Anda di halaman 1dari 61

BAB V

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

5.1 KARAKTERISTIK PENUMPANG PESAWAT BANDARA INTERNASIONAL BANYUWANGI

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. Angkasa Pura II Bandara
Internasional Banyuwangi, diperoleh rata-rata jumlah penumpang yang datang dan
berangkat di Bandara adalah sebesar 924 penumpang/hari. Dengan rincian penumpang
naik pesawat berjumlah 478 penumpang/hari dan penumpang turun pesawat 446
penumpang/hari. Berdasarkan perhitungan sampel dengan tingkat kesalahan sebesar
5% diperoleh jumlah sampel total 790 sampel dengan rincian penumpang naik
berjumlah 217 responden dan penumpang turun berjumlah 210 responden. Dari hasil
survey wawancara dapat diketahui informasi mengenai karakteristik responden terkait
gender, maksud perjalanan, dan jenis moda yang digunakan. Data berikut disajikan
dalam satuan populasi yang berasal dari sampel wawancara yang sudah dikalikan
dengan faktor ekspansi dari sampel penumpang naik dan sampel penumpang turun.

Tabel 4 Jumlah Sampel Wawancara Penumpang Bandara

No Jenis Populasi (Pnp/Hari) Sampel


1 Penumpang Naik Pesawat 478 217
2 Penumpang Turun Pesawat 446 210
Total 924 427
Sumber: PT Angkasa Pura II Banyuwangi, 2021

5.1.1. Profil Penumpang Berdasarkan Gender


1. Penumpang Naik
Berdasarkan Karakteristik Gender penumpang naik di Bandara
Internasional Banyuwangi didominasi oleh laki-laki sebagaimana
ditunjukan dalam tabel dan grafik dibawah ini:

45
Tabel 5 Karakteristik Gender Penumpang Naik

No. Gender Sampel Persentas


(Pnp/Hari) e
1 Laki - Laki 217 52%
2 Perempuan 210 48%
Jumlah 395 100%
Sumber: Analisis, 2021

Adapun Grafik dari karakteristik gender penumpang naik adalah


sebagai berikut:

PERGERAKAN KEBERANGKATAN PENUMPANG BAN-


DARA INTERNASIONAL BANYUWANGI BERDASARKAN
GENDER (WEEKDAY)

LAKI-LAKI
PEREMPUAN
47%
53%

Gambar 17 Proporsi Penumpang Naik Berdasarkan Gender


Sumber: Analisis, 2021

Berdasarkan hasil survey wawancara yang dilakukan pada 395 responden, penumpang
yang naik terdiri dari 52% Laki-laki dan 48% perempuan.

1. Penumpang Turun

Berdasarkan Karakteristik Gender penumpang turun di Bandara Ngurah Rai didominasi


oleh perempuan sebagaimana ditunjukan dalam tabel dan grafik dibawah ini:

46
Tabel 6 Karakteristik Gender penumpang Turun

No. Gender Sampel Persentas


(Pnp/Hari) e
1 Laki - Laki 185 47%
2 Perempuan 210 53%
Jumlah 395 100%
Sumber: Analisis, 2021

Adapun Grafik karakteristik gender penumpang turun adalah


sebagai berikut:

PERGERAKAN KEDATANGAN PENUMPANG BANDARA


INTERNASIONAL BANYUWANGI BERDASARKAN
GENDER (WEEKEND)

LAKI-LAKI
28%
PEREMPUAN

72%

Gambar 18 Proporsi Penumpang Turun Berdasarkan Gender


Sumber: Analisis, 2021

Berdasarkan grafik diatas penumpang dari pesawat yang turun


terdiri dari 47% Laki-laki dan 53% perempuan.

i. Profil Penumpang Berdasarkan Maksud Perjalanan


1. Penumpang Naik
Maksud Perjalanan penumpang yang menuju Bandara Ngurah Rai
paling banyak didominasi oleh maksud Bekerja diikuti oleh
Berlibur.

47
Tabel 7 Maksud Perjalanan Penumpang Naik

No. Maksud Sampel (Pnp/Hari) Persentas


e
1 Bekerja/Bisnis
118 30%
2 Pulang
64 16%
3 Berlibur
109 28%
4 Sosial
37 9%
5 Sekolah
61 15%
6 Lain-Lain
6 2%
Jumlah 395 100%
Sumber: Analisis, 2021

Dari 395 responden, maksud perjalanan penumpang pesawat naik


di Bandara Ngurah Rai adalah 30% bertujuan untuk
bekerja/bisnis, 28% bertujuan untuk berlibur, 16% untuk pulang

48
15% untuk sekolah, 9% untuk kegiatan sosial dan 2% dengan
maksud perjalanan lainnya. Persentase untuk maksud perjalanan
penumpang naik terdapat pada diagram di bawah ini:

MAKSUD PERJALANAN BERANGKAT

8%
BEKERJA
IBADAH
33% BISNIS
PENDIDIKAN
PULANG
REKREASI

59%

Gambar 19 Maksud Perjalanan Penumpang Naik


Sumber: Analisis, 2021
2. Penumpang Turun
Maksud Perjalanan penumpang turun dari Bandara Ngurah Rai paling banyak
didominasi oleh maksud Berlibur disusul dengan maksud perjalanan Pulang.

Tabel 8 Maksud Perjalanan Penumpang Turun

No Maksud Sampel Persenta


. (Pnp/Hari) se
1 Bekerja/ 52 13%
Bisnis
2 Pulang 118 30%
3 Berlibur 141 36%
4 Sosial 23 6%
5 Sekolah 46 12%
6 Lain-Lain 15 4%
Jumla 395 100%
h
Sumber: Analisis, 2021

49
Dari 395 responden, maksud perjalanan penumpang pesawat
turun di Bandara Ngurah Rai didominasi oleh maksud berlibur
sebesar 36%, dilanjutkan 30% dengan maksud pulang, 13%
dengan maksud bekerja/bisnis, 12% dengan maksud perjalanan
sekolah, 6% dengan maksud sosial, dan 4% maksud lainnya.
Persentase untuk maksud perjalanan penumpang turun terdapat
pada grafik di bawah ini:

MAKSUD PERJALANAN DATANG

BEKERJA
35% IBADAH
BISNIS
PENDIDIKAN
PULANG
REKREASI

65%

Gambar 20 Maksud Perjalanan Penumpang Turun


Sumber: Analisis, 2021

ii. Profil Penumpang Berdasarkan Pemilihan Moda


1. Penumpang Naik
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui pilihan penggunaan
angkutan untuk menuju Bandara didominasi oleh penggunaaan
kendaraan pribadi, disusul dengan angkutan sewa dan angkutan
umum sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 9 Jenis Moda Yang Digunakan Penumpang Menuju Bandara

No Maksu Sampel Persenta


. d (Pnp/Hari) se
1 Taksi Bandara 39 10%

50
2 Angkutan Umum 64 16%
3 Angkutan Sewa (Travel) 75 19%
4 Kendaraan Pribadi 217 55%
Jumla 395 100%
h
Sumber: Analisis, 2021

51
Proporsi penggunaan moda dari 395 responden survey terdapat
pada grafik di bawah ini:

KENDARAAN YANG DI
GUNAKAN (BRGKT)

LAIN-LAIN

BUS

TRAVEL

SEPEDA

OJEK ONLINE 5

OJEK KONVENSIONAL

TAXI ONLINE 12

TAXI KONVENSIONAL

ANGKOT

MOBIL 35

SEPEDA MOTOR 14
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Gambar 21 Jenis Moda Yang Digunakan Penumpang


Sumber: Analisis, 2021
2. Penumpang Turun
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui pilihan penggunaan
angkutan dari Bandara didominasi oleh penggunaaan kendaraan
pribadi, disusul dengan angkutan sewa dan angkutan umum
sebagaimana ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 10 Jenis Moda Yang Digunakan Penumpang Dari Bandara

