Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
BAB 1. PENDAHULUAN 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1
BAB 3. METODE RISET 1
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 3
4.1. Anggaran Biaya 3
4.2. Jadwal Kegiatan (bulan sesuaikan dengan lama penelitian bisa 4-5 bulan)
4
DAFTAR PUSTAKA 4
LAMPIRAN 6
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping 6
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 12
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas 13
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana 13

Jarak baris 1,15 spasi dan perataan teks rata kiri dan kanan
Ukuran kertas A-4
Margin kiri 4 cm, kanan, atas, dan bawah 3 cm
Pada semua teks menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12
Penomoran halaman daftar isi (i, ii, ….) kanan bawah
Penomoran halaman inti sampai lampiran dengan angka (1,2,3… ) kanan atas

1
1

BAB 1. PENDAHULUAN
Perundungan merupakan tindakan yang disengaja dan berulang untuk
menyakiti seseorang, seringkali terjadi dalam konteks ketidakseimbangan
kekuatan antara pelaku dan korban. Contohnya, seseorang yang lebih kuat secara
fisik dan mental dapat melakukan perundungan terhadap individu yang lebih
lemah. Tujuan utamanya adalah untuk menyebabkan cedera fisik dan psikologis
pada korban. 1
Menurut Rozaliyani et.al. (2019: 56), perundungan merupakan
pelanggaran terhadap etika dasar dan hak asasi manusia yang memiliki dampak
negatif tidak hanya bagi korban tetapi juga bagi pelaku dan lingkungan sekitarnya.
Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Asnawi (2019: 37), yang
menyatakan bahwa perundungan dapat membawa dampak buruk pada berbagai
aspek kehidupan individu, termasuk fisik, psikis, dan sosial. Terlebih lagi, jika
korban adalah anak-anak, dampak negatif dari perundungan tersebut bisa berlanjut
hingga masa dewasa (Kustanti, 2017: 113). Rigby (2007) juga menekankan bahwa
dampak buruk dari perundungan sangat berbahaya, bahkan bisa menyebabkan
kematian korban, baik karena kekerasan fisik yang ekstrem maupun depresi berat
akibat tekanan yang terus menerus dari pelaku perundungan.
Menurut Coloroso (2007: 47-50), perundungan dapat dibagi menjadi
empat bentuk, yakni perundungan verbal (seperti pemberian julukan, fitnah,
celaan), perundungan fisik (termasuk memukul, mencekik, menendang),
perundungan secara relasional (seperti pengucilan, penghindaran, pandangan
mata), dan perundungan di media elektronik (melalui komputer dan perangkat
lainnya untuk meneror dan menyebarkan konten yang merugikan melalui media
sosial). Di sisi lain, Rigby (1995: 305) menyatakan bahwa perundungan terbagi
menjadi tiga bentuk, yaitu perundungan verbal (misalnya mengejek, mencela,
menyebarkan fitnah), perundungan fisik (seperti memukul, mendorong,
menendang), dan perundungan nonverbal atau nonfisik (contohnya memanipulasi
persahabatan atau menunjukkan sikap yang janggal).
Kasus perundungan merupakan isu yang sangat penting bagi semua
lapisan masyarakat untuk disadari. Tujuannya adalah untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat agar tidak terlibat dalam perundungan, namun
sebaliknya, ikut berpartisipasi dalam pencegahan dan penanggulangan
perundungan. Salah satu cara untuk menyebarkan pengetahuan atau edukasi
mengenai perundungan adalah melalui karya sastra. Karya sastra mencerminkan
pandangan pengarang terhadap realitas sosial di sekitarnya, sehingga dapat
menjadi alat untuk memahami berbagai masalah kehidupan, termasuk
perundungan yang masih sering terjadi dalam masyarakat (Audriana, 2018: 2;
Yenhariza, 2012: 168).
Penelitian sastra telah mengungkap representasi fenomena perundungan
dalam berbagai karya sastra. Suryadi, dkk (2018), misalnya, mengkaji novel
1
Wiyani, N. A. (2012). Save Our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
2

"Ayah Mengapa Aku Berbeda" karya Agnes Davonar, yang merepresentasikan


tiga bentuk perundungan: verbal, nonverbal, dan fisik. Penelitian tersebut juga
menyoroti faktor-faktor individu dan sosial yang menjadi penyebab perundungan,
serta dampak negatifnya bagi korban dan pelaku.
Di sisi lain, Qur’ani dan Putra (2021) meneliti upaya perlawanan tokoh
perempuan terhadap perundungan di lingkungan sekolah yang tergambar dalam
novel populer Indonesia seperti "Nikah Saat SMA" karya Winiliya, "Senior"
karya Eko Ivano Winata, dan "Teluk Alaska" karya Eka Aryani. Penelitian ini
mengidentifikasi dua bentuk perundungan, yaitu fisik dan verbal, serta berbagai
bentuk perlawanan yang dilakukan oleh tokoh perempuan, baik secara terbuka
maupun tertutup.
Dalam novel "Manusia-Manusia Teluk" karya Artie Ahmad (selanjutnya
disebut MMT), terdapat representasi kasus perundungan yang diangkat. MMT
mengisahkan tentang serangan yang dilakukan oleh sekelompok pendatang asing
terhadap penduduk asli di wilayah bernama Tanjung Zorus. Wilayah Tanjung
Zorus digambarkan dalam novel sebagai daerah yang kaya akan sumber daya
alam, sehingga salah satu tujuan kedatangan pendatang adalah untuk merampas
wilayah tersebut. Tindakan perampasan ini tidak hanya menyebabkan kerugian
materi dan sumber daya alam bagi penduduk Tanjung Zorus, tetapi juga
mengakibatkan penderitaan fisik dan psikis karena adanya penindasan dan
tekanan yang terus-menerus.
Dalam kebaruan penelitian ini, peneliti menghadirkan fokus dari evaluasi
dan solusi untuk mengatasi dan menyelesaikan kasus – kasus perundungan yang
ada lada banyak novel remaja di Indonesia. Perundungan yang sering dihadirkan
akan memberi dampak buruk terhadap penangkapan dan percontohan kehidupan
bagi remaja yang membacanya. Mungkin di sisi lain, perundungan yang
dihadirkan sebagai bahan konflik agar cerita yang hadir lebih seru dan menantang,
namun di sisi lain perundungan juga akan membawa banyak dampak negatif.
Berbeda halnya dengan penelitian – penelitian terdahulu yang hanya membahas
novel apa saja yang di dalamnya mengandung unsur perundungan tanpa memberi
solusi dan kritik bagi penulis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif dan konteks penyisipan
perilaku perundungan dalam novel remaja Indonesia, mengidentifikasi
karakteristik dan dampak perilaku tersebut, serta menyelidiki pengaruhnya
terhadap pembaca, khususnya remaja. Manfaat dari penelitian ini mencakup
pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena penyisipan perilaku
perundungan dalam novel remaja Indonesia, serta memberikan informasi kepada
penulis, penerbit, dan pembaca tentang dampaknya. Selain itu, penelitian ini juga
memberikan dasar bagi pendekatan yang lebih kritis terhadap novel remaja
Indonesia dan memberikan rekomendasi untuk pengembangan karya sastra yang
lebih positif. Keutamaan dari penelitian ini adalah kontribusinya pada literatur
tentang sastra remaja Indonesia dengan fokus pada isu-isu sosial yang relevan
3

