Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL SKRIPSI

PENYIMPANGAN PERILAKU
DAN MEKANISME PERTAHANAN TOKOH UTAMA
DALAM KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA
KARYA A.S. LAKSANA (TINJAUAN PSIKOANALISIS)

Oleh :
SYAEFUL AZIZ
1201040066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
HALAMAN PENGESAHAN
ARTIKEL ILMIAH

Judul Artikel : Penyimpangan Perilaku dan Mekanisme Pertahanan


Tokoh Utama dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang
Mengembara Karya A.S. Laksana (Tinjauan
Psikoanalisis)
1. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
2. Identitas Penulis :
a. Nama Lengkap : Syaeful Aziz
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM : 1201040066
d. Alamat Rumah : Jl. Jatijajar Km 7, Des. Rowokele Rt 03/02 Kec.
Rowokele Kab. Kebumen Kode Pos 54472.
e. Telepon/HP : 085879715493
f. Email : syaefulaziz17@gmail.com

Purwokerto, 23 Januari 2018

Penulis,

Syaeful Aziz
1201040066

Diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Eko Sri Israhayu, M.Hum. Dra. Hj. Sri Utorowati, M.Pd
NIK 2160096 NIK 2160059
PENYIMPANGAN PERILAKU
DAN MEKANISME PERTAHANAN TOKOH UTAMA
DALAM KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA
KARYA A.S. LAKSANA (TINJAUAN PSIKOANALISIS)

Syaeful Aziz; Dra. Eko Sri Israhayu, M.Hum; Dra. Hj. Sri Utorowati, M.Pd.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email: syaefulaziz17@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyimpangan perilaku dan


mekanisme pertahanan tokoh utama dalam kumpulan cerpen Bidadari yang
Mengembara karya A.S. Laksana. Objek penelitian ini yaitu penyimpangan perilaku
dan mekanisme pertahanan tokoh utama dalam kumpulan cerpen Bidadari yang
Mengembara karya A.S. Laksana. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
psikologi sastra. Data yang digunakan berupa teks cerpen yang terdapat
penyimpangan perilaku dan mekanisme pertahanan tokoh utama. Sumber data yang
digunakan yaitu buku kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S.
Laksana. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik baca dan
catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kumpulan cerpen Bidadari yang
Mengembara karya A.S. Laksana terdapat penyimpangan perilaku dan mekanisme
pertahanan pada tokoh utama. Penyimpangan perilaku yang terdapat pada tokoh
utama berupa, (1) perilaku yang tidak biasa, yaitu (a) membayangkan hal-hal yang
tidak wajar, (b) anggapan yang berlebihan, dan (c) kerinduan yang tidak wajar, (2)
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial, yaitu (a)
tindakan tidak terpuji, dan (b) tindakan yang mengganggu kenyamanan, (3) persepsi
atau interpretasi yang salah terhadap realitas, yaitu (a) delusi, dan (b) paranoid, dan (4)
stres personal yang signifikan, yaitu (a) stres yang disebabkan oleh kerinduan, dan (b)
stres yang disebabkan oleh kecemasan. Mekanisme pertahanan yang terdapat pada
tokoh utama berupa, (1) penyangkalan, yaitu berupa penyangkalan terhadap
kesalahan, (2) represi, yaitu (a) menahan dorongan alam bawah sadar yang
mengancam, (b) usaha untuk menenangkan diri, dan (c) usaha menghindari kesia-
siaan, (3) agresi, yaitu (a) agresi berbentuk langsung, dan (b) agresi berbentuk tidak
langsung, dan (4) fantasi, yaitu (a) menghadirkan sosok yang dirindukan, (b) perilaku
yang tidak dapat menerima kenyataan, (c) usaha menghindari kecemasan, dan (d)
khayalan yang tidak wajar.

