Anda di halaman 1dari 56

Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

MODUL III
IDENTIFIKASI KABEL MULTIPAIR

I. TUJUAN :
1. Setelah melakukan Praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
2. Membedakan fungsi-fungsi kabel
3. Menentukan kapasitas kabel
4. Mengupas dan menguraikan kabel
5. Menentukan kode-kode identitas dan pasangan (pair) kabel
6. Menghitung berdasarkan kode warna urat-urat kabel

II. PERALATAN DAN BAHAN :


1. Kabel ( KTTL, K. Duct, KU )
2. Gergaji besi
3. Tang kombinasi
4. Tang Potong
5. Pisau (Cutter)
6. Obeng min
7. Kain lap (majun)
8. Bensin
9. Isolasi

III. TEORI DASAR


A. KONSTRUKSI KABEL
1
Keterangan gambar :
2
1. Urat Kabel
3 2. Pita Pengikat Kode Warna
4 3. Pita Pembungkus Inti
5
4. Kawat CU (untuk arde)
5. Pelindung Eletris
6
6. Bearer/Penggantung
7
7. Kulit Kabel

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

BAHAN KABEL
a) Urat Kabel
Penghantar
Penghantar harus terbuat dari bahan tembaga lunak hasil proses
annealing dan memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Merata kualitasnya.
2. Berupa kawat padat bulat , mengkilap dan bersih.
3. Bebas dsari segala cacat
4. Harga tahanan urat kabel yang diukur harus sesuai
dengan diameternya.
b) Isolasi
Masing-masing akan dibungkus merat dengan isolasi berwarna.Isolasi harus
terbuat dari bahan kompon polietiline yang memenuhi persyaratan.
c) Pita Pengikat Satuan
Setiap 10 pair (20 pair) kabel/satuan dililit pita pengikat berwarna yang terbuat
dari bahan polipropilin atau sejenisnya.
d) Pita Pembungkus Inti
Untuk pembungkusan kabel inti dipergunakan pita non higroskopis yang terbuat
dari bahan polipropilin atau sejenisnya (plastik transparan). Dipasang dengan
dililitkan ke inti kabel secara helical atau timpang tindih. Pita pembungkus ini
disamping berfungsi sebagai pembungkus inti kabel, juga berfungsi sebagai
pencegah melelehnya isolai penghantar pada pembuatan kulit kabel.
e) Kawat Telanjang Tembaga
Kawat telanjang tembaga (yang biasanya dipertin atau dilapisi timah) pada
setiap kabel belum tentu ada, dengan diameter 0,6 mm. Kawat tembaga ini
berfungsi sebagai pengardean atau penghubung ke tanah / ground pada waktu
terminasi. Bila kabel tidak dilengkapi ini maka harus dibuat dengan cara
melilitkan kawat tembaga pada lapisan aluminium.
f) Pelindung Elektris
Untuk perlindungan terhadap kemungkinan induksi ataupun kelembapan.
Pelindung elektris harus terbuat dari pita aluminium polos atau pita aluminium
berlapis polyetheline pada salah satu sisinya. Lapisan aluminium ini diletakkan
diatas pembungkus inti, dengan membelitkan secara helikal pada inti kabel pada
inti kabel dengan tumpang tindih.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

g) Penggantung / Bearer
Kabel udara ini mempunyai penggantung dari pilinan kawat baja gaivanis serta
yang berkuat tarik tinggi. Ukuran kawat baja penggantungkabel seperti berikut:
1. Kapasitas 10 pair sampai dengan 50 pair jumlah penggantung 7 buah
berdiameter kawat baja 1,2 mm, serta beban penyebab kerusakan 11.000 newton.
kapasitas 60 pair sampai dengan 120 pair jumlah penggantung 7 buah
berdiameter kawat baja 2 mm atau 19 buah kawat baja berdiameter 1,2 mm, serta
penyebab beban kerusakan 29.000 newton.
h) Kulit Kabel
Inti kabel yang telah dilapisi pita pembungkus dan pelindung elektris bersama-
sama dengan kawat penggantung baja dilapisi selubung polietilene berwarna
hitam. Sehingga bentuk penampang kabel udara seperti angka delapan (8).

SIFAT KELISTRIKAN.
a) Tahanan penghantar
Tahanan penghantar urat kabel harus memenuhi ketentuan pada tabel berikut :

Diameter Urat (mm) Tahanan maksimum*


(ohm / km)
0,6 6,5
0,8 36,5
1,0 23,4
* = Pada suhu 20 derajat Celcius
b) Tahanan isolasi
Tahanan isolasi yang diukur antara masing-masing penghantar dengan lapisan
aluminiumnya tidak boleh kurang dari 10.000 Mega ohm/km pada tegangan 500
volt dc.
c) Kapasitansi bersama
Harga kapasitansi bersama dari setiap pasang yang diukur pada frekuensi 800 hz
adalah:
1. Diameter penghantar 0,6 mm dan 0,8 mm tidak boleh melampaui 55 nF/km.
2. Untuk diameter penghantar 1,0 mm tidak boleh melampaui 66 nF/Km
d) Ketidakseimbangan Kapasitansi
Ketidakseimbangan kapasitansi diukur pada frekuensi 800 Hz. Selama dengan
lapisan aluminium dan ditanahkan. Ketidakseimbangan kapasitansi tidak boleh
melampaui ketentuan sebagai berikut :

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

1. Antar pair dalam satu quad = 400 pF.


2. Antar pair dalam satu quad yang berbeda = 300 pF.
3. Antar pair dengan lapisan aluminium yang ditanahkan = 800 pF.
Patokan panjang dalam pengukuran = 300 m, bila panjang yang diukur adalah L
meter maka hasil pengukuran harus dikalikan faktor koreksi = 300/L.
pengukuran, penghantar-penghantar yang tidak sedang diukur dibundel bersama.
e) Uji tegangan tembus
Isolasi dari setiap penghantar terhadap penghantar lainnya harus tahan tegangan
tembus 500 Volt, 50 Hz selama 1 menit. Isolasi dari setiap penghantar terhadap
lapisan aluminium yang ditanahkan, harus tahan tegangan tembus 2000 Volt, 50
Hz selama 1 menit .

PENGEMASAN KABEL
Kabel yang akan dikirimkan digulung erat dalam haspel dengan standar sebagai
berikut:
- Kapasitas kabel 60 pair sampai 120 pair, panjang kabel dalam satu haspel 500 m.
- Kapasitas kabel dibawah 60 pair, panjang kabel dalam satu haspel 1000 meter.
Ujung- ujung kabel harus ditutup dengan penutup ujung kabel yang terbuat dari
bahan panas kerut (XAGA) yang dikenal dengan End cap. Data yang terdapat di
haspel antara lain:
- Tanda pengenal.
- Jenis kabel, kapasitas kabel maupun diameter penghantar.
- Panjang Kabel dalam meter.
- Nomor haspel.
- Berat kotor dalam kilogram.
- Nomor spesifikasi.
- Arah panah penunjuk arah putaran haspel.
- Tanda akhir gulungan kabel.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

B. PERHITUNGAN URAT KABEL


Adapun susunan dan jumlah kabel untuk beberapa kapasitas kabel adala sebagai
berikut:
1. Type STEL (Spesifikasi PERUMTEL No STEL K-001)
a) Empat penghantar berisolasi dipilin bersama- sama, sehingga membentuk
empatan (quad) yang simetris dan kompak. Susunan empat penghantar seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.

b
c d

WARNA ISOLASI DALAM


SATUAN DASAR
NOMOR QUAD
PAIR GANJIL PAIR GENAP
A B A B
1 Putih Biru Merah Hitam
2 Putih Orange Merah Hitam
3 Putih Hijau Merah Hitam
4 Putih Coklat Merah Hitam
5 Putih Abu-abu Merah Hitam

b) Lima quad berurutan mulai dari nomr 1 (satu) sampai nomor 5 (lima), dipilin
bersama sama membentuk satu satuan dasar atau atau satuan 10 (sepuluh) pair
yang kompak.

1
5 2

4 3

Kode warna dari isolasi penghantar untuk tiap satuan dasar harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
- Masing-masing satuan dasar ditandai dengan pita pengikat berwarna dengan
tebal kira-kira 0,05 mm dan lebar kira-kira 3 mm yang di lilitkan pada
masing-masing satuan tersebut.
- Warna pita pengikat satuan dasar awal pada setiap lapisan diawali dengan pita
berwarna merah, dan satuan berikutnya berwarna putih dengan pita berwarna

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

putih dan kuning secara bergantian. Bila kabelnya hanya terdiri dari satu
satuan dasar maka pengikat satuan dasar dari inti kabel tersebut berwarna
putih. Untuk kabel kapasitas 10” tisak perlu dipasang pita pengikat satuan
dasar, karena hanya satu satuan dasar.
- Ada juga pengikat satuan dasar yang berwarna sesuai dengan kode warna urat
kabel, yaitu: BIRU, ORANGE/JINGGA, HIJAU, COKLAT, ABU-ABU.
Susunan kabel seperti itu adalah kabel lama dan sudah tidak digunakan lagi.
Sejumlah satuan dasar dipilin membentuk unit yang simetris dan kompak
tergantung dari pada kapasitas kabel, permulaan dari inti keluar seperti pada
gambar berikut ini.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

SATUAN DASAR 10 PAIR

5
3
4
QUAD (2 PAIR) UNIT DASAR (10 PAIR)

1 2 1 2
1 2
3 4
3

20 PAIR 30 PAIR 40 PAIR

50 PAIR 60 PAIR

80 PAIR 100 PAIR

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

SATUAN DASAR 50 PAIR

150 PAIR 200 PAIR 300 PAIR

SATUAN DASAR 100 PAIR

500 PAIR 600 PAIR 800 PAIR

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

SATUAN DASAR 100 PAIR

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

IV. TUGAS PRAKTEK


1. PRAKTEK KONSTRUKSI KABEL
Prosedure Praktikum :
a) Persiapan alat dan bahan
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan cek fungsi alat dan ketepatan bahan praktek
b) Pengupasan Kabel
- Kupas Pe luar kabel sepanjang 30 cm dengan menggunakan pisau.
- Potong armouring baja sepanjang 5 cm dari jarak batas kupasan Pe luar dengan menggunakan gergaji besi
dab tang.
- Kupas Pe dalam sepanjang 5 cm dari batas kupasan armouring baja dengan menggunakan pisau,
c) Ikat pita unit pada unit kabel tersebut supaya tidak terburai.
d) Bersihkan jelly yang ada pada urat kabel dengan kain lap dan bensin.
e) Lakukan pengamatan konstruksi kabel tersebut yang meliputi sb :
- Bagian-bagian konstruksi
- Kapasitas kabel
- Kode-kode warna unit, sub unit, dan isolasi urat kabelnya
f) Buatlah gambar penampang memanjang (samping)/gambar dimensi Dari kontruksi kabel tersebut.

