Anda di halaman 1dari 16

Ujian Mini Ceq Coass Kulit dan Kelamin

Nama : Angga Gemilang

NPM : H1AP19002

Tanggal : 2 Juni 2022

Waktu : 60 Menit

1. Jelaskan fungsi kulit dan penampang kulit!


Fungsi kulit tersebut diantaranya sebagai :

1. Proteksi atau perlindungan,

Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari
gangguan :

o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.

o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat

o panas : radiasi, sengatan sinar UV

o infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :

o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan
kulit)

o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.

o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo terhadap infeksi bakteri
maupun jamur

o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.

2. Absopsi(penyerapan),

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi
respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme,
dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara
saluran kelenjar.

3. Eksresi(pembuangan),
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia

4. Persepsi (sistem sensor),

kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada
daerah yang erotik.

o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas

o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan

o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan

o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

5. Pengaturan suhu tubuh,

Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf
simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi
cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na).

6. Pembentukan pigmen,

Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen
(melanosomes)

7. Pembentukan vitamin D,

Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh
tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.

8. Proses keratinisasi.

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis fisiologik.

Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit
jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea,hipodermis
atau subkutis).

Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut :

2. Jelaskan pembagian virus!


1. Pox virus
Infeksi yang disebabkan pox virus umumnya ditandai dengan adanya ruam, walaupun lesi
yang diinduksi oleh beberapa anggota famili Poxvirus ini sangat proliferatif. Virus variola,
penyebab penyakit cacar, masuk ke dalam kelompok ini
2. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum adalah suatu tumor epidermis jinak yang hanya menginfeksi
manusia. Virus penyebabnya dari genus Molluscipoxvirus. Virus ini belum dapat dibiakkan pada
jaringan. Virus berbentuk lonjong atau berbentuk batu bata dan berukuran 230 x 330 nm,
menyerupai vaksinia. Lesi Moluskum kontagiosum memiliki karakteristik berupa lesi noduler
kecil yang sangat banyak, berwarna merah muda, mirip dengan kutil yang terdapat pada muka,
lengan, punggung dan pinggul. Lesi jarang ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki dan
selaput lendir. Masa inkubasi berlangsung sampai 6 bulan. Lesi mungkin terasa gatal, sehingga
menyebabkan autoinokulasi. Lesi dapat bertahan sampai 2 tahun, tetapi akhirnya akan sembuh
secara spontan. Virus ini merupakan imunogen yang lemah, sepertiga penderita tidak
memproduksi antibodi terhadap virus ini, sehingga serangan kedua sering terjadi
3. Virus Rubella
Viremia yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi plasenta dan janin.
Walaupun virus tidak merusak sel, kecepatan pertumbuhan sel yang terinfeksi akan menurun,
