DAFTAR ISI
Pengaruh Kecepatan Arus Pengelasan Dan Panas Masuk Terhadap Sifat 001 - 009
Mekanis Logam Las Pada Pengelasan SAW Baja Karbon ASTM A 29
Agus Duniawan, Sutrimo
Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Dan Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan 010 - 021
Aus, Kekerasan Serta Ketebalan Lapisan Oksida Paduan Aluminium Pada
Material Piston
Bambang Wahyu Sidharta
Sistem Kunci Elektronis Dengan Perekam Waktu Akses Berbasis 028 - 037
Mikrokontroler AT89C51
Sigit Priyambodo, Anik Heironi
Sistem Rekomendasi: Buku Online Dengan Metode Collaborative Filtering 076 - 084
Moh. Irfan, Andharini Dwi C, Fika Hastarita R.
Perbandingan Metode Som (Self Organizing Map) Dengan Pembobotan 085 - 092
Berbasis RBF (Radial Basis Function)
Andharini Dwi Cahyani, Bain Khusnul Khotimah, Rafil Tania Rizkillah
1 2
Jurusan Teknik Mesin IST AKPRIND Yogyakarta, Politeknik Bandung
Masuk: 4 Juni 2014, revisi masuk : 21 Juli 2014, diterima: 26 Juli 2014
ABSTRACT
Welding is a joining technique in production process which weld two metals or
more using heat energy Physical property near welding zone changes in microstructure,
deformation and thermal stress in order to minimize a negative effects, it is required a
correct procedure in welding, selection of optimum welding current and heat input.
Welding joint in steel countruction or pressure vessel has to fullfill the welding standard
o o
such as, high stress property 27 joule for temperature – 50 C and 100 joule for 0 C. The
aim of this research is to investigate the Effect of variation in welding current, welding
speed and heat input on microstructure of main metal and HAZ. Experimental work is
done using optic microscope, hardness test and univercal machine. The purpose of the
research is to obtain optimum welding parameter related which micro structure and
mechanical properties of weld metal and HAZ. The variation in heat input are 2 kg/mm,
3kg/mm, 4kg/mm. The variation of welding speed are 7 mm/s, 4,7 mm/s and 3,5 mm/s at
current of 400 Ampere,mean while at 600 Ampere the variation in welding speed are
10,5mm/s, 7mm/s, 5,25mm/s. The result shaws that microstructure is dominated by ferit
size and ferit Widmanstatten. The highest hardness of 164,98 VHN is found at welding
zone of specimen A with welding current of 400 Amper, welding speet of 7 mm/s and heat
input of 2kg/mm. Tension and yielding stress of 567 and 472 MP occur for specimen A1
with 600 Ampere welding speed of 7 mm/s and heat input of 2kg/mm.
INTISARI
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas, maka logam yang disekitar daerah las mengalami
perubahan struktur metalurgi, deformasi dan tegangan termal. Untuk mengurangi
pengaruh buruk tersebut, maka dalam proses pengelasan perlu prosedur pengelasan
yang benar dan tepat, atau dicari kecepatan arus, pengelasan dan panas masukan yang
optimal. Sambungan las yang akan digunakan pada sambungan konstruksi baja seperti
jembatan dan bejana tekan, harus memenuhi persyaratan yang ketat diantaranya adalah
tegangan tarik harus mempunyai nilai yang tinggi dan ketangguhan minimal 27 joule
0 0
pada suhu -50 C atau 100 Joule pada suhu 0 C . Tujuan Penelitian untuk menyelidiki
pengaruh variasi arus, kecepatan pengelasan dan masukan panas terhadap struktur
mikro pada logam las dan daerah terpengaruh panas (HAZ) dengan menggunakan
mikroskop optik dan sifat-sifat mekanis dengan menggunakan alat uji kekerasan, dan uji
tarik. Manfaat penelitian supaya mendapatkan kondisi parameter pengelasan yang
optimum terkait dengan struktur mikro dan sifat-sifat mekanis pada logam las dan daerah
terpengaruh panas. Metode penelitiannya terdiri dari pengelasan logam Plat Baja karbon
ASTM A 29(1021), tebal 10mm dengan tegangan 35 volt ( DCEP), Elektroda AWS A5.17
EM 12K (kadar Mn 1.0 %) , Fluks OK Flux 10.71 (kadar Mn 1.0 %) Proses pengelasan
busur terendam secara otomatis, Variasi masukan panas 2,0 kJ/mm; 3,0 kJ/mm dan 4,0
kJ/mm Variasi kecepatan pengelasan 7 mm/s; 4,7 mm/s; 3,5 mm/s pada arus 400 Amper
dan 10,5 mm/s; 7 mm/s; 5,25 mm/s pada arus 600 Amper. Hasil dengan adanya
kenaikan masukan panas, maka struktur mikro akan didominasi oleh ferit batas butir dan
1
1
Agusduniawan @gmail.com
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
ferit Widmanstatten serta meningkatkan ukuran butir (grain boundary ferit) hal ini
disebabkan oleh laju pendinginan yang semakin lambat, Nilai kekerasan tertinggi di
daerah las sebesar 164,98 VHN terjadi pada spesimen A dengan arus 400 Amper,
kecepatan pengelasan 7 mm/detik dan masukan panas 2,0 kJ/mm, hal tersebut dapat
terjadi karena pendinginan yang terjadi sangat cepat, Tegangan tarik dan tegangan luluh
tertinggi sebesar 567 dan 472 MPa terjadi pada spesimen A1 dengan arus 600 Amper,
kecepatan pengelasan 7 mm/detik dan masukan panas 2 kJ/mm.
2
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Bahan Sambungan
Bahan penelitian ini : Plat baja
karbon ASTM A 29 (1021)
Gambar 2. Geometri sambungan las
Spesifikasi Plat : Tebal 12 mm
Tegangan : 35 volt (DCEP)
Kuat arus : 400 dan 600 Pengelasan dilakukan secara
Amper otomatis dengan menggunakan arus DC
dengan polaritas positif direct current
Tabel 1.Komposisi Kimia Logam Induk electrode positif (DCEP) pada tegangan
konstan 35 volt. Detail parameter las
Unsur C Mn P S seperti pada tabel berikut ini:
3
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
pengamatan ini adalah untuk mengetahui variasi masukan panas dan kecepatan
ukuran dan bentuk butir serta distribusi pengelasan. Kedua, pada penelitian ini
dari berbagai macam fasa logam serta pengujian tarik dilakukan pada arah
inklusi yang terjadi pada pengelasan. tranversal dari logam las, spesimen uji
Dua,pengamatan dilakukan pada daerah tarik berbentuk pelat sesuai dengan
las, HAZ besar, HAZ kecil, dan logam standar.
induk. Tiga, alat yang dipergunakan
untuk pengujian ini adalah mikrosokop
optik.
Pengujian Kekerasan, Pertama
uji kekerasan dilakukan dengan metode Perhitungan: Engineering stress
Vickers (VHN). Pengujian ini dilakukan (tegangan teknik) : σ Engineering strain
untuk mengetahui distribusi kekerasan di (regangan teknik) :
daerah las, HAZ kasar, HAZ halus dan
logam induk dari hasil pengelasan busur dimana :
2
rendam dengan variasi masukan panas Σ = Tegangan tarik (N/mm )
dan kecepatan pengelasan. Kedua, F = Beban (N)
2
harga kekerasan mikro didapat dengan A0 = Luas penampang mula-mula (mm )
persamaan (ASM,1986): L0 = Panjang spesimen mula-mula (mm)
L = Panjang spesimen setelah patah
(mm)
dimana :
F = beban yang dipergunakan (kgf)
d = panjang diagonal rata-rata (mm)
θ = sudut antara permukaan intan yang
berlawanan = 136°
PEMBAHASAN
Pengujian Komposisi Kimia
Gambar 3. Spesimen uji kekerasan (Spectrometer), hasil uji komposisi kimia
logam las dan logam induk ditunjukkan
Pengujian Tarik, Pertama tujuan pada tabel berikut:
pengujian tarik dalam penelitian ini ada
lah untuk membandingkan kekuatan
tarik statis hasil pengelasan dengan
Tabe1 3. Hasil uji komposisi logam induk
Unsur C Si S P Mn Ni Cr
(%wt) 0,1823 0,3082 0,0068 0,0117 0,8757 0,0179 0,0362
Mo V Cu W Ti Al
0,0094 0,0014 0,0395 0,0009 0,0024 0,0446
Unsur C Si S P Mn Ni
(%wt) 0,0999 0,2764 0,0119 0,0229 1,0977 0,0449
Cr Mo V Cu W Ti Al
0,0507 0,0031 0,0052 0,1039 0,0047 0,0032 0,0093
4
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Struktur Mikro Daerah las dan Gambar 7. Foto Struktur Mikro Spesi-
Daerah HAZ, tujuan dari pengujian ini men B. (a)Daerah Las, (b)Las – HAZ, (c)
adalah untuk mengetahui ukuran dan HAZ kasar, (d) HAZ halus, (e) HAZ -
bentuk butir serta distribusi dari berbagai ligam Induk, (f) logam induk.
5
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
6
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
7
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
8
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
9
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 7 April 2014, revisi masuk : 15 Juli 2014, diterima: 24 Juli 2014
ABSTRACT
Aluminum alloys used in the manufacture of automotive parts, such as piston,
wherein the component is fast moving parts, which would have to meet certain physical
and mechanical properties such as wear resistance and hardness. To improve the
physical and mechanical properties such as wear resistance and hardness in aluminum
alloy, then the anodizing process was chosen, because this process will increase the
hardness and wear resistance of the metal. The increasing of hardness and wear of the
aluminum alloy is due to the aluminum oxide layer formed on the anodizing process.The
purpose of this study was to determine the effect of electrolyte concentration and time of
anodizing process against hardness and wear resistance , as well as the thickness of the
oxide film on aluminum alloy as the piston material.The process of anodizing of aluminum
alloys performed at different electrolyte concentrations, i.e. 15, 20 and 25% vol. H2SO4
(sulfuric acid) with the addition of 6% wt. H2C2O4 (oxalic acid) at each concentration of
sulfuric acid. The length of the anodizing time for each electrolyte concentration of 3, 5
and 7 minutes, while the electric voltage used is 24 volts.From this research, the best
results obtained by anodizing using electrolyte 15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 for 7-
minute process that increase the material hardness from 115 to 190 VHN; and the best
-5 2
specific wear (Ws) 7.15 x 10 mm /kg and the thickest oxide layer 83.81 μm.
INTISARI
Paduan aluminium digunakan dalam pembuatan komponen otomotif, diantaranya
piston, dimana komponen ini merupakan komponen yang bergerak, yang tentunya harus
memenuhi sifat fisis dan mekanis tertentu seperti ketahanan aus dan kekerasan. Untuk
memperbaiki sifat fisis dan mekanis seperti ketahanan aus dan kekerasan pada paduan
aluminium, maka dilakukan proses anodizing. Proses ini akan meningkatkan kekerasan
paduan aluminium sehingga ketahanan aus dari logam ini juga akan meningkat.
Peningkatan kekerasan serta keausan pada paduan aluminium ini terjadi karena adanya
lapisan oksida aluminium yang terbentuk pada proses anodizing.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi elektrolit dan waktu proses anodizing
terhadap kekerasan, keausan serta ketebalan lapisan oksida pada paduan aluminium
sebagai material piston.Proses anodizing paduan aluminium dilakukan pada konsentrasi
elektrolit yang berbeda, yaitu 15, 20 dan 25% vol. asam sulfat H2SO4 dengan
penambahan 6% wt. asam oksalat H2C2O4 pada setiap konsentrasi asam sulfat.
Lamanya proses anodizing untuk setiap konsentrasi elektrolit sebesar 3, 5 dan 7 menit,
sedangkan tegangan listrik (voltase) yang digunakan adalah 24 volt. Dari penelitian ini
didapatkan hasil yang cukup signifikan, dimana hasil anodizing yang terbaik didapatkan
dengan menggunakan elektrolit 15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 dengan waktu proses
selama 7 menit yang menghasilkan perubahan kekerasan material dari 115 VHN
-5 2
menjadi 190 VHN; nilai keausan spesifik (W s) terbaik sebesar 7,15 x 10 mm /kg serta
ketebalan lapisan oksida tertinggi 83,81 µm.
1
bwahyusidharta@yahoo.co.id
10
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
11
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
trasi larutan H2SO4 serta waktu anodizing paduan aluminium ADC12 (Aluminium
kita dapat mengetahui pengaruh vari- Die Casting dengan kadar Si maksimum
abel-variabel tersebut dalam membentuk 12%), yaitu suatu paduan antara Al-Si-
lapisan oksida pada permukaan substrat. Cu-Mg-Zn serta unsur lainnya seperti
Pada percobaan ini tegangan yang terlihat dalam Tabel 1.
digunakan adalah 24volt, dengan kon-
sentrasi H2SO4 sebesar 15, 20 dan 25 % Tabel 1 Komposisi kimia paduan alumi-
volume dan dengan waktu selama 3, 5 nium ADC12 (JIS H5302)
dan 7 menit. Mg Zn Mn Fe Ni
Si Cu Max. Max. Max. Max. Max.
9,6 1,5
METODE s/d s/d 0,3 1 0,5 0,9 0,5
Batasan dari penelitian yang 12,0 3,5
dilakukan adalah sebagai berikut : Satu,
spesimen yang digunakan dalam pene-
Lapisan oksida ini memiliki kete-
litian ini adalah piston sepeda motor 4- -6
balan antara 0,1 – 0,4 x 10 inci sampai
langkah yang bukan produk OEM -2
dengan 0,25 – 1 x 10 mikron. Lapisan
(Original Equipment Manufacturer) atau
ini akan tetap stabil pada kondisi pH
dengan perkataan lain merupakan piston
antara 4,5 sampai 7 sebagaimana ditun-
produk imitasi. Produk OEM dibeli untuk
jukkan pada diagram Pourbaix (Gambar
digunakan sebagai pembanding.
2). Lapisan oksida tersebut juga mening-
Dua, konsentrasi campuran
katkan sifat ketahanan korosi dari
elektrolit asam sulfat H2SO4 dan asam
aluminium karena lapisan ini berfungsi
oksalat H2C2O4 , antara 15, 20 dan 25 %
sebagai lapisan protektif yang meng-
volume H2SO4 serta satu macam konsen-
halangi oksigen bereaksi lebih lanjut
trasi asam oksalat, yaitu 6 % wt H2C2O4 ,
dengan aluminium.
dengan waktu proses anodisasi 3, 5 dan
Lapisan oksida Al2O3 dihasilkan
7 menit.
dari proses kimia dan elektrokimia,
Tiga, pengujian yang dilakukan
sehingga dengan proses tersebut akan
dalam penelitian ini adalah uji kekerasan,
dihasilkan lapisan oksida dengan kete-
uji keausan dan pengukuran ketebalan
balan mencapai 500 kalinya. Anodisasi
lapisan oksida.
merupakan proses konversi lapisan
Aluminium memperlihatkan keta-
permukaan aluminium menjadi lapisan
hanannya terhadap korosi dengan
aluminium oksida yang memiliki porositas
sangat baik dan penggunaannya sebagai
(berpori). Sifat lapisan itu sendiri adalah
salah satu logam komersial utama untuk
inert, persenyawaan yang stabil dan
membentuk lapisan oksida penghalang
sebagai lapisan sifat tersebut akan
yang terikat kuat pada permukaannya.
mempengaruhi kestabilan permukaan
Apabila lapisan tersebut rusak, maka
aluminium. Lapisan aluminium oksida ini
akan terbentuk kembali secara langsung
sendiri memiliki nilai kekerasan yang
di lingkungan manapun. Pada permuka-
relatif tinggi bila dibandingkan dengan
an aluminium yang terabrasi dan ter-
logam induknya, nilai kekerasan ini
ekspos oleh udara, ketebalan lapisan
berhubungan dengan ketahanan terha-
oksida hanya sekitar 1 nm, namun
dap abrasi yang sangat dibutuhkan pada
demikian, lapisan tersebut masih sangat
komponen dengan kinerja yang tinggi.
efektif melindungi aluminium dari korosi.
Karena sebagian besar pabrikan
Logam aluminium mempunyai
piston yang ada di Indonesia merupakan
nilai elektropositif yang cukup tinggi,
relokasi pabrik komponen otomotif yang
sehingga ia akan dapat mudah bereaksi
ada di Jepang, maka mereka banyak
dengan oksigen dan membentuk lapisan
menggunakan bahan baku yang berasal
oksida yang tipis pada permukaannya
dari Jepang (dengan sebagian kecil
melalui reaksi sebagai berikut :
pasokan dari dalam negeri) dimana
4 Al + 3 O2 2 Al2O3 ............... (1)
standar yang digunakan berdasarkan JIS
Pada umumnya, komponen oto-
(Japan Industrial Standard) H5302.
motif dalam hal ini piston yang dibuat di
Adapun padanan spesifikasi paduan
negeri ini menggunakan bahan baku dari
12
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
aluminium JIS H5302 dengan standar- pada sumber arus searah (DC) yaitu
standar lainnya (berdasarkan standar rectifier, dimana aluminium dihubungkan
North American Die Casting Association) dengan kutub positif dan katoda berupa
adalah paduan aluminium 383. elektroda inert dihubungkan pada kutub
Paduan aluminium 383 atau negatif. Pada saat rectifier diaktifkan,
ADC12 akan memperbaiki ketahanan maka arus akan mengalir dari kutub
terhadap retak panas (hot cracking) yaitu positif dan hal ini akan menyebabkan
kekuatan pada temperatur tinggi, hal ini terjadinya pelepasan elektron pada
sesuai dengan karakteristik komponen aluminium, yang menyebabkan alumini-
piston yang bekerja pada temperatur um teroksidasi dan berikatan dengan
tinggi. Selain itu, untuk mencegah korosi oksigen serta membentuk lapisan oksida.
lingkungan pada paduan aluminium ini, Ilustrasi terjadinya lapisan oksida dapat
dapat dicapai dengan pengecatan, dilihat pada Gambar 3.
anodisasi, chromating dan iridite coat-
ings.