2. MONTASE
Montase adalah pekerjaan memisahkan pair, quad, unit maupun sub unit dari kabel baik Kabel udara maupun kabel
tanah dengan menggunakan benang atau isolasi dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan terminasi dan
mencegah terjadinya tertukarnya pair satu dengan lainnya.
Prosedur Praktikum :
- Potong kabel sepanjang 30 cm
- Ukurlah kabel 15cm kemudian ujung lain diukur 15cm
- Kupas kulit kabel sepanjang 20 cm
- Potong aluminium foil 3 cm dari pangkal potongan
- Potong pembungkus inti 3 cm dari pangkal potongan
- Pisahkan tiap pair kurang lebih 1,5 cm dari pangkal kupasan
- Mulailah melilitkan benang dengan simpul pangkal sampai percabangan unit.
- Setelah sampai percabangan unit maka lilitkan lima kali kesatu lalu tarik simpul pangkalnya.
- Lanjutkan lilitan pada unit satu sampai lima lilitan.
- Setelah lima lilitan lalu pair ke 10 dikeluarkan, kemudian pair ke 9, 8, sampai pair pertama.
- Setelah pair kesatu dililit kemudian akhiri dengan simpul mati

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Gambar Konstruksi dan Montase Kabel

3. PRAKTIKUM PERHITUNGAN URAT KABEL


Prosedure Praktikum :
a) Untuk melakukan perhitungan urat kabel maka kabel harus dikupas terlebih dahulu dan diperhatikan urat
kabelnya.
b) Untuk melakukan pengupasan kabel diperlukan alat dan bahan sebagai berikut :
Alat : Bahan :
Cuter 2 buah kabel tembaga multi pair
Tang potong 2 buah
Tang kupas 2 buah
Gergaji 1 buah

KESELAMATAN KERJA
Untuk menghindari hal- hal yang tidak di inginkan dalam bekerja mohon diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
- Hati- hati dalam memotong kabel dengan gergaji.
- Hati- hati dalam mengunakan cuter pada saat mengupas kabel.
- Dari pengamatan kabel tersebut tentukan Unit dan warna pita, sub Unit dan warna pita, quad dan warna isolasi
urat kabelnya, kabel yang berkapasitas 100 “, 300 “ , 600 “ dan 1000 “ (kalau tidak ada lakukan pengamatan
dari 3 jenis kabel dengan kapasitas yang berbeda) dari no. pair sbb : 3, 5, 9, 10, 13, 14, 25, 36, 99, 101, 119 dan
300. 355, 313, 414, 444, 521, 555, 597, 600, 777, 789, 818, 922, 978, 999, 1000.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM WIRELINE

MODUL I

Hari/ Tanggal Praktek : ...................................................................................

Nama : ...................................................................................

No. Mahasiswa : ...................................................................................

Partner Nama/No.Mhs : 1. .................................., No. Mhs : ..........................

2. .................................., No. Mhs : ..........................

Nama Asisten : ....................................... Paraf :


Data-Data Hasil Praktek :

.................................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................

.........................................................................................................................................................................

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

.........................................................................................................................................................................

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

MODUL II

PENGUKURAN SALURAN JARINGAN


I. TUJUAN :
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengukur Continuitas Kabel
b. Mengukur Tahanan Jerat/Loop Kabel
c. Mengukur Tahanan Isolasi urat Kabel
d. Mengukur Redaman Kabel

II. PERALATAN DAN BAHAN


a. Gergaji besi
b. Tang Kombinasi
c. Tang Potong
d. Pisau (Cutter)
e. Obeng
f. Multi Meter
g. Megger
h. Kabel
i. Kain Lap (majun)
j. Bensin

III. TEORI DASAR


PENGUKURAN JARINGAN KABEL
Pengukuran elektris adalah merupakan cara untuk mengetahui nilai elektris yang
dimiliki oleh setiap jaringan kabel pada saat tertentu baik sebelum maupun pada saat instalasi
dan masa pemeliharaan.
Tujuan pengukuran kabel adlaah untuk mengetahui kondisi dari suatu jaringan kabel
apakah baik atau tidak, dan untuk penetuan baik atau tidaknya kondisi jaringan kabel terswebut
maka hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang telah ditentukan.
Pengukuran jaringan kabel pada hakekeatanya merupakan bagian dari pemeliharaan
preventif dan korektif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi jarignan kabel tersebut baik atau
tidak.

A. Macam macam pengukuran jaringan kabel


Menurut fungsinya :
1. Pengukuran uji terima material kabel.
2. Pengukuran di pabrik adalah pengukuran yang dilaksanakan di pabrik sebelum kabel tersebut
dikirim ke gudang lokasi pembangunan.
3. Pengukuran di gudang, yaitu pengukuran yang dilaksanakan pada saat material telah tiba di
gudang Pengukuran di lapangan / lokasi. Selain itu, pengukuran yang dilaksanakan pada saat
material tiba di lokasi pembangunan / di lapangan.
4. Pengukruan saluran final test (uji akhir), yaitu pengukuran yang dilakukan oleh kontaktor
dibawah pengawasan Waspang terhadap hasil pekerjaan pembangunan jaringan kabel yang
telah selesai dilaksanakan. Hasil ukur harus memenuhi standar nilai yang telah ditentukan.
5. Pengukuran saluran acceptance test (uji terima), yaitu pengukuran yang dilakukan oleh team
uji terima PT TELKOM terhadap hasil pembangunan jaringan kabel yangtelah selesai
dilaksanakan oleh kontraktor. Uji terima dilaksanakan setelah uji akhir oleh kontraktor

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

memenuhi standar nilai yang telah ditentukan.


6. Pengukuran rutin, yaitu pengukuran yang dilaksanakand alam rangka pemeliharaan preventif,
yang dilakukan secara periodic dan teratur terhadap seluruh jaringan kabel Pengukruan rutin ini
biasanya dilakukan melalui meja ukur, yang bisa digunakan secara manual maupun otomatis.
7. Pengukuran insidentil (gangguan), yaitu pengukuran yang dilakukan dalam rangka
pemeliharaan korektif terhadap jaringan kabel yang mengalami gangguan menurut materi yang
diukur.
8. Pengukuran kontinuitas penghantar, yaitu pengukuran untuk mengetahui apakah secara
elektris urat urat kabel dari ujung ke ujung lainnya tidak terputus.
9. Pengukuran tahanan jerat (loop), yaitu pengukuran untuk mengetahui haraga tahanan saluran
10. Pengukuran tahanan isolasi, yaitu pengukuran untuk mengukur besarnya kebocoran listrik
yang terjadi antara urat yang diukur degnanuratlainnya maupun antara urat yang diukur dengan
tanah.
11. Pengukuran tahanan screen (aluminium foil), yaitu pengukuran mengetahui kondisi kabel
dari adanya tegangan induksi. Screen kabel berfungsi untuk melindungi kabel dari tegagnan
asing, apakah itu tegangan asing extern maupun tegangan asing intern.
12. Pengukuran redaman saluran, yaitu pengukuran untuk mengetahui berapa dB daya yang
dikirim hilang dalam saluran.
13. Pengukuran redaman bicara silang, yaitu pengukuran untuk mengetahui sampai berapajauh
nilai ikut degnan suatu saluran bila saluran lain dalam kabel itu sedang dipakai ada 2 macam
jenis redaman bicara silang, Antara lain :
NEXT (Near End Cross Talk) = Redaman bisara silang ujung dekat
FEXT (Far End Cross Talk) = Redaman Bicara SIlang Ujung Jauh
14. Pengukuran redaman terhadap frekuensi (Frequency Response), yaitu pengukuran untuk
mengetahui karakteristik saluran apakah salruan yang diukur merupakan filter (memblok
suatu frekuensi) atau tidak.
15. Pengukuran impedansi saluran, yaitu pengukuran untuk mengetahui apakah nilai impedansi
saluran sesuai atau tidak degnan impedansi input/output dari suatu peralatan. Impedansi ini
tidak dapat diukur langsung, namun harus dihitung dari hasil pengukuran impedansi :
Impedansi terbuka dan Impedansi hubung singkat.

