Anda di halaman 1dari 12

TOPIK

The Nusantara Characters in Overcoming Negative Behaviors

Muhammad Kashai Ramdhani Pelupessy


Dosen Psikologi IAIN Ambon. Jl. Dr. H. Tarmizi Taher, Kebun Cengkeh, Batu Merah, Sirimau, Kota Ambon, Maluku.
Email: mkrpelupessy@iainambon.ac.id

Abstract
Understanding Nusantara character is important to overcome negative behaviors that often occur in the hearts of
community. This study attempts to explore how Nusantara character is able to overcome negative behaviors. This
study is literature in nature using several Indonesian journals of psychology. The results of this study indicate that the
characters are developed from subjective happiness, motivation of achievement, and tolerance. These three characters
have potentials to overcome negative behaviors. The author suggests that Indonesian researchers in psychology need to
meticulously investigate cultural values in certain communities and the construction of Nusantara characters.

Keywords: personality archipelago, negative behavior

Karakteristik Kepribadian Nusantara dan Relevansinya Mengatasi


Perilaku Negatif

Abstrak
Menelurusi karakteristik kepribadian nusantara ini penting dilakukan untuk mengatasi perilaku negatif
yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat. Tujuan penelitian ini berusaha menunjukkan karakteristik
kepribadian nusantara, sekaligus menjadi solusi alternatif mengatasi perilaku negatif. Penelusuran ini
menggunakan studi literatur, diambil dari jurnal-jurnal psikologi Indonesia. Hasil penelusuran menunjukkan
bahwa karakteristik kepribadian nusantara ialah kebahagiaan subjektif, motivasi berprestasi, dan toleransi.
Karakteristik ini dapat menjadi solusi alternatif mengatasi perilaku negatif. Jadi, kesimpulannya ialah
karakteristik kepribadian nusantara meliputi kebahagiaan, motivasi, dan toleransi, yang hal ini dapat
berkontribusi mengatasi perilaku negatif. Meskipun demikian, penelusuran ini memiliki keterbatasan yakni
masih minimnya sumber-sumber penelitian psikologi nusantara, ke depan para peneliti psikologi Indonesia
perlu menggali nilai-nilai budaya dalam masyarakat tertentu dan mengkonstruknya menjadi kepribadian
nusantara.

Kata Kunci: kepribadian nusantara, perilaku negatif

* Naskah diterima Agustus 2021, direvisi Oktober 2021, dan disetujui untuk diterbitkan November 2021

Dialog, 44(2), 2021, 166-177


https://jurnaldialog.kemenag.go.id,p-ISSN: 0126-396X, e-ISSN: 2715-6230
This is open access article under CC BY-NC-SA-License
(https://creativecommons.org/license/by-nc-sa/4.0/)
Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 166
A. Pendahuluan 2021). Kekerasan sangat berdampak pada
Tantangan terbesar para ilmuwan suasana psikologis individu yakni stres
psikologi Indonesia sekarang ini ialah (Nyarko et al., 2020; Binder et al., 2020) dan
menelusuri kepribadian nusantara. Upaya perasaan traumatik (Steel et al., 2009).
penelurusan sudah dilakukan (misalnya., Uniknya, belakangan ini konsentrasi
Prihartanti, 1999; Prihartanti et al., 2003; penelitian psikologi cukup besar membahas
Prawitasari, 2006; Ralahallo, 2009; perilaku negatif dibanding menonjolkan
Trimulyaningsih, 2017), semua upaya ini aspek positif dari perilaku manusia
untuk mengetahui kepribadian “khas” (Sumanto, 2006). Padahal, ada yang lebih
nusantara dan relevansinya mengatasi penting selain meneliti perilaku negatif,
masalah perilaku negatif yang kerap muncul yakni menelusuri perilaku positif yang
di tengah-tengah masyarakat Indonesia. tersimpan di balik nilai-nilai setiap budaya
Belakangan, upaya itu terpolarisasi ke di berbagai daerah (Akhtar, 2018).
dalam dua spektrum pandangan yang Pertanyaannya ialah apakah fenomena
berbeda. Pertama, pandangan psikologi perilaku negatif seperti kekerasan murni
terapan, yakni para ahli psikologi meneliti merupakan kepribadian nusantara?
kepribadian nusantara untuk tujuan praktis Pertanyaan ini butuh jawaban serius dan
sehingga tampak kepribadian itu bersifat mendalam, karena perilaku negatif tampak
etik atau berlaku universal (Widyarini, 2008; bersifat universal. Bahkan karena
Prawitasari, 2006). Kedua, pandangan universalitas itu, salah-satu wartawan senior
psikologi murni, yakni upaya meneliti Mochtar Lubis memasukkan karakter
kepribadian nusantara untuk tujuan teoritis negatif orang Indonesia di antaranya ialah
sehingga tampak kepribadian bersifat emik hipokrit dan percaya takhayul (Lubis, 2012).
atau hanya dimiliki individu dalam Pendapat ini masih bersifat common sense
komunitas masyarakat tertentu (Widyarini, karena belum dibuktikan secara ilmiah.
2008; Prihartanti, 1999). Berangkat dari dua Meskipun demikian, asumsi itu memancing
pandangan yang berbeda itu, sebetulnya penelitian lebih lanjut terkait upaya mencari
memiliki tujuan yang sama yakni upaya solusi untuk mengatasi perilaku negatif di
mengatasi masalah perilaku negatif yang tengah-tengah masyarakat.
kerap muncul di tengah-tengah masyarakat. Langkah paling dekat sekarang ini ialah
Masalah perilaku negatif yang kerap menelusuri: Apakah ada kepribadian
muncul belakangan ini ialah kekerasan atau nusantara? Apa saja karakteristik
konflik lintas etnis dan agama (Subandi, kepribadian nusantara berdasarkan hasil-
1995; Komnas HAM, 2019), perilaku korupsi hasil penelitian para ahli psikologi
(Susanto, 2009; Muluk, 2008; Winurini, 2017; Indonesia? Apakah karakteristik
ICW, 2020), bahkan mengerucut pada kepribadian nusantara dapat mengatasi
persoalan disintegrasi bangsa (Sairin, 2000; perilaku negatif? Tujuan penelusuran ini
Kusumawardani & Faturochman, 2004; ialah disamping memberi solusi alternatif
Sobandi, 2011; Nainggolan, 2014). mengatasi perilaku negatif, juga untuk
Kekerasan lintas etnis dan agama, misalnya, merumuskan dan menunjukkan
berdasarkan laporan survei Komisi karakteristik kepribadian nusantara kepada
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas masyarakat ilmiah, pengambil kebijakan,
HAM) Republik Indonesia menunjukkan dan masyarakat luas.
bahwa kasus kekerasan mengalami
peningkatan akhir-akhir ini (Komnas HAM, B. Metode Penelitian
2019). Fenomena kekerasan disebabkan Jenis penelitian ini ialah kualitatif
banyak faktor, salah-satu di antaranya ialah dengan pendekatan studi literatur. Studi
kemiskinan dan ketidakadilan sosial literatur yang digunakan dalam penelitian
(Caruso & Schneider, 2011; Khattab et al., ini mengacu pada pendapat Fink (2020)
2018), fundamentalisme agama (Ellis, 2017), bahwa sejumlah literatur yang dikaji dalam
dan prasangka sosial (Rowatt & Al-Kire, penelitian ini bersumber dari database jurnal