sehingga pada saat lahir janin memiliki sel yang lebih sedikit. Sehingga infeksi rubela dapat
menyebabkan perkembangan organ yang hipoplastik dan terganggu, menghasilkan anomali
struktural pada neonatus. Selain menimbulkan anomali, rubela juga dapat menyebabkan kematian
bayi dan keguguran spontan. Semakin dini terjadinya infeksi pada kehamilan, maka semakin luas
efek kerusakan pada janin. Infeksi pada trimester pertama kehamilan merupakan masa yang
paling kritis. Pada waktu lahir virus mudah dideteksi dalam sekresi faring, berbagai organ, cairan
serebrospinal, urin dan usap rektal. Ekskresi virus dapat berlangsung selama 12-18 bulan setelah
lahir.
4. Morbili Virus
Morbilivirus termasuk ke dalam anggota keluarga Paramyxoviridae. Paramyxoviridae
terdiri dari dua subfamili, subfamili pertama adalah Paramyxovirinae yang terdiri dari 3 genus
yaitu Paramyxovirus, Rubulavirus, dan Morbilivirus. Subfamili Universitas Sumatera Utara yang
kedua adalah Pneumovirinae dengan satu genus yaitu Pneumovirus. Morbilivirus berbeda dengan
anggota Paramyxovirinae lainnya karena tidak memiliki neuraminidase. Morbilivirus
menyebabkan infeksi yang bermanifestasi di kulit yang lebih dikenal dengan campak. Campak
merupakan infeksi akut yang sangat menular ditandai adanya ruam makulopapular, demam dan
gejala pernafasan.
5. Virus Varisela-Zoster
Varisela (cacar air) merupakan penyakit ringan, sangat menular, terutama terjadi pada
anak-anak, yang ditandai adanya erupsi vesikular pada kulit dan selaput lendir. Pada orang
dewasa dan anak-anak dengan imunokompromis, gejala penyakit dapat lebih berat.
Zoster (shingles) adalah suatu penyakit sporadik, yang banyak ditemui pada orang
dewasa atau orang-orang dengan gangguan fungsi imun. Penyakit ini ditandai adanya ruam yang
terbatas penyebarannya pada kulit, yang diinervasi oleh ganglion sensorik tunggal. Lesi dari
zoster mirip dengan lesi varisela.
Kedua penyakit diatas disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela-zoster.
Varisela adalah penyakit akut yang terjadi setelah kontak pertama dengan virus varisela-zoster,
sedangkan zoster merupakan respon sebagian imun inang terhadap pengaktiifan kembali virus
varisella-zoster yang terdapat dalam bentuk laten pada ganglia sensorik.
6. Virus Herpes Simpleks
HSV masuk ke dalam famili herpesviridae dan subfamili alphaherpesvirinae, sama
seperti virus varisela-zoster. Terdapat dua tipe HSV yang berbeda yaitu HSV-1 dan HSV-2.
Kedua tipe ini erbeda dalam hal cara penularan; HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya
melibatkan air liur yang terinfeksi, sedang HSV-2 ditularkan secara seksual atau penularan dari
ibu ke anaknya melalui jalan lahir.
Siklus pertumbuhan HSV berlangsung dengan cepat, memakan waktu 8-16 jam sampai
selesai. Gen alfa segera timbul setelah infeksi. Gen ini ditranskripsikan pada keadaan tidak
adanya sintesis protein virus dan merupakan permulaan replikasi. Gen beta timbul kemudian,
membutuhkan hasil gen alfa fungsional untuk ekspresinya, yaitu kebanyakan berupa enzim dan
protein replikasi. Ekspresi gen beta bertepatan dengan penurunan transkripsi gen alfa dan
penghentian sintesis protein sel inang yang irreversibel dan dikatakan sebagai kematian sel. Hasil
gen gama yang kemudian dihasilkan dan mencakup sebagian besar protein struktural.
7. Human Papiloma Virus .
HPV masuk dalam famili Papovaviridae. Papovaviridae terdiri dari dua genus yaitu,
Papillomavirus dan Polyomavirus. HPV dapat menyebabkan kutil dan beberapa genotipnya dapat
menyebabkan kanker, misalnya karsinoma serviks.