seperti perundungan, serta memberikan wawasan bagi pembuat kebijakan di


bidang pendidikan dan budaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
memilih bahan bacaan yang mempromosikan nilai-nilai positif dan mengurangi
dampak negatif seperti perundungan.
Temuan yang diharapkan dari riset ini meliputi identifikasi motif dan
konteks penyisipan perilaku perundungan dalam novel remaja Indonesia. Selain
itu, riset ini juga bertujuan untuk menggambarkan karakteristik perilaku
perundungan yang sering disisipkan dalam novel remaja, termasuk jenis-jenisnya
dan dampaknya terhadap pembaca. Selanjutnya, riset ini akan meneliti pengaruh
penyisipan perilaku perundungan dalam novel remaja Indonesia terhadap persepsi
dan perilaku pembaca, terutama remaja. Selain itu, riset ini akan menyelidiki
bagaimana penyisipan perilaku perundungan dapat mempengaruhi pembaca dalam
memahami isu-isu sosial dan moral yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Terakhir, riset ini akan memberikan rekomendasi bagi penulis, penerbit, dan
pembuat kebijakan dalam menghadapi dan mengatasi penyisipan perilaku
perundungan dalam karya sastra remaja, serta memberikan langkah-langkah untuk
mempromosikan karya sastra yang lebih positif dan membangun kesadaran akan
isu-isu sosial yang relevan.
Kontribusi riset ini terhadap ilmu pengetahuan adalah yang pertama, riset
ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena
penyisipan perilaku perundungan dalam novel remaja Indonesia, membuka
wawasan baru dalam studi sastra remaja dan sastra secara keseluruhan. Kedua,
dengan menganalisis motif, konteks, karakteristik, dan dampak perilaku
perundungan dalam novel remaja, riset ini akan memberikan analisis terperinci
yang dapat menjadi dasar untuk pemahaman yang lebih baik tentang fenomena
tersebut. Ketiga, riset ini berpotensi berkontribusi pada pengembangan metode
penelitian dalam studi sastra, terutama dalam analisis isi dan analisis dampak
sastra terhadap pembaca. Keempat, rekomendasi yang dihasilkan dari riset ini
dapat memberikan panduan bagi penulis dan penerbit dalam menciptakan dan
memilih karya sastra yang berdampak positif serta mengurangi penyisipan
perilaku perundungan. Kelima, melalui penyelidikan tentang pengaruh penyisipan
perilaku perundungan terhadap persepsi dan perilaku pembaca, riset ini akan
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu sosial dan moral yang
dihadapi oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari. Terakhir, rekomendasi untuk
mempromosikan karya sastra yang lebih positif dan membangun kesadaran akan
isu-isu sosial yang relevan dapat mendukung upaya pembangunan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya literasi sastra dan pemilihan bahan bacaan yang
bermutu.
Riset ini diharapkan menghasilkan beberapa luaran yang bermanfaat.
Pertama, berupa Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir yang akan memuat
rangkuman hasil penelitian, metodologi yang digunakan, temuan utama, analisis,
dan rekomendasi. Laporan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi peneliti
4

lainnya atau institusi terkait yang tertarik dengan tema perundungan dalam sastra
remaja. Kedua, diharapkan dapat dipublikasikan Artikel Ilmiah berjudul
"Penyisipan Perilaku Perundungan dalam Novel Remaja Indonesia: Analisis
Motif, Karakteristik, dan Dampaknya" di jurnal ilmiah seperti "Journal of
Adolescent Research" atau "Children and Youth Services Review" yang fokus
pada studi remaja, sastra, atau isu-isu sosial. Ketiga, melalui Akun Media Sosial
Instagram dengan nama "SastraRemajaAnalisis", diharapkan bisa menjadi
platform untuk membagikan hasil penelitian, infografis, cuplikan artikel, dan
informasi terkait penelitian kepada audiens yang lebih luas. Akun ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu perundungan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hasil Temuan Penelitian Sebelumnya
Berliana Bella, dan Trianton Teguh (2022) menjabarkan tentang salah satu
novel berjudul "MMT" karya AA menggambarkan empat jenis perundungan yang
berbeda, yaitu perundungan fisik, seksual, verbal, dan mental. Perundungan fisik
meliputi tindakan seperti ditembak, ditebas, dirampas, diringkus, dilempar,
ditawan, dan ditampar. Perundungan seksual mencakup tindakan seperti dicium
paksa, dipeluk paksa, dan diperkosa. Sementara itu, perundungan verbal terjadi
ketika seseorang dihina, ditolak, atau dicibir. Perundungan mental melibatkan
tindakan seperti dikucilkan dan dibenci. Hal ini mengindikasikan bahwa
perundungan bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa, dan novel
tersebut mungkin mengeksplorasi tema-tema ini melalui karakter-karakter dan
plotnya.2
Suryadi Irfan, et al. (2018) menjelaskan dalam penelitiannya tentang novel
berjudul "Ayah Mengapa Aku Berbeda" karya Agnes Davonar, bentuk-bentuk
perundungan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu perundungan verbal, perundungan
nonverbal, dan perundungan fisik. Perundungan verbal melibatkan tindakan
seperti ejekan, celaan, sindiran, pemanggilan nama, dan penyebaran gosip.
Perundungan nonverbal mencakup perilaku seperti ancaman, perilaku yang tidak
biasa, dan penolakan terhadap orang lain untuk masuk ke dalam suatu kelompok.
Sedangkan perundungan fisik mencakup tindakan seperti tendangan, dorongan,
merusak, mencuri, dan memerintahkan orang lain untuk menyakiti korban.3
Penyebab perundungan dalam novel tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua faktor, yaitu faktor individu dan faktor sosial. Faktor individu
melibatkan tokoh Agnes yang memiliki sifat pemarah dan agresif, serta
kecenderungan untuk mengancam orang-orang yang dianggapnya lebih lemah.