Anodisasi aluminium adalah
metode elektrokimia untuk mengubah
aluminium menjadi oksida aluminium
(Al2O3) pada permukaan yang akan
dilapisi. Hal ini dapat dicapai dengan
membuat benda kerja sebagai anoda Gambar 3 Ilustrasi transpor ion ke
yang kemudian dicelupkan dalam sel lapisan oksida
elektrolit yang sesuai. Walaupun sebagi-
an logam dapat dianodisasi, termasuk Reaksi yang terjadi pada anoda : Reaksi
aluminium, titanium dan magnesium, pada logam/oksida :
2- -
tetapi hanya aluminium yang banyak 2 Al + 3 O Al2O3 + 6 e ......... (3)
digunakan dalam industri anodisasi (ASM Reaksi pada oksida/elektrolit :
3+
Handbook vol.2, 1980). 2 Al (metal) + 3 H2O Al2O3(lapisan
+ -
Mekanisme dari proses anodisasi oksida) + 6 H + 6 e ............................ (4)
13
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
14
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
nik akan diserap pada lapisan pori untuk kristal dan pori-pori akan tercipta
menghasilkan warna tertentu, dan membentuk struktur honeycomb dari
pigmen yang mengendap di dalam pori oksida aluminium (Alwitt,R.S. 2009).
akan menghasilkan warna yang stabil. Terbentuknya lapisan oksida
Tujuh, ketahanan panas/heat pada permukaan logam yang dianodisasi
resistance oksida aluminium tahan tergantung dari jenis larutan yang digu-
temperatur tinggi. Ketahanan panas dari nakan sebagai elektrolit, lapisan dasar
komponen yang dianodisasi hanya oksida (barrier type oxide film) dan
terbatas pada temperatur lebur dari lapisan pori oksida (porous oxide film)
aluminiumnya sendiri atau kekuatan dapat terbentuk selama proses anodisa-
mekanik pada temperatur tinggi. si. Lapisan oksida yang dihasilkan mem-
Delapan, toxicity aluminium yang punyai struktur yang porous atau berpori
dianodisasi secara umum dikenal seba- berstruktur hexagonal, dengan pori di
gai material yang aman untuk aplikasi tengahnya.
medis dan juga untuk makanan serta Pada permukaan lapisan oksida
minuman. yang terbentuk dalam proses anodisasi,
2
Lapisan oksida hasil proses terdapat jutaan sel per cm , dimana
anodisasi mempunyai struktur yang ukurannya merupakan fungsi dari
berbeda dengan lapisan oksida yang tegangan proses tersebut (Lowenheim,
terbentuk secara alami, dimana lapisan- F.A., 1978). Ukuran pori dipengaruhi oleh
nya memiliki struktur pilar hexagonal banyak faktor seperti jenis elektrolit,
berpori yang memiliki karakteristik yang temperatur serta hubungan antara
unik sehingga meningkatkan sifat meka- tegangan dan arus yang dipakai. Struktur
nis permukaan aluminium. dari lapisan oksida yang terbentuk pada
Ketika komponen yang akan anodizing yang menggunakan asam
dianodisasi dicelupkan ke dalam elektrolit fosfat, asam sulfat, asam kromat dan
asam sulfat dengan arus DC, maka akan asam oksalat sebagai elektrolitnya, ha-
terjadi reaksi sebagai berikut : nya berbeda pada ukuran pori dan
2 H2O 2 H2 + O2 .............. (8) selnya.
Secara umum lapisan oksida
Oksigen yang dihasilkan di luar hasil dari proses anodisasi memiliki
komponen yang dianodisasi akan karakteristik sebagai berikut : Satu,
bereaksi dengan permukaan aluminium keras, alumina (Al2O3) memiliki kekeras-
yang reaktif membentuk oksida an sebanding dengan sapphire. Dua,
aluminium : insulatif dan tahan terhadap beban. Tiga,
4 Al + 3 O2 2 Al2O3 ............ (9) transparan. Empat, tidak ada serpihan
(flake) pada permukaannya
Pada awal ketika arus dialirkan Lapisan oksida yang terbentuk
ke elektrolit, maka akan terbentuk non- dari proses ini akan meningkatkan
porous dielectric undercoating yang tipis, ketahanan abrasif, kemampuan insulator
dikenal sebagai lapisan dasar (barrier elektrik logam, serta kemampuan untuk
layer). Lapisan ini akan tumbuh secara menyerap zat pewarna (dyestuff) untuk
proporsional dengan tegangan yang menghasilkan variasi tampilan warna pa-
diberikan hingga mencapai ketebalan da permukaan hasil anodisasi. Alumini-
sekitar 0,02 µm. Lapisan ini mempunyai um serta paduan-paduannya mempunyai
resistansi elektrik yang sangat ekstrim. sifat tahan terhadap korosi atmosferik
Pada tegangan anodisasi 12 – 20 volt, karena adanya lapisan oksida protektif
dengan tegangan yang konstan maka yang dengan cepat terbentuk ketika
rapat arus secara teoritis akan turun logam aluminium terekspos dengan
secara cepat, dan pertumbuhan lapisan udara.
akan terhenti. Dengan adanya Terbentuknya lapisan oksida
pemanasan karena energi listrik dan pada permukaan logam yang dianodisasi
kemampuan elektrolit yang digunakan tergantung dari jenis larutan yang digu-
untuk menyerap lapisan, maka akan nakan sebagai elektrolit, lapisan dasar
menyerang titik paling lemah dari kisi oksida (barrier type oxide film) dan
15
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
lapisan pori oksida (porous oxide film) tetapi, selain ke dua asam di atas, asam
dapat terbentuk selama proses anodisa- oksalat dan asam phosphat juga dapat
si. Lapisan oksida yang dihasilkan digunakan untuk proses anodisasi.
mempunyai struktur yang porous atau Peningkatan konsentrasi dalam hu-
berpori berstruktur hexagonal, dengan bungannya dengan karakteristik lapisan,
pori di tengahnya. mempengaruhi kehilangan logam (metal
Lapisan dasar merupakan lapis- loss) yang terjadi pada proses anodisasi.
an yang tipis dan padat, yang berfungsi Peningkatan konsentrasi yang berlebih
sebagai lapisan pori dan logam dasar akan mengakibatkan terjadinya pelarutan
(base metal). Lapisan tersebut memiliki lapisan film, untuk itu diperlukan kom-
sifat yang melindungi dari korosi lebih posisi konsentrasi larutan elektrolit yang
lanjut dan tahan terhadap arus listrik. tepat untuk mendapatkan lapisan film
Struktur berpori yang timbul pada lapis- yang optimal.
an oksida merupakan hasil dari kesetim- Kedua, Efek tegangan pada
bangan antara reaksi pembentukan dan proses anodisasi dari Gambar 6 dapat
pelarutan lapisan oksida. Pada awalnya dilihat bahwa semakin besar tegangan
lapisan pori yang terbentuk mempunyai yang dipakai pada poses anodisasi maka
bentuk silinder yang memanjang namun jarak antar pori semakin besar (Gambar
karena lapisan ini kemudian bersing- 6 A), akan tetapi semakin besar tegang-
gungan dengan oksida-oksida lainnya an yang digunakan pada proses anodi-
yang berada disisi-sisinya, maka lapisan sasi, maka kerapatan pori akan ber-
oksida tersebut bertransformasi menjadi kurang (Gambar 6 B).
bentuk saluran heksagonal yang
memanjang (Sheasby dan Pinner, 2001).
Ketebalan lapisan film hasil pro-
ses anodisasi akan bertambah sejalan
dengan waktu yang digunakan. Akan
tetapi, laju pertambahan ketebalan
lapisan oksida karena proses anodisasi
juga tergantung dari beberapa faktor
seperti konsentrasi, temperatur, tegang-
an dan rapat arus serta jenis paduan
logam.
Pertama, Konsentrasi Elektrolit Gambar 6 A Pengaruh tegangan pada
pada umumnya, larutan elektrolit yang anodisasi, pengaruh tegangan pada jarak
digunakan pada proses anodisasi adalah antar pori.
asam kromat dan asam sulfat. Akan
Gambar 6A Pengaruh tegangan Ketiga, Efek waktu pada proses
pada anodisasi, pengaruh tegangan anodisasi dari Gambar 7 dapat dilihat
pada jarak antar pori bahwa semakin lama waktu proses
anodisasi yang digunakan, maka sema-
kin tebal lapisan anodik yang terbentuk.
16
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
17
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
.............. (11) 5 3 05 16 38 40 95 05
18
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
lapisan yang dilakukan dengan meng- setelah dianodisasi dengan elektrolit 15%
gunakan alat uji FE_SEM (Field Emission vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 selama 7
Scanning Electron Microscopy), dengan menit.
merk FEI model Inspect F50. Dari
pengujian komposisi terhadap material
piston didapatkan hasil seperti yang ada
pada Tabel 2.
Bila dibandingkan dengan kom-
posisi paduan aluminium ADC12, maka
komposisi Si paduan alumunium bahan
piston melebihi standar JIS H5302,
begitu pula dengan kadar Cu yang
berada di bawah standar JIS H5302.
Pengujian kekerasan bahan
pada penelitian ini menggunakan metode Grafik 1 Hasil uji kekerasan dengan
indentasi mikro Vickers, dimana pada menggunakan tiga jenis elektrolit yang
permukaan material diberi beban sebe- berbeda
sar 50 gram. Indentor berbentuk piramida
intan dengan sudut antara permukaan
o
berlawanan 136 .
Nilai kekerasan Vickers dapat
dinyatakan dengan rumus (ASM Metals
Handbook vol. 8) : 1
21
9
19
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Dari Grafik 3 dapat dinyatakan Tabel 4 Hasil uji ketebalan lapisan oksida
bahwa nilai uji keausan yang terbaik
Waktu Tebal lapisan
dihasilkan dari proses anodisasi material anodisasi rata-rata
menggunakan elektrolit 15% vol. H2SO4 (menit) (µm)
+ 6% wt. H2C2O4, dengan waktu proses
3 53,33
7 menit. Material paduan aluminium
mengalami penurunan nilai keausan 5 74,29
-4
spesifik (W s) dari 3,04 x 10 mm /kg
2 7 83,81
(sebelum proses anodisasi) menjadi
-5 2
7,15 x 10 mm /kg (setelah proses
anodisasi selama 7 menit). Dengan
berkurangnya nilai keausan spesifik ma-
terial paduan aluminium ini, menjadikan
material lebih tahan aus dibandingkan
bila tidak dilakukan proses anodizing.
Adapun hasil uji ketebalan
lapisan oksida adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan, hasil pene-
litian dan data-data yang didapat-kan,
Gambar 12 Ketebalan lapisan oksida
dapat diambil kesimpulan sebagai ber-
hasil anodizing menggunakan elektrolit
ikut: Dari ketiga macam konsentrasi
15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 dengan
elektrolit yang digunakan pada proses
waktu 5 menit (FE_SEM 500x)
anodisasi yaitu : campuran asam oksalat
Tabel 4 merupakan hasil uji dari (H2C2O4) 6% wt. dan konsentrasi asam
ketebalan rata-rata yang menggunakan sulfat (H2SO4) 15, 20 dan 25% vol., maka
FE_SEM untuk anodizing dengan elek- asam sulfat 15% merupakan konsentrasi
trolit 15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 . yang terbaik dibandingkan dengan 2
(dua) konsentrasi lainnya, sedangkan
Dari Grafik 4 didapatkan ketebal-
waktu proses yang terbaik adalah 7
an lapisan oksida tertinggi pada anodi-
menit dibanding dengan 2 (dua) waktu
zing dengan elektrolit 15% vol. H2SO4 +
anodisasi yang lain. Bila dibandingkan
6% wt. H2C2O4 , waktu proses 7 menit,
dengan raw material, maka : pertama,
adalah 83,81 µm.
akan terjadi kekerasan material mening-
20
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
21
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 9 Juni 2014, revisi masuk : 18 Juli 2014, diterima: 29 Juli 2014
ABSTRACT
Competition superior product in the future become more and more stringent with
the increasing pace of economic development, industrial growth and technological
progress. This competition makes each industry should be more careful in formulating
policy formulation stratgi. Making the decision to get a superior product that suits your
needs and abilities required an accurate and effective decisions so that no one and
minimize the loss in terms of cost and time. This study uses the entropy method and
elactre II. Research with this method of ranking the results based on the amount of gain
dominance resulted in ranking the more partial and sensitive than perangkingan based
level. Criterion in this system is the turnover, labor, investment value, the target market,
the amount of raw materials and the number of firms in a superior product. This study
matches the accuracy of the system reaches 30%.
INTISARI
Kompetisi produk unggulan daerah semakin kedepannya menjadi semakin ketat
dengan meningkatnya laju perkembangan ekonomi, pertumbuhan industri dan kemajuan
teknologi. Persaingan ini membuat setiap industri harus lebih jeli dalam merumuskan
rumusan stratgi kebijakan. Pengambilan keputusan untuk mendapatkan produk unggulan
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan diperlukan suatu keputusan yang akurat
dan efektif agar tidak salah dan meminimalisir kerugian dalam dalam segi biaya dan
waktu. Penelitian ini menggunakan metode entropy dan electre II. Penelitian dengan
metode ini mendapatkan hasil perangkingan berdasarkan jumlah dominasi menghasilkan
perangkingan yang lebih parsial dan sensitif dibandingkan perangkingan berdasarkan
level. Kriteria dalam sitem ini adalah omset, tenaga kerja, nilai investasi, target pasar,
jumlah bahan baku dan jumlah perusahan dalam satu produk unggulan. Penelitian ini
mendapatkan hasil akurasi sistem yang mencapai 30%.
Kata kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Produk Unggulan, Entropy, Electre II.
yang dimiliki atau keunggulan produk pernah dilkukan oleh Arif Junaidi dkk
yang dihasilkan. Dalam konteks pengem- (2011). Dalam penelitinya didapatkan
bangan keunggulan tersebut pemerintah beberapa hasil dengan menggunakan
mulai pengembangkan konsep produk metode Entopy dan Electre II hasil
unggulan. Proses ini dilakuan dengan perangkingan berdasarkan jumlah domi-
mengidentifikasi produk-produk sebagai nasi menghasil perangkingan yang lebih
proses pengembangan sumber daya parsial dan sensitif dibandingkan dengan
lokal dan optimasi atas potensi ekonomi perangkingan berdasarkan level atau
daerah. tingkatan. Dalam penelitihan ini meng-
Permasalahan terjadi dalam pe- gunakan bebera kriteria biaya, pertisipasi
nentuan produk unggulan daerah yang masyarakat, jenis jembatan, tingkat keru-
struktur permasalahannya belum jelas. sakan, manfaat ekonomi, manfaat sosial.
Diperlukan suatu sistem pendukung ke- Berdasarkan analisis sensitifitas terha-
putusan pemecahan masalah dalam dap beberapa nilai threshold perangking-
memilih produk unggulan daerah untuk an menggunakan metode Electre II
menentukan proritas terbaik. Dalam pe- berdasarkan jumlah dominasi dan ber-
nelitian ini digunakan metode Electre II dasarkan level dalam permasalahan
dengan pembobotan berbasis entropy studi kasus ini, hasil perangkingan ber-
yang di harapkan mampu memberikan dasarkan jumlah dominasi menghasil
jawaban atas masalah–masalah yang perangkingan.
terjadi dalam pemilihan produk ungulan
daerah. METODE
Penelitian yang berhubungan Bobot adalah tingkat kepentingan
dengan Pemilihan produk unggulan relatif dari beberapa kriteria yang berada
pernah dilakukan oleh Setia Kurniawan dalam prioritas yang sama. Dalam pem-
(2012). Dalam penelitian tersebut meng- buatan derajat outtracking dari setiap
gunakan data produk unggulan daerah alternatif membutuhkan koefisien bobot
Bankalan dengan variabel kriterinya ada- untuk tiap kriteria. Namun apabila ter-
lah omset, tenaga kerja, target passar, dapat beberapa pengambil keputusan
asal bahan baku, jumlah bahan baku, (decision maker), pembobotan kriteria
dan jumlah perusahahan. Dimana dalam mungkin akan menjadi sulit karena setiap
penelitian ini mengunakan satu metode pengambil keputusan mempunyai prefe-
yaitu fuzzy analytical hierarchy process rensi yang berbeda-beda terhadap suatu
(FAHP) dengan tingkat akurasi aplikasi kriteria. Bobot tiap kriteria yang berbeda-
mencapai 20 %. beda terhadap suatu kriteria ditentukan
Penelitian yang berhubungan de- melalu opini respondens atau pengambil
ngan metode entropy pernah dilkukan keputusan. Rentang nilai dan metode
oleh Jamilah dan S.Hartini(2012). Dalam pemberian nilai yang luas namum ekfektif
penelitihan ini memberikan sebuah kepu- diantara kriteria, misalnya 1–10, 1 1-100.
tusan terhadap pemilihan subkotrak dan Konsep utama pembobotan en-
dengan mengunakan metode entropy. tropy adalah pengukuran j meleui fungsi
Sistem pengambilan keputusan dapat tertentu sesuai dengan kualitas informasi
menjadi alternatif bagi pihak perusahaan yang diberikan. Penilaian bobot kriteria j
untuk memilih subkontrak yang akan dilakukan melalui pengukkuran dispersi
memproduksi sarung tangan.dimana da- Dj.
lam penelitian ini menggunkan kriteria Langkah-langkah tahapan yang
kualitas, ketepatan waktu, harga, service. digunakan dalam metode entropy adalah
Terdapat perbedaan pada bobot yang sebagai berikut: Pertama, semua peng-
dihasillkan dengan menggunakan meto- ambil keputusan harus memberikan nilai
de entropy dengan bobot awal karena yang menunjukkan kepentingan suatu
pada bobot entropy data yang mempu- kriteria tertentu terhadap pengambilan
nyai range nilai yang besar dan mem- keputusan. Tiap pengambil keputusan
punyai variasi nilai yang tinggi. boleh menilai sesuai preferensinya ma-
Penelitian yang berhubungan sing-masing. Metode penilaian ini meng-
dengan metode entropy dan Electre II gunakan angka integer ganjil antara 1-10
23
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
dengan range score yaitu 1,3,5,7, dan 9. Salah satu kelebihan dari pende-
Angka tersebut menunjukan tingkat ke- katan entropy adalah kemampuannya
pentinggan tiap kriteria, mulai dari angka dalam mengakomodasi nilai bobot yang
1 sangat tidak penting atau sangat tidak berasal dari beberapa pembuat keputus-
memuaskan, sampai angka 9 sangat an.
penting atau memuaskan. Skala penilai- ELECTRE (Elimination and Cho-
an tersebut merupakan skala perban- ice Translation Reality) merupakan salah
dingan yang umumnya sering dipakai satu metode pengambilan keputusan
dalam penilian artibut kualitatif yang multikriteria berdasarkan pada konsep
selalu subjektif.seperti pada Tabel 1. outranking dengan menggunakan per-
bandingan berpasangan dari alternatif–
Tabel 1. Intensitas Kepentinggan alternatif berdasarkan setiap kriteria yang
sesuai.
Insentitas Keterangan Metode ini digunakan pada kon-
kepentingan disi dimana alternatif yang kurang sesuai
1 Sangat tidak dengan kriteria dieliminasi, dan alterna-
penting tive yang sesuai dapat dihasilkan. Jadi,
3 Kurang penting Electre digunakan untuk kasus yang
5 Cukup penting mempunyai banyak alternative dengan
7 Penting sedikit kriteria. Suatu alternatif dikatakan
mendominasi alternatif yang lainnya jika
9 Sangat penting
satu atau lebih kriterianya melebihi
(dibandingankan dengan kriteria dari
Kedua, Kurangkan tiap angka tersebut alternatif yang lain) dan sama dengan
dengan nilai paling ideal, hasil pe- kriteria lain yang tersisa. Metode ini
ngurangan tersebut dinyatakan dengan merupakan metode Electre yang dide-
kij. Ketiga, Bagi tiap nilai (kij) dengan sain untuk masalah perankingan. Pem-
jumlah total nilai dalam semua kriteria bentukan prosedur utamanya adalah
dengan rumus (1). kriteria nyata.