No Maksud Sampel Persenta


. (Pnp/Hari) se
52
1 Taksi Bandara
16 4%
2 Angkutan Umum
57 14%
3 Angkutan Sewa
88 22%
(Travel)
4 Kendaraan Pribadi
234 59%
Jumla 395 100%
h
Sumber: Analisis, 2021

53
Proporsi penggunaan moda dari 395 responden survey terdapat
pada grafik di bawah ini:

KENDARAAN YANG DI
GUNAKAN (DTG)

LAIN-LAIN
BUS
TRAVEL
SEPEDA
OJEK ONLINE 7
OJEK KONVENSIONAL
TAXI ONLINE 9
TAXI KONVENSIONAL
ANGKOT
MOBIL 37
SEPEDA MOTOR 15
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Gambar 22 Jenis Moda Yang Digunakan Penumpang


Sumber: Analisis, 2021

b. Aspek Permintaan Perjalanan Penumpang Bandara Bali Utara

i. Permintaan Aktual Penumpang


Berdasarkan data hasil survei asal tujuan penumpang total di
Bandara Ngurah Rai didapat peresentase jumlah bangkitan penumpang
dari masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, dimana Kabupaten
Buleleng memiliki persentase total 13% dari keseluruhan penumpang
bandara. Data proporsi bangkitan penumpang disajikan dalam satuan

54
sampel pada table berikut:

55
Tabel 11 Proporsi Bangkitan Penumpang Bandara Ngurah Rai

Demand Sampel
No Wilayah Jumlah %
Asal Tujuan
1 Kota Denpasar 40 40 80 10%
2 Kabupaten Badung 107 107 214 27%
3 Kabupaten Gianyar 40 40 80 10%
4 Kabupaten Tabanan 40 40 80 10%
5 Kabupaten Klungkung 32 32 64 8%
6 Kabupaten Bangli 28 28 56 7%
7 Kabupaten Karangasem 32 32 64 8%
8 Kabupaten Jembrana 28 28 56 7%
9 Kabupaten Buleleng 51 51 102 13%
Jumla 395 395 79 100
h 0 %
Sumber: Analisis, 2021

Berdasarkan data proporsi bangkitan perjalanan diatas, kemudian


dilanjutkan dengan pengolahan data hasil survey bangkitan yang
berasal dari Kabupaten Buleleng yang akan menjadi lokasi demand
potensial dari angkutan pemadu moda Bandara Bali Utara nantinya.

Dari hasil survei wawancara penumpang Bandara Ngurah Rai yang


berasal dari Kabupaten Buleleng dapat diketahui tabel perjalanan
penumpang dari dan menuju Kabupaten Buleleng dimana bangkitan
terbesar adalah pada zona 12 dengan jumlah perjalanan sebanyak 10%
disusul oleh zona 18 sebesar 8%. Adapun proporsi perjalanan
penumpang untuk masing-masing zona di Kabupaten Buleleng disajikan
dalam satuan populasi yang merupakan hasil perkalian jumlah sampel
dengan faktor ekspansi. Data perjalanan yang terbangkit dari Kabupaten
Buleleng terdapat pada tabel di bawah ini yaitu:

56
Tabel 12 Proporsi Perjalanan Penumpang Bandara Ngurah Rai Dari
dan Menuju Kabupaten Buleleng

Demand
No Wilaya Populasi Jumlah %
h
Asal Tujua
n
1 KENDRAN 42 41 83 1%
2 BAJAR BALI, KAMPUNG KAJANAN 24 248 497 6%
9
3 ASTINA, BANJAR JAWA 16 165 332 4%
6
4 BANJAR TEGAL 12 124 249 3%
5
5 PAKET AGUNG 16 165 332 4%
6
6 LILIGUNDI, KAMPUNG SINGRAJA, 83 83 166 2%
BERATAN
7 NAGASEPAHA, SARI MEKAR 83 83 166 2%
8 BANYUNING 16 165 332 4%
6
9 KAMPUNG BARU 12 124 249 3%
5
10 KAMPUNG BUGIS, KAMPUNG ANYAR 42 41 83 1%
11 KALIUNTU 83 83 166 2%
12 BANYUASRI 41 413 829 10%
5
13 SAMBANGAN 24 248 497 6%
9
SUKASADA, PADANGBULIA,
14 PEGADUNGAN, AMBENGAN, GITGIT, 12 124 249 3%
PEGAYAMAN, SILANGJANA 5
15 POH BERGONG, ALASANGKAR, 42 41 83 1%
PETANDAKAN
16 PENGLATAN, JINENGDALEM 0 0 0 0%
17 PENARUKAN 20 248 456 5%
8
18 BAKTISERAGA 37 331 705 8%
4
19 PANJI, PANJI ANOM, TEGAL LINGGAH, 0 0 0 0%
SELAT
20 WANAGIRI, PANCASARI 83 83 166 2%
GALUNGAN, LEMUKIH, SEKUMPUL,
21 0 0 0 0%
BEBETIN, SUDAJI, SAWAN
MENYALI, SUWUG, JAGARAGA,
57
22 SINABUN, BUNGKULAN, GIRIEMAS, 83 83 166 2%
SANGSIT, KEROBOKAN
PEMARON, TUKAD MUNGGA,
23 ANTURAN, KALIBUKBUK, 42 41 83 1%
KAYUPUTIH, KALIASEM, TEMUKUS
PEDAWA, BANYUSERI, BANJAR,
24 SIDETAPA, CEMPAGA, TIGAWASA, 83 83 166 2%
DENCARIK, TAMPEKAN, BANJAR
TEGEHA
KAYUPUTIH BANYUATIS, TIRTASARI,
25 MUNDUK BESTALA, GUNUNG SARI, 0 0 0 0%
BANYUATIS, GESING, GOBLEG,
BESTALA, MUNDUK

58
Demand
No Wilaya Populasi Jumlah %
h
Asal Tujuan
BUKTI, KUBUTAMBAHAN, BENGKALA,
BULIAN, DEPEHA, TUNJUNG, BILA,
2 166 165 332 4%
TAMBLANG, BONTIHING, TAJUN,
6
MENGENING, PAKISAN, TAMBAKAN
PEGASTULAN, SERIRIT, SULANYAH,
TANGGUNGWISIA, KALIANGET,
2 208 207 414 5%
JOANYAR, BUBUNAN, PATEMON,
7
RINGDIKIT, RANGDU, MAYONG

TISTA, BONGANCINA, PUNCAKSARI,


2 TELAGA, TITAB, SUBUK, KEKERAN, 125 124 249 3%
8 BUSUNGBIU, SEPANG, SEPANGKELOD,
PALAPUAN, KEDIS, TINGGARSARI,
BENGKEL, UMEJERO
PACUNG, SAMBIRAN, JULAH, MADENAN,
2 BONDALEM, TEAJKULA, LES, PENUTUKAN, 166 165 332 4%
9 SAMBIRENTENG, TEMBOK
LOKAPAKSA, UMEANYAR, BANJAR
3 ASEM, KALISADA, PANGKUNG 42 41 8 1%
0 PARUK, ULARAN, UNGGAHAN 3
PATAS, PENGULON, TINGA-TINGA, TUKAD
3 SUMAGA, CELUKAN BAWANG 249 248 497 6%
1
3 MUSI, SANGGALANGIT, GEROKGAK 83 83 166 2%
2
PEJARAKAN, SUMBERKIMA,
3 PEMUTERAN, BANYUPOH, 0 0 0 0%
3 PENYABANGAN
3 SUMBERKELAMPOK 166 165 332 4%
4
3 KAB JEMBRANA 0 0 0 0%
5
3 KAB TABANAN 0 0 0 0%
6
3 KAB BADUNG 0 0 0 0%
7
3 KAB BANGLI 0 0 0 0%
8
3 KAB KARANGASEM 0 0 0 0%
9
4 TERMINAL SERIRIT 0 0 0 0%
0
4 TERMINAL BANYUASRI 0 0 0 0%
1

59
4 TERMINAL PENARUKAN 0 0 0 0%
2
4 TERMINAL SUKASADA 0 0 0 0%
3
4 PELABUHAN CELUKAN BAWANG 0 0 0 0%
4
4 PELABUHAN LALANG 0 0 0 0%
5
4 PELABUHAN SANGSIT 0 0 0 0%
6
4 BANDARA BALI UTARA 0 0 0 0%
7
JUMLA 4237 4217 8454 100
H %
Sumber: Analisis, 2021

60
Berdasarkan data bangkitan penumpang total diatas, kemudian
dapat ditentukan jumlah permintaan aktual terhadap angkutan pemadu
moda Bandara Bali Utara yang ditentukan berdasarkan perjalanan yang
dibangkitkan pada lokasi sekitar lokus penelitian yang terletak pada
Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak yaitu perjalanan pada 6
zona berikut:

Tabel 13 Proporsi Permintaan Aktual Angkutan Pemadu Moda


Bandara Bali Utara

Demand
No Wilaya Populasi Jumlah %
h
Asal Tujua
n
PEDAWA, BANYUSERI, BANJAR,
2 SIDETAPA, CEMPAGA, TIGAWASA, 83 83 16 2%
4 DENCARIK, TAMPEKAN, BANJAR 6
TEGEHA
PEGASTULAN, SERIRIT, SULANYAH,
2 TANGGUNGWISIA, KALIANGET, 208 41 5%
20
7 JOANYAR, BUBUNAN, PATEMON, 4
7
RINGDIKIT, RANGDU, MAYONG
LOKAPAKSA, UMEANYAR, BANJAR
3 ASEM, KALISADA, PANGKUNG 42 41 83 1%
0 PARUK, ULARAN, UNGGAHAN
PATAS, PENGULON, TINGA-TINGA,
3 249 24 49 6%
TUKAD SUMAGA, CELUKAN BAWANG
1 8 7
3 MUSI, SANGGALANGIT, GEROKGAK 83 83 16 2%
2 6
3 SUMBERKELAMPOK 166 16 33 4%
4 5 2
JUMLA 831 827 1658 20
H %
Sumber: Analisis, 2021

ii. Potensi Permintaan Penumpang


Berdasarkan data hasil survey terhadap Penumpang Bandara
Ngurah Rai yang berasal dari Kabupaten Buleleng dapat diketahui
bahwa Zona-zona yang memiliki jarak tempuh lebih cepat menuju
Bandara Bali Utara jika dibandingkan dengan jarak menuju Bandara
Ngurah Rai dan dilewati oleh trayek Angkutan Kota adalah zona-zona
pada tabel berikut:

61
Tabel 14 Proporsi Perjalanan Potensi Penumpang

Demand Populasi
No Wilaya Jumlah %
h Asal Tujua
n
1 KENDRAN 42 41 83 1%
BAJAR BALI,
2 KAMPUNG KAJANAN 249 24 49 6%
8 7
3 ASTINA, BANJAR JAWA 166 16 33 4%
5 2
4 BANJAR TEGAL 125 12 24 3%
4 9
5 PAKET AGUNG 166 16 33 4%
5 2
LILIGUNDI,
6 KAMPUNG 83 83 16 2%
SINGRAJA, 6
BERATAN
8 BANYUNING 166 16 33 4%
5 2
9 KAMPUNG BARU 125 12 24 3%
4 9
17 PENARUKAN 208 24 45 5%
8 6
KAMPUNG BUGIS,
10 KAMPUNG ANYAR 42 41 83 1%
11 KALIUNTU 83 83 16 2%
6
12 BANYUASRI 415 41 82 10%
3 9
18 BAKTISERAGA 374 33 70 8%
1 5
PEMARON, TUKAD
23 MUNGGA, ANTURAN, 42 41 83 1%
KALIBUKBUK,
KAYUPUTIH, KALIASEM,
TEMUKUS
JUMLA 228 2274 455 53,9
H 5 8 %
Sumber: Analisis, 2021

berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 14 zona


yang menjadi zona potensi bangkitan penumpang menuju Bandara Bali
Utara yang masih berada pada lingkup daerah penelitian yaitu
62
Kabupaten Buleleng. Perjalanan pada zona tersebut dapat
dikelompokkan sebagai zona potensi permintaan, sehingga didapatkan
jumlah potensi penumpang menuju Bandara Bali Utara dan sebaliknya
sebesar 4.558 penumpang atau 53,9% dari total seluruh perjalanan
penumpang bandara yang terbangkit dari wilayah Kabupaten Buleleng.

Data potensi penumpang pada tabel 14 yang berjumlah 4.558


orang/hari tersebut kemudian dianalis berdasarkan hasil survei stated
preference untuk mengetahui jumlah potensi demand yang bersedia

63
pindah menggunakan angkutan pemadu moda, sehingga didapat data
pada table:

Tabel 15 Ketersediaan Berpindah Menggunakan Angkutan Pemadu Moda

N Pendapat Popula Persenta


o Responden si se
1 Setuju 2883 63%
2 Tidak Setuju 1675 37%
Total 4558 100%
Sumber: Analisis, 2021

Berdasarkan Tabel 15 yang merupakan hasil dari wawancara


preferensi penumpang terhadap ketersediaan untuk berpindah
menggunakan angkutan pemadu moda dari dan menuju Bandara
Bali Utara. Berdasarkan jumlah total potensi penumpang pada Tabel
14, yaitu sebesar 4.558 penumpang terdapat 63% atau 2883
penumpang yang memilih setuju untuk berpindah menggunakan
angkutan pemadu moda Bandara Bali Utara. Berdasarkan Table 15
dapat disimpulkan bahwa jumlah potensi demand terhadap
angkutan pemadu moda adalah 2.883 orang/hari.

iii. Permintaan Potensial Penumpang Tahun Dasar (2019)


Permintaan potensial merupakan jumlah permintaan aktual yang
dijumlahkan dengan jumlah potensi permintaan yang bersedia
berpindah menggunakan angkutan pemadu moda dari jumlah
penumpang eksisting pada tahun dasar yaitu tahun 2019. Berikut ini
merupakan data jumlah permintaan potensial terhadap perencanaan
angkutan pemadu moda Bandara Bali Utara:
Tabel 16 Permintaan Potensial Angkutan Pemadu Moda

NO JENIS PERMINTAAN
JUMLA
H
1 PENUMPANG AKTUAL 1.658
2 POTENSI PENUMPANG 2.883
JUMLAH POTENTIAL DEMAND 4.541
Sumber: Analisis, 2021

64
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah permintaan potensial
angkutan pemadu moda Bandara Bali Utara tahun 2019 yaitu 4.541
penumpang/hari.

iv. Permintaan Potensial Penumpang Tahun Rencana (2025)


Pengoperasian angkutan pemadu moda diperkirakan akan dimulai
pada tahun 2025 sesuai dengan periode pembangunan Bandara Bali
Utara yang direncanakan selesai dalam waktu lima tahun dimulai pada
tahun 2020 lalu. Berdasarkan hal tersebut diperlukan data demand
proyeksi untuk tahun 2025 yang didapatkan dengan perhitungan
menggunakan formula compounding factor berdasar pada data
pertmbuhan penumpang Bandara Ngurah Rai tahun 2014-2019 pada
tabel di bawah ini.

Tabel 17 Data Jumlah Keberangkatan Penumpang Bandara Ngurah Rai

TAHU Jumlah
N Keberangkatan
/Tahun
(Orang)
2014 8.665.713
2015 8.530.027
2016 9.961.459
2017 10.757.670
2018 11.981.877
2019 11.894.292
Sumber: PT.Angkasa Pura I Bali, 2020
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat diketahui laju
pertumbuhan rata-rata pada periode tahun 2014-2019 adalah 5,93%.
Laju pertumbuhan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung
proyeksi potensial demand pada tahun 2025. Berikut ini merupakan
contoh perhitungan peramalan potensi penumpang pada tahun 2025
dengan data tahun dasar 2019 menggunakan formula compounding
factor:
Pt = Po (𝟏 + 𝐢)𝒏
Dimana:
Po = 2883
i = 5,93%
n =5
Pt = 2883 (𝟏 + 𝟎, 𝟎𝟓𝟗)𝟓 = 6829

65
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa proyeksi
potensi penumpang pada tahun 2025 mencapai 6.829 orang/perhari.
Sedangkan untuk perhitungan proyeksi penumpang aktual pada 2025
dengan formula yang sama mencapai 3.707 orang/hari. Sehingga jika
proyeksi penumpang aktual dan potensi penumpang tahun 2025
dijumlahkan akan menghasilkan potential demand seperti pada tabel di
bawah ini:

Tabel 18 Permintaan Potensial Angkutan Pemadu Moda 2025

NO JENIS PERMINTAAN JUMLA


H
1 PENUMPANG AKTUAL 3.707
2 POTENSI PENUMPANG 6.829
2025
JUMLAH POTENTIAL DEMAND 10.536
2025
Sumber: Analisis, 2021

Dapat disimpulkan jumlah proyeksi demand potensial pada tahun


2025 untuk angkutan pemadu moda sebesar 10.536 orang/hari.

v. Matriks Asal Tujuan


Dalam pembagian zona matriks asal tujuan, Kabupaten Buleleng
terdiri dari 34 zona internal, 5 zona ekternal, dan 8 zona khusus. Data
perjalanan diperoleh melalui survey wawancara penumpang yang
dilakukan pada penumpang pesawat Bandara Ngurah Rai yang
dibangkitkan oleh Kabupaten Buleleng. Matriks berikut berisi data
populasi asal tujuan penumpang yang dibangkitkan oleh Kabupaten
Buleleng.

66
Tabel 19 Matriks Perjalanan Penumpang Dari dan Ke Zona Wilayah Kabupaten Buleleng
(Populasi)

61
vi. Pola Perjalanan Penumpang Dari Dan Ke Bandara
Berdasarkan hasil survey pada total 790 responden di Bandara
Ngurah Rai, dimana berdasarkan survey tersebut didapatkan jumlah
penumpang yang terbangkit dari Kabupaten Buleleng sebesar 13 % atau
sejumlah 102 penumpang yang selanjutnya akan digunakan untuk analisis
demand di wilayah Kabupaten Buleleng. Dalam pelaksanannya peneliti
melaksanakan survey lanjutan terhadap masyarakat Kabupaten Buleleng.
Dalam survey lanjutan ini jumlah sampel pada Kabupaten Buleleng yang
awalnya berjumlah total 102 orang kemudian ditambah menjadi 204 orang
untuk memastikan data yang didapat lebih representative dibandingkan
dengan perolehan data pada survey pertama. Berikut ini merupakan
rekapan data terkait karakteristik penumpang potensial Kabupaten Buleleng
berdasarkan hasil survey lanjutan:
1. Karakteristik Penumpang Berdasarkan Permintaan Potensial
Berikut ini merupakan data karakteristik penumpang potensial dari
angkutan pemadu moda yang disajikan dalam satuan sampel dan
populasi. Data populasi tersebut merupakan hasil perkalian dengan
faktor ekspansi dari sampel wawancara penumpang bandara. Dari total
204 sampel terdapat 110 responden yang menjadi diklasifikasikan
menjadi permintaan potensial terhadap angkutan pemadu moda. Untuk
data satuan populasi didapat melalui perkalian jumlah sampel dengan
factor ekspansi yang sudah dihitung sebelumnya. Berikut ini merupakan
contoh perhitungan factor ekspansi dari populasi penumpang
Kabupaten Buleleng:

62
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐹𝐸 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
8454
𝐹𝐸 = = 41,44
204
Sehingga dengan jumlah sampel 204 dan jumlah populasi total 8.454
didapat factor ekspansi sebesar 41,44.

63
a. Proporsi Penumpang Berdasarkan Gender
Berdasarkan hasil survey wawancara yang dilakukan kepada
seluruh penumpang dari dan menuju Kabupaten Buleleng dengan
populasi potensial sebanyak 4541 orang, 52% penumpang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan 48%.

Tabel 20 Gender Penumpang

Gender Penumpang Total

NO. Jenis Kelamin Sampel Populasi %

1 Laki - Laki 57 2359 52%

2 Perempuan 53 2182 48%

Jumlah 110 4541 100%


Sumber: Analisis, 2021

b. Proporsi Penumpang Berdasarkan Penghasilan Per Bulan


Berdasarkan hasil survei wawancara yang dilakukan kepada
seluruh penumpang dari dan menuju Kabupaten Buleleng dengan
populasi potensial sebanyak 4541 orang, proporsi penghasilan
didominasi oleh penumpang dengan penghasilan per bulan
>Rp.3.000.000 per bulan yang berjumlah 1674 orang.

Tabel 21 Penghasilan Per Bulan Penumpang

64
PENDAPATAN PENUMPANG
BERANGKAT (WEEK END)

PENDAPATAN
3% 5% PENUMPANG DATANG
PENDAPATAN
(WEEK END)
<1.000.000
20% 17% 1.000.000 - 2.000.000
PENDAPATAN
2.100.000 - 3.000.000
7% 6%
3.100.000
<1.000.000- 5.000.000
a. Proporsi Penumpang Berdasarkan Maksud Perjalanan 5.100.000
1.000.000 -- 7.000.000
2.000.000
15% >7.000.000
2.100.000 - 3.000.000
Belum bekerja
3.100.000 - 5.000.000
26% 5.100.000 - 7.000.000
>7.000.000
Belum bekerja
27%
29%
21%

25%

Berdasarkan hasil survey wawancara yang dilakukan kepada


seluruh penumpang dari dan menuju Kabupaten Buleleng dengan
populasi potensial sebanyak 4541 orang, proporsi maksud
perjalanan didominasi oleh kegiatan berlibur dengan jumlah 1336
orang, disusul oleh kegiatan bekerja/bisnis dengan jumlah 1158
orang.

Tabel 22 Maksud Perjalanan Penumpang

65
MAKSUD PERJALANAN
BERANGKAT
8%

BEKERJA
IBADAH
33%
BISNIS
PENDIDIKAN
PULANG
REKREASI

59%

MAKSUD PERJALANAN
DATANG

BEKERJA
IBADAH
35% BISNIS
PENDIDIKAN
PULANG
REKREASI
66

65%
a. Proporsi Penumpang Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil survei wawancara yang dilakukan kepada seluruh penumpang dari
dan menuju Kabupaten Buleleng dengan populasi potensial sebanyak 4541 orang, proporsi
usia penumpang didominasi oleh penumpang dengan rentang usia 25-40 THN dengan
persentase sebesar 44% yaitu berjumlah 2003 orang, disusul dengan usia < 25 THN dengan
persentase 42% sejumlah 1914 orang.
Tabel 25 Usia Penumpang

PERSENTASE PELAKU PERJALANAN


BERDASARKAN KLASIFIKASI USIA PADA HARI
LIBUR (KEBERANGKATAN)
25

20

15

10

0
<14 15-19 20-29 30-39 40-49 >50

67
PERSENTASE PELAKU PERJALANAN
BERDASARKAN KLASIFIKASI USIA PADA
HARI LIBUR (KEDATANGAN)
25

20

15

10

0
<14 15-19 20-29 30-39 40-49 >50

2. Harapan Penumpang Terhadap Rencana Angkutan Pemadu Moda


Berdasarkan hasil survei wawancara lanjutan yang dilakukan kepada
204 responden yang berasal dari Kabupaten Buleleng, terdapat
beberapa poin yang dituliskan responden dan menjadi harapan mereka
terhadap perencanaan Trayek Angkutan Pemadu Moda Bandara Bali
Utara, harapan penumpang tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Kesesuaian Tarif
Diperlukannya penentuan tarif yang sesuai dan reasonable dengan
layanan jasa yang ditawarkan. Oleh karena itu, angkutan pemadu
yang akan dioperasikan harus memiliki tarif yang ekonomis, efisien
68
dan efektif serta menguntungkan bagi operator dan penumpang.
b. Jadwal Tetap dan Teratur
Diperlukan suatu jadwal angkutan (Time Tabel) yang terjadwal
serta saling terpadu dengan jadwal penerbangan Bandara Bali
Utara di Kabupaten Buleleng. Oleh karena itu angkutan pemadu
moda yang akan dioperasikan harus memiliki jadwal yang
terintegrasi dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan
pesawat.
c. Menyediakan Halte dan ruang tunggu
Selain penyedian sarana angkutan diperlukan juga prasarana yang
memadai untuk mendukung operasional angkutan pemadu moda
nantinya. Prasarana yang dibutuhkan antara lain, halte dan ruang
tunggu untuk penumpang.
d. Optimalisasi Waktu Pelayanan
Diperlukan pengaturan waktu pelayanan angkutan yang efisien
dalam rangka menunjang mobilitas penumpang. Oleh karena itu,
dalam perencanaan angkutan pemadu moda nantinya diperlukan
pengaturan waktu pelayanan, baik waktu tuggu di halte, waktu di
dalam kendaraan, dan waktu tempuh kendaraan.

69
c. Analisis Penentuan Jenis Moda Rencana

Dalam penentuan jenis moda angkutan yang akan digunakan nantinya


terdapat beberapa aspek yang dijadikan sebagai pertimbangan. Berdasarkan SK
DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 dalam penentuan jenis moda
perlu diperhatikan klasifikasi trayek, jenis pelayanan, ukuran kota, serta sarana
dan prasarana jalan. Berikut ini merupakan tabel penentuan jenis angkutan
berdasarkan beberapa aspek diatas.

Tabel 26 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Prasarana Jalan Yang


Mendukung Pelayanan Trayek

Kecepatan
Klasifik Paling Leba
Fungsi Jenis Angkutan
asi Rendah r
Trayek Jalan (Untuk Dalam Jala
Kota) n
Utama Arteri 30 Km/Jam ≥  Bus Besar
8
(Lantai Ganda)
 Bus Besar
(Lantai
Tunggal)
 Bus Sedang
Cabang Kolektor 20 Km/Jam ≥  Bus Besar
7  Bus Sedang
 Bus Kecil
Ranting Lokal 10 Km/Jam 5  Bus Sedang
 Bus Kecil
 Bus MPU
(Hanya roda
empat)
Langsung Arteri 30 Km/Jam ≥  Bus Besar
8
 Bus Sedang
Bus Kecil

Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002
Tabel 27 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Jenis Pelayanan dengan Kapasitas
Angkut Perhari
70
Klasifikasi Jenis Kapasitas
Trayek Pelayana Jenis Angkutan Pnp/hari/kendara
n an
 Bus besar (Lantai ganda) 1.500-1.800
 Non  Bus besar (Lantai tunggal) 1.000-1.200
Utama
ekono  Bus sedang 500-600
mi
 Ekonomi

71
 Bus besar 1.000-1.200
 Non 500-600
Cabang  Bus sedang
Ekono 300-400
 Bus kecil
mi
 Ekonomi
 Bus sedang 500-600
 Bus kecil 300-400
Ranting  Ekonomi  Bus MPU (hanya 250-300
roda empat)

 Bus besar 1.000-1.200


Langsung  Non  Bus sedang 500-600
Ekono  Bus kecil 300-400
mi
Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002

Tabel 28 Penentuan Jenis Angkutan Berdasarkan Berdasarkan Ukuran Kota Dan


Trayek

Ukuran
kota Kota Raya Kota besar Kota sedang Kota kecil
>1.000.000 500.000- 100.000- < 100.000
Klasifika Penduduk 1.000.000 500.000 Penduduk
si trayek Penduduk Penduduk
K.A Bus
Utama Bus Bus besar besar/ Bus sedang
besar(SD/DD) sedang
Bus sedang/
Cabang Bus Bus sedang kecil Bus kecil
besar/sedang
MPU MPU
Ranting Bus sedang/kecil Bus kecil (hanya (hanya roda empat)
roda
empat)
Langsung Bus besar Bus besar Bus sedang Bus sedang
Sumber : SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jenis angkutan yang sesuai untuk
menunjang operasional angkutan pemadu moda rencana yang akan
menghubungkan Bandara Bali Utara dengan daerah potensi demand di
Kabupaten Buleleng. Penentuan ini dilakukan dengan memperhatikan jumlah
penumpang potensial yang akan menggunakan angkutan rencana yaitu sebesar

72
4541 orang/hari. Sehingga dapat ditentukan berdasarkan fungsi jalan, kelas jalan,
ukuran kota, dan jumlah potensi demand yang ada, maka jenis kendaraan yag
akan digunakan yaitu bus sedang dengan klasifikasi jenis trayek yaitu trayek
cabang.

d. Analisis Kinerja Rencana Operasional Angkutan

5.5.1 Waktu Operasi Angkutan


Waktu operasi angkutan pemadu moda ini direncanakan menyesuaikan
dengan waktu kedatangan dan keberangkatan pesawat yang ada di
Bandara Bali Utara nantinya. Jadwal penerbangan yang ada di Bandara Bali
Utara untuk saat ini belum ada, namun berdasarkan jadwal penerbangan
Bandara Ngurah Rai sebagai bandara utama, dapat direncanakan jadwal
operasi pada Bandara Bali Utara yang akan difungsikan sebagai bandara
penyangga. Jadwal operasi Bandara Bali Utara dimulai dari jadwal
kedatangan pertama pesawat yaitu pada pukul 08.30 WITA sampai dengan
keberangkatan pesawat terakhir pada pukul 22.00 WITA. Sehingga waktu
pelayanan angkutan pemadu moda dimulai pada pukul 05.00 sampai 20.00
dengan asumsi waktu perjalanan 120 menit yang disesuaikan dengan
jadwal keberangkatan pertama pesawat sampai dengan waktu
keberangkatan terakhir. Angkutan pemadu moda ini akan beroperasi 7 hari
dalam seminggu dimulai dari hari senin sampai minggu sesuai dengan
jadwal operasi pesawat.

5.5.2 Kecepatan Rencana Angkutan


Berdasarkan Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor:
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggraan
Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan
Teratur, dijelaskan bahwa kecepatan rencana ditetapkan sebagai kecepatan
pada kondisi normal yang menjadi target maksimum kecepatan perjalanan
angkutan. Untuk di dalam kota dengan fungsi jalan yaitu jalan kolektor

73
dengan kecepatan paling rendah 20 Km/jam. Maka berdasarkan Peraturan
tersebut dapat ditetapkan kecepatan rencana untuk angkutan pemadu
moda adalah 40 km/jam.

74
5.5.3 Faktor Muat Kendaraan (Load Factor)
Faktor muat merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan
kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam
persen (%). Nilai faktor muat pada kondisi dinamis adalah 70% dan
terdapat 30% kapasitas untuk mengakomodasi kemungkinan lonjakan
penumpang, serta pada tingkat ini kesesakan penumpang di dalam
kendaraan masih dapat diterima dengan total kapasitas 20 tempat duduk
dan 10 tempat berdiri pada bus sedang. Penyelenggaraan angkutan wajib
mengangkut penumpang sesuai dengan kapasitas yang ditetapkan dalam
pelayanan angkutan, agar tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan
korban jiwa dan kenyamanan penumpang itu sendiri. Oleh karena itu faktor
muat untuk setiap kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan
yang ada (SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002).

5.5.4 Waktu Tempuh Angkutan


Berdasarkan SK DIRJENHUBDAT No: SK.687/AJ.206/DRJD/2002
Waktu tempuh adalah lama perjalanan yang dibutuhkan dalam satu rit.
Perhitungan yang digunakan untuk waktu tempuh adalah sebagai berikut:

Perhitungan Waktu tempuh angkutan


(TT): Panjang rute (s) = 81 Km
Kecepatan rencana (v) = 40 Km/jam
𝑠
𝑇𝑇 =
81 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= = 121 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑣
4
0

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui waktu tempuh


angkutan yaitu 121 menit.