2
Berliana, B., & Trianton, T. (2022). "Representasi Perundungan dalam Novel Manusia-Manusia
Teluk Karya Artie Ahmad" [Representation of Offenses in Novel Manusia-Manusia Teluk by Artie
Ahmad]. *Kibas Cenderawasih*, 218. ISSN 1858-4535 (Print), 2656-0607 (Online).
3
Suryadi, I., Hayati, Y., & Nasution, M. I. (2018). "Fenomena Perundungan dalam Novel Ayah
Mengapa Aku Berbeda karya Agnes Davonar."
5

Faktor sosial mencakup prasangka, kecemburuan, dan lingkungan keluarga yang


memengaruhi cara individu menilai orang lain tanpa dasar yang jelas.
Dampak perundungan pada korban dalam novel tersebut sangat
merugikan, menyebabkan depresi, kesepian, dan rendahnya harga diri. Korban
juga mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental, seperti masalah mental,
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dan perasaan tidak aman di lingkungan tertentu.
Di sisi lain, pelaku perundungan juga menderita akibat perilaku mereka, sering
kali dijauhi oleh teman-teman mereka dan merasa kesepian dan depresi karena
takut ditolak dan dihukum atas perbuatan mereka.
Sugiharto, Nandang (2020) mengungkapkan jenis perundungan pada novel
berjudul "Virgin” karya Agung Barwantara, terdapat beberapa kategori amanat
yang mencakup berbagai hal, seperti hubungan manusia dengan Tuhan yang
mengindikasikan bahwa segala yang telah terjadi tidak dapat diubah. Manusia
hanya dapat memilih untuk menerima takdir atau bangkit dari keterpurukan dan
berusaha maju untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Selain itu, rasa
cinta dan kasih sayang antar manusia dianggap sebagai bentuk toleransi.
Pengarang juga ingin menyampaikan banyak pembelajaran yang dapat diambil
dari konflik yang dialami oleh para tokoh dalam novel dan dalam setiap karya
tulisannya.4
Novel ini juga menyoroti banyaknya perundungan yang terjadi, dan
pengarang berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif
pembelajaran bagi guru dan peserta didik. Tujuannya adalah untuk menyadarkan
akan dampak perundungan dan mendorong korban untuk bangkit dan terus maju.
Pengarang menekankan pentingnya menjalani kehidupan dengan berbuat baik
kepada orang lain serta mengambil pembelajaran dari setiap kesulitan yang
dihadapi. Peserta didik diharapkan menjadikan hal ini sebagai pembelajaran di
sekolah maupun di masyarakat, serta menjaga diri dari perilaku yang melanggar
norma atau nilai-nilai masyarakat.
Perundungan memiliki dampak yang kurang baik bagi korban dan masa
depan mereka. Dampaknya bisa membuat korban berubah menjadi pribadi yang
berbeda, sehingga penting bagi mereka untuk mendapatkan dukungan dan kasih
sayang dari orang-orang di sekitarnya. Novel "Virgin" layak untuk dikaji dan
diteliti karena tidak hanya menyajikan pembelajaran, namun juga konflik
antartokoh yang menarik. Cover novel yang menampilkan tiga gadis remaja saling
berpelukan dan berpegangan juga menambah daya tariknya. Melalui penelitian
ini, diharapkan dapat dipahami arti dan makna dari perundungan, atau yang sering
disebut sebagai bullying, sehingga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca,
guru, dan peserta didik.

4
Nandang Sugiharto. (2020). "Perundungan dan Akibat Bagi Tokoh dalam Novel Virgin Karya
Agung Bawantara Sebagai Alternatif Pembelajaran: Menganalisis Pesan dari Novel untuk SMA."
Prosiding Seminar Literasi V "Literasi Generasi Layar Sentuh", Semarang.
6

