Anda di halaman 1dari 39

a

l,

t1 I

PANDUAN PRAKTEK KLINIK


KSM PENYAKIT DALAM

\
I

r E IGD 24 JAil

) I
I,
TJ

j -
{
E
I -I'
)
Lir
rI-E I q
TE'l---f; EE
t-, I a.
-r: --

Rumah Sakit PKU Muhammrdiyah Karangrnyar


umeo gsnyar I
RUMAH SAKIT
pKU MUHAMulDrilH rrmxcANyAR l>rt
'"i;il:i,'trllTfi;,t,'tr'#fli1ffi'u;;nu'''
e-mail : rspkumuhammadiyah@yahoo.com
W
*r};Jtiy--4
KEPUTUSAN DIREKTUR

RI]MAH SAICT PKU MUHAMMADIYAH KARANGAI\TYAR


NOMOR : 25.A/KEP/trI.6.AUMn0l9

TENTANG

PANDUAN PRAKTIK KLINIS XSM PEITYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT PKU MI,EAMMADIYAII KARANGAIYYAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Menimbang a bahwa sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, RS


PKU Muhammadiyah Karanganyar harus mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat

b. bahwa Panduan Praktik Klinik Penyakit Dalam merupakan acuan dalam


melaksanakan Pelayanan di Rumah Sakit PKU muhammadiyah
Karanganyar , perlu adanya kebijakan Diretlur tentang Panduan Pmktik
Klinis KSM Penyakit Dalam
c. bahwa sehubungan hal tersebut diatas perlu diatur dan ditetapkal dalam
Keputusan Direktur RS PKU Muhammadiyah Kara:rganyar

Mengingat 1- Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahm 2009 tentang


Kesehatan
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undalg-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
4- Peraturan Mentri Kesehatan No 290 Tahun 2008 tentang Persaujuan
Tindakan Kedokreran
5. Konsil Kedokeran Ildonesia Tahun 2006 tentang Manual Persetujuan
Tindakan Kedokteran
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 143 8/PER/MENKES,X/2010
Tentang Standar Pelayanan Kesehatan
7. Keputusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
Nomor. I 20lKEP/Ill.OlD/2019 tertanggal 24 Mei 2019, Tentang
Penetapan Penjabal Direktur RS PKU Muhammadiyah Kamnganyar
MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
KARANGA}.IYAR TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIK KSM
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR

Kesatu Mencabut SK Nomor 038.a/IIl.6.AU/ W 2017 daut Memberlakukan Panduan


Praktik Klinis KSM Penyakit Dalam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

Kedua Panduan Praktik Klinis KSM Penyakit Dalam dijadikan acuan dalam
memberikan pelayanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Karanganyar
khususnya pada kasus Penyakit Dalam.

Ketiga Keputusan ini berlal-u sejak tanggal diletapkan dan apabila dikernudian hari
terdapat kekeliruan dalarn p€netapan ini, akan diadakan p€rbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan , di Karanganyar
Pada tanggal
t9M
.l ,/
.4.

7
LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RS PKU M1JHAMMADIYAH KARANGA},IYAR

NOMOR : 25.All<EPllll.6.AUlIl/2019
TANGGAL :25 lULl20l9
TENTANG

PANDUAN PRAKTIK KLINIS KSM PENYAKIT DALAM


DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIK
INTERNA

L Angina Pectoris...........
2. Atrial Fibrilasi..........
3. Diabetes Millitus... ..... ..
.

4. Hemal€mesis Melena..-..-.....
5. Hipoglikemik...................
6. STEMI.......
7. Demam Typoid............
8. Acute Kidney Injury...........
9. Cronic Kidney Deases..
10. Sirosis Hati...............
I

".rL"
PANDUAN PRAKTIK KLINIK

I SMF : ILMU PENYAKIT DAI-AM


ri*il
1 RS PKU MUHAMMADTYAH KAP\.ANGANYAR

ANGINAPECTORIS STABIL l

A. Pengertian (Definisi) Angina Pektoris Stabil adalah suatu sindroma klinis


bcrupa rasa tidak nyaman di dada, ra&rang, baftN, p\mggung
atau lengan yang timbul saat aktifitas atau stres emosional
yang berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin..

B. Anamnesis 1. Nyeri dada iskemik (>20 menit) saat istirahat.


2. Angina berat (CCS III) yang timbul pertama kali.
3. Angina karakteristik kresendo (CCS trl) pada
angirn pektoris stabil.
4. Angina pasca infark miokard.
5. Dapat disertai mual, muntah, keringat dingin, dan
badan lemas

C. Pemeriksaan Fisik Hampir selalu normal.

D. Kriteria Diagnosis
)

I Exc
'E[d
-t
i
rr+ YO(MB lgBJ

tugin P€ktnis Tidal stat l

E. Diagnosis Angina Pectoris Tak Stabil

F. Diagaosis Band.ing 1 . An{un P*tons Stabil


2. Non ST elevasi miokard infark
I
3. Miokarditis
4. Perikuditis
I

Pemeritsaan Penunjans 1. EKG saat istirahat


/c. J
Depresi segmen ST > 0,5 mm(0.5 mV) yang
persisten maupun transient Elevasi segrnen ST
> 0.5 mm (> 20 menig serta inversi gel T> 0.2
l mV pada 2 sdapan yang berdekatan atau l

lebih.
I

2. Laboratorium I

Tidak didapatkan kenaikan petanda biomarker


kerusakan miokard
3. Ronlgen dada
Bisa NormaU LVH

H. Terapi / Trndakan I

I ara, d:nt Sr raalr.'


I

ri_
r.-,ltdu
t. & t.*;.._ I
I Irrr.re,
I' , l-t.LLdbcr
i -i.ir---E
I
l lqc
L
I
I

I I
A"S\NE\A

Tujuan Terapi :
Menghilangkan nyeri, mencegah komplikasi dqn f,smatian
l
Adif@gule Ilosb
I
Fond4rinor I x15 mg(sc)
hoxapein 2x r mg/kgBB (sc)
Hqarin Bolus60mit/kgBB (iv),
selaqi&rya 12
I
lnit*gBefao(iv)
I

I. Edukasi l. Istirahat cukup


2. Konsumsi makanan sesuai diet jantmg I
l
3. Membatasi aktifilas sesuai derajat keparafian
I
penyakit
4. Kontrol Rutin poliklinik tiap bulan
5. Segera ke UGD jika ada keluhan sesak nafas yang
memberat bahkan saat isiratra! pingsan dan tidak
sadar, nyeri dada hebat
I

J. Prognosis Ad vitam : dubia


Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
K. Tingkat Evidens il
L. Tingkat Rekomendasi B
M. Penelaah Kritis dr. Nur Hidaya! Sp.PD
dr. Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Bambang Wuriatmojo, Sp.PD
dr. Veronika Dyah S, Sp.PD

N. Indilaror Medis ^lekanan daruh terk ontr o1

O. Kepustakaan l. Kotchen T. Hypertensive Vascular Disease. In Longo


DL, Fauci AS, Kasper DL, Houser SL, Jameson JL,
Loscatzo J. Harrison's Principles of lnternal Medicine.
18th Edition. New York : McGraw-Hill; 2012
2. Rosendortf C, Black H, Cannon C, et al. Treatment of
hypertension in the prevention and managementof
ischemic heart disease. Circulation.2007; I 15:276I-88
Karanganyar, Juli 2019
Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional Intema

Prof.DR.dr.H.OS.Hartanto,SpS(K) dr. Nur SpPD


PANDUANPRAKTIKKLINIK

SMF; PENYAKITDAI-AM
RS PKU MT]IIAMMADIYAH KARANGANYAR
ATRIALFIBRTLASI

A. Pengertian (Defi nisi) Atrial Fibrilasi (A-F) adalah bentuk aritmia paling sering
terjadi di mana terdapat masalah dengan laju irama detak
jantung. Akibat tidak temtumya sinyal listrik, atrial (bilik
atas jantung) berkontraksi dengan cepat dan tidak teratur. .

B. Anamnesis Keluhan detak jantung yang tidak teratur


C- Pemeriksaan Fisik l. Didapatkan detakjantung yang fidak teratr:r
2. Didapatkan denyut nadi yang tidak teratur
3. Jumlah denyut nadi dengan detak jantung
berbeda

D. Kriteria Diagnosis l. Pemeriksaan Fisik :


a. Didapatkan detak jantung yang tidak teratur
b. Didapalkan denyut nadi yang tidak teratur
c. Jumlah denyut nadi dengan detak jantung
berbeda
2. EKG:
a Rekaman EKG berperan penting untuk
menegakkan AF.
b. Semua aritrnia yang memiliki karakteristik AF
dan terjadi hingga dapat dilakukan perekaman
EKG 12 sandapan atau terekam setidaknya
selama 30 detik dapat dipertimbangkan sebagai
AF.
c. Jumlah denyutjantung pada AF dapat dihitung
dari rckaman EKG 12 sandapan dengan
menghitung interval RR dalam l0 detik
(direkam dengan kecepatan 25mmls) dikalikan
6.
E. Diagnosis Atrial Fibrilasi
F. Diagnosis Banding Diagnosis banding untuk keluhan dan gejala klinis
1. Ahial takikardia
2. Atrial flutter
3. Atrial ektopik yang sering
4. Konduksi ganda nodus AV ontegrode
G. Pemeriksaan Penunjang EKG:
l. Rekaman EKG boperan penting untuk menegakkan
AF.
2.
Semua aritrnia yang memiliki karakterisik AI dan
terjadi hingga dapat dilakukan perekaman EKG 12
sandapan atau terekam setidaknya selama 30 detik
dapat dipertimbangkan sebagai AF.
3. Jumlah denyut jantung pada AF dapat dihitung dari
rekaman EKG l2 sandapan dengan menghitung
interval RR dalam 10 detik (direkam dengan
kecePatan 25mm/s) dikalikan 6. t

Laboratorium
1. Tidak ada yang spesifik.
Foto toraks PA
1. Sesuai dengan penyakit yang mendasari.

H. Terapi / Tindakan Tatalaksana

l Tatalaksana awal
Tatalaksana awal di
fokuskan pada meredakan gejala
dan menilai faktor predisposisi terjadinya AF, resiko-
resiko yang berhubmgan dengan AF, perkiraan rcsiko
stroke dan komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh AF.
2. T atalaksana antitrombotil(
3. Tatalaksana irama dan kecepatan
a Kardioversi elektrik (bila memenuhi indikasi)
Prosedur :
Kecuali pasien telah mendapatkan
antikoagulan yang adekuat selama 3 minggu atau
onset AF berlangsung < 48 jam, sebaiknya
dilakukan TEE /
TTE terlebih dahulu untuk
memastikan tidak adanya trombus di atrial.
4. Tatalaksana jangka panjang
a. Mencegahtromboemboli.
b. Meredakan / meringankan gejala.
c. Tatalaksana penyakit kardovaskular penyerta secara
optimal.
d. Kontrol kecepatan denyut jantmg.
e. Koreksi gangguan irarna.
5. Talalaksana ablasi nodus AV (Pada Pusat Rujukan
Nasional Jakarta)

l. Edukasi ll. lstirahat cukup


2. Pengobatan rutin
3. Rujuk untuk tatalaksana ablasi

J. Prognosis Ad vitam : dubia


Ad sanationam : dubia
Ad firngsionam : dubia
K. Tingkat Evidens II
L. Tingkat Rekomendasi B
M. Penelaah Kritis dr. Nur Hidaya! Sp.PD
tlr.Mvin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Bambang Wuriatnojo, Sp.PD
dr. Veronika Dyah S, Sp.PD
N. Indikator Medis a- Terkontrolnya irama
Kembalinya irama ke irama sinus bila masih memungkinkan
O. Kepustakaan l. Ilmu Penyakit Dalam.PAPDI I

2. Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Karanganyar, Juli 2019

Ketua Komite Medik KelompokMedik Fturgsional Interna

Prof.DR.dr.H.OS.Hartanto,SpS(K) dr. Nur SpPD


\ y'/
PANDUAN PRAKTIKKLINIK
\
2 m I SMF: PENYAK]TDAI.AM
'/'i I \ RS PKU MTTIAMMADIYAH KARANGA}.IYAR

DIABETES MELITUS
A. Pengertian (Definisi) Kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
kronik yang terjadi karena kelainan sekesi insulin, kerja insulin atau
kedua duanya.

B. Anamnesis Nyeri kepala disertai dua dari gejala berikut :


l. Gejala yang timbul
2. Hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu meliputi : glukosa
daralL A1C, dan hasil pemeriksan khusus yang terkait DM.
3. Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat badan.
4. Riwayat tumbuh kernbang pada pasien anal</dewam muda
5. Pengobatan yang diperoleh sebelumnya secara lengkap.
6. Pengobataa yang sedang dijalani.
7. Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetit hiperosmolar
hiperglikemia, dan hipoglikemia)
8. fuwayat infeksi sebelumnya.
9. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik
:
10. Faklor risiko merokok, hipertensi, riwayat penyakitjantung
koroner, obesitas, d^n riwayat penyakit keluarga.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.


2. Pemen-ksaan ekstremitas alas dan bawalr, termasuk jari.
3. Pemeriksaan flmduskopi.
4. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
5. Pemeriksaan jantung
6. Eyflaqi nadi-
7. Pemeriksaan kulit dan pemeriksaan neurologis. I

8. Pengukuran terkanan darah


D. Kriteria Diagnosis Kriteria Diagnosis DM :
i. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suafu hari tanpa memperhatikan wsku makan {qrakhir atau
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mgldl
puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl
TTOG dilahkan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhi&at yang
dilarutkan ke dalam air.

E. Diagnosis Diabetes Melitus

F. Diagnosis Banding 1. Hiperglikemiareaktif


2. Pre diabetes

G. Pemeriksaan Penunjang l. Glukosa darah puasadan 2 jam post prandiel


2. HbAlc
3. Profil lipid
4. Kreatinil serum
5. Keton, sedime4 dan protein dalam urin
6. ECG

H. Tindakan
I. Terapi Non farmakologis
t.
Edukasi
z. Terapi gizi medis
Farmakologis
t. Terapi Farmakologis Terlampir

J. Edukasi Edukasi terhadap pasien dan/ atau keluarga tentang:


1. Diagnosis
2. Risko dan komplikasi selama perawatan
3. Rencana pemeriksaan penunjang
4. Rencanapenatalaksanaan
5. Faktor risiko penyakit

K. Prognosis Quo ad vitam : dubia


Quo ad sanam : dubia
Quo ad fimctionam : dubia
L. Tingkat Evidens II
M. Tingkat Rekomendasi B
N. Penelaah Kritis dr.Nur Hidaya! Sp.PD
dr. Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Bambang Wuriatmojo, Sp.PD
dr. Veronika Dyah S, Sp.PD

O. Indikator Medis Keadaan umunu tanda vital, keadaan klinis bait gula darah terkontrol
P. Kepustakaan 1. PERKEM. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 201 l.caton of Diabetes Mellitus.
2. The Expert Commite on Tlrc Diagtosis and Classification of
Diabetes Mellitus.Report of The Expert Commitee on The
Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus. Diabetes Care.
Jan 2003 : 26 (Suppl. 1) : 55-20
3. Suyono S. Type 2 is Beta-Cell Dysftmction
Dabetes Mellitus
Prosiding Jakarta Diabetes Meeting 2002 : The Recent
Management in Diabetes and Its Complications : From Molecular
to Clinic. lakafia. 2-3 November 2002. Simposium Current
Treatmetrt in Int€mal Medicine 2000. Jakarta ll-12 November
2000:185-9.
Karanganyar, Juli 2019

Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional Intema

Prof.DR.dr.H.OS.Hartanto,SpS(K) dr. Nur


U at SpPD
\ PANDUANPRAKTIK KLINIK
$ n
SMF: PENYAKITDALAM

ty'rt
t1
N RS PKU MTJIIAMMADIYAH KARANGANYAR

TIEMATEMESIS MELENA
A. Pengertian (Defi nisi) Hematemesis :
muntah darah kehitaman yang merupakan indikasi
adanya perdarahan saluran cema bagian atas. Melena : feses berwama
hitarq biasanya berasal dari peradrahan saluran cema bagian atas.
B. Anamnesis
l. Jumlah, wama, perdarahan
2. RiwaSat konsr"nnsi obat NSAID jangka panjang
3. Riwayat merokok, pecandu alkohol
4. Keluhan lain seperti mual, kembung, nyeri aMomen

C. Pemeriksaan Fisik Merneriksa status hemodinamik :


I. Tekanan darah dan nadi posisi baring
2. Perubahan ortostatik tekanan darah dan nadi
3 . Ada tidalrrrya vasokontriksi gerifet (akral dingin)

4. Kondisi pemapasan
5. Produksi urin

D. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksarm fisik, dan pemeriksaan penrmjang

E. Diagnosis Hematemesis Melena

F. Diagnosis Banding Hemoptoq hem alokezia

G. Pemeriksaan Penunjang l. :
t aborarorium darah lengkap, elektrolit, funesi bati. masa
i

pembekuan dan perdarahan, petanda virus heparitis, ratio


BUN/kreatinin

H. Tindakan
I. Terapi Stabilisasi Hemodinemik
t. Jaga patensi jalan napas
2. Suplementasi Oksigen
3. Akses intravena 2 line dengan indikasi, pemberian cairan
Normal Saline atau Ringet Laktat
+. Evaluasi laboratorium : waktu koagulasi, Hb, Ht, serum
elektrolit, ratio Blood Urea Nitrogen (BUN) : serum kreatinin
s. Pertimbangkan transfusi Packed Red Cell (PRC) apabila
kekurangan darah sirkulasi > 3O o/o atau Ht < 18 7o (atau
menunm > 6 o/o) samlai tdget Ht 20-25 7o pada dewasa muda
atau 30o/o pada dewasa tua
6. Pertimbangkan aansfusi Frcsh Frozen Plasma (FFP) atau
trombosit apabila INR > 1,5 atau trombositopeni
z. Pertimbangkan lntensive Care Unit (tCt] apabila :
a. Pasien dalam keadaan syok
b. Pasien dengan perdarahan aktifyang berlanjut
c. Pasien dengan penyakit komorbid serius, yary
membutuhkan transfusi darah multipel, atau dengan akut
abdomen

Farmekologis
t. Transfi:si darah PRC (sesuai perdarah an yang terjadi dan Hb).
Pada kasus varises transfusi sampai dengan Hb 10 gro/o, pada
kasus non varisestransfusi sampai dengan Hb l2gfl0. Bila
perdarahan berat (25-30%), boleh dipertimbangkan transfusi
whole blood.
z. Untuk penyebab non varises
. Penghambat pompa protoD dalam bentuk bolus maupun
drip tergarrsrng kondisi pasien jika tidak ada dapat
diberikan Antagonis H2 reseptor.
o Sitoprotektor : Sukralfat 3-4 x I gram atau Teprenon 3 x 1
tab atau Rebamipide 3 x 100 mg
o Injeksi vitamin K 3xlampul, untuk pasien dengan penyakit
hati kronis atau sirosis hati.
:. Untuk penyebab varises
o Somatostatin bolus 250 pg + drip 250 mcg/jam intravena
atau okreotide (sandostatin) 0,1 mg/ 2 jam.
. Vasopressin : sediaan vasopressin 50 unit diencerkan
dalam 10O mI Dek$roea 5 %, diberikan 0,5 - 1 mg /menit
IV selama 20-60 menitdan dapat diulang tiap 3{ jam; atau
setelah pemberian pertama dilanjutkan perinfuse 0,1-0,5
U/menit. Pemberian vasopressin disarankan bersamaan
dengan preparat nitrat misalnya nitrogliserin Ivdengan
dosis awal 40 mcg/menit lalu titrasi dinaikkan
sampaimaksimal 400 mcg/menit Hal ini unuk mencegah
insufi siensi aorta mendadak.
o Propanolol, dimulai dosis 2 x 10 mg, dosis dapat
ditingkatkan hingga tekanan diastolik turun 20 mmHg atau
denyut nadi turun 20%
. Isosorbid dinitraVmononitrat 2xl tabletlhari hingga
keadaan umum stabil
. Metoclopramid 3 x 10 mg
o Bila ada gangguan hemostatis obati sesuai kelainan
o Pada pasien dengan pecah variseVpenyakit hati kronik
/sirosis hati dapat ditambahkan : lakhrlosa 4x1 sendok
makarl antibiotik ciprofloksasin atau sefalosporin generasi
ketiga

J. Edukasi Edukasi terhadap pasien dan/ atau keluarga tentang:


1. Diagnosis
2. Risiko dan komplikasi selama perawatan
3. Rencaoa pemeriksaan peounjang
4. Rencanapenatalaksanaan
5. Faktor risiko penyakit

K. Prognosis Quo ad vitam : dubia


Quo ad sanam : dubia
Quo ad functironam : dubia
L. Tingkat Evidens II
M. Tingkat Rekomendasi B
N. Penelaah Kritis dr. Nur Hidaya! Sp.PD
dr. Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Bambang Wuriatmojo, Sp.PD
dr. Veronika Dyah S, Sp.PD

O. Inrlikator Medis Keadaan runum, tanda vital, pemeriksaan penunjang baik


Gejala membaik
P. Kepustakaan l. Adi P. Pengelolaan Perdarahan Saluran Cema Bagian Atas. Dalarn
Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing: 201 0 :447 -452
2. Cirrhosis and its Complications. Peptic Ulcer Disease and Related
Disorders. Dalam Fauci A, Ifusper D, Longo D, Brarmwald E,
Ha,user S, Janreson J, LoscdzoJ, editors. Harison s Prhcipleof
Intemal Medicine. l8th ed. . United States of America: Tb Mc
Graw-Hill Companies. 201 I .

Karanganyar, Juli 2019

Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional Inteina

(/

Prof.DR.dr. H.OS. Hartanto,SpS( K) dr. N Hidayat SpPD


\,r
xil
PANDUAN PRAKTIKKLINIK
SMF: PENYAKITDALAM

)
{r N RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGA}.IYAR

HIPOGLIKEMIA

A. Pengertian (Definisi) Keadaan dengan kadar glukosa darah < 70 m{dL, atau kadar
glukosa darah < 80 mg/dl dengar gejala klinis.

B. Anamnesis l. Gejala dan tantla klinis


. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan daralr
twun
r Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit
bicar4 kesulitan menghitung sementara
r Stadium simpatik : keringat dingin pada muka bibir
atau tangan gemetar
. Stadium gangguan otak berat : tidak sadar, dengan
atau tanpa kejang
2. Penggunaan preparat insulin atau obat hipoglikemik oral
3. Waktu makan terakhir.
4. Riwayatjenis pengobatan dan dosis sebelumnya-
5. Lama menderita DM, komplikasi DM
6. Penyakit penyerta: ginjal, hati, dll
7. Penggunaan obat sistemk lainnya :
adrenergik beta, dll

C. Pemeriksaan Fisik 1. Pucat


2. Diaforesis
3. Tekanan darah menunrn
4. Frekuosi denyut jantung meningkal
5. Penurunan kesadaran
6. Defisit neurologik fokal transien
D. Kriteria Diagnosis Trias Whipple
1. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
2. Kadar glukosa plasma rendah
3. Gejala mereda setelah kadar glukosa plasma meningkat

E. Diagnosis Hipoglikemia
F. Diagnosis Banding l. Efek obat: alkohol, kinin salisilat
2. Hiperinsulinismeendogen
l. Qegal ginjal, sepsis, starvasi, gagal hati, gagal jantung
4. Defisiensi endokrin: kortisol, growth hormone, glukagon,
epinefrin
5. Tumor non-sel : sarkoma,turnor a&enokortikd, hep:tom4
leukimia, limfoma" melanoma

G. Pemeriksaan 1. Kadar glukosa darah


Penrurjang 2. Tes ftmgsi hati
3. Tes firngsi ginjal

H. Tindakan

iI. Terapi Stadium Permulaan (Sadar )


l. Berika gula mumi 30 gr Q sendok makan) atau
sirop/permen gula mumi dan makanan yang
mengandung karbohidrat
z. Hentikan obat hipoglikemik semenlara
3. Pantau glukosa darah sewaktu
4. Pertahankan gula darah diatas 100 mg/dl @ila
sebelumnya tidak sadar
s. Cari penyebab

Stadium Lanjut ftoma hipoglikemia atau tidak sadar dan


curiga hipoglikemia)
t. Diberikan larutan Dekstrosa 4ff/o sebanyak 2 flakon
(50 ml) bolus intravena
z. Diberikan cairan Dekstrosa 10%o per infus, 8 jam per
kolf bila tanpa penyulit lain
r. Periksa GDS
oBila GDS < 50 mpdl- ---+ + bolus Dekstrosa 407o
50 ml IV
r Bila GDS < 100 mgld ---+ + bolus Dekfiosa 40%c
25 ml IV
+. Periksa GDS setiap 15 menit setelah pemberian
Dekstrosa 40%
o Bila GDS < 50 mg/dl ---+ + bolus Dekstrosa 40olo 50
ml IV
o Bila GDS < 100 mgldl ----+ + bolus Dekstrosa 40%
25 mI IV
o Bila GDs 100 - 200 mgldl ---+ tanpa bolus
Dekstrosa 40 %
o Bila GDS > 200 mg/dl --+ pertimbangkan
menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10 %
s. Bila GDS > 10O mg/dl sebanyak 3 kdi berturut-turul,
pemantaurn GDS setiap 2 jam , dengan protokol sesuai
di atas. Bila GDS > 200 mgldL ---+ pertimbangkan
mengganti infus dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9%
o. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut
masing-masing selang 2 jam, p€mantalran GDS setiap 4
jam, dengan Fotokol sesuai diafas- Bila GDS > 2fi)
mg/dl --- pertimbangkan mene€ranti infirs dengan
Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9%
z. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut
masing-masing selang 4 jam, pemeriksaan GDS dapat
diperpanjangsesuai kebutuhan sampai efek obat
pnyebab hipglikemia dipefuirakan sudah habisdan
pasien srdah dapat makan seperti biasa
a. Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan
pemberian antagonis insulin, seperti glukagon 0,5-l
mgIV/IM atau kortisoq adrenal
l. Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah
teratasi, nuka cad penyebab lain atau sudah te4adi
brain damage akibat hipoglikemia berkepanjangan

J. Edukasi Edukasi terhadap pasien dan/ atau keluarga tentang:


l. Diagnosis
2. Risiko dan komplikasi selama perawatan
3. Rencana p€meriksaan penunjang
4. Rencana penatalaksanaan
5. Faktor risiko penyakit

IC Prognosis Quo ad vitam : dubia


Quo ad sanam : dubia
Quo ad functionam : dubia
L. Tingkat Evidens II
M. Tingkaf Rekollsldasi B
N. Penel"ah Kritis Kelompok staf medis (KSM) Interna RS PKU Muhammadiyah
Karanganyar
O. Indikator Medis Keadaan umum, tanda vital baik
Gula darah stabil

P. Kepustakaan 1. Rudianto A. KONSENSUS. Pengelolaan dan Pencegahan


Diabetes Mellitus Tipe 2 di lndonesia 20I I. Jakarta : PB
Perkeni.
2. Cryer PE. Hypoglycemia [n Braunwald E. Fauci AS,
Kasper DL. Hauser SL. Longo DL. Jameson JL. Harrison's
Principles of Internal Medicine. lSth d. New York : Mc
Crraw-Hill;200.
3. Arsana PM. Pumamasari D. Hipoglikemia dan
Hiperglikemia Dalam Abdullah M, Arsana PM, Setyohadi
B, Soeroto AY, Srxyanto A. EIMED PAPDI
Kegawatdaruratan Penyakit Dalam ( Emergency in Intenral
Medicine ). Jakarta : Interna Publishing; 2011; hal 305-13.
Karanganyar, Juli 2019

Ketua Komite Medik Kelompok Medik Intema

Prof.DR.dr.H.OS.Hartanto,SpS(K) dr. Nur PD


PANDUAN PRAKTIKKLINIK
N E
SMF:ANAK
,4
1r'' t N RS PKU MUTIAMMADIYAH KARANGANYAR

DEMAM TIFOID PADAANAK


A. Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang
(Definisi) disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella typhi. Sembilan
puluh enam persen (96 o/o) kasus dernam tifoid disebabkan oleh
lla typln, sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi

B. Anamnesis l Dernam naik secara bertahap setiap hari, mencapai suhu


tertinggi pada akhir minggu pertarn4 minggu kedua demam
terus menerus tinggi.
2. Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi,
anoreksia, nyed kepal4 nyeri peru! diare atau konstipasi,
muntah, perut kanbung.
3 Pada demam tifoid berut dapat dijumpai penurunan
kesadaran, kejang, dan ikterus.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Kssrdaran menurun, detirium.


2. Sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian
tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis.
3. Meteorismus.
4. Hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali.
5. Kadang-k dang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.

D. Kriteria Diagnosis Kriteria klinis:


l. Demam naik secara bertahap setiap hari.
2. Kesadaran menurun, delirium.
3. Malaise, leargi, anoreksia, nyeri kepala" nyeri perut, diare
atau konstipasi, muntatr, perut kernbung (meteorismus).
4, Sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian
tengah kotor dan bagian pinggir hiperermis.
5. Hepatomegali/ splenomegali.
Kriterie laboratorium :
l. Darah tepi pedfer:
rLeukopenia, namun jarang < 3000/ uL.
o Limfositosis relatif
o Trombositopeni4 terutama pada demam tifoid berat.
2, Pemeriksaan serologi:
o Serologi widal: kenaikan titer S. Whi titer O l:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
. Kadar IgG dan IgM.

E. Diagrosis Demam tifoid

F. Diagrosis Banding l. Dengue haemorrhagic fever.


2. Chikungunya fever.
G. Pemeriksaan 3. Darah tepi perifer:
Peaunjang o Anemi4 pada umumnya terjadi karcna supresi sumsum
tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan us.us.
o Leukopenia, namun jarang < 3000/ uL.
o Limfositosis relatif.
r Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
4, Pemeriksaan serologi:
o Serolog'r widal: kenaikan iter S. typhi titer O l:200 atau
kenaikan 4 kali titer fase akul ke fase konvalesens-
o Kadar IgG dan lgM.
5. Pemeriksaan biakan S. typhi:
. Biakan darah terutama pada minggu l-2 dari perjalanan
penyakit.
o Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu
keempat.
6. Pemeriksaan radiologi:
. Foto thoraks apabila dicurigai terjadi komplikasi
pneumonia
. Foto abdomen apabila dicurigai terjadi komplikasi
intraintestinal seperti perforasi usus a&au @Erahan
saluran cema.

H. Tindakan findakan bedah dipertukan pada penyutit perforasi usus.


I. Terapi Medikamentosa
1. Pemberianantibiotik.
o Chloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/ kgBB/ hari
per oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama l0-14 hari.
.Amoksisilin 100 mgl kgBB/ hari per oral atau IV, selama
10 hari.
.Cotrimoksaso I 6 mg/ kgBB/ hari pr onl, selarna l0hari.
. Ceftriaxon 80 mg/ kgBB/ hari per IV atau lM, sekali
sehari, selama 5 hari.
r Cefixime l0 mg/ kgBB/ hari per oral, dibagi dalarn 2
dosis, selama l0 hari.
2. Pemberian kortikosteroid : diberikan pada kasus berat
dengan gangguan kesadaran.
o Deksamethason I-3 mg/ kgBB/ hari per IV, dibagi 3
dosis hingga kesadaran membaik.
Suoortif
l. Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah.
2. Tirah baring.
3. Kebutuhan cairan dan kalori tercukupi.

J. Edukasi Edukasi tentang dasar diagnosis, terapi dan perjalanan


penyakit.
2 Edukasi tentang hygiene pribadi dengan mencuci tangan
sebe lum makan, memasak makanan secara matang, dan
penyediaan air minum yang bersih.
J Edukasi mengenali tanda dini dan komplikasi demam tifoid
dan kapan merujuk ke fasilitas kesehatan.

K. Prognosis a Ad vitam : ad bonam.


a Ad sanationam ad bonam.
:
ra Ad fungsionam : ad bonam.
L. Tingkat Evidcrs
M.Tingkat B
Rekomendasi

N. Penelaah Kritis Dr. Hj. Elief Rohana, Sp.A, M.Kes


Dr. Septiarko, Sp.A

O. lndikator Medis o Bebas demam 24jam tanpa antipiretik-


. Nafsu makan membaik.
r Perbaikan klinis.
o Tidak ditemukan komplikasi.

P. Kepustakaan l. Gunardi, H., dkk. 2011. Kunpulan Tips Pediatri. Jakarta:


Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
2. Pudjiadi, Antonius H., dkk.20o9. Pedomon Pelayanan
Medk. lakartal' Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.

Karanganyar, Juli 2019


Ketua Komite Medik Kelompok Medik F Intema

Prof.DR.dr. H.OS. Hartanto,SpS(K) dr. Nur Sp PD


L, PANDUAN PRAKTTKKLINIK

SMF: PENYAKITDALAM
RS PKU MT]IIAMMADIYAH KARANGANYAR

AKUT KIDNEYIN.TI]RY
A. Pengertian @efinisi) Sindrom yang ditandai oleh penurunan LFG secara
mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang
mengakibafl<an teiadinya retensi produk sisa nitrogen
seperti ureum dan kreatinin.
Peningkatan kreatinin serum O5 mgldl- dari nilai
sebelumny4 penururum CCT jhitung sampai 50% atau
p€nuruvm fimgsi ginjal yang mengakibatkan kebutuhan
akan dialisis.

lB. Anamnesis Adakah keluhan penurunan jumlah BAK


Adakah keluhar badan lernas terus menerus,
mual,muntah
Tanda tanda dehidrasi

C. Pemeriksaan Fisik

D. Kriteria Diagnosis

rE dsarlo.r5r!*r lur..e n SC. a! 3 dCiLc.

trdsa.r '2, tG.tr


rE.5sob .3rMr dn
,pe d "0 5 6clrt- E. v*r

E. Diagnosis Acute Kidney Injury

F. Diagnosis Banding Episode akul pada penyakit ginjal kronik

G. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah rutin, ureum, creatiniq elektrolit,


gula darah, urinalisa
EKG
Radiologis : USG urologi, BNO abdomen

H. Terapi / Tindakan Non Medikamentosa


l.Balance cairan : tenhrkan status hitlrasi pasien,
balance cairan , pengukuran BB tiap hari bila
memungkinkan dan pengukuran tekanan vena
sentral bila ada fasilitas.

Hipovolemia : rehidrasi sesuai kebutuhan.


Bila akibat perdarahan diberikan transfusi
darah PRC dan cairan isotonik, h€matokrit
dipertahaakan sekitar 30 %. Bila akibat
diare,muntah, atau asupan yang kurang dapat
diberikan ceiran kristaloid
Normovolernia : cairan seimbang
(input-{urput)
Hipervolernia : restriksi cairan (input <
output)
Fase anuria/oligouria : cairan seimbang fase
potiuria : 2'/3 cairan yang keluar I

2. Kebutuhan kalori 30 kkal/kgbb/hari ditambah


I 5-2O o/o

3. Kebutuhan protein 1-1,5 gram/kgBB/hari


4. Pertandingan karbohidrat: lemak 70 : 30
5. Suplementasi asam amino tidak dianjurkan.
Medikamentosa
I.
Koreksi gangguan asart basa
2. Koreksi gangguan elektrolit
3. Pemberian fusrosemid bersamaan dengan
dopamin dapat membantu pemeliharaan fase
nonoligouri, tetapi terapi harus dihentikan bila
tidak memberikan hasil yang diinginkan

I. Edukasi - Jumlah input cairan sama dengan output


- Penjelasan tentang kondisi, penatalaksanaan, serta
prognosisnnya

J. Prognosis L- Ad vitam : dubia


Ad sanam : bonam
Ad frrngsionam : bonam
I

K. Tingkat Evidens III


L. Tingkat Rekomendasi A
M. Penelaah Kritis dr. Nur Hidayat, Sp.PD
dr. Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Banftang Wuriaanojo, Sp.PD I

dr. Veronika Dyah S, Sp.PD


N. Indikator Medis Perbaikan angka Kreatinin, ureum

O. Kepustakaan l. Ilmu Penyakit Dalam.PAPDI


2. Panduan Pelayanan Medik PAPDI

Karanganyar, Juli 2019

Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional Intema

Prof.DR.dr.H.OS. Hartanlo,SpS(K) dr. Nw SpPD


I

4 PANDUANPRAKTIKKLINIK
9d SMF : PENYT\KITDALAM

lr, I N
RS PKU MI-'HAMMADIYAH KARANGANYAR

SIROSIS HATI
A. Pengertian Penyaktt krods yang ditandai dengan bilangnya arsitektur
(Definisi) lobulus normal oleh fibrosis, dengan destruksi sel
parenkim disertai dengan regenerasi yang membentuk
l
nodulus.

B. Anamnesis l. Perasaan mudah lelah dan berat badan menurun


2. Anoreksi4 dispepsia
3. Nyeri aMomen I

4. Jarmdice, gatal, warna urin lebih gelap dan feses dapat


]

lebih pucat
5. Edema tungkai atau ascites
6. Perdarahan: hidung, gusi, saluran cema
7. Libido menurun
8. Riwayat : jaundice, hepatitis, obat-obatan hepato
toksik, transfirse darah
9. Kebiasaan minum alkohol
10. Riwayat keluarga : penyakit hati, penyakit autoimun
11. Perlu juga dicari gejaladantanda:
o Gejala awal sirosis (kompensata) :

Perasaan mudah lelatr dan lemas, selera makan


berkurang, p€rasaan perut kembung, mual, berat
badan menurun.
o Gejala lanjut sirosis (dekompensata) :
Bila terdapat kegagalan hati dan hipertensi portal,
meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur,
demam subfebris, perut membesar. Bias terdapat
gangguan pemb€kuan damh, perdarahan gusi,
epistaksis, hematemesis melena, icterus,
perubahansiklus haid, serta perubahan mental. Pada
laki-laki dapat impotensi, buah dada membesar,
hilangnya dorongan seksualitas.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Status nurisi, dernam, fetor hepatikum, icterus,


pigmentasi, purpur4 clubbing finger, white nails, spider
naevi, eritema palmaris, ginekomastia, atrofi testis,
distribusi rambut urbulu kelenjar pmotis,
kontraktur dupuyhen, hipogonadisme, asterixis
bilateral, tekanan darah.
2. Abdomen : asites, pelebaran vena abdomen, ukuran hati
bias membesar,/norma/kecil, splenomegaly.
3. Edema perifer
4. Perubahan neurologis : fungsi mental, stupor, tremor

D. Kriteria Diagnosis Kriteria Diagnosis DM :


1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200
mldl
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan wakhr makan terakhir atau
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126
mg/dl
puasa diartikan pasien tidak meadapat kalori
tambaYw sedtkituya 8 jan.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mgldl
TTOG dilalrukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75
gram glukosa anhidrat yang dilarutkan ke dalam air.

E. Diagnosis Sirosis Hati


F. Diagnosis Banding Hepatitis Kronik Akut

G. Pemeriksaan 1. Laboratorium
Penrmjang a Tes biokimia hati
o SGOT/SGPT : dapat meningkat tapi tak begitu
tinggi, biasanya SGOT,lebih meningkat dari
SGPT, dapat pula normal
. Alkali fosfatase: dapat meningkat 2-3x dari
batas norrnal atau sotmal
o GGT : dapat meningkat atau normal
o Bilinrbin : dapat norrnal atau meningkat
o Albumin : menuntn
o Globulin meningkat : rasio albumin dan globulin
terbalik
. Waktu protrombin : memanjang
b. Labotutorium )ainnya
Sering terjadi anemia trombositopeai4 leukopeni4
neutropenia dikaitkan dengan hipersplenisme. Bila
terdapat asites, periksa elektrolit, ureum, kreatinin,
ukur volum urin 24 jart, dan eksresi natrium urin
2. Pencitraan
USG, CT Scan

H. Tindakan
I. Terapi Non farmakologis
l. Istirahat cukup
I

Farmakologis
t. Terapi Farmakologis Terlampir

J. Edukasi Edukasi terhadap pasien dan/ atau keluarga tentang: I

1. Diagnosis
2. Risiko dan komplikasi selama perawatan
3. Rerrcana pcmeriksaan penrrrlaB
4. Rencana penatalaksanaan
5. Faktor risiko penyakit

K. Prognosis Quo ad vitarn : dubia


Quo ad sanam : dubia
Quo ad functionarn : dubia
L. Tingkat Evidens II
M. Tingkat B
Rekomendasi
N. Penelaah Kritis dr. Nur Hidayat, Sp.PD
dr. Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Bambang Wuriatmojo, SpPD
dr. Veronika Dyah S, Sp.PD
O. lndikator Medis Keadaan umum, tanda vital, keadaan klinis baik, gula darah
terkontrol l

l. PERKENI. Konsensus Pengelolaan Dabetes Melitus


Tipe 2 di Indones ia. 201 1 .caton of Diabetes Mellitus.
2. The Expert Commitee on The Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus.Report of The Expert
Commitee on The Diagnosis and Classification of
Diabetes Melitus. Diabetes Care. Jao 2003 : 26 (Suppl.
l) : 55-20
3. Suyono S. Type 2 Diabetes Mellitus is Beta-Cell
Dysfunction. Prosiding Jakarta Diabetes Meeting 2002 :
The Rec€llt Managemert in Diabctes and lts
Complicatio,ns : From Molecular to Clinic. l^kfita- 2-3
November 2002. Simposium Current Treatment in
Internal Medicine 2000. Jakarta. I l-12 November 2000:
18t99

Karanganyar, Juli 201


Ketua Komite Medik Kelompok F Intema

DR.dr.H.OS.Hartanto,SpS(K) dr. Nur H SpPD


PANDUAN PRAKTIKKLINIK

1ill SMF: PENYAKITDALAM


a) RS PKU MUHAMMADTYAH KARANGANYAR

PENYAKIT GINJALKRONIK
A. Pengertian (Definisi) Kenxakan ginjal yang te4di lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional dengan atau tanpa
penurunan LFG, atau
I
Penurunan LFG < 60 mL/menfi/|,73 m2 selama 3
bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

B. Anamnesis 1. Adakah riwayat hipertensi, diabetes, batu saluran


kencing, prostat, tumor intraaMomen, SLE
2. Adakah keluhan penurunan produksi urin
3. Adakah keluhan badan lemas terus menerus,
mual,muntafL kulit gatal, sesak.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Oedem palpebra. conjunctiva pucat


2. Uremic froslpruritus
3. Peningkatan JVP, cardiomegali
4. Penurunan fremitus paru, Ronki basah halu I

5. oedem ekstremitas
D. Kriteria Diagnosis l. Laboratorium : adanya penunman fimgsi ginjal
berupa peningkatan kadar ureum kreatinin serum, I

dan penurunan LFG, penurunan kadar


hemoglobin, kelainan urinalisa meliputi
proteimrria" cas! hernattrd
2. USG : ukuran ginjal mengecil korteks menipis,
hidronefrosi s, kista, massa batu.

E. Diagnosis t {rrl al kronik stadium :


Stadium LFG (mUmenitll,73 m2)
I >90
II 60-89
rIr 30-59
IV 15-29
< 15
F. Diaguosis Banding Gagal Ginjal Akut

G. Pemeriksaan Penunjang l. t aboratorium darah rutin, ureum, creatinin, elektrolit,


albumin, HbsAg antiHCV ,urinalisa, AGD, TIBC,
T erritin serum
2. EKG
3. Radiologis : USG urologi, BNO abdomen

H. Terapi / Tindakan Non Medikamentosa


1. Balance cairan
2. Asupan kalori :35 kkaVkgBB/hari
Asupan lemak : 30-40% kalori total dan
meagandung jumlah yang sama altar asam lemak
bebas jenuh dan tidak jenuh
Asupan karbohidrat 50-6Y/o dari kalori toral
Diet rendah garam 2-3gram/han
Proten 0,6-0,8 gnmkgBB/hari (sebeluna
hemodialisa)
Protein 1,0- 1,2 gramlkgBB/had (hemodialisa)
Protein 1,2-1,4 gram/kgBB/had (CAPD)
Rendah kalium 40-70 mEq/kgBB/hari
Medikamentosa
1. Anti hipertensi menguunakan ACEi alau ARB. Bila
terdapat peningkatan kreatinin > 35% atau terjadi
hiperkalemi segera dihentikan
2. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 gldL
3. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-
22$EqlL
4. Ifunlrol distigidemi deogan taget LDL < 100
mg/dldianj urkan golongan statin
5. Calcifiol : untuk mencegah osteodishofi
6. Asam folat 8OOmg/hari
7. Pengikatfosfat (CaCO3)
8. Furmemid (bila ada overKdrasi)
s. Hemodialisa(RuJiJK)
L Edukasi l. Meafutasi jrmlsh 111pv1 ga;rwr sama dengan
output
J. Nlg6lstasl makanan tinggi kalium
3. Rutin untuk hemodialisa
J. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad firngsionam : dubia
K. Tingkat Evidens T
L. Tingkat Rekomeildasi B
M. Penelaah Kritis dr.Nur Hidaya! Sp.PD
dr.Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Bambang Wuriatmojo, Sp.PD
dr. Veronika Dyah S, Sp.PD

N. lndikator Medis Darah rutful Kreatinin, Ureum dan elektrolit


O. Kepustakaan 1. Iknu Penyakit Dalanr.PAPDI
2. Pandun Pdayanan Medik PAPDI

Karanganyar, Juli 2019

Kehla Komite Medik Kelompok Medik Interna

R.dr.H. OS.Hartanto,SpS(K) dr. Nur SpPD


rt. 4 PANDUAN PRAKTIK KLINIK

i' SMF : ILMU PENYAKIT DALAM


N
r1
r' \\ RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

SINDROM KORONERAKUT DENGA]\ ELEVASI ST SEGMEN (STEMI)

A. Pengertian Adalah kejadian oklusi mendadak di arteri koroner epikardial


(Definisi) dengan gambaran EKG elevasi segnen ST.

B. Anamnesis Nyeri dada substernal


o Lama lebih dari 20 menit
oKeringat dingin
oDapat disertai penjalaran ke lengan kiri, punggung, rahang
dan ulu hati.
:
Terdapat salah satu atau lebih faltor risiko kencing manis,
i
kolesterol, darah tinggi, keturunan.

C. Pemeriksaan Fisik Secara umum dalam batas normal, kecuali ada komplikasi dan
alau komorbiditi

D. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnests


2- Pemeriksaan EKG
- Elevasi segmen ST > I mm di minimal dua lead yang
berdekatan.
- Tcrdapat erohni pada EKG l jam kemudian

E. Diagnosis Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan elevasi segmen ST

F. Diagnosis Banding t. Angina prinzmetal


2. LV aneurisma
). Perikarditis
4. Brugada
5. Early repolarisasi
6. Pacemaker
7. LBBB lama
8. Gagal jantung

G. Pemeriksaan I. EKG
Penunjang 2. :
Laboratodum Hb, H\ Leukosit, Tromb,osit, Ureum,
Kreatinin, Gula darah sewaktu, CK-MB, dan hs Troponin
atau Troponin
3. Rontgen Thoraks AP

H. Tindakan
l. Terapi t. Fase Akut di UGD
a. Bed rest total
b. Oksigen 2-4 L / menit
c. Pemasangan IVFD
d. Obat-obatan :
- Aspi'let 320 mg kunyah
- Clopidoglel (untuk usia < 75 tahun dan tidak rutin
mengkonsumsi clopidogrel)berikan 300 mg.
- Nitrat sublingual 5 mg, dapat diulang sampai 3 (tiga)
kali jika masih ada keluhan, dianjurkan nitrat iv bila
keluhan persisten
- Atorvastatin 20-40mg
- Morfin 2-4 mg iv jika masih nyeri dada
e. Monitoring jantung

2. Fase Peawatan intensif di ICU (24-36 jam)


a. Obat-obatan :

- Simvastatin lx2040mg atau Atorvastatin lx20-


40mg jika kadar LDL di atas target
- Aspilet lx8Omg
- Clopidogrel lx75 mg
- Bisoprolol lxl.25mg jika fungsi ginjal bagus, dosis
dapat diuptitrasi; diberikan jika tidak ada kontra
indikasi
- ACE-I jika terdapat infark anterior , diberikan jika
tidak ada konsedrasi
- Jika intoleran dengan golongan ACEJ dapat
diberikan obat golongan ARB. Candesartan
1xl6mg, Valsartan 2x80mg , Irbesartan 1x300mg.
- Obat pencahar 2XIC.
- Alprazolam 2x5mg
- Fondaparinux lx2,5mg SC
- Jika tidak dilakukan primary PCI diberikan
heparinisasi dengan fondaparinux 1x2,5 mg
b. Monitoring kardiak
r. Puasa 6 jam
d. Dietjantung I l800kkal/24jam
e. Total cairan l800cc/24 jam
f Laboratorium :profil Iipid ftolesterol total, E{DL, LDL,
trigliserid) dan asam urat.

3. Fas€ Perawatan Biasa


a. Sama dengan langkah 2 a-f (diatas)
b. Rehabilitasi dan prevensi sekunder

J. Edukasi I Edukasi gizi dan pola makan


2 Edukasi factor risiko
3 Edukasi gaya hidup sehat
4 Edukasi obat-obalan

K. Prognosis Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad sanam ad bonam

Quo ad functionam ; ad bonam


L. Tingkat Evidens I

M. Tingkat A
Rekomendasi
N. Penelaah Kritis dr. Nur Hidayat, Sp.PD
dr. Vivin Hudiyanti, Sp.PD
dr. Veronika Dyah P., Sp.PD
&. Bambang W-, Sp.PD
O. lndikator Medis - Pemberian aspirin dalam 24 jam pertama pada pasien
dengan STEMI
- Pemberian aspirin pada pasien STEMI saat pulang

P. Kepustakaan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2016. Panduan Praktik


Klinis (PPK) da$ Ctinicat Parhway (CP) Peryakit Janturg dan
Pembuluh Darah- Jakarta. PERKI .

Karanganyar, Juli 2019

Kehta Komite Medik Kelompok Intema

Prof DR.dr.H.OS. Hartanto,SpS(K ) dr- Nur Sp PD

Anda mungkin juga menyukai