Kata Kunci: Pennyimpangan Perilaku, Mekanisme Pertahanan

PENDAHULUAN
Pada dasarnya karya sastra tercipta dari hasil kebudayaan suatu masyarakat.
Segala fenomena yang terjadi dalam masyarakat menjadikan sumber informasi untuk
dijadikan sebuah karya sastra baik sastra tulis ataupun sastra lisan. Persoalan yang
terdapat di dalam masyarakat sangatlah bervariasi, mulai dari persoalan interaksi
antara anggota masyarakat, lingkungan masyarakat, serta diri sendiri sebagai anggota
masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut dapat mengakibatkan konflik-konflik dan
gejala-gejala psikis yang dialami oleh setiap anggota masyarakat tanpa memandang
usia. Pada dewasa ini, persoalan yang terjadi dalam masyarakat kaitannya dengan
aspek psikologi memang tidak bisa dianggap remeh. Banyak contoh kasus yang
mengarah pada perilaku yang tidak baik hubungannya dalam bermasyarakat akibat
pembawaan setiap individu. Pada akhirnya fenomena-fenomena kepribadian yang
dialami oleh anggota masyarakat saat ini menimbulkan perhatian bagi kalangan
seniman serta sastrawan pada khususnya untuk diungkapkan sebagai bentuk karya
sastra seperti novel, cerpen, naskah drama, dan sebagainya.
Kumpulan cerpen yang menceritakan tentang gambaran psikologis manusia
salah satunya yaitu kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S. Laksana.
Kumpulan cerpen tersebut bercerita tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan
kejiwaan. Tokoh dalam cerpen tersebut mengalami persoalan psikologis melalui
perilaku yang dimunculkan. Cerpen-cerpen tersebut mengangkat cerita tentang
kehidupan tokoh-tokohnya yang memiliki penyimpangan perilaku dan mekanisme
pertahanan yang unik dan langka. Kepribadian tersebut ditampilkan dengan kuat dari
awal sampai akhir cerita oleh pengarang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan penyimpangan perilaku dan mekanisme pertahanan tokoh
utama dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S. Laksana
(Tinajaun Psikoanalisis).
Penyimpangan perilaku ialah tingkah laku yang tidak memenuhi syarat, tidak
dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial
yang ada. Pribadi yang mengalami penyimpangan perilaku pada umumnya jauh dari
status integrasi baik secara internal dalam batin sendiri, maupun secara eksternal
dengan lingkungan sosialnya. Pada umumnya mereka terpisah hidupnya dari
masyarakat, sering didera oleh konflik batin dan tidak jarang dihinggapi gangguan
mental (Kartono, 2011: 14). Penyimpangan perilaku bersesuaian dengan gangguan
mental atau mental disorder atau semacamnya (Wiramihardja, 2007: 3). Kondisi
emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan penyimpangan perilaku bila
tidak sesuai dengan situasinya (Nevid, 2005: 5). Dari pemaparan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penyimpangan perilaku merupakan sebuah tindakan yang tidak
sesuai dengan kebiasaan anggota masyarakat pada umumnya. Hal itu bisa berupa
tindakan yang tidak sesuai norma atau aturan yang berlaku. Penyimpangan perilaku
berangkat dari sebuah kecemasan atau kondisi yang tidak menguntungkan pada diri
seseorang, sehingga memicu adanya tindakan yang tidak sesuai atau menyimpang.
Menurut Hilgard (dalam Minderop, 2016: 29), istilah mekanisme pertahanan
mengacu pada proses alam bawah sadar seseorang yang mempertahankannya terhadap
kecemasan. Mekanisme ini melindunginya dari ancaman-ancaman eksternal atau
adanya impuls-impuls yang timbul dari kecemasan internal dengan memutarbalikan
realitas dengan berbagai cara. Sedangkan menurut Semiun (2006: 96), mekanisme
pertahanan jika digunakan secara berlebihan, maka dapat menyebabkan tingkah laku
yang memaksa, pengulangan, dan neurotik. Dari pemaparan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada mekanisme pertahanan diri berkaitan dengan dinamika
kepribadian. Mekanisme pertahanan dapat melindungi dari ancaman-anacaman yang
muncul pada diri seseorang, ancaman tersebut berasal dari luar dan dari dalam diri
seseorang. Mekanisme pertahanan menjadikan alat sebagai bentuk penolakan terhadap
realitas.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Pendekatan penelitian ini
yaitu psikologi sastra. Data penelitian ini yaitu berupa teks yang berbentuk kata-kata,
kalimat-kalimat yang berupa penyimpangan perilaku dan mekanisme pertahanan
tokoh utama. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Bidadari yang
Mengembara karya A.S. Laksana. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik baca dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan tiga proses yaitu reduksi data, sajian data, serta verivikasi dan simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penyimpangan perilaku merupakan tingkah laku yang tidak dapat diterima
oleh masyarakat pada umumnya. Penyimpangan perilaku juga dapat berdampak buruk
bagi seseorang yang mengalaminya ataupun orang-orang di lingkungan sekitar.
Pribadi yang mengalami penyimpangan perilaku biasanya juga sulit diterima secara
sosial karena perilaku yang ditunjukkan dapat membahayakan dan mengganggu
orang-orang di sekitarnya. Ada pun temuan-temuan itu mengarah pada penyimpangan
perilaku berupa, (a) perilaku yang tidak biasa, (b) perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial atau melanggar norma sosial, (c) persepsi atau interpretasi yang salah
terhadap realitas, dan (d) stres personal yang signifikan.
Dalam cerpen “Menggambar Ayah”, perilaku tokoh Aku menunjukkan

