Anak Diskalkulia
Anak Diskalkulia
Kata diskalkulia berasal dari bahasa Yunani yaitu Dyscalculis yang artinya ‘Tidak
dapat berhitung’. Diskalkulia juga dikenal sebagai “math difficulty” yaitu gangguan
pada kemampuan kalkulasi secara matematis, yang terbagi menjadi kesulitan berhitung
dan mengkalkulasi. Anak biasanya menunjukkan kesulitan dalam memahami proses
matematis, ditandai dengan kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang berhubungan
dengan angka atau simbol matematis. Menurut Lerner (1998) ada keterkaitan antara
gangguan berhitung dengan sistem saraf pusat. Anak akan menunjukkan kesulitan dalam
memahami konsep atau rangkaian proses matematis.
*Penyebab Diskalkulia*
• Adanya kelainan pada otak terutama di bagian penghubung antara pariental dan
temporal di otak.
• Adanya kelemahan pada proses penglihatan atau kemampuan visualisasi dan gangguan
spasial atau gangguan pada kemampuan memahami bangun ruang sehingga anak sulit
berfokus pada pelajaran terutama matematika.
Pada umumnya penderita diskalkulia adalah anak – anak, tetapi jenis gangguan
belajar pada anak ini tidak spesifik untuk usia tertentu. Anak bisa diketahui
mengalami diskalkulia atau tidak ketika menginjak usia sekolah, mereka juga
biasanya memiliki IQ normal, bahkan cukup tinggi hingga melebihi rata – rata. Anak
bisa mengikuti pelajaran lain yang memerlukan logika dan hafalan, juga dapat
berinteraksi secara normal. Anak yang mengalami diskalkulia bisa menunjukkan
berbagai ciri – ciri anak diskalkulia seperti berikut:
1. Kertas Grafik
Menggunakan kertas grafik untuk anak diskalkulia yang sulit untuk mengorganisir ide
– idenya di atas kertas, karena kreatifitas anak sangat dipengaruhi oleh kemampuan
imajinasinya. Mengajak anak untuk menuangkan idenya diatas kertas grafis akan
mempermudah anak mengonsep apa yang ada di pikirannya.
2. Kelereng
3. Jari Tangan
Memberikan berbagai contoh konkret hingga kepada contoh yang paling abstrak. Media
pembelajaran untuk anak diskalkulia yang dapat digunakan untuk metode berhitung
adalah jari. Menggunakan jari untuk mengajari anak berhitung sudah menjadi cara
belajar yang mendasar dan paling praktis.
4. Kartu
Menggunakan kartu juga bisa menjadi media pembelajaran untuk anak diskalkulia.
Siapkan satu pak kartu angka dan gunakan hanya angka satu sampai lima. Kocok dan
letakkan lima buah kartu tersebut secara terbuka, dan sisa kartu lainnya diletakkan
tertutup di pojok bawah kanan. Ambil dua kartu yang berjumlah angka 6 dan sebutkan
dengan lantang. Isi dua tempat kartu yang kosong dengan kartu baru dari susunan
paling atas dan teruskan hingga anak telah menghabiskan kartu yang masih tertutup
dalam susunan yang benar.
5. Game
Dalam beberapa artikel disebutkan bahwa media pembelajaran untuk anak diskalkulia
yang paling cocok adalah dalam bentuk aplikasi game. Konsep permainan ini
dikembangkan dengan mengajak anak untuk mengenal huruf dan angka serta cara
membedakannya. Anak juga akan diajak untuk menghafalkan huruf dan angka tertentu
yang menjadi kesulitan mereka, menjawab pertanyaan dan juga menghitung dengan
diberikan soal matematika dasar. Aplikasi game ini dikembangkan menggunakan
metodologi analisa terhadap anak diskalkulia dan disleksia, mencari konsep yang
cocok hingga digunakan dalam membuat desain game dan latar belakangnya.
6. Kertas Warna
Kertas warna bisa menjadi media pembelajaran untuk anak diskalkulia yang sulit
mengenal bangun ruang dasar seperti lingkaran, segitiga, persegi dan persegi
panjang. Bentuk bangun ruang tersebut bisa digambarkan pada kertas warna dan
digunting untuk mengenalkan istilah – istilah pada bangun ruang seperti garis
tengah, jarak, panjang, diagonal. Dengan cara ini juga bisa diperkenalkan konsep
‘separuh’ atau ‘seperempat’ pada anak.
7. Tabel Matematika
Tabel perkalian, pembagian, penjumlahan atau pengurangan juga dapat menjadi media
pembelajaran untuk anak diskalkulia yang akan membantu anak untuk menvisualisasikan
angka – angka dan jumlahnya. Anak akan lebih mudah membayangkan angka yang konkrit
dengan melihat tabel – tabel tersebut dan memasukkannya ke dalam logika berpikir.
• Memberikan contoh yang konkrit lebih banyak untuk memastikan pemahaman yang kuat
pada anak sebelum melangkah kepada materi yang lebih abstrak. Hal itu akan membantu
anak dengan gangguan diskalkulia untuk dapat memvisualisasikan konsep. Begitu juga
ketika memberikan soal cerita, gunakan alat yang sekiranya dapat membantu anak
untuk menvisualisasikan konsep, bentuk atau pola.
• Membangun sikap diri yang positif bahwa anak pasti bisa mempelajari matematika.
Hindari perkataan yang mengesankan bahwa anak memang tidak dapat belajar matematika
karena keturunan dari ayah dan ibu, sebab sebenarnya semua orang dapat mempelajari
matematika dalam taraf tertentu, juga mengajari cara membuat anak memahami
kegagalan.
• Memvisualisasikan setiap simbol matematika dengan contoh di kehidupan sehari –
hari yang lebih sederhana. Misalnya menyamakan simbol minus dengan kata ‘hilang’
atau ‘pergi’ sehingga jumlahnya berkurang dan simbol plus dengan ‘datang’ sehingga
jumlahnya bertambah.
• Mengajak anak belajar sambil bermain sehingga ia tidak merasakan bahwa pelajaran
matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan menyulitkan. Cara belajar yang
menyenangkan akan menghindarkan anak dari menghindari belajar matematika.
• Menggunakan warna – warna yang menarik untuk media pembelajaran untuk anak
diskalkulia. Misalnya menggunakan pensil warna berbeda untuk menuliskan tanda atau
simbol matematika yang berbeda pula agar anak tidak tertukar dalam mengenali simbol
tersebut.
• Jadikan suasana belajar menyenangkan dan tanpa paksaan untuk membuat anak
merasakan pengalaman positif dari belajar matematika dan tidak merasa bosan.
#SyahMP
#Menurutpsikologi
#MeaningfulPsychology