..................(1) Tahap-tahap Electre :Pertama,
normalisasi matrik keputusan dalam
tahap ini semua atribut diubah ke nilai
untuk m>1 yang comparable. Dapat dilakukan
dimana : dengan rumus (5).
m = jumlah pengambil keputusan
n = jumlah kriteria rij= , ............................(5)
Menghitung nilai entropy untuk tiap
kriteria dengan rumus (2). untuk1=1,2,3,...,m dan j=1,2,3,...,n.
..(2)
dimana : I : banyak alternatif
dimana : Ej = nilai bobot entropy J : banyak criteria
Menghitung dispersi tiap kriteria dengan rij : normalisasi matrik keputusan
rumus (3).
Sehingga didapat :
......................(3)
24
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Tahap ketiga, Menentukan concordance Dan nilai F dari tiap elemen matrik
dan discordance set. Untuk setiap pa- concordance didapat dengan :
sang alternatif k,l (k,l = 1,2,3,...,m;k ≠ l) =1, jika dan =0, jika
maka kumpulan kriteria j dibagi menjadi
dua subset yaitu concordance dan Discordance, dan nilai matrik do-
discordance. Dengan rumus(9) dan (10). minan pada matrik discordance juga
Concordance : didapat dengan bantuan nilai threshold :
Ckl = {j, ykl >= ylj } untuk j =
1,2,3,.,n.....(9)
Discordance : .................(14)
Dkl = {j, ykl < ylj } untuk j = =0, jika dan =1, jika
1,2,3...,n....(10)
Menghitung matrik concordance
dan discordance Untuk menentukan Selanjutnya tahap kelima, menentukan
matrik concordance maka dilakukan pen- agregate dominance
jumlahan dari bobot-bobot yangtermasuk Menentukan matrik agregate do-
dalam subset concordance dengan minantce dengan mengalikan matrik F
rumus (11) dan (12) dan G. Menggunakan rumus (15).
25
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
26
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
27
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 3 Mei 2014, revisi masuk : 17 Juni 2014, diterima: 1 Juli 2014
ABSTRACT
The development in technology, especially in electronic technology. Every
technology in many fields of study mostly need electronic device. Even door lock incur-
porate electronic technology to junction better.To make electronic key system follow few
steps. First, the planning to design electronic and mechanic system of the door lock.
Second, design the hardware and drill the PCB, Then assemble the electronic compo-
nents. Third, design of the software use algoritm from system. Fourth, flash the
assembler program into the IC AT89C51 and set it to hardware, next test the completed
system.The result, shows that the system can be applied to the door lock system with
time recording access. It uses Real Time Clock (RTC), Line Port Terminal (LPT), IC
AT89C51 and handphone siemens M35i as the interface system
INTISARI
Perkembangan teknologi saat ini, khususnya teknologi elektroniska mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Setiap teknologi di bidang apapun hampir seluruhnya
membutuhkan peralatan elektronis. Seperti kunci pintu yang bisa menggunakan tekno-
logi elektronis sebagai pengontrol sistemnya. Untuk membuat sistem kunci elektronis
terdapat beberapa tahapan. Pertama, membuat rencana desain sistem elektronis dan
mekanis kunci pintu. Kedua, desain perangkat-keras dan melakukan pengeboran PCB,
diteruskan memasang komponen elektronis. Ketiga desain perangkat-lunak program
dengan menggunakan algoritma sistem. Keempat, isikan program perancangan ke dalam
IC AT89C51 dan letakkan ke perangkat keras, selanjutnya coba sistem lengkapnya.
Hasilnya, sistem dapat diaplikasikan untuk sistem kunci pintu dengan perekam waktu
akses. Sistem ini menggunakan RTC, LPT, IC AT89C51 dan telpon genggam siemens
M35i sebagai sistem antarmukanya.
28
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
RST
Printer RTC
DS12C887 5 Vdc
29
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Unit catu daya dan charger, bagi- gai saklar tertutup dan tegangan dari
an Catu daya, regulator, dan charger VSS dapat mengalir melewati lilitan se-
terdiri dari penyearah D1 dan D2, regula- lenoid dan mengaktifkan selenoid
tor +5V U3 tipe 78XX, serta kondensator
filter C8, C9 dan C10. Skematik bagian catu LS1
daya dapat dilihat pada Gambar 3. VSS Selenoid
D4 1
1N 4002 2
R6 Q1
1k C 1815
POR T 1.4
Q2
C 1061
R9 R7
POT 240
(a) (b)
XTAL1
PSEN
Jadi sebelumnya tegangan pada CON4
1 RX
+ 100uF
C1
port 1.4 diberi tegangan pull-up se- 2 TX 10uF
RESET
3 Ring Y1
18
19
C3 C4
kondisi high. Saat sensor aktif tegangan
SW5
30pF 30pF
30
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
LD6
LD7 28
10
P2.7/A15 P0.7/AD7
32
1
misscall, maka sistem handphone akan 21
9 LD7
11
12
P3.0/RXD
P3.1/TXD
P3.2/INT0
P1.0
P1.1
P1.2
2
3
22 Strobe
13 4
mengumpan tegangan ke pin ring pada 10
23
Busy 14
RESET 9
P3.3/INT1
P3.4/T0
P1.3
P1.4
5
6
11 Busy RST P1.5 7
soket PDU yang akan terbaca sebagai 24
12
15
16 P3.5/T1
P1.6
P1.7
8
XTAL2
XTAL1
program akan memanggil data dari C1
10uF
PSEN
+ 100uF
RESET
handphone dengan menggunakan nama + Y1
18
19
11.0592MHz
SW5
C3 C4
30pF 30pF
AT-Command-nya. Data yang dikirim R2
8k2
2 SMOD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
+
Anoda
Catoda
Baudrate Mode 1 = x (laju
GND
VCC
VEE
RS
RW
EN
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
GND
VEE
32
GND
U2
limpahan Timer 1) 21
22 P2.0/A8
AT89C51
P0.0/AD0
39
38
D0
D1
P2.1/A9 P0.1/AD1
Dengan SMOD=1, diinginkan baudrate 23
24
25
P2.2/A10
P2.3/A11
P0.2/AD2
P0.3/AD3
37
36
35
D2
D3
D4
P2.4/A12 P0.4/AD4
19200, maka 26
27
28
P2.5/A13
P2.6/A14
P0.5/AD5
P0.6/AD6
34
33
32
D5
D6
D7
P2.7/A15 P0.7/AD7
21 10
11 P3.0/RXD P1.0
1
2
RS
RW
19200 = x Laju limpahan 12
13
P3.1/TXD
P3.2/INT0
P1.1
P1.2
3
4
EN
Nu
32 14
9
P3.3/INT1
P3.4/T0
RST
P1.3
P1.4
P1.5
5
6
7
RS
RW
2
3
1
VCC
P1.6
Timer1: Laju limpahan Time1=16x19200 C1
15
16
17
P3.5/T1
P3.6/WR
P1.7
8
VCC
EN
Nu
4
5
6
R1
10k SIP 9
= 307.200 kali/detik. Unit antar muka 10uF 30 P3.7/RD 31 7
RESET
29 ALE/PROG EA/VPP C5 8
XTAL2
XTAL1
+ PSEN
+ 100uF 9
printer Gambar 7.
SW5
Y1
Sebelum pengprint-nan harus
18
19
11.0592MHz
R2 C3 C4
dilihat dulu kondisi printer, sinyal busy 8k2 30pF 30pF
31
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
U1 R8
(penyalaan), waktu reset dijaga low ha-
PORT
PORT
0.0
0.1
4
5
DS12887
AD0
AD1
MOT
SQW
1
23
1k
+ C2 R4
rus melebihi 200 ms untuk meyakinkan
6 10uF
PORT
PORT
PORT
0.2
0.3
0.4
7
8
AD2
AD3
AD4
RST
18
bahwa timer internal dari RTC untuk
9
PORT
PORT
PORT
0.5
0.6
0.7
10
11
AD5
AD6
AD7 14 P3.5
8k2
penyalaan telah cukup.
AS
19
IRQ
DS
R/W
CS
17
15
13
P3.6
P3.7
ALE/PROG
Proses setting waktu RTC diatur
AS 2 1
VCC menggunakan keypad dengan mengam-
DS
R/W
CS
3
4
5 R1
bil status data bit port 1.4, port 1.5, port
10k SIP 9
1.6 dan port 1.5. Sebagai contoh: pada
keypad SET ditekan maka arus jenuh
(a) yang ada pada port 1.4 akan mengalir
PORT 1.4
SET VCC sehingga akan menimbulkan detak pul-
ENTER 2 1
PORT 1.5
PORT 1.6
UP 3 sa yang kemudian akan diartikan oleh
DOWN 4
PORT 1.7
SET 6
5 R1
10k SIP 9
program pada mikrokontroler AT89C51
ENTER 7
UP 8
sebagai logika high atau 1, kemudian
DOWN 9
akan terjadi runtun run program. Pada
SET
ENTER
UP
DOWN
DOWN
SW2
UP
SW3
SW4
32
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
wer alat diputus, perhitungan waktu RTC tersimpan pada program. Sebelumnya
tidak perlu di-setting ulang. data dari handphone dipanggil dengan
Pin kendali yang terdapat pada AT-Command-nya. Berikut flowchart Ke-
rangkaian RTC adalah sebagai berikut : seluruhan sistem kunci elektronis deng-
Pertama-tama, Pin R/W berfungsi seba- an perekam waktu akses. Proses dan
gai pengendalai data yang menyatakan tahap-tahap perancangan perangkat lu-
apakah data tersebut akan ditulis atau nak (software) dijelaskan mengunakan
dibaca. Kedua, Pin AS berfungsi seba- algoritma sebagai berikut:
gai penentu alamat data. Kemudian
ketiga, Pin DS berfungsi pada proses Step 1. Load bit port mikro
penulisan, pulsa positif pada DS akan Step 2. Identifikasi memory RTC
me-latch data yang ditulis. Dan ke- Step 3. Inisialisasi memory mikro
empat, Pin CS berfungsi sebagai pin Step 4. Inisialisasi LCD
untuk mengakses bus cycle RTC. Saat Step 5. Inisialisasi RTC
VCC dibawah 4,25 volt, RTC secara Step 6. Format tampilan waktu
internal menghalangi akses dengan cara Step 7. Jalankan rutin display data rtc ke
secara internal tidak mengaktifkan input lcd
CS. Proses ini akan melindungi baik data Step 8. Jalankan rutin tampilan lcd setiap
RTC maupun data pada RAM saat tidak ada perubahan kondisi
ada catu daya. Step 9. Baca kondisi logika sensor pin-
Perancangan Perangkat Lunak, tu, apakah = 1? Jika tidak terus
atau program ditulis dalam bahasa ke proses step 10, jika ya lang-
assembler MCS 51 yang merupakan sung lompat ke proses step 12
bahasa standar untuk mikrokontroler pro- Step 10. Subrutin untuk menjalankan
duksi Atmel. Kemudian dari bahasa proses print “Word_Goodbye”
assembler tersebut harus diubah ke da- sebanyak 1 karakter melalui
lam bentuk ekstensi HEX. Hal ini karena port data. Dan pintu tertutup.
IC hanya dapat menerima data dalam Step 11. Selesai (End)
bentuk HEX. Start
wujud apa, berapa jumlah output sistem Laboratotium Key Open At : time, date: Terima id data
date (data serial)
yes misscall
handphone
tgl --:--:--
33
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Step 11. Baca kondisi pin ring, apakah = pembacaan logika high dan low. Sesuai
1? Jika ya jalankan ke pro-ses dengan datasheet dari LCD ADT2040
selanjutnya tegangan akan terbaca high oleh pin 8 bit
Step 12. Kirim AT Command untuk dan driver kontrol LCD bila bernilai +2,2
pembacaan list misscall
Step 13. Baca list misscall dari hand- volt, dan terbaca low bila +0,6 volt. Jadi
phone
Step 14. Baca kondisi printer siap atau sistem keluaran dari mikro-kontroler telah
tidak? Jika siap jalankan pro- mencukupi tegangan dari pembacaan
ses step 14 , jika tidak jalan- LCD.
kan proses step 13 Kondisi pengaturan pin RS dan
Step 15. Tunggu sampai printer siap EN(CS) memiliki prasyarat tegangan
Step 16. Subrutin untuk menjalankan VIH=2,2V-5V, VIL=0,6V, VOH=2,4V,
proses print “Word_Welcome” VOL=0,4V. Dengan ketentuan ini,
sebanyak 1 karakter melalui saluran I/O mikrokontroler U2 dapat
port data digunakan untuk pengemudian secara
Step 17. Kirim AT Command untuk pem- langsung (Direct point).
bacaan list misscall Pengujian keypad, hasil penguji-
Step 18. Terima dan baca list misscall an tegangan pada pin keypad terlihat
dari handphone pada Tabel 3:
Step 19. Bandingkan id pembacaan list
miscall dengan id yang sudah Tabel 3. Hasil Pengujian Tegangan pada
diprogram Keypad
Step 20. Jika tidak sama, selesai
Step 21. Jika sama id pembacaan dan id Tegang
Teg.
terprogram maka lanjutkan pro- Pin Mikro- an Kete-
Logika
kontroler Logika rangan
ses Low
High
Step 22. Jalankan proses pembuka pintu
P1.4 +5V +0,6V SET
Step 23. Selesai (End), kembali ke
proses step 8 P1.5 +5V +0,6V ENTER
P1.6 +5V +0,6V UP
P1.7 +5V +0,6V DOWN
PEMBAHASAN
Pengujian LCD ADT2040, Seba-
gaimana hasilnya diperlihatkan pada Di dalam sistem rangkaian alat,
Tabel 2. saluran I/O untuk SW up & SW down
telah dilengkapi dengan R pull-up sebe-
Tabel 2. Hasil Pengujian Tegangan pada sar1KΩ.:(Siemens AG ICmobile Mobile
LCD Devices, 2001).Pemasangan R pull-up ini
akan mengubah nilai nominal VIH menjadi
Tegang- sebesar
Pin Teg.
Mikrokon-
an
Logika
Kete- VIL= 0.2 VCC - 0.1
Logika rangan VIH= 0.2 VCC + 0.9
troler Low
High
P0.0 (D0) +4,4V +0,2V
IIL= -50 µA
P0.1 (D1) +4,4V +0,2V ITL= -750 µA (transisi dari logika 0 ke
P0.2 (D2) +4,4V +0,2V logika 1)
P0.3 (D3) +4,4V +0,2V Kondisi ILI= -10 µA untuk 0 < VIN < VCC
P0.4 (D4) +4,4V +0,2V pada
P0.5 (D5) +4,4V +0,2V tampilan
I=V/R = 5V/1K = 0,005A = 5mA
P0.6 (D6) +4,4V +0,2V awal
P0.7 (D7) +4,4V +0,2V LCD Pada Gambar 11a. terlihat bah-
P1.0 (RS) +4,9V +0,2V wa frekuensi yang digunakan adalah
P1.1 (RW) +4,9V +0,2V
P1.2 (EN) +4,9V +0,2V
sebe-sar 11,06 MHz. Gelombang keluar-
an XTAL2 lebih besar daripada XTAL1
Tegangan dari masukan dari pin yang menunjukan bahwa sistem clock
mikrokontroler telah mencukupi tegang- dari mikrokontroler telah bekerja dengan
an yang dibutuhkan oleh LCD untuk baik.
34
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
(a)
35
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
maka semakin kecil tegangan riak dan Gambar 13. Keluaran kapasitor pada te-
faktor riak yang dihasilkan. Semakin be- gangan maksimum.
sar kapasitas kapasitor, maka semakin
kecil riak. Pengujian penyearah dan peng-
ujian filter, berfungsi menghilangkan riak
yang terbentuk akibat pengubahan ac ke
dc. Semakin besar kapasitor yang dipa-
sang, maka semakin kecil riak yang
terbentuk sesuai. Akan tetapi semakin
besar nilai kapasitor, akan menghasil-kan
waktu tunda yang besar akibat adanya
pengisian dan pengosongan ka-pasitor.
Sinyal keluaran filter dengan
kapasitor 2200 μF diberikan dalam
Gambar 13.
Dari hasil pengukuran diperoleh, regulator U3 berada dalam status
Vm=20 volt, Vr= 7,386 volt. Quiescent Current Change sebesar 5
7,386 mA ≤ IO ≤ 1A. Oleh karena itu peng-
Vdc 20 16,307 volt gunaan transformator T1 tidak boleh
2 kurang dari total penarikan arus. Bila
V 7,386 terjadi faktor kekurangan arus maka
Vrms r 5,224volt sistem akan error, untuk menjadikan sis-
2 3 2 3 tem normal kembali harus dilakukan
5,224 reset ulang pada sistem mikrokontroler-
r 0,2612 26,12%
20 nya.
Keluaran regulator U3 dapat
Tabel 5. Pengujian Catu Daya dipertahankan stabil +5V selama tidak
terjadi Quiescent Current Change yang
Tegangan mengakibatkan penarikan arus secara
No Test Point Ket berlebihan terhadap arus keluaran lilitan
(V) sekunder transformator T1.
36
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
37
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 16 April 2014, revisi masuk : 8 Juli 2014, diterima: 28 Juli 2014
ABSTRACT
Batik wastewater in the hamlet Mendiro and Sembungan, Village Gulurejo,
District LendahKulonProgo Regency is still a problem for batik craftsmen and society.
Contamination of well water and river water in the Village Gulurejo due batik effluent,
causing adverse health effects and cause a skin disease such asItchingand other skin
disorders.The purpose of this IbM program is to increase knowledge about the
technology and batik effluent treatment procedures batik so that the quality of effluent
discharged to the environment according to the Liquid Waste Quality Batik is valid and
does not pollute the environment. To achieve these objectives there should be a batik
wastewater treatment equipment that is easy in operation and can be used
interchangeably by batik craftsmen. Achieved results or findings is the realization of
sewage treatment plants in the form of batik assemblies elektrokoagulan engineering
technology with a method that is effective, efficient, easy in operation and requires a
power source of120 watts. Wastewater treatment plant that includes batik: batik waste
tank capacity of 500 liters; elektrokoagulan tub capacity of 100 liters; 2 bath deposition
capacity of 4,000 liters; 3 bath filtration capacity of 6000 liters which includes coral filter
media, split and sand & activatedcharcoal.
INTISARI
Limbah cair batik di Pedukuhan Mendiro dan Sembungan, Kelurahan Gulurejo,
Kecamatan Lendah Kabupaten Kulonprogo masih menjadi problem bagi pengrajin batik
dan masyarakat. Terkontaminasinya air sumur maupun air sungai di Kelurahan Gulurejo
akibat limbah cair pengrajin batik, menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan dan
berakibat timbulnya penyakit kulit seperti gatal gatal dan gangguan kulit lainnya. Tujuan
program IbM ini adalah meningkatkan pengetahuan pengrajin batik tentang teknologi dan
prosedur pengolahan limbah cair batik sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke
lingkungan sesuai Baku Mutu Limbah Cair Batik yang berlaku serta tidak mencemari
lingkungan. Guna tercapainya tujuan tersebut harus ada alat pengolahan limbah cair
batik yang mudah dalam operasionalnya dan bisa digunakan oleh pengrajin batik secara
bergantian. Hasil atau temuan yang dicapai adalah terwujudnya instalasi pengolahan
limbah cair batik berupa rakitan teknologi rekayasa dengan metode elektrokoagulan yang
efektif, efisien, mudah dalam operasionalnya dan membutuhkan sumber daya listrik 120
watt. Instalasi pengolahan limbah cair batik yang meliputi: bak penampung limbah batik
kapasitas 500 liter; bak elektrokoagulan kapasitas 100 liter; 2 bak pengendapan
kapasitas 4.000 liter; 3 bak filtrasi kapasitas 6000 liter yaitu meliputi media filter koral,
split serta pasir & arang aktif.