167 Karakteristik Kepribadian Nusantara ...


online. Oleh karena itu, literatur yang dikaji
dalam sumpah palapa yang diucapkan
dalam penelitian ini bersumber dari jurnal- adipatih Majapahit Gajda Mada. Dalam
jurnal terakreditasi Sinta, terindeks Portalsumpahnya itu, istilah nusantara
Garuda, dan sejumlah artikel ilmiah dalam digaungkan yang berarti sejumlah pulau
bentuk Prosiding yang telah
mencakup Jawa, Seram (Maluku),
dipresentasikan para ahli psikologi Palembang (Sumatera), Dompu (Nusa
Indonesia di setiap konferensi. Literatur Tenggara Timur), Bali, dan lainnya yang
ilmiah yang diambil ialah dari jurnal-jurnalsekarang dikenal sebagai Indonesia. Hal ini
ilmiah yang diteliti para ahli psikologi sesuai dengan pengertian nusantara yang
Indonesia. terdiri dari dua suku kata yakni nusa (pulau)
Studi literatur ini untuk menjawab dan antara (jarak), kedua suku kata itu
pertanyaan penelitian: “Apakah ada berasal dari bahasa sansekerta. Artinya,
kepribadian nusantara? Apa saja nusantara berarti gugusan pulau-pulau
karakteristik kepribadian nusantara yang terpisah oleh jarak lautan. Dalam
berdasarkan hasil-hasil penelitian para ahlibahasa Inggris, istilah nusantara disebut
psikologi Indonesia? Apakah karakteristik archipelago yang berarti pulau-pulau yang
kepribadian nusantara dapat mengatasi saling terpisah namun disatukan oleh lautan
perilaku negatif?”. Untuk menjawab (Latif, 2019).
pertanyaan tersebut, maka studi literatur ini Sebagaimana istilah nusantara yang
dilakukan melalui beberapa tahapan yakni berarti gugusan pulau-pulau, dan setiap
tahap 1 (perencanaan), tahap 2 (peninjauan),pulau menyimpan nilai-nilai kearifan lokal
dan tahap 3 (pelaporan), hal ini sebagaimana(budaya, adat istiadat) yang khas dan unik,
dilakukan oleh Li et al (2021). maka tidak menutup kemungkinan bahwa
Pada tahap 1 (perencanaan) ialah untuk kepribadian masing-masing masyarakat di
menjawab pertanyaan penelitian di atas. berbagai daerah menjadi sangat beragam
Dalam proses menjawab pertanyaan (individual differences). Hal ini tampak dari
penelitian tersebut, maka ditelusuri ekspresi kepribadian masyarakat, misalnya
sejumlah artikel yang relevan dengan kata orang Maluku berbeda dengan orang Jawa,
kunci “karakteristik kepribadianjuga berbeda dari orang Batak. Penyebabnya
nusantara”, “kepribadian orang Jawa”, ialah karena nilai-nilai kearifan lokal dari
“kepribadian orang Batak”, “kepribadian masing-masing daerah sangat kuat
orang Maluku”, “perilaku nusantara”, dan membentuk kepribadian setiap individu di
sejenisnya. Kata kunci ini ditemukan pada dalam masyarakat. Meskipun demikian,
sejumlah website jurnal psikologi di perbedaan ini telah menjadi keniscayaan,
Indonesia, tanpa mengecualikan sejumlah bahkan karena perbedaan itu maka
website jurnal luar negeri seperti ScienceDirect
masyarakat nusantara bisa bertahan dan
dan Tandfonline. beradaptasi dengan segala perubahan yang
Pada tahap 2 (peninjauan) ialah untuk terjadi begitu cepat sekarang ini. Hal ini
melakukan review terhadap sejumlah jurnal sebagaimana sifat lautan yang menyatukan
psikologi yang relevan menjawab nusantara ialah mampu menerima berbagai
pertanyaan penelitian. Review ini dilakukan corak perubahan dan perbedaan yang
untuk mencari tahu karakteristik bernilai positif dan membersihkan segala hal
kepribadian yang dimiliki masing-masing yang berbau negatif (Latif, 2019).
daerah di Indonesia berdasarkan studi-studi Kekuatan lingkungan (nilai-nilai
para ahli psikologi Indonesia. Tahap 3 kearifan lokal) memang sangat kuat
(pelaporan) ialah melaporkan hasil review membentuk kepribadian individu. Psikolog
dalam bentuk pembahasan untuk menjawab terkenal Kurt Lewin mengatakan bahwa
pertanyaan penelitian di atas. dinamika kepribadian individu sangat kuat
dibentuk oleh faktor lingkungan dan peran
C. Hasil dan Pembahasan person lainnya (Soeparno & Sandra, 2011).
Istilah “nusantara” pertama kali muncul Lewin menguraikan pendapatnya itu dalam