penyimpangan perilaku yang tidak biasa. Perilaku tersebut yaitu membayangkan hal-

hal yang tidak wajar. Tokoh Aku selalu membayangkan dalam khayalannya bahwa

para lelaki menggelepar di semak-semak seperti ular, lalu ular-ular itu mematuk

ibunya. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.

Aku membayangkan beribu-ribu lelaki menggelepar di semak-semak, bagai


ular yang sedang mengintip mangsa. Mungkin ibuku dipagut ular-ular itu dan
kemudian tumbuhlah benih di dalam rahimnya. Tumbuhlah aku (MA: 2).

Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau melanggar norma sosial
kerap kali ditemui di dalam masyarakat. Perilaku tersebut tentunya merugikan orang-
orang di sekitar dan dapat mengganggu kenyamanan. Setiap masyarakat biasanya
memiliki kebiasaan yang berbeda dengan lingkungan masyarakat lain. Kebiasaan
tersebut juga memiliki norma-norma atau aturan yang menentukan jenis perilaku yang
dapat diterima dalam konteks tertentu. Namun pada umumnya norma-norma atau
aturan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat tidak jauh berbeda dengan masyarakat
lain.
Tokoh utama dalam cerpen “Seorang Ibu yang Menunggu atau Sangkuriang”
juga mengalami penyimpangan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau
melanggar norma sosial. Penyimpangan tersebut mengarah pada tindakan yang tidak
terpuji. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
Sehatkah anak itu? Ia ingin mengintip bayi di dalam perut ibunya.

“Aku ingin mengintip dia dari jalan masuknya dan jalan yang akan dilewatinya
jika ia keluar nanti,” tegasnya. “Aku sudah membawa kaca pembesar.”
...
“Cepat tunjukkan kepadaku, Ibu!” desak si anak. “Sudah lama aku ingin
melihatnya. Berminggu-minggu aku mencari kaca pembesar, dan sekarang aku
mendapatkannya dalam ukuran besar.”
...
“Kenapa wajahmu tolol, Ibu?” tanya si anak. “Hilangkan ketakutan dari
wajahmu yang tolol itu. Dengan kaca pembesar, malam ini kita akan
berpraktik untuk mengenal kejadian-kejadian. Karena seluruh rahasia harus
dipecahkan (SIYM: 31-33).

Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas dapat berupa perilaku
yang mengganggu individu yang mengalami dan lingkungan di sekitarnya. Perilaku
tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh kondisi yang tidak menyenangkan dan
menguntungkan. Dalam kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S.
Laksana ditemukan penyimpangan perilaku berupa persepsi atau interpretasi yang
salah terhadap realitas. Para tokoh utama mengalami penyimpangan perilaku yang
berbeda-beda, karena kondisi dan persoalan yang dialami oleh para tokoh utama
bermacam-macam.
Persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas salah satunya berupa
delusi. Delusi merupakan suatu gangguan yang mengarah pada kondisi pikiran yang
tidak rasional. Individu yang mengalami delusi biasanya dipicu oleh persoalan yang
menimpanya. Hal itulah yang akhirnya membuat seseorang dihinggapi oleh gangguan
delusi. Temuan yang berupa delusi terdapat dalam cerpen “Menggambar Ayah”. Hal
itu ditunjukkan dalam kutipan berikut.
Gambar itu kemudian menjadi apa saja. Ia tidak hanya menjadi bapakku, tetapi
juga guruku. Aku belajar tentang apa saja dari dia. Belajar bagaimana
menyalurkan kehendak, belajar memberontak, dan belajar mempertahankan
keinginan dari gambar penis yang menjulur di dinding kamarku.
...
Bapak yang baik katanya harus bisa menjadi ayah, guru, dan kawan bermain
bagi anaknya. Kalau aku ingin bapakku menjadi kawan bermain, aku
menggambarnya dalam ukuran kecil. Bila aku ingin menjadi guruku, aku
menggambarnya dalam ukuran besar.
...
“Kau harus selalu di sampingku, Bapak,” kataku. Kau harus mengawasi
pertumbuhanku. Banyak anak-anak yang kehilangan jalan karena terus-
menerus ditinggal bapaknya. Aku tidak mau menjadi anak yang hilang jalan.”
(MA: 8).
Stres personal yang berlebihan merupakan penyimpangan perilaku yang dapat
terjadi pada diri seseorang. Stres personal dapat disebabkan oleh gangguan emosi,
ketakutan, kecemasan, dan depresi. Perilaku tersebut tentu saja dapat mengganggu
setiap orang yang mengalaminya dan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Hal itu
juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari serta dapat membahayakan dirinya
sendiri dan orang lain. Temuan yang mengarah pada penyimpangan perilaku berupa
stres personal yang signifikan terdapat dalam cerpen “Menggambar Ayah”. Stres yang
dialami oleh tokoh Aku disebabkan oleh kerinduan terhadap ibunya. Kerinduan yang
tokoh Aku rasakan begitu dalam sehingga membuatnya merasa menderita. Hal itu
ditunjukkan dalam kutipan berikut ini.
Aku rindu tangan ibu di atas dahiku, dan kemudian tangan itu bergerak pelan-
pelan mengelusku sampai aku tidur. Tidak pernah ia melakukan itu. Ia rasa
rindu menjadi racun yang menyumbat jalan darahku. Kadang-kadang napasku
terasa sesak. Mungkin racun itu telah pula menyumbat jalan napasku (MA: 6).