3. Jelaskan yg anda ketahui tentang ACNE VULGARIS!

Akne vulgaris merupakan gangguan dari unit pilosebasea yang sering dijumpai, dikarateristikkan
dengan adanya papul folikular non inflamasi (komedo) dan adanya papul `inflamasi, pustul, nodul dan
kista pada bentuk yang berat. Akne vulgaris mengenai daerah kulit dengan populasi kelenjar sebasea yang
paling padat; antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. Akne vulgaris yang berat
dapat memberikan dampak psikologis dan fisik berupa stres emosional, depresi dan skar yang permanen.

Patogenesis akne vulgaris bersifat multifaktorial. Ada 4 faktor penting yang dianggap berperan
dalam perkembangan suatu lesi akne vulgaris. Faktor-faktor tersebut antara lain hiperproliferasi folikuler
epidermal, peningkatan produksi sebum, peningkatan aktivitas P. acnes, dan inflamasi.

Hiperproliferasi epidermal folikular adalah kejadian yang pertama sekali dikenal dalam
perkembangan akne vulgaris. Penyebab pasti yang mendasari hiperproliferasi ini tidak diketahui. Saat ini,
ada 3 buah hipotesis yang telah diajukan untuk menjelaskan mengapa epitelium folikular bersifat
hiperproliferatif pada individu dengan akne vulgaris. Pertama, hormon androgen, yang telah dikenal
sebagai pencetus awal. Komedo, lesi klinis yang menyebabkan pembentukan sumbatan pada muara
folikular, mulai timbul disekitar usia pubertas pada orang-orang dengan akne vulgaris. Derajat akne
vulgaris komedonal pada usia prapubertas berhubungan dengan kadar hormon androgen adrenal yaitu
dehydroepiandrosterone sulphate (DHEA-S). Apalagi, reseptor hormon androgen ditemukan pada folikel-
folikel dimana komedo berasal. Selain itu individu dengan malfungsi reseptor androgen ternyata tidak
akan mengalami akne vulgaris. Kedua, perubahan komposisi lipid, yang telah diketahui berperan dalam
perkembangan akne. Pada pasien akne biasanya mempunyai produksi sebum yang berlebihan dan kulit
yang berminyak. Produksi sebum yang berlebihan ini dapat melarutkan lipid epidermal normal dan
menyebabkan suatu perubahan dalam konsentrasi relatif dari berbagai lipid. Berkurangnya konsentrasi
asam linoleat ditemukan pada individu dengan lesi akne vulgaris, dan menariknya, keadaan ini akan
normal kembali setelah pengobatan yang berhasil dengan menggunakan isotretinoin. Penurunan relatif
asam linoleat dapat mengaktifkan pembentukan komedo. Inflamasi adalah faktor hipotesis ketiga yang
terlibat dalam pembentukan komedo. Interleukin1α adalah suatu sitokin proinflamasi yang telah
digunakan pada suatu model jaringan untuk menginduksi hiperproliferasi epidermal folikular dan
pembentukan akne vulgaris. Walaupun inflamasi tidak terlihat baik secara klinis maupun mikroskopis
pada lesi awal akne vulgaris, ia tetap memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan akne
vulgaris dan komedo.

Peningkatan produksi sebum adalah faktor kunci yang berperan dalam pembentukan akne
vulgaris. Produksi dan ekskresi sebum diatur oleh sejumlah hormon dan mediator yang berbeda. Hormon
androgen khususnya, meningkatkan pembentukan dan pelepasan sebum. Kebanyakan pria dan wanita
dengan akne vulgaris memiliki kadar hormon androgen yang bersirkulasi dalam jumlah yang normal.

P. acnes merupakan suatu organisme mikroaerofilik yang ditemukan pada banyak lesi akne
vulgaris. Walaupun tidak ditemukan pada lesi yang paling awal dari akne vulgaris, P. acnes ini hampir
pasti dapat ditemukan pada lesi-lesi yang lanjut. Adanya P. acnes akan meningkatan proses inflamasi
melalui sejumlah mekanisme. P. acnes menstimulasi inflamasi melalui produksi mediator-mediator
proinflamasi yang berdifusi melalui dinding folikel. Penelitian terkini menunjukkan bahwa P. acnes
mengaktifkan toll-like receptor-2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi toll-like receptor-2 ini kemudian
akan memicu produksi sitokin proinflamasi yang multipel, seperti IL-12, IL-8, dan TNF. Hipersensitivitas
terhadap P. acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa individu mengalami akne vulgaris
inflamasi sedangkan yang lain tidak. Inflamasi mungkin merupakan suatu fenomena primer atau
sekunder. Kebanyakan bukti sampai saat ini menyatakan bahwa akne vulgaris merupakan suatu respons
inflamasi sekunder terhadap P. acnes. Meskipun demikian, ekspresi IL-1α telah diidentifikasi dalam
mikrokomedo dan dapat berperan dalam pembentukan akne vulgaris.
Faktor-faktor lain yang berperan pada patogenesis akne adalah usia, ras, familial, makanan,
cuaca / musim, stres psikologis yang dapat secara tidak langsung memicu peningkatan proses
patogenesis tersebut.