B. Tata Cara Pengukuran


1. Pengukuran Continuitas
Pengukuran Continuitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara elektris urat-
urat kabel dari ujung ke ujung lainnya tidak terputus.
Alat-alat ukur digunakan:
- Continuity Tester
- AVO meter
- Headphone.
Bahan yang digunakan:
- Screen kabel
- kabel

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Cara Pengukuran:

Catatan : Urat a dan b tidak boleh Cross


1 urat NC (no connect) berarti kesalahan 1 pair.
2. Pengukuran Tahanan Jerat (LOOP)
Pengukuran LOOP ini dimaksudkan untuk mengetahui harga Tahanan Saluran.
Harga Tahanan (Resistance) suatu penghantar dihitung secara teoris dengan Rumus:
R = besar tahanan dalam ohm ( )
1.
l = panjang saluran dalam meter (m)
R=
= baca rho : tahanan jenis untuk tembaga
q
diambil 0.0175
q = luas penampang kawat (mm2)

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Dengan demikian harga Tahanan R berbanding lurus dengan panjang saluran dan
berbanding terbalik dengan luas penampang kawat.
Artinya: Bila panjang (l) makin besar  harga R makin besar
Bila penampang (q) makin besar  harga R makin kecil.

Alat-alat ukur digunakan:


- Wheatstone Bridge
- AVO meter.
Bahan yang digunakan:
- Kabel
- Kawat
Cara Pengukuran:
Screenkabel

sel yang dites

Multimeter

Harga Standar:
Seperti diuraikan di atas Tahanan tergantung dari panjang saluran dan diameter kawat,
untuk itu diambil harga standar dalam 1000 meter (1 km).
Diameter kawat Tahanan (Km)
0,4 mm 300 ohm/Km
0,6 mm 130 ohm/Km
0,8 mm 73 ohm/Km
0,9 mm 58 ohm/Km
1,0 mm 46 ohm/Km
Konversi hasil ukur menjadi Harga Tahanan/Km
1000
(pjg yang diukur) x hasil ukur = Ohm/km
Untuk saluran dengan LC masing- masing ditambah 4 Ohm.

3. Pengukuran Tahanan Isolasi


Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya kebocoran listrik yang terjadi
antara urat yang diukur dengan urat lainnya maupun antara yang diukur dengan tanah.
Dalam setiap saluran terdapat kebocoran listrik sbb:

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Alat-alat ukur yang digunakan : Megger Insulation Tester.

Cara Pengukuran:
Setiap urat yang tidak diukur dibending (disatukan) termasuk dengan Screen,
kecuali urat yang akan diukur.
Pengukuran dilakukan dengan tegangan tembus searah (DC) 500 Volt.

Hasil ukurnya menunjukan kebesaran listrik yang terjadi pada urat yang diukur
terhadap urat lainnya dan terhadap tanah (a/t: b/t: a/b).

Harga Standar
Harga tahanan isolasi saluran tergantung pada panjang kabel. Maka makin
panjang kabel kebocoran makin banyak sehingga hasil ukur makin kecil (nilai
kebocoran makin besar).
Catatan:
Kabel dalam haspel (belum ditanam dan belum diterminasi) Risolasi = 10.000
Mega Ohm/Km.
Kabel sudah terpasang dan diterminasi harga standarnya adala h minimum
1.000 Mega Ohm.
Hasil ukur dikonversi menjadi panjang 1.000 m.
Rumus:
Panjang Sal yang diukur x Hasil Ukur (Mega Ohm)

R Isolasi =
1000

4] Pengukuran Redaman Saluran


Redaman saluran diartikan adalah sebagai kerugian Daya yang terjadi dalam saluran.
Satuan redaman adalah dB (dibaca: deci Bell), pengukuran redaman dimaksudkan
untuk mengetahui berapa dB Daya yang dikirim hilang dalam saluran.

Ujung Kirim Ujung Terima


Po (Daya output)
Pi (Daya Input)
Vi (Tegangan Input) Vo ( Tegangan Output )

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Redaman Saluran = 10 log Po dB atau 20 log Vo dB


Pi Vi
10 log Po = 10 log Po – log Pi
Pi
Bila Po > Pi artinya pada saluran terjadi penguatan, sebaliknya bila Po < Pi maka
dalam saluran terdapat redaman.
Dirumuskan bahwa:
REDAMAN SALURAN = IMAGE ATTENUATION LOSS + FEEDING
CURRENT dB
IMAGE ATTENUATION adalah redaman yang terjadi akibat dari sifat-sifat
saluran yang tergantung dari jenis/bahan-bahan saluran.
Image Attenuation adalah Harga Redaman yang terukur pada saat
pengukuran redaman dilakukan.
Image Attenuation = LINE LOSS x K
K = 0,675 x D -0, 25
K adalah faktor pengali, yang terjadi karena jenis bahan dan D adalah
diameter kawat dalam milimeter.
LINE LOSS adalah redaman yang terjadi akibat karakteristik dari besaran-
besaran saluran.

LINE LOSS = L/N … tanpa loading coil

Saluran tanpa L.C = 0,686 . f . Ro . Co dB / Km

= Phi = 3,14 Ro = Tahanan Loop (Ohm/Km)


f = frekuensi (Hz) Co = mutual kapasitance (F/Km)

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

LINE LOSS FAKTOR K DAN IMAGE ATTENUATION LOSS

Diameter Faktor Tanpa LO dB / Dengan LC dB /


(milimeter) K Km Km
Line Im. Line Im.
Loss Att Loss Att
0,4 1,10 1,686 1,855 1,260 1,386
0,6 1,00 1,110 1,110 0,560 0,560
0,8 0,93 0,873 0,811 0,340 0,216
1,0 0,87 0,660 0,575 0,210 0,183

Harga Image Attenuation di atas yang dipakai sebagai standar pengukuran


Feeding Current Loss adalah kerugian yang diakibatkan adanya tegangan Catu Sentral.
Besarnya PCL tergantung dari besar catuan sentral.

FEEDING CURRENT LOSS:


Untuk Catuan Sentral 48 Volt = R. Loop x 4, 343 dB R. Loop = Tahanan Jerat
800

Untuk Catuan Sentral 60 Volt = R. Loop x 4, 343 dB


1000

STANDAR FCL:
Diameter Catuan STO Catuan STO
mm 40 Volt 60 Volt
0,4 1,629 1,308
0,6 0,706 0,565
0,8 0,396 0,317
1,0 0,250 0,200

Alat ukur yang digunakan:


Crosstalk meter terdiri dari 2 unit:
1. Unit Oscillator (pembangkit nada)
2. Unit Level meter (alat ukur dengan skala dB)
3.
Cara Pengukuran:
* Cara Langsung:
Bila kedua unit tersebut diatas dapat dipisahkan dan dapat bekerja sendiri.

Oscillator dari pada : Level Mic di set pada:


Frekuensi : 500 Hz
Frekuensi : 800 Hz

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Level : 0 dB
R. dalam : 800 Ohm tanpa Loading Coil
R. dalam : 600 Ohm tanpa Loading Coil
R. dalam : 1200 Ohm dengan Loading Coil
R. dalam : 4203 Ohm dengan Loading Coil
Hasilnya adalah IMAGE ATTENUATION

* Cara Tidak Langsung:


Pengukuran dilaksanakan secara tidak langsung, yaitu dengan bantuan salah satu
saluran yang telah diketahui harga redamannya.
Cara ini dipakai bila kedua unit Oscillator dan level meter tidak bisa
dipisahkan.
nada
8

S1

S2

S3

S1 + S2 = X dB … (1) => dari (1) dan (2)


S1 – S3 = Y dB …(2) X – S2 + S3 =Y
S2 + S3 = Z dB …(3) S3 = Y – X + S2

dari (2) dan (3) => S1 = X – S2…..(5)


S2 + Y – X + S2 = 2
2 S2 = Z – Y + X dari (4) dan (5) didapat:
2–Y+X Z–Y+X
S2 = 2 ……(4) S2 = X - 2
Dengan demikian saluran pembantunya adalah S1 yang selalu dipakai untuk
pengukuran saluran-saluran yang lain.

Harga Standar:
A. Harga standar redaman saluran tergantung pada diameter kawat dan panjang
saluran tersebut.
B. Makin panjang saluran redaman makin besar, makin besar diameter kawat
redaman makin kecil.
C. Harga Standar pengukuran redaman saluran adalah harga Image Attenuation Loss.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

LINE LOSS FAKTOR K DAN IMAGE ATTENUATION LOSS


Diameter Factor Tanpa LC dB/Km Dengan LC dB/Km
Mm K Line Loss Image Att Line Loss Image Att
0,4 1,10 1,686 1,855 1,260 1,386
0,6 1,00 1,110 1,110 0,560 0,560
0,8 0,93 0,873 0,811 0,340 0,316
1,0 0,87 0,660 0,575 0,210 0,183

LOADING COIL YANG DIPAKAI


Lo : 8 mH
Ro : 7 Ohm
So : 1.500 meter
Sedangkan untuk keperluan Operasi : dipakai pedoman sbb :
REDAMAN SALURAN = IMAGE ATTENUATION + FEEDING CURRENT
LOSS…..dB/Km

Pengukuran Redaman dengan Avometer


Yang akan kita bahas adalah redaman saluran.Redaman saluran adalah kerugian daya yang
dialami sepanjang saluran. Penyebab redaman adalah karena adanya parameter- parameter
kelistrikan pada saluran yaitu:
- Resistansi (ohm)
- Induktansi (henry)
- Capasitansi (farad
- Conduktansi (mho)
Redaman di dalam saluran adalah gabungan antara
resistansi,indukansi,capasitansi,conduktansi.

