Perbaikan Teknik Relining Tanur Induksi Untuk Mencegah Terbentuknya Rongga Lining Dan Penghematan Biaya Proses Peleburan
Perbaikan Teknik Relining Tanur Induksi Untuk Mencegah Terbentuknya Rongga Lining Dan Penghematan Biaya Proses Peleburan
Histori artikel: diserahkan 10 Februari 2020, direviu 12 Februari 2020, direvisi 02 Maret 2020
ABSTRACT
The lining is coil’s protector component and metal liquid reservoir, the lining is
required to own endurance towards chemical reaction and high temperature emitted
by the smelting process. The lining commonly problem on the lining damage (cavity)
after the sintering process. This damage causes the smelting process force-stopped,
due to endangering the induction furnace operator and the surrounding. According
to the analysis result, the lining damage occured because of the improper
pulverization and sintering process with the casting term. The uncontinued
compression process and the improper sintering with the used fireproof material
cause the lining not to be function maximally. The upcoming refinement will apply
the proper compression process according to metal casting theories and
economically analyzed.
Keywords: lining, sintering, induction, furnace
DOI: 10.18196/jqt.010211
Web: http://journal.umy.ac.id/index.php/qt
PENDAHULUAN
Permasalahan yang sering terjadi pada tanur
induksi di perusahaan tersebut yaitu sering
Tanur induksi merupakan alat yang sangat
terbentuk rongga lining setelah proses
penting dalam industri pengecoran logam.
sintering, sehingga membahayakan
Tanur induksi berfungsi untuk mengubah
keselamatan jiwa dan perlu dilakukan proses
bahan baku cor padat mencadi cair. Tanur
penambalan. Bahan tahan api yang digunakan
induksi bekerja dengan prinsip transformator,
dimana kumparan primer dialiri arus bolak merupakan bahan tahan api buatan yang sudah
umum digunakan di industri pengecoran logam
balik dari sumber listrik lalu menghasilkan
di Indonesia.
arus induksi dan medan magnet, lalu kumparan
sekunder diletakkan di dalam medan magnet.
Masalah peleburan saat ini sering
Berbeda dengan transformator, kumparan
ditemukannya rongga yang terbentuk pada
sekunder digantikan oleh bahan baku
produk disebabkan oleh proses penumbukan
peleburan yang dirancang sedemikian rupa
agar arus induksi tersebut berubah menjadi yang tidak merata dan terkesan buru-buru.
Lining yang sudah selesai tidak segera di
panas yang sanggup mencairkannya (Ghosh,
sintering dan dibiarkan selama selama
2000).
bebarapa hari. Proses sintering yang dilakukan
terlalu cepat hanya selama 4-5 jam dengan
Pada penelitian ini pengambilan obyek
sistem on-off. Pada saat pemuatan untuk
penelitian pada salah satu perusahaan
sintering, bahan baku yang dimasukan tidak
pengecoran logam yang ada di wilayah jawa
masif, pejal dan ukuranya tidak seragam.
timur. Pengopersian tanur induksi
Proses tersebut mengakibatkan temperatur naik
menggunakan tanur induksi frekuensi
secara drastis sebelum kelembaban lining
menengah (150 Hz-300 Hz) dengan kapasitas
hilang. Selain itu, distribusi panas menjadi
150 kg dan 250 kg. Bahan tahan api yang
tidak merata dan mengakibatkan perbedaan
digunakan berjenis netral, untuk melebur
temperatur yang signifikan, sehingga bahan
bahan baku baja tahan karat.
baku dan lining former mencair sebelum
Daryanto et al./ Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
permukaan lining menjadi keramik, lalu lining Penggunaan tanur induksi di sektor industri
yang masih berbentuk serbuk tersebut terkena pengecoran logam sudah berkembang dengan
penetrasi cairan dan akhirnya terbentuklah pesat. Meluasnya penggunaan tanur induksi
rongga (Ghosh, 2000). disebabkan karena penggunaan tanur induksi
untuk besi cor dianggap lebih menguntungkan
Kerusakan lining secara langsung akan dibanding menggunakan kupola atau dapur
mempengaruhi proses produksi yang berujung tungkik. Secara teoritis belum dapat dibuktikan
terjadinya kerugian. Penulis juga akan bahwa tanur induksi lebih menguntungkan
melakukan analisa biaya proses yang untuk proses peleburan besi cor.
ditimbulkan oleh kedua proses yang telah
dilakukan. Berdasarkan frekuensi kerja yang digunakan,
tanur induksi dikategorikan menjadi tanur
Latar Belakang induksi frekuensi rendah atau tanur induksi
frekuensi jala-jala (50 Hz-60 Hz) dengan
Proses pembuatan lining tanur induksi, kapasitas lebur tinggi (diatas 1 ton/jam) dan
memerlukan pengetahuan yang benar tanur induksi frekuensi menengah (150 Hz-
mengenai pemilihan material tahan api, teknik 10000 Hz) dengan kapasitas lebur lebih rendah
penumbukan, pemuatan bahan baku dan proses (www.hapli.wordpress.com). Penggolongan
sintering yang akan diterapkan. Apabila semua frekuensi tanur induksi dikelompokan
komponen tersebut tidak dilaksanakan dengan berdasarkan sifat peleburanya. Klasifikasi
benar maka akan menimbulkan beberapa tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel
masalah. perbandingan. Menurut artikel yang diterbitkan
oleh Hapli (Himpunan Praktisi Pengecoran
Berbagai permasalahan yaitu terbentuknya Logam Indonesia) klasifikasi tanur induksi
rongga setelah proses sintering akibat luruhnya dijabarkan melalui diagram perbandingan
bahan tahan api pada permukaan lining yang antara frekuensi kerja dengan kapasitas lebur.
masih serbuk oleh penetrasi cairan, karena Berikut ini adalah klasifikasi tanur induksi
bahan baku dan lining former mencair sebelum menurut.
lining bagian depan menjadi keramik
TABEL 1. Pembagian Jenis Tanur Induksi
Permasalahan rongga ini mengakibatkan
(Surdia, 1996)
munculnya pekerjaan baru berupa penambalan,
sehingga proses peleburan menjadi terhambat Jenis
Kapasitas Gaya Sifat
dan berimbas pada menurunya kapasitas tanur Laju Harga
lebur aduk operasi
produksi induksi
peleburan Mahal
Frekuensi temperatur
Landasan Teori tinggi jenis Kecil Cepat Lemah tinggi, dari
krus keadaan
dingin
Tanur induksi beroperasi menggunakan kaidah produksi
hukun faraday. Pada tahun 1831, Faraday masa,
Frekuensi
menemukan teori pemanasan dengan media Sedang operasi
rendah Lambat Kuat Murah
induksi (elektromagnetik). Tanur induksi Besar putus –
jenis krus
putus atau
adalah aplikasi dari percobaan Faraday, kontinu
dimana coil yang dialiri arus bolak balik (AC) Operasi
Frekuensi
bertindak sebagai kumparan primer dan bahan rendah Sedang
kontinu,
peleburan sebagai kumparan sekunder. Pada Lambat Kuat efisiensi Murah
jenis Besar
panas baik,
saat koil dialiri arus listrik, terbentuk daerah saluran
ekonomis
magnetik diantara lilitan koil. Daerah magnetik
menimbulkan arus putar pada kumparan
sekunder yang digantikan oleh bahan baku Tanur Induksi Frekuensi Rendah
peleburan. Intensitas arus putar menimbulkan
gesekan elektron logam sehingga timbul panas Keistimewaan tanur induksi frekuensi rendah
yang dapat mencairkan kumparan sekunder adalah adanya gaya pengadukan logam cair
(Ghandevar et.al, 2011). yang cukup besar. Gaya pengadukan berguna
untuk homogenisasi komposisi cairan. Gaya
tersebut berbanding terbalik dengan akar
73
Daryanto et al. / Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
frekuensi dan berbanding lurus dengan tenaga menjadi frekuensi yang lebih tinggi lalu
listrik yang diberikan. Pengaruh buruk dari dialirkan ke kumparan primer.
gaya pengadukan adalah adanya bahaya
oksidasi cairan. Jika cairan ditahan terlalu lama Gerak pengadukan yang dihasilkan tanur
dalam tanur akan sangat rentan terjadi erosi induksi frekuensi tinggi berbeda dengan gerak
lining dan menginklusi cairan. Pengikisan pengadukan yang dihasilkan tanur induksi
lining terjadi karena bahan tahan api tersinter frekuensi rendah. Secara kualitatif, semakin
atau karena tekanan dan gesekan yang terjadi tinggi frekuensi yang bekerja maka gerak
antara lining dengan cairan yang teraduk pengadukan akan semakin kecil. Secara
(Ghandevar et.al, 2011). kuantitatif, semakin tinggi frekuensi kerja,
maka gerak pengadukan akan semakin banyak
dan merata di seluruh bagian tanur
Tanur Induksi Saluran
(www.Hapli.wordpress.com)
Perbedaan tanur induksi saluran dengan krus
adalah pemanasan pada tanur induksi saluran Bahan Tahan Api
dilakukan pada bagian saluran cairan. Bahan
cair yang panas akan bergerak keatas, Bahan tahan api adalah bahan baku industri
sedangkan bahan cair yang dingin bergerak yang dibuat sebagai bahan konstruksi atau unit
kebawah mengisi saluran industri (plan), yang berfungsi untuk
menerima beban panas yang tinggi. Bahan
Tanur induksi saluran membutuhkan lebih tersebut harus mampu menahan panas minimal
sedikit energi listrik, karena tidak memanaskan pada 1000°C, bahkan terakhir telah diproduksi
bahan baku dari keadaan dingin. Peleburan bahan tahan api dengan jenis basa yang
dilakukan dengan konveksi panas yang berasal mampu menahan panas hingga 2000°C.
dari cairan awal. Temperatur akan meningkat
setelah ada proses induksi pada daerah saluran Tuntutan bahan tahan api adalah mampu
(Surdia, 1986). melawan temperatur tinggi, dapat bertahan
minimal tidak meleleh pada suhu yang
diinginkan sesuai dengan jenis dan macamnya,
Tanur Induksi Krus
mampu tidak terbakar menjadi abu atau gas
Berbeda dengan tanur induksi saluran, tanur terhadap pengaruh perubahan peningkatan
induksi krus digunakan untuk proses peleburan temperatur kerja tanur induksi.
dari keadaan dingin sampai proses penuangan.
Dibanding tanur induksi saluran, tanur induksi Ketahanan bahan tahan api sangat bergantung
krus lebih populer karena fungsi dan cara pada kandungan unsur penyusun, bentuk fisik
penggunaanya lebih fleksibel. Tanur induksi dan bahan dasarnya. Berdasarkan bentuk
frekuensi rendah krus umumnya digunakan fisiknya, bahan tahan api dapat berupa batuan,
untuk melebur bahan baku berbasis besi. kerikil dan serbuk. Menurut bahan dasarnya,
Bahan peleburan yang biasa dibuat bahan tahan api berupa mineral dan keramik.
menggunakan tanur ini biasanya berupa besi Menurut penyusunya, ada yang berupa kuarsit,
cor, baja karbon polos dan besi cor paduan. Di alumina, magnesit dll.
beberapa industri digunakan untuk melebur
bahan bukan besi seperti bronze, brass dan Lining
bahan berbasis tembaga lainya (Surdia, 1986).
Lining adalah lapisan tanur induksi yang
terbuat dari mineral keramik khusus. Bahan
Tanur Induksi Frekuensi Menengah
tahan api ini telah mengalami proses sinter dan
Secara umum, prinsip kerja tanur induksi memiliki sifat-sifat; Tahan terhadap pengaruh
frekuensi menengah sama dengan tanur panas, Tahan terhadap pengaruh mekanis
induksi frekuensi rendah. Perbedaanya pada ,Tahan terhadap pengaruh reaksi kimia dari
tanur induksi frekuensi menengah terdapat alat cairan logam
pengubah frekuensi yang bernama thyristor.
Arus listrik bolak-balik (AC) dari sumber Lining mempunyai konstruksi refraktori atau
tenaga masuk kedalam panel tanur induksi. bahan tahan api pada sebuah tungku induksi
Thyristor mengubah frekuensi jala-jala (Gambar 1) diawali dengan proses sintering
74
Daryanto et al./ Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
terhadap refraktori untuk lining tungku yang Perhatikan panjang kawat arde yang
baru sehingga bahan lining yang semula terdiri harus tepat setebal alas tanur. Padatkan
dari serbuk kasar, sebagian berubah menjadi hingga ± 5 cm lebih tebal dari yang
bersifat keramik yang tahan terhadap diinginkan (alas tanur), kemudian
temperatur tinggi dan pengaruh kimiawi. Hal buang kelebihan kepadatan (± 5 cm).
ini dapat kita perhatikan gambar lining di Tujuannya adalah untuk mendapatkan
bawah ini (Nugroho et al., 2011). kepadatan yang sama pada seluruh
bagian.
Bahan tahan api ini umumnya terdiri dari Pasang lining former yang telah bersih
bahan dasar dan bahan pengikat. Bahan tahan dari karat secara simetris dan
api yang biasa digunakan tanur induksi untuk kencangkan dengan baji kayu
peleburan baja biasanya alumina (Al2O3) yang Pemadatan dinding tanur dilakukan
bersifat netral dengan kemurnian 80% - 95%. bertahap hingga setinggi lining forme.
Selain alumina, magnesit (MgO) yang bersifat
basa dengan kemurnian 80% - 98% juga biasa
digunakan untuk proses peleburan baja (Uylas METODE PENELITIAN
et.al, 2015).
Metode penelitian menggunakan pendekatan
balik (reverse approach), artinya adalah bahwa
analisa dimulai dari luaran, kemudian
pelacakan balik ke teknologi proses. Untuk
menganalisa luaran produk, ditentukan proses
pengerjaan lining sebanyak 3kali. Analisa
terhadap 3 proses uji dilakukan melalui
pengujian kekerasan dan pemeriksaan kondisi
retakan lining yang terjadi
Metoda Pemadatan
Pelapisan
75
Daryanto et al. / Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
Proses sintering
76
Daryanto et al./ Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
Perbaikan
Penumbukan
GAMBAR 7. Penumbukan Gerigi
Proses penumbukan dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal berikut ini: Penumbuk Lonjong
Penumbuk Bergerigi
77
Daryanto et al. / Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
Metoda Penumbukan
Sintering
78
Daryanto et al./ Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
Pemanasan Awal
79
Daryanto et al. / Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
Sub
Jenis
Biaya
Perhitungan total SARAN
(Rp)
Biaya Pertama, Isu penelitian yang diungkap adalah
8 X 6300 X 2 = 324.000 100.800
Pengerjaan
Proses penumbukan dan sintering pada relining
Biaya (881.000 + 700.000) + 1.250.000
Bahan
tanur induksi namun fokus penelitian pada
+ 150.000 + 50.000 + 323.000 4.913.000
proses penumbukan bahan lining. Pemilihan
+ 7.500 = Rp. 3.361.500
ini berdampak pada generalisasi studi yang
Biaya
(Kw)
Waktu
(Rp/Kwh)
Harga bersifat terbatas.
Energi (jam) (Rp) 147.000
Selama
Sintering 20 5 1.470 147.000 Kedua, Penelitian ini hanya Memperhatikan
Biaya sintering = Rp. 1.264.200 5.160.800 proses kerja belum memperhatikan waktu
pengerjaan atau variabel lain yang
Biaya Lining Induksi = Rp. 4.949.700
memungkinkan mempengaruhi umur lining.
80
Daryanto et al./ Quantum Teknika Vol. 1 No. 2 (ISSN: 2721-1932)
DAFTAR PUSTAKA
81