4. Jelaskan yang anda ketahui tentang penyakit menular seksual!

IMS biasa dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu :

1. IMS yang disebabkan oleh peradangan.

2. IMS yang disebabkan oleh erosi.

3. Penyakit lain.

PENYAKIT PERADANGAN

Adapun penyebab peradangan pada IMS yang paling sering dijumpai, adalah:

1. Bakteri : IMS yang disebabkan oleh bakteri adalah Gonore, Klamidia

2. Jamur : IMS yang disebabkan oleh jamur adalah Kandidiasis

3. Parasit : IMS yang disebabkan oleh parasit  adalah Trikomoniasis

Jenis IMS yang disebabkan oleh bakteri:

1. GONORE (GO)

Gonore atau yang sering kita sebut kencing nanah adalah salah satu jenis infeksi menular seksual
(IMS) yang umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus.
Gonore dapat menyerang siapapun baik Perempuan maupun laki-laki bisa terjangkit infeksi ini.
Bakteri gonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi.

 Gejala Infeksi GO pada laki-laki:

 Gejala timbul dalam waktu satu minggu

 Rasa sakit pada waktu buang air kecil dan ereksi

 Keluar nanah dari saluran kencing terutama pada pagi hari

 Sering tidak ada gejala pada stadium dini

 Gejala infeksi GO pada perempuan:

 Sering tanpa gejala apapun atau gejalanya sulit dilihat

 Nyeri di daerah perut bagian bawah, kadang-kadang disertai keputihan dengan bau yang
tidak sedap
 Alat kelamin terasa gatal atau sakit

 Rasa sakit atau panas kalau kencing dan pendarahan setelah hubungan seksual.

 Walaupun demikian GO sering terjadi tanpa keluhan atau gejala apapun sehingga tidak
disadari oleh perempuan.

 Pada laki-laki dan perempuan yang menderita GO:

 Untuk orang yang melakukan seks anal (melalui anus) dapat terjadi diare kronis atau
diare berdarah.

 Untuk yang melakukan hubungan oral (melalui mulut), tenggorokan dapat terasa sakit
dan berwarna merah

 Masa inkubasinya 1-14 hari dengan rata- rata 2-5 hari.

 Akibat bila GO terlambat diobati:

 Dapat menimbulkan nyeri perut bagian bawah. Ini berarti infeksi sudah menjalar ke
saluran telur, sehingga dapat terjadi kehamilan di luar kandungan, bahkan sampai terjadi
kemandulan.

 Bila GO masih ada saat melahirkan bayi, infeksi dapat menular pada mata bayi dan bila
terlambat ditangani dapat timbul kebutaan.

2.KLAMIDIA

Infeksi Klamidia adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang terutama
menyerang leher rahim.

 Gejala Infeksi Klamidia pada perempuan:

 Infeksi ini menimbulkan gejala atau keluhan keputihan, dapat disertai nyeri saat kencing
dan pendarahan setelah hubungan seksual. Gejalanya mirip GO, tapi biasanya lebih
ringan.

 Penularan tanpa disadari, karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak merasakan
gejalanya (asimtomatik).

 Pada infeksi kronik dapat terjadi penyebaran ke saluran telur yang menimbulkan nyeri
pada perut bagian bawah dan mengakibatkan kemandulan atau kehamilan di luar
kandungan.

 Bayi yang baru lahir yang terinfeksi klamidia dari ibunya dapat mengalami kebutaan atau
radang paru (pneumonia).

 Masa inkubasinya 7-21 hari.

3.VAGINOSIS BAKTERIAL
Adalah infeksi pada alat kelamin yang disebabkan oleh campuran bakteri Gardnerella
Vaginalis dan Bakteri Anaerob.

 Gejala Vaginosis Bakterial :

 Keputihan tidak banyak, berwarna abu-abu, lengket dan berbau amis. Biasanya bau ini
lebih jelas tercium sesaat setelah melakukan hubungan seksual.

Jenis IMS yang disebabkan oleh Jamur

 KANDIDIASIS VAGINA

 Adalah keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Pada keadaan normal
spora jamur ini memang terdapat di kulit maupun di dalam  lubang kemaluan perempuan.
Tetapi pada keadaan tertentu (penyakit kencing manis, kehamilan, pengobatan steroid,
antibiotik), jamur ini dapat meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan.
Penyakit ini tergolong IMS, tetapi pasangan seksual dan perempuan yang terinfeksi jamur
ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di kulit kelamin.

 Gejalanya :

 Keputihan berwarna putih susu, bergumpal, disertai rasa gatal, panas dan
kemerahan di kelamin dan sekitarnya.

