Anda di halaman 1dari 5

Pengungkapan

Healy & Palepu, (2001) mendefinisikan disclosure sebagai pengungkapan informasi

perusahaan baik kuantitatif (laporan keuangan) maupun kualitatif (strategi perusahaan), wajib

atau sukarela, bersifat retrospektif, prospektif dan tindakan dengan tujuan meningkatkan

efektivitas pengungkapan dan mengevaluasi keputusan. Berdasarkan penjelasan tersebut

disclosure merupakan upaya mengkomunikasikan informasi perusahaan baik kuantitatif

maupun kualitatif, bersifat retrospektif, prospektif dan tindakan yang bermanfaat sebagai

alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen oleh investor maupun stakeholder. PSAK 60

tahun 2019 menjelaskan bahwa pengungkapan adalah aktivitas perusahaan untuk

mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk

mengevaluasi sifat dan cakupan risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas

terekspos pada akhir periode pelaporan. Pengungkapan menurut Kamus Besar Akuntansi adalah

informasi yang diberikan sebagai lampiran/pelengkap bagi laporan keuangan dalam bentuk

catatan kaki atau tambahan. Informasi ini memberikan suatu penjelasan tentang posisi keuangan

dan hasil operasi suatu perusahaan.

Hal ini menjelaskan bahwa melalui pengungkapan, pengguna laporan keuangan

memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai transaksi atau kejadian ekonomi yang

berpengaruh terhadap hasil operasi perusahaan atau entitas pada suatu periode pelaporan.

Pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan dibagi menjadi 2, yaitu (Adriyanto &

Metalia, 2011):

1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku dan telah

ditetapkan oleh badan regulator atau lembaga yang berwenang. Di Amerika, lembaga
yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Security Exchange Commission (SEC),

sedangkan di Indonesia adalah Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal)

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan informasi yang melebihi dari yang telah diwajibkan oleh lembaga yang

berwenang. Dalam hal ini, perusahaan mengungkapkan informasi secara sukarela. Pada

umumnya pengungkapan sukarela merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan

oleh manajer perusahaan untuk menarik perhatian para investor sehubungan dengan

keputusan investasi. Manajer mengungkapkan informasi yang menurut pertimbangannya

adalah good news dan sangat diminati oleh investor.

Disclosure dalam laporan keuangan mengandung arti penting yaitu menyajikan

informasi yang berguna membantu beroperasinya pasar modal secara efisien (Hendriksen &

Breda, 1992). Pendapat ini dapat diartikan bahwa luasnya cakupan informasi yang disajikan

perusahaan membantu kebutuhan informasi bagi investor dan stakeholder dalam menilai

kinerja manajemen dan memutuskan investasi. Pengungkapan sukarela dapat berdampak

bagi perusahaan antara lain (Lev, 1992):

1. Pengungkapan sukarela memiliki dampak yang signifikan terhadap harga

sekuritas dan volume perdagangan saham.

2. Pengungkapan informasi menurunkan volatilitas dari harga dan mempersempit

penawaran ask spread saham, sehingga meningkatkan likuiditas sekuritas.

3. Pengungkapan informasi memastikan bahwa nilai produksi, keuangan, strategi

pemasaran dan kegiatan perusahaan tercermin pada waktu yang tepat dalam

harga saham dan obligasi. Perencanaan dan pelaksanaan strategi pengungkapan

tidak menjamin bahwa nilai intrinsik perusahaan dan potensi sepenuhnya


dihargai oleh stakeholder (investor, pemasok dan pelanggan).

4. Pengungkapan informasi efektif dalam mengubah persepsi perusahaan di pasar

modal. Informasi yang diungkapkan merupakan ekspektasi manajemen dalam

mengelola perusahaan. Lev (1992) menjelaskan tujuan perusahaan

mengungkapkan informasi sukarela antara lain:

a. Memperbaiki kesalahan

b. Meningkatkan likuiditas

c. Mengubah komposisi pemegang saham

d. Mencegah intervensi politik dan peraturan

e. Mendapatkan keunggulan kompetitif

Berdasarkan penjelasan diatas voluntary disclosure merupakan informasi

tambahan bagi kepentingan stakeholder dan berperan untuk melengkapi informasi yang

bersifat wajib (mandatory disclosure). Penelitian ini menggunakan voluntary disclosure

yang diungkapkan oleh perusahaan di Indonesia. Pertimbangan peneliti menggunakan

pengungkapan sukarela adalah (1) kebutuhan informasi non finansial yang berkualitas yang

diungkapkan perusahaan bagi kepentingan stakeholder, (2) pengungkapan sukarela

memiliki ketepatan waktu dalam pelaporan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh investor

maupun stakeholder untuk menilai kinerja suatu perusahaan (B. Graham, 2005).

Argumentasi tersebut menunjukkan bahwa stakeholder membutuhkan informasi tambahan

yang dapat digunakan untuk menilai perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Jenis informasi yang diungkapkan perusahaan terbagi 2 (dua) yaitu mandatory

disclosure dan voluntary disclosure (Scott, 2012). Pengungkapan sukarela (voluntary

disclosure) adalah jenis penyampaian informasi non keuangan perusahaan pada publik yang
diungkapkan secara sukarela di dalam laporan tahunan, tanpa ada kewajiban yang

mengaturnya. Financial Accounting Standards Board/FASB (2001) mendefinisikan

voluntary disclosure sebagai informasi yang dipublikasikan secara sukarela, namun tidak

termasuk informasi dasar yang diwajibkan untuk dipublikasikan, baik oleh prinsip akuntansi

yang berlaku umum maupun lembaga regulasi

Pengungkapan sukarela dibutuhkan sebagai sarana yang efektif dalam

berkomunikasi dengan stakeholder (Tian & Chen, 2009). Pengungkapan sukarela mampu

memberikan gambaran tentang prospek perusahaan, menyempurnakan struktur governance,

memperluas perlindungan terhadap investor, dan stakeholder. Voluntary disclosure

berperan mengurangi asymmetric information (kesenjangan informasi) antara perusahaan

dengan investor (Botosan, 1997). Terkait dengan informasi voluntary disclosure

diklasifikasikan dalam laporan tahunan ke dalam tiga jenis. Rangkaian informasi tersebut

terdiri dari informasi strategis masa depan perusahaan, informasi keuangan, dan informasi

non keuangan termasuk pelaporan lingkungan (Gery et al., 1995). Pendapat-pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa pengungkapan sukarela memiliki peran penting bagi perusahaan

untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berkualitas dalam melindungi kepentingan

stakeholders

Pengungkapan lingkungan perusahaan di Indonesia masih bersifat voluntary

(Suhardjanto, 2008b)

1. Tingginya kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan di

Indonesia (Suhardjanto & Shinta, 2012; WALHI, 2015).

2. Rendahnya tingkat pengungkapan informasi lingkungan bagi perusahaan di

Indonesia (Suhardjanto, 2008b).


Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
praktek pengungkapan lingkungan khususnya LB3 perusahaan di Indonesia, dapat
menunjukkan komitmen, dan tanggung jawab perusahaan dalam melindungi kepentingan
stakeholder (KNKG, 2006)

Anda mungkin juga menyukai