Penyimpangan perilaku merupakan perilaku yang tidak normal, menyimpang


dari suatu standar yang bisa berarti di atas normal atau di bawah normal (Slamet dan
Markam, 2003: 22). Individu yang mengalami penyimpangan perilaku adalah individu
yang kurang mampu mengendalikan potensi jasadi dan nuraninya berdasarkan
pemahaman-pemahaman dan norma-norma sosial yang berlaku di mana individu
hidup (Purwanto, 2011: 306). Penyimpangan perilau merupakan tindakan atau tingkah
laku yang tidak memenuhi syarat atau standar yang berlaku dalam masyarakat.
Individu yang mengalami penyimpangan perilaku juga dapat merugikan serta
membahayakan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S. Laksana terdapat
persoalan-persoalan psikologis pada diri tokoh utama. Kondisi psikologis yang
terdapat pada diri tokoh utama mengarah pada bentuk penyimpangan perilaku.
Temuan tersebut yaitu terdapat pada cerpen “Bidadari yang Mengembara”,
“Menggambar Ayah”, “Seorang Ibu yang Menunggu atau Sangkuriang”, “Seto
Menjadi Kupu-Kupu”, dan “Peristiwa Pagi Hari”. Tokoh utama dalam kumpulan
cerpen Bidadari yang Mengembara mengalami penyimpangan perilaku yang
disebabkan oleh persoalan internal dan eksternal. Penyimpangan perilaku yang
dimunculkan oleh tokoh utama cenderung mengarah pada bentuk penyimpangan yang
unik dan langka. Hal itu terlihat dari perilaku tokoh utama yang tidak rasional dan
sulit dijangkau oleh akal sehat manusia pada umumnya.
Selain dalam buku kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S.
Laksana juga ditemukan mekanisme pertahanan pada diri tokoh utama. Mekanisme
pertahanan berfungsi atau digunakan untuk mempertahankan diri dari berbagai
persoalan. Mekanisme pertahanan biasanya juga digunakan untuk menghindari
kecemasan dan hal-hal yang tidak baik, serta tidak diinginkan. Namun apabila
mekanisme pertahanan digunakan secara berlebihan atau tidak semestinya, maka akan
menyebabkan tingkah laku yang tidak baik. Adapun mekanisme pertahanan dalam
kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S. Laksana yaitu berupa (a)
penyangkalan, (b) represi, (c) agresi, dan (d ) fantasi.
Penyangkalan yang terdapat pada tokoh utama dalam kumpulan cerpen
Bidadari yang Mengembara yaitu mengarah pada bentuk penyangkalan terhadap
kesalahan. Penyangkalan terhadap kesalahan merupakan mekanisme pertahan untuk
menyangkal kesalahan yang menimpa seseorang atau yang dilakukan oleh seseorang.
Seperti dalam cerpen “Menggambar Ayah”, penyangkalan pada tokoh Aku ditujukan
pada perbuatan buruk yang dilakukan oleh ibunya. Tokoh Aku mencoba untuk
menyangkal bahwa kebencian yang dilakukan oleh ibunya bukanlah atas dasar
kesalahannya, melainkan kesalahan ibunya sendiri. Berikut ini perilaku tokoh utama
yang mengarah pada mekanisme pertahanan dalam bentuk penyangkalan.
Itu bukan salahku. Aku ingin memprotes. Tapi temanku bilang bahwa
perempuan itu tidak peduli apakah aku salah atau tidak. Ia hanya tidak ingin
membesarkan benih yang menerobos ke dalam rahimnya dari pipa lelaki
jalanan (MA: 2).

Mekanisme pertahanan berupa represi berfungsi untuk menahan dorongan


alam bawah sadar yang dapat membahayakan atau mengancam. Dorongan alam
bawah sadar yang tidak layak atau mengancam, maka tidak akan direalisasikan oleh
ego dan dikembalikan ke dalam alam bawah sadar. Represi yang muncul dari tokoh
utama dalam cerpen “Menggambar Ayah” yaitu dengan menahan dorongan id supaya
tidak direalisasikan oleh ego, hal itu dilakukan oleh tokoh utama karena dorongan id
dapat membahayakan dan mengancam keselamatan ibunya. Hal itu ditunjukkan
dalam kutipan berikut ini.
Ibu tidak pernah tahu bahwa aku selalu rindu kepadanya. Bila aku mau,
sebetulnya bisa saja aku menyelinap ke kamarnya ketika dia tidur, lalu kucekik
batang lehernya. Tapi aku tidak mau melakukan itu. Aku orang yang rindu
(MA: 6).

Agresi merupakan mekanisme pertahanan yang cukup mengganggu, karena


hal itu dapat berupa pengrusakan dan penyerangan, serta hal-hal buruk lainnya.
Penyebab munculnya mekanisme pertahanan dalam bentuk agresi biasanya karena
perasaan emosi, ketegangan, kegelisahan, dan persoalan-persoalan lain yang tidak
menyenangkan. Pengrusakan atau penyerangan yang dilakukan dapat menimpa
dirinya sendiri dan orang lain. Maka dari itu, mekanisme pertahanan dalam bentuk
agresi ini bisa dikatakan cukup mengganggu dan membahayakan. Agresi dapat
berbentuk langsung dan tidak langsung. Agresi langsung berupa tindakan secara
langsung pada objek, sedangkan agresi tidak langsung yaitu tindakan yang dilakukan
secara tidak langsung kepada objek. Dalam cerpen “Bidadari yang Mengembara”
terdapat mekanisme pertahanan berupa agresi dalam bentuk langsung. Agresi yang
muncul pada tokoh Aku yaitu penyerangan terhadap seseorang yang telah menghapus
gambar ayahnya. Berikut ini mekanisme pertahanan dalam bentuk agresi pada diri
tokoh Aku.
Ketika dia menghapus gambar yang kubikin, aku tidak bisa mendiamkannya.
Aku tidak suka perbuatannya. Ia ingin memisahkan aku dari bapakku. Maka
kutampar mukanya (MA: 9).