 Masa inkubasi sulit ditemukan.

 Penularan penyakit kandidiasis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seks


vaginal atau oral (lewat mulut)

Jenis IMS yang disebabkan oleh PARASIT.

 TRIKOMONIASIS

 Adalah IMS yang disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis

 Gejala Trikomoniasis berupa :

 Keputihan yang banyak, kadang-kadang berbusa, berwarna kehijauan dengan bau


busuk

 Gatal pada kemaluan

 Nyeri pada saat berhubungan seksual atau saat buang air kecil

 Masa inkubasi 3- 28 hari

PENYAKIT EROSI (IRITASI, LECET)

I. SIPILIS (Raja Singa)

Gejala sipilis akan muncul dalam lima tahap, apabila tidak d obati :
 Tahap I (Sipilis Primer):

 Terjadi 9-90 hari setelah terinfeksi

 Timbul luka yang tidak nyeri di penis, bibir kemaluan atau leher rahim

 Tahap II (Sipilis Sekunder):

 Terjadinya beberapa bulan setelah tahap pertama

 Gejala berupa kelainan kulit bercak kemerahan tidak gatal terutama di telapak tangan dan
kaki.

 Ada pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuh.

 Bisa juga berupa kutil di sekitar alat kelamin dan anus.

 Tahap III ( Sipilis Laten) :

 Tidak ada keluhan ataupun gejala, namun infeksi berlanjut menyerang alat-alat atau
organ tubuh lainnya.

 Keadaan ini hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan darah khusus sipilis

 Tahap IV (Sipilis Tersier):

 Timbul 5-30 tahun setelah tahap sipilis sekunder

 Terdapat kerusakan alat-alat tubuh penting yang menetap pada otak pembuluh darah dan
jantung, serabut saraf dan sumsum tulang belakang.

 Tahap V (Sipilis Kongeniotal):

 Pada bayi dan anak-anak dapat menimbulkan kelainan berupa :

 kelainan bentuk muka

 kelainan tulang

 kebutaan

 ketulian

 kelainan bentuk gigi geligi yang khas

 kelainan kulit

II. HERPES

Herpes kelamin merupakan IMS yang disebabkan virus Herpes Simplek (HSV) tipe 1 dan 2 yang
menimbulkan luka atau lecet pada kelamin.
 Gejala Herpes Kelamin:

 Tergantung daya tahan tubuh, infeksi HSV sering tanpa gejala. Bila ada, awalnya ada
rasa seperti terbakar atau gatal dikelamin diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di atas
kulit dengan warna dasar kemerahan. Dalam beberapa hari bintil ini akan pecah,
menimbulkan luka lecet terbuka yang sangat nyeri (pedih)

 Pada perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding liang kemaluan dan kadang-
kadang di sekitar anus (lubang dubur)

 Pada laki-laki biasanya di batang atau di kepala penis, namun dapat juga di sekitar anus.

 Gejala ini hilang jika diobati, namun dapat kambuh kembali pada waktu tertentu.

 Gejala pada serangan pertama umumnya lebih berat dibandingkan dengan pada serangan
kambuhan.

 Masa inkubasi 1-26 hari yang biasanya rata-rata 6-7

 Sebelum timbul lecet bisa didahului keluhan berupa :

 Pegal-pegal otot, kadang disertai demam (terutama pada serangan pertama)

 Pembengkakkan kelenjar di lipatan paha

 Nyeri, kadang gatal, serta kemerahan pada tempat yang terkena

 Cara Penularan Herpes Kelamin :

 Infeksi menular melalui kontak seksual kelamin-kelamin, kelamin-anus atau kelamin-


mulut, karena terjadi kontak langsung dengan bintil atau lecet/luka.

 Penularannya dapat pula melalui alat-alat tercemar.

 Penyakit herpes dapat ditularkan wanita hamil pada bayinya saat masih dalam kandungan
maupun sewaktu melewati jalan lahir ketika persalinan.

 Keadaan–keadaan di bawah ini merupakan faktor pencetus serangan kambuhan herpes :

 Stres Emosional

 Kelelahan fisik berlebihan

 Kurang tidur

 Infeksi lain

 Menstruasi (menjelang/ setelah)

 Minum alkohol berlebihan


 Gesekan kulit, misalnya waktu hubungan seksual, masturbasi atau pemakaian baju/celana
ketat.

