Anda di halaman 1dari 46

.

#
;,:,r\
TI

PAITDUAN PRAKTEK KLII\IIK


KSM OBSGIN

I h
r -.*-'-*-'.*-

I
' +i=t':iP4
U

IF
t
T

I
I
s I - I

-umah Sakit PKU


tr Krrrnganyar
RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR 1TT
' "ffil1?'li:llffil;'f'tr'%ilfl':1r',iTf'!0s5772
e-mail : rspkumuhammadiyah@yahoo.com
t'5;
pyd\i\-)
KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAII SAKIT PKU MUIIAMMADIYAH KARANGANYAR


NOMOR : 25.VKEP/III.6.AU/H/2019

TENTANG

PANDUAII PRAKTIK KLINIS KSM KEBIDANAN DAN


PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADryAH KARANGANYAR

Menimbang a. bahwa sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, RS


PKU Muhammadiyah Karanganyar hanrs mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bennutu dan mampu meningkalkan derajat kesehatan
masyarakat

b. bahwa Panduan Praktik Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan


merupakaa acuan dalam melaksKebidanan dan Penyakit Kandunganan
Pelayanan di Rumah Sakit PKU muhammadiyah Karanganyar , perlu
adanya kebijakan Direktur tentang Panduan Praktik Klinis KSM Kebidanan
dan Penyakit Kandungan

c. bahwa sehubungan hal t€rsebut diatas perlu diarur dan ditetapkan dalam
Keputusaa Direktur RS PKU Muhammadiyah Karanganyar

Mengingal l. Undang - Undang Republik lndonesia Nomor 36 Tahm 2009 tentang


Kesehatan
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
4. Peraturan Mentri Kesehatan No 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
5. Konsil Kedoktsran Indonesia Tahun 2006 tentang Manual Persetujuan
Tindakan Kedokterdn
6. Peraluran Menteri Kesehatan Nomor 1438/PER/MENKES/X/2010
Tentang Standar Pelayanan Kesehatan
7. Keputusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kamnganyar
Nomor. I 20/KEP/II.O/D/20 I 9 tertanggal 24 Ma 2019, Tenr4ng
Penetapan Penjabat Direktur RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
MEMUTUSKAN!
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
KARANGAI.IYAR TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIK KSM
KEBIDANAN DAN PENYAKIT KAI\DUNGAN RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Kesatu Mencabnt SK Nomor 038.9,{U.6.AU/ Hl 2017 d Memberlakukan Panduan


Praktik Klinis KSM Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Karanganyar sebagaimana terlampir dalam keputusan hi.

Kedua Panduan Praktik Klinis KSM Kebidanan dan Penyakit Kandungan dijadikan
acuan dalam mernberikan pelayanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Karanganyar khususnya pada kasus Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Ketiga Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian had
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

Ditetapkan , di Karanganyar
Padatanggal,, 23 Dzuloo'dah 1440 H
uli 2019 M

-r
-..
'". /' NBT,I I 186047
,t
LAMPIRAN

SURATKEPUTUSAN

DIREKTT]R RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGA}.IYAR

NOMOR : 25.YKEP/III.6.AU/W2019
TANGGAL :25 llJLl2019
TENTANG

PANDUAN PRAKTIK KLINIS KSM KEBIDANAN DAN


PE}.{YAKIT KANDUNGAN
DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIK

OBSGYN

I . Blighted Ovum. .... . ... .. . .


2. Abortus... .. .

3. Adneksitis...
4. Distosia Bahu...................
5. EPH Gestasional......
6. Hiperemesis Cravidarum. .. .. .. .

7. Kista Bartolini..................
8. Perdarahan Ante Partum.......
9. Perdarahan Pasca Persalinan..
Bokong...........
10. Presentasi
ll.RupturUteri.
12. Sectio Ceasaria...... . .. ... ... ...
l
1,. PANDUAN PRAKTIK KLINIK
i n
\ ; SMF OBSGYN
-s ( r+

,
I

RS. PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

ADNF)KSITIS AKI]T

A. Pengertian Ruptura uteri : robeknya dinding uterus pata saat


(Definisi) kehamilan atau persalinan dengan atau tanpa robeknya
peritoneum viscerale. Jenis-jenis rupture uteri antara lain
: Ruptur Uteri Spontan, Ruptur Uteri Traumatilq dan
Ruptur Uteri JaringanParut
B. Anamnesis Pada anamnesis biasanya didahului dengan gejala rupture
uteri membakat, yaitu :
- HIS yang kuat dan terus menerus. rasa nyeri yang
hebat diperut bagian bawah.
- Pasien merasa kesakitan yang luar biasa, gelisah,
takut" pucat dan keluar keringat dingin
- Pernafasan jadi dangkal dan cepa! kelihatan haus
- Muntah-muntah akibat perangsangan peribneum
- Syok, nadi kecil dancepa! tekanan darah turun
bahkan tak terukur
- Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tak
terlalu banyak
- Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang meajalar
ke tungkai bawah dan bahu
- Kontrkasi uterus biasanya hilang
- Terdapat defuns muscular dan kemudian menjadi
kembung dan m eteorism us
2 Adanya Faktor predisposisi seperti :
- MultiparitaVGrandemultiPara
- Pernakaian oxytoain untuk induksi/stimulmi
persalinan yang tidak tePat
- Kelainan letak dan implantasi plasenta
- Kelainan bentuk uterus
Hidram nlon

lC.
femeritsaan Fisik l. Generalisata:
- Keadaan umum pasien biasanya gelisah, Taki
kardi dan hipotensi merupakan indikasi dari
i

kehilangan darah akut.

L ll-llggr !l*lvl'
--
Pemeriksaan aMomen : teraba bagian-
bagian janin

sewaktu persalinan)kontur uterus yang


abnormal atau perubahan kontur uterus yang
tiba+iba dapat menunjukan adanya ekstruksi
janin. Ko*traksi uterus dapat hrhenti mendadak
dan bunyi jantungjanin tiba+iba menghilang,

Sewaktu atau segera melahirkan) abdomen


J sering sangat lunak disertai dengan nyeri
lepas mengindikasikan adanya perdarahan
intra peritoneum.

Perneri ksaan Pelvis :

- Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami


regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina
bila janin telah mengalami eksrusi kedalam
rongga peritoneum .
- Perdarahan pervaginam mungkin hebat
- Ruptur uteri setelah melahirkan dikenali dengan
eksplorasi manual segnen uterus bagian bawah
dan kavum uteri. Segmen uterus bagian bawah
merupakan ternpat yang paling lazim dari ruptur.
L

D. Kriteria Diagnosis Kriteria diagrosis ditegakan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
t. Sakit pena mendadak
2. Perdarahan pervaginam
3. Syok yang cenderung tidak sesuai dengan jumlah
darah yang keluar karena adanya perdarahan intra l
aMominal
4. Adanya penyulit operasi pada rahim. trauma.
partus sulit, dsb. I

5. Kadang-kadang disertai aspek napaVnapas cuping I

hidung atau sakit di


bahu karena tekanan
napasnya intra abdominal pada diafragma l

6. Teraba bagian janin langsung dibawah kulit


dinding perut disertaitanda sakit perut mendadak,
bunyi jantung janin tidak terdengar
7. Kadang urin hemoragis
E.D lagnosrs Ruptur Uteri
F. Diagnosis Banding t. Moladestruens
) Kehamilan ekstopik lanjut terganggu
G. Pemeriksaan I Laboratoriun : Hb, leukosit, LED
Penunjang 2 USG
H. Tindakan I Atasi syok dengan s€ger4 termasuk infuse cairan
intravena, pemberian darah, oksigen dan antibiotika