SIFAT DAN STANDART NILAI REDAMAN


A. Redaman adalah kerugian daya sepanjang saluran
B. Makin panjang saluran maka redaman makin besar
C. Makin kecil parameter penghantar maka redaman makin besar
D. Makin buruk isolasi penghantar maka redaman makin besar
E. Makin besar redaman maka mutu saluan makin jelek
F. Besar kecilnya redaman bergantung pada diameter penghantar dan mutu
isolasinya

STANDART NILAI REDAMAN


Diameter kabel Redaman
(mm) (dB/km)

0,4 3,45)
0,6 1,82
0,8 1,24

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

PENGUKURAN REDAMAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTIMETER


Redaman yang kita ukur adalah bermacam-macam.antara lain :
A. Redaman Tegangan ( V),
B. Redaman Arus ( I )
C. Redaman daya( p)
Untuk melakukan pengukuran redaman maka kita harus
A. Mengukur terlebih dahulu berapakah besarnya tegangan,arus,dan daya awal atau
biasanya adalah autput sentral.
B. Kemudian ukur arus,tegangan dan daya pada akhir jalur kabel.
C. Kemudian masukkan hasil pengukuran tadi pada rumus-rumus berikut
Redaman tegangan (v = 20 log V1 ) db
V2
Redaman arus ( I = 20 log I2 ) db Redaman arus
I1
Redaman daya ( p= 20 log P2 ) dB :dimana
P2
V1 =tegangan autput sentral v2 =tegangan akhir saluran
I1 =Arus autput sentral 2 =Arus akhir saluran
P1 =Daya autput sentral 2 =Daya akhir saluran

CONTOH PENGUKURAN REDAMAN


Pengukuran redaman saluran dari sentral sampai soket
Pengukuran redaman tegangan di soket
misal dari hasil pengukuran didapatkan:
V1 :30,1 vdc
V2 :25,6 vdc
v=20 log 25,6 = -1,377 dB
30,1
Pengukuran redaman arus di soket
misal dari hasil pengukuran didapatkan:
I1 : 30 mA
I2:24,5 mA
I = 20 log 24,5 =-1,75 dB
30

Pengukuran redaman daya di soket


misal dari hasil pengukuran didapatkan
p1 :900 w
p2 :627,2 w
p= 10 log 627,2 = -1,56 dB
900
KETERANGAN :
rumus dari daya adalah:
V2.I2
V1.I1

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

IV. TUGAS PRAKTIKUM

1. PRAKTEK PENGUKURAN CONTINUITAS

Gambar Cara Pengukuran

Prosedure Praktikum
a. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
b. Gunakan alat ukur multimeter dengan saklar pada audio
c. Salah satu probe dihubungkan ke urat kabel sebagai master
d. Probe yang lain dihubungkan dengan urat kabel yang diukur
e. Ujung jauh kabel di short berpindah-pindah sesuai dengan urat kabel yang
diukur pada ujung dekat
f. Bila kabel continue akan terdengar suara dari alat ukur
g. Bila alat ukur tidak mempunyai audio dapat digunakan dengan cara yang
sama dengan mengukur tahanan (menggunakan Ohm meter)

Standard Nilai Continuitas :


- Apabila kabel continue adalah OK
- Apabila kabel tidak Continue adalah NO OK

2. PRAKTIKUM MENGUKUR TAHANAN LOOP (JERAT)

Screen kabel

s e l y a n g d i t es

Multimeter

Gambar Cara Pengukuran

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Prosedure Praktikum
a. Atur tombol (Batas Ukur) multi meter pada Ohm besarnya sesuaikan
dengan yang diukur
b. Ujung jauh dari urat kabel di short (disambung)
c. Hubungkan kedua probe pada ujung dekat kedua urat kabel
d. Besarnya tahanan jerat akan nampak pada alat ukur
e. Apabila hasil nilai harganyanya tidak terbaca atur batas ukur pada
Multimeter.
Standard Tahanan Jerat (Loop) :
0,4 mm 300 ohm/Km
0,6 mm 130 ohm/Km
0,8 mm 73 ohm/Km
0,9 mm 58 ohm/Km
1,0 mm 46 ohm/Km

3. PRAKTEK MENGUKUR TAHANAN ISOLASI

Setiap urat yang tidak diukur dibending (disatukan) termasuk dengan


Screen, kecuali urat yang akan diukur.
Pengukuran dilakukan dengan tegangan tembus searah (DC) 500 Volt.

Gambar cara mengukur tahanan isolasi

Prosedure Praktikum

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


b. Salah satu ujung kabel dikupas dan dibendel menjadi satu sedang ujung
yang lainnya dibiarkan terbuka (open) dan tidak ada yang boleh dishort.
c. Salah satu probe dihubungkan pada bundelan kabel tersebut sedangkan
probe yang lain dihubungkan pada urat kabel yang akan diukur
d. Atur alat ukur megger pada posisi output 500 Volt DC
e. Pengukuran dilakukan satu persatu samapa dengan pair yang terakhir

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

f. Bila angka pada alat ukur berubah-ubah ambil angka yang paling lama
perubahannya.
g. Pengaruh tahanan isolasi pada kelistrikan adalah adanya pengurangan arus
pada kabel tersebut (drop arus).
Standard nilai tahanan isolasi :
Harga tahanan isolasi saluran tergantung pada panjang kabel. Maka
makin panjang kabel kebocoran makin banyak sehingga hasil ukur makin
kecil (nilai kebocoran makin besar).
Catatan:
a. Kabel dalam haspel (belum ditanam dan belum diterminasi) R isolasi
= 1 0.000 Mega Ohm/Km.
b. Kabel sudah terpasang dan diterminasi harga standarnya adalah
minimum 1.000 Mega Ohm.
c. Hasil ukur dikonversi menjadi panjang 1.000 m.

Rumus:

R Isolasi = Panjang sal yang diukur x Hasil ukur (Mega Ohm)


1000

4. PRAKTIKUM MENGUKUR REDAMAN KABEL

Prosedure Praktikum
a. Mengukur terlebih dahulu berapakah besarnya tegangan,arus,dan daya
awal atau biasanya adalah autput sentral.
b. Kemudian ukur arus,tegangan dan daya pada akhir jalur kabel.
Pengukuran redaman saluran dari sentral sampai soket
Pengukuran redaman tegangan di soket
misal dari hasil pengukuran didapatkan:
V1 :30,1 vdc
V2 :25,6 vdc

c. Kemudian masukkan hasil pengukuran tadi pada rumus-rumus berikut


Redaman tegangan (v = 20 log V1 ) db
V2
Redaman arus ( I = 20 log I2 ) db Redaman arus
I1
Redaman daya ( p= 20 log P2 ) dB :dimana
P2
V1 = tegangan autput sentral v2 = tegangan akhir saluran
I1 = Arus autput sentral 2 = Arus akhir saluran
P1 = Daya autput sentral 2 = Daya akhir saluran

d. Lihat contoh perhitungan pada teori dasar pengukuran redaman

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

CATATAN :
1. Laksanakan pengukuran Continuitas pada kabel mulai kapasitas 10“
atau menyesuaikan kabel yang ada di Lab.

2. Lakukan pengukuran tahanan Loop/Jerat sampling 40 % dari


kapasitas kabel yang diukur

3. Laksanakan pengukuran tahanan isolasi pada kabel kapasitas 10“


atau menyesuaikan kabel yang ada di Lab.

4. Laksanakan pengukuran di lingkungan kampus AKATEL Pwt

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

V. LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM WIRELINE

MODUL II

Hari/Tanggal Praktek : ...................................................................................

Nama : ...................................................................................

No. Mahasiswa : ...................................................................................

Partner Nama/No. Mhs :


1. .................................., No. Mhs : ..........................

2. .................................., No. Mhs : ..........................

Nama Asisten : ..................................................................................

Paraf Asisten : .................................................................................

Data-Data Hasil Praktek :

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

...............................................................................................................................

................................................................................................................................

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

MODUL III

PENYAMBUNGAN KABEL MULTIPAIR


I. TUJUAN
Setelah praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menggunakan SSK (Sarana Sambung Kabel) dengan baik dan benar
b. Mengupas, menyambung dan membungkus urat kabel menggunakan SSK
c. Melaksanakan penyambungan Kabel seseuai dengan ketentuan yang berlaku.

II. PERALATAN DAN BAHAN

Perkakas yang diperlukan untuk melaksanakan penyambungan kabel antara lain :


No. Nama Perkakas Jumlah Ket
1. Meteran 1 bh
2. Pisau kabel 1 bh
3. Pengupas isolasi konduktor 3 bh
4. Kniptang 2 bh
5. Kombinasi tang 1 bh
6. Crimping tool (tergantung alat sambung konduktor yang 1 set
dipakai)
7. Tangkai gergaji besi 1 bh
8. Mata gergaji besi 1 bh secukupnya
9. Kompor las atau brander L.P.G 1 bh
10. Tabunhg L.P.G dengan isinya 1 set
11. Kunci pas atau kunci Inggris
12 Tool Kit Bag SSK Mekanik 1 Unit

III. TEORI DASAR

A. PENYAMBUNGAN KABEL UDARA DENGAN SSK PANAS KERUT

Uji Terima Awal


Uji terima awal dilakukan sebelum penyambungan dan guna memastikan
apakah kabel yang akan disambung dalam kondisi baik atau tidak.
Keselamatan Kerja
Untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka
pelaksanaan penyambungan kabel udara harus waspada dan
memperhatikan hal-hal berikut :
Hati-hati waktu pemanasan
Bila bekerja dengan api terbuka pakailah sarung tangan
Jangan terlalu dekat dengan api
Jangan bergurau saat bekerja
Ikuti petunjuk guru pembimbing