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 168


rumus psikologi yakni B = f (P,E) yang berarti ialah mencakup warga kampung dan
B (behavior), f (factor), P (person), dan E masyarakat sekitarnya. Sistem lingkungan
(environment). Artinya, dinamika ekso ialah suatu lingkungan di luar individu
kepribadian individu sangat kuat tapi sangat kuat mempengaruhi
ditentukan oleh faktor person (orang-orang kepribadian individu. Misalnya, lingkungan
di sekitar individu) dan lingkungan (nilai- tempat kerja orang tua. Terakhir, sistem
nilai kearfian lokal). Selain Lewin, psikolog lingkungan makro ialah suatu sistem yang
terkenal lainnya ialah Urie Bronfenbrenner sangat besar seperti kehidupan ideologi
juga mengatakan bahwa kepribadian suatu negara atau nilai-nilai universal.
individu sangat kuat dipengaruhi Setiap sistem lingkungan tersebut sangat
lingkungan (Andayani, 2004). Ulasan kuat membentuk kepribadian individu.
Bronfenbrenner sebagaimana pada gambar Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
1 di bawah ini. pengaruh lingkungan (kearifan lokal) dari
masing-masing daerah (pulau; nusantara)
sangat kuat membentuk kepribadian
individu.
Berdasarkan ulasan tersebut, maka yang
dimaksud dengan kepribadian nusantara
ialah pengaruh nilai-nilai kearifan lokal dari
setiap daerah di nusantara (pulau-pulau)
sangat kuat membentuk kepribadian
individu. Inilah yang kami sebut sebagai
“kepribadian nusantara”. Selanjutnya,
pengaruh nilai-nilai kearifan lokal
(lingkungan) dari setiap daerah (di
nusantara) membentuk kepribadian
individu diulas sebagai berikut.

Gambar 1. Teori Ekologi Bronfenbrenner diambil Konsep Kepribadian Suryomentaraman


dari Stanger (2011) Hasil-hasil penelitian psikologi
Brofenbrenner mengatakan bahwa Indonesia yang concern mengulas
kepribadian setiap individu berkembang kepribadian nusantara ialah mengacu pada
seiring dengan dipengaruhi sistem konsep kepribadian yang dirumuskan
lingkungan tempat tinggal individu. Karena Suryomentaraman (Prihartanti, 1999;
individu itu mengalami perkembangan Prawitasari, 2006; Widyarini, 2008; Sumanto,
psikologis seiring pertumbuhan usia, maka 2011; Trimulyaningsih, 2017; Afif, 2020).
lingkungan yang dimasuki individu pun Suryomentaram (Widyarini, 2008) mengulas
menjadi sangat dinamis dan punya dinamika kepribadian di dalamnya terdiri
kekuatan membentuk kepribadiannya dari empat dimensi yakni fungsi fisikal
(Andayani, 2004). Jika semua sistem (dimensi I), emosional (dimensi II),
lingkungan yang dilalui individu intelektual (dimensi III), dan intuisional
digabungkan menjadi satu, maka akan (dimensi IV). Kepribadian setiap individu
membentuk environmental press yang sangat muncul dari akumulasi dimensi I sampai IV
kuat menentukan kompleksitas kepribadian tersebut.
individu di masa mendatang (Andayani, Widyarini (2008) dan Afif (2020)
2004). Misalnya, mengacu pada gambar 1 di mengulas dimensi I adalah proses individu
atas bahwa individu berkembang memasuki mencatat segala sesuatu yang berhubungan
sistem lingkungan mikro, meso, ekso, dan dengan dirinya. Catatan-catatan ini
makro. Sistem lingkungan mikro ialah kemudian masuk ke dimensi II menjadi
mencakup inti keluarga, sekolah, dan teman catatan pengalaman hidup, dapat
sebaya individu. Sistem lingkungan meso menyenangkan atau tidak menyenangkan.

169 Karakteristik Kepribadian Nusantara ...


Dimensi III bersifat rasional (intelektual), dengan rasa orang lain, menghayati rasa
Suryomentaraman menyebutnya si tukang kradamangsa orang lain dan rasa sendiri, agar
pikir. Antara dimensi III ke dimensi IV mencapai manusia tanpa ciri (Afif, 2020).
terdapat “jalan simpang tiga”, antara Kepribadian mawas diri menuju manusia
mengikuti catatan-catatan pengalaman tanpa ciri akan menghantarkan kita menjadi
hidup ataukah bertindak rasional-reflektif. pribadi yang bahagia di kemudian hari
Widyarini (2008) mengatakan jika individu (Akhtar, 2018).
mengikuti catatan pengalaman hidup, maka Beberapa ahli psikologi Indonesia
ia akan menuju rasa kradamangsa penuh sifat mengatakan bahwa konsep kepribadian ala
egoistik. Namun, jika individu tidak Suryomentaraman ini bersifat emik, hanya
mengikuti catatan pengalaman hidup maka berlaku atau dialami orang Jawa saja
ia akan mengarah pada manusia tanpa ciri (Prihartanti, 1999). Darmanto Jatman
yakni kesadaran altruistik dan kebahagaiaan (Widyarini, 2008) juga mengatakan konsep
subjektif (Widyarini, 2008; Akhtar, 2018). kepribadian Suryomentaraman merupakan
Contoh konkrit dinamika kepribadian produk intelektual orang Jawa. Namun, ada
yang dirumuskan Suryomentaraman ialah beberapa ahli lainnya seperti Prawitasari
seperti kita sering merasa kecewa atau (2006) dan juga Widyarini (2008)
marah ketika catatan-catatan pengalaman berpendapat bahwa konsep kepribadian
hidup (rasa kradamangsa) kita diganggu/ Suryomentaraman bersifat etik, artinya
tidak terealisasi oleh situasi atau pihak lain berlaku dan dialami semua manusia di
(Afif, 2020). Catatan pengalaman hidup berbagai budaya. Hal ini berdasarkan
(rasa kradamangsa) ini, misalnya, rasa ingin praktik konseling yang dilakukan Widyarini
dihormati orang lain, ketika rasa ini tidak (2008) dengan menerapkan konsep
terwujud maka kita cenderung kecewa atau kepribadian Suryomentaraman ternyata
marah kepada orang lain tersebut. berhasil menyembuhkan perilaku negatif
Penyebabnya ialah karena setiap individu yang diderita klien dari berbagai latar
memiliki catatan pengalaman hidupnya budaya yang berbeda. Bahkan Widyarini
sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kekecawaan (2008) mengatakan bahwa konsep
yang timbul karena tidak terpenuhinya rasa kepribadian Suryomentaraman ini bisa
kradamangsa karena terbentur dengan disejajarkan dengan teknik analisis
catatan-catatan pengalaman hidup orang transaksional dan teknik flow dari
lain, maka Widyarini (2008) mengatakan Csikszentmihslyi yang diterapkan dalam
bahwa benturan antara rasa kita dengan proses konseling. Tampak, secara praktis
rasa kradamangsa pihak lain ini akan bahwa konsep kepribadian
membuahkan perselisihan tanpa henti. Suryomentaraman ini berlaku universal
Solusi untuk mengatasi perselisihan itu (etik), namun di satu sisi juga merupakan
ialah setiap individu harus mencoba produk kekayaan intelektual manusia
melepaskan rasa kradamangsa yang nusantara (Jawa) yakni Suryomentaraman.
cenderung membelenggu jiwa menuju
kebahagiaan sejati. Suryomentaraman Nilai Budaya Batak Toba Membentuk
dalam ulasan Afif (2020) menawarkan olah Motivasi Berprestasi
rasa (mawas diri) sebagai solusi mengatasi Setiap komunitas masyarakat memiliki
perselisihan atau benturan antara rasa nilai-nilai budaya yang khas dan menjadi
kradamangsa kita dengan rasa kradamangsa prinsip/pedoman hidup masyarakat
pihak lain. Dengan melepaskan rasa tersebut (Adisubroto, 1993; Schwartz &
kradamangsa yang telah menjadi catatan- Bardi, 2001; Matsumoto, 2008; Pramudito,
catatan pengalaman hidup membuat kita 2017). Nilai-nilai budaya ini diwariskan dari
tidak terbentur dengan pihak lain. Mawas generasi ke generasi (Adisubroto, 1993;
diri merupakan kepribadian sejati ala Saliyo, 2012; Afiah, 2015; Valentina &
Suryomentaraman, ialah teknik olah rasa Martani, 2018; Etikawati et al., 2019). Dalam
untuk memilah rasa kradamangsa kita masyarakat Batak Toba memiliki sembilan