1
tiwiyul@yahoo.co.id, 38
2
gatsan@akprind.ac.id,
3
walyojok@yahoo.co.id
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
39
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
rakitan teknologi rekayasa dengan meto- perlu diproses lebih lanjut dengan filtrasi,
de elektrokoagulan. Dengan adanya alat dengan tujuan air kembali menjadi air
ini diharapkan dapat meningkatkan pe- baku yang memenuhi ambang batas air
ngetahuan pengrajin batik mitra tentang baku. Endapan akan menjadi lumpur,
teknologi dan prosedur pengolahan dengan periode waktu tertentu diambil
limbah cair batik, sehingga kualitas lim- dari bak sedimentasi dan limbah padat ini
bah cair yang dibuang ke lingkungan juga perlu diolah lebihlanjut (Metcalf &
sesuai Baku Mutu Limbah Cair Batik Eddy, 2003).
yang berlaku dan tidak mencemari ling- Pada proses filtrasi digunakan
kungan. media yang mudah didapat dan murah
Target dan Temuan/Inovasi, agar harganya, dalam hal ini sebagai tahap
pencemaran lingkungan yang terjadi di awal penyaringan digunakan media batu
kawasan pengrajin batik Kelurahan Gu- koral 30 mm, pada tahap ini air dibersih-
lurejo terutama di Dukuh Mendiro dan kan dari kotoran yang berukuran besar
Sembungan dapat diminimalisasi, maka sehingga tidak mengganggu pada proses
dilakukan rancang bangun instalasi penyaringan berikutnya. Setelah air tebe-
pengolahan limbah cair batik. Alat ini bas dari kotoran, air masih perlu difilter
terdiri dari: bak penampung limbah batik kembali yaitu tahap penyaringan berikut-
kapasitas 500 liter; bak elektrokoagulan nya dengan menggunakan media split 10
kapasitas 100 liiter; 2 bak pengendapan mm dengan tujuan air menjadi lebih
kapasitas 4.000 liter; 3 bak filtrasi volume jernih. Sebagai langkah terakhir agar air
6000 liter; yaitu meliputi media filter koral, menjadi bersih dan jernih dan tidak bau
split serta pasir dan arang aktif. digunakan media pasir dan arang aktif
Untuk mengoperasionalkan ins- (Davis& Conwell, 1991).
talasi ini, membutuhkan sumber daya
listrik sebesar 120 watt, dan mampu
METODE
mengolah limbah cair batik sebanyak 100
Materi pengabdian masyarakat
Liter/jam.
dilakukan di Dukuh Mendiro dan Sem-
Pengolahan limbah cair batik
bungan, Kelurahan Gulurejo, Kecamatan
dengan metode elektrokoagulan diharap-
Lendah, Kabupaten Kulon Progo, karena
kan bias menjawab persoalan yang
pada daerah tersebut ada sejumlah
dihadapi industri batik dalam pengolahan
pengrajin batik yang belum mengelola air
limbahnya, karena dengan metode ini
limbahnya dengan benar karena berwar-
proses pengolahan menjadi sederhana
na keruh dan pekat. Hal ini masih menja-
dan murah. Prinsip kerjanya adalah
di problem bagi pengrajin batik dan
limbah cair batik, dalam hal ini zat pewar-
masyarakat, karena dapat mengkontami-
na tekstil setelah dipakai dalam proses
nasi air sumur maupun air sungai di
pencelupan ditampung dalam bak pe-
Kelurahan Gulurejo, sehingga menye-
nampung limbah. Dari bak penampung
babkan dampak buruk terhadap kesehat-
dialirkan dengan debit tertentu sesuai
an dan berakibat timbulnya penyakit kulit
dengan waktu tinggal yang diharapkan
seperti gatal-gatal dan gangguan kulit
ke dalam bak elektrokoagulan. Di dalam
lainnya.
unit initerjadi proses elektrokimia,yaitu
Solusi yang dilakukan terhadap
limbah batik dilewatkan lempeng-lem-
permasalahan tersebut di atas adalah
peng logam sebagai anoda dan katoda
melalui pendekatan dengan pemerintah
yang dialiri arus listrik sehingga timbul
Kelurahan Gulurejo dan dengan masya-
gelembung-gelembung udara dan ter-
rakat pengrajin batik di Pedukuhan
bentuk flok-flok (Eckenfelder, 2000 dan
Mendiro dan Sembungan untuk mensi-
Hammer, 2004).
nergikan kegiatan-kegiatan dalam pro-
Setelah terbentuk flok, limbah
gram pemerintah desa khususnya yang
dialirkan ke dalam bak pengendapan,
berkaitan dengan permasalahan untuk
flok akan mengikat zat pewarna sehing-
menanggulangi pencemaran lingkungan
ga dalam unit ini zat pewarna akan
akibat limbah cair batik. Terutama untuk
terpisah dari air dan mengendap. Air
pengrajin batik yang kesulitan mengolah
yang sudah terpisah dengan zat pewarna
limbah cair batik di Pedukuhan Mendiro
40
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
41
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
42
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Gambar 6. Instalasi pengolahan limbah cair batik yang sudah terpasang di lokasi mitra
pengrajin batik di Kelurahan Gulurejo, Kecamatan Lendah Kulon Progo
Cara Kerja Instalasi Pengolahan batik akan melalui tiga tahap penyaringan
Limbah Cair Batik yang sudah terpasang di yang meliputi: koral, split, serta pasir dan
lokasi mitra pengrajin batik di Kelurah-an arang aktif.
Gulurejo, Kecamatan Lendah Kulon Progo Kelima, endapan akan menjadi
yaitu: Pertama, limbahcair batik yang lumpur, dengan periode waktu tertentu,
mengandung zat pewarna, setelah dipakai diambil dari bak sedimentasi dan limbah padat
dalam proses pencelupan ditam-pung dalam ini juga perlu diolah lebih lanjut (Metcalf &
bak penampung limbah. Eddy, 2003).
Kedua, selanjutnya limbah di-alirkan Keenam, pada proses filtrasi
ke dalam bak elektokoagulan sampai penuh. digunakan media yang mudah didapat dan
Proses elektrokoagulasi diaktifkan dengan murah harganya, dalam hal ini sebagai tahap
menghidupkan tombol on pada panel travo, awal penyaringan diguna-kan media batukoral
dan berlangsung kurang lebih 1 jam. Di dalam 30 mm, pada tahap ini air dibersihkan dari
unit ini terjadi proses elektrokimia yaitu limbah kotoran yang berukuran besar, sehingga tidak
cair batik dilewatkan lempeng-lempeng logam meng-ganggu pada proses penyaringan be-
sebagai anoda dan katoda yang dialiri arus rikutnya.
listrik sehingga timbul gelem-bung-gelembung Dan Ketuju, setelah air limbah
udara dan terbentuk flok-flok (Eckenfelder, terbebas dari kotoran, air masih perlu difilter
2000 dan Ham-mer, 2004). kembali yaitu tahap penyaringan berikutnya
Ketiga, setelah terbentuk flok, limbah dengan menggunakan media split 10 mm
dialirkan ke dalam bak peng-endapan, flok bertujuan agar air menjadi lebih jernih.
akan mengikat zat pewar-na sehingga dalam Sebagai langkah terakhir agar air menjadi
unit ini zat pewarna akan terpisah dari air dan bersih dan jernih dan tidak bau digunakan
mengendap. Waktu tinggal di bak media pasir dan arang aktif (Davis& Conwell,
pengendapan kurang lebih 40 jam agar flok 1991).
yang ter-bentuk dapat mengendap. Data Hasil Instalasi pengolahan
Keempat, ketika limbah cair batik di limbah cair batik dengan metode elektro-
bak pengendapan sudah penuh, maka akan koagulasi yang dilengkapo preses
terjadi overflow dan limbah cair yang sudah pengendapan dan filtrasi adalah meru-pakan
terpisah dengan endap-an akan mengalir metode yang tidak menggunakan bahan-
menuju bak filtrasi. Di bak filtrasi limbah cair bahan kimia, katalis maupun suhu tinggi.
43
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Karena elektroda yang digunakan dapat besar tegangan yang diberikan semakin besar
berfungsi sebagai katalis dan tempat oksidasi, arus yang mengalir pada larutan, sehingga
jadi metode ini hanya membutuhkan arus atau menyebabkan semakin cepat reaksi pemben-
potensial dalam jumlah yang kecil. tukan hidroksida koagulan.
Berdasarkan penelitian yang sudah dila-kukan Penurunan konsentrasi warna, COD
oleh Angga Arifianto dkk (2014) seperti di dan TDS dalam limbah cair batik terjadi karena
bawah ini. reaksi antara spesies aktif dengan senyawa
organik menjadi molekul air. Sebagian besar
Tabel 2.Hasil analisis kadar COD, war-na, spesies aktif yang terbentuk merupakan oksi-
TDS dengan variasi voltase dan waktu kontak dator kuat. Diantara spesies aktif yang
9 menit terbentuk, radikal hidroksil (•OH) dan Hidrogen
Peroksida (H2O2) merupakan spesies yang
Voltase Parameter
(volt) COD Warna TDS berperan penting dalam penguraian senyawa
(mg/L) (PtCo) (mg/L) organik dalam limbah cair (Tchobanoglous,
0 235,33 215,66 2.118,66 2003). Senyawa organik yang terkandung
20 212,66 164,33 1.816,66 dalam limbah akan terurai menjadi CO2 dan
40 189,66 117.33 1.649,33 H2O.
60 153,66 73.66 1.434.66 Pemeliharaan dan Perawatan Instalasi
80 126,33 49.66 1.341.33 Pengolahan Limbah Cair Batik, berdasarkan
100 100,00 43.00 1.292,66 pada Gambar 1, maka program pemeliharaan
Baku dan perawatan instalasi pengolahan limbah
100 100 1000
Mutu*
*Baku Mutu Limbah Cair Batik menurut Keputusan
cair batik sebagai berikut:
Gubernur DIY Nomor 7 Tahun 2010 Pertama, bak penampung lim-bah ini
terbuat dari pelat stainless steel, agar tidak
Data hasil analisis kadar COD, warna cepat berkarat akibat kontak dengan limbah
dan TDS dengan menggunakan variasi cair batik maka harus dibersihkan secara rutin
voltase dan waktu kontak hanya 9 menit dari kotoran dan endapan yang terbentuk
seperti tertera di tabel 2, ternyata hasilnya termasuk menjaga saluran pipa agar tidak
sudah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair terjadi sumbatan.
Batik menurut Keputusan Gubernur DIY Kedua, bak elektrokoagulan ter-buat
Nomor 7 Tahun 2010. Karena semakin besar dari bahan stainlees stell untuk menjaga agar
voltase yang digunakan dengan waktu kontak tidak cepat berkarat, maka flok yang terbentuk
yang semakin lama akan meningkatkan harus diambil secara berkala, karena dii bak
kualitas limbah cair batik dan endapan atau elektrokoagulan terjadi proses elektrokimia
flok yang dihasilkan akan semakin banyak, antara limbah cair batik dan lempeng-lempeng
seperti instalasi pengolahan limbah cair batik anoda dan katoda yang pada akhirnya
yang sudah berhasil dibuat untuk pengrajin terbentuk flok. Rangkaian elektrik di bak ini
batik di Kelurahan Gulurejo dengan waktu harus dioperasional sesuai prosedur dan
kontak selama kurang lebih 1 jam dan proses dijaga supaya tidak kena air agar tidak terjadi
pengolahannya dilengkapi proses-proses lain hubungan singkat.
seperti pengendapan dan filtrasi. Ketiga, bak filtrasi terbuat dari pelat
Pengolahan dengan metode elektro- stainless steel, maka untuk menghindari cepat
koagulasi menghasilkan gumpalan padat dan berkarat maka endapan yang terbentuk harus
selanjutnya dapat dilan-jutkan engan unit solid diambil secara rutin termasuk menjaga agar
separation. Tidak diperlukannya bahan kimia instalasi pipa tidak tersumbat. Hal lain yang
koagulan membuat produk padatan yang harus diperhatikan adalah media penya-ringan
relatif lebih kecil. Perlu diperhatikan bahwa, yang digunakan seperti batu koral, pasir dan
logam yang digunakan sebagai elektroda akan arang aktif, kalau sudah jenuh maka harus
terkikis karena proses oksidasi. Selain itu, dibersihkan atau diganti.
konsumsi energi listrik perlu dipertimbangkan. Keempat, bak pengendapan terbuat
Namun demikian, metode ini dapat mereduksi dari bahan stainless steel agar tidak mudah
kebutuhan lahan dan zat kimia yang diper- berkarat maka endapan yang terbentuk harus
lukan dalam pengolahan. diambil secara rutin, termasuk menjaga
Konstanta adsorbsi zat warna meru- saluran pipa agar tidak tersumbat.
pakan fungsi kesebandingan dari voltase yang Kelima, sistem perpipan secara kese-
diberikan, dengan kata lain laju adsorbsi zat luruhan harus dijaga agar tidak terjadi pe-
warna sebanding dengan voltase elektrolisis nyumbatan, kalau terjadi kebocoran harus
besi. Proses ini terjadi karena adanya per- segera diperbaiki.Keenam, sistem elektrik
bedaan muatan pada kedua partikel tersebut harus dirawat agar tidak terjadi hubungan
(zat warna dan besi hidroksida). Semakin singkat dan diusahakan agar tidak kena air.
44
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
45
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 3 Mei 2014, revisi masuk : 12 Juni 2014, diterima: 24 Juli 2014
ABSTRACT
The high demand and limited availability meat in the market cause the pricesto be
expensive, and increasingly traders that rotten the meat mixinto the fresh meat. To
avoidthe risk, people should know the characteristics ofrotten meat and fresh. This
research was development of previous research that develops a to olto identification the
fresh meat and rotten with RGB color sensor.This research developed a to olto
identification fresh meat and rotten using a digital pH meter senso rbased on value of
acidic, basic, or neutral. pH meter works based on pH sensor, theg lass electrode. Digital
pH meter works by comparing the potential difference at the sensor electrode with Hions
at the meat. By using Op-Amp as a voltage amplifier with higher input impedance, then it
can be display a signal voltage(mV) that converted to digital format byt he ADC(Analog to
Digital Converter) that it can be displayed and read able on the LCD screen.
Keywords: acidic, basic, digital pH Meter, fresh meat, glass electrode, rotten meat.
INTISARI
Tingginya kebutuhan daging dan terbatasnya ketersediaan daging di pasaran,
menyebabkan harga daging menjadi mahal dan semakin banyak pedagang daging nakal
yang mencampurkan daging busuk ke dalam daging segar. Untuk menghindari resiko,
masyarakat sebagai konsumen harus mewaspadainya dan mengetahui karakteristik
daging busuk dan perbedaannya dengan daging segar. Penelitian ini merupakan
kelanjutan hasil penelitian sebelumnya yang berhasil mengembangkan alat identifikasi
daging segar dan busuk berdasarkan sensor warna RGB.Penelitian ini merancang alat
identifikasi daging sebagai alat bantu untuk konsumen pada umumnya dan petugas
instansi terkait pada khususnya dalam mengidentifikasi daging yang beredar di pasaran,
apakah daging yang dijual oleh pedagang benar-benar daging segar atau daging busuk.
Peralatan dikembangkan berdasarkan sensor pH meter digital,yaitu alat pengukur pH
yang digunakan untuk mengetahui apakah daging dalam keadaan segar ataukah sudah
busuk berdasarkan pada nilai asam, basa, atau netral. pH meter digital bekerja
menggunakan sensor pH berupa elektroda gelas. Prinsip kerja pH meter digital adalah
membandingkan perbedaan potensial dari elektroda pada sensor dengan ion elektron
+
khususnya H pada daging yang diukur. Dengan menggunakan penguatan tegangan Op-
Amp yang memiliki impedansi input tinggi dapat ditampilkannya sinyal berupa tegangan
(mV) yang diubah kebentuk digital menggunakan Analog to Digital Convertersehingga
nilai penguatan pH dapat ditampilkan dan terbaca pada layar LCD/peraga (display).
kata kunci:asam, daging busuk, daging segar,pH Meter Digital, elektroda gelas.
46
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
dikonsumsi. Secara umum daging yang senyawa yang berifat asam maupun
sehat dan baik adalah daging yang ber- basa (Day dan Underwood 2002).
asal dari ternakyang sehat, disembelih di Penelitian dan publikasi tentang
tempat pemotongan resmi, kemudian penggunaan sensor warna pernah dila-
diperiksa, diangkut dengan kendaraan kukan oleh Singh,dkk.(2003) yang mene-
khusus dan dijual di pasar maupun di su- liti perbandingan deteksi wajah yang
permarket atau di los dagingpasar yang dikendalikan oleh background warna
bersih dan higienis. menggunakan ruang warna RGB, YcbCr,
Tingginya kebutuhan masyarakat dan HSI. Penggunaan sistem warna ini
terhadap daging pada setiap harinya dan lebih efisien meskipun belum mampu
tingginya harga daging, serta langkanya memberikan hasil yang terbaik. Santosa
daging di pasaran menyebabkansemakin (2007)meneliti tentang pembuatan robot
banyak pedagang daging nakal mencoba mesin sortir dengan embedded system.
mencampurkan daging segar dengan da- Hasil yang diperoleh dari adalah berupa
ging yang sudah rusak. Hal ini dilakukan alat scanning warna dan mekanisme
untuk memperoleh keuntungan yang le- sortir benda setelah di-scan.Robot ini
bih besar, walaupun dengan cara yang digunakan sebagai alat bantuuntuk
tidak dibenarkan atau tidak halal, se- menyeleksi warna suatu benda,sehingga
hingga merugikan konsumen. Kondisi warna setiap benda yang disensor akan
tersebut menjadi alasan diperlukannya terlihat nilai RGB-nya. Nilai yang didapat
perangkat alat bantu untuk dapat men- akan dicocokkan dengan tabel data yang
deteksi kondisi daging yang dikonsumsi ada dengan batasan nilai tertentu untuk
oleh masyarakat. Penelitian ini merupa- masing-masing nilai R, G, dan B. Dari
kan pengembangan dari penelitian se- hasil sensor dapat diketahui nilai
belumnya, yaitu mebuat alat identifikasi warnanya.Benda yang sudah disensor
daging segar dan busuk menggunakan akan diletakkan pada tabung dengan
pH meter digital. Tujuan dari penelitian ini warna tertentu sesuai dengan warna
adalah menghasilkan rancangan teknolo- benda. Tabung-tabung akan menyesuai-
gi sederhana untuk indentifikasi daging kan pada posisi tertentu sesuai dengan
segar dan busuk menggunakan sensor nilai warna benda dengan cara
warna RGB dan kadar pH pada daging digerakanoleh motor servo. Penentuan
dengan sensor elektroda gelas. Hasil gerak motor servo diperoleh dengan
rancangan alat diharapkan dapat mem- caramengatur jarak pulsa sesuai dengan
bantu masyarakat atau petugas dari tabung yang dibuat. Antara tabung yang
instansi terkait untuk mengidentifikasi satu dengan lainnya akan mempunyai
kondisi dagingdipasaran, apakah layak jarak pulsa yang berbeda. Penelitian
konsumsi atau tidak layak konsumsi, Indrajaya (2002) berhasil mengembang-
dengan cara melihat nilai kekuatan kan prototipe alat pencampur cat oto-
warna dan kadar pH pada daging. matis.Prototipe ini terdiri atas sebuah
Biasanya pengukuran pH secara konveyoruntuk menggerakkan kontainer,
analog dilakukan dengan menggunakan solenoida untuk membuka dan menutup
kertas lakmus yang dicelupkan ke dalam valve pada tangki, sensor infra-red LED
larutan.Kemudian kertas tersebut akan sebagai proximity switch, dan motor DC
berubah warna menjadi warna-warna untuk mengangkat dan menurunkan
tertentu.Warna kertas lakmus yang telah timbangan A dan timbangan B, meng-
berubah tersebut kemudian dibandingkan gerakkan lengan Z, dan mengaduk cat.
dengan pengukur pH/kertas pH yang Sistem kerja dari prototipe ini adalah
terdiri dari beberapa warna yang menan- mengisikontainer dengan cat yang terd-
dakan nilai pH. Setiap larutan memiliki apat pada tangki A dan tangki B. Metode
nilai pH yang berbeda, tergantung dari yang dipakai untuk mendapatkan
larutan itu sendiri. Untuk larutan kadar perbandingan warna cat tertentu dilaku-
asam memiliki nilai di bawah 7 dan larut- kan dengan cara menimbang berat
an kadar basa memiliki nilai di atas 7. masing-masing warna cat dengan suatu
Nilai pH 7 adalah netral, berarti larutan transducer LVDT, sesuai dengan setting
tersebut tidak terdapat bahan atau point yang di-input-kan. Berdasarkan
47
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
hasil pengujian, sistem dapat mencam- beda potensial dari elektroda yang ada
purkan dua warna cat sesuai dengan pada sensor dengan ion elektron khu-
+
setting point yang di-inputkan meskipun susnya ion H pada larutan yang diukur,
warna cat hasilpencampuran kurang kemudian dikonversi menjadi bentuk
bagus, hal ini disebabkan karena sistem digital dan ditampilkan pada layar LCD/
masih memiliki error. peraga (display).
Penelitian penggunaan sensor
warna RGB juga dilakukan oleh Pambudi METODE
dkk. (2013) dengan mengembangkan Langkah dalam penelitian ini
alat untuk identifikasi daging segar dan diawali dengan identifikasi spesifikasi
busukdengan menggunakan sensor kebutuhan alat yang akan dibuat, yaitu
warna RGB TCS3200-DB. Hasil peneliti- sebagai berikut: Pertama-tama diperlu-
an ini menunjukkan bahwa akurasi pem- kan komponen rangkaian catu daya yang
bacaan warna sangattergantung pada berfungsi untuk memberikan supply te-
faktor teknis (letaksensor); hasil yang gangan dan arus pada rangkaian. Kedua,
diperoleh melaluiperubahan bilangan bi- diperlukan alat pengindra berupa sensor
ner menjadibilangan desimal pada levell- yang peka untuk mendeteksi pH. Ketiga,
ing uC diperoleh hasil daging sapi segar diperlukan komponen pengendali yang
adalahmemiliki nilai R (Red) terbesar: 58; berfungsi untuk mengendalikan alat
G(Green):3-38, dan 3-29; nilai B (Blue): pendeteksi secara keseluruhan. Dan
427dan 4-25; apabila hasil levellinguC yang ke empat, diperlukan komponen
daging sapi memiliki nilai R>58,G>38, penampil nilai digital yang sederhana dan
dan B>29, maka kemungkinanbesar dag- informatif.
ing tersebut telah busuk atautidak layak Dalam konsep perancangannya,
dikonsumsi. alat pH meter digital diharapkan dapat
Penelitian ini merupakan pene-litian memenuhi standar pengukuran pH de-
lanjutan dari penelitian Pambudi dkk. ngan memperhatikan aspek-aspek yang
(2013)sebelumnya identifikasi da-ging terkait dalam proses pengukurannya.
segar atau busuk akan diukur Rancangan alat dibuat sedemikian rupa
berdasarkan gabungan dua paramater, agar dalam penggunaannya dapat di-
yaitu kekuatan warna RGB dan kadar pH lakukan secara mudah dan memberikan
pada daging. Alat pH meter digitalbekerja hasil yang akurat. Hasil identifikasi spe-
berdasarkan prinsip, bahwa setiap da- sifikasi kebutuhan alat yang dirancang
ging/larutan akan memberikan bentuk adalah sebagai berikut: Pertama, elek-
tegangan yang berbeda dari kadar ion- troda gelas selektif ion, sebagai sensor
ion yang ada dalam daging/larutan. Hal yang digunakan dalam pengukuran pH.
ini akan ditangkap pada sebuah sensor Kedua, IC tipe ICL 7107, dengan sistem
yang berupa sel elektroda untuk mem- 3½ digit analog to digital converter.
berikan input sinyal analog yang akan Ketiga, penampil nilai hasil penguatan
diproses menjadi sinyal digital. Alat pH sensor pH indikator asam atau basa
meter digital bekerja dengan dasar dengan bentuk visual bilangan desimal.
sensor, salah satunya adalah pH meter Diagram blok alat pH meter digital yang
digital dengan sensor pH berupa elektro- dirancang ditunjukkan pada Gambar 1.
da gelas. Prinsip kerja dari pHmeter
digital yaitu memanfaatkan perbandingan
49
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
dari elektroda gelas sangat berpengaruh Telah diketahui bahwa nilai yang
terhadap temperatur. Tegangan pada akan diukur dalam penelitian ini adalah
elektroda gelas yang telah diberikan merupakan hasil dari proses reaksi
penguatan, dan output yang keluar dari antara sensor elektroda gelas yang
penguatan Op-Amp sesuai dengan terjadi pada daging/larutan elektrolit dan
tegangan yang diinginkan berdasarkan hasil pengamatan zat yang dapat mem-
indikator kadar pH yang sebenarnya, berikan ion hidrogen (asam) atau zat
sehingga kemudian dilakukan konversi yang dapat menerima ion hidrogen
tegangan, dari bentuk tegangan analog (basa). Begitu banyaknya larutan elek-
ke bentuk digital menggunakan analog to trolit yang ada, maka kalibrasi yang
digital converter 3½ digits melalui ICL cukup sederhana dapat dilakukan deng-
7107. an cara pengukuran larutan dengan pH
Pengambilan sample uji awalnya netral ICL 7107 karena dapat mengukur
dilakukan dengan menggunakan larutan sinyal analog yang diterima dengan baik
elektrolit yang termasuk jenis larutan hanya dengan satu kalibrasi pada
asam kuat atau lemah, atau larutan basa larutan. Tetapi hasil dari kalibrasi larutan
kuat atau lemah. Pengujian dilakukan netral tersebut masih harus dibandingkan
menggunakan sampel bentuk tegangan dengan alat ukur pH meter yang lain
dari simulator dan larutan yang memiliki untuk mendapatkan nilai error yang
kadar pH tertera (sudah diketahui). Hal terjadi selama pengukuran dengan cara
ini untuk memudahkan mengetahui melakukan beberapa kali ujicoba. Jika
kesalahan dari pH meter digital yang nilai error telah memenuhi batasan yang
dirancang. Dalam hal ini, terdapat dua ditetapkan, baru dilakukan pengukuran
macam larutan dengan pH tertera dengan jenis larutan yang lainnya sesuai
(disebut juga larutan buffer), yaitu: dengan sampel larutan yang telah
Pertama, larutan buffer solution, ditentukan sebelumnya. Setiap kali peng-
merupakan larutan standar internasional ukuran kadar pH larutan dapat dilakukan
yang dibuat oleh pabrikan dan telah perbandingan nilai hasil pengukuran
memiliki lisensi teruji. Biasanya larutan ini dengan nilai dari alat ukur pH lainnya.
digunakan untuk kalibrasi alat ukur pH Pengambilan data pengukuran
meter digital. pH meter digital dilakukan dengan cara
Kedua, larutan buffer universal, menghadirkan pembanding berupa pH
biasanya dibuat oleh praktikan di labo- meter digital pabrikan yang dijual di
ratorium sebagai larutan penyangga pasaran yang memiliki karakteristik teruji
dalam reaksi kimia. Namun larutan deng- dengabn tingkat akurasi sekitar 0,01 pH,
an kadar pH ini tidak dapat digunakan sehingga diharapkan mendapat hasil
sebagai kalibrasi pH meter digital, karena yang baik. Analisis dilakukan untuk mem-
tidak memiliki standarisasi internasional, peroleh tingkat error pada alat yang
walaupun nilai yang ditampilkan sama dirancang. Kalibrasi pH meter digital
atau mendekati kadar pH dari larutan dilakukan dengan tahapan sebagai ber-
buffer solution. Untuk keperluan peneliti- ikut:
an ini dapat digunakan larutan buffer Pertama dilakukan pengukuran
solution dengan kadar pH 4 dan pH 7. temperatur larutan kalibrasi dan larutan
Sebuah piranti ukur harus yang akan diukur (diusahakan memiliki
memiliki tingkat kalibrasi yang akurat temperatur yang sama) dengan cara
agar dapat menghasilkan data pengukur- mengatur (adjusment) temperatur pada
an yang tepat. Kalibrasi alat pH meter alat sesuai dengan temperatur pada
digital yang dirancang dilakukan meng- larutan.
gunakan larutan netral dengan kadar Kedua, memasukkan elektroda
pH=7 atau buffer solution pH 7. Di gelas pada buffer solution pH 7 dengan
samping itu juga diuji menggunakan cara mengatur (adjusment) pada alat
buffer solution pH pH=1, pH=4, dan sesuai dengan nilai kadar pH = 7.
lainnya, dengan asumsi bahwa peng- Ketiga, memasukkan elektroda
ukuran kadar pH memiliki batasan nilai gelas pada buffer solution pH 4 dengan
antara 1-14.
50
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
cara mengatur (adjusment) pada alat dalam tampilan dan kemudian 4.00 dan
sesuai dengan nilai kadar pH = 4. 10.00 berkedip. Ketika kedipan berhenti
Keempat, melakukan pengukur- dan menampilkan ‘% (persentase ke-
an kadar pH pada larutan sample yang miringan)’ kemudian ‘SA’ dan ‘END’
akan diukur. Temperatur larutan juga maka kalibrasi telah selesai dan dapat
sangat mempengaruhi hasil pengukuran dilakukan pengukurankembali. Ikon ‘SA’
pH, apabila temperatur larutan berubah, tidak akan muncul jika kalibrasi gagal
maka kadar pH juga akan berubah. dilaksanakan. Kelima, bilas elektroda dan
Dengan alasan tersebut, maka pengukur- alat pengecekan suhu dengan air bersih
an lebih baik dilakukan dalam temperatur dan dilap hingga kering. Buka dudukan
0
yang sama (misal: 30 C atau suhu
elektroda A, pasang stainless steel blade
ruangan).
penetrasi dan memasang bagian A
Metode pengujian pada peneli-
lagi.Pemasangan stainless steel blade
tian ini dilakukan dengan melakukan
harus dilakukan secara hati-hati agar
pengukuran pH pada alat uji yaitu daging
tidakpatah. Keenam, gunakan pisau
sapi SNI dan daging sapi non SNI dalam
untuk memotong daging dan biarkan
kondisi segar dan busuk.Pengujian kadar
elektroda masuk ke dalam daging,
pH daging dilakukan dengan cara
masukkan juga alat pengecekan suhu ke
sebagai berikut: pertama penyiapan per-
dalam meteran, tunggu sampai tampilan
alatan ukur, pasang baterai 1x9V dan
stabil dan kemudian baca kadar pH
menyalakan alat ukur pH, dan menekan
daging. Dan terahkir adalah, pengujian,
serta menahan tombol pH/mV selama 3
lepaskan stainless steel blade dan ber-
detik untuk mengkofigurasi unit ukuran
o o sihan elektroda dengan air bersih dan
yang diinginkan ( C atau F) dan modus
dilap hingga kering dengan mengguna-
pH. Kedua, menghubungkan alat penge-
kan kertas lembut, dankemudian simpan
cekan suhu ke alat ukur dan elektroda
elektroda dalam botol pelindung.
pH, lepaskan botol pelindung dari elek-
Pengamatan pada Daging Sapi
troda.Di dalam botol penyimpanan terda-
Non SNI Segar dan Busuk, pada
pat cairan KCL, jangan dibuang cairan pengamatan ini dilakukan deteksi warna
tersebut karena dapat digunakan untuk RGB pada daging sapi, baik kondisi
penyimpanan kembali setelah penguji- segar maupun kondisi busuk yaitu daging
an.Jika cairan KCL habis, maka tambah- yang telah disimpan pada kondisi ruang
kan beberapa buffer 4.00. Bilas elektroda selama 2 hari tanpa melalui proses
dan alat pengecekan suhu dengan air pembekuan atau pendinginan. Deteksi
bersih dan dilap hingga kering. Ketiga, warna RGB dilakukan untuk mengetahui
celupkan elektroda dan alat pengecekan nilai RGB yang terkandung dalam warna
suhu ke dalam larutan buffer 7.00, sampel daging sapi yang diuji. Pengukur-
gerakkan elektroda secara perlahan dan an kadar pH juga dilakukan yaitu dengan
tunggu hingga tampilanstabil. Tekan dan cara menusukkan alat pH meter pada
tahan tombol CAL sampai ‘CAL’ muncul sampel daging sapi yang diuji.Hasil
dalam tampilan dankemudian 7.00 ber- pengamatan pada daging sapi non SNI
kedip. Ketika kedipan berhenti dan segardapat dilihat pada Tabel 1.
menampilkan ‘SA’ kemudian ‘END’,
maka kalibrasi telah selesai dan dapat Tabel 1. Pengamatan pada daging sapi
dilakukan pengukurankembali. Ikon ‘SA’ non SNI segar
tidak akan muncul jika kalibrasi gagal
Red Green Blue Clear Kadar
dilaksanakan. Keempat, bilas elektroda No
filter filter filter filter pH
dan alat pengecekan suhu dengan air 1 71 32 39 39,5 4,89
bersih dan dilap hingga kering. Celupkan 2 79 35,5 44 38 4,75
3 74 31,5 37,5 39 4,73
elektroda dan alat pengecekan suhu ke 4 72 33 40,5 40 4,72
dalam larutan buffer 4.00 atau 10.00, 5 75 34 42,5 41 4,76
gerakkan elektroda secara perlahan dan
tunggu hingga tampilanstabil. Tekan dan Hasil pengamatan pada sampel daging
tahan tombol CAL sampai ‘CAL’ muncul sapi busuk, tidak terjadi perubahan
51
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
warna daging yang signifikan, sehingga Tabel 4. Pengamatan pada daging sapi
daging masih memiliki warna yang mirip SNI busuk
dengan daging segar.Perbedaan hanya
terjadi dari segi bau yang khas daging No
Red Green Blue Clear Kadar
busuk.Komposisi warna RGB pada sam- filter filter filter filter pH
1 62,5 32,5 39 39 3,89
pel daging sapi busuk mendekati kompo- 2 62 32 38 38,5 3,74
sisi warna RGB daging segar, seperti 3 61,5 32,5 37 38,5 3,77
ditampilkan pada Tabel 2. 4 65 34 40 40 3,87
5 65,5 33 40 40 3,82
Tabel 2. Pengamatan pada daging sapi
non SNI busuk Nilai yang terukur dari program
untuk setiap warna RGB berkisar dari 0-
Red Green Blue Clear Kadar 255, warna hitam nilai RGB semuanya
No
filter filter filter filter pH mendekati 0, sedangkan warna men-
1 64 34 43 42 3,63 dekati putih nilai RGB semakin besar
2 63 35 45 45 3,45 mendekati 255. Kekurangan dari alatini
3 63,5 33,5 40,5 43 3,37 ialah jarak pengukuran efektifnya tidak
4 65 35 43 47 3,42
5 65 36 45 46 3,32
lebih dari 2CM (sampel daging harus
diletakkan tepat di titik fokus sensor).
Hasil pengukuran pH pada daging non Perubahan jarak akan menyebabkan
SNI segar menunjukkan sifat asam yang pembacaan berubah dan dapat menye-
masuk katagori asam lemah (kadar pH babkan kesalahan pembacaan.
4,7-4,9), sedangkan pada daging non Dari hasil pengamatan, proses
SNI busuk menunjukkan kadar pH yang identifikasi pada daging segar, alat telah
lebih kecil, yaitu masuk dalam kategori mampu mengidentifikasi dengan baik,
asam kuat, dengan kadar pH 3,3-3,6. sehingga rentang nilai yang digunakan
Pengamatan pada Daging Sapi SNI untuk acuan identifikasi telah sesuai. Hal
Segar dan Busuk ini ditunjukkan dengan hasil pengukuran
Hasil pengamatan pada sampel tidak mempunyai rentang nilai yang
daging sapi SNI segar ditampilkan pada lebar, pada daging sapi non SNI nilai R
Tabel 3. Pada daging sapi SNI segar berkisar antara 71-79, nilai G berkisar
perbandingan nilai filter merah dengan antara 31,5-35,5, dan nilai B berkisar
filter lain sangat signifikan.Warna daging antara 37,5-42,5; sedangkan kadar pH
berwarna merah darah sehingga menye- berkisar antara 4,72-4,89 sehingga meru-
babkan nilai filter merah tinggi, sedang- pakan asam dan termasuk dalam kadar
kan hasil pengukuran pH menunjukkan asam lemah (Tabel 2).Pada daging sapi
daging bersifat asam lemah dengan segar SNI nilai R berkisar antara 51,5-55,
kadar pH 5,80-5,89. nilai G berkisar antara 21,55-24, dan nilai
B berkisar antara 26,5-28,5; sedangkan
Tabel 3. Pengamatan pada daging sapi untuk kadar pH berkisar antara 5,80-5,89
SNI segar sehingga merupakan asam dan termasuk
dalam kadar asam lemah (Tabel 3).Pada
Red Green Blue Clear Kadar daging sapi busuk SNI nilai R berkisar
No antara 61,5-65,5, nilai G berkisar antara
filter filter filter filter pH
1 51,5 21,5 26,5 28 5,89 32-34,dan nilai B berkisar antara 37-40;
2 53 22 27 28,5 5,83 sedangkan kadar pH berkisar antara
3 54 23 285 29,5 5,80 3,74-3,89 sehingga merupakan asam
4 54,5 23 28,5 29 5,87 dan termasuk dalam kadar asam kuat
5 55 24 28 30 5,83
(Tabel 4).