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Cara Penyambungan
Sebelum diuraikan cara penyambungan lebih lanjut perlu dijelaskan tempat
dimana kabel udara akan disambung, yaitu :
Tempat sambungan diantara tiang
Tempat sambungan dekat dengan tiang
Sudah tentu cara penyambungannya akan berbeda terutama
penyambungan kawat penggantungnya.
Menentukan posisi sambungan :
Pertama-tama potong bagian kabel yang rusak pada ujung kabel yang disebabkan
oleh penarikan. Berilah tanda pada kedua ujung kabel udara yang hendak
disambung 15 cm panjangnya dari tanda titik sambung. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar : Pemberian Tanda Kabel Yang Akan Disambung

Memisahkan kawat penggantung dari kabel


Pisahkan kawat penggantung dari kabelnya dengan cara menyayat leher
dari kabel memakai pisau kabel sepanjang 30 cm (dari titik sambung
15 cm ke kanan). Untuk kabel yang berkapasitas besar sayatan 50 cm
(dari titik sambung 25 cm ke kiri dan 25 cm ke kanan). Untuk jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar : Pemisahan Kawat Penggantung dan Penyambungan Kawat


Penggantung

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Penyambungan kawat penggantung


Apabila tempat sambungan berada diantara tiang. Dalam hal ini ada 2 cara
penyambungan yaitu, Penyambungan kawat penggantung dengan mempergunakan
selongsong besi dengan cara sebagai berikut :
Kedua ujung kawat penggantung yang dimaksud dipotong masing-masing 15 cm,
sehingga kedua ujung kawat penggantung tersebut tepat terletak pada titik sambung.
Selanjutnya kedua ujung kawat penggantung tersebut dikupas PE-nya masing-
masing kira-kira sepanjang ½ dari panjang panjang besi yang akan dipakai.
Masukkan kedu aujung kawat penggantung yang sudah dikupas PE-nya ke dalam
kedua ujung lobang dari selongsong besi tersebut, sehingga kedua ujung kawat
penggantung bertemu di tengah-tengah dari selongsong besi yang dimaksud.
Untuk mengepres selongsong besi tersebut dapat dipergunakan press-tang, yang
sesuai atau roll sleeve comprassor.
Penyambungan kawat penggantung menggunakan bulldrog grip dengan cara sebagai
berikut :
Kedua ujung dari kawat penggantung yang dimaksud sepanjang 30 cm diupas
selubung PE-nya.
Agar kawat penggantung tersebut tidak terurai, perlua kedua ujungnya diikat dengan
kawat iakt.
Kemudian letakkan kedu aujung kawat penggantung yang sudah dikupas tersebut
sejajar sepanjang 15 cm dan jepitlah kedua kawat penggantung dengan bulldog grip
sekurang-kurangnya pada 3 tempat.Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar di atas.
Apabila tempat sambungan berada dekat dengan tiang ;
Dalam hal kabel udara disambung dan tempat sambungannya berada dekat tiang, maka
cara penyambungan kawat penggantung jauh lebih sederhana.
Pada hakekatnya kawat penggantung yang dimaksud tidak disambung tapi ditambatkan
pada tiang. Adapun penjelasan lebih terperinci sebagai berikut :
Setelah kedua kawat penggantung dipisahkan dari kabel udara, kedua ujung kawat
penggantung tersebut dikupas selubung PE-nya, seperti diuraikan di atas.
Kedua kawat penggantung yang sudah dikupas selubung PE-nya, ditambatkan pada
besi sekang dikedua belah sisinya seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar : Cara Penyambungan Kawat Penggantu (Tempat Sambungan Kabel Dekat Tiang)

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Penyambungan Lurus
Alat-alat penyambungan yang dipakai seperti telah diuraikan di atas adalah sebagai
berikut ,Untuk penyambungan konduktor dapat dipakai :
B-wire connector
UY connector dari 3 M
Picabond connector dari AMP
Sistim lilit solder
Dan lain sebagainya
Untuk penyambungan selubung PE dipakai selongsong panas kerut misalnya sistim
Raychem ILS 100 terdiri atas :
PE Tape
2 buah selubung metal setengah lingkaran
Selonsong panas kerut
Cara penyambungan
Pengupasan selubung PE
Dalam pekerjaan pengupoasan selubung PE harus hati-hati, jangan sampai merusak pita
alumunium, apalagi sampai mengenai urat kabel.

Melepaskan pita alumunium


Setelah ujung PE dapat dilepas menurut ukuran yang telah ditentukan, maka pita
alumunium perlu dilepas dari kabel dengan arah yang berlawanan dari gulungannya.
Diperingatkan jangan sampai putus atau dipotong, karena nantinya dipergunakan untuk
membungkus lagi.

Menganyam pasangan urat kabel


Dengan hati-hati tiap pasangan urat kabel dari kedua ujung kabel dilepaskan dari lapisan
luar dan ujung kabel dilepaskan dimulai dari lapisan luar dan pasangan yang memakai pita
pengenal, kemudian dianyam untuk menentukan urutan nomor dari pasangan urat kabel
sehingga memudahkan penyambungan dan menghindarkan salah sambung.
Untuk jelasnya lihat gambar berikut :

Gambar : Penganyaman Pasangan Urat Kabel

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Menentukan posisi sambungan pasangan urat kabel.


Untuk mendapatkan sambungan kabel yang rapi dan ramping perlu ditentukan posisi
sambungan dari pasangan urat kabel. Hal ini tergantung dari jenis alat sambung dan
selongsong penyambung PE yang dipakai.
Penyambungan konduktor dimulai dari pasangan urat terakhir dari lapisan lapisan terdalam
sesuai dengan anyaman seperti diuraikan di atas.
Penyambungan konduktor dengan alat sambung seperti B-wire connector, UY connector
isolasi urat tidak perlu dikupas, terkecuali pada sistem lilit solder isolasi urat perlu dikupas
sepanjang 1 0cm.
Dianjurkan memakai scrapper atau tang pengupas isolasi konduktor.
Penyambungan konduktor cukup memotong kedua ujung kawat setelah dililit pada posisi
sambungan yang telah ditentukan, memasukkan kedua ujung kawat yang dimaksud pada
connector, lalu menjepit connector tersebut dengan crimping-tool.
Untuk jelasnya perhatikan gambar berikut :

Gambar : Penyambungan Konduktor dengan Alat Sambung dan Penyambungan


Konduktor Sistem Solder
Apabila penyambungan konduktor sudah dapat diselesaikan, diatur supaya rapi kemudian
dibalut dengan pita alumuniumnya lagi.
Perlu dijelaskan apabila kabel yang disambung tersebut emmakai pelindung, maka sesudah
kabel yang disambung tersebut dibalut dengan pita alumunium, dibalut lagi dengan lapisan
pelindung.
Pada umumnya lapisan pelindung tersebut terlalu pendek dan perlu disambung.
Penyambungan lapisan pelindung perlu dikerjakan sedemikian rupa sehingga ada
kesinambungan dari lapisan pelindung tersebut.
Sesudah pembalutan baik dengan pita alumunium maupun dengan lapisan pelindung selesai,
dibalut lagi dengan pita isolasi supaya kencang dan rapi.

Penyambungan selongsong penutup sambungan PE


Setelah pelaksanaan penyambungan kecil dapat diselesaikan tersebut dalam butir (5), maka
dimulai dengan mengerjakan penyambungan selongsong penutup sambungan.
Seperti telah diuraikan di atas untuk penyambungan selongsong penutup sambungan dipakai
antara lain sistem Raychem tioe ILS 100..
Sambungan kabel yang telah selesai dikerjakan ditempatkan di tengah-tengah selongsong
metal/alumunium sebagai perlindungan mekanis seperti pada gambar berikut :

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Gambar : Selongsong Metal/Alumunium sebagai Perlindungan Mekanis

Setelah pemasangan selongsong metal/alumunium selesai, bungkuslah dengan selongsong


panas kerut, tetapi aturlah sedemikian rupa sehingga selongsong metal tersebut berada di
tengah-tengah selongsong panas kerut.
Untuk menahan panas, bila selongsong panas kerut mulai dipanasi, kabel yang berada
pada kedua ujungnya dibalut dengan pita alumunium seperti tampak pada gambar berikut

Pita alumunium (penahan panas)


Selongsong panas kerut (sebelum dikerutkan) Selongsong alumunium/metal
Sambungan kabel
P.V.C tape
Gambar : Penempatan Selongsong Panas Kerut dan Pita Alumunium Sebagai Penahan
Panas
Pekerjaan selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengerutkan selongsong panas kerut
dengan cara dipanasi. Tanda untuk mengetahui bahwa pengerutan dari selongsong sudah
sempurna adalah perubahan bintik warna biru pada selongsong menjadi coklat.
Pekerjaan terakhir adalah mengikat sambungan kabel yang sudah selesai pada kawat
penggantung dengan pita isolasi minimum 3 tempat yang kuat dan rapi, seperti pada gambar
di bawah :

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Gambar : Peningkatan Sambungan Kabel pada Kawat Penggantung

Perlu dijelaskan bahwa pekerjaan penyambungan kabel dapat dikerjakan dibawah, tapi
dapat juga dilaksanakan di atas tiang.

Penyambungan Cabang
Alat-alat Penyambungan
Alat sambung konduktor (wire connector)
Alat-alat yang dipakai untuk menyambung konduktor pada dasarnya sama dengan yang
dipakai untuk pekerjaan penyambungan lurus seperti telah diuraikan di atas.
Hanya apabila pada sambungan cabang paralel perlu adanya alat sambungan tipe lain.
Cincin plastik untuk mengikat pasangat urat
Selongsong penyambung PE panas kerut
Selongsong penyambung PE panas kerut antara lain sistim Raychem yang disebut
BOTS (Break Out Thermo Shrinkable)
Selongsong ini hanya terdiri dari 1 jenis alat seperti gambar berikut :

Gambar : Selongsong Panas Kerut BOTS Perkakas Yang Diperlukan


Perkakas yang diperlukan untuk pekerjaan penyambungan cabang baik jenis maupun
jumlahnya sama degan perkakas yang dipergunakan untuk pekerjaan penyambungan lurus.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Cara Penyambungan
Tempat untuk membuat sambungan cabang dianjurkan hanya dekat tiang telepon.
Membuat sambungan cabang diantara tiang secara teknis mungkin saja, tetapi akan
mengotori rota.