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 170


nilai-nilai budaya sebagaimana ulasan bahwa nilai-nilai hasangapon ini
Sumanjuntak (Valentina & Martani, 2018). menumbuhkan afiliasi, power, dan
Kesembilan nilai budaya Batak Toba yang achievement selaras dengan konsep motivasi
ditransmisikan dari generasi ke generasi dari McClelland. Dugaan ini dapat diterima,
ialah nilai kekerabatan, religi, hagabeon sebab nilai-nilai budaya Batak Toba
(keturunan), hasangapon (kemuliaan), tampaknya membentuk motivasi
hamoraon (kekayaan), patik dohot uhum (taat berprestasi individu.
hukum), pengayoman (pelindung), dan Kedua, nilai hagabeon ialah kehadiran
marsisarian (saling mengerti, menghargai, keturunan (anak) dipersepsikan suku Batak
dan membantu). Toba sebagai kekayaan berharga (Valentina
Kesembilan nilai budaya Batak Toba itu & Martani, 2018; Simbolon & Siregar, 2014;
ditransmisikan orang tua kepada anak- Irmawati, 2007; Simarmata et al., 2012).
anaknya melalui pola asuh otoritatif Simbolon dan Siregar (2014) berpendapat
(Irmawati, 2002). Berbeda dari pendapat bahwa orang Batak memandang keturunan
Irmawati (2002), Simarmata et al (2012) sebagai pemberi harapan hidup,
memposisikan nilai-nilai budaya Batak Toba kebahagiaan, dan kesejahteraan. Sebab,
ditransmisikan kepada anak-anak melalui dengan adanya keturunan maka martabat
beragam bentuk pola asuh yang diterapkan keluarga akan terangkat ketika si anak
orang tua. Nilai budaya hagabeon dan berhasil dalam dunia akademik dan berhasil
hasangapon ini diwariskan kepada anak memperoleh pekerjaan (Irmawati, 2007;
melalui pola asuh demokratis, otoriter dan Valentina & Martani, 2018). Oleh karena itu,
permisif, sedangkan nilai budaya hamoraon hadirnya keturunan dipandang sebagai
ini diwariskan melalui pola asuh otoriter harta paling berharga bagi suku Batak Toba.
dan permisif. Nilai-nilai budaya yang Dalam ulasan Irmawati (2007) bahwa
ditransmisikan kepada anak-anak Batak realisasi nilai hagabeon ini akan mendorong
Toba ini kemudian mengkristal menjadi si anak suku Batak Toba memenuhi tuntutan
kepribadian individu Batak Toba. Dalam nilai hasangapon. Artinya, agar mencapai
ulasan Carl Gustav Jung (Widaningrum, kehormatan (hasangapon), maka setiap
2006), bahwa nilai-nilai budaya yang individu (yang telah berkeluarga) harus
ditransmisikan kepada setiap generasi akan mempunyai anak (hagabeon). Kehadiran
menjadi archetype (ketidaksadaran kolektif; anak dipandang oleh suku Batak Toba dapat
original pattern; living ideas) bagi setiap mendatangkan kehormatan bagi si anak
individu di masa mendatang. sendiri dan juga keluarganya.
Tiga dari kesembilan nilai Batak Toba Ketiga, nilai hamoraon ialah pemenuhan
yang paling tampak membentuk archetype kekayaan (Simarmata et al., 2012; Irmawati,
(pandangan hidup; kepribadian) individu 2007; Valentina & Martani, 2018). Kekayaan
ialah hasangapon, hagabeon, dan hamoraon dalam pandangan suku Batak Toba bersifat
(Valentina & Martani, 2018). Pertama, nilai materi dan non-materi, hal ini diperoleh
hasangapon ini mendorong setiap anak Batak melalui usaha dan kerja keras (Simarmata
Toba harus meraih kemuliaan dan et al., 2012). Kekayaan materi ini misalnya
kehormatan (Valentina & Martani, 2018; uang dan harta benda lainnya, sedangkan
Simarmata et al., 2012). Dalam konteks kekayaan non-materi ialah pangkat/jabatan
modern, nilai-nilai hasangapon ini dan prestasi akademik. Dalam ulasan
mendorong setiap anak Batak Toba harus Irmawati (2007) bahwa nilai hasangapon
mengejar prestasi maksimal dalam dunia (kehormatan) individu dapat terealisasi
akademik (pendidikan) agar dapat apabila telah memenuhi nilai-nilai hagabeon
memperoleh pekerjaan, pangkat, dan dan hamoraon. Oleh karena itu, suku Batak
jabatan di kemudian hari, sehingga si anak Toba menekankan harus punya anak
dapat dihormati orang lain (Irmawati, 2007; (keturunan) agar mereka dapat meraih
Valentina & Martani, 2018; Simarmata et al., kekayaan (hamoraon) sehingga dihormati/
2012). Irmawati (2002, 2007) menduga dihargai orang lain (hasangapon).

