Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS NOVEL

“SURAT KECIL UNTUK TUHAN”

Nama : SALSABILA NURVININ PUTRIDANNA

Kelas : XII-IPA 1

No.Abs : 26

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 TUBAN

Jalan Manunggal No.14 Tuban Telp/Fax.0356-321997

Website : www.sma3tuban.sch.id Email : sma3tuban@yahoo.co.id

Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat,
nikmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Analisi Novel “Surat Kecil Untuk Tuhan”. Sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
Analisis Novel ini yang telah saya buat dengan semaksimal mungkin.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas praktik Bahasa
Indonesia yang dibimbing oleh Ibu Kasriatin, S.Pd yang merupakan guru serta
pembimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini.

Saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman semua,


terutama kepada Ibu Kasriatin, S.pd selaku guru pembimbing Bahasa Indonesia yang telah
mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah ini.

Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempatan tugas dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dengan terselesaikannya tugas ini saya mengharapkan para siswa dapat memahami
unsur-unsur yang dibahas dalam makalah ini.

Tuban, 28 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sinopsis Novel


2.2 Analisis Unsur Instrinsik
2.3 Analisis Unsur Ekstrinsik
2.4 Analisis Kebahasaan

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karya sastra selain sebagai media pendidikan, kontrol sosial, pemberontakan, juga
berfungsi sebagai penyampaian pesan kepada masyarakat atas segala polemik persoalan
yang ada sehingga kita dapat mempunyai gambaran atas apa yang harus kita lakukan saat
harus menghadapi persoalan yang sama dengan apa yang terjadi dalam sebuah karya sastra
(Novel) misalnya. Maupun bersifat fiktif – imajener, diakui atau tidak karya sastra
sangatlah berpengaruh dalam kehidupan kita. Dilihat dari sejarahnya, mulai dari angkatan
pujangga baru sampai sekarang telah banyak mengalami perubahan – perubahan baik
dalam cara penyampaiannya, tema yang diangkat, penggunaan diksi, dan sebagainya
ataupun perubahan-perubahan yang disebabkan oleh karya itu sendiri dalam masyarakat.
Karya sastra merupakan hasil rekaan yang di ciptakan oleh sastrawan melalui imajinasinya,
walaupun karya sastra yang diciptakan merupakan imajinasi atau khayalan pengarang yang
tinggi, tetapi karyanya tetap bersumber pada kehidupan. Sastrawan merupakan anggota
masyarakat yang terikat oleh status sosial, oleh karena itu karya yang dihasilkan juga
menggambarkan kehidupan masyarakat dilingkungannya. Menurut Aristoteles dalam
Nurgiantoro (1998: 7), sastra merupakan merupakan perpaduan antara mimetik dan kreasi,
khayalan dan realitas. Mimetik memberikan pemaknaan bahwa sastra merupakan peniruan
atau pencerminan terhadap realitas kehidupan. Sebagai hasil dari proses kreatifitas, karya
sastra merupakan hasil perenungan dari objek realitas yang dianggat menjadi karya. Pada
intinya sebuah proses kreasi merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang.
Dunia sastra merupakan sumber inspirasi dari berbagai perubahan dalam aspek kehidupan.
Dalam hal ini sastra berfungsi sebagi media yang menampung dan memuntahkan segala
bentuk kegelisahan pengarang baik yang dilatarbelakangi oleh berbagai penyimpangan-
penyimpangan sosial dalam masyarakat, keadaan suhu politik, ideologi, religi, maupun
yang dilatarbelakangi oleh unsur-unsur yang berasal dari dalam diri pengarangnya sendiri.
Karya sastra adalah ciptaan yang mendalam dari pengarang (Sugono, Alwi. 2002: 236).
Sastra juga mempunyai kemampuan untuk merangsang munculnya gejala masa datang.
Jadi seorang pengarang sastra merupakan pemikir sastra juga imaji masa depan. Apa yang
digambarkan dalam karya sastra pada masa kelahirannya merupakan suatu yang di anggap
belum ada pada masa yang akan datang. (Dalam Sugono,Alwi. 2002: 236)
Untuk memberikan pamaknaan yang lebih lengkap terhadap terhadap pemaknaan dunia