2 Laparotomi :
- Segera cari sumber perdarahan, Iakukan haemostati s
- Sclurjutnya nilai dinding robcka
- Robekan campang camping lakukan hysterektomi
subtotal
- Robekan disegment bawah dan tepi dapat diperbaiki,
lakukan hystereoraph i + tubektomi

J. Edukasi Memberikan penjelasan mengenai penyakit dan kondisi


pasien sampai kemungkinan terjadi sepsis
Membtikan patjelasan tentang komplikasi panyakit dan
1'l tindakan yang akan dilakukan seperti histerektomi

J. Prognosis I Ad Vitam : ad bonam


2 Ad Sanationqn: ad bonam
J. Ad Functionam: ad malam

K. Tingkar Evidens Oasis: EBPM)


L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis Nita Tri Kumiati SpOC
Teguh Prakos4Sp OG Onk (K)
tt_
N. Indikator Medis
O. Kepustakaan
+ Cuningharn F.G.MD, Mac Donald P.C.MD,
I' Caret N.F.MD, Abortion, William Obstetric l8ed,
Applerrton & Large Connecticut p.489-509
2 Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan dalam lamanya kehamilan ln: IImu
Kebidanan, Edisi II, hal 258-277, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta I98

Karanganyar, Juni 2019


Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :
Ketua Komite Medik Kelompok Mcdik Fungsional

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiati, Sp OC


PANDUANPRAKTIK KLINIK
SMFOBSGYN
u
\
, N
\\
RS. PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
I

BLIGHTED OVUM

F
Pengertian (Definisi) Kehamilan anembrionik @lighted ovum) adalah
lA kehamilan palologik, dimana mudigah tidak terbentuk
sejak awal. Di samping mudigah, kantong kuning telur
juga ikut tidak terb€ntuk.
B. Anamnesis 1 Terlambat haid
2. Perdarahan pervaginam
-l Gejala objektif dan subjektif kehamilan ( tanda tak
pasti dan pasti )

C. Pemeriksaan Fisik 1 Palpasi:


Supel, Nyeri tekan (-), TFU tidak teraba
l
2 lnspeksi:
Tampak darah keluar dari vagina
3 lnspekulo:
Tampak darah ketuar dari OUE', OUE teftuttp
D. Kriteria Diagnosis l. Ederna
"| Proteinuria
; Hipertensi
4. Pada eklamsia ada kejang atau koma

E. Diagnosis Blighted Ovum

F. Diagnosis Banding Abortus

tG . Pemeriksaan Penunjang ll. USG:


Tasrpak kantong kehamilan tidak tampak bagian-
2 bagian janin
Laboratorium:
PP test

H. Tindakan t Dilatasi dan kuretase (SOP dilatasi dan kuretase)


I. Tcmpi 1 Terapi p,ost kurette
- Antibiotik
- Analgetik
Edukas I Kehamilan sudah tidak bisa dipertahankan
2 Penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
@ilatasi dan kuretase)

J. Prognosis l. Ad Vitam : dubia ad bonam / malam


2. Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
J. Ad Fumgsionam : dubia ad bonam / malam
K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kumiati SpOG
dr Teguh Pmkosa"Sp OG Onk (K)

N. Indikator Medis
l
O. Kepustakaan l. Hanifa W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
2. Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan
Patologi. Ed 2. Jakarta: EGC
Karanganyar, Juni 2019

Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiati, Sp OG


PANDUAN PRAKTIKKLINIK
u SMFOBSGYN
\
--:j
,
RS. PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
I

ADNEKSITIS AKUT

A. Pengertian Yang termasuk penyakit radang pelvis ialah terjadinya


(Definisi) infeksi pada genitalia Intema yang disebabkan oleh
be$agai mikroorganisme yang dapat tnenyefimg
endometrium, tuba, ovanum maupun daerah
parametrium, baik secara asenden, per kontinuitatum
dari organ sekiamya afau secara hema0ogen. Penyakit
ini erat sekali hubungannya dengan penyakit hubungan
seksual (PHS).

Paryakit ini dapa dibagi menjadi 2 bagian besar, yakni


l. Penyaklt radang pelvis akut
2. Penyakit radang pelvis konis
ls l. Badan terasa panas sekali, sakit kepala, malaise
2. Nyeri perut bagian bawah, terutama di daerah di atas
3. simfisis
4. Keluamya cairan dari kemaluan berupa nanah
Ada fakor risiko, srpcrti pemakam AKDR, pekerjaan
isteri alau suami di tempat kemungkinan penyebaran
PHS tentinggi seperti di tempat prostitusi, diskotek,
pasca tindakan peryaginam, dan lain-fain

C. Pemeriksaan Fisik Nyeri tekan perut bagian bawah


2 Terdapat cairan sep€rti nanah keluar dari ostium uteri
., Terasa nyeri waktu ditekan dan digoyang pada daerah
genitalia intema (unilateral atau bilateral)
4 Daerah adneska yang terinfeksi teraba kaku dan nyeri
5 tekan
Mungkin pula teraba massa dengan bebas tak tegas
diserati fluktuasi
D. Kriteria Diagnosis
E. Diagnosis
F. Diagnosis Banding I Appendisitis akut
2 Tumoe septik
3 Tumor ovarium terinfeksi
G. Pemeriksaan I Laboratoriun : Hb, Ieukosit, LED, biakan cairan
Penunjang 2 serviks
USG
H. Tindakan I Rawat lnap
2 Konsultasi dan rawat bersama bagian bedah dan
radiologi @ila dibutuhkan foto abdomen)
I Terapi Rawat Jalan bila
-Bila keadaan umum baik dan suhu kurang atau
sama dengan 39oC, nyeri abdomen minimal,
penatalaksanaan berupa
a. Antibiotik spektrum luas ftombinasi)
b. Angkat AKDR
c. Analgetik
2 d. Tirah baring
l
Rawat inap bila
- Bila keadaan umum kurang (tampak sakit
beraf), atau suhu
) lebih dari 39oC dan nyeri abdomen yang hebat

Terapi
Tirah baring total (posisi Fowler)
Pembatasan makanan via mulut
Pemberian cairan iv untuk menc€gah dehidrasi
dan ukur diuresis dalam 24 jam (pasang Dauer
Kateter)
Pasang NGT bila perut kembung atau ileus
Antibiotik berspektrum luas (kombinasi)
dengan cara pemberian parenteral
Ditakukan kolpotomi dm drainase nrelalui
kawm Dougiasi, bila kawm terisi pus dan
fluktuasi positif. Atau lakukan laparatomi
eksplorasi bila konservatif tidak menunjukkan
perbaikan
Bila telah terjadi abses tubo-ovarial sebaiknya
dilakukan terapi konservatif selama 3 hari
dengan harapan massa akan mengecil.
Laparatomi dilakukan bila tidak ada perbaikan
Pemantauan atau evaluasi keadaan penderita
dan keadaan penyakit dilakukan ssara sec,ara :
klinis, laboralorium, dan USG
]-
J. Edukasi l. Resiko
) Penanganan
- Lana WrawaErn: 3 hari setelah bebas demam,
dengan catatan keadaan umum baik, penderita
dapat bemba jalan
J - Masa pemulihan : 10-'15 hari
Penyulit
- Sepsis, rejatan sepsis ireversibel
Infertilitas
J. Prognosis t.
.,
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationem: ad bonam
3. Ad Functionam: ad bonam

K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kumiati SpOG
dr Teguh Prakos4Sp OG Onk (K)
N. Indikator Medis
O. Kepustakaan l. Cuningham F.G.MD, Mac Donald P.C.MD,
Garet N.F.MD, Abortion, William Obstetric l8ed,

Applenton & Large Connecticut p.489-509


2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
I
Kelainan dalam lamanya keharnilan In: Ilmu
Kebidanan, Edisi lI, hal 258-277, Yayasan Bina
Pustaka Jakarta 198
3. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan
RSU dr Soetomo SurabayaPedoman diagnosis dan
terapi Edisi Ill 2008

Karanganyar, Juni 2019

Disetujui Olefi : Dibuat Oleh :


Ketua Komit€ Medik Kelompok Medik Fungsional

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiati, Sp OG


I
,u/ n
\ PANDUAN PRAKTIK KLINIK
rl SMFOBSGYN
- z
tr RS. PKU MT'IIAMMADIYAH KARANGANYAR

DISTOSIABAHU

A. Pengertian Persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau


(Defrnisi) tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran
satuan waktu tertentu.