PENYAKIT LAIN

I. KUTIL KELAMIN

Kutil kelamin atau Kandiloma Akuminata merupakan salah satu bentuk IMS yang disebabkan
oleh Human papilloma virus(HPV) yaitu  berupa kutil di sekitar alat kelamin, bahkan sampai
kebagian dalam liang kemaluan dan leher rahim.

 Tanda- tanda dan gejala kutil kelamin :

 Kelainan berupa tonjolan kulit berbentuk jengger ayam yang berwarna seperti kulit,
ukurannya bervariasi dari sangat kecil sampai besar sekali.

 Pada pertemuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir
bagian dalam, liang kemaluan sampai leher rahim.

 Pada laki-laki mengenai penis dan saluran kencing bagian dalam

 Pada perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali.

 Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga sering tidak disadari.

 Ada kalanya seorang perempuan baru mengetahui bahwa dirinya terinfeksi pada saat
pemeriksaan papsmear (pap-test)

 Biasanya laki-laki baru menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi setelah ia menulari
pasangannya.

 Cara penularan Kutil kelamin melalui :

 Hubungan seksual dengan seseorang yang terserang HPV

 Dari ibu hamil dengan kutil kelamin kepada bayinya pada saat persalinan

 Cara penularan melalui tangan atau jari yang mengandung kutil ke daerah alat kelamin,
meskipun sangat jarang.

 Bahaya kutil kelamin :

Kutil kelamin kadang-kadang dapat berakibat lanjut menjadi kanker leher rahim ataupun kanker kulit
sekitar kelamin. Pada laki-laki dapat menimbulkan kanker penis. Bila tidak diobati, dapat menularkan
kepada pasangan seksualnya..

5. Jelaskan yang anda ketahui tentang miliaria!


Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikelmilier.
Istilah lain untuk keadaan ini bermacam-macam, seperti liken tropikus,keringat buntet, biang keringat dan
juga prickle heat. Miliaria juga didefinisikan sebagai kelainan pada kelenjar keringat ekrin yang muncul
pada keadaan meningkatnya panas dan kelembaban. Dapat berkaitan dengan demam yang menetap
ataupun penggunaan suatu obat. Miliaria menyerang segala usia, namun seringkali terjadi pada neonatus
dan merupakan salah satu dari penyakit kulit transien pada neonatus, dan pernah dilaporkan kasus
kongenital namun sangat jarang

Stimulus primer dari terjadinya miliaria adalah segala kondisi dengan suhu dan kelembaban tinggi
yang mengakibatkan produksi keringat yang berlebihan. Sumbatan pada kelenjar keringat juga menjadi
sebab, antara lain sumbatan akibat pakaian ataupun perban. Pada neonatus, penyebabnya diduga adalah
kelenjar ekrin yang imatur sehingga mudah pecah4 Beberapa sebab eksternal lain seperti pengobatan
dengan betanecol, isotretinoin sistemik dan defisiensi mangan juga dapat meningkatkan resiko terjadinya
miliaria,

Keadaan panas dan kelembaban tinggi dapat menyebabkan produksi keringat berlebih dan terjadinya
sumbatan pada duktus dapat menyebabkan gangguan pengeluaran keringat, dalam miliaria kelenjar
keringat yang mengalami kelainan adalah kelenjar ekrin.

Bendungan akan menyebabkan kebocoran untuk mencari jalan keluar lain, baik melalui epidermis
atau dermis dengan anhidrosis relatif. Saat titik obstruksi berada 2 di stratum korneum atau hanya sedikit
di bawah stratum korneum, walaupun dengan peradangan yang biasanya minimal, akan menyebabkan lesi
yang asimtomatik, ini yang disebut sebagai miliaria kristalina. Pada miliaria rubra, letak sumbatan berada
di lapisan sub korneum yang membentuk vesikel spongiosis dan ditemukannya infiltrasi sel inflamasi
kronik pada bagian papila dermis dan bagian bawah dari epidermis..