Pada dasarnya sifat daging sapi
Pada daging sapi SNI busuk, warna yang mempunyai kadar pH asam, hal ini di-
dimiliki sama dengan warna daging ke- tunjukkan dari hasil pengukuran meng-
tika masih segar, sehingga jika diidentifi- gunakan pH meter digital,di mana daging
kasi berdasarkan warna saja ketelitian segar maupun daging busuk bersifat
yang diperoleh masih rendah, seperti asam.Hasil pengamatan menunjukkan
tampak pada Tabel4. bahwa daging yang semakin busuk akan
52
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
53
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 4 Maret 2014, revisi masuk : 13 Juni 2014, diterima: 19 Juli 2014
ABSTRACT
PT. Geo Dipa Energy Dieng unit is one form of industry exploiting geothermal
steam(vapor) that uses abrine injection pump. Brine injection pump is a pump for injecting
brine into injection wells. Pump using the VC type is the type of pump that has suction
and discharge nozzle shead. The problems that always arise in the operation of the brine
injection pump shaft is break age of component smade of stainless steel SS420 in are
latively short time. This study aims to determine the cause of brine injection pump shaft
break age in avery short time.Stages of an alysis performe distesting the chemical
composition using spectrometry and EDAX, macrophotoonfracturesurfaces, and
microphoto on the area closest to the fracture surface using SEM.The results showed that
the initial damage occurs precisely in the initial crack. Further more,the crack propagation
occurs according to the loading pattern until the ductilet earing occurs before fracture.
Generally, the pattern of fracture indicate sinter-crystalline pattern at the beginning of the
trans-crystalline cracks and any subsequent stages until fracture occurs. SEMindicate the
presence of Cr carbides with elongated patterns that indicatethe cause of fracture. This
causes the carbide concentration are as vulnerable tocorrosiveenvironments, so that
when the Cl-ions contained in the brine contactaggressively in this area then began
collaborating between corrosion and dynamic load causes the initial crack and followed
bycrack propagation that very fast into the brittle fracture pattern.
INTISARI
PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng merupakan salah satu industri pengeksploitasi
panas bumi berbentuk steam (uap) yang menggunakan brine injection pump. Brine
injection pump adalah pompa untuk menginjeksikan brine ke sumur injeksi.Pompa
menggunakan tipe VC yaitu tipe pompa yang memiliki suction nozzles dan discharge
head. Permasalahan yang selalu timbul dalam pengoperasian brine injection pump ini
adalah patahnya komponen poros yang terbuat dari baja tahan karat SS 420 dalam
waktu yang relatif singkat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari
patahnya poros brine injection pumpdalam waktu yang sangat singkat.Tahapan anallisis
yang dilakukan adalah pegujian komposisi kimia menggunakan spektrometri dan EDAX,
photo makro pada permukaan patahan dan photo mikro pada daerah terdekat dengan
permukaan patahan menggunakan SEM. Hasil penelitian menunjukkan awal kerusakan
terjadi tepat di daerah initial crack.Selanjutnya terjadi penjalaran retak yang mengikuti
pola pembebanan hingga akhirnya terjadi pola ductile tearing sebelum patah. Secara
umum pola patahan menunjukkan adanya pola interkristalin pada awal retak dan
transkristalin, selajutnya hingga terjadiperpatahan. Hasil foto SEM menunjuk-kan adanya
karbida-karbida Cr dengan pola memanjang yang mengindikasikan penyeb patahan.
Konsentrasi karbida ini menyebabkan adanya daerah yang rentan terhadap linngkungan
-
korosif, sehingga ketika ion Cl agresif yang terdapat brine kontak, maka dimulailah
peristiwa korosi yang berkolaborasi dengan beban dinamis menyebabkan initial crack
dan perambatan retak yang sangat cepat sehingga muncullah pola patah getas.
Kata kunci :poros, brine injection pump, karbida Cr, korosi, patah getas
1
kartikafajar@yahoo.com
54
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
55
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Unsur Fe C Cr Mo Si Mn Mo Cu Ti V W S P
Komposisi
88,80 0,36 16,02 1,10 0,54 0,42 0,50 0,05 0,01 0.08 0,03 0,02 0,02
(% berat)
56
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
baja SS 420 dan pada daerah dengan masuk dalam daerah terjadinya
potensial yang paling rendah akan sensitisasi baja krom (Smallman dan
menjadi awal terjadinya korosi (initial Bishop, 1985). Sehingga terjadilah
crack). Pada saat poros mendapat beban perpindahan unsur Cr di daerah sekitar
mekanis maka penjalaran retak dimulai batas butir menuju batas butir untuk
dan akhirnya patah. berikatan dengan C yang telah
Analisis hasil uji struktur mikro meningkat reaktifitasnya terhadap Cr
menggunakan SEM, hasil uji struktur membentuk karbida Cr (Cr23C6). Daerah
mikro poros brine injection pump terlihat yang kekurangan Cr ini akan menjadi
pada Gambar 6. Karbida Cr terlihat rentan terhadap lingkungan korosif
mengumpul di daerah batas butir maupun beban mekanis (Tata Surdia,
diantara struktur martensit. Pembetukan 2000).
karbida terjadi karena temperatur proses
Gambar3.Struktur makro menunjukan end crack setelah penjalaran retak, cleavage dan
daerah yang terdeposit.
Pada saatnya daerah ini akan pada poros yang berstruktur martensit
menjadi awal terjadinya crack (initial akan menyebabkan pola patahan poros
ctack). Adanya unsur klor akan brine injection pump menjadi
mempercepat terjadinya kerusakan poros transkristalin. Sehingga pola patahan
brine injection pump. Penjalaran retak poros menjadi dominan patahan
selanjutnya akan mengikuti pola transkristalin walaupun dimulai dengan
interkristalin yaitu mengikuti pola interkristalin.
pembentukan karbida atau daerah yang Analisis hasil uji EDS poros brine
kekurangan Cr. Akibat beban dinamis injection pump, uji EDS dilakukan untuk
57
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Gambar 6. Hasil uji struktur mikro poros brine injection pump menggunakan SEM
58
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
KESIMPULAN
Patahnya poros brine injection Avner.S.H.,1987, Introduction to Physical
pump disebabkan adanya sensitisasi Metallurgy, Mc Graw-Hill Int, ed
yang terjadi pada poros yang terbuat dari II., London
SS 420. Initial crack terjadi pada daerah Budinski, K.G.,1989, Engineering
yang kekurangan Cr, penjalaran retak Materials properties and
awal berpola interkristalin, sedangkan selection, ed III, United States of
pada tahapan selanjutnya penjalaran America
retak berpola transkristalin yang Colangelo dan Heiser, 1989, Analysis of
dipercepat oleh adanya beban dinamis. Metallurgical Failures, ed II, Jhon
Willey and Sons
Ucapan Terimakasih Smallman, R.E., dan Bishop, R.J., 1985,
Ucapan terimakasih disampaikan Metalurgi fisik moderen dan
kepada PT Geodipa Energi Unit Dieng Rekayasa Material, ed IV,
yang telah mendukung terlaksananya terjemahan oleh : SriatiDjaprie,
penelitian ini. PT Gramedia, Jakarta
Spot, M.H., 1978, Design Of Machine
th
DAFTAR PUSTAKA Element, 5 Prentice Hall, Inc,
Alok Nayar,2002, The Metal Data Book, EngleWood Cliffs, New Jersey
Mc Graw-Hill Int, New Delhi Tata Surdia dan Saito., 1995,
ASM Handbook, 1992, Metallography Pengetahuan Bahan Teknik, PT
and Microstructures, Volume 9, PrandyaParamita, Jakarta
United States of America Van Vlack, 1983, Ilmu dan Teknologi
ASM Metal Handbook, 2002, Failure Bahan, ed IV, terjemahan oleh :
Analysis and Prevention, Volume Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta
11, United States of America
59
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 6 Mei 2014, revisi masuk : 15 Juni 2014, diterima: 19 Juli 2014
ABSTRACT
Availability of land plants is the reason why they do not want to plant crops,
especially fruits such as guava, kedondong and others, as academics eager to implement
and introduce tabulapot plants that need hygienic fruits can be realized. Along with the
question, it is necessary for the introduction of increased community participation in
meeting the needs of their own fruits the land more hygienic through Research Lecturer
Restoration "555 timer IC with Timer part of Viewer In tabulapot plants" and utilize the
former cans or buckets of used as media cropping so as to implement the principles of
the 3Rs. Technology is one of the breakthroughs that more and more developed by the
designers of automated tools as a replacement for the operation of a manual system to
an automated system, all work will work automatically with an error rate that can be as
small as possible. Besides, the technology is expected to replace automated tool as an
object or function of the human actors on each machine. Housing average land trying to
take advantage of the narrow yard of his home for growing useful plants, including plants
tabulapot, to overcome the problem of narrow land and water provision, which the
working principle of a tub of water pumped into the potted plants automatically using a
555 timer IC , with automatic watering tabulapot expected to overcome the above
problems from manual to automatic watering.
INTISARI
Ketersediaan lahan tanaman menjadi alasan kenapa mereka tidak mau menanam
tanaman terutama buah-buahan seperti jambu, kedondong dan lain-lain, sebagai
akademisi berkeinginan untuk menerapkan dan mengenalkan tanaman Tabulapot
sehingga kebutuhan akan buah-buahan yang higinis dapat terwujud. Sejalan dengan
dimaksud, maka perlu peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengenalan dalam
pemenuhan kebutuhan akan buah-buahan dilahan sendiri yang lebih higinis dan
memanfaatkan bekas kaleng atau ember bekas sebagai media tanamnya sehingga dapat
menerapkan prinsip 3R dalam menangani sampah dikehidupan keseharian di lingkup
terkecil. Reduce :Meminimalisasi barang/ material yang digunakan. Reuse:Hindari
pemakaian barang sekali pakai , Recycle : Sebisa mungkin, mendaur ulang barang yang
tidak berguna lagi dan beralih fungsi menjadi barang lain. Teknologi adalah salah satu
terobosan yang semakin banyak dikembangkan oleh para perancang alat otomatis sebagai
pengganti bekerjanya sistem manual ke sistem otomatis, semua pekerjaan akan bekerja
secara otomatis dengan tingkat kesalahan yang dapat ditekan sekecil mungkin. Disamping
itu teknologi alat otomatis diharapkan dapat memggantikan fungsi manusia sebagai obyek
atau pelaku pada setiap mesin. Diperumahan rata-rata memanfaatkan lahan yang sempit
dihalaman untuk ditanami tumbuhan yang bermanfaat, diantaranya tanaman Tabulapot,
untuk mengatasi masalah lahan yang sempit dan pemberian air, yang pada prinsip kerja
dari air bak dipompa ke pot tanaman secara otomatis dengan menggunakan
microcontroller, dengan adanya penyiram tanaman tabulapot otomatis diharapkan mampu
mengatasi masalah diatas dari penyiraman manual menjadi otomatis.
61
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Lebar pulsa PWM dinyatakan dalam Duty dihubungkan ke mikrokontroler dan diberi
Cycle. Misalnya duty cycle 10 %, berarti tegangan sebesar 7 volt dengan arus
lebar pulsa adalah 1/10 bagian dari satu minimal 2 ampere rangkaian driver
perioda penuh (Gouzali, 2003). berbasis L298 sudah dapat digunakan.
Berikut adalah rumusan frekuen- Selain itu, supply IC L298 dapat diberi
si sinyal keluaran pin output compare tegangan sampai 50 Volt (Data Sheet
OC1A/OC1B dengan menggunakan L298).
timer/counter1 :
62
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
63
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
64
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
65
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
66
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
67
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
68
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
69
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 3 Mei 2014, revisi masuk : 16 Juni 2014, diterima: 2 Juli 2014
ABSTRACT
This research addressed the issue of the PT. XYZ production line balancing
which produces powder and ceramic. The completion time of the production line is
important because there are differences in the capacity of the machines, especially on
powder machine and press machines. This approach is done by using the Helgeson and
Birnie method by considering the activities processing time on the production floor. This
method increase Balance Delay of powder process at point 0.3333 and Balance Delay of
ceramics process in Press A1 and A2 in the Press is 0.1968 and 0.2185. The level of
powder process efficiency is 65.82%, while level of powder process efficiency is in Press
A1 is 80.31%. The level of efficiency in the production of ceramics in Press A1 is 74.07%
.
Keywords: line balancing, efficiency, Ranked Positional Weight , presendence diagram
INTISARI
Penelitian ini mencoba menyelesaikan masalah kesimbangan lintasan produksi
di PT. XYZ yang menghasilkan powder dan keramik. Penyelesaian keseimbangan
lintasan produksi di perusahaan ini menjadi penting karena adanya perbedaan kapasitas
mesin, khususnya pada mesin pembuat powder dan mesin press . Pendekatan dilakukan
dengan menggunakan metode Helgeson and Birnie dengan mempertimbangkan waktu
proses pada setiap aktifitas di lantai produksi. Metode ini ternyata dapat meningkatkan
kesetimbangan lintas produksi dengan tingkat Balance Delay pada mesin powder
sebesar 0,3333 dan Balance Delay pada produksi keramik di Press A1 dan di Press A2
ialah 0,1968 dan 0,2185. Tingkat efisiensi proses yang dicapai adalah pada produksi
powder ialah 65,82% , sedangkan efisiensi di mesin Press A1 ialah 80,31% . Tingkat
efisiensi pada produksi keramik di mesin Press A2 ialah 74,07% .
70
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
71
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
-
3 3 3000 12000
7 -1 -1 -1 -1 -1 1
1 4 4 1200 9000
- 5 5 900 7800
8 -1 -1 -1 -1 -1 -1
1 6 6 1500 6900
7 7 1800 5400
Matrik precedence produksi pow- 8 8 3600 3600
der dan keramik di dihasilkan dengan
72
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
73
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Dari metode Helgeson dan Birnie cil, dilakukan rangking pada elemen kerja
dikerjakan dengan membagi-bagi semua tersebut berdasarkan elemen kerja deng-
elemen kerja ke dalam stasiun kerja an bobot terbesar menjadi rangking
dengan prinsip pembagian yang didasar- pertama dan selanjutnya. Jumlah work
kan atas hubungan kerja yang dilihat dari centers pada produksi powder semula
nilai bobot. Bobot elemen kerja diurutkan ada 2 dan setelah dilakukan pengolahan
berdasarkan yang terbesar hingga terke- data dengan metode Helgenson dan
74
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
75
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 5 Aril 2014, revisi masuk : 19 Juni 2014, diterima: 7 Juli 2014
ABSTRACT
The book is a source of information regarding all aspects of life, especially
education. However, low interest in reading among the public is a major issue in
education today. Recommendation systems can help recommend the reader to more
easily obtain information about the books to be read. Therefore, in this study made an
online book recommendation system using Collaborative Filtering. Collaborative Filtering
is one of the methods that can be used in making the recommendation system. The
results of this study showed that the average value of the MAE (Mean Absolute Error) on
trial 1 (1.064) is smaller than 2 trials (1.21), 4 trials (2,474) and test 5 (3.526). This shows
that the more the amount of data used and if there is a user who has never rate a, then
the resulting system is relatively inaccurate and generate recommendations if using
Collaborative Filtering bad.
INTISARI
Buku merupakan sumber informasi semua aspek kehidupan khususnya
pendidikan. Namun rendahnya minat baca dikalangan masyarakat menjadi persoalan
penting di dunia pendidikan saat ini. Sistem rekomendasi dapat membantu
merekomendasikan para pembaca agar lebih mudah mendapatkan informasi mengenai
buku yang akan dibaca. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat sistem rekomendasi
buku online menggunakan metode Collaborative Filtering. Collaborative Filtering adalah
salah satu metode yang dapat digunakan dalam membuat sistem rekomendasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai MAE (Mean Absolute Error) pada uji
coba 1 (1,064) lebih kecil daripada uji coba 2 (1,21), uji coba 4 (2,474) dan ujicoba 5
(3,526). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah data yang digunakan dan
jika terdapat user yang belum pernah merating, maka sistem yang dihasilkan relatif tidak
akurat dan menghasilkan rekomendasi yang buruk jika menggunakan Collaborative
Filtering.
77
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Ru ,k Ru Ru ,l R u
matriks lalu hasilnya digabungkan untuk m
perhitungan prediksi.
Metode pearson correlation- simk , l u 1
Ru ,k R u Ru ,l R u
m 2 m 2
based similarity merupakan metode
perhitungan berbasis korelasi yang u 1 u 1
paling banyak diimplementasikan untuk Keterangan:
perhitungan nilai similarity. Korelasi sim(k,l) adalah nilai similarity antara item
Pearson mengukur seberapa besar k dan item l
hubungan linear antara dua variabel. m adalah jumlah total user yang merating
Koefisien korelasi Pearson berasal dari item k dan item l
model regresi linier yang memiliki asumsi Ru adalah rating yang diberikan oleh
yaitu bahwa hubungan antara dua
user u pada semua item
variabel harus linier, dengan kesalahan
harus independen dan memiliki distribusi R u, k dan Ru ,l adalah rating yang
probabilitas dengan mean 0 dan varians diberikan oleh user u kepada item k dan
(berdistribusi Normal (0,1). (Li, 2002) item l
Metode pearson correlation-based Menghitung Prediksi dengan Non
similarity ditunjukkan oleh Persamaan Cold Start Problem. Metode weighted
m
Ru,k Rk Ru,l R l average of deviation yang didapat dari
simk , l u 1 rata-rata item yang telah dirating
Ru ,k R k Ru ,l R l
m 2 m 2 merupakan metode yang digunakan
untuk prediksi rating pada item k yang
u 1 u 1
78
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
79
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Tabel 3 Tabel jumlah rating- Tabel 5 Hasil prediksi manual uji coba 1
2
(rata-rata rating) perbuku menggunakan M. Excel
Sum (rating- Akar Sum Hasil User
(rata-rata (rating-(rata- Prediksi
2 2 1 2 3 4 5
rating) ) rata rating) )
1 3,86 1,81 6,71 3,41 4,185
34 5,830952 2 5,23 7,39 7,3 3,86 6,163
16 4 Buku 3 6,03 5,02 1,55 5,49 4,82
34,8 5,899152 4 8,13 6,00 9,88 8,79 8,178
5 7,83 3,43 8,60 4,26 6,852
2,8 1,67332
38,8 6,228965 Tabel 6 Hasil MAE sistem uji coba 1
MAE
Langkah keempat menhitung similariy
antar buku dengan persamaan rumus Buku 1 1,07
dibawah. Terlihat seperti pada Tabel 5. Buku 2 0,57
Buku 3 1,24
m
Ru,k Rk Ru,l R l Buku 4 0,48
simk , l u 1 Buku 5 0,92
m
u 1
Ru,k R k 2 m
u 1
Ru,l R l 2
Keterangan:
sim(k,l) adalah nilai similarity antara item
k dan item l
m adalah jumlah total user yang
merating item k dan item l
Rk dan Rl adalah rating rata-rata pada
item k dan item l
Ru , k dan Ru ,l adalah rating yang
diberikan oleh user u kepada item k dan
item l
Tabel 4 Tabel similarity
Sim(1,1) 1
sim(1,2) -0,085749293
sim(2,3) -0,593305566
sim(3,4) -0,182349202
sim(4,5) 0,17269415
sim(1,3) -0,494219459
sim(1,4) 0,819920062
sim(1,5) 0,468051455
sim(2,4) -0,597614305
sim(2,5) 0,080270162
sim(3,5) -0,103413708
80
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Pada uji coba 2 dilakukan uji Langkah kedua adalah mencari nilai
coba dengan data sebanyak 5 user dan 5 rating – (rata-rata rating) lalu
buku dengan besarnya rating yang dikuadratkan.
berfariasi dan terdapat user baru yang
belum pernah merating sama sekali. Dari Langkah ketiga adalah mencari jumlah
2
hasil uji coba 2 dapat disimpulkan bahwa dari nilai rating-(rata-rata rating) perbuku
hasil prediksi yang dihasilkan oleh sistem dan selanjutnya diakarkan. Terlihat
cukup akurat dan sama hasilnya dengan seperti pada Tabel 9. dibawah ini
prediksi manual yang dihitung oleh
Microsoft Excel, ini juga d buktikan oleh Tabel 9 Tabel jumlah rating-(rata-rata
2
kecilnya MAE yang diberikan oleh rating) perbuku
sistem. Apabila ada salah satu user yang Sum
belum pernah merating sama sekali (rating- Akar Sum
maka sistem tetap akan memberikan (rata-rata (rating-(rata-
2 2
rekomendasinya terhadap user tersebut rating) ) rata rating) )
berdasarkan hasil dari nilai rating yang 44 6,63325
diberikan oleh user lain yang telah
merating. 41,2 6,418723
49,2 7,014271
Tabel 7 Tabel rating user terhadap buku 57,2 7,563068
uji coba 2
66,8 8,173127
User
1 2 3 4 5 Langkah keempat menhitung similariy
1 3 0 8 4 0
antar buku dengan persamaan rumus
(2.1). Terlihat seperti pada tabel 4.10
2 5 8 7 3 0
Buku 3 7 4 0 7 0
4 8 7 9 9 0
m
Ru,k Rk Ru,l R l
5 10 3 8 3 0 simk , l u 1
m
u 1
Ru ,k R k
2 m
u 1
Ru ,l R l
2
(3 3)(5 4,6) (0 3)(8 4,6) (8 3)(7 4,6) (4 3)(3 4,6) (0 3)(0 4,6)
sim1,2
((3 3) (0 3) (8 3) (4 3) (0 3)) 2 ((5 4,6) (8 4,6) (7 4,6) (3 4,6) (0 4,6) 2 )
(0) (10,2) (12) (1,6) (13,8)
sim1,2
( (0) (3) (5) (1) (3) )( ((0,4) (3,4) (2,4) (1,6) (4,6))
sim1,2
14
sim1,2
14
44 41,2 6,63325 6,41872
sim1,2 0,328816112
81
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Sim(1,1) 1 MAE
sim(1,2) 0,328816112 Buku 1 1,37
sim(2,3) 0,115497394 Buku 2 1,23
sim(3,4) 0,531579889 Buku 3 1,12
sim(4,5) 0,672987635 Buku 4 0,96
- Buku 5 1,46
sim(1,3) 0,107463533
sim(1,4) 0,657793514 Pada uji coba 3 dilakukan
pengecekan terhadap sistem dengan
sim(1,5) 0,627139777 menggunakan perbandingan terhadap
sim(2,4) 0,704497544 perhitungan manual pada Microsoft
sim(2,5) 0,545166541 Excel. Data yang digunakan sebanyak 5
user dan 6 buku dengan besarnya rating
sim(3,5) 0,289559158
yang berfariasi dan terdapat buku baru
yang belum pernah dirating sama sekali.
Setelah diketahui nilai dari similarity antar Dari hasil uji coba 3 dapat disimpulkan
buku, langkah selanjutnya adalah bahwa apabila terdapat buku baru dan
menghitung nilai prediksi buku terhadap belum pernah dirating sama sekali oleh
user. Dapat diimplimentasi kedalam user maka buku tersebut tidak akan
Tabel 11 direkomendasikan oleh sistem.
Tabel 11 Hasil prediksi manual uji coba 2
menggunakan M. Excel
Hasil User
Prediksi
1 2 3 4 5
1 4,450 1,974 6,587 3,205 -1,217
2 6,312 5,25 7,2 4,537 -0,325
Buku 3 6,386 3,994 2,789 4,836 -0,659
4 8,559 6,550 8,736 7,308 1,8456
5 7,142 4,339 7,421 4,97 0,1192
\\
82
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
KESIMPULAN
Metode collaborative filtering
dapat diimplementasikan dalam
pembuatan sistem rekomendasi buku
dengan melihat kedekatan buku
berdasarkan nilai rating. Metode ini
lemah ketika diimplementasikan pada
buku baru yang belum pernah dirating
sama sekali. Hasil prediksi rating setiap
buku untuk masing-masing user dengan
menggunakan metode collaborative
filtering kurang baik. Hal ini ditunjukkan
berdasarkan rata-rata nilai MAE (Mean
Absolute Error) buku pada uji coba 1
yakni 1,064 lebih kecil dari pada uji coba
2 yakni 1,21, uji coba 4 yakni 2,474 dan
ujicoba 5 yakni 3,526. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak
jumlah data yang digunakan dan jika
terdapat user yang belum pernah
merating, maka sistem yang dihasilkan
relatif tidak akurat dan menghasilkan
rekomendasi yang buruk. Oleh karena itu
pada penelitian selanjutnya, metode
collaborative filtering diharapkan agar
Gambar 4 Hasil prediksi kurang akurat diimplementasikan pada data yang
memiliki item yang banyak dirating oleh
Pada uji coba 5 dilakukan user. Apabila terdapat data yang banyak
pengecekan terhadap sistem dengan dan memiliki item baru yang sedikit di-
menggunakan data yang digunakan rating oleh user, maka diharapkan
sebanyak 5 user dan 10 buku dengan menggunakan metode yang lebih baik
besarnya rating yang berfariasi. Pada dari collaborative filtering, misalnya
Tabel 4.27 digambarkan besarnya rating adalah ICHM (Item-Based Clustering
yang diberikan oleh user terhadap 5 Hybrid Method). ICHM (Item-Based
buah buku. Dari hasil uji coba 5 dapat Clustering Hybrid Method) adalah salah
disimpulkan bahwa semakin banyak satu metode yang menggunakan
data, dalam hal ini adalah buku yang pendekatan hybrid atau menggabungkan
digunakan sebanyak 10 dan jika kedua pendekatan yaitu Content Based
dibandingkan dengan percobaan 1 yaitu Filtering dan Collaborative Filtering.
5 buku maka hasil rekomendasi yang
dihasilkan kurang baik. DAFTAR PUSTAKA
Djamal, A Rhamadanus. Maharani,
Warih dan Kurniati, Angelina
83
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
84
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 16 April 2014, revisi masuk : 12 Juni 2014, diterima: 8 Juli 2014
ABSTRACT
In many clustering systems many methods was used to cluter-ization, one of
which is the SOM (Self Organizing Maps). In our study we used two approaches. The
first approach was a lawyer-cluster's using SOM-RBF used in the training data and
could be expected to result in better cluster. And the second approach clustering was
used of SOM.Comparison of both methods is based on the application of the data
derived from the dataset movielens.org site. Comparative assessment using three
scenarios, namely the MSE as a stop condition on the running time, the MSE as the
stop condition of the epoch and the learning rate, and MSE as the stop condition of
the actual value of the MSE. With this running time is detected which is more rapid
approach to the time span for extracting training data. Based on the results of
experiments performed using 500 data, which is applied to clusters 3 and 4 lead to
the conclusion that the first approach has the value of MSE is actually closer to the
absolute value of MSE as compared to the second approach.
INTISARI
Pada sistem clustering banyak metode yang digunakan untuk cluter-isasi,
salah satunya adalah SOM (Self Organizing Maps). Dalam penelitian ini kami
menggunakan 2 pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah peng-cluster-an
menggunakan SOM-RBF yang digunakan pada pelatihan data dan diduga dapat
menghasilkan cluster yang lebih baik. Dan pendekatan kedua peng-cluster-an
menggunakan SOM. Perbandingan kedua metode didasarkan pada penerapan pada
data yang berasal dari dataset situs movielens.org. Penilaian perbandingan
menggunakan 3 skenario, yaitu MSE sebagai kondisi stop terhadap running time, MSE
sebagai kondisi stop terhadap epoch dan learning rate, dan MSE sebagai kondisi
stop terhadap nilai MSE yang sebenarnya. Dengan running time tersebut terdeteksi
pendekatan yang lebih cepat rentang waktunya untuk mengekstraksi data latih.
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan menggunakan 500 data, yang diterapkan
pada 3 dan 4 cluster menghasilkan kesimpulan bahwa pendekatan pertama
mempunyai nilai MSE sebenarnya yang lebih mendekati nilai absolut MSE
dibandingkan dengan pendekatan kedua.
85
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
86
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
y ( x) wi G x ci b
random j
x ci
2
ij x ci exp Self Organizing Map (SOM)
2 2j merupakan perluasan dari jaringan
kompetitif yang sering disebut dengan
Dengan x adalah input, c i pusat jaringan kohonen.Jaringan ini
data ke-i, i= 1,2,3,…..,n dan σj2 menggunakan metode unsupervised
adalah standar deviasi ke-j, j = learning, yang artinya suatu lapisan
1,2,3,……,n dengan n adalah yang berisi neuron-neuron akan
banyak pusat data menyusun dirinya sendiri berdasarkan
[Heriyanto,2013]. input nilai tertentu dalam suatu
Selain fungsi Gaussian, fungsi kelompok. Selama proses tersebut,
aktivasi lain yang berbasis radial dan cluster yang memiliki jarak paling dekat
yang biasa diterapkan sebagai berikut dengan pola input akan terpilih sebagai
[Riyandwayana, 2012] : pemenang dan beserta neuron
1. Multi-Quadric Function tetangganya akan memperbaiki
(r) (r 2 2 )1 / 2 bobotnya. SOM memperlihatkan
karakteristik :
parameter σ>0 1. Kompetisi, yaitu setiap vektor bobot
2. Generalized Multi-Quadric saling berlomba untuk menjadi
Function simpul pemenang.
(r) (r 2 2 )
87
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
2. Kooperasi, yaitu setiap simpul lapisan input menuju neuron ke-i lapisan
pemenang bekerjasama dengan output [Faza, 2012].
lingkungannya. Berikut algoritma SOM yang aka
3. Adaptasi, yaitu perubahan simpul diterapkan pada program adalah [Faza,
pemenang dan lingkungannya 2012] :
Step-0 Inisialisasi bobot W ij Tetapkan
Metode SOM bertujuan untuk parameter cluster (m) dan parameter
mengkluster suatu vektor-vektor input laju peatihan (α).
berdasarkan bagaimana mereka Step-1 Selama syarat berhenti salah,
mengelompok sesuai dengan lakukan langkah-langkah dibawah ini :
karakteristik inputnya. Learning SOM Langkah (i). Untuk setiap vektor
bekerja dengan cara menggabungkan masukan X, lakukan beberapa
proses competitive layers dengan langkah dibawah ini :
topologi vektor-vektor input yang Langkah (a). Untuk Setiap j, hitung
dimasukkan dalam proses iterasi. Euclidean Distance dengan
Jaringan SOM terdiri dari 2 lapisan persamaan (5):
D( j ) i wij xi .......................(5)
2
(layer), yaitu lapisan input dan lapisan
output. Setiap neuron dalam lapisan
input terhubung terhubung dengan setiap Langkah (b). Cari indeks j sedemikian
neuron pada lapisan output. Setiap sehingga D(j) minimum
neuron dalam lapisan output Langkah (c). Untuk semua unit j didalam
merepresentasikan kelas dari input yang ketetanggan j, dan untuk semua I,
hitunglah:
..
diberikan. Selama proses penyusunan
diri, cluster yang memiliki vektor bobot wij (baru) wij (lama) xi wij (lama) (6)
paling cocok dengan pola input (memiliki
Rumus (6) merupakan rumus untuk
jarak paling dekat) akan terpilih sebagai
memperbarui bobot.
pemenang. Neuron menjadi pemenang
Langkah (ii). Perbarui laju belajar.
beserta neuron-neuron tetangganya
Langkah (iii). Kurangi jari-jari
akan memperbaiki bobot-bobotnya.
ketetanggan topologis dengan
Apabila kita ingin membagi data-data
pencacahan tertentu.
menjadi k-cluster, maka lapisan
Langkah (iv). Uji syarat berhenti. Bila
kompetitif akan terdiri atas k buah
benar, maka berhenti.
neuron (Gambar 1).
MSE (Mean Squared Error) adalah
metode lain untuk mengevaluasi metode
peramalan. Masing-masing kesalahan
atau sisa dikuadratkan. Kemudian
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah
observasi. Pendekatan ini mengatur
kesalahanperamalan yang besar karena
kesalahan-kesalahan itu dikuadratkan.
Suatu teknik yangmenghasilkan
Gambar 1. Jaringan Kohonen SOM kesalahan moderat mungkin lebih baik
untuk salah satu yang memiliki
Seperti yang diperlihatkan dalam kesalahan kecil tapi kadang-kadang
gambar 1, dimisalkan bahwa terdapat 2 menghasilkan sesuatu yang sangat
unit input (P1 dan P2), yang akan besar. Berikutini rumus untuk
dibentuk kedalam 3 cluster neuron menghitung MSE[FMIPA UNS, 2012] :
lapisan output (Y1, Y2, Y3). Selanjutnya ( y y' ) 2
neuron-neuron tersebut akan MSE ( ) .........(7)
memperbaiki bobotnya masing-masing, t 1 n
sebagai bobot W ij. Dalam hal ini, bobot Perhitungan Mean Squared Eror
W ij mengandung pengertian bobot yang (MSE) berfungsi sebagai pengukur
menghubungkan neuron ke-j pada kesalahan pembentukan bobot akibat
88
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
keacakan data selama proses training, Tabel 1. Hasil uji coba skenario 1
dimana keackan data ini akan
mempengaruhi akurasi data yang Cluster
dihasilkan. Selain itu MSE juga Learning
SOM-RBF SOM
berfungsi sebagai ambang batas pada rate
3 4 3 4
proses komputasi. Dengan 0.3 8.1707 s 14.371 s 6.8605 s 8.1407 s
menggunakan fungsi akar kuadarat dari
0.5 6.5311 s 8.3941 s 7.0558 s 8.3855 s
Euclidean Distance antara bobot awal
0.8 7.1383 s 8.1351 s 6.6406 s 8.0376 s
epoch dengan epoch sampai memenuhi
nilai optimal yang telah ditentukan 1 7.0149 s 8.3505 s 6.8438 s 7.9801 s
(Wahyuningrum, 2012). Average 7.2138 s 9.8128 s 6.8501 s 8.1359 s
PEMBAHASAN 20
Pada uji coba ini, peneliti
menggunakan 500 data untuk 15 SOM-RBF
mengetahui perbandingan antara dua Cluster 3
10
pendekatan, yaitu pendekatan pertama SOM-RBF
dengan metode SOM-RBF dan 5 Cluster 4
pendekatan kedua dengan metode SOM
saja. Serta dengan kondi stop yaitu 0
MSE<=0.001. 0,3 0,5 0,8 1
Uji coba ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui pendekatan manakah Gambar 2. Hasil uji coba skenario 1
yang lebih baik. Uji coba dilakukan pada SOM-RBF
3 skenario, yaitu : (1). Menggunakan
parameter MSE sebagai kondisi stop 10
8 SOM
terhadap running time. (2). Cluster
Menggunakan parameter MSE sebagai 6
3
kondisi stop terhadap epoch dan 4
SOM
learning rate. (3). Menggunakan 2
Cluster
parameter MSE sebagai kondisi stop 0 4
terhadap MSE yang sebenarnya. 0,3 0,5 0,8 1
Pada uji coba ini data yang
digunakan adalah data yang sama
Gambar 3. Uji coba skenario 1 SOM
sebayak 500 data. Dan akan dilakukan
pada 3 skenario. Kriteria yang Pada Gambar 2 menunjukkan dari
digunakan sama seperti pada sistem, hasil uji coba skenario 1 pada
yaitu frekuensi peminjaman buku, tahun pendekatan pertama dan Gambar 3
penerbit buku, dan harga sewa buku. menunjukkan dari hasil uji coba skenario
Jumlah cluster dan bobot awal yang 1 pada pendekatan kedua. Menurut
sama dengan batasan jumlah cluster grafik pada pendekatan pertama dan
yang digunakan adalah 3 dan 4 cluster. kedua terlihat bahwa semakin banyak
Kondisi stopnya adalah MSE = 0.001. cluster yang dihasilkan, maka waktu
Dan learning rate dibatasi antara 0.3, yang dibutuhkan juga semakin lama.
0.5, 0.8, dan 1. Jika dirata-rata dan dibandingkan antara
Pada Tabel 1 menunjukkan tentang kedua pedekatan tersebut maka dapat
hasil uji coba skenario pertama dengan ditarik kesimpulan bahwa untuk running
parameter MSE sebagai kondisi stop time pendekatan pertama membutuhkan
terhadap running time. Jadi pada waktu yang lebih lama daripada
skenario ini membandingkan antara pendekatan kedua. Dikarenakan pada
pendekatan pertama dan kedua pendekatan pertama membutuhkan
berdasarkan running time. proses yang lebih banyak dari
Skenario 1, Proses menggunakan pendekatan kedua.
parameter MSE sebagai kondisi stop
terhadap running time.
89
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
90
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
91
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
http://kc99lounge.blogspot.com/2010/07/
data-mining.html, diakses pada
tanggal 10 Juli 2013
Kelompok 2. Metode Peramalan
2011.Jurusan Matematika FMIPA
UNS.2011
Wahyuningrum, Rima Tri,dkk.
Pengenalan Pola Senyum
Menggunakan Self Organizing
Maps (SOM) Berbasis Ekstraksi
FiturTwo-Dimensional Principal
ComponentAnalysis(2DPCA).Univr
sitas Trunojoyo.2012
Jariah, Ainun,dkk.Pengenalan Pola
Tanda Tangan Menggunakan
Metode Moment Invariant Dan
Jaringan Syaraf Radial Basis
Function (RBF).Universitas
Yogyakarta.2011
Heriyanto, Dwi N. Penerapan Mtode
Radial Basis Function Dengan K-
Means Cluster Untuk Peramalan
Kebutuhan Straw.Universitas
Trunojoyo.2013
http://movielens.org
92
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
1 2 3 4
Sukirman , Enden Primandhika , Huda Muhamad B , Deros B.M
1,2
Faculty of Industrial Technology, Chemical Engineering Department
Universitas Islam Indonesia
3, 4
Faculty of Engineering and Built Environment, Mechanical and Materials
EngineeringDepartment, Universiti Kebangsaan Malaysia
Masuk: 6 Mei 2014, revisi masuk : 11 Juni 2014, diterima: 4 Juli 2014
ABSTRACT
Statistical process control (SPC) is a method of monitoring the production
process with the goal of maintaining product quality during the production process. Thus,
once the problems (variables)have resulted, the repair process can be immediately
identified and carried out.However, in some cases, the application of SPC is not
maximized. This was caused by the lack of a systematic procedure that was usedto guide
the operator in applying statistical process control. Therefore, this study offers a
systematic procedure to guide the operator in applying SPC. Systematic procedure is
performed with the literature study and direct observation in manufacturing companies. In
order to apply statistical process control, several statistical tools are accommodated
according to their needs and objectives. Thus,it results systematic application of SPC
procedure which consists of 15 steps and is divided into two concepts.Indicator is applied
to determine the systematic procedure to qualify whether the test is applicable and can
improve the ability of the process. Definition of applicable is able to guide the operator in
applying SPC and stabilize the process. Systematic procedure have undergone testing at
the casting factory. Systematic procedures otherwise applicable and may improve the
ability of the improved process.