Menentukan posisi sambungan


Menentukan posisi sambungan sangat penting, karena hal ini akan menentukan berapa
panjang kawat penggantung yang harus dipisahkan dari kabelnya dan titik dimana kawat
penggantung harus dipotong.

Memisahkan kawat penggantung dari kabel


Pekerjaan ini dilakukan dengan cara yang sama seperti uraian butir D (3). Hanya panjang
kawat penggantung yang dipisahkan dari kabel, tergantung dari hasil pengukuran setelah
posisi sambungan cabang ditentukan sesuai ayat (b) di atas seperti pada gambar di bawah
ini:

Gambar : Panjang Pemisahan Kawat Penggantung dari Kabel

Penyambungan kawat penggantung


Seperti uraian tersebut di atas bahwa letak sambungan cabang dianjurkan hanya dekat tiang,
maka hanya cara penyambungan kawat penggantung yang tempat sambungan berada dekat
dengan tiang saja yang perlu diterangkan.
Cara penyambungan tersebut di atas sama dengan cara penyambungan kawat penggantung
pada penyambungan lurus kabel udara seperti diterangkan pada butir di atas.

Penyambungan kabel
Pekerjaan-pekerjaan yang harus dialkukan dalam penyambungan cabang seperti :
Pengupasan selebung PE
Melepaskan pita alumunium Kabel Induk
Menganyam pasangan urat kabel yang akan disambung
Cara pelaksanaannya sama dengan penyambungan lurus seperti telah diterangkan di atas.
Setelah pekerjaan tersebut di atas dilaksanakan, sebelum penyambungan konduktor
dilakukan, kabel cabang lebih dulu dimasukkan kedalam ujung selongsong penyambung
PE panas kerut (BOTS)

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Pekerjaan selanjutnya adalah :


Pengupasan selubung PE
Melepaskan pita alumunium
Menganyam pasangan urat kabel kabel cabang yang hendak disambung
Penyambungan konduktor pada ambungan cabang ada 2 macam :
a. Ada yang dikerjakan secara parallel Artinya konduktor dari kabel induk tidak
dipotong.
b. Ada yang konduktor dari kabel induk dipotong dulu baru disambung dengan
konduktor dari kabel cabang.
Sistim penyambungan konduktor seperti halnya pada penyambungan lurus memakai :
B-wire connector (Siemens)
UR-Butt connector (3M)
Universal picabond connector (AMP)
Lilit solder
Cara mengerjakan sistim penyambungan konduktor tersebut di atas telah diuraikan di
muka.

Apabila penyambungan konduktor dari kabel induk dan cabang serta penyambungan lapisan
pelindung sudah diselesaiakn, diatur dan diikat dengan rapi, kemudian dibalut dengan pita
lumunium kembali. Apabila ternyata pita alumunium tidak cukup, dapat ditambah dengan
pita plastik.

Penyambungan selongsong penutup sambungan cabang


Setelah pelaksanaan penyambungan cabang dapat diselesaikan tersebut butir (e), maka
dimulai dengan mengerjakan penyambungan selongsong penutup sambaungan (cabang).
Seperti telah diuraikan terdahulu untuk penyambungan penutup sambungan antara lain
dipakai Raychem tipe BOTS 100 dan BOTS 200.
Setelah penyambungan kabel (cabang) diselesaikan dan diatur rapi, selongsong penutup
sambungan (BOTS) yang satu ujungnya telah dimasuki kabel cabang (lihat gambar
pemisahan kawat penggantung dari kabel) ditarik ke tempat sambungan.
Kemudian diatur supaya bundel sambungan kabel berada di posisi yang tepat pada BOTS
seperti gambar berikut :

Gambar : Posisi Sambungan pada Selongsong Penutup Sambungan

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Stelah letak dari sambungan kabel (cabang) pada selongsong penutup sambungagn (BOTS)
di posisi yang benar, selongsong penutup dikatupkan (dibungkuskan) dengan pertolongan
penjepit metal (metal closure channel).
Pekerjaan selanjutnya adalah memanaskan selongsong tersebbut supaya mengkerut. Untuk
mengetahui apakah selongsong penutup sudah mengkerut dengan sempurna dapat dilihat
pada bintik-bintik pada selongsong penutup yang sebelum dipanasi berwarna biru akan
berubah menjadi coklat bila sempurna pemanasannya.
Pekerjaan terakhir ialah mengikat sambungan cabang tersebut pada kawat penggantung
dengan isolasi PVC yang kuat dan rapi seperti pada gambar berikut :

Gambar : Pengikatan Sambungan Kabel pada Kawat Penggantung

Uji Terima Akhir


Uji terima akhir dilakukan untuk memastikan sekali lagi apakah kabel tersebut dalam
kondisi baik atau tidak setelah diadakan proses penyambugnan. Uji terima akhir dilakukan
setelah penyambungan kabel udara dengan panas kerut telah selesai.

B. PENYAMBUNGAN KABEL TANAH TANAM LANGSUNG


DENGAN SSK MEKANIS

LANGKAH KERJA
a. Umum
Untuk memperoleh hasil sambungan yang baik, kabel yang disambung memiliki
persyaratan elektris dan mekanis, sebelum melakukan pekerjaan penyambungan
terlebih dahulu harus ditempuh langkah persiapan yang meliputi pengamanan baik bagi
pekerja maupun ujung kabel, bahan dan perkakas, lubang sambung kabel dan cadangan
ujung kabel (slack).

b. pengaman kerja
Siapkan pengaman kerja yang terdiri dari :
Tenda yang mempunyai ukuran cukup untuk melindungi pekerja dan tempat
penyambungan dari pengaruh panas dan hujan.
Rambu lalu lintas dan tanda lainnya yang dapat terlihat jelas dari jarak 50
meter.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Sarung plastik lengkap dengan tali karet atau bahan sejenis untuk membungkus
ujung kabel maupun sambungan yang belum selesai dikerjakan karena keadaan
yang tidak memungkinkan.
Lampu penerangan yang memadai apabila pekerjaan penyambungan
berlangsung sampai malam hari.
Penyangga statik untuk untuk menyangga kabel dalam pelaksanaan
penyambungan.
Pompa air dan ember untuk mengeringkan lubang sambunng.
Genset 800 W- 100/220 V AC untuk keperluan penerangan, solder dan lain- lain.
P 3 K secukupnya.

c. Bahan dan perkakas


Siapkan bahan dan perkakas yang diperlukan.

d. Lubang sambung kabel


Siapkan lubang sambung kabel dengan ukuran dan bentuk seperti dibwah ini :

Gambar 1 : Lubang sambung kabel

PELAKSANAAN
a. Umum
Langkah pelaksanaan yang meliputi pengupasan selubung hasil dari pemotongan
pelindung mekanis baja, pengelupasan selubung dalam kabel, pemasangan continuity
wire connector, pengaturan posisi ujung kabel, penyambungan urat-urat kabel,
penyambungan continuity wire, pembalutan sambungan urat kabel, persiapan dan
pemasangan selongsong, pemasangan continuity wire pelindung mekanis baja dan
pemeriksaan seperti diuraikan di bawah ini disusun secara berurutan berdasarkan
tahap-tahap pelaksanaan. Untuk menjamin hasil kerja penyambungan kabel yang
memenuhi persyaratan mutu ellektrisbdan mekanis mutlak perlu dilaksanakan secara
tertib tahap-tahap pelaksanaan berdasarkan tahap-tahap setelah selesai dikerjakan
harus diperiksa untuk memudahkan ketahapan berikutnya.

b. Pengupasan Selubung Luar Kabel.


Ukur kontonuitas dan tahanan isolasi kedua kabel yang akan disambung untuk
meyakinkan kabel tersebut dalam kondisi baik.
Masing masing ujung kabel yang akan disambung diluruskan dan dibersihkan
dengan lap pembersih agar kabel bebas dari kotoran.
Ukur kedua ujung kabel masing masing sepanjang selongsong sambung dan
tandai dengan pita perekat.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Kupas kedua ujung selubung luar kabel dimulai dari tanda tadi sampai ujung
dengan gergaji besi dan pisau kabel..

Gambar 2 : pengupasan selubung luar kabel

Periksa pekerjaan tersebut di atas dengan teliti sebelum melangkah ke tahap


berikutnya.

c. Pemotongan Pelindung Mekanis Baja.


Potonglah pelindung mekanis baja sepanjang 2cm dari kupasan selubung luar
kabel tadi dengan tidak melukai selubung dalam kabel setelah diurai dahulu.
Periksa dengan teliti apakah persyaratan 1) telah dipenuhi dengan baik.

Gambar 3 : Pemotongan Pelindung Mekanis Baja.

d. Pengupasan Selubung Dalam Kabel.


Kupas selubung dalam kedua ujung kabel beserta lapisan alumuniumnya mulai
15cm dari kupasan selubung luar kabel sampai ke ujung ujungnya. Pengupasan
tersebut jangan sampai melukai urat kabel.
Lilit dan ikatkan pita kode pengenal pada masing masing unit sub unit pada
pangkal kupasan selubung dalam.
Pilin padat dua kali untuk tiap tiap quad pada pangkal dalam agar pasangan
pasangan urat pada suatu quad tidak tertukar dengan pasangan urat paada quad
yang lain.