2.2 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Novel Remaja
Novel berasal dari kata Latin "novellus", yang kemudian diturunkan dari
kata "novies" yang berarti baru. Istilah "baru" digunakan karena novel muncul
setelah jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi dan drama. Menurut Henry Guntur
Tarigan, novel dapat dijelaskan sebagai cerita prosa fiktif yang cukup panjang,
menggambarkan para tokoh, peristiwa, dan adegan kehidupan nyata dalam alur
atau keadaan yang agak rumit. Menurut The Advanced Learner's Dictionary of
Current English, novel adalah cerita yang berplot, cukup panjang untuk mengisi
satu buku atau lebih, yang menggambarkan kehidupan pria dan wanita secara
imajinatif.5
Virginia, dalam bukunya yang berjudul "Prinsip-prinsip Dasar Sastra"
menjelaskan novel sebagai eksplorasi atau kronik kehidupan, menggambarkan
pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau pencapaian perilaku manusia dalam
bentuk tertentu. Istilah "novel" sudah umum didengar dan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa panjang yang mengisahkan
rangkaian kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya, dengan
menonjolkan karakter dan perilaku setiap tokoh.6
Menurut Sumardjo Jakob dalam karyanya yang berjudul "Memahami
Kesusastraan", novel dapat diklasifikasikan berdasarkan strukturnya menjadi tiga
jenis. Pertama, novel plot, yang lebih mengutamakan plot atau alur cerita. Kedua,
novel watak, yang menekankan pada karakter atau sifat-sifat pelakunya. Ketiga,
novel tematis, yang menekankan pada tema atau persoalan tertentu. Selain itu,
berdasarkan pola umumnya, novel juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Pertama, novel detektif, yang sering dimulai dengan pembunuhan dan diikuti
dengan upaya sang detektif untuk mencari bukti dan menemukan pelaku. Kedua,
novel kriminal, yang serupa dengan novel detektif namun lebih menekankan peran
polisi dan penjahat tanpa keberadaan detektif. Ketiga, novel roman, yang
menyoroti kisah percintaan antara remaja dengan tokoh-tokoh tampan, cantik, dan
kaya dengan berbagai kejadian cinta yang manis. Keempat, novel western, yang
menggambarkan kehidupan koboi di Amerika Serikat.7
Unsur intrinsik dalam sebuah novel meliputi tema, tokoh, alur (plot), dan
8
latar.

a. Tema
Tema merupakan pokok pikiran yang menjadi dasar cerita dalam sebuah
karya sastra. Ini menjadi sasaran tujuan yang membentuk semua unsur
cerita seperti penokohan, alur, dan latar. Tema adalah inti cerita yang
mengarahkan pengembangan cerita secara keseluruhan. Menurut Stanton
5
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 1993), 164.
6
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 694.
7
Sumardjo Jakob, Memahami Kesusatraan, (Bandung: Penerbit Alumni, 1984), 28
8
Hardjana, Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-Anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2006), 13
7

dan Kenny dalam Teori Pengkajian Fiksi: Burhan Nurgiyantoro, tema


adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita.

b. Tokoh
Tokoh adalah para pelaku dalam sebuah karya fiksi. Mereka adalah
ciptaan pengarang, meskipun bisa juga merupakan gambaran dari individu
yang hidup di dunia nyata.

c. Alur (Plot)
Alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan
kausalitas. Rangkaian peristiwa ini membentuk sebuah kesatuan yang
utuh, dan keutuhan ini melibatkan logika atau keterkaitan peristiwa. Alur
dibagi menjadi awal, tengah, dan akhir.

d. Latar
Latar atau setting merujuk pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial di
mana peristiwa-peristiwa cerita terjadi. Latar membangun kerangka cerita
dengan memberikan keterangan, petunjuk, dan suasana yang berkaitan
dengan ruang, waktu, dan situasi di mana peristiwa dalam karya sastra
terjadi.

2.2.2 Perundungan
Perundungan merupakan tindakan yang disengaja dan berulang-ulang
yang bertujuan untuk menyakiti secara fisik dan mental seseorang. Umumnya,
perundungan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan dan kekuasaan antara
pelaku dan korban, di mana pelaku seringkali memiliki keunggulan fisik dan
mental atas korban yang lebih lemah. Hal ini terungkap dalam beberapa penelitian
(Astuti, 2008; Coloroso, 2007; Olweus, 1995; Wiyani, 2012; Hamidah, 2020:
141). Menurut Rozaliyani et al. (2019: 56), perundungan merupakan pelanggaran
terhadap etika dasar dan hak asasi manusia yang dapat berdampak buruk tidak
hanya bagi korban, tetapi juga bagi pelaku dan lingkungan sekitarnya. Pendapat
tersebut diperkuat oleh Asnawi (2019: 37), yang menyatakan bahwa perilaku
perundungan dapat memiliki dampak negatif yang luas, termasuk pada aspek
fisik, psikis, dan sosial individu. Terlebih lagi, dampak perundungan pada korban
yang masih anak-anak dapat berlanjut hingga masa dewasa (Kustanti, 2017: 113).
Rigby (2007) juga menegaskan bahwa perundungan memiliki potensi bahaya
yang serius, termasuk risiko kehilangan nyawa korban akibat kekerasan fisik yang
ekstrem atau depresi berat yang disebabkan oleh tekanan yang terus menerus dari
pelaku.
Coloroso (2007: 47-50) mengidentifikasi empat bentuk perundungan,
termasuk (1) perundungan verbal, yang melibatkan penghinaan, fitnah, dan
celaan; (2) perundungan fisik, seperti pukulan dan tendangan; (3) perundungan
8

relasional, yang mencakup pengucilan dan penghindaran; dan (4) perundungan


daring, yang terjadi melalui media elektronik seperti komputer dan ponsel dengan
maksud untuk mengintimidasi korban melalui pesan teks, gambar, atau video. Di
sisi lain, Rigby (1995: 305) membagi perundungan menjadi tiga kategori:
perundungan verbal, fisik, dan nonverbal. Bentuk-bentuk perundungan ini masih
sering terjadi di Indonesia, seperti yang terungkap dalam laporan terbaru dari
KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada tahun 2021, di mana tercatat
17 kasus perundungan yang melibatkan peserta didik dan pendidik.
a. Perundungan verbal adalah jenis perundungan yang umum terjadi di
masyarakat, di mana tindakan seperti mengolok, mencela, menyindir, dan
menyebarkan gosip merupakan bentuknya. Perilaku semacam ini sering
terjadi di lingkungan sekolah dan tempat tinggal karena biasanya
dilakukan oleh anak-anak usia sekolah.
b. Perundungan nonverbal juga sering terjadi dalam masyarakat dan
mencakup perilaku seperti ancaman, sikap yang tidak biasa, melarang
orang lain bergabung dalam suatu kelompok, dan memanipulasi hubungan
persahabatan. Perundungan nonverbal dapat secara sistematis merusak
harga diri korban.