sastra akan melibatkan berbagai aspek. Aspek lingkungan, kebudayaan atau peradapan
yang telah yang menjadi latar utamanya. Faktor-faktor sosial, kultural, dan bahkan
keagamaan yang saling mempengaruhi dalam proses penciptaan sastra.
peradaban manusia akan selalu berubah menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
menuntut perubahan pola pikir, pendidikan dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah.
Perubahan ini sebenarnya sangat di tentukan oleh kondisi lingkungan itu sendiri, sehingga
timbul keadaan beraneka ragam bentuknya kebudayaan sendiri. Menurut Koentjaningrat
(1987:9) merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan proses belajar serta keseluruhan dari hasil belajarnya.
Sebagai salah satu bentuk seni, kehadiran sastra pasti bersumber dari kehidupan. Hal ini
terjadi karena sastrawan pelahir cipta sastra tersebut merupakan bagian dari kehidupan.
Oleh karena itu sastra bersumber dari kehidupan, maka tidak salah jika ada pendadapat ada
yang menyatakan bahwa sastra dan tata nilai kehidupan merupakan dua fenomena sosial
yang saling melengkapi (Suyitno,1986:3) artinya sastra tidak akan pernah ada tanpa
kehidupan. Demikian juga melalui sastra indonesia akan dapat mengetahui nilai-nilai
tertentu yang terdapat dalam kehidupan.
Untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap terhadap pemahaman dunia sastra akan
melibatkan berbagai aspek. Aspek lingkungan, kebudayaan atau peradapan yang telah
menjadi latar utamanya. Faktor-faktor sosial, kultural dan bahkan keagamaan saling
memepengaruhi dalam proses penciptaan sastra. Dalam hal ini pengarang tidak bertindak
sebagai apresiator bagi dunia realitas yang diangkatnya dan karya-karya yang telah
dihasilkan.
Apresiasi erat kaitannya dengan sikap dan nilai. Untuk melakukan apresiasi terhadap
sebuah karya diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang cukup terhadap objek yang
akan dibahas, agar apresiasi yang kita lakukan menjadi lebih baik.
Perlu kita ketahui bahwa karya sastra sendiri mengandung beberapa unsur yang
membangun, baik yang membangun dari dalam dirinya maupun yang membangun di luar
diri karya sastra itu sendiri dalam proses penciptaannya, yang lazim kita kenal dengan
sebutan unsur instrinsik dan ektrinsik. Unsur instrinsik merupakan unsur karya sastra yang
membangun dari dalam karya sastra itu sendiri, seperti halnya : tema, plot, penokohan, dan
lain sebagainya, sedangkan unsur ektrinsik karya sastra biasanya dipengaruhi oleh faktor
luar sastra, seperti halnya : sosial politik saat sastra diciptakan ,faktor ekonomi, latar
belakang kehidupan pengarang, faktor ilmu jiwa dan sebagainya. Karya sastra novel
sebagai salah satu bentuk cerita rekaan, merupakan sebuah karya yang kompleks dan
bermakna. Novel bukan sekedar bacaan saja, tetapi merupakan hasil karya yang terdiri dari
unsur-unsur yang padu. Untuk mengetahui dan memahami makna-makna pikiran-pikiran
tersebut, karya sastra Novel perlu dianalisis.

1.2 PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji.
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimana Sinopsis dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan


2. Bagaimana Analisis Unsur Intrinsik dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan
3. Bagaimana Analisis Unsur Ekstrinsik dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan
4. Bagaimana Analisis Unsur Kebahasaan dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan

1.3 TUJUAN

1. Mendeskripsikan Sinopsis dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan


2. Mendeskripsikan Analisis Unsur Intrinsik dari novel Surat Kecil Untuk Tuhan
3. Mendeskripsikan Analisis Unsur Ekstrinsik dari novel Surat Kecil Untuk
Tuhan.
4. Mendeskripsikan Analisis Unsur Kebahasaan dari novel Surat Kecil Untuk
Tuhan

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 SINOPSIS

2.2 UNSUR INTRNSIK

1. Tema
Tema yang tergambar dalam novel surat kecil untuk Tuhan ini adalah perjuangan
seorang remaja dalam melawan penyakitnya (kanker), akan tetapi memiliki semangat
untuk hidup yang hebat.