5.5.5 Waktu Sirkulasi Angkutan


Waktu sirkulasi angkutan pengumpan adalah waktu perjalanan mobil

75
penumpang umum dari titik asal berangkat yaitu Terminal Banyuasri
menuju ke titik tujuan yaitu Bandara Bali Utara dan kembali lagi ke titik

76
asal. Penentuan waktu sirkulasi ini berdasarkan peraturan Dirjen
Perhubungan Darat Nomor: SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum Diwilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Untuk mengetahui waktu bolak – balik
angkutan pada rute dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐶𝑇 𝐴𝐵𝐴 = (𝑇𝐴𝐵 + 𝑇𝐵𝐴) + (𝛼𝐴𝐵 + 𝛼𝐵𝐴) + (𝑇𝑇𝐴 + 𝑇𝑇𝐵)
CTABA = ( 121 + 121) + ((5% x 121) + (5% x 121)) + ((10% x 121) +
(10% x 121)) = 278 menit

Keterangan :
CT ABA = Waktu sirkulasi dari A ke B kembali ke A.
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
𝛼AB = Deviasi waktu perjalanan dari A ke B (5%)
𝛼BA = Deviasi waktu perjalanan dari B ke A
(5%) TTA = Waktu henti kendaraan di A (10%)
TTB = Waktu henti kendaraan di B (10%)

Jadi waktu sirkulasi dari armada angkutan pada trayek pemadu moda
bandara adalah 278 menit.

5.5.6 Waktu Antara Kendaraan (Headway)


Dalam Peraturan Menteri Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum
Dalam Trayek menetapkan bahwa waktu antara (headway) untuk standar
pelayanan minimal angkutan perkotaan adalah maksimal 15 menit untuk
waktu puncak dan 30 menit untuk waktu non puncak yang disesuaikan
dengan kondisi daerah masing-masing. Perhitungan mengenai waktu antar
kendaraan dapat menggunakan rumus yang tertera pada
(SK.687/AJ.206/DRJD/2002) dimana untuk komponen Jumlah pnp perjam
pada seksi tersibuk pada rumus tersebut didapatkan melalui perhitungan

77
data jumlah demand/hari/arah yang dibagi dengan jam operasi angkutan
dalam satu hari.

Perhitungan:

60 𝑥 𝐶 𝑥 𝐿𝑓
H=
𝑃

60 𝑥 30 𝑥 0,7
H= = 16,7
76

Keterangan:
H : Headway
P : Jumlah pnp perjam pada seksi
tersibuk C : Kapasitas kendaraan
Lf : Faktor muat diambil 70%
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai headway sebesar 16,7
menit, dikarenakan besarnya jumlah demand potensial maka headway yang
akan digunakan yaitu 15 menit

5.5.7 Frekuensi Angkutan


Frekuensi adalah jumlah rit dalam kurun waktu tertentu (per jam, per
hari). Perhitungan untuk frekuensi kendaraan menggunakan rumus :
60
𝐹=
𝐻
Keterangan:
F = Frekuensi (kend/jam)
H = Headway (menit)
Perhitungan :
Headway = 15 menit
6
0
𝐹=
1 = 4 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛/𝑗𝑎𝑚
5

78
Frekuensi kendaraan per jam yang direncanakan untuk angkutan pemadu
moda ini adalah 4 kendaraan/jam.

79
5.5.8 Jumlah Rit
Perhitungan jumlah rit tiap armada ditentukan oleh beberapa
komponen antara lain, Headway, Frekuensi, Jam Operasi dan Jumlah
Armada. Berikut ini adalah perhitungan untuk jumlah rit per armada:

𝐹 𝑥 𝐽𝑎𝑚 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑖𝑡 =
Keterangan
𝐾
:
F = Frekuensi (Kendaraan/jam)
K = Jumlah kendaraan (unit)
4 𝑥 15
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑖𝑡 = = 3,23
19
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui jumlah rit/kendaraan
dengan headway 15 menit dan frekuensi 4 kendaraan/jam adalah 3,23
rit/kendaraan.

5.5.8 Analisis Kebutuhan Jumlah Armada


Perhitungan jumlah kebutuhan armada pada satu jenis trayek
ditentukan oleh jumlah demand, waktu siklus, kapasitas kendaraan, load
factor, dan waktu operasi. Jumlah armada per waktu sirkulasi yang
diperlukan dihitung dengan formula sebagai berikut:

𝐶𝑇
𝐾
Keterangan: = 𝐻 × 𝑓𝐴
K = Jumlah kendaraan (unit)
CT= Waktu sirkulasi (menit)
H = Waktu antara (menit)
fA = Faktor ketersediaan Kendaraan (100%)

278 = 18,54
K =
15𝑥100%

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah armada per waktu


80
sirkulasi sebanyak 19 armada. Kebutuhan tersebut akan disesuaikan

81
dengan jumlah demand potensial tahun dasar terhadap angkutan pemadu
moda yang direncanakan.

Tabel 30 Estimasi Permintaan Potensial Angkutan Pemadu Moda


(Tahun 2019)

Penumpa Potensi Total 50 %


Rut ng Penumpa Penumpa Demand
e Aktual ng ng (org/
(org/hari) (org/hari) (org/hari) hari)
Terminal
Banyuasri- 1658 2883 4541 2270
Bandara
Bali Utara
Sumber: Analisis, 2021
Tabel 31 Perhitungan Jumlah Armada Angkuta Pemadu Moda

Wakt Kapasit Faktor


Headw Jumla
Rut u as ketersedia
ay h
e Sirkula Angkut an
(menit Armad
si an Kendaraan
(menit ) a
(orang)
)
Terminal 278 15 30 100 % 19 unit
Banyuasri-
Bandara
Bali Utara
Sumber: Analisis, 2021

Jumlah kendaraan akan bertambah apabila tingkat isian/ load factor


lebih dari 100%. Dalam perhitungan kelayakan kinerja operasional,
digunakan asumsi jumlah penumpang berangkat dari Terminal Banyuasri
50% dari total demand potensial sedangkan 50% demand potensial lainnya
berangkat dari titik terminal di Bandara Bali Utara, maka dihitung jumlah
armada yang dibutuhkan berdasarkan tingkat isian/load factor sebagai
berikut:

Tabel 32 Perhitungan Load Factor Angkutan Pemadu Moda

Rute Juml Juml Juml Kapasi Jumlah Load


82
ah ah ah tas Penumpa Factor
Arma Seat Rit Angkut ng 50 %
da an Demand
a b c d=axbx e f=e/
c dx100%
Terminal 19 unit 30 3,23 1800 2270 126 %
Banyuasri-
Bandara
Bali Utara
Sumber: Analisis, 2021

83
Seperti yang ditampilkan Tabel diatas tingkat isian/ load factor
mencapai 126% sehingga perlu penambahan jumlah armada. Jumlah
armada yang dibutuhkan berdasarkan tingkat isian/load factor dapat dilihat
pada Tabel berikut:

Tabel 33 Perhitungan Jumlah Kendaraan Operasi Berdasarkan Load Factor

Rute Juml Juml Juml Kapasi Jumlah Load


ah ah ah tas Penumpa Factor
Arma Seat Rit Angkut ng 50 %
da an Demand
a b c d=axbx e f=e/
c dx100%
Terminal 28 unit 30 3,21 2700 2270 84 %
Banyuasri-
Bandara
Bali Utara
Sumber: Analisis, 2021
Berikut rekapitulasi rencana kinerja operasi angkutan pemadu moda
berdasarkan jumlah permintaan potensial pada tahun dasar:

Tabel 34 Rekapitulasi Kinerja Operasi Angkutan Pemadu Moda

Rute RTT Headw Frekue Juml Juml


(meni ay nsi ah ah
t) (meni (kend/j Seat Arma
t) am) da
Terminal
Banyuasri- 278 10 6 30 28 unit
Bandara
Bali Utara
Sumber: Analisis, 2021

Sesuai dengan estimasi operasional bandara yang akan dimulai pada


tahun 2025, maka diperlukan perhitungan kinerja operasional sesuai
dengan kebutuhan demand pada tahun tersebut. Berikut ini merupakan
perhitungan kinerja operasional tahun dasar terhadap jumlah kebutuhan
demand pada tahun rencana.