c. Perundungan fisik melibatkan pelecehan atau serangan fisik dan termasuk


kejadian yang sering terjadi di masyarakat. Tindakan perundungan fisik
mencakup menendang, mendorong, merusak, mencuri barang milik orang
lain, atau menyuruh orang lain menyakiti korban.
Kasus perundungan merupakan masalah sosial yang penting bagi seluruh
lapisan masyarakat. Pentingnya masalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat agar tidak terlibat dalam tindakan perundungan,
melainkan ikut serta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan. Salah satu
cara untuk menyebarkan pengetahuan atau edukasi mengenai perundungan adalah
melalui karya sastra. Karya sastra mencerminkan pandangan pengarang terhadap
realitas sosial di sekitarnya, sehingga dapat menjadi sarana untuk memahami
berbagai permasalahan kehidupan, termasuk perundungan yang masih sering
terjadi dalam masyarakat (Audriana, 2018: 2; Yenhariza, 2012: 168).
Penyebab perundungan dapat bervariasi, namun beberapa faktor yang
umumnya menjadi pemicu perundungan adalah ketidaksetaraan kekuasaan,
ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan baik, keinginan untuk
memperoleh kekuatan atau kontrol, kebutuhan untuk mendapatkan perhatian atau
penerimaan, serta pengaruh lingkungan sosial yang merangsang perilaku agresif
atau merendahkan orang lain untuk meningkatkan rasa superioritas. Selain itu,
adanya ketidakcocokan antara individu, perbedaan budaya atau latar belakang,
serta kurangnya pengawasan dan penegakan aturan di lingkungan tempat kejadian
juga dapat memicu terjadinya perundungan.
1. Faktor Individu:
9

Faktor individu merujuk pada karakteristik dan kondisi yang dimiliki


oleh individu itu sendiri. Ini termasuk faktor biologis dan temperamen. Dalam
novel "Ayah Mengapa Aku Berbeda" karya Agnes Davonar, perundungan yang
dialami oleh Angel disebabkan oleh kondisi fisiknya sebagai anak tunarungu,
yang membuatnya dianggap lemah oleh pelaku perundungan. Keterbatasan indra
pendengaran Angel menyebabkan dia menjadi sasaran penolakan, ancaman,
ejekan, dan kekerasan fisik oleh pelaku perundungan. Di sisi lain, pelaku
perundungan mungkin memiliki temperamen yang mudah marah dan impulsif,
yang juga dapat menjadi penyebab perilaku perundungan.

2. Faktor Sosial:
Faktor sosial melibatkan pengaruh dari lingkungan sosial di sekitar
individu. Ini termasuk media, prasangka, kecemburuan, lingkungan, dan
kelompok teman. Misalnya, pengaruh media massa atau media sosial yang
menampilkan perilaku agresif dapat mempengaruhi individu untuk meniru
perilaku tersebut. Prasangka dan kecemburuan juga dapat memicu perundungan,
sementara lingkungan di rumah atau sekolah yang tidak mendukung serta
kelompok teman yang memperkuat perilaku negatif juga dapat menjadi faktor
penyebab perundungan.

2.2.3 Dampak Perundungan


Dalam novel remaja, dampak perundungan terhadap korban dan pelaku
sangat merugikan. Korban perundungan cenderung mengalami depresi, kesepian,
dan merasa rendah diri. Mereka juga rentan mengalami gangguan kesehatan fisik
dan mental, seperti kegelisahan, kesedihan, ketakutan, dan merasa tidak aman
dalam lingkungan tertentu. Di sisi lain, menjadi pelaku perundungan juga
membawa dampak serupa, seperti depresi dan kesepian, karena pelaku sering
dijauhi oleh teman-temannya akibat perilaku mereka yang tercela.9
Membaca novel yang mengangkat tema perundungan dapat memiliki
dampak yang penting bagi remaja. Dalam proses membaca, remaja dapat
mengalami beberapa dampak positif, antara lain peningkatan kesadaran akan
pentingnya menghindari dan menentang perundungan. Mereka juga dapat
mengembangkan empati terhadap korban perundungan dan memahami
konsekuensi dari tindakan tersebut, baik bagi korban maupun pelaku. Selain itu,
novel tersebut juga memberikan pembelajaran tentang cara menyelesaikan konflik
tanpa kekerasan, serta membantu remaja mengenali dan mengelola emosi mereka
dengan bijaksana. Melalui pengalaman membaca, remaja juga dapat memperkuat
sikap anti-perundungan dan menjadi agen perubahan positif dalam lingkungan
mereka. Dengan demikian, membaca novel yang mengangkat tema perundungan
dapat menjadi pengalaman pembelajaran yang berharga bagi remaja, membantu
9
Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta:
Grasindo. Diunduh dalam Jurnal Perilaku Bullying, Harga Diri dan Pemahaman Moral Anak.
10

mereka tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih sadar dan peduli
terhadap lingkungan sekitar.10
Membaca novel yang mengangkat tema perundungan tidak hanya
memberikan dampak positif, tetapi juga dapat membawa dampak negatif bagi
pembaca, terutama remaja. Beberapa dampak negatif yang mungkin timbul antara
lain, Pertama, pembaca, terutama remaja yang rentan, mungkin mengalami
peningkatan tingkat kecemasan setelah terpapar dengan pengalaman perundungan
dalam novel. Mereka mungkin merasa khawatir menjadi korban atau mengalami
kekerasan serupa dalam kehidupan nyata. Kedua, paparan terhadap cerita
perundungan dalam novel bisa memicu perasaan sedih, terisolasi, atau cemas pada
pembaca, yang dapat berkontribusi pada perkembangan depresi dan kecemasan.
Ketiga, beberapa pembaca, terutama yang rentan terhadap pengaruh lingkungan,
mungkin terpengaruh untuk meniru perilaku perundungan yang mereka baca
dalam novel. Mereka bisa menjadi lebih agresif atau menunjukkan sikap tidak
empatik terhadap orang lain.11