B. Anamnesis Riwayat persalinan, apakah mengalami kesulitan persalinan


yang lalu atau normal saja (pervaginam).

2 Peikinan beiat janin

C. Pemeriksaan Fisik Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan

2 Mengosongkan kandung kemih, rectum serta membersihkan


.-_
,.*"""r,*"ttt 3 cm sesudah 8 jam in
partu (perpanj angan fase laten).
ll. Frekuensi dan larnanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per
rnenit dan kurang dari 40 detik (inetsi uteri).
Terjadi inersia uteri sekunder (bertrexrtinya kontraksi otot-
l, otot uterus secara sekunder diagnose CPD ). Terjadi pada
fase aktifkala I atau kala II.
Adanya edema serviks, fetal dan matemal distr€ss. Terdapat

il
tanda ruptur uteri imminens ftarcna ada obstruksi)
i: Pembnrkaan scwiks lengkap tetapi kepala tetap pada
(
posisinya dalam vagina) walau ibu mengedan sekuat
mungkin, tidak ada kemajuan penurunan (kala II lama).
Tidak terjadi putaran paksi luar apabila telah lahir (distosia
bahu)
*Tuttle Sign" kepala terdorcng keluar tetapi kembali ke
dalam vagina setelah kontraksi atau ibu berlrcnti
mengedanintroitus vagina

E. Diagnosis Distosia Bahu


----1
F. Diagnosis Banding I. DKP
G. Pemeriksaan I Inspekulo
Penuniang
H. 'l-indakan Tindakan Pertolongan Persalinan
')
A = Ask for help (bekerja tim)
L = Lift (bokong-kaki) )Manuver McRobert
o Lakukan manuver McRobert's - Massanti

- Dengan posisi ibu berbaring pad.a punggungnyu


meminta ibu untuk merurik kedua lututnya sejauh
mungkin ke arah dadanya Minta dua asisten untuk
membantu ibu

- Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus


ke arah bawah (ke arah anus ibu) untuk
menggerakkan bahu anterior di bawah simfisis
pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada kepala
bayi karena mungkin akan melukainya

Secara trersamaan salah satu asisten untuk


memberikan sedikit tekanan suprapubis ke arah
bawah dengan lembul Jangan lalukan dorongan
pada furdus, karena akan mernpengaruhi bahu
lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptura uteri
\

A = Anterior disimpaction of shoulder


)
- Suprapubic pressure manuver Massanti
- Rotare to oblique internal ) manuver Rubin

a Jika bahu tetap tidak lahir : (manuver rubin-wood)

- Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan lakuken


penekanan pada bahu anterior, ke arah sternum
bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi
diameter bahu. Jika perlu, lakukan penekanan pada
bahu posterior ke arah sternum

( )

B
180

R = Rotation of the poserior shoulder )


Manuver Wood
M= Manual removal of posterior arm ) Manuver
Schwartz
Jika bahu masih tetap tidak lahir : (manuver Schwartz)
- Masukkan satu tangan ke dalam vagina dan
p€gang tulang lengan atas yang hrada pada posisi
posterior

Fleksikan lengan bayi di bagian siku dan letakkan lengan


tersebut melintang di dada bayi

I. Edukasi
J. Prognosis l. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanationem: ad bonam
Ad Functionam: ad bonam

K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kumiati SpOG

dr Teguh Prakosa, Sp OG Onk (K)


N. Indikator Medis
''-'f-_-
O. Kepustakaan l. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Standar
Pelayanan Medik, hal:21, Jakafia 2006

Karanganyar, Juni 2019


Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :
Ketua Komite Medik Kelompok F

Prof. Dr. dr. 0s Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiati, Sp OG


PANDUAN PRAKTIK KLINIK
SMF OBSGYN
I
\ n
\
.z
\ RS. PKU MUHAMMADTYAH KARANGANYAR

EPH GESTOSIS
A. Pengertian :
Hipertensi dalam kehamilan Preeklamsia dan
(Definisi) Eklamsia
- Preeklamsia
Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
fimbu.l sebelum 20 minggu bila terjadi
penyakit trofoblastik
- Eklamsia
a. Kelainan akut pada vanita harnil,
dalam persalinan atau nifas yang
ditandai timbulnya kejang dan atau
i
koma. Sebelumnya wanita tadi
menunjukkan gejala preeklamsia.
(Kejang timbul bukan akibat kelainan
neurologis)
b. Hipertensi Kronis
c. Hipertensi yang menetap oleh sebab
I
apapun, yang ditemukan pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu, atau
hipertensi yang menetap setelah 6
minggu pasca persalinan
d. Superimposed preeklamsideklamsia
e. Timbulnya preeklamsia atau eklamsia
pada hipertensi kronis
f. Tmnsient lqperlettsion
g Timbulnya hipertensi dalam kehamilan
pada wanita yang tekanan darahnya
normal dan tidak mempunyai gejala
hipertensi kronis atau
preeklamsia/eklamsia
B. Anamnesis Kehamilan dengan hipertensi disertai proteinuria dan
edema

C. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik umum


D. Kriteria Diagnosis l. Edema
2. Proteiauria
J Hipertensi
4 Pada eklamsia ada kejang atau koma

E. Diagnosis I. Preeklamsia ringan


- Didasarkan pada timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema
- Setelah kehamilan 20 minggu
2 Preeklamsia berat
- Tekanan darah sistolik lebih besar/sama
dengan 160 mmHg tekanan darah diastolik
lebih besar/sama dengan 110 mmHg. Tekanan
darah tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring
- Proteinura lebih dan 5 g/2a jam atau 4 + dalam
pemeriksaan kualitatif
- Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 500
cc/24 jam yang disertai kenaikan kadat
kreatinin plasma
- Gangguan visus dan serebral
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran
kanan atas aMomen
- Edema paru dan sianosis
- Pertumbuhan janin intra uterin yang terlambat
- Adanya *the HELLP Syndmnd' (H:
Hemolysis, ELL: Elevated liver enzymes, P:
low Platelet count)
F. Diagnosis Banding Hipertensi menahun
2 Kelainan gir{al
3 Epilepsi
G. Pemeriksaan l. I Preeklamsia ringan
Penunjang - Urin lengkap
2 Preeklamsia berat (pemeriksaan laboratorium
menyeluruh)
- Hb, hematokit
- Urin lengkap
- AsaD urat darah
- Trombosit
- Fungsi hati
) - Fungsi ginjal
Eklamsia (sama dengan Preeklamsia beral)
H. Tindakan ]
Rawat bersama : Dokter Spesialis Saraf, Mat4
Fenyakit Dalam
2 (Subbagian Ginjal dan Hipertensi)
Perawatan RS
- Rawaf inap
- Pada preeklamsia ringan
a. Setelah 2 mnggt rawat jalarl tidak
mcnunjukkan perbaikan
b. Kenaikan berat badan ibu I kfminggu,
selama 2 (dua) kali berturut+un t
c. Timbul satu atau lebih gejala/tanda
pre-eklamsia berat.
I Terapi L Preeklamsia ringan
- Rawatjalan/ambulatoir
a. Banyak istirahat (berbaring/tidur
miring)
b. Diet cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak dan garam
c. Sedatif ringan (kalau tidak bisa
istirahat). Tablet fenobarbitat 3x 30
l mg per oral, selama 7 hari
d. Roboransia
e. Kunjungan ulang tiap I minggu
- Rawat inap
a- Pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
tekanan darah normal selama
perawatan, persalinannya ditunggu
sampai aterm Tekanan darah turun,
tetapi tidak mencapai normal selama
p€rawatan, kehamilannya dapat
diakhiri pada umur kehamilan > 37
minggu
b. Pada kehamilan aterm (>37 minggu)
persalinan ditunggu spontan atau
dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada targgal
taksiran persalinan. Persalinan dapat
dilakukan s€cara spontan, bila perlu
2. memperpendek Kala Il dengan bantuan
tindakan bedah obstetri
Preekiamsia berat (aktif at s indikasi satu/tebih
keadaan dibawah)
- Ibu
a. Kefiamilan > 37 minggu
b. Adanya tanda-anda/gejala impending
eclampsia
c. Kegagalan tindakanlterapi konservatif
setelah 6 jam pengobatan
medikamentosa terjadi kenaikan
tekanan darah. Setetah 24 jam terapi
medikamentosa keadaan status quo
(tidak ada prbaikan)
- Janin
a. Adanya tanda-tanda f€tal distress
b. Adanya tanda-tanda IUGR
c. Laboratorium: HELLP Syndrome
Pengobatan medikamontosa
a. Segera masuk rurnah sakit
b. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
c. Infus dekstrose 5%o ymg tiap I litemya
disrlingi durgur latur ringer laktat
500 cc (6&125 ccijam)
d. Pemberian antasida doen
e. Diet cukup prorcin, rendah karbohidrat,
lemak dan garam
f. Pemberian obat anti kejang, MgSO4
Cara pemberian
a- Loading dose : 2 grarn MgSO4
intravena (4V/o dalam l0 cc)
kecepatan Ig/menit (kemasan 40%
dalam 25 cc larutan MgSOa), 4 g di
bokong kiri dan 4 g di bokong kanan
b. Maintenance dose : Diberikan 4 g im
setelah 6 jam pernberian loding dose.
Selanjufiya maintenance dose
diberikan 4 g Im tiap 6jam
Syarar pemberian MgSO4
a- Harus tersedia antidotum MgSO4,
yaitu Kalsium Glukonas lfflo (l gram
dalam l0 cc) diberikan iv selama 3
menit
b. Refleks patella (+) kuat
c. Frekuensi pernapasan > 16 kali per
menit
d. Prcduksi urin >1100 cc dalam 4 jam
sebelumnya (0,5 cdkg BBijam)
MgSO4 dihentikan bila
a Ada tanda-tanda intoksikasi
b. Setelah 6 jam pascapersalinan
Diuretikum diberikan bila
a Edema paru
b. Payah jantung kongestif
c. Edema anasarka
Indikasi obat hipertensi
a- Tekanan darah sistolik > 180 mmHg
diastolik > ll0 mmHg
b. Obat antihipertensi yang diberikan
nifedipin3x20mg
c. Kardiotonik diberikan bila ada tanda
menjurus payah jantung. Jenis
kardiotonika yurg dibcrikan ialalr
Cedilanid
d. Perawalan dilakukan bersama dengan
bagian penyakit jantung
Lain-lain
a. ,Antipiretik diberikan bila suhu rcktal di I

atas 38,5"C. Dapat dibantu dengan


pemberian kompres dingin atau
alkohol
b. Antibiotik diberikan atas indikasi
c. Antinyeri diberikan bila penderita
kesakitan, gelisah karena kontraksi
rahim dapat diberikan petidin, HCI 50-
75 mg sekali saja (selambatJambatnya
2 jam sebelum janin lahir)
Tindakan obstetri
l
a. Terminal kehamilan
- belum in partu
I
b. Induksi persalinan dengan cara
amniotomi + oksitosin drip dengan
syarat skor Bishop > 5
Indikasi seksio sesarea
a. Syarat oksitosin drip tidak diperuhi
at:'ru ad^nya kontra indikasi oksitosin
drip 12 jam sejak dimulainya oksitosin
drip belum masuk fase aktif
b. Kala II
c. Persalinan per vaginam diselesaikan
dengan partus buatan (vakum/cunam).
Amniotomi dafl oksifosin dnp
ditakukan paling cepat 30 menit
setelah pemberian pengobatan
I
medikamentosa
d. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu)

ll bila keadaan memungkinkan terminasi


e. Ditunda 2 x 24 jam untuk
mematangkan paru dengan pemberian
kortikosteroid
Penanganan konservatif
a. Kehamilan tetap dipertahankan
bersamaan dengan pemberian
I
pengobatan medisinal
b. Indikasi kehamilan preterm (< 37
minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan
janin baik
l
I
Pengobtan medikamertosa (sama dengan
perawatan medisinal pada pengelolaan secara
akti0
Tindakan cbobtri
a. Selama perawatan konservatif,
observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya di sini tidak ada
terminasi
b. Sulfas magnesikus dihentikan bila ibu
3 sudah mencapai tanda-tanda
preeklamsia ringan, selambat-
lunbatnya dalam waktu 24 jmn
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medisinal dan
harus diterminasi
Eklamsia
- Penanganan meliputi medika mentosa obat
anti kejang MgSO4
a. Loading dose : 2 g MgSO4 iv (40o/o l0
cc) perlahanJahan (10 menit)
b. Maintenace : 2 g MgSO4 setiap jam
(driP)
c. Dosis tambahan
1) Bila timbul kejang Iagi maka
dapat diberikan MgSO4 2 g iv
selama l0 menit
2) Sekurang-kurangnya 20 menit
setelah penrbexian terakhir
3) Dosis tambahan 2g hanya
diberikan sekali saja. Bila
setelah diberi dosis tambahan
masih tutap kejang maka
diberikan amobarbital 5 mg/kg
BB/iv pelan-pelan
4) Monitoring tanda keracunan
MgS04
5) Obat suportif
6) Lihat pengobatao suportif
preeklamsia berat
l
- Perawatan serangan kejang
a. Dirawat di kamar isolasi yang cukup
terang
b. Masukkan gudel (OPA) ke dalam
mulut penderita
l
c. Kepala direndahkan: daerah orofaring
disuction jika ada lendir
d. Fiksasi badan pada tempat tidur harus
l cukup kendor g)na menghindai I
fraktur
- Perawatan penderita dengan koma
I
a. Murituing kesadaran, pado petavratan
koma perlu diperhatikan pencegahan
dekubitus dan makanan penderita
b. Pada koma yang lam4 bila nurrisi tidak
mungkin cukup diberikan dalam
bentuk Naio-gastlic Tube (NGT)
Penatalaksanaan obstetri (sikap terhadap
kehamilan)
Sikap dmar (Sernua kcharnilur dengan
eklamsia harus diakhiri tanpa mernandang
umur kehamilan dan keadaan janin)
Kehamilan diakhiri : Bila sudah terjadi
stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan
metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam setelah salah
satu atau lebih keadaan dibawah ini :
a. Setelah pembetian obat anti kejang
tl terakhir
b. Setelah kejang terakhir
c. Setelah pemberian obat anti hipertensi
terakhir
d. Penderita mulai sadar (responsif dan
orientasi)
l e. Cara terminasi kehamilan sesuai
dengan preeklarnsia berat
Penyulit
I a. Ggal ginjal
b. Gagal jantung
c. Edema paru
d. Kelaina pembektnn daruh
e. Perdarahan otak
f. Kematian Janin
lnformed consent : perlu tertulis kecuali yang
telah melahirkan

tl Lamaperawatan:5hari
Masa pemulihan : 6 minggu
J. Edukasi l. Resiko
) Penanganan
J. Penyulit
J. Prognosis l. Ad Vitam : l
2. Ad Sanationem:
J. Ad Functionam:

K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat B l
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kurniati SpOG

dr Teguh Prakosa,Sp OG Onk (K)

N. Indikator Medis
O. Kepustakaan l. Cuningham F.G.MD, Mac Donald P.C.MD,
Garet N.F.MD, Abortion, William Obstetric 18ed,

Applenton & Large Connecticut p.489-509


2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan .lalam lamanya kehunilan In: Ilmu
Kebidanan, Edisi lI, hal 258-277, Yayasan Bina
PustakA Jakarta 1981

tab/bag itmu kebidarun &n penyaktt


RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis
dan terapi Edisi III 2008
Karanganyar, Juni 2019

Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional

Prof. Dr. dr. Os Hartrnto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiati, Sp OG


PANDUAN PRAKTIK KLINIK
1 ,4
SMFOBSGYN
\ ft=t
-.:s
z-
NF N
RS. PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

KISTABARTOLINI

A. Pengertian (Definisi) Suatu pembesaran berisi cairan yang terjadi akibat


sumbatan pada salah satu duktus sehingga mucus yang
dihasilkan tidak dapat disekrcsi. Kiso dapat be*embang
pada kelenjar itu sendiri atau pada duktus bartholini.

B. Anamnesis I Kesulitan pada saat koitus


2 Rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk
J Gejala seperti panas, gatal atau mengeluh adanya
I
benjolar/pembengkakan yang nyeri pada daerah
4 kemaluan.
Apakah pernah berganti pasangan seks.
C. Pemeriksaan Fisik Inspeksi :
tampak pembengkakan pada kista pada posisi jam 5 atau
jam 7 pada labium minus posterior disertai kemerahan
dan tampak ada secret di vagina.
) Palpasi:
teraba penonjolan / pembengkakan yang nyeri saat
dipalpasi pada salah satu sisi vulva.
D. Kriteria Diagnosis 1. Kista Unilareral
2. Bulat / lonjong
3. Keras
4. Disekeliling abses secara khas ada eritem dan sakit pada
4 palpasi.
5. Massa biasanya terlokalisasi di labia mayor posterior atau
vestibula bawah.
E. Diagnosis Kista Bartolini
F. Diagnosis Banding I Kista sebaseus
) Kista epidermal
., Kista disontogenik
4 Fibroma
5 Lipoma
6 Kista vestihuler
7 Hidroadenoma
8 Adenokarsinoma
C. Pemeriksaan l. Pemeriksaan Gram untuk membedakan bakteri penyebab.
Penunj ang 2 Pemeriksaan dengan menggunakan apusan darah tepi
untuk melihat ada atau tidaknya leukositosis.
3 Pemeriksaan kultut jaingan untuk mengidentifikasi
bakteri penyebab.
4 Biopsi dilakukan jika dicurigai terjadi keganasan.
5 Plano tes untuk msmastikan tidak dalam keharnilan.
H. Tindakan Incisi dan drainase pada ki$a dan ahses yang memiliki
2. lgejala nyeri.
J Marsupialisasi
4 Eksisi kelenjar bartholin pada kasus yang recurent.
Antibiotik: Ceflriaxone. Ciprofloxacin, Dorycycline,
Azitromisin
J. Edukasi I Hygiene vagina
2 Rendam air hangat

J. Prognosis 1. Ad Vrtam : ad botram


2. Ad Sanationem: ad bonam
3. Ad Functionam: ad malam
l

K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat RekomervCasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kumiati SpOG

dr Teguh Prakos4Sp OG Onk (K)


N. Indikator Medis
O. Kepustakasn t. Cuningharn F.G.MD, Mac Donald P.C.MD,
Garet N-FJ\,ID, Abortion, William Obsetric l8ed,
l Applenton & Large Connaticut p.48*5O9
2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan dalam lamanya kehamilan ln: llmu
Kebidanan, Edisi II, hal 258-277, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta I9E

Karanganyar, Juni 2019


Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :
Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiatl, Sp OG


,rL
PANDUAN PRAKTIK KLTNIK
\
* SMFOBSGYN
-2
/ N RS. PKU MUHAMMADryAH KARANCANYAR
!

PERDARAHAI\ ANTE PARTUM

A. Pengertian Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu


(Definisi) atau lebih
B. Anamnesis I Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu
atau lebih, perdarahan spontan tanpa aktlvitas atau akibat
trauma pada aHomen
2. Nyeri atau tanpa nyeri akibat kontraksi uterus
3. Beberapa faltor predisposisi : riwayat solusio plasenta"
perokok, hipcrtensi, dan multipariras
C. Pemeriksaan Keadaan umum, vital sign
Fisik Pemeriksaan Ohtetris
- Pemeriksaan luar
a.Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan
20 minggu atau lebih, perdarahan spontan
tanpa aktlvitas atau akibat trauma pada
abdomen
b. Apakah ada kelainan baAtidak
- In spekulo
a. Apakah perdarahan berasal dan ostium uteri
atau dan kclainan serviks dan vagina
b. Perabaan fornises
c. Hanya dikerjakan pada presentasi kepala
- PDMO
a. Bila akan mengakhiri kehamilan/persalinan
E. Diagnosis Perdarahan Ante Partum
F. Diagnosis I Solusio Plasentee : Terlepasnya plasenta yang letaknya
Banding normal pada fundus uteriAorpus uteri sebelum janin lahir
- Ringan
Perdarahan kurang dan 100-200 cc, uterus tidak
tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,
pelepasan kurang dan l/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih dan 250 mg %
- Sedang
Perdarahan lebih dan 200 cc, uterus tegang terdapat
tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta 7r sampai 213 MZiur permukaan,
kadar fibninogen plasma 120-150 mg%
- Berat
Uterus tegang dan berkontraksi tetanis, terdapat
tanda reryatan, biasaayajanin sudah mati, pelepasa,
plasenta bisa terjadi pada lebih dari 2/3 bagian
permukaan atau seluruh bagian permukaan
\2. Plastnta Previa '. Plasenta yang letalorya tidak notmal
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri intemum)
J. Vasa Previa : Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban
tempat pembuluh darahnya berjalan di antara lapisan
G. Pemeriksaan l. Laboratorium
Parunjang - Hemoglobin
- Hematokrit
- Trombosit
- Waktu pembekuan darah
- Waktu protrombin
- Waktu trornboplmtin parsial
- Elektrolit plasma
2 Kardiotokografi
3 Laenec. doppler : untuk menilai statusjanin
4 USG : untuk menilai letak plasm4 usia gestasi, keadaan
janin.
H. Tindakan I Rawat inap segera
2 Rwat bersama dengan dokter spesialis anak, anastesi, dan
penyakit dalam l

I. Terapi 1 Medis dan bedah


2 Tidak terdapat renjatan dengan usia gestasi kurang dari 36
minggu/taksiran berat petus kurang dari 2500 g
Solusio Plasenta
- Ringan
a. Ekspektatif
1) Tunggu persalinan spontan, bfla ada
perbaikan, perdarahan berhenti
konfaksi uterus tidak ad4 janin hidup
2) Tirah baring
l
3) Alasi anemia
4) USG dan CTG serial
b. Aklif
1) Mengakhiri kehamilan, bila keadaan
memburuk, perdarahan berlangsung
terus, kontraksl uterus berlangsung,
dapat rl.engancalr, ibr-l janin
2) Partus per vaginam
(amniotomi/oksitosifl infu s)
3) Seksio sesarea bi'la skor pelvis <5 atau
persalinanmasih>6jam
- Sedang / berat
a. Resusitasi cairan
ffii;;j;'furusidarah)
I