171 Karakteristik Kepribadian Nusantara ...


Irmawati (2007) menunjukkan bahwa mendorong individu mengaplikasikan
nilai-nilai hasangapon, hagabeon, dan relasi dan interrelasi positif di dalam
hasangapon ini merupakan terminal values komunitas (Widaningrum, 2006). Relasi dan
yang harus dicapai karena nilai-nilai inter-relasi ini memiliki dampak
tersebut merupakan tujuan hidup suku transformatif bagi setiap komunitas. Oleh
Batak Toba. Untuk memenuhi ketiga nilai karena itu, kemungkinan lahirnya ikatan
inti tersebut, maka diperlukan instrumental pela berangkat dari archetype setiap individu
values yakni religi, hamajuon, patik dohot uhum di Maluku. Dalam pandangan orang
(patut pada hukum), dan pengayoman. Maluku menyimpan archetype bahwa ke-
Instrumental values ini sebagai konduksi diri-an mereka berasal dari satu ras yang
untuk memenuhi ketiga nilai inti (terminal sama sehingga pertikaian tidak boleh terjadi
values) yakni hasangapon, hagabeon, dan di Maluku (Manuputty et al., 2014; Tiwery,
hamoraon. Ketiga nilai ini saling berkaitan 2015; Bartels, 2017). Archetype orang Maluku
antara satu dengan lainnya (Simarmata et ini sangat berkorelasi dengan makna
al., 2012), menjadi nilai-nilai filsafat hidup gandong yang berarti bahwa ikatan
(archetype) suku Batak Toba sehingga persaudaraan lintas-negeri (kampung)
melahirkan kepribadian motivasi didasarkan oleh faktor geneologis di masa
berprestasi di kemudian hari (Irmawati, lampau (Ralahallo, 2009).
2007). Sejarawan Maluku, Tawainella
mengatakan bahwa ikatan gandong lebih
Kepribadian Toleransi dalam Budaya Pela- dulu ada dibanding ikatan pela (Sopamena,
Gandong di Maluku 2020). Hal ini karena ikatan pela yang lahir
Pela dan gandong merupakan produk belakangan berasal dari archetype yang di
intelektual sekaligus modal sosial yang dalamnya menyimpan makna gandong
dimiliki orang Maluku (Sopamena, 2020). sebelumnya. Ikatan pela yang lahir atas dasar
Pela berarti ikatan perjanjian antara dua atau gandong ini biasa disebut dengan istilah “pela
lebih negeri (negeri: desa) dalam satu daratan gandong”, yakni suatu hubungan sakral
pulau atau lintas pulau di provinsi Maluku antara dua/lebih negeri sehingga dilarang
(Ralahallo, 2009). Ikatan ini melahirkan keras bertikai antara satu dengan lainnya.
relasi positif antar-individu dari dua atau Bahkan, kedua negeri di larang menikahi
lebih negeri di Maluku. Asal-usul makna pela saudaranya sendiri, karena ada hubungan
berarti “habis” (Sopamena, 2020), diambil “darah” (gandong) yang kuat antar-negeri
dari kasus pertikaian yang pernah dialami tersebut. Hubungan sakral itu menerobos
dua/lebih negeri di masa lampau sehingga unsur-unsur perbedaan agama antara dua
melahirkan sebuah perjanjian yang negeri yang sedang ber-pela gandong.
bermakna bahwa pertikaian itu sudah Misalnya, negeri Siri-Sori Islam (muslim) ber-
selesai alias habis (pela). pela gandong dengan negeri Haria (kristiani)
Uniknya, pertikaian yang terjadi di masa di pulau Saparua, kedua negeri ini tidak
lampau melahirkan ikatan kekerabatan yang pernah bertikai sampai detik ini.
kuat di kemudian hari. Padahal, kalau Konsep relasi antar-individu, biasanya
dicermati lebih dalam biasanya kasus-kasus berasal dari nilai-nilai budaya yang
pertikaian antara dua negeri akan diturunkan dari generasi ke generasi
melahirkan motif eksploitatif, namun motif (Adisubroto, 1993; Saliyo, 2012; Afiah, 2015;
ini tidak muncul di Maluku, malah Etikawati et al., 2019; Nashori et al., 2020).
sebaliknya melahirkan relasi kekerabatan Di Maluku, konsep relasi itu berasal dari
(pela) yang kuat di kemudian hari. Mengapa nilai-nilai budaya yakni pela dan gandong.
hal ini bisa terjadi? Meminjam ulasan Carl Nilai-nilai pela-gandong ditransmisikan
Gustav Jung, perumus psikologi analitis, orang tua kepada anak-anaknya melalui
mengatakan bahwa setiap individu dalam berbagai cara, misalnya lewat nyanyian
komunitas tertentu menyimpan kapata (cerita rakyat masa silam) yang
“ketidaksadaran kolektif” (archetype) yang ditampilkan pada saat upacara adat, atau

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 172


lewat cerita langsung kepada anak-anak. berpartisipasi dalam organisasi masyarakat,
Nilai-nilai pela-gandong yang ditransmisikan mengatasi masalah keluarga (cerai), dan
itu berdampak pada pembentukan meningkatkan performa kerja (Diener &
kepribadian individu saat berhadapan Chan, 2011). Selain itu, kebahagiaan juga
dengan seseorang yang ber-pela gandong dapat mengatasi depresi, stres dan
dengannya. Salah-satu bentuk kepribadian kecemasan (Khayeri et al., 2016). Artinya,
yang terselip dalam budaya pela-gandong tingkat kebahagiaan mendorong terciptanya
ialah toleransi (Ralahallo, 2009), yang begitu suasana kehidupan yang harmonis. Hal ini
tampak dalam hubungan antar-individu berarti bahwa karakterstik kepribadian
dari dua/lebih negeri di Maluku. nusantara ala Suryomentaraman yang
menekankan tingkat kebahagiaan sangat
Karakteristik Kepribadian Nusantara relevan mengatasi masalah perilaku negatif
Sebetulnya, masih ada banyak nilai-nilai yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
budaya yang sangat kuat membentuk Selain konsep kebahagiaan yang
kepribadian nusantara, namun sejauh ini merupakan karakteristik kepribadian
masih minim penelitian yang dilakukan nusantara orang Jawa, terdapat juga
para ahli psikologi Indonesia mengenai hal karakteristik kepribadian nusantara suku
tersebut. Karena keterbatasan sumber Batak. Sebagaimana telaah pustaka di atas
penelitian, maka dalam artikel ini hanya bahwa karakteristik kepribadian nusantara
dipaparkan tiga kepribadian nusantara yang dimiliki suku Batak ialah motivasi
yakni kepribadian ala Suryomentaraman berprestasi. Sejumlah penelitian
(Jawa), kepribadian motivasi berprestasi ala mengkonfirmasi bahwa motivasi berprestasi
suku Batak Toba, dan kepribadian toleransi dapat mengatasi masalah
dalam budaya pela-gandong di Maluku. ketidaksejahteraan peserta didik di sekolah
Berdasarkan ulasan di atas, tampak (Boncquet et al., 2020). Lanjut Boncquet et
bahwa karakteristik kepribadian nusantara al (2020) bahwa motivasi berprestasi dapat
ialah pertama mawas diri sebagai teknik meningkatkan iklim kesejahteraan dan
olah rasa membentuk kebahagiaan subjektif peningkatan kecerdasan peserta didik di
ala Suryomentaraman. Kedua, kepribadian sekolah. Selain itu, motivasi berprestasi juga
nusantara memiliki karakteristik motivasi dapat mengatasi masalah burnout yang
berprestasi sebagaimana terdapat dalam kerap terjadi di dunia pendidikan
nilai-nilai budaya Batak Toba. Terakhir, (Moghadam et al., 2020). Bahkan, motivasi
ketiga yakni karakterstik kepribadian juga dapat meningkatkan performansi kerja
nusantara ialah toleransi dalam konsep pela- individu (Kiuru et al., 2020). Karena
gandong di Maluku. motivasi dapat meningkatkan nusansa
hidup yang produktif, maka nilai-nilai
Relevansi Kepribadian Nusantara motivasi yang menjadi spirit kepribadian
Mengatasi Perilaku Negatif nusantara suku Batak ini sangat relevan
Sejumlah karakteristik kepribadian mengatasi perilaku negatif di tengah-tengah
nusantara itu cukup relevan mengatasi masyarakat.
perilaku negatif yang belakangan muncul di Konsep toleransi dalam karakteristik
tengah-tengah masyarakat. Hal ini kepribadian nusantara ala orang Maluku
terkonfirmasi dari beberapa studi terkait juga sangat relevan mengatasi masalah
topik karakteristik kepribadian nusantara konflik sosial yang kerap terjadi di tengah-
tersebut. Misalnya, studi pustaka yang tengah masyarakat. Sebagaimana ulasan
dilakukan Akhtar (2018) mengatakan bahwa sejumlah ahli seperti Latif (2019) dan Madjid
salah-satu konsep kebahagiaan orang Jawa (2019) mengatakan bahwa toleransi dapat
terdapat dalam ajaran kawruh jiwa Ki Ageng mengatasi masalah konflik sosial akibat
Suryomentaraman. Tingkat kebahagiaan perbedaan pandangan. Karena di dalam
dapat mengatasi masalah kemalasan di toleransi terdapat spirit titik-temu antara
tempat kerja, mendorong individu dua/lebih komunitas yang berbeda

173 Karakteristik Kepribadian Nusantara ...


pandangan untuk saling bekerjsama menuju Ucapan Terima Kasih
cita-cita kemajuan (Latif, 2019). Toleransi Terima kasih kepada pimpinan dan
juga dapat meningkatkan kebahagiaan di seluruh dosen IAIN Ambon yang telah
tengah-tengah masyarakat (Pagès-El Karoui, memberi akses dan kemudahan dalam
2021). Bahkan dalam ulasan Raihani (2014) penelusuran sumber-sumber penelitian
yang meneliti tingkat toleransi pasca konflik psikologi. Selain itu, penulis juga
di Palangkaraya menunjukkan bahwa mengucapkan terima kasih kepada reviewer
toleransi dapat meningkatkan kualitas yang sudah memberi saran dan komentar
hidup masyarakat ke arah yang lebih baik sehingga artikel ini dapat selesai tepat
dan positif. Hal ini berarti bahwa konsep waktu.[]
toleransi yang dimiliki orang Maluku sangat
relevan mengatasi perilaku negatif seperti
kekerasan, konflik sosial, dan sejenisnya Daftar Pustaka
akibat perbedaan pandangan. Adisubroto, D. (1993). Nilai: Sifat dan
Berdasarkan ulasan tersebut, maka fungsinya. Buletin Psikologi, 1(2), 28–33.
dapat dikatakan bahwa karakteristik https://doi.org/10.22146/BPSI.13163
kepribadian nusantara, baik dari orang
Jawa, Batak, maupun Maluku sangat relevan Afiah, N. (2015). Kepribadian dan
mengatasi perilaku negatif yang kerap agresivitas dalam berbagai budaya.
muncul di tengah-tengah masyarakat. Oleh Buletin Psikologi, 23(1), 13–21. https://
karena itu, karakteristik kepribadian jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/
nusantara dapat dikatakan sebagai sumber article/view/10573
solusi mengatasi problem sosial di Afif, A. (2020). Psikologi Suryomentaraman.
kemudian hari. Yogyakarta: IRciSoD. https://books.
google. co.id/books/about/Psikologi_
D. Kesimpulan Suryomentaraman.html?id=qHDVDw
Berdasarkan kajian di atas maka AAQBAJ&redir_esc=y
terdapat sejumlah karakteristik kepribadian
Akhtar, H. (2018). Perspektif kultural untuk
nusantara ialah kebahagiaan, motivasi, dan
pengembangan pengukuran
toleransi. Karakteristik kepribadian
kebahagiaan orang Jawa. Buletin
nusantara ini dapat menjadi solusi untuk
Psikologi, 26(1), 54–63. https://doi.org/
mengatasi masalah perilaku negatif yang
10.22146/buletinpsikologi.30895
kerap muncul di tengah-tengah masyarakat.
Meskipun demikian, kepribadian nusantara Andayani, B. (2004). Tinjauan pendekatan
dalam kajian ini masih jauh dari kata ekologi tentang perilaku pengasuhan
“sempurna”. Hal ini karena masih minim orang tua. Buletin Psikologi, 12(1), 44–
studi-studi psikologi terkait upaya menggali 60.
nilai-nilai budaya nusantara dan Bartels, D. (2017). Di bawah naungan gunung
mengkonstruknya menjadi kepribadian Nunusaku: Muslim-kristen hidup
individu ala nusantara. berdampingan di Maluku Tengah. Jakarta:
Oleh karena itu, saran bagi para peneliti PT Gramedia.
selanjutnya (terutama ahli psikologi) ialah
untuk menggali nilai-nilai budaya nusantara Binder, A., Denkinger, J., El-Sount, C. R.,
yang memiliki korelasi membentuk Windthorst, P., Engelhardt, M.,
kepribadian individu. Selain itu, agar Ringwald, J., Stuber, F., Nikendei, C.,
kepribadian nusantara ini berlaku universal Kindermann, D., Komandur, P., Zipfel,
khusus dalam teritorial Indonesia, maka S., & Junne, F. (2020). Psychological
perlu dilakukan penelitian psikologi lintas burden, stressors and resources of
budaya antar setiap daerah di Indonesia. social workers working with women
and children who suffered extreme
violence by the ‘Islamic state’: A mixed