Fantasi merupakan mekanisme pertahanan yang sering dilakukan oleh


seseorang. Fantasi biasanya dilakukan untuk menghadirkan kesenangan dan
menjangkau ke hal-hal yang diinginkan meskipun tidak terdapat dalam kehidupan
nyata. Selain itu, fantasi juga dapat disebabkan karena persoalan yang menimpa
seseorang, seperti kecemasan, kesedihan, dan persoalan-persoalan lainnya. Hal itu
dilakukan untuk menghindari hal-hal buruk dan untuk mendatangkan kesenangan.
Pada diri tokoh Aku dalam cerpen “Menggambar Ayah” terdapat mekanisme
pertahanan dalam bentuk fantasi. Fantasi pada diri tokoh Aku terlihat dari perilakunya
yang menghadirkan sosok ayahnya dalam bentuk gambar sebatang penis. Tokoh Aku
mencoba untuk memenuhi keinginannya agar dapat bertemu dengan ayahnya yang
selama ini drindukannya. Berikut ini perilaku tokoh Aku yang mengarah pada
mekanisme pertahanan dalam bentuk fantasi.
Agaknya ibu tidak pernah berpikir memberiku seorang bapak. Maka aku
membikin sendiri bapakku. Di kamar, aku menggambar sebatang penis.
Panjang seperti ular. Aku sebenarnya menggambar bapakku. Ia melingkar
membelit dinding-dinding kamarku.
...
Agar ia selalu dekat denganku, maka aku pun menggambarnya di mana-mana
dalam berbagai ukuran. Kadang-kadang kupasangkan dasi pada lehernya. Aku
senang sekali melihat ia mengenakan dasi, ia tampak seperti orang kantoran
(MA: 7-8).