2. Penokohan

1. Keke
Tokoh utama yang menjadi sebagai “Aku” dalam novel. Ia adalah gadis remaja
yang cantik, aktif, dan cerdas, meski diprediksi hidupnya tidak lama lagi.

2. Ayah Keke
Seorang ayah hebat, bijaksana, panyayang, dan pekerja keras.

3. Andi
Kekasih Keke yang mempunyai sifat penyayang, dan perhatian.

4. Pak Iyus
Ia adalah seorang yang setia pada keluarga Keke. Ia mempunyai sifat yang baik dan
penyabar.

5. Sahabat-sahabat Keke
Sahabat-sahabat Keke mempunyai sifat baik, setia dan selalu menemani Keke.

6. Bibi
Ia adalah seorang pemantu yang begitu baik dan perhatian pada keluarga Keke.

7. Kaka Kiki
Kaka Kiki mempunyai sifat yang suka bercanda dan suka jail pada Keke.

8. Angel
Angel adalah teman sekelas Keke yang mempunyai sifat sombong, norak, dan suka
mengejek temannya.

9. Dr. Adi Kusuma


Diceritakan ia adalah dokter yang pertama kali merawat Keke. Ia mempunyai sikap
yang baik, tanggung jawab, tegas.

10. Prof. Mukhlis


Diceritakan ia adalah seorang profesor yang ahli dalam bidang kanker. Ia
mempunyai sifat yang bertanggung jawab dan tegas.
3. Setting/Latar

1. Latar Tempat
Penggambaran latar tempat dalam novel ini adalah di Kota Jakarta. Lebih tepatnya
di kawasan Green Garden-Jakarta menuju ke Pedagang Kaki Lima.

2. Latar Waktu
Latar waktu dalam novel ini adalah pagi, siang, dan malam hari.

3. Latar Suasana
Kesedihan, membahagiakan, dan mengharukan.

4. Alur/Plot

1. Tahap Pekenalan

Tahap perkenalan ini dapat disimak dari bacaan hal 5.


‘’ Hai sobat... kenalkan namaku Gita Sesa Wanda Cantika. Terlalu panjang ya.. ok! Supaya
gampang sebut saja namaku Keke. Aku anak ke-3 dari 3 bersaudara. Aku mempunyai dua
kakak laki-laki, namannya juga dipersingkat saja. Panggil mereka Chiko yang tampan dan
Kiki yang manis.

2. Tahap Pemunculan Konflik

Tahap pemunculan konflik ini dapat disimak dari bacaan hal 28.

Setelah kakakku sembuh, sepertinya ada yang aneh ketika aku terbangun di pagi
hari. Aku merasa mataku terasa perih. Aku segera melihat cermin di lemari kamar. Astaga!
Mataku merah. Apa yang aku takutkan benar-benar terjadi. Aku tertular penyakit mata dari
kakak. Aku memang sudah berpikir akan menerima penyakit ini karena karma meledek
kak Kiki. Kalau sudah begini aku hanya bisa pasrah. Mungkin akau dikutuk kakak karena
ejekan pada waktu itu. Untuk menghindar keadaan memalukan. Aku sengaja memakai
kacamata hitam saat hendak akan makan pagi. Rasanya malu sekali untuk makan pagi jika
kakakku melihat wajahku ini.