I ;.
c- fJrr fii"ugiru- : Bila diperkirakan
I

l
i parfus
dapat berlanssung dalam 6jam (amnioiomi
I

dan infus oksitosin)


d. Patus pat abdominal: bila lartus per vagiman 1

diperkirakan tidak berlangsung dalam 6jam i

Plasenta Previa
- Bila perdarahan sedikit 1

Dirawat sampal usia kehamilan > 36 minggu,


mobilisasi bertahap. Bila ada kontraksi, tihat
penanganan pers,alinanpreterm I

- Bila perdarahan baryak I

Vasa Previa j

- Tes (Apt) positi f (erdapat darah janin)


I

- Pembuluh darah janin dapat diraba melalui


i pembukaan serviks

i atau
Vasa previa terlihat melalui spekulum
I
amnroskop
] Bila janin mati ) partus per vaginam i
- Janin hidup ) parus per abdominal
Penangen pada kondisi khusus

I Tidak terdapat renjatan dengan usia gestasi 37 minggu atau


lebih/taksinn beat fetus 2500 g atau lebih
- Solusio plasenta @ingan/sedang/berat) : Partus per
abdominam bila persalinan per vaginam
dipeftirakan berlangsung lama
- Plasenta previa
)
a. PDMO : Plasenta previa totalis partus per
abdominam ) seksio sesarea
)
b. Bukan Ptasenta previa partus p€r vaginam
) amniotomi dan infus pitosin
- Vasa Previa
a. Janin mati : partus per vaginam
b. Janin hidup : partus per abdominal
2 Terdapat rejatan
- Solusio plasenta
a- Atasi r€iatan, resusitasi cairan dan tranfusi
darah
b. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan
i
tindakan penyelamaan yang optimal. Bila
renjatan dapat teratasi, pertimbangan untuk
partus per aMominam bila janin masih hidup
atau bila lcrsalinan per vagirrarn dipctkitakan
berlangsung lama
- Plasenta previa
a. Atasi renjatan, resusitasi cairan dan tansfusi
darah
b. Bila tidak teratasi, upayakan tindakan
penyelamatan yang optimal, akhiri partus per
abdominam
VoaPrwia
J. Edukasi l. Resiko
2. Penanganan
- Lama perawatan : 7 hari (tanpa komplikasi)
- Masa pernulihan : 6 minggu setealh tindakan /
., melahirkan
Penyulit
- Pada ibu
a. Reaksi transfirsi
b. Kelebihan cairan
c. Rejatan (Kejang)
d. lnfeksi
- Pada Janin
a. Asfiksia
b. Infeksi
J. Prognosis l. Ad Vitam : ad bonam
2. Ad Sanationem: ad bonam
3. Ad Functionam: ad bonam

K. Tingkat Evidens (basis: EBPM)


L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kumiati SpOG

dr Teguh Prakos4 Sp OG Onk (K)


N. Indikator Medis
O. Kepustakaan l. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Standar Pelayanan Medik, hal:21, Jakart^20ffi
2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan dalam lamanya kehamilan In: Ilmu Kebidanan,
Edisi II, hal 258-277,YayasanBina Pustak4 Jakarta
1981
Karanganyar, Juni 2019
Disetujui Oleh : Dibuat OIeh :
Ketua Komite Medik

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita n Kurniati, Sp OG


{A PANDUAN PRAKTIK KLINIK
SMFOBSGYN

RS. PKU MUHAMMADTYAH KARANGANYAR


ry" N
I

PERDARAHAN PASCA PERSALTNAN

A.Pengertian Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan yang


(Definisi) lehih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir I

sampai 24 jam postpartum, di samping itu ada pula


perdarahan pada masa nifas yaitu sesudah 24 jam
postpartum yang jumlahnya lebih banyak daripada
luka biasa

lB. Anamnesis Faktor resiko dengan adanya riwatat


- Gangguan anastesia umum
l - Partus presipitatus
- Uterus yang terlalu tegang (hidroamnion)
- Solusio plasenta
- Plasenta previa
l
- Riwayat perdarahan post partum sebelumnya
- Persalinan dengan tindakan
C. Pemeriksaan Fisik l. Pasien tampak pucat, mungkin ada tanda-tanda
renjatan, tekanan darah rendah, denyut nadi cepa!
kecil serta ekstremitas yang dingin, tampak darah
j mengalir terus keluar dari kemaluan
Pemeriksaan obstetri, mungkin kontraksi uterus
J. lembek, uterus membesar bila ada atonia uteri
Pemeriksaan ginekologi, dilakukan dengan
sistematis dilihat apakah ada luka jalail lahir mulai
t
4. dari wlva sampai ke vagina atas dan porsio
Kemudian dilakukan eksplorasi dengan
memasukkan tangan ke dalan kavtrm uteri dan
sec.aru bimanual ditentukan apakah ada robekan
I
jalan lahir, uterus atau sisa plasenta
L). Kntena Lrlagnosrs 1. Perdarahan pasca persalinan
) IPerdarahan banyak atau terus-menerus setelah anak i
I lahir, mungkin ditemulan tanda-tanda renjatan
iseperti hipotensi, nadi kecil dan cepat serta
lekstremitas dingin dan penderita tampak pucat i

E. Diagnosis Perdarahan Pasca Pesalinan


F. Diagnosis Banding Atonia uteri, lebih dari 75% sebab perdarahan
pascapersalinan disebabkan oleh atonia uteri
2 Luka di jalan lahir, biasanya kontraksi uterus baik
3 Retensi plasenta

l! Gangguan pembekuan darah


G. Pemeriksaan Hemoglobin, hematokrit, masa pembekuan darah,
Penunjang elektrolit, PCO2, P02, pH darah
H. Tindakan Rawat Inap
I. Terapi l. Segera setelah diketahui perdarahan pascapersalinan
tentukan ada renjatan atau tidak, dan bila ada
segera berikan transfusi cairan/darah, kontrol
2. perdarahan dan berikan oksigen
Bila renjatan tidak adq atau keadaan umum telah
optimal, segera lakukan pemeriksaan untuk mencari
etiologi seperti
- Atonia uteri
- Laserasi jalan lahir
J - Retensi plasenta
- Gangguan perdarcban
Jika terdapat penyebab atonia uteri lakukan
tindakan :
- Masase uterus dan berikan oksitosin drr
ergometrin intraven4 serta oksitosin per
infus; bila ada perbaikan dan perdarahan
berhenti, oksitosin per infus diteruskan. Bila
tidak ada perbaikan dilakukan kompresi
bimanual dan kemudian dipasang tampon
uterovaginal atau balon kateter intra uterin
- Kalau cara te,rakhir ini b€rtusil,
tampon/balon dipertahankan 24 jan, bila
4 tidak berhasil (kontraksi tetap lembek,
perdarahan tetap terjadi) segera lakukan
I
5 laparatomi, kalau mungkin lakukan ligasi
arteri uterina atau hipogastrika (khusus
tmtuk patderita yerg belum punya
anaklmasih rnuda sekali) bila tidak
mungkin, lakukan histerektomi.
Jika terdapat laserasi jalan lahir : segera lakukan
6 hemostasis dan rcparasi luka
Retensi plasenta
- Bila plasenta belum lahir, lahirkan plasenta
dengan tarikan pada tz,li pusat/bimanual, bila
tidak berhasil dan sangkaan plasenta akreta
lakukan h i sterektom i
- Bi'la hanya SISA plasent& lakukan
pengeluaran plasenta dengan digital atau
kuretase
Gangguan pembekuan darah : Transfusi plasma
segar (darah segar, kontrol DIC, dengan heparin)