Mekanisme pertahanan merupakan proses mental yang bertujuan untuk


mengurangi kecemsan dan dilakukan melalui dua karakteristik khusus yaitu, (1) tidak
disadari dan menolak, memalsukan atau mendistorsi (mengubah) kenyataan.
Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai reaks-reaksi yang tidak
disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau perasaan yang menyakitkan,
seperti cemas dan perasaan bersalah (Yusuf dan Nurihsan, 2011: 52). Menurut Salkind
(2015: 161), mekanisme pertahanan membantu melindungi individu dari ketegangan
atau kecemasan yang berlebihan.
Setiap individu yang mengalami persoalan biasanya memicu munculnya
mekanisme pertahanan untuk mengatasi persoalan yang dialaminya. Persoalan-
persoalan yang dapat menimbukan munculnya mekanisme pertahanan dapat berupa
persoalan internal maupun eksternel. Mekanisme pertahana juga termasuk bentuk
upaya yang dimunculkan seseorang untuk mengatasi segala persoalan yang
menimpanya, kecemasan dan rasa sakit yang ada pada diri seseorang juga kerap kali
menjadi penyebab munculnya mekanisme pertahanan. Selain sebagai upaya untuk
menghindari atau meredam persoalan yang dialami oleh individu, mekanisme
petahanan juga dapat menimbulkan masalah pada diri seseorang maupun orang-orang
di sekitarnya. Apabila mekanisme pertahan digunakan atau muncul secara berlebihan,
maka hal itu dapat membahayakan dan menimbulkan efek negetif bagi pelaku dan
orang lain.
Kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S. Laksana terdapat
persoalan-perosalan psikologis pada diri tokoh utama. Kondisi psikologis yang
terdapat pada diri tokoh utama mengarah pada bentuk mekanisme pertahanan.
Temuan tersebut yaitu terdapat pada cerpen “Bidadari yang Mengembara”,
“Menggambar Ayah”, “Seorang Ibu yang Menunggu atau Sangkuriang”, “Seto
Menjadi Kupu-Kupu”, dan “Peristiwa Pagi Hari”. Melalui perilaku yang dimunculkan
tokoh utama memperlihatkan bahwa mekanisme pertahan tersebut merupakan upaya
untuk menghindari dan mereda persoalan-persoalan yang dialaminya. Selain itu,
mekanisme pertahan yang dimunculkan oleh tokoh utama juga disebabkan oleh
persoalan internal dan eksternal.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penyimpangan perilaku
dan mekanisme pertahanan tokoh utama dalam kumpulan cerpen Bidadari yang
Mengembara karya A.S. Laksana, diperoleh data mengenai penyimpangan perilaku
dan mekanisme pertahanan pada tokoh utama. Persoalan-persoalan yang terdapat pada
tokoh utama mengarah pada kondisi psikologis, baik dalam bentuk personal maupun
sosial. Namun secara garis besar persoalan-persoalan yang terdapat pada diri tokoh
utama berupa persoalan personal. Hal itu juga berdampak pada persoalan sosial para
tokoh. Secara keseluruhan keadaan jiwa tokoh utama dapat dilihat melalui
penyimpangan perilaku dan mekanisme pertahanan yang muncul pada para tokoh
utama. Penyimpangan perilaku tersebut berupa, (1) perilaku yang tidak biasa, yaitu (a)
membayangkan hal-hal yang tidak wajar, dan (b) anggapan yang berlebihan, dan (c)
kerinduan yang tidak wajar, (2) perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial atau
melanggar norma sosial, yaitu (a) tindakan tidak terpuji, dan (b) tindakan yang
mengganggu kenyamanan, (3) persepsi atau interpretasi yang salah terhadap realitas,
yaitu (a) delusi, dan (b) paranoid, dan (4) stres personal yang signifikan, yaitu (a) stres
yang disebabkan oleh kerinduan, dan (b) stres yang disebabkan oleh kecemasan.
Mekanisme pertahanan berupa, (1) penyangkalan, yaitu berupa penyangkalan terhadap
kesalahan, (2) represi, yaitu (a) menahan dorongan alam bawah sadar yang
mengancam, (b) usaha untuk menenangkan diri, dan (c) usaha menghindari kesia-
siaan, (3) agresi, yaitu berupa (a) agresi berbentuk langsung, dan (b) agresi berbentuk
tidak langsung, dan (4) fantasi, yaitu (a) menghadirkan sosok yang dirindukan, (b)
perilaku yang tidak dapat menerima kenyataan, (c) usaha menghindari kecemasan, dan
(d) khayalan yang tidak wajar.
Berdasarkan penelitian ini, peneliti berharap untuk ke depannya penelitian
terhadap karya sastra mengalami perkembangan yang lebih baik. Peneliti memberi
saran pada penelitian yang selanjutnya untuk memperluas objek yang akan diteliti
dengan menggunakan pendektan psikologi sastra. Karena dalam pendekatan psikologi
sastra terdapat aspek-aspek psikologis yang masih belum dimaksimalkan untuk
mengkaji persoalan-persoalan yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Peneliti juga
menyarankan kepada peneliti yang selanjutnya untuk melakukan penelitian pada
kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S. Laksana dengan
menggunakan pendekatan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. (2011). Patologi Sosial. Raja Grafindo: Jakarta.

Minderop, Albertine. (2016). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Teori Sastra, dan
Contoh Kasus. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta.

Nevid, Jeffrey S. (2005). Psikologi Abnormal. Erlangga: Jakarta.

Purwanto, Yadi. (2011). Psikologi Kepribadian. Refika Aditama: Bandung.

Salkind, Neil J. (2015). Teori-Teori Perkembangan Manusia. Nusa Media: Bandung.


Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik. Penerbit
KANISIUS: Yogyakarta.

Slamet, L.S. dan Sumarmo Markum. (2003). Pengantar Psikologi Klinis. UI


Pers: Jakarta.

Wiramihardja, Sutardjo A. (2007). Pengantar Psikologi Abnormal. Refika Aditama:


Bandung.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan Juntika. (2011). Teori Kepribadian. Rosdakarya:


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai