12 Isi Skripsi
12 Isi Skripsi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh
dunia dan tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini
dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai
penyakit batu saluran kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status
prevalensi batu saluran kemih ditandai meningkat dari 4 % menjadi 4,7 % dari
tahun 2010 sampai tahun 2013. Kejadian batu saluran kemih tidak sama di
belahan bumi, bervariasi menurut suku, bangsa dan geografis (URDS, 2013). Pada
data European Assocation of Urology (EAU) sepanjang hidup tingkat resiko batu
saluran kemih sekitar 5-10% dengan laki-laki lebih yang sering dibandingkan
(Prawira 2015).
didiagnosis di Indonesia sebesar 0,6% dari Penyakit Tidak Menular (PTM) dan
1
merupakan penyakit peringkat terbanyak kedua di bidan urologi. Prevalensi
tertinggi di DI Yogyakarta (1,2%), diikuti aceh (0.9%), Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Sulawesi Tengah masig-masing sebesar 0,8%. (Depkes RI, 2013). Sedangkan
di Maluku menurut RIKESDAS tahun 2013 tentang prevalensi batu saluran kemih
staghorn maka keluhan yang sering dirasakan penderita adalah nyeri pinggang.
Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik maupun nyeri non kolik. Kolik renal
merupakan suatu keadaan emergensi yang sering dan penting pada praktek kesehatan.
Sekitar 5-12% populasi akan menderita batu saluran kemih selama hidup. Gejala
klasik dari kolik renal akut yaitu: nyeri yang menjalar dari pinggang ke paha dan
disertai hematuria mikroskopis (85%), warna urin tidak jernih, mual dan muntah.
Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Kolik Renal tidak
selalu bertambah dan berkurang atau datang dalam bentuk gelombang tapi juga
dapat bersifat relative constant. Gejala pada kolik renal yang akut tergantung pada
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam saluran kemih dan timbul
karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran yang dirasakan saat
nyeri kolik sendiri adalah nyeri mendadak yang bersifat tajam, terasa melilit,
2
hilang timbul, tidak berkurang dengan perubahan posisi, penderita dapat gelisah
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari
disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau
relaksasi nafas dalam merupakan suatu metode yang efektif untuk mengurangi
nyeri terutama yang sifatnya kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
Prosedur nafas dalam yaitu anjurkan klien untuk tarik nafas dalam dengan pelan,
tahan beberapa detik kemudian lepaskan melalui mulut dan saat menghembuskan
Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik penyembuhan yang alami dan
merupakan bagian dari strategi holistic self care untuk mengatasi berbagai
keluhan seperti kelelahan, nyeri, gangguan tidur, stress dan kecemasan. Secara
3
menjadi rileks. Saat kita melakukan latihan nafas dalam, oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
rata-rata skala nyeri sebelum (27,92) dan setelah (21,14) diberikan teknik
relaksasi nafas dalam pada pasien kolik renal dengan p value= 0,000. Dengan
menurunkan nyeri pada pasien kolik renal di RSUP DR. M. Djamil Padang.
Hasil wawancara dengan salah satu pasien kolik renal di RSUD dr. M.
Haulussy menjelaskan bahwa nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan jika nyeri
mencul pasien sering mengatur posisi tidur melipat kaki serta menahan nafas agar
rasa nyeri sedikit berkurang. Pasien mengatakan nyeri muncul di malam hari pada
kolik renal tahun 2014 sebanyak 125 orang, dan 2 orang meninggal, tahun 2015
sebanyak 37 orang, sedangkan pada tahun 2016 berjumlah 18 orang. Dari data
observasi di Ruang Interen Laki RSUD dr. M. Haulussy terdapat lima macam obat
yang digunakan untuk mengobati rasa sakit yang terkait dengan akut kolik renal,
NSAID dan analgesik narkotika, yang paling sering digunakan. Hasil observasi
yang dilakukan di ruang intern laki, teknik yang biasanya digunakan untuk
4
mengurangi rasa nyeri adalah teknik farmakologis, dibandingkan dengan teknik
nonfarmakologis.
Berdasarkan latar belakang di atas maka saya merasa tertarik untuk menliti
tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “apakah teknik relaksasi nafas dalam berpengaruh terhadap
penurunan nyeri pada pasien kolik renal di RSUD dr. M. Haulussy Ambon ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penurunan Nyeri Pada Pasien Kolik Renal di RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
keperawatan.
2. Praktis
a. Bagi Institusi
b. Bagi Peneliti
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien kolik renal di
c. Bagi Responden
nafas dalam.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sumbatan, spasme otot polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik Renal
berarti sumbatan atau spasme otot pada saluran ginjal atau saluran kencing
(Haryono, 2013).
Kolik renal berasal dari dua kata yaitu “kolik” dan “renal”. Kolik adalah
merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga yang umumnya
disebabkan karena hambatan pasase dalam rongga tersebut. Nyeri ini timbul oleh
karena hipoksia, dirasakan hilang timbul, dapat disertai mual dan muntah.
Sedangkan renal adalah ginjal. Kolik renal adalah suatu nyeri hebat pada pinggang
yang disebabkan oleh karena batu di ureter atau di Pelvic Ureter Junction (PUJ)
Kolik Renal dirasakan pasien sebagai nyeri yang timbul tiba-tiba dan
sumbatan pada saluran kemih dan derajat sumbatan. Sumbatan pada saluran
dan tubuh bagian samping. Sumbatan ureter bagian tengah menyebabkan nyeri
7
menyebabkan nyeri pinggang yang menyebar ke perut bagian bawah.
ke selangkangan dan bagian kelamin (testis pada pria dan libia mayor pada
wanita. Sumbatan yang terjadi pada saluran kencing dan kantung kencing
renal umumnya gelisah dan selalu menganti-ganti posisi tubuh untuk mencari
posis yang nyaman. Kolik renal sering diikuti oleh gejala lai seperti mual,
muntah, air seni berwarna cokelat kemerahan, sering merasa buang air kecil,
Kolik renal paling sering disebabkan oleh sumbatan akibat batu ginjal
(Nefrolitiasis) atau batu ureter namun juga disebabkan oleh sumbatan bekuan
darah. Mekanisme nyeri yang berasal dari ginjal terdiri dari dua tipe yaitu kolik
renal dan non kolik renal. Kolik renal terjadi oleh karena peningkatan tekanan
dinding dan peregangan dari sistem genitourinary. Secara klinis sulit untuk
membedakan kedua tipe ini Peningkatan tekanan pelvis renal oleh karena
peristaltik dan pembentukan laktat lokal. Akumulasi dari laktat ini akan
menyebabkan iritasi serabut syaraf tipe A dan C pada dinding ureter. Serabut
syaraf ini akan mengirimkan sinyal ke dorsal root ganglia T11 –L1 dari spinal
cord dan akan diinterprestasikan sebagai nyeri pada korteks serebri. Kolik renal
8
terjadi karena obstruksi dari urinary flow oleh karena BSK, dan diikuti dengan
peningkatan tekanan dinding saluran kemih (ureter dan pelvik), spasme otot
polos ureter, edema dan inflamasi daerah dekat BSK, meningkatnya peristaltik
aliran darah dan kontraksi otot polos uretra merupakan mekanisme utama
timbulnya nyeri atau kolik ini. Selain itu juga karena terjadinya peningkatan
dan diuresis di mana hal ini akan menyebabkan peningkatan tekanan intrarenal.
Prostaglandin berperan langsung pada ureter untuk spasme otot polos ureteral.
obstruksi ini perbedaan tekanan antara glomerulus dan pelvik menjadi sama
sehingga berakibat GFR (Glomerular Filtration Rate) dan aliran darah ginjal
menurun. Jika obstruksi ini tidak diatasi maka dapat terjadi gagal ginjal akut
fase akut, dimana nyeri umumnya dimulai pada pagi atau malam hari yang
membangunkan penderita pada saat tidur. Jika nyeri terjadi pada siang hari,
nyeri umumnya mulai perlahan. Nyeri pada kolik renal umumnya semakin
9
memburuk seiring waktu, terus menerus dan dapat di sertai dengan nyeri yang
jam setelah timbul pertama kali (rata-rata 1-2 jam). Pada fase kedua adalah fase
konstan, dimana nyeri menetap sampai nyeri diobati atau hilang dengan
sendirinya. Fase ini umumnya berlangsung 1-4 jam atau lebih lama. Fase
ketiga adalah fase akhir yang umumnya berlangsung selama 1-3 jam, dimana
B. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu hal yang ekstensial (ada) namun
tidak mempunyai substansi (zat pembentuk). Dengan kata lain, nyeri adalah
suatu hal yang dirasakan ada tetapi tidak memiliki bentuk atau abstrak
(Rachmat, 2015).
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman perasaan emosional yang tidak
suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif,
10
reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim
kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A
delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C
(Sulistyo, 2013).
rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari dua jaras ke otak - traktus
korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke
11
daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut
yang di bawa dalam traktus memiliki lokalisasi difus dan menyebabkan distress
a. Usia
Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak,
kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak, remaja dan orang
b. Jenis Kelamin
merusak dan lain-lain. Keadaan ini lebih sering dipengaruhi oleh jenis
12
c. Kebudayaan
Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak
(Suzanne, 2013).
e. Tingkat pendidikan
4. Klasifikasi Nyeri
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang
singkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara
13
yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler,
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
b. Nyeri Organik
opioid atau non opioid, sedangkan nyeri neuropatik merupakan nyeri yang
ditimbulkan akibat kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem
saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya
14
nyeri neuropatik sering memberi respon yang kurang baik terhadap
c. Nyeri Viseral
tubuh jauh dari tempat nyeri namun berasal dari dermatom yang sama
dengan asal nyeri. Sering kali, nyeri viseral terjadi seperti kontraksi ritmis
dan distensi uterus pada tahap pertama persalinan. Nyeri viseral, seperti
yang membuat dinding perut tegang ketika proses inflamasi terjadi pada
Nyeri viseral karena invasi malignan dari organ lunak dan keras
organ lunak terkena dan nyeri tajam bila organ padat terkena Penyebab
distensi struktur lunak seperti kantung empedu, saluran empedu, atau ureter
(Meghana, 2102).
dari sebagian besar abdomen dan toraks menjalar melalui serat aferen yang
15
esofagus, trakea dan faring melalui aferen vagus dan glossopharyngeal,
impuls dari struktur yang lebih dalam pada pelvis dihantar melalui nervus
bagian tengah ganglia cervical, ganglion stellate, dan bagian pertama dari
empat dan lima ganglion thorasik dari sistem simpatis. Impuls ini masuk ke
yang berasal dari jantung hampir semua berasal dari iskemia miokard.
Parenkim otak, hati, dan alveoli paru adalah tanpa reseptor. Adapun,
bronkus dan pleura parietal sangat sensitif pada nyeri (Meghana, 2102).
d. Nyeri Somatik
mudah dilokalisasi dan rasa terbakar yang biasanya berasal dari kulit,
insisi pada peritoneum viseralis tidak nyeri sama sekali. Berbeda dengan
16
lokalisasi dari nyeri dari viseral pada daerah permukaan tubuh pada waktu
melalui serat – serat nyeri pada sistem saraf simpatis ke rantai simpatis lalu
ke spinal cord pada T10 ke T11. Nyeri ini menjalar ke daerah umbilikus
spinalis masuk ke spinal cord pada L1 sampai L2. Nyeri menusuk berlokasi
beberapa cara:
b. Intensitas Nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal
(misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, hebat atau sangat hebat, dengan skala
17
c. Karakteristik Nyeri
Termasuk letak , durasi (menit, jam, hari, bulan, tahun), irama (terus-
terbakar).
obat-obatan bebas) dan apa yang dipercaya oleh pasien dan keluarga dapat
mengatasi nyerinya.
aktivitas santai. Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis
dengan depresi.
18
G
Ga
Ga
atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan
opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali
diberikan, tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping ini cenderung
19
pernapasan serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami
dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf
perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang
penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu
selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai
(Andarmoyo, 2013).
yang spesifik tersebut juga mengarahkan pengertian atas penyebab rasa nyeri.
Bila nyeri disebabkan oleh penyakit vaskuler perifer, misalnya, obat-obat untuk
dan pemberian perhatian yang lebih pada daerah kulit dan kuku, sedangkan
Nyeri terus menerus yang membaik dengan obat lebih baik diberikan
dosis teratur dengan interval yang tepat untuk mendapatkan efek obat yang
20
menetap selama 24 jam. Menunggu sampai nyeri menjadi berat sebelum
diberikan obat akan menyebabkan waktu yang lebih lama untuk mengontrol
rasa nyeri dan seringkali membuat penderita akan sangat terfokus pada rasa
nyeri tersebut. Efek samping harus sudah diperkirakan dan sebaiknya diadakan
(terutama dengan opiat), sedasi dan konfusio, dispepsia (obat AINS) (Sulistyo,
2013).
tidak lebih baik dari obat AINS lain dan penggunaannya tidak di
analgesik yang paling sering digunakan, aman dan dapat diberikan secara
sampai 6 g/hari biisa diberikan, akan tetapi dosis tinggi seperti itu sebaiknya
dosis sampai 6 g/hari, maka parasetamol dengan dosis yang lebih rendah yang
ini sering digunakan pada artritis dan nyeri muskuloskeletal serta keluhan nyeri
lain yang berdasar atas peradangan. Untuk pemakaian pada usia lanjut, harus
21
diperhatikan bahwa ekskresi ginjal sudah menurun, oleh karena itu obat AINS
ketoprofen) harus diberikan dengan agak hati-hati. Perlu diperhatikan pula efek
samping pada saluran cerna, yang seringkali meningkat dengan lunjutnya usia.
Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain konfusio, tinnitus, agitasi dan
retensi cairan. Pada usia lanjut, harus diperhatikan bahwa terapi dengan obat
AINS tidak harus diberikan selamanya, dan secara periodik harus diadakan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
22
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik
Menarik nafas yang dalam melalui hidung dengan hitungan 1,2,3, kemudian
23
d. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
Penurunan Nyeri
menjadi rileks. Saat kita melakukan latihan nafas dalam, oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
24
energi. Latihan nafas dalam akan memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk
dan disuplai ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi energi dan
D. Kerangka Konsep
Nyeri Nyeri
Teknik
Pre test Relaksasi Post test
Nafas Dalam
Keterangan :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
E. Hipotesis Penelitian
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
posttest. Dengan demikian skala nyeri diukur sebelum dan sesudah pemberian
Kelompok T1 X T2
Keterangan :
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Oktober 2017.
2. Tempat Penelitian
26
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
1. Populasi
demikian populasi pada penelitian ini adalah semua pasien kolik renal di
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
Dari data tentang Teknik pengambilan sampel di atas akan diseleksi kriteria
sampel yang terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel pada
umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau oleh
1. Kriteria Inklusi
a) Pasien kolik renal yang pada saat itu belum diberi obat anti nyeri.
27
c) Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
2. Kriteria Ekslusi
a) Pasien kolik renal yang pada saat itu sudah diberikan obat anti nyeri
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu satu variabel Independen dan satu
variabel Dependen:
1. Variabel Independen
Variable Independen pada penilitian ini adalah Teknik Relaksasi Nafas Dalam.
2. Variabel Dependen
E. Definisi Operasional
28
2. Nyeri Pengalaman sensasi Numeral Hasil ukur skala nyeri Rasio
maupun emosional Rating Scale dari 0-10, sebelum
yang dirasakan oleh dan Wong dan sesudah
responden tidak Breaker. diberikan teknik
menyenangkan akibat relaksasi nafas dalam.
kerusakan jaringan
aktual atau potensial.
(Sugiyono, 2013). Prosedur penelitian meliputi tiga tahap yaitu tahap persiapan,
a. Tahap persiapan
4) Peneliti meminta surat ijin dari program studi Ilmu Keperawatan untuk
5) Peneliti bekerja sama dengan perawat dan para pasien kolik renal di
29
data tentang pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan
nyeri.
b. Tahap pelaksanaan
informed consent.
c. Tahap akhir
tersebut.
G. Instrumen Penelitian
30
Intrumen penelitian merupakan alat-alat yang digunakan dalam
1. Kuesioner
2. Lembar Observasi
teknik relaksasi nafas dalam dan hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan
H. Pengolahan Data
1. Editing
Editing data utuk memastikan bahawa data yang diperoleh sudah terisi
lengkap, tulisan cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan, dan
2. Coding
31
berbentuk angka atau bilangan. Setiap data diberikan kode-kode tertentu agar
3. Entry data
4. Cleaning
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
nafas dalam. Data yang diperoleh kemudian dihitung jumlah dan presentase
2. Analisis Bivariat
relaksasi nafas dalam dan variable terikat nyeri, untuk suatu grup sampel
32
tunggal. Uji ini bertujuan menguji tiap kasus dan menguji apakah selisih rata-
a. Data untuk tiap pasang yang diuji dalam skala interval atau rasio.
Uji seperti ini dilakukan pada subjek untuk situasi sebelum dan sesudah (pre
test dan post test). Dengan demikian skala nyeri diukur sebelum dan sesudah
J. Etika Penelitian
membawa rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan
permohonan izin kepada institusi lembaga tempat penelitian yang diajukan oleh
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi pada lembar tersebut
diberi kode.
33
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
BAB IV
RSUD dr. M. Haulussy Ambon memiliki dua jenis jasa pelayanan meliputi
instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap. Penelitian ini dilakukan terhadap
penderita kolik renal di instalasi rawat inap antara lain ruang interen laki, interen
wanita, bedah laki, dan bedah wanita. Berdasarkan hasil penelitian sampel yang
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
1) Umur
34
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa nilai rata-rata umur adalah
40.33. Umur terendah adalah 21 tahun dan tertinggi adalah 50 tahun. Anak-
anak lebih kesulitan untuk memahami nyeri kolik renal sedangkan orang
2) Jenis Kelamin
tabel 4.2
Laki-laki 8 66.7
Perempuan 4 33.3
Total 12 100.0
Sumber : Data Primer, 2018
luar ruangan dan mungkin ditambah kebiasaan minum air yang kurang
(Hadiansyah, 2013).
3) Pendidikan
35
Pendidikan n %
SD 2 16.7
SMP 3 25.0
SMA 4 33.3
PT 3 25.0
Total 12 100.0
Sumber : Data Primer, 2018
b. Variabel Penelitian
36
Skala Nyeri n %
Total 12 100.0
nyeri berat sebanyak 7 orang (58.3%) dan sebagian kecil pada kategori
relaksasi nafas dalam di tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5.
Total 12 100.0
37
nyeri sedang sebanyak 7 orang (58.3%) dan sebagian kecil pada kategori
Dari hasil tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji normalitas yang
diperoleh, skala nyeri pretest dan posttest semuanya lebih dari (0.05),
dengan hasil skala nyeri pretest (0.123) dan nyeri posttest (0.433).
sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan uji yang
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien kolik renal.
Tabel 4.7. Hasil Uji T-Tes Skala Nyeri Responden Sebelum dan
Sesudah di Lakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
Pasien Kolik Renal 2017
38
n Mean SD t p-value
pada skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
6.67 dengan standar deviasi yaitu 1.073. Rata-rata nilai mean pada skala
deviasi 1.165. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.6 diketahui bahwa
nilai p = 0,000 < α = 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien kolik renal di
C. Pembahasan
Hasil pengukuran skala nyeri pada tabel 4.7 dapat diketahui skala nyeri
Pretest yaitu 6.67. Berdasarkan nilai rata-rata skala nyeri pretest, maka tingkat
penelitian ini yaitu nyeri berat. Dalam penelitian ini, responden terbanyak yang
mengalami kolik renal yaitu reponden dengan kelompok umur 30-40 tahun.
kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi
(Sulistyo, 2013).
39
Penelitian Widiati (2013) tentang pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penerunan intensitas nyeri pada pasien batu saluran kemih di Rumah
nyeri sedang berjumlah 7 orang (70%). Hasil uji Wilcoxon dengan tingkat
signifikasi α= 0.05 hasil yang diperoleh adalah 0.03 < 0.05 yang berarti ada
pada pasien batu saluran kemih di Rumah Sakit UNIPDU Medika Jombang.
skala nyeri pasien kolik renal pada penelitian ini. Sehubungan dengan
menderita kolik renal dibandingkan dengan perempuan, hal ini juga didukung
kebiasaan yang beresiko menyebabkan batu saluran kemih, hal ini dapat
menimbulkan nyeri berupa kolik renal. Laki-laki lebih banyak bekerja di luar
40
Hasil pengukuran skala nyeri pada tabel 4.7 dapat diketahui skala nyeri
Posttest yaitu 3.92. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan skala
tujuan dan manfaat teknik relaksasi nafas dalam yang dikutip dari Suzanne
baik, tubuh kaya akan oksigen, maka diharapkan metabolisme dapat berjalan
baik dan otak akan relaksasi, sehingga impuls nyeri yang diterima akan diolah
terhadap intensitas nyeri pada pasien nefrolitiasis di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei
dalam, frekuensi terbanyak yakni pada skala nyeri 5 (Nyeri Hebat) dengan
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yang terbanyak yakni pada skala 2
Hal ini menandakan bahwa terjadi penurunan skala intensitas nyeri pada setiap
pasien post operasi sectio caesaria. Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
yang diperoleh besar nilai Z (bassed of posstive ranks) yakni -5.591a dengan
signifikan p value 0.000 < 0.05 dengan demikian terdapat pengaruh yang
41
signifikan antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada
pasien nefrolitiasis di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
dilakukan oleh responden pada prinsipnya adalah pasien kolik renal dapat
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa pada rata-rata nilai mean pada
skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 6.67 dengan
standar deviasi yaitu 1.073, kemudian turun menjadi 3.92 dengan standar
deviasi 1.165 setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam. Berdasarkan uji
T- Test, didapatkan nilai t hitung 9.869. Terlihat pada p-value (0,000) < α =
42
0,05 maka ada perubahan yang signifikan tentang skala nyeri sebelum dan
tubuh kaya akan oksigen, maka diharapkan metabolisme dapat berjalan baik
dan otak akan relaksasi, sehingga impuls nyeri yang diterima akan diolah
(Rachmat, 2015).
nafas dalam terhadap penurunan tekanan nyeri pada pasien kolik renal di
RSUP dr. M. Djamil Padang dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05. Suzanne
penerapan teknik relaksasi nafas dalam secara rutin oleh responden merupakan
salah satu aspek aktivitas perawatan diri dalam mengontrol nyeri dan
BAB V
Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Kolik Renal di RSUD dr. M.
Haulussy Ambon Tahun 2017, maka diambil kesimpulan dan saran sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
43
1. Tingkat nyeri sebelum dilakuan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien kolik
adalah 5 orang nyeri sedang (41.7%) dan 7 orang nyeri berat (58.3%).
2. Tingkat nyeri sesudah dilakuan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien kolik
adalah 5 orang nyeri ringan (41.7%) dan 7 orang nyeri sedang (58.3%).
3. Terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik skala nyeri sebelum dan
nfas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien kolik renal di RSUD dr. M.
B. Saran
Pasien kolik renal harus bekerja sama secara kooperatif dengan tenaga medis
nyeri.
44
45