Keempat, paparan terus-menerus terhadap tema perundungan dalam novel


dapat meningkatkan tingkat agresivitas pembaca, terutama jika mereka
mengidentifikasi diri dengan karakter yang melakukan perundungan. Kelima,
beberapa pembaca, khususnya yang rentan terhadap masalah kesehatan mental,
mungkin mengalami gangguan mental dan emosional setelah membaca tentang
pengalaman perundungan dalam novel. Oleh karena itu, penting bagi para
pembaca, terutama remaja, untuk memahami bahwa novel adalah karya fiksi dan
tidak selalu mencerminkan realitas sepenuhnya. Selain itu, penting juga untuk
mengenali dampak potensial dari apa yang dibaca dan mencari dukungan jika
merasa terganggu atau memerlukan bantuan dalam mengelola emosi dan perasaan
mereka.12
Dalam konteks sastra, pengarang memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan segala imajinasi dalam karyanya. Namun, yang lebih penting
bagi para pembaca adalah nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut,
terutama nilai-nilai yang dapat membawa kebaikan. Karya sastra yang bernilai
adalah karya yang mampu merefleksikan realitas kehidupan manusia dengan
berbagai persoalan yang dihadapinya, baik itu dalam dirinya maupun dalam
lingkungan sosialnya.13

10
Priyatna, Andi. Lets End Bullying “ Memahami, Mencegah, dan Mengatasi Bullying. Jakarta :
Gramedia. 2010
11
S. Suharianto, (1982) Dasar-dasar Teori Sastra, Widya Duta
12
Hidayati, Nurul, “ Bullying pada Anak : Analisis dan Alternatif Solusi”, Insan, vol. 14. No 1, April
2012
13
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa.
11

BAB 3. METODE RISET


3.1 Lokasi riset
Riset ini dilakukan di Jakarta, tepatnya di perpustakaan Nasional Jl.
Medan Merdeka Sel. No.11, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110. Peneliti melakukan observasi dari
beberpaa buku novel yang tersedia di perpustakaan tersebut, lalu mencari
beberapa artikel yang meneliti tentang perundungan yang terdapat dalam beberapa
novel sebagai bahan acuan dan penelitian yang relevan untuk mendukung
penelitian ini. Pengkajian dilakukan selama 1 minggu dimulai dari 01 Februari
sampai 06 Februati 2024. Sedangkan penyusunan proposal dilakukan selama 5
bulan yakni dari 01 Februari hingga 03 Juli 2024.

3.2 Desain riset


Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang
bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, serta sikap. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak
objek penelitian yang ingin dikaji, serta dengan mencari informasi dari berbagai
sumber seperti buku, karya ilmiah, artikel, internet, media cetak, dan jurnal yang
relevan dengan permasalahan yang dibahas. Melalui studi kepustakaan, penelitian
ini membaca dan memahami nilai-nilai, pembelajaran dari beberapa hasil
penelitian yang membahas berbagai judul novel remaja di Indonesia. Dengan
metode ini, penelitian tidak hanya mengidentifikasi pesan yang terkandung dalam
novel-novel yang dibahas, tetapi juga menganalisis bagaimana pesan atau
pembelajaran tersebut disampaikan melalui cerita yang menggambarkan konflik
antar tokoh. Hal ini bertujuan untuk merangsang emosi dan perasaan pembaca
agar mereka dapat merasakan konflik yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel,
serta untuk mempertimbangkan penerapan pesan atau pembelajaran tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, melihat dampak yang terjadi ketika novel
tersebut membahas masalah perundungan.

3.3 Tahapan riset


Tahapan Riset dalam oenelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Objek/variable dan Indikator Capaian Setiap Tahapan

Tahapan Objek/variabel Indikator capaian

Persiapan Penyusunan kuesioner Kuesioner siap digunakan

Surat ijin penelitian ke Memperoleh ijin untuk


Kantor Kesbanglinmas Kab.
12

Setempat, Perusahaan. wawancara dengan konsumen

Pengambilan ● Wawancara pihak Data primer lengkap siap


data lapang ditabulasi
manajemen retailer

● Wawancara konsumen

● Observasi lapang

● Dokumentasi

Tabulasi data Tabulasi data ke software Data excel lengkap siap


excel dianalisis

Analisis data Analisis deskriptif Deskripsi, tabel, grafik lengkap

Analisis regresi Faktor mempengaruhi WTP


analisis lengkap

Menyusun Mencari template jurnal Draft artikel ilmiah Siap submit


artikel ilmiah yang dituju

Laporan Sesuai jadwal monef Laporan kemajuan Siap monef


kemajuan

Laporan akhir Susuai ketentuan panduan Laporan akhir Siap kirim


PKM

3.4 Teknik Pengumpulan data


Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui berbagai
metode yang sesuai dengan desain penelitian yang digunakan. Sumber data
diperoleh dari data sekunder, seperti buku, artikel ilmiah, dan jurnal yang relevan
dengan topik penelitian. Responden penelitian adalah pembaca novel remaja yang
memiliki pengalaman membaca karya sastra yang menyisipkan tema
perundungan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi Kepustakaan
Melibatkan pembacaan dan analisis terhadap berbagai sumber literatur
seperti buku, artikel, jurnal, dan karya ilmiah terkait dengan tema
perundungan dalam novel remaja.

2. Observasi
13

Dilakukan observasi terhadap buku-buku novel yang tersedia di


Perpustakaan Nasional Jakarta untuk mengidentifikasi karya sastra
yang mengangkat tema perundungan.

3. Analisis Konten
Melakukan analisis terhadap konten novel-novel yang dipilih untuk
mengidentifikasi penggambaran dan penanganan tema perundungan di
dalamnya.

4. Wawancara (Opsional)
Jika diperlukan, wawancara dengan pembaca novel remaja dapat
dilakukan untuk mendapatkan pandangan dan pengalaman mereka
terkait pembacaan novel yang menyisipkan tema perundungan.

3.5 Teknik Analisis data


Dalam penelitian ini, teknik analisis data kualitatif deskriptif digunakan
untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena serta peristiwa yang terkait
dengan tema perundungan dalam novel remaja. Berikut adalah langkah-langkah
yang dilakukan dalam teknik analisis data kualitatif deskriptif:
1. Penyusunan Data
Data yang terkumpul dari berbagai sumber, seperti buku, artikel,
jurnal, dan wawancara (jika ada), disusun secara sistematis dan
terstruktur.