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 174


method study. Journal of Psychosomatic London: Sage Publication. https://
Research, 132. https://doi.org/10.1016/ www.a maz o n. c o m/ C o ndu ct ing -
J.JPSYCHORES.2020.109959 Research-Literature-Reviews-4/dp/
Boncquet, M., Soenens, B., Verschueren, K., 1452259496
Lavrijsen, J., Flamant, N., & Irmawati. (2002). Motivasi berprestasi dan pola
Vansteenkiste, M. (2020). Killing two pengasuhan pada suku bangsa Batak Toba
birds with one stone: The role of di Desa Parparean II dan suku bangsa
motivational resources in predicting Melayu di Desa Bogak (studi
changes in achivement and school etnopsiikologi) [Universitas Indonesia].
well-being beyond intelligence. http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/Abstrak-
Contemporary Educational Psychology, 20342483.pdf
63. https://doi.org/10.1016/j.cedpsych. Irmawati. (2007). Keberhasilan suku Batak Toba
2020.101905 (tinjauan psikologi ulayat). 1–9. http://
Caruso, R., & Schneider, F. (2011). The socio- repository.usu.ac.id/bitstream/handle/
economic determinants of terrorism 12345 6789 /1 60 4 2/ 08 E0 055 0. pd f ?
and political violence in Western sequence=3&isAllowed=y
Europe (1994–2007). European Journal Khattab, N., Miaari, S., Mohamed-Ali, M.,
of Political Economy, 27(1), 537–549. & Abu-Rabia-Queder, S. (2018).
https://doi.org/10.1016/ Muslim women in the Canadian labor
J.EJPOLECO.2011.02.003 market: Between ethnic exclusion and
Diener, E., & Chan, M. Y. (2011). Happy religious discrimination. Research in
people live longer: Subjective well- Social Stratification and Mobility, 61, 52–
being contributes to health and 64. https://doi.org/10.1016/J.RSSM.
longevity. Applied Psychology: Health 2018.11.006
and Well-Being, 3(1), 1–43. https:// Khayeri, F., Rabiei, L., Shamsalinia, A., &
doi.org/10.1111/j.1758- Masoudi, R. (2016). Effect of fordyce
0854.2010.01045.x happiness model on depression, stress,
Ellis, L. (2017). Religious variations in anxiety, and fatigue in patients with
fundamentalism in Malaysia and the multiple sclerosis. Complementary
United States: Possible relevance to Therapies in CLinical Practice. https://
religiously motivated violence. doi.org/10.1016/j.ctcp.2016.09.009
Personality and Individual Differences, Kiuru, N., Spinath, B., Clem, A.-L., Eklund,
107, 23–27. https://doi.org/10.1016/ K., Ahonen, T., & Hirvonen, R. (2020).
J.PAID.2016.11.012 The dynamics of motivation, emotion,
Etikawati, A. I., Siregar, J. R., Widjaja, H., & and task performance in simulated
Jatnika, R. (2019). Mengembangkan achievement situations. Learning and
konsep dan pengukuran pengasuhan Individual Differences, 80. https://
dalam perspektif kontekstual budaya. doi.org/10.1016/j.lindif.2020.101873
Buletin Psikologi, 27(1), 1–14. https:// Komnas HAM. (2019). Diskriminasi Ras dan
jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/ Etnis Berpotensi Membesar. https://
article/view/41079 www.komnasham.go.id/index.php/
ICW. (2020). Evaluasi satu tahun Komisi news/2019/9/14/1155/komnas-ham-
Pemberantasan Korupsi (KPK). https:// diskriminasi-ras-dan-etnis-berpotensi-
antikorupsi.org/id/article/evaluasi- membesar.html
satu-tahun-komisi-pemberantasan- Kusumawardani, A., & Faturochman.
korupsi-2020 (2004). Nasionalisme. Buletin Psikologi,
Fink, A. (2020). Conducting research literature 12(2), 61–72. https://jurnal.ugm.ac.id/
reviews: From the internet to paper. buletinpsikologi/article/view/7469