Gambar 4 : Pengupasan Selubung Dalam Kabel.

Bersihkan seluruh urat kedua ujung kabel tersebut dengan lap bersih sehingga
memudahkan pengetesan /penyambungan urat urat kabel
Periksa apakah pekerjaan tersebut diatas telah dipenuhi dengan baik.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

e. Pemasangan Continuity Wire Connector


Belah selubung dalam kabel dan lapisan alumunium foil dengan alat penyobek
selubung kabel sesuai table 1 no.8 sepanjang 3,5cm dan lebar 2cm.
Pasangkan continuity wire conector pada lapisan selubung dalam dan lapisan
aluminiumnya dari kedua ujung kabel tersebut dengan alat yang sesuai. Untuk
kabel lebih besar atau sama dengan 300 pasang harus dipasang sedikitnya 2
conector pada belahan yang berlainan.

Gambar 5 : Pemasangan continuity wire connector

Perlu diperhatikan bagi lapisan alumunium yang berlapis plastik, lapisan plastik
tersebut harus dilepaskan terlebih dahulu agar diperoleh kontak listrik yang
sempurna.
Periksa pekerjaan tersebut di atas teliti sebelum melangkah pada tahap
berikutnya.

f. Pengaturan Posisi Ujung Kabel


Pasang penyangga static sambungan kemudian pasangkan kedua ujung kabel
pada penyangga static.
Atur posisi kedua ujung kabel tersebut sebagai berikut:
- Kedua ujung kabel harus Untuk alat sambung yang menggunakan alat sekat
pasangkan ring sekat tersebut sebanyak 2 buah.
- Jarak antara kedua kupasan selububg dekat adaqlah 7cm lebih pendek dari
panjang kontinuitas wire/bar.
- Jepatkan kebel tersebut pada penyangga kotak sehingga posisi tidak berubah
- Periksa pekerjaan tersebut diatas dengan teliti sebelum melangkah pada tahap
berikutnya.

Gambar 6 : Pengaturan posisi ujung kabel

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

g. Penyambungan Continuity Wire/bar


Pasangkan continuity wire/bar pada continuity wire conector yang sudah
terpasang pada masing masing ujung kabel.
Balut belahan selubung dalam kedua ujung kabel yang sudah dipasang
continuity wire/bar dengan pita rekat .

h. Penyambungan Urat-Urat Kabel


Sambungan urat-urat kabel dimulai dari unit paling bawah untuk memudahkan
penyambungn unit berikutnya dengan tidak melupakan nomor urat unit.
Untuk menjaga sambungan urat urat kabel tidak terlalu besar dan memudahkan
indentifikasi kembali, maka perlu diadakan pengelompokan terhadap letak atau
penempatan dari connector tersebut.
Penyambungan urat urat kabel dapat menggunakan connector khusus tanpa
solderan atau dengan lilit. Solder yang dilindungi dengan selongsong PE yang
sesuai.
Periksa sambungan dengan mengukur takanan isolasi, tahanan jerat dan
continuitasnya.
Periksa dan ukur continuitas dan lapisan pelindung electris.
Pembalutan Sambungan Urat Kabel
Balut kelompok sambungan urat urat kabel secara vertikal dengan
menggunakan pita rekat agar rapi dengan jarak lilitan antar pita 3cm.
Balut sambungan dan continuity wire tersebut dengan lembaran plastik tembus
pandang yang panjang dan lebarnyan disesuaikan dengan sambungan.
Dililitkan secara longitudinal dengan tumpang tindih yang sesuai. Ikat kedua
ujung balutkan plastik tersebut dengan pita rekat pada selubung dalam kabel.
Masukkan bagian dalam pengisi kedalam sambungan tersebut lewat celah
tumpang tindih lembaran plastik sampai seluruh rongga terisi. Tunggu bahan
pengisi tersebut sampai padat.
Balut sambungan yang telah diisi bahan pengisi tadi dengan pita rekat sebanyak
2 lapis.
Untuk selongsong sambung yang telah disediakan lubang pengisi, pengisian
bahan pengisi dilakukan setelah pemasangan alat sambung lewat lubang yang
telah tersedia dan tutup rapat agar air tidak masuk melalui celah tutup tadi.

Gambar : pemasangan cetakan bahan pengasa


Periksa pekerjaan tersebut dengan teliti sebelum melangkah ke tahap
berikutnya.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Persiapan Pemasangan Selongsong Sambung


lubangi kedua ujung selongsong sambungan sebagai berikut:
- Ukur keliling kabel dengan pita ukur yang tersedia serta lubangi selongsong
tersebut dengan alat khusus sesuai hasil pengukuran.
- Jika dua kabel ayau lebih kabel akan disambungkan maka jarak antara lubang
harus minimal 4mm

Gambar 8 : pelubangan ujung selongsong

Periksa pekerjaan tersebut di atas dengan teliti sebe;um melangkah ke tahap


berikutnya

Pemasangan Selongsong Sambung


Bersihkan selubung kabel yang akan ditutup dengan selongsong sambung dengan
menggunakan tissue khusus .Untuk alat sambung yang dilkengkapi dengan perekat
kemudian oleskan perekat tersebut pada selubung kabel yang telah dibersihkan.
Balutkan pita sekat secara melingkar pada kabel yang akan tertutup oleh ujung
ujung selongsong sambung sebanyak 2 lapis.
Untuk alat sambung yang menggunakan rting sekat, atur posisi ring sekat
disesuaikan dengan selongsong sambungnya. Kemudian balut kabel antara sekat
dengan pita sekat sampai penuh dan balut dengan kertas bersih. Untuk alat sambung
yang ujung penutupnya berpisah pada belahan kedua penutup ujung sebelum
dipasangkan pada kabel lapisi dahulu dengan pita sekat.
Periksa apakah pekerjaan tersebut diatas telah dipenuhi dengan baik.
Bersihkan alur pada kedua belahan selongsong sambung dengan trichloro
ethelena.
Pasangkan utas sekat pada alur selongsong sambung secukupnya.
Tangkupkan kedua belah selongsong sambung tersebut menutup sambungan. Untuk
alat sambung yang menggunakan utas sekat , bukalah kertas pembalut sekat
sebelum selongsong dipasang, untuk alat sambung yang penutup ujungnya terpisah,
pasangkan penutup tersebut terlebih dahulu pada kabel.
Rapatkanlah kedua belah selongsong sambungan dengan alat perekat atau bur
baut, dilakukan secara merata dan bertahap.
Yakinlah bahwa pekerjaan tersebut di atas telah dikerjakan dengan baik.

Pemasangan continuity wire pelindung mekanis baja.


Pasang continuity wire connector tiap sisi ujung kabel pada pelindung mekanis
baja dengan rivet connector atau sabuk pengaman dari baja tahan karat.
Sambungan continuity wire pada kedua continuity wire connector ujung-ujung
kabel tersebut.
Balut pelindung mekanis baj pada kedua ujung kabel tersebut dengan pita sekat,
kemudian tutup dengan selongsong kerut atau pita rekat.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Pemeriksaan.
Untuk memperoleh mutu sambungan yang memenuhi persyaratan elektris dan
mekanis maka periksalah sambungan tersebut sebagai berikut :
Ukur kontinuitas dan tahanan masing-masing urat kabel tersebut.
Ukur kontinuitas dan tahanan pelindung elektris dan pelindung mekanis baja pada
kabel tersebut.
Ukur tahanan isolasi masing-masing kabel tersebut.
Periksa sambungan tersebut secara manual untuk mengetahui adanya cacat
kerusakan atau keretakan.
Pemasangan selongsong pelindung PVC.
Siapakan pipa PVC dengan diameter 1,5 kali diameter selangsong tebal 0,55 cm,
panjang 2 kali panjang selongsong yang sedemikian rupa sehingga menjadi 2
belahan yang simetris, serta dilengkapi dengan cincin penahan mekanis pada kedua
sisi yang mempunyai kekuatan mekanis sesuai dengan selongsong pelindung PVC.

Gambar 9 : tangkupan kedua selongsong pipa PVC

Tangkupkan kedua belahan pipa PVC tersebut dengan kedudukan 0,55 kali
panjang selongsong dari kiri dan kanan.

Gambar 10 : pemasangan sabuk pengencang

Ikat kedua belahan selongsong pelindung PVC tersebut dengan sabuk pengaman
dari bahan baja tahan korosi.
Penutup.
Setelah pemasangan selongsong pelindung PVC selesai, sambungan dan lingkar
cadangan ujung kabel ditimbun dengan tanah setebal 10 cm, kemudian di
atasnyadilindungi dan timbun lagi dengan yang sebelumnya kotoran dan bekas
pemasangan dikumpulkan dan dibuang. Timbunlah lubang sambung kabel sesuai
dengan persyaratan yang berlaku, di atas timbunan sambungan diberi tanda yang
menyatakan adanya sambungan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

RINGKASAN TAHAPAN PENYAMBUNGAN KABEL TANAH TANAM


LANGSUNG DENGAN SARANA SAMBUNG KABEL (SSK) MEKANIK

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

PENGUPASAN SELUBUNG LUAR KABEL

PENGUPASAN PELINDUNG MEKANIS BAJA

PENGUPASAN SELUBUNG DALAM KABEL

PEMASANGAN CONTINUITY WIRE CONNECTOR

PENGATURAN FUNGSI UJUNG KABEL

PENYAMBUNGAN CONTINUITY WIRE

PENYAMBUNGAN URAT-URAT KABEL

TES PERBAIKAN SAMBUNGAN

PEMBALUTAN SAMBUNGAN URAT KABEL

PERSIAPAN PEMASANGAN SELONGSONG SAMBUNG

PEMASANGAN SELONGSONG SAMBUNG

PEMASANGAN CONTINUITY WIRE PELINDUNG MEKANIS BAJA

PEMASANGAN SELONGSONG PELINDUNG PVC

PEMERIKSAAN

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

IV. TUGAS PRAKTIKUM

1. PENYAMBUNGAN KABEL MENGGUNAKAN SSK MEKANIK


(JASPRO)