INTISARI
Statistical Process Control (SPC) adalah metode pemantauan proses produksi
dengan tujuan menjaga kualitas produk selama proses produksi. Dengan demikian,
setelah masalah (variabel) telah diidentifikasikan, maka proses perbaikan dapat segera
diidentifikasi. Namun, dalam beberapa kasus, penerapan SPC belum maksimal. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya prosedur yang sistematis yang digunakan untuk memandu
operator dalam menerapkan pengendalian proses statistik. Oleh karena itu, penelitian ini
menawarkan prosedur sistematis untuk memandu operator dalam menerapkan SPC.
Prosedur yang sistematis dilakukan dengan studi literatur dan observasi langsung di
perusahaan manufaktur. Dalam rangka menerapkan pengendalian proses statistik,
beberapa alat statistik yang ditampung sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
Dengan demikian, hasil aplikasi sistematis prosedur SPC yang terdiri dari 15 langkah dan
dibagi menjadi dua concepts.Indicator diterapkan untuk menentukan prosedur sistematis
untuk lolos apakah tes ini berlaku dan dapat meningkatkan kemampuan proses. Definisi
yang berlaku adalah mampu membimbing operator dalam menerapkan SPC dan
menstabilkan proses. Prosedur yang sistematis telah menjalani pengujian di pabrik
pengecoran. Prosedur sistematis dinyatakan berlaku dan dapat meningkatkan
kemampuan proses perbaikan.
93
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
94
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
95
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Method Material
Defect Casting
Production
Process Molding
96
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
97
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
98
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Hypothesis test
H o : 1 2 ; H o : 1 2
0,05 ; Critical area Calculation before conducting research:
t 2.05 and t 2.05
; ; =5,559;
d d0
t With v n 1 27 1 26
Sd / n
Calculation after conducting research:
;
; ; =5,559;
and
99
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
14 20 10 10 100 Average 2 18
15 15 13 2 4
100
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
bind the molding sand. When the water statistical process control. Systematic
content continuously improved it will procedure can be applied and passed
affect fastener holding capacity, water the test, with evidence of the testing
content continues to be added to make results that form a new stable process,
the water that is added into the free and the increasing value of Z of the
water and fill the gap with the grain while process becomes 1.0851 and defective
the water is added continuously to the reduce become 13.89%. The result of
molding sand into a paste (defect). optimal conditions using DoE (Design of
0
The results of design of Experiments) are 1320 C in
experiments analysis provide the most temperature, pouring time of 20 cm,
optimum output of the variable permeability of 75ml/cm²and water
compared with other tolerance values. content of 7%. It can be concluded that if
So the value of the tolerance should be this parameter implemented into real
applied to the production process system, the defect will be decreased
directly. Significant reduction occurred in also. The profit of the company
the new data can be displayed in the p- increases due to 2.694.736 IDR cost
chart is shown in Table 6. Based on the savings by calculating before and after
graph above, it is concluded that there is defect loss cost.
coming out of the limits and the defects
result in milling products are decreasing
if compared to initial p-chart REFERENCES
Eriksson L. Design of Experiments:
Principles and Applications. MKS
U metrics AB Ed. ISBN
9197373044, 9789197373043;
2008
Fowlkes, Y. W and Creveling, M. C.
Engineering methods for robust
product design: Using Taguchi
Methods in Technology and
Product Development. Addison-
Wesley, 1995.
Figure 8: p-chart of data after Ho Wu, Der and Chang Mao Sheng.
Use of Taguchi method to develop
Based on the calculation results, a robust design for the
it is showed that, the cost of losses magnesium alloy die casting
before trial is 11.798.337 IDR. While the process. International Journal
cost of losses after the trial is 9.103.601 Materials Science and
IDR. Hence, it establishes cost savings Engineering A 379 (2004) 366–
for 2.694.736 IDR. Since the 371
tremendous savings that can be Laosiritaworn, W., and Bunjongjit, T.
obtained, it is necessary to generate the Visual Basic Application for
implementation of the optimum settings Statistical Process Control: A
in this study as well as to conduct Case of Metal Frame for Actuator
sustainable evaluations for the Production Process, Proceedings
production process. of the International Multi
Conference of Engineer and
Computer Scientist 2010 Vol. 3.
CONCLUSION
Mares. E, J.H., and Sokolowski. Metal
This study has successfully Casting Technology Group,
developed the SPC based quality University of Windsor, 218. Essex
improvement program in the form of a Hall, 401 Sunset Avenue,
systematic procedure of statistical Windsor, Ontario N9B 3P4,
process control application so that can Canada. 2010.
assist operators in implementing
101
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Montgomery, D. C. Introduction to
statistical quality control (6th ed.).
2008. New Jersey: Wiley & Sons
Muzammil M, Singh P.P and Talib F.
“Optimization of gear blank
casting process by using
Taguchi’s robust design” , Quality
Engineering Vol. 15, No. 3, pp.
351–359, 2003.
NoorulHaq, S. Guharaja and K. M.
Karuppannan: Parameter
optimization of CO2 casting
process by using Taguchi method.
International Journal Interact Des
Manuf. 2009, 3:41-50
Phadke, M. S. Quality Engineering
Using Robust Design. Prentice
Hall Englewood Cliffs, NJ, 1989.
Tuerhong, G., Kim, S. B., Kang, P and
Cho, S.. Hybrid novelty score-
based multivariate control charts.
Communications in Statistics -
Simulation and Computation, 43,
115–131. 2014
Wu, Z., Khoo, M.B.C., Shu, L and Jiang,
W. An np control chart for
monitoring the mean of a variable
based on an attribute inspection.
International Journal of Production
Economics 121, 141. 2009
Yamamoto, H., Sun, J and Matsui, M. A
study on limited-cycle scheduling
problem with multiple periods.
Computer & Industrial
Engineering 59 (4), 675–681.
2010
102
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Masuk: 19 Juni 2014, revisi masuk : 7 Juni 2014, diterima: 5 Juli 2014
ABSTRACT
Design cross section of wind turbine blades with airfoil cross-section can be
made from a mathematical approach. The mathematical formula was discussed for airfoil
shape from Joukowsky equation, that was developed by Nikolai Zhukovsky Egorovich.
The problems would appear if used the Joukowsky equation settlement for design with
manual, it could take a long time. The problem solving for the mathematical could use
graphic user interfaces (GUI) program and the design for implementation could use
computer aided design (CAD) program. The Joukowsky transformation was performed by
conformal mapping through the transformation of a complex function from one coordinate
system to another, which circle shape was transformed to airfoil shape. Ideal airfoil shape
was obtained with observed of the transformation radius and center of the circle.
INTISARI
Pembentukan penampang bilah kincir angin dengan penampang airfoil dapat
dibuat dengan pendekatan matematik. Rumusan atau persamaan matematik yang
membahas bentuk airfoil adalah persamaan Joukowsky, yang dikembangkan oleh Nikolai
Yegorovich Zhukovsky. Penyelesaian persamaan Joukowsky dengan manual akan
membutuhkan waktu yang lama. Untuk memudahkan penyelesaian persamaan
menggunakan bantuan program Graphic User Interfaces (GUI). Sedang rancangan
desain grafis menggunakan program computer aided design (CAD). Program GUI dapat
membantu penyelesaian persamaan matematik menjadi lebih cepat dan akurat. Untuk
menghasilkan tranformasi airfoil yang ideal harus memperhatikan jari-jari dan pusat
lingkaran yang akan ditranformasikan. Bentuk ideal airfoil diperoleh dari besarnya
pergeseran titik pusat lingkaran ke arah sumbu X lebih kecil atau sama dengan selisih
perubahan jari-jari dari keadaan standar (jari-jari sama dengan satu). Jika besarnya
pergeseran lebih besar dari selisih tersebut akan terjadi loop pada trailing egde airfoil.
Pergeseran titik pusat lingkaran ke arah sumbu Y menjadikan airfoil terdapat mean
chamber line. Bentuk ideal airfoil diperoleh dari besarnya pergeseran titik ke arah sumbu
Y lebih kecil atau sama dengan selisih perubahan jari-jari dari keadaan standar. Jika
besarnya pergeseran lebih besar akan terjadi mean chamber line memotong upper
chamber line.
1
toto@akprind.ac.id,
2
emypurnomo@akprind.ac.id 103
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
pertama untuk dimensi gaya angkat yang (Dauhoo. 2003). Analisa tranformasi
dihasilkan oleh sebuah benda yang dilakukan dengan bantuan program
bergerak melalui fluida ideal yang Matlab. Figure airfoil hasil dari program
proporsional terhadap kecepatan dan Matlab diklasifikasikan dalam standar
sirkulasi benda. Melalui konformal NACA. Hasil figure tranformasi bentuk
matematika transformasi yang pertama, geometri dijadikan acuan untuk
untuk menentukan bentuk profil mendisain penampang bilah kincir angin.
aerodinamika yang memiliki elemen Perancangan dengan menggunakan
penting hidung bulat (nose/leading edge) bantuan program CAD. Hasil tampilan
permukaan ganda (ketebalan terbatas), berupa desain rancangan 3D.
melengkung atau lurus, dan ekor tajam Tujuan yang diperoleh antara lain
(trailing edge). Ia juga membangun adalah: Mengembangkan proses
terowongan angin (wind tunel) pertama di pembelajaran dari aplikasi matematika
Rusia (Gutierrez, 2003). dalam bidang teknik mesin, yang
Pembentukan penampang bilah berhubungan dengan pemetaan bilangan
airfoil dapat dilakukan dengan komplek. Menyelesaikan bentuk
pendekatan matematik. Rumusan atau persamaan matematika bilangan
persamaan matematik yang membahas komplek melalui transformasi/conformal
bentuk airfoil adalah persamaan mapping (Eichstaedt , 2007) dengan
Joukowsky, yang dikembangkan oleh bantuan program komputer. Mendesain
Nikolai Yegorovich Zhukovsky, seperti bilah kincir angin dengan bantuan
yang telah diterangkan di atas. persamaan matematika dan program
Persamaan Joukowsky memerlukan komputer, untuk mendapatkan bilah
penyelesaian perhitungan secara airfoil yang aerodinamis.
matematik, penyelesaian apabila
dilakukan dengan manual akan METODE
membutuhkan waktu yang cukup lama. Objek penelitian meliputi a). Analisa
Untuk memudahkan penyelesaian terhadap bilangan komplek serta model
persamaan matematik tersebut transformasi. b). Analisis terhadap
digunakan bantuan program komputer penyelesaian persamaan transformasi
yaitu program Matlab sedang rancangan Joukowsky dari sebuah persamaan
desain grafis dari rancangan lingkaran pada bidang komplek z. c).
menggunakan program CAD. Penggunaan program Matlab untuk
Untuk mendapatkan suatu menyelesaikan persamaan transformasi
desain bentuk bilah kincir angin yang Joukowsky, baik penyelesaian berupa
aerodinamis yaitu bentuk airfoil. numerik maupun penyelesaian berupa
Pendekatan matematik untuk Graphic User Interfaces (GUI)
mendapatkan penampang bentuk airfoil (Mathwork, 2011). d). Penggunaan
adakan tranformasi Joukowsky. Untuk program CAD Profesional, untuk
dapat menyelesaikan persamaan merancang bilah airfoil dengan berupa
tersebut digunakan program bantu tampilan 3D, sebagai hasil dari GUI pada
Matlab, data yang dihasilkan dapat program Matlab..
ditampilan dalam bentuk grafik. Bentuk
grafik yang diharapkan adalah bentuk Pengujian
airfoil, dari bentuk tersebut dengan a. Pengujian meliputi analisa pada
bantuan program CAD didesain menjadi persamaan transformasi Jaoukowski
sebuah bentuk bilah kincir angin. b2
Batasan masalah yang digunakan (Kreyszig, 2006) w z ,
meliputi: Analisa terhadap persamaan z
matematika tranrformasi Joukowsky, dengan memvariasikan nilai b atau
dengan mentranformasikan bentuk membuat jari-jari lingkaran pada
lingkarang pada bidang komplek Z bidang Z dengan variase trtentu,
dengan variasi bentuk geometri sehingga hasil tranformasi juga akan
lingkaran, variasi meliputi jari-jari bervariasi. Membuat pergeseran pada
lingkaran dan titik pusat lingkaran titik pusat lingkaran pada bidang Z
104
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
105
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
y4=y2+sy; subplot(2,2,4),plot(u,v1,u,v2),axis
u=x1+(x1./(x1.^2+y3.^2)); ([min(u)-2 max(u)+2 min(v2)-1
v1=y3-(y3./(x1.^2+y3.^2)); max(v1)+1]),title('airfoil');
v2=y4-(y4./(x1.^2+y4.^2));
subplot(2,2,1),plot(x,y1,x,y2),title melalui command windows, masukan
('lingkaran dasar'); nilai-nilai parameter:
subplot(2,2,3),plot(x1,y3,x1,y4),a “nilai r = 1.1”
xis([min(x1)-1.5 max(x1)+1.5 “pergeseran arah x = -0.1”
min(y4)-1 “pergeseran arah y = 0”
max(y3)+1]),title('pergeseran Hasil dapat dilihat pada Gambar 1
lingkaran');
Gambar 1. Hasil pergeseran lingkaran titik pusat (-0.1, 0) Kurva Airfoil hasil transformasi titik
pusat menjadi (-0.1825, 0)
106
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Tabel 4 menunjukan hasil transformasi airfoil jari-jari lingkaran yang bervariasi R = 1,1 , 1,.2,
simetri dengan nilai sy = 0, variasi nilai sx. dan 1,3 dengan pergeseran titik pusat sx =
Airfoil dengan bentuk yang -0,1 dan sy = 0,1 (titik pusat lingkaran
aerodinamis dapat menghasilkan fenomena ( -0,1 , 0,1) pada bidang Z) (Tabel 5).
yang unik terhadap karakteristik gaya pada Bentuk airfoil memiliki karakteristik
airfoil itu sendiri jika berada dalam suatu aliran penamaan tersendiri yang menurut NACA
fluida (Kundu, 2004). Pesawat dapat terbang dapat digolongkan dalam seri 4. Berikut
karena adanya gaya angkat (lift force) oleh (Gambar 2) airfoil hasil program Matlab GUI
sayap pesawat yang berpenampang airfoil untuk transformasi R = 1,1 dan pusat lingkaran
(www.cfd4aircraft.com, 2013) bilah kincir airfoil (-0.1 , 0.1). Hasil analisa standar NACA seri 4
angin dapat berputar lebih cepat karena untuk airfoil pada Gambar 2, dapat
adanya gaya dorong (drag force). Berikut dikatagorikan sebagai berikut (Tabel 6.)
figure arifoil hasil program Matlab GUI, untuk
beberapa tipe airfoil. )arameter transformasi
2 R = 1,1
3 R = 1,2
2 sx = -0,1
107
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
3 sx = -0,2
2 R = 1,3
3 R = 1,5
108
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Tabel 5. Desain airfoil dari matlab GUI dengan variasi jari-jari lingkaran
persamaan lingkaran figure Airfoil
R = 1.1
sx = -0.1
sy = 0.1
2 2 2
(x+0.1) +(y-0.1) =(1.1)
R = 1.2
sx = -0.1
sy = 0,1
2 2 2
(x+0.1) +(y-0.1) =(1.2)
R = 1.3
sx = -0.1
sy = 0.1
2 2 2
(x+0.1) +(y-0.1) =(1.3)
Untuk mendesain bilah kincir dengan (mean chamber line). 3).Menentukan absis %
penampang airfoil, dapat digunakan program chord dari titik leading edge (0%) hingga
bantu komputer (CAD/ Computer Aided trailing edge (100%). 4). Menetukan upper
Design), salah satunya adalah CAD. Berikut surface (top chamber line) dan lower surface
rancangan untuk airfoil NACA 0006 dan 6312 (down chamber line). 5).Menentukan
dengan menggunakan CAD (Gambar 3). Chamber, 6).Menentukan maximum thickness.
Urutan rancangan didasarkan pada Gambar Gambar 2 menunjukan penentuan thickness
5.11, antara lain: 1). Menetukan panjang dan absis % Chord.
chord, b).Menentukan chamber mean-line
109
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
Bentuk airfoil pada Gambar 4 adalah Pada Gambar 6 menunjukan bentuk bilah
tampilan 2 dimensi (2D), dengan kemampuan kincir angin hasil rancangan dengan
software CAD tampilan tersebut dijadikan dasar spesifikasi, panjang bilang 2,5 m , panjang
untuk menjadi tampilan 3D. Adapun ketentuan chord root 40 cm, panjang chord tip 10 cm,
o
untuk membuat bilah kincir angin adalah dengan sudut helix 8 . Panjang bilah menentukan
menentukan terlebih dahulu, antara lain: 1). berapa besar daya kincir angin yang
Standar NACA menggunakan ukuran %, dihasilkan. Berdasarkan persamaan energi
sehingga untuk ukuran besar atau kecil hanya kinetik angin, besar energi tersebut yang
dikalikan faktor persetasenya. 2). Lebar bawah dapat dirubah menjadi energi mekanik
bilah (root blade). 3). Lebar bilah atas (tip blade). adalah dalam bentuk daya yaitu P = 8/27 A
3
4). Sudut puntir (helix angle blade) sudut antara V . Sehingga apabila panjang bilah 2,5 m,
root blade dan tip blade biasanya besarnya 5 – maka diameter rotor kincir adalam 5 m maka
10, harus lebih kecil dari sudut serang (angle luas angin yang dapat diubah adalah A =
2
attack). 5).Panjang bilah (length blade). 6).Sudut 19,625 m , jika kecepatan angin rata-rata 6
3
puntir (helix angle blade) dapat terlihat jelas lihat m/detik dan massa jenis udaran 1 kg/m ,
dari tampak atas (pada tip blade) (Gambar 5) maka daya yang dapat dihasilkan adalah
sudut tersebut merupakan sidit antara chord root 1.256 watt.
dan chord tip.
DAFTAR PUSTAKA
Dauhoo M.Z. 2003 .“The Role of the Kutta-
Solution of Euler Equations for a
Symmetrical Airfoil.” Integrating CFD and
Experriments University of Mauritius
111
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
112