3. Tahap Pengikatan Konflik

Tahap pengikatan konflik ini dapat disimak dari bacaan hal 34 (saat Keke sedang
bermain bola volly).
Saat bola volly melayang di depanku, Fadha beteriak kepadaku untuk mangoper
bola padanya, namun kepalaku merasa sedikit pusing sehingga akhirnya gagal. Mataku
berkunang-kunang. Tiba-tiba Maya mendekatiku sambil berkata ‘’Ke... hidungmu
mimisan’’ ‘’Apa?’’ Aku menyadari seluruh kaos olahragaku tersiram tetesan darah.
Pertandingan langsung dihentikan. Aku terkejut tak menyadari kalau hidungku mulai
mengeluarkan darah segar. Dan aku mulai merasa tambah sulit bernafas sehingga harus
menggunakan mulut untuk bernafas.

4.Tahap Puncak

Pada tahap ini dapat disimak dari bacaan hal 39 (Saat Keke sedang diperiksa oleh
Prof. Lukman)

Aku hanya melihat ayah masih sempat bercanda denganku meski aku tau kami
sendiri bingung dengan permintaan Prof. Lukman padaku. Aku duduk di kursi yang
ada di depan ruangan. Suara yang ada di dalam tidak terdengar sehingga keadaan
menjadi sunyi. Prof. Lukman menjadi menghela nafas untuk memulai
pembicaraannya dengan ayah sambil memperhatikan hasil foto copu secenen
kepalaku. ‘’Pak Jodi..’’ Panggil Prof. Lukman kepada ayahku. ‘’Iya Prof.
Bagaimana hasil diagnosa copy secenannya?’’ Tanya ayah. ‘’Hmm.. mohon bapak
kuat mendengar semua ini! Jelas Prof. Lukman yang mulai membuat ayah lumayan
bingung. ‘’Ada apa dengan putri saya Prof’’ Tanya ayah. ‘’Hasil diagnosa,
menunjukkan secara positif putri bapak terinfeksi penyakit Rabdomiosarkoma’’.
‘’hah? Rabdo..’’ Ujar ayah kesulitan mengulang kata-kata yang baru saja
didengarnya. ‘’Yaa, Rabdomiosarkoma.. penyakit ini secara luas dikatakan
tergolong kanker’’. ‘’Astaga.. kanker?’’ Ayah terkejut. ‘’Benar, putri bapak positif
terinfeksi penyakit Rabdomiosarkoma/dalam bahasa lokalnya adalah kanker
jaringan lunak!.

5. Tahap Penyelesaian Konflik

Tahap penyelesaian ini dapat disimak dalam hal 79-80 (pada saat penyembuhan
melalui tahap kemoterapi)

‘’Prof.. adakah cara lain untuk putri saya? Karena dia adalah putri satu-satunya
yang saya miliki. Saya tidak sanggup melihat ia kelak menatap masa depan
tanpa wajah yang sempurna!!’’ Ujar ayah sambil menangis. ‘’Saya mengerti
pak.. saya mengerti! Walaupun ada cara lain saya tidak yakin ini bisa
berhasil!!’’ Ayah bangkit dan seperti terjadi harapan mendengar kalimat itu.
‘’Adapun caranya selain oprasi. Saya rela Prof. Saya tidak ingin terjadi hal yang
buruk akibat oprasi ini dan menjadikan masa depan putri saya sebagai
taruhannya!’’ Jelas ayah.

Prof. Mukhlis hanya diam sejenak dan mulai berbicara pilihan lain.
‘’Kemoterapi.. mungkin cara ini bisa membuat Keke sembuh, namun saya tidak
menjamin sama sekali. Saya akan berusaha supaya cara ini berhasil!’’

‘’Apa itu kemoterapi?’’ Tanya ayah. ‘’Kemoterapi sejenis pemberian obat-obat


tertentu melalui darah yang dapat membunuh pertumbuhan sel kanker. Obat ini
adalah obat keras. Pada kasus putri anda karena masih kecil, saya hanya takut
adanya penolakan dalam tubuhnya!’’

2.3 UNSUR EKSTRINSIK

1. Latar Belakang Pengarang

Agnes Davonar adalah seorang fenomenal dalam dunia sastra Indonesia. Ia memulai
kariernya sebagai seorang penulis amatir di sebuah blog. Kemudian dengan cepat
berkembang menjadi penulis yang mau belajar hingga melahirkan novel online dan 42
cerita pendek yang begitu melekat bagi semua pembaca situs pribadinya.