Sedangkan pada miliaria profunda, jalan keluar keringat terhambat pada bagian yang lebih dalam,
yaitu di papilla dermis atau bagian antara epidermis dan dermis, selain itu terjadi infiltrasi limfosit di
periduktus dan terjadi spongiosis di duktus epidermal.

Bakteri residen kulit seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus juga memegang
peranan pada terbentuknya miliaria

Pada miliaria kristalina, lesi vesikel superfisial jernih dengan diameter 1-2 mm, seringkali konfluen
tanpa ada eritema di sekitarnya. Pada bayi, terutama berada pada kepala, leher dan bagian atas trunkus.
Sedangkan pada dewasa umumnya berada pada trunkus, dan berikutnya penyembuhan miliaria kristalina
akan dimulai dengan deskuamasi.

Untuk miliaria rubra, lesi kecil, biasanya uniform, papul dengan eritema, dan papul vesikular dengan
latar belakang eritema. Bayi umumnya memiliki lesi di leher, skrotum dan aksila.

Tipe miliaria rubra pada neonatus lebih sering berada pada bagian genital, diduga terutama akibat
keadaan lembab akibat popok plastik. Obesitas bayi juga merupakan faktor resiko terjadinya miliaria
rubra. Sedangkan dewasa terjadi pada bagian yang tertutup dan tergesek pakaian dan juga kulit kepala.

Miliaria profunda memiliki lesi padat, papul warna seperti daging dengan ukuran 1-3 mm, paling
sering terjadi di trunkus, namun juga dapat muncul di ekstremitas. Sering muncul setelah dicetuskan oleh
kondisi yang merangsang produksi keringat, dan pada kulit yang terkena keringat dapat berkurang atau
bahkan tidak ada. Miliaria profunda ini umumnya terjadi pada orang yang seringkali mengalami miliaria
rubra.

Tipe ini sering menampilkan klinis pasien yang tidak tahan panas bahkan pingsan bila terpapar udara
panas. Miliaria rubra yang berpenampilan seperti pustul yang dominan dinamakan miliaria pustulosa, dan
ada beberapa ahli yang menggolongkannya menjadi tipe keempat dari miliaria

6. Jelaskan yang anda ketahui tentang pemphigus Bullosa!


Pemfigus merupakan sekelompok penyakit berlepuh autoimun pada kulit dan membran
mukosa. Pemfigus vulgaris merupakan penyakit serius pada kulit yang ditandai oleh timbulnya
bula (lepuh) dengan berbagai ukuran disertai lesi berkelompok dan rekuren pada kulit yang
tampak normal dan membrane mukosa (misalnya, mulut, vagina), yang ditandai oleh:
 Secara histologi, lepuh intraepidermal karena hilangnya hubungan antar keratinosit
 Secara imunopatologi, ditemukannya IgG autoantibodi terikat dan bersirkulasi yang
secara langsung menyerang permukaan keratinosit
Semua bentuk pemfigus mempunyai sifat khas, antara lain:
 Hilangnya kohesi sel-sel epidermis (akantolisis)
 Adanya antibodi IgG terhadap antigen determinan yang ada pada permukaan keratinosit
yang sedang berdiferensiasi.
Pada pemfigus vulgaris lepuh terjadi akibat adanya reaksi autoimun terhadap antigen
pemfigus vulgaris. Antigen ini merupakan glikoprotein transmembran dengan berat molekul 130
kD untuk pemfigus vulgaris dan 160 kD untuk pemfigus foliaseus yang terdapat di permukaan
keratinosit. Antigen target pada pemfigus vulgaris yang hanya dengan lesi oral ialah desmoglein
3, sedangkan yang dengan lesi oral dan kulit ialah desmoglein 1 dan 3. Pada pemfigus foliaseus
antigen targetnya adalah desmoglein 1.
Desmoglein merupakan salah satu komponen desmosom. Desmosom berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan mekanik epitel gepeng berlapis yang terdapat pada kulit dan mukosa.
Penderita dengan penyakit yang aktif mempunyai antibodi subklas IgG1 dan IgG4, tetapi yang
patogenetik adalah IgG4. Pada pemfigus juga terdapat faktor genetik, umumnya berkaitan dengan
HLA-DR4.
7. Jelaskan yang anda ketahui tentang KUSTA!
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular kronik yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium leprae (M leprae) yang intra seluler obligat menyerang saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas kemudian ke
organ lain kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta dikenal juga dengan nama Morbus Hansen
atau lepra.
Basil ini bersifat tahan asam, bentuk pleomorf lurus, batang ramping dan sisanya
berbentuk paralel dengan kedua ujung-ujungnya bulat dengan ukuran panjang 1-8 um dan
diameter 0,25-0,3 um. Basil ini menyerupai kuman berbentuk batang yang gram positif, tidak
bergerak dan tidak berspora. Dengan pewarnaan Ziehl-Nielsen basil yang hidup dapat berbentuk
batang yang utuh, berwarna merah terang, dengan ujung bulat (solid), sedang basil yang mati
bentuknya terpecah-pecah (fragmented) atau granular. Basil ini hidup dalam sel terutama jaringan
yang bersuhu rendah dan tidak dapat dikultur dalam media buatan (in vitro)
8. Jelaskan yang anda ketahui tentang MOLUSCUM CONTANGIOSUM!