2. Pengkodean Data
Data-data yang relevan dengan tema perundungan dalam novel remaja
dikodekan sesuai dengan kategori atau tema tertentu. Pengkodean
dilakukan untuk membantu dalam pengelompokan dan analisis data
lebih lanjut.

3. Pemodelan Data
Data yang telah dikodekan kemudian dimodelkan untuk
mengidentifikasi pola, tren, atau temuan penting yang muncul dari
analisis. Ini melibatkan identifikasi konsep-konsep utama, hubungan
antar konsep, dan pola yang muncul dalam data.

4. Analisis Tematik
Analisis tematik dilakukan dengan mencari dan mengidentifikasi tema-
tema yang muncul secara konsisten dalam data. Ini melibatkan
pemahaman mendalam terhadap konten data untuk menggambarkan
dan menganalisis makna dari tema-tema tersebut.
14

5. Interpretasi Data
Data yang telah dianalisis kemudian diinterpretasikan untuk
memahami implikasi dan maknanya dalam konteks penelitian.
Interpretasi dilakukan dengan merujuk pada kerangka teoritis yang
relevan dan menarik kesimpulan yang masuk akal berdasarkan analisis
data.

6. Penyajian Hasil
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk narasi deskriptif yang
menggambarkan temuan utama, pola, dan temuan penting lainnya. Ini
dapat disertai dengan kutipan langsung dari data untuk mendukung
klaim dan temuan yang disampaikan.

7. Verifikasi dan Validasi


Langkah terakhir adalah verifikasi dan validasi terhadap analisis yang
dilakukan untuk memastikan keakuratan dan keandalan hasil
penelitian. Ini melibatkan pemeriksaan ulang terhadap data, proses
analisis, dan interpretasi untuk memastikan konsistensi dan keandalan
temuan.

3.6 Objek/Variabel riset


Objek atau variabel riset dalam penelitian ini adalah tema perundungan
dalam novel remaja. Variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian meliputi:
1. Tema Perundungan
Menyelidiki bagaimana tema perundungan diangkat, dikembangkan, dan
dipresentasikan dalam novel remaja yang menjadi objek penelitian.

2. Pengaruh Terhadap Pembaca


Mengidentifikasi pengaruh tema perundungan dalam novel remaja
terhadap pembaca, baik secara emosional maupun perilaku.

3. Respon Pembaca
Meneliti respon pembaca terhadap tema perundungan dalam novel,
termasuk reaksi emosional, pemahaman, dan tanggapan terhadap cerita.

4. Karakterisitik Naratif
Menganalisis karakteristik naratif yang digunakan pengarang dalam
menggambarkan tema perundungan, seperti penokohan, alur cerita, dan
latar tempat.

5. Pesan dan Pembelajaran


15

Menyelidiki pesan moral atau pembelajaran yang ingin disampaikan


oleh pengarang melalui tema perundungan dalam novel remaja, serta
bagaimana pesan tersebut disampaikan kepada pembaca.

6. Dampak Terhadap Pembaca


Meneliti dampak psikologis dan sosial tema perundungan dalam novel
terhadap pembaca, termasuk respon emosional, pemahaman konsep, dan
perilaku.

Variabel-variabel ini akan dianalisis dan dieksplorasi lebih lanjut untuk


memahami peran dan pengaruh tema perundungan dalam novel remaja serta
dampaknya terhadap pembaca.

3.7 Penyimpulan Hasil Riset


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tema perundungan dalam novel
remaja memiliki dampak yang signifikan terhadap pembaca. Dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini berhasil mengungkap
beberapa temuan utama. Pertama, tema perundungan dalam novel remaja mampu
memicu respons emosional yang kuat pada pembaca, termasuk rasa simpati
terhadap korban dan kemarahan terhadap pelaku perundungan. Kedua, pembaca
dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas
perundungan dan kesadaran akan dampak negatifnya melalui novel. Ketiga,
novel-novel yang mengangkat tema perundungan memberikan pembaca
kesempatan untuk merespons dan merefleksikan pesan moral, seperti pentingnya
empati, keberanian, dan keadilan. Selanjutnya, terdapat indikasi bahwa pembaca
yang terpapar tema perundungan dalam novel dapat mengalami perubahan
perilaku, termasuk meningkatnya kepedulian terhadap sesama dan penolakan
terhadap perilaku perundungan. Terakhir, melalui novel, pembaca dapat belajar
tentang konsekuensi perundungan dan pentingnya tindakan untuk mencegah dan
mengatasi perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tema
perundungan dalam novel remaja tidak hanya menawarkan cerita yang menarik,
tetapi juga memberikan kesempatan bagi pembaca untuk belajar, merenung, dan
bertindak terhadap masalah sosial yang relevan. Ini menggarisbawahi pentingnya
peran sastra dalam membentuk kesadaran sosial dan moral pembaca, khususnya
dalam konteks perlunya memberantas perundungan di masyarakat.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1. Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Besaran Dana
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana
(Rp)
16

Belmawa
Bahan habis pakai (contoh: ATK,
kertas, bahan, dan lain lain) Perguruan Tinggi Rp. 670.000,-
1
maksimum 60% dari jumlah dana
Instansi Lain (jika
yang diusulkan
Ada)
Belmawa
Sewa dan jasa (sewa/jasa alat; jasa
Rp.
pembuatan produk pihak ketiga,
2 Perguruan Tinggi 2.540.000,-
dan lain lain), maksimum 15%
dari jumlah dana yang diusulkan Instansi Lain (jika
Ada)
Belmawa
Transportasi lokal maksimum
Perguruan Tinggi Rp. 350.000,-
3 30% dari jumlah dana yang
diusulkan Instansi Lain (jika
Ada)

Lain-lain (contoh: biaya Belmawa


komunikasi, biaya bayar akses
Rp.
publikasi, biaya adsense media
4 Perguruan Tinggi 3.250.000,-
sosial, dan lain lain) maksimum
15% dari jumlah dana yang Instansi Lain (jika
diusulkan Ada)
Rp.
Jumlah
6.810.000,-
Belmawa
Rp.
Perguruan Tinggi 1.200.000,-
Rekap Sumber Dana Instansi Lain (jika
Ada)
Rp.
Jumlah 8.010.000,-