175 Karakteristik Kepribadian Nusantara ...


Latif, Y. (2019). Negara Paripurna: Historitas, pada_Beberapa_Etnis_Besar_di_
Rasionalitas, Aktualitas Pancasila Indonesia
(Cetakan ketujuh). Jakarta: PT Nyarko, F., Peltonen, K., Kangaslampi, S., &
Gramedia. Punamäki-Gitai, R. L. (2020). How
Li, W., Yigitcanlar, T., Erol, I., & Liu, A. stressful life events and violence are
(2021). Motivations, barriers and risks related to mental health: the protective
of smart home adoption: From role of social relations in African
systematic literature review to context. Heliyon, 6(8). https://doi.org/
conceptual framework. Energy Research 10.1016/J.HELIYON.2020.E04629
& Social Science, 80. https://doi.org/ Pagès-El Karoui, D. (2021). Ambivalent
10.1016/j.erss.2021.102211 cosmopolitanism from above in Dubai:
Lubis, M. (2012). Manusia Indonesia. Jakarta: Forging landscapes of tolerance and
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. happiness in a global city. City: Analysis
Madjid, N. (2019). Islam Doktrin dan of Urban Change, Theory, Action. https:/
Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang /doi.org/10.1080/13604813. 2021.
Keimanan, Kemanusiaan, dan 1885918
Kemodernan. Jakarta: PT Gramedia. Pramudito, A. A. (2017). Merenda cinta
Manuputty, J., Salampessy, Z., Ali-Fauzi, I., melintas budaya hingga senja tiba
& Rafsadi, I. (2014). Carita orang (studi literatur tentang perkawinan
basudara: Kisah-kisah perdamaian dari antar-budaya). Buletin Psikologi, 25(2),
Maluku. Lembaga Antar Iman Maluku. 76 – 88. https://jurnal.ugm.ac.id/
https://www.neliti.com/publications/ buletinpsikologi/article/view/27233
818/carita-orang-basudara-kisah- Prawitasari, J. E. (2006). Psikologi
kisah-perdamaian-dari-maluku Nusantara: Kesanakah kita menuju?
Matsumoto, D. (2008). Pengantar psikologi Buletin Psikologi, 14(1). https://doi.org/
lintas budaya. Yogyakarta: Pustaka 10.22146/bpsi.7484
Pelajar. Prihartanti, N. (1999). Pengembangan
Moghadam, M. T., Abbasi, E., & kualitas kepribadian melalui olah rasa.
Khoshnodifar, Z. (2020). Students’ Anima, 15, 66–75.http://
academic burnout in Iranian anima.ubaya.ac.id/index.
agricultural higher education system: php?menu=articles&eid=1350456866&
The mediating role of achievement actsub=yes&eidsub=1357889888
motivation. Heliyon, 6. https://doi.org/ Prihartanti, N., Suryabrata, S., Prawitasari,
10.1016/j.heliyon.2020.e04960 J. E., & Wibisana, K. (2003). Kualitas
Muluk, H. (2008). Psikologi korupsi. Seputar kepribadian ditinjau dari konsep
Indonesia, 1. Suryomentaram dalam perspektif
psikologi. Anima2, 18, 229–247. http://
Nainggolan, P. P. (2014). Aktivitas anima.ubaya.ac.id/index.php? menu=
internasional gerakan separatisme articles&eid=1350456899&actsub=
Papua. Kajian, 19 (3), 181–199. https:// yes& eidsub=1359082440
doi.org/10.22212/KAJIAN.V19I3.555
Raihani. (2014). Creating a culture of
Nashori, F., Nurdin, M. N. H., Herawati, N., religious tolerance in an Indonesian
Diana, R. R., & Masturah, A. N. (2020). school. South East Asia Research, 22(4),
Keterikatan interpersonal pada 541–560. https://doi.org/10.5367/
beberapa etnis besar di Indonesia. sear.2014.0234
Jurnal Psikologi Sosial, 18, 53–63. https:/
/www.researchgate.net/publication/ Ralahallo, R. N. (2009). Kultur damai
349636134_Keterikatan_Interpersonal_ berbasis tradisi pela dalam perspektif

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 176


psikologi sosial. Jurnal Psikologi, 36(2), Sopamena, C. A. (2020). Filosofi pela-gandong:
177 – 188. https://doi.org/10.22146/ Katup penyelamat masyarakat Maluku.
JPSI.7894 Yogyakarta: Deepublish. https://
Rowatt, W. C., & Al-Kire, R. L. (2021). penerbitbukudee publish.com/shop/
Dimensions of religiousness and their buku-filosofi-pela-gandong-katup-
connection to racial, ethnic, and atheist penyelamat-masyarakat-maluku/
prejudices. Current Opinion in Stanger, N. R. G. (2011). Moving “eco” back
Psychology, 40, 86–91. https://doi.org/ into socio-ecological models: A
10.1016/J.COPSYC.2020.08.022 proposal to reorient ecological literacy
Sairin, S. (2000). Disintegrasi sosial: Sebuah into human development models and
tinjauan budaya. Humaniora, 12(3), school systems. Human Ecology Forum,
306–312. https://doi.org/10.22146/ 18(2), 167–173.
JH.703 Steel, Z., Chey, T., Silove, D., Marnane, C.,
Saliyo. (2012). Konsep diri dalam budaya Bryant, R. A., & van Ommeren, M.
Jawa. Buletin Psikologi, 20(1–2), 26–35. (2009). Association of torture and other
https://jurnal.ugm.ac.id/ potentially traumatic events with
buletinpsikologi/article/view/11946 mental health outcomes among
populations exposed to mass conflict
Schwartz, S. H., & Bardi, A. (2001). Value and displacement: A systematic review
hierarchies across cultures: Taking a and meta-analysis. America Medical
similarities perspective. Journal of Association, 302(5), 537–549.
Cross-Cultural Psychology, 32(3), 268–
290. https://doi.org/10.1177/ Subandi. (1995). Perkembangan kehidupan
0022022101032003002 beragama. Buletin Psikologi, 3, 11–18.
https://jurnal.ugm.ac.id/
Simarmata, N., Widarnandana, I. G. D., buletinpsikologi/article/view/13379
Pratama, A. H., & Putra, I. P. G. D. P.
(2012). Persepsi terhadap nilai budaya Sumanto. (2006). Kajian psikologis
Batak (hamoraon, hagabeon, kebermaknaan hidup. Buletin Psikologi,
hasangapon) dan pola asuh pada 14(2), 115–135. https://doi.org/
perantau Batak di Bali. Tantangan 10.22146/BPSI.7490
Pengembangan Psikologi Indonesia, 72– Sumanto. (2011). Kesejahteraan subyektif
81. menurut Ki Ageng Suryomentaraman
Simbolon, C. J., & Siregar, R. H. (2014). Nilai (KASM) dalam perspektif psikologi
hagabeondan upaya memperoleh kontemporer. Buletin Psikologi, 19(1),
keturunan pada pasangan suku Batak 29–37. https://jurnal.ugm.ac.id/
Toba yang infertil. Psikologia, 9, 25–31. buletinpsikologi/article/view/11545
https://adoc.pub/nilai-hagabeon-dan- Susanto, E. (2009). Memahami Korupsi dari
upaya-memperoleh-keturunan-pada- perspektif perilaku organisasi:
pasangan-.html Mengapa seseorang terjebak dalam
Sobandi, K. R. (2011). Separatisme di Asia perilaku korup? JKAP (Jurnal Kebijakan
Tenggara: Antara penguasa dan Dan Administrasi Publik), 13(1), 18–30.
gerakan nasionalis kelompok https://doi.org/10.22146/JKAP.8178
minoritas. Jurnal Kajian Wilayah, 2(1),
35–55. https://doi.org/10.14203/
JKW.V2I1.320
Soeparno, K., & Sandra, L. (2011). Social
psychology: The passion of
psychology. Buletin Psikologi, 19(1), 16–
28.

177 Karakteristik Kepribadian Nusantara ...

Anda mungkin juga menyukai