84
Tabel 35 Perhitungan Jumlah Kendaraan Operasi Berdasarkan Load Factor
(Tahun 2025)

Rute Juml Juml Juml Kapasi Jumlah Load


ah ah ah tas Penumpan Factor
Arma Seat Rit Angkut g
da an 50 %
Demand
a b c d=axbx e f=e/
c dx100%
Terminal 28 unit 30 3,21 2700 5268 195%
Banyuasri-
Bandara
Bali Utara
Sumber: Analisis, 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui load factor dengan jumlah armada


28 unit mencapai 195% dikarenakan terjadinya pertumbuhan potensi
penumpang pada tahun 2025. Terdapat beberapa alternatif yang bisa
digunakan untuk mengatasi lonjakan penumpang pada tahun rencana,
antara lain dengan penambahan jumlah armada, penambahan jam operasi
angkutan, dan juga penggantian armada dengan jenis bus besar sehingga
dalam satu rit dapat mengangkut penumpang dengan jumlah yang lebih
banyak.

5.5.9 Penjadwalan Angkutan


Terdapat beberapa indicator dalam penyusunan jadwal angkutan,
antara lain yaitu, waktu antara (headway), jumlah armada, waktu tempuh,
dan waktu singgah pada tempat pemberhentian.
Dalam penentuan jadwal angkutan pemadu moda digunakan data sekunder dari jadwal penerbangan
Bandara Ngurah Rai dikarenakan kondisi eksisting Bandara Bali Utara yang saat ini belum mulai
beroperasi.

85
e. Analisis Biaya Operasional Kendaraan

Biaya Operasional kendaraan untuk rencana pengoperasian di wilayah


Kabupaten Buleleng dihitung berdasarkan keputusan Direktur Jendral Perhubugan
Darat Nomor: SK.687/AJ.206/DRDJ/2002 Tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum dalam rute tetap dan teratur.

Dalam perhitungan besarnya biaya operasional kendaraan terdapat banyak


komponen-komponen yang harus diperhitungkan, dimana biaya operasi
kendaraan dibedakan menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Kedua kelompok biaya tersebut baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung
masing-masing terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Adapun komponen-
komponen dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam menghitung besarnya biaya
operasi kendaraan yang akan digunakan untuk perencanaan angkutan pemadu
moda adalah sebagai berikut :

Tabel 42 Asumsi Perhitungan BOK

KENDARA
AN
N URAI SATUA
Bus Besar
O AN N Bus Bus MPU
Bus Bus
Sedang Kecil
DD SD
1 Masa Penyusutan Th 5 5 5 5 5
kendaraan
2 Jarak tempuh rata-rata Km/Hr 250 250 250 250 250
3 Bahan bakar minyak Km/Lt 2 3-3.6 5 7.5-9 7.5-9
4 Jarak tempuh ganti ban Km 24000 21000 2000 2500 2500
0 0 0
5 Ratio pengemudi/bus org/ 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2
kend
6 Ratio kondektur/bus org/ 1.2 1.2 1.2 - -
kend
7 Jarak tempuh antar service Km 5000 5000 4000
kecil
8 Suku cadang/service besar Km 10000 10000 1000 1200 1200
0 0 0

86
9 Penggantian minyak motor Km 4000 4000 4000 3500 3500
0 0
10 penggantian minyak rem Km 8000 8000 8000 1200 1200
0 0
11 Penggantian gemuk km/kg 3000 3000 3000 4000 4000
12 Penggantian garden Km 12000 12000 1200 1200 1200
0 0 0

87
KENDARA
AN
N URAI SATUA
Bus Besar
O AN N Bus Bus MPU
Bus Bus
DD SD Sedang Kecil
13 Penggantian minyak Km 12000 12000 1200 1200 1200
perseneling 0 0 0
14 Hari jalan siap operasi Hr/th 365 365 365 365 365
15 SO:SGO % 80 80 80 80 80
16 Nilai residu % 20 20 20 - -
Sumber : SK. Dirjen No.687/AJ.206/DRJD/2002

Selain asumsi-asumsi tersebut, harga komponen kendaraan juga diperlukan


untuk menghitung besarnya biaya operasional kendaraan. Berikut merupakan
harga komponen kendaraan yang digunakan dalam perhitungan biaya operasional
bus pemadu moda di wilayah Kabupaten Buleleng.

Tabel 43 Harga Komponen Kendaraan

No Jenis Komponen Satua Harga (Rp) Satuan


n
1 Harga Kendaraan (Mitsubishi
Bus Medium Deluxe 30seat Unit Rp460.000.000 Buah
Touristo)
2 BBM (Solar) Liter Rp 5.150 Rp/liter
3 Bridgestone MRN 7.50-16
buah Rp1.450.000 Rp/buah
14PR
4 Oli Mesin Mediteran S Rored Liter Rp 35.000 Rp/liter
5 Oli Gardan HDA 140 Rored Liter Rp 42.000 Rp/liter
6 Oli transmisi HDA 90 Rored Liter Rp 40.000 Rp/liter
7 Gemuk (Grease) Top1 Kg Rp60.000 Rp/kg
8 Minyak rem (Berlian) Liter Rp 90.000 Rp/liter
9 Filter oli (Sakura) Buah Rp 80.000 Rp/buah
10 Filter udara (Sakura) Buah Rp 220.000 Rp/buah
11 Filter BBM (Sakura) Buah Rp 60.000 Rp/buah
Sumber: Toko Suku Cadang Mobil , 2020

88
Berikut ini merupakan perhitungan BOK untuk angkutan pemadu moda
Bandara Bali Utara:
1. Produksi Per Kendaraan
Tabel 44 Produksi Bus Yang Dihasilkan

No Produksi Per Bus Nilai Produksi Satuan


1 Km-tempuh / rit 162,0 km
2 Frekuensi / hari 90 trip
3 Km-tempuh / hari 14.580 km
4 Hari operasi / bulan 30 hari
5 Hari operasi / tahun 365 hari
6 Km-tempuh / bulan 437.400 km
7 Km-tempuh / tahun 5.321.700 km
Sumber: Analisis, 2021
2. Biaya Operasi Per Bus–Km
a. Biaya Langsung
1) Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan dihitung menggunakan rumus:

(𝐻𝐾 − 𝑁𝑅)
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =
𝑃𝑆𝑇 𝑥 𝑀𝑆
Keterangan :

NR : nilai residu (20% x HK)

PST : km tempuh per tahun

MS : masa susut (5 tahun)


(460.000.000 − 92.000.000) 𝑥 28
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =
5.321.700 𝑥 5

= Rp 387,24 per bus-km

89
2) Biaya Bunga Modal
Biaya bunga modal per tahun dihitung menggunakan rumus berikut:
n+1
( ) x HK
x i Biaya bunga modal =
2
n

Keterangan:
HK = Harga kendaraan (Rp.437.400.000)
i = tingkat bunga per tahun (10%)

n = masa pinjaman (5 tahun)

(5 + 1)
( ) 𝑥(460.000.000𝑥10%)
2
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 =
5

= Rp 27.600.000 per tahun

Maka, untuk biaya bunga modal per bus- km dihitung menggunakan


rumus berikut:

Bunga Modal/Bus-Km Biaya bunga modal


=
pertahun Km
tempuh per tahun

27.600.000 x 28
=
5.321.700
= Rp. 145,21 per bus-km
3) Biaya Awak Kendaraan
Untuk tiap bus akan ada 1 awak kendaraan yakni 1 orang pengemudi
dengan total 3 rit dalam satu hari operasi. Untuk gaji pengemudi
yaitu sebesar Rp. 2.000.000 ditambah dengan tunjangan kerja
operasi sebesar Rp. 200.000, tunjangan sosial Rp. 100.000, dan
asuransi supir Rp. 100.000 (UMK Kabupaten Bulelengg 2021 adalah
sebesar Rp. 2.538.000). Dari keterangan tersebut maka besarnya
90
biaya awak kendaraan pertahun Rp.28.800.000. Untuk mengetahui
biaya awak bus perkilometer dihitung menggunakan rumus berikut:

91
𝐵 𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑘 𝑏𝑢𝑠/𝑘𝑚 =
𝑘𝑚 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

28.800.000
=
5.321.700
= Rp 151,53 per bus-km
4) Biaya BBM
Biaya BBM dihitung menggunakan rumus berikut:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝐵𝑀 𝑃𝑒𝑟 𝐵𝑢𝑠 𝑃𝑒𝑟 𝐻𝑎𝑟𝑖


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝐵𝑀 =
𝑘𝑚 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑅𝑝
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝐵𝑀 = 15.017.400

14.580
= Rp 1.030 per bus-km
5) Biaya Ban
Penggantian ban dilakukan setiap 20.000 km tempuh dengan jumlah
pengunaan ban per bus 6 buah. Harga ban luar dan dalam yang
digunakan memiliki estimasi harga adalah Rp 1.450.000 per buah.
Dari data tersebut maka dapat diketahui biaya ban per bus adalah Rp.
8.700.000. Untuk menghitung biaya ban per bus-km digunakan
rumus berikut:
biaya seluruh ban
Biaya Ban Per Bus-Km =
km daya tahan ban

8.700.000
=
20.000
= Rp. 435 per bus-km
6) Service Kecil
Service kecil dilakukan setiap 4000 km tempuh. Total biaya yang
diperkirakan untuk service kecil dengan beberapa penggantian

92
komponen adalah Rp 530.750, sehingga biaya service kecil per bus-
km adalah Rp 132,69.

93
7) Service Besar
Service besar dilakukan setiap 10.000 km tempuh. Dengan beberapa
penggantian komponen, total biaya untuk service besar ini adalah Rp
2.602.750, sehingga biaya service besar per bus-km adalah Rp
260,28.
8) Overhaul Mesin Dan Body
Dilakukan tiap 300.000 km tempuh kendaraan. Besarnya biaya
overhaul Rp 66.000.000 jadi biaya overhaul per bus-km adalah
Rp 153,33.
9) Biaya Cuci Bus
Cuci bus dilaksanakan setiap hari dengan biaya cuci bus sebesar
Rp. 25.000 sehingga biaya cuci bus per-km sebesar Rp 48.
10) Retribusi Terminal
Untuk biaya retribusi angkutan mobil penumpang dan bus dalam
kota/kabupaten dikenakan sebesar Rp. 500 per sekali masuk, jadi
dalam satu hari operasi dengan jumlah frekuensi 90 kendaraan/hari
biaya retribusi yaitu sebesar Rp. 45.000. sehingga biaya retribusi per
bus-km adalah Rp. 86.
11) STNK
Biaya yang dikeluarkan untuk STNK per tahun adalah 0,5% dari harga
bus yaitu:
0,5% x Rp 460.000.000 = Rp 2.300.000
Jadi biaya STNK per bus-km adalah Rp. 12,10.
12) KIR
Frekuensi KIR tiap tahun adalah 2 kali, biaya untuk bus sedang tiap
kali KIR di Wilayah Buleleng adalah Rp 50.000 per 6 bulan, sehingga
biaya per tahun adalah Rp 100.000, maka biaya KIR per bus-km
dalam setahun adalah Rp 0,53.

94
13) Biaya Asuransi Kendaraan
Asuransi yang dibayarkan mencakup asuransi kendaraan dan asuransi
penumpang. Premi per bus per tahun sebesar Rp 11.550.000 maka
biaya asuransi tiap km adalah Rp 61.

b. Biaya Tidak Langsung


1) Biaya Pengelolaan
Total biaya pengelolaan per km per-trayek adalah Rp 116
2) Biaya Pegawai Kantor Manajemen
Total dari biaya pegawai per km trayek adalah Rp 4.014

Tabel 45 Rekapitulasi Biaya Operasi Kendaraan Angkutan Pemadu Moda

Rute
Rekapitulasi Biaya Per Bus Km Terminal-
Bandara
1. Biaya Langsung (Rp)
a. Penyusutan 387
b. Bunga Modal 145
c. Biaya Awak Kendaraan 152
d. Biaya BBM 1.030
e. Biaya Ban 435
f. Biaya Pemeliharaan Kendaraan 597
g. Biaya Terminal 86
h. Biaya PKB (STNK) 12
i. KIR 1
j. Asuransi 61
2.906
2. Rekapitulasi Biaya Tidak 4.130
Langsung
BOK Per Bus Km 7.036
Sumber : Hasil Analisis, 2021

95
f. Penentuan Tarif Rencana
Tarif merupakan hasil perkalian antara tarif pokok dan
jarak (kilometer) rata-rata satu perjalanan dan ditambah 10% untuk jasa
keuntungan perusahaan. komponen Biaya Pokok didapatkan dari analisis
sebelumnya yang berjumlah sebesar Rp 7.036 harus di koversikan menjadi
Biaya operasi Kendaraan penumpang per-km.

BOK per tahun = Biaya Pokok x Km-tempuh/bulan x 12

= Rp 7.036 x 437.400 km x 12

= Rp 36.928.823.543

BOK/Pnp Per Km = Biaya Pokok / (70% X Kapasitas)

= Rp 7.036 / (70% x 30)

= Rp 335

Dari perhitungan diatas maka dapat ditetapkan tarif angkutan pemadu


moda sebesar:

Tarif = (BOK/pnp per km x Jarak per trip) + 10%BOK


= (Rp 335 x 81 km) + Rp 33,5

= Rp 27.171

Berdasarkan perhitungan diatas, ditetapkan usulan tarif dasar sebesar Rp


27.000 per penumpang.

Untuk jenis tarif yang akan dibebankan kepada penumpang belum


ditentukan apakah akan menggunakan tarif datar (flat fare), tarif berdasarkan
jarak (tarif kilometer) atau tarif dengan system kombinasi. Untuk penentuan
jenis tarif tentunya dibutuhkan survei mengenai kemampuan dan kesanggupan
dari pengguna layanan angkutan tersebut, oleh karena itu diperlukan kajian
lebih lanjut mengenai ATP/WTP masyarakat di Kabupaten Buleleng terhadap
layanan angkutan pemadu moda nantinya, sehingga dapat ditetapkan jenis tarif
yang akan digunakan untuk layanan angkutan ini.

96
g. Rencana Implementasi Operasional Angkutan Pemadu Moda

i. Kebutuhan Fasilitas Terminal Dan Halte


Berdasarkan analisis pada tahapan sebelumnya, telah ditentukan rute
usulan untuk perencanaan angkutan pamadu moda Bandara Bali Utara,
dimana titik awal rute tersebut merupakan Terminal Banyuasri dan titik
akhir rute yaitu Bandara Bali Utara. Dalam pengoperasian angkutan pemadu
moda nantinya tentunya diperlukan titik-titik pemberhentian sebagai lokasi
naik turun penumpang pada trayek tersebut. Oleh karena itu berdasarkan
analisis rute ditetapkan 4 titik sebagai lokasi naik turun penumpang, antara
lain sebagai berikut:
1. Halte Pantai Lovina;
2. Terminal seririt;
3. Halte Celukan Bawang;
4. Halte Gerogkak
Titik-titik pemberhentian tersebut ditentukan berdasarkan lokasi
kantong penumpang dari demand potensial pada trayek angkutan pemadu
moda tersebut.

97
98
99

Anda mungkin juga menyukai