Moluskum kontagiosum adalah suatu tumor epidermis jinak yang hanya menginfeksi manusia.
Virus penyebabnya dari genus Molluscipoxvirus. Virus ini belum dapat dibiakkan pada jaringan.
Virus berbentuk lonjong atau berbentuk batu bata dan berukuran 230 x 330 nm, menyerupai vaksinia.

Lesi Moluskum kontagiosum memiliki karakteristik berupa lesi noduler kecil yang sangat
banyak, berwarna merah muda, mirip dengan kutil yangv terdapat pada muka, lengan, punggung dan
pinggul. Lesi jarang ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki dan selaput lendir. Masa inkubasi
berlangsung sampai 6 bulan. Lesi mungkin terasa gatal, sehingga menyebabkan autoinokulasi. Lesi
dapat bertahan sampai 2 tahun, tetapi akhirnya akan sembuh secara spontan. Virus ini merupakan
imunogen yang lemah, sepertiga penderita tidak memproduksi antibodi terhadap virus ini, sehingga
serangan kedua sering terjadi.

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dalam bentuk sporadis maupun epidemi, dan lebih sering
ditemukan pada anak-anak dibanding orang dewasa. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung
dan tak langsung misalnya melalui penggunaan handuk secara bersama, kolam renang, oleh
pemotong rambut atau alat cukur.

Moluskum kontagiosum juga dapat ditularkan secara seksual, terutama pada orang muda. Hal ini
terlihat pada penderita AIDS. Lesi khasnya berupa suatu papula berbentuk kawah pada daerah genital.
Lesi moluskum pada kelopak mata sering menimbulkan konjungtivitis dan keratitis.

Diagnosa moluskum kontagiosum biasanya dilakukan secara klinik, dengan melihat gambaran
dari lesi. Bahan setengah padat yang mirip keju yang dikeluarkan dari lesi dapat digunakan untuk
diagnosis laboratorium. Mikroskop elektron dapat dengan cepat mendeteksi badan moluskum yang
diwarnai dengan Giemsa atau iodin lugol dan partikel-partikel poxvirus. Walaupun virus Moluskum
kontagiosum belum dapat dibiakkan dalam biakan sel, namun infeksi virus ini akan menimbulkan
efek sitopatik sementara yang khas. Perubahan seluler yang terjadi dapat disangka HSV. Pada tahun
1985, pada penelitian terhadap 137 bahan yang dibiakkan untuk HSV, 49 diantaranya mengandung
HSV, sedang 6 spesimen menunjukkan efek sitopatik namun antigen HSVnya negatif. Penggunaan
mikroskop elektron dapat memastikan adanya virus moluskum kontagiosum pada bahan yang bersifat
HSV negatif namun memiliki efek sitopatik.

Pada moluskum kontagiosum, prinsip pengobatannya adalah mengeluarkan massa yang


mengandung bahan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik atau kuret.
Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2 atau dengan
menggunakan zat yang bersifat membakar seperti fenol.
*Selamat Ujian

SEMOGA SUKSES

Anda mungkin juga menyukai