Tak heran bila sebuah kutipan dari sebuah portal informasi detik.com mengatakan “bahwa
tidak sulit untuk mencari karya dari seorang Agnes Davonar”. Keunikan sendiri terdapat
dalam nama Agnes Davonar. Agnes berasal dari namanya, sedangkan Davonar diambil dari
nama adiknya. Jadi mereka adalah dua saudara yang bersatu dalam sebuah karya.

Agnes lahir di Jakarta 8 Oktober sedangkan Davonar lahir di Jakarta, 7 Agustus. Merka
adalah dua saudara yang besar dalam lingkungan seni. Ayahnya adalah seorang pelukis
kaligrafi Cina sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Mereka
berdua membentuk sebuah blog dengan situs http://lieagneshendra.blogs.friendster.com .

Agnes bekerja sebagai karyawan swasta dan Davonar berkuliah di Universitas sastra
Jepang Bina Nusantara.
Keduanya memiliki hobby yang sama yakni menyukai olahraga. Tapi kelihaian menulis
tekah mengantarkan keduanya sebagai penulis muda berbakat dalam jajaran sastra
Indonesia. Agnes Davonar menyebutnya sebagai Novelis dan Cerpenis online.

Karena ketulusan dan kedisiplinan dalam berkarya sebuah situs peringkat Blog
Topseratus.com menempatkan Blognya sebagai peringkat pertama dari 100 blog terbaik di
Indonesia. Sangat mencengangkan, sebuah Blog sastra mengalahkan Blog dan situs
internet yang pada umumnya lebih memfokuskan pada music ataupun tips-tips mencari
uang marketing melalui internet.

Surat kecil untuk Tuhan adalah kisah nyata yang pertama mereka tulis dan sempat
dipublikasikan di blog mereka. Ribuan air mata berjatuhan ketika kisah ini dibaca, atas
permintaan pembacanya Agnes Davonar pun membuat kisah ini menjadi novel keduanya
dan pastinya kisah ini lebih sempurna dengan ribuan air mata yang siap berjatuhan disetiap
bait perjalanan Keke.

2. Nilai yang Terkandung dalam Novel

a. Nilai Agama

Dalam novel ini terkandung nilai keagamaan yang islami. Dan mengajarkan kita untuk
lebih banyak bersyukur kepada Tuhan dan tidak menyombongkan diri kita.

b. Nilai Moral

Terkandung nilai moral yang amat baik, yaitu disaat teman Keke mengejeknya, ia tetap
diam dan hanya tersenyum dengan ejekan itu. Di saat Keke jatuh sakit teman yang
mengejeknya memberi dukungan kepada ia untuk tetap bertahan untuk menghadapi
penyakitnya.

c. Nilai Sosial

Saling membantu dan memberi dukungan kepada teman dan siapapun (orang lain) yang
ada disekitar kita.

d. Nilai Budaya

Terdapat nilai-nilai budaya di Jakarta, yaitu budaya para remaja didaerah Jakarta dan
sekitarnya.
2.4 ANALISIS KEBAHASAAN

1. Gaya Bahasa / Majas

Gaya bahasa pada novel ini cukup bagus dengan kecerdasan kalimat dan
kelembutan bahasa tanpa adanya unsur repitif yang membosankan.
Contoh :
Pada hal 5 : Suara kicauan burung di pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku.
Aku mencoba untuk tidur kembali, tapi tak kuasa menahan sinar matahari
yang terus berbayang-bayang di wajahku.

Hal 83 : aku merasa bagaikan makhluk asing yang tiba di bumi. Ditempatkan disebuah
ruang kosong.

2. Kata Asing

1. Rabdomiosarkoma : kanker dengan pertumbuhan cepat yang dapat berkembang


di dalam jaringan lunak (macam otot) hampir di manapun di dalam tubuh, sering kali
terjadi pada anak-anak.