J. Edukasi t. Resiko
2. Penanganan
- Lama perawatan
a. G7 hai, jika dilakukan tindakan
operasi
b. 2-3 hari, bila hanya reparasi luka
jalan lahir atau masase uterus
-) - Masa pernulihan : 40 hari - 3 bulan
Penyulit
- Rejatan ireversibel
- DIC
- Gagal g1njal
J. Prognosis I Ad Vitam :
2 Ad Sanationem:
3 Ad Functionam:

K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kurniati SpOG

dr Teguh Prakosa, Sp OG Onk (K)


N. lndikator Medis
O. Kepustakaan l. Pertumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia. Standar Pelayanan Medik, hal:21,
Jakarta2006
2. Wiknjosasro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan dalarn lamanya kehamilan ln: Ilmu
Kebidanan, Edisi Il, hal 258-277, Yayasan Bina
Pustaka" Jakarta l98l
Karangany ar, Juni 2Ol9

Disetujui Oleh : Ditruat Oleh :


Ketua Komite Medik Kelompok Medik

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tri Kumiati, Sp OC


I

E PANDUAN PRAKTIK KLINIK


\) SMF OBSGYN
.a) N
RS. PKU MUTIAMMADIYAH KARANCAN YAR
\\

PERSALINAN PRESENTASI BOKONG

A. Pengertian Adalah keadaan dimanajanin letaknya memanjang dengan


(Definisi) bokong menempati bagian bawah rongga Rahim.
B. Anamnesis 1. Gerakan janin lebih aktifdi bagian bawah,
2. Teraba bagian keras di bagian perut atm,
)- Mudalr terasa buang air k*il,
4 Rasa tidak nyaman di ulu hati.

C. Pemeriksaan Fisik AMomen:


I Terabajanin tunggal Intra uterine memanjang
2 Teraba bagian keras di fundus uteri
-t Teraba bagian lunak di leopold III
4 Teraba bagian kecil dibagian kanan atau kiri leopold II

D. Kriteria Diagnosis I Gerakan janin dirasa bagian bawah


2 Teraba kepala di fundus uteri
J DJJ setinggi/lebih tinggi pusat ibu
4 Periksa dalam : teraba bokong, anus, kaki
E. Diagnosis Presentasi Bokong
F. Diagnosis Banding I Letak Lintang
2 . Letak oblik
G. Pemeriksaao 1. USG
Penunjang
H. Tindakan l. Persalinan pervaginam
2. Persalinan per aMominal
I. Edukasi 1. Dalam kehamilan :
Pada kehamilan < 34 minggu
Posisi Lutut Dada (PLD)
- Berhasil)tunggu sampai aterm
- Gagal) PLD - control tiap minggu
KetnmitaP 34 minggu
Versi luar :
- Berhasil)aterm bila tidak ada kontraindikasi
- Gagal) PLD - control tiap minggu
2 Dalam persalinan :
Pembukaan kurang 4 cm, KK +, tidak ada kontraindikasi)
VL l
Gagal - nulliparaTBj> 3000 - 3250 g. , SC

Pembukaan lebih 4 cm, KK +/-


- NulliparaTBj> 3000 - 3250 gr SC )
- NulliparaTBj< 3000 - 3250 gr, multi : Evaluasi
)partusnraju)pervaginam
Multigravida : janin besar, KK lebih 12 jam, janin besar >
SC
- Partus tak maju + KK (+) alau KK (-) < 12 jarn )
stimulasi
- KK (, > 12jam SC)
- Kepala deflexi) SC
Pervaginam : Brach, manual ai{ ekstraksi
J. Progaosis ,l AdMtam : adbonam l
2 Ad Sanationem: ad bonam
J Ad Functionam: ad bonam

K. Tingkat Evidens (basis : EBPM)

L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kurniati SpOG

dr Teguh Prakosa, Sp OG Onk (K)


N. Indikator Medis
O. Kepustakaan l. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Standar Pelayanan Medik, hal:21, Jakarta 2006

2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.


Kelainan dalam lamanya kehamilan ln: Ilmu Kebidanan,
Edisi II, hal 258-277, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
l98l
Karan ganyar, Juni 20 19

Disetujui Oleh : Dibuat Oleh :


Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional

Prof. Dr. dr. Os Hartanto, Sp.S (K) dr Nita Tii Kumiati, Sp OG


PANDUAN PRAKTIK KLINIK
11
SIV{F OBSGYN
$
r\ RS. PKU MUHAMMADIYA}I KARANCANYAR
\

SECTIO CAESARIA

A. Pengertian (Definisi) Suatu persalinan buataq dimana janin dilahirkan melalui


suatu
insisi pada perut dan dinding rahim (segnen bawah
uterus=SBR) dengan syarat dalam keadaan utuh serta
beratjanin di atas 500 gram
B. Indikasi Indikasi :

I Ibu:
- DKP/Disproporsi Kepala Panggul faktor ibu
- Panggul sempit
- Ruptura uteri iminens
- Plasenta previa
- StenosisservikJvagina
- Turror-tumor jalan lahir yang menimbulkan
obstruksi
- Kelelahan
- Persalinan tak maju
E Janin:
- DKP/Disproporsi Kepala Panggul ( faktor
janin)
- Kelainan letak
- Gawat janin
- Kelainan kongenital

C. Pemeriksaan Fisik l. Pemeriksaan Keadaan umum, vital sign" status


kesadaran
2. Status Obstetri
- Leopold I, menentukan usia kehamilan dan
juga untuk mengetahui bagian janin aPa yang
terdqat dt fundus uteri (bagiaa atas perut ibu).
- kopold II, menentukan di mana letak punggung
ataupun kaki janin pada kedua sisi perut ibu.
- Leopold III,
menentukan bagian janin apa
(kepala atau bokong) ya:rg t€dapat di bagian
bawah perut ibu, serta apakah bagian janin
L tersebut sudah menyentuh pintu etas panggul.
- l,eopold [V, mengetahui seberapa jauh bagian
Bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
- Evaluasi HIS, DJJ, Bundle ring
3. Status Ginekologi
- lnspeskulo: dalarn kasus-kasus tertentu
- Vaginal Toucher : Menilai tada-tanda
1

persalhan dan mengevaluasikemajuan


penalinan

D. Kdteria Diagnosis l. Anamnesis


2. Pemeritsaan Fisik
3. PerneriksaanAbdomen
4. Pemeriksaan Ginekologi
-t
E. Diagnosis Diagnosis yang memerlukal tindakar op€rasi section
caesaria baik emergency atau elektif

F. Diagnosis Banding l. Dalam persalinan


2. Belum dalam persalinan
G Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap seperti
1
Lab Darah tengkap, Got. Darah, HbSAg,
PT/APTT, GDS, HIV rapid, GDS. LDH, SGOT,
SGPT, Ur, Cr, Albumin, Elektrolit pada kasus-
I
kasus tertentu.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi rmtuk membantu
1 dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan
usia kehamilan, jumlah janin serta kelainan
janin.
l

3. Pemeriksaan CTG
4. Pemeriksaan EKG, pada kasus-kasus tertentu
1

H. Terapi / Tindakan 1. Informed consent, konsul anestesi, konsul jantuag (pada


kasus-kasus tertentu)
2. Prosedur operasi :
a Pasien ditidurkan di meja operasi dalam stadium
anestesi

b. Dilakukan insisi pada dinding abdomen, kemudian


diperdalam lapis demi lapis sampai dengan
peritoneum parietale

c. Dilakukan identifikasi dan eksplorasi

d. Dilakukan insisi pada uterus, kemudian insisi


diperdalam dm diperlebar smpai dengan kulil
ketuban

€. Bayi dilahirkan, dilalcukan penjepitan dan


pemotoogan tali pusat, bayi diserahkan ke bagian
perinatologi

f. Plasenta dilahirkan, evaluasi perdmahan, j ika


terdapat perdarahan dirawat

g. Dilakukan penjahitan SBR, dilanjutkan penjahitan


dinding aMomen lapis demi lapis

h. Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kassa


penutup.