Alat dan Bahan

Perkakas yang diperlukan untuk melaksanakan penyambungan kabel


udara antara lain :
No. Nama Perkakas Jumlah Ket
1. Meteran 1 bh
2. Pisau kabel 1 bh
3. Pengupas isolasi konduktor/Cutter 3 bh
4. Kniptang 2 bh
5. Kombinasi tang 1 bh
6. Tangkai gergaji besi 1 set
7. Mata gergaji besi Secukupnya
8. Pipa PVC 1 ¾ Inch 40 Cm
9. Tutup pipa 2 bh
10. Solder 1 bh
11. Selongsong kabel indoor (Ind.Kab.yg dibuang Secukupnya
uratnya)
12. Isolasi Tape/Isolasi pvc 1 rol

Prosedure Praktikum

A. Persiapan material sambung


- Memotong pipa pvc sepanjang 40 cm
- Membuat 2 lubang pada tutup pvc yang besarnya disesuaikan dengan
diameter PE luar kabel ( KU ), diameter PE dalam kabel
(KTTL) dari kabel yang disambung (lihat gambar)

- Memotong kabel PVC (Kabel indoor) 1 pair sepanjang 3 cm dengan


membuang dulu isinya (urat kabelnya), sebanyak jumlah kabel yang
akan disambung.
- Memotong kabel sepanjang 1 meter dengan kapasitas yang diinginkan ,
kemudian dibagi dua sama panjangnya dan beri tanda ekor dan
kepalanya.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

B. Pelaksanaan
a. Pengupasan selubung luar kabel
Ukur kontinuitas dan tahanan isolasi kedua kabel yang akan
disambung untuk meyakinkan kabel tersebut dalam kondisi baik.
Masing masing ujung kabel yang akan disambung diluruskan dan
dibersihkan dengan lap pembersih agar kabel bebas dari kotoran. Ukur
kedua ujung kabel masing masing sepanjang 25 cm dan tandai dengan
pita perekat/spidol
Kupas kedua ujung selubung luar kabel dimulai dari tanda tadi
sampai ujung dengan gergaji besi dan pisau kabel..
Apabila KU yang disambung maka potong bearer sepanjang 30 cm
Dari ujung kabel yang dikupas.

Gambar 2 : pengupasan selubung luar kabel

Periksa pekerjaan tersebut di atas dengan teliti sebelum


melangkah ke tahap berikutnya.
b. Apabila Kabel KTTL yang disambung maka ,
Potonglah pelindung mekanis baja sepanjang 2cm dari kupasan selubung
luar kabel tadi dengan tidak melukai selubung dalam kabel setelah diurai
dahulu.
Periksa dengan teliti apakah persyaratan 1) telah dipenuhi dengan baik.

2
Gambar 3 : Pemotongan Pelindung Mekanis Baja.

Kupas selubung dalam kedua ujung kabel beserta lapisan alumuniumnya


mulai 15cm dari kupasan selubung luar kabel sampai ke ujung ujungnya.
Pengupasan tersebut jangan sampai melukai urat kabel.
Lilit dan ikatkan pita kode pengenal pada masing masing unit sub unit pada
pangkal kupasan selubung dalam.
Pilin padat dua kali untuk tiap tiap quad pada pangkal dalam agar pasangan
pasangan urat pada suatu quad tidak tertukar dengan pasangan urat paada
quad yang lain.

15 cm

Gambar 4 : Pengupasan Selubung Dalam Kabel.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

Bersihkan seluruh urat kedua ujung kabel tersebut dengan lap bersih
sehingga memudahkan pengetesan /penyambungan urat urat kabel
Periksa apakah pekerjaan tersebut diatas telah dipenuhi dengan baik.
c. Pemasangan Continuity Wire Connector
Lubangi selubung dalam kabel sampai tembus aluminium Foilnya pada
posisi 15 cm dari ujung .
Pasangkan continuity wire conector (urat kabel yang dikupas )
pada lapisan selubung dalam dan lapisan aluminiumnya dari kedua ujung
kabel tersebut dengan alat yang sesuai.

Gambar 5 : Pemasangan continuity wire connector


Perlu diperhatikan bagi lapisan alumunium yang berlapis plastik, lapisan
plastik tersebut harus dilepaskan terlebih dahulu agar diperoleh kontak
listrik yang sempurna.
Periksa pekerjaan tersebut di atas teliti sebelum melangkah pada tahap
berikutnya.
d. Pengaturan Posisi Ujung Kabel
Pasang penyangga static sambungan kemudian pasangkan kedua ujung
kabel pada penyangga static.
Atur posisi kedua ujung kabel tersebut sebagai berikut:
- Jarak antara kedua kupasan selubung dekat adalah 7cm lebih pendek
dari panjang kontinuitas wire/bar.
- Jepitkan kebel tersebut pada penyangga kotak sehingga posisi tidak
berubah
- Perlu diingat sebelum memulai penyambungan pasanglah terlebih
Dahulu Tutup pipa jaspro pada sisi ujung bagian pangkal bawah kabel
yang akan Disambung.
- Periksa pekerjaan tersebut diatas dengan teliti sebelum melangkah
pada tahap berikutnya.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

? ? ? ?
? ? ? ?
? - .? ? ?
? ? ? ?
Posisi kabel dalam pipa
? ? ?
? ? ? PIPA PVC
?
? ? ? ?
Pengaturan posisi
? ? ? pasangan urat kabel
?
? ? ? ?
PIPA TEMPAT
? ? ? ? SAMBUNGAN
(JASPRO)
? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? ?
? ? ? ?

Pengaturan pasangan urat kabel pada pipa PVC.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

e. Penyambungan Continuity Wire/bar


Pasangkan continuity wire/bar pada continuity wire conector yang
sudah terpasang pada masing masing ujung kabel.
Balut belahan selubung dalam kedua ujung kabel yang sudah
dipasang continuity wire/bar dengan pita rekat (Isolatip).
f. Penyambungan Urat-Urat Kabel
Sambungan urat-urat kabel dimulai dari unit paling bawah untuk
Memudahkan penyambungn unit berikutnya dengan tidak melupakan
nomor urat unit.
Untuk menjaga sambungan urat urat kabel tidak terlalu besar dan
memudahkan indentifikasi kembali, maka perlu diadakan
pengelompokan terhadap letak atau penempatan dari connector tersebut.
Penyambungan urat urat kabel dapat menggunakan connector khusus
tanpa solderan atau dengan lilit. Solder yang dilindungi dengan
selongsong PE yang sesuai.
Periksa sambungan dengan mengukur tahanan isolasi, tahanan jerat dan
continuitasnya.
Periksa dan ukur continuitas dan lapisan pelindung electris.
Pembalutan Sambungan Urat Kabel
Masukkan bagian dalam pengisi kedalam sambungan tersebut lewat celah
tumpang tindih lembaran plastik sampai seluruh rongga terisi. Tunggu
bahan pengisi tersebut sampai padat.
Balut sambungan yang telah diisi bahan pengisi tadi dengan pita rekat
sebanyak 2 lapis.
Untuk selongsong sambung yang telah disediakan lubang pengisi,
pengisian bahan pengisi dilakukan setelah pemasangan alat sambung
lewat lubang yang telah tersedia dan tutup rapat agar air tidak masuk
melalui celah tutup tadi.
C. Pemeriksaan.
Untuk memperoleh mutu sambungan yang memenuhi persyaratan elektris dan
mekanis maka periksalah sambungan tersebut sebagai berikut :
Ukur kontinuitas dan tahanan masing-masing urat kabel tersebut.
Ukur kontinuitas dan tahanan pelindung elektris dan pelindung mekanis
baja pada kabel tersebut.
Ukur tahanan isolasi masing-masing kabel tersebut.
Periksa sambungan tersebut secara manual untuk mengetahui adanya
cacat kerusakan atau keretakan.

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

100 90

BUNDEL 80 70
PASANGAN URAT
KABEL SETELAH 60 50
DIIKAT, DILILIT /

20 10

KAWAT TANAH

Gambar Penyambungan pasangan urat kabel setelah ditutup dengan selubung pipa PVC

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

D. Penutup.
Setelah pemasangan selongsong pelindung PVC selesai, sambungan dan
lingkar cadangan ujung kabel ditimbun dengan tanah setebal 10 cm, kemudian
di atasnya dilindungi dan timbun lagi dengan yang sebelumnya kotoran dan
bekas pemasangan dikumpulkan dan dibuang. Timbunlah lubang sambung
kabel sesuai dengan persyaratan yang berlaku, di atas timbunan sambungan
diberi tanda yang menyatakan adanya sambungan sesuai dengan persyaratan
yang berlaku, Untuk kabel udara ditambat sesuai dengan aturan yang berlaku.

Selamat Bekerja

Laboratorium Switching
Modul Praktikum – Sistem Telekomunikasi dan Wireline

V. LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM WIRELINE

MODUL III

Hari/ Tanggal Praktek : ...................................................................................

Nama : ...................................................................................

No. Mahasiswa : ...................................................................................

Partner Nama/No.Mhs : 1. .................................., No. Mhs : ..........................

2. .................................., No. Mhs : ..........................

Nama Asisten : ..................................................................................

Paraf Asisten : .................................................................................

Data-Data Hasil Praktek :

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

.................................................................................................................................................

Laboratorium Switching

Anda mungkin juga menyukai