Tidak diperkenankan
1. Honorarium, konsumsi, hadiah dan sejenisnya untuk tim, dosen pendamping,
narasumber, pemateri atau sejenisnya;
17

2. Sewa komputer PC, laptop, printer, ponsel, kamera, handycam,


tempat/ruangan/aula atau sejenis;
3. Sewa studio/sanggar diluar perguruan tinggi lebih dari Rp. 1.000.000,00
4. Pembelian alat/bahan lebih dari Rp. 1.000.000,00 per item;
5. Pembelian penyimpan data (flashdisk, hard disk);
6. Pembelian kuota internet lebih dari Rp. 100.000,00 per bulan per tim;
7. Durasi sewa lisensi atau sejenis yang melebihi 6 bulan;
8. Biaya publikasi dan/atau promosi kegiatan di media sosial lebih dari Rp
500.000,00
4.2. Jadwal Kegiatan
N Jenis Kegiatan Bulan Penanggung Jawab
o
1 2 3 4 5

1 Survei
Observasi
lapang

2 Kajian Buku

3 Pendataan

4 Analisis Riset

5 Penyusunan
Proposal

6 Evaluasi

Tabel 4.3. Jadwal unggah dan pengiklanan di media sosial


Hari, Tanggal Waktu Konten diiklankan
Selasa, 25 April 2024 08.00 WIB Pengenalan Program Bedah
Novel
Kamis, 25 Mei 2024 10.00 WIB Pembahasan dampak
positif dan negatif
membaca perundungan
dengan memutar video
Minggu, 25 Juni 2024 15.00 WIB Pentas seni drama novel
”Ayah Mengapa Aku
Betbeda”
Selasa, 25 Juli 2024 08.00 WIB Bedah buku Novel Virgin
Jumat, 25 Agustus 2024 08.00 WIB Hasil Program PKM
18

DAFTAR PUSTAKA
1

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping

Biodata Ketua

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Quratul Uyun

2, Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

4. NIM 202310080311007

5. Tempat dan Tanggal Lahir Dompu, 5 Agustus 2005

6. Alamat Email uyunquratul0@gmail.com

7. Nomor Telepon/HP 082192823024

B. Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat

1. Magang Staff 06 Agustus 2023

2. BEM Sekertaris 03 Maret 2023

3.

C.Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Tahun
Penghargaan

1. Siswa Berprestasi Disdik Malang 2019


dan Inovatif

2.

3.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RSH.
2

Malang, 28 Februari 2024


Ketua Tim

(Quratul Uyun)
3

Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Nadia Putri Wualndari

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Pendidikan. Bahasa Indonesia

4. NIM

5. Tempat dan Tanggal Lahir Malang, 17 Desember 2003

6. Alamat Email wulannadia172@gmail.com

7. Nomor Telepon/HP 081216492556

B. Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti


No Jenis Kegiatan Status dalam Kegiatan Waktu dan Tempat

1. Pelatihan Peserta 23 April 2023


Sastra

2.

3.

C. Penghargaan Yang Pernah Diterima


No Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun

1. Juara I Penulis Rektor 04


Cerita Pendek Maret
2023

2.

3.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RSH
4

Malang, 28 Februari 2024


Anggota 1

(Nadia Putri Wualndari)


Biodata Dosen Pendamping

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Jangan disingkat

2 Jenis Kelamin Laki-laki / Perempuan

3 Program Studi

4 NIP/NIDN

5 Tempat dan Tanggal Lahir

6 Alamat Email

7 Nomor Telepon/HP

B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Bidang Ilmu Institusi Tahun Lulus

1 Sarjana (S1)

2 Magister (S2)

3 Doktor (S3)

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan sks

Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun

Pengabdian Masyarakat
No Judul Pengabdian Masyarakat Penyandang Dana Tahun
5

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RSH
Malang, 28 Februari 2023
Dosen Pendamping
Tanda tangan (asli TT basah*)
(Nama Lengkap)
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan (buat di excel kemudian copas disini,
perhatikan jumlahnya , cek apakah sudah sama dengan 4.1)
No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan Total
(Rp) (Rp)

1 Belanja Bahan (maks.60%)

ATK 4 Rim Rp. 40.000,- 160.000


Kertas
1 Hari
Sewa Printer Rp. 140.000,- 140.000
4 botol
Tinta Rp. 35.000,- 70.000
10 buah
Spanduk Rp. 30.000,- 300.000

2 Tiket x
8 kali
masuk

2 Belanja Sewa (maks.15%)

Sewa sanggar/studio

Sewa server/hosting.domain/SSL/akses
jurnal
6

Sewa lainnya sesuai kegiatan riset


social/humaniora (PT)

SUB TOTAL

3 Perjalanan Lokal (maks.30%)

Kegiatan penyiapan survei lapangan

Kegiatan pendampingan(PT)

Kegiatan lainnya sesuai kegiatan riset


social/humaniora

SUB TOTAL

4 Lain-lain (maks.15%)

Protokol Kesehatan (masker, sanitizer,


dan lain lain) (PT)

Jasa pembuatan instrument dan


pengolahan data

Mencetak dan mempublikasi hasil


rekomendasi

Adsense akun media sosial (minimal 500.000


5)

Lainnya sesuai kegiatan riset


social/humaniora

SUB TOTAL

GRAND TOTAL
7

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas


No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/minggu)

3
8

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM PELAKSANA

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama Ketua Tim : ………………………………………..
Nomor Induk Mahasiswa : ………………………………………..
Program Studi : ………………………………………..
Nama Dosen Pendamping : ………………………………………..
Perguruan Tinggi :………………………………………..

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-RSH saya dengan judul


……………………………………………………….. ……....................... ....yang
diusulkan untuk tahun anggaran …… adalah asli karya kami dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.

Malang, 28 Februari 2024


Yang menyatakan,

Meterai senilai Rp. 10.000

(Nama Lengkap)
NIM.

Anda mungkin juga menyukai