i. Operasi selesai L

L Edukasi 1. Adanya risiko durante operasi antara lain :perdarahan,


trauma usus/organ abdomen. Pengangkatan Rahim
(histerektomi), emboii, kematian di meja operasi
2. Adanya risiko post operasi yaitu adanya perdarahan,
dehisensi luka operasi.
3. Adanya risiko tindakan pembiusan
J. Prognosis Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanam : dubia
Quo ad functionam : dubia
K. Tingkar Evidens Diagnosis : I
Terapi : I

L. Tingkat Rekomendasi B
M. Penelaah Kritis dr H Teguh Prakosa, Sp OG (Onk)
rdr Nita Tri Kumiati SpOG

Indikator Medis 1. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi

2. Angka persalinan Secctio Caesaria elektifpada usia


kebamilan >37 - < 39 mtngga

O. Kepustakaan Cunningham. Et all. 2010. Mlliams Obstetrics. 23 the


edition. I
I The McGraw-Hill Companies. Inc

Karanganyar, 13 Jtmi 2019

Ketua Komite Medik Kelompok Medik Fungsional Obsgyn


1

Y
Prof.DR.Dr.Os.Hartanto,SpS(K) drNitaTri Kumiati Sp OG
,d tilt PANDUAN PRAKTIK KLINIK
.:
SMF OBSGYN
l

RS. PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR


/ f,1 ry'

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian (Defi nisi) Adalah keadaan dimana penderita muntah-muntah yang


berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan penderita

B. Anamnesis Muntah berlebihan


C. Pemeriksaan Fisik Muntah yang berlebihan dalam kehamilan yang
menyebabkan terjadinya: ketonuri4 penunrnan berat badatr >
5%
D. Kriteria Diagrosis . Muntah-muntah yang sering sekali
o Perasaan tenggorokan kering den haluS

. Kulit dapat menjadi kering ( tanda dehidrasi)


. Berut badan turun dengan cepat
. Pada keadaan yang berat timbul ikterus dan gangguan
saraf.

F. Diagrosis Banding o Mola hidatidosa


. Hipertfuoid
o defisiensi vitamin B kompleks
. stress berat

G Pemeriksaan Penunjang Urinalisa lengkap, gula darah, elektrolit, fungsi hati, fungsi
ginjal. USG: untuk menilai dan memastikan kehamilan
H. Terapi / Tindakan . Segera penderita dirawat, berikan cairan per infi:s
o/o
(glucose 5 - 10 dan NaCL ftsiologik)
. Obat anti emetik, intra muskuler atau per infus.
. Penderita dipuaskan sampai muntah telah berkurang,
diukur jumlah muntah ( caimn yang dimrmtahkan) dan
cairan yang diberikan dan diuresis dalam 24 jam.
Ukur balance cairan setiap hari.

I Edukasi Penjelasan pada pasien tentang penyakit dan penangaiabnya

J. Prognosis Quo ad vitam : dubia ad


bonam
Quo ad sanam ; dubia ad
bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
K. Tingkat Evidens
L. Tingkat Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kumiati SpOG
dr Teguh Prakos4 Sp OG Onk (K)

O. Kepustakaan 1. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.


Standar Pelayanan Medik lrul:Zt, Jakarta2006
2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan dalam lamanya kehamilan In: Ilmu
Kebidanan, Edisi II, hal 258-277, Yayasan Bina
Pustak4 Jakarta 1981

Karanganyar, 13 Juni 2019

Disetujui Oleh Dibuat Oleh


Ketua Komite Modik Kelompok Medik Fungsional Obsgyn

DR.Dr.Os.Hartanto,SpS(K) dr Nita Tri Kumiati Sp OC


I
Xtlll,,il PANDUAN PRAKTIKKLINIK
:aa!:1 SMFOBSGYN
loe
rt \fil N
I RS. PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

ABORTUS

A. Pengertian (Defi nisi) Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi setrelum janin
dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang
dari 1000 gram.
Abortus komplit:
Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
Abortus inkomplit:
Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri, sebagian
lagi masih tertinggal.
Abortus insipiens:
Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuk4 akan tetapi hasil
konsepsi masih di dalam kavum uteri.

Abortu imminens:
Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan per
vaginam ostium masih terhrtup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan.
Mi$€d Abortion :

Adalah abortrrs dimana embrio atau fetus tetah meninggal datam


kandrmgan sebelum kehamilan fQ minggq akan tetapi hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8
minggu arau lebih.
Abortus habitualis:
Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut
atau lebih.

Abortus Infeksiosus:
Abortus yang mengalami infeksi
B. Anamnesis Riwayat haid, gejalalnmil, prdaraban pewaginam, nyeri abdomen

C. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan umur& pemeriksaan, fisik, pemeriksaan pelvic

D. Kriteria Diagnosis Ada terlambat haid aau amenorea krrang dari 20 minggu
Pendarahan per vaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.

F. Diagnosis Banding ]
l. Kehaliman ektopik
2. Hipermenore
3. Abortus mola hidatidosa
4. Mioma uteri bertangkai

G Pemeriksaan Penunjang Tes HCG tes koagulasi, USG


H. Terapi / Tindakan L Abortus imminens
a. Istilah baring, tidur baring merupakan unflr penting dalam
pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran

darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.

b. Penobarbitai 3 x 30 mg sehari dapat diberikan untuk


menenangkan penderita.

c. Tokolitik
d- Preparat progesterooe 2-3x I tab setiap 8-12 jam
e. Antiprostaglandin 3x500mg
IL Abortus insipiens :

Bila kehamilan >I2 minggu kuret atau drip oksitosin


Methylergometrin maleat 3x1 5 hari
Antibiotika
III. Abortus inkompletus
a Perbaiki KU
b. Kosongkan uterus
c. Methylergometrin maleat 3xl 5 hari
d. Amoxycicillin 4,500 5 hr
lV. Abortus kompletus
Tidak memerlukan pengobalan khusus, hanya menderita anemis
perlu diberikan sulfas ferrosus dan diar{urkan supaya makanannya

banyak mengandung proteiq vitamin dan mineral.


V. Missod abortion
. Mengeluarkan jaringan nekosis
. Pemeriksaan faal hemostasis
. Kadar fibrinogen normal, jaringaa konsepsi dapat segera

dikeluarkan.
. Sebaiknya bila kadar fibrinogen renda\ perbaiki dulu dengan
cara memberikan fibrinogen kering atau darah segar.
. Kehamilan < 12 minggu langsmg kuretase
. Kehamilan > 12 minggu misopmstol I tabi intra vaginaytiap 6
jarn/ lhari dilanjutkan dengan drip oxltosin dan kuretase
r Disarankan monitoring fib,rinogen senrm
I Edukasi Penjelasan pada pasien tentang penyakit dan penanganannya

J. Progrosis Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
K. Tingkat Evidens
L. Tingkat Rekomendasi
M. Penelaah Kritis dr. Nita Tri Kurniati SpOG

O. Kepustakaan l. Cuningham F.G.MD, Mac Donald P.C.MD, Gar€t N.F.MD,


Abortion, William Obsteric 18e4 Applenton & Large

Connecticut p.489-509
2. Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S. Kelainan dalam
lamanya kehamilan [n: Ilmu Kebidanan, Edisi II, h^l258-277,
Yayasan Bina hrstak4 Jakarta l98l
lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr
Soetomo Surabaya-Pedoman diagrosis dan terapi Fldisi lll 2008
Karanganyar, 13 Juni 2019
Disetujui Oleh Dibuat Oleh
Ketua Komite Medik Kelompok Modik Fungsional Obsg]"r

Prof.DR.Dr.Os.Hartanto,SpS(K) drNitaTri Kumiati Sp OG

Anda mungkin juga menyukai