan informasi keluarga!


a. pengumpulan data, pengolahan sampai kepada pengambilan
kesimpulan
b. pengambilan keputusan
c. penggunaan data dan informasi keluarga untuk program Bangga
Kencana serta program pembangunan pemerintah lainnya
d. penggunaan data untuk program strategis
e. pengunaan data untuk masyarakat

43
BAHAN AJAR 8:
ANALISIS DATA SIGA (SISTEM INFORMASI KELUARAGA)

4. Siapa saja yang dapat memanfaatkan data SIGA?


a. internal dan eksternal BKKBN
b. pemangku kebijakan
c. Direktorat, Biro dan komponen
d. pusat dan provinsi
e. masyarakat

5. Sebutkan teknik penyebarluasan informasi!


a. Melalui sarana online
b. Melalui sarana offline
c. Melalui sosialisasi, pertemuan ilmiah, dialog interaktif di TV, radio, dsb
d. Melalui seminar dan sarasehan
e. Melalui media sosial

Kunci Jawaban :
1. B
2. D
3. C
4. A
5. C

VII. REFERENSI

1. Modul TOT Diklat Teknis Sistem Informasi Keluarga (SIGA), BKKBN,


2018.
2. Panduan Analisis dan Evaluasi Statistik.
3. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 6 Tahun 2018, Tentang: Mekanisme
Kerjasama Pemanfaatan Data dan Informasi Keluarga.
4. Bahan Paparan Radalgram Bulan Oktober 2021

44

Anda mungkin juga menyukai