3. Kalimat Majemuk

1. Kalimat Majemuk Setara


contoh pada hal 99 : walau terlihat gosong, tapi dia memakannya dan mengucapkan
satu kata yang membuatku bahagia. (KMS menggabungkan)
contoh pada hal 58 : paras mimik wajahnya berubah seketika, ketika mendapat
pertanyaan dariku.

4. Kata Penghubung

1. Pertentangan
contoh pada hal 99 : walau terlihat gosong, tapi dia memakannya dan mengucapkan
satu kata yang membuatku bahagia.

2. Aditif / Gabungan
contoh pada hal 99 : walau terlihat gosong, tapi dia memakannya dan mengucapkan
satu kata yang membuatku bahagia.
3. Akibat
contoh pada hal 65 : tapi akibat dari operasi itu adalah bekas lukanya yang sangat
riskan karena bisa membuat cacat.

5. Kata Berimbuhan

1. Awalan / prefiks
contoh pada hal 27 : sepulang sekolah au menghabiskan waktu untuk membaca
komik Dragon Ball yang baru saja aku beli.

2. Konfiks / simulfiks
contoh pada hal 69 : walau sempat menolak karena kelelahan akhirnya Haji itu
bersedia memenuhi permintaan ayah.

6. Istilah

1. Kanker : penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon


yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal.
2. Rabdomiosarkoma : kanker dengan pertumbuhan cepat yang dapat berkembang
di dalam jaringan lunak (macam otot) hampir di manapun di dalam tubuh, sering kali
terjadi pada anak-anak.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Buku ini mengisahkan ulang cerita pilu seorang gadis bernama Keke atau Gita Sesa Wanda
Cantika. Ia terkena penyakit yang terbilang langka bernama Rabdosmiosarkoma atau yang
dalam bahasa awam dikenal dengan nama kanker jaringan lunak. Keke sendiri merupakan
pasien pertama di Indonesia yang terdeteksi terkena penyakit tersebut. Hal ini yang
menjadikan kisahnya sangat menggugah. Keke divonis terjangkiti penyakit tersebut di usia
13 tahun dan hanya dalam jangka waktu 5 hari saja. Kanker jaringan lunak tersebut
perlahan merubah wajah belia keke. Ia menjadi seseorang yang tak dikenali lagi sebab
wajahnya menjadi sesuatu yang tak elok dipandang mata. Perjuangan keke sempat berbuah
manis, sebab tim dokter berhasil menyembuhkan penyakitnya. Hal ini menjadi sebuah
prestasi tersendiri bagi dunia kedokteran di Indonesia pada saat itu dan menjadi buah bibir
di Negara lain. Banyak yang bertanya bagaimana bisa penyakit ganas tersebut ditaklukkan.
Polemik tersebut akhirnya mendapat jawaban, sebab keke hanya sembuh sementara.
Beberapa saat setelah ia menjalani pengobatan, kanker ganas itu bertamu kembali dan
sekali lagi menyerang tubuh dan semangatnya. Keke pun menyadari, waktunya hidup tak
bisa diulur lagi dengan obat dan lain-lainnya. Benar saja, ia meninggal pada tanggal 26
Desember di tahun 2006. Sebelum meninggal, ia sempat menuliskan surat. Surat ini
kemudian yang mengilhami pemilihan judul “Surat Kecil Untuk Tuhan”.

3.2 SARAN

Saya meyarankan kepada penulis untuk menyunting beberapa kalimat dari novel yang
sekiranya kurang tepat dan tidak mentaati kaidah penulisan. Saya menyarankan pula
kepada anda untuk membaca dan membeli novel tersebut, karena ceritanya sungguh luar
biasa, mengandung amanat dan pelajaran yang berharga tentang kehidupan.

Daftar Pustaka
https://surieyorei.wordpress.com/skripsi-sastra/refleksi-religiusitas-dalam-novel-
cogito-allah-sum-karya-lalu-mohammad-zainuddin/bab-i-pendahuluan/

Anda mungkin juga menyukai