Anda di halaman 1dari 115

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415

Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

DAFTAR ISI

Pengaruh Kecepatan Arus Pengelasan Dan Panas Masuk Terhadap Sifat 001 - 009
Mekanis Logam Las Pada Pengelasan SAW Baja Karbon ASTM A 29
Agus Duniawan, Sutrimo

Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Dan Waktu Anodisasi Terhadap Ketahanan 010 - 021
Aus, Kekerasan Serta Ketebalan Lapisan Oksida Paduan Aluminium Pada
Material Piston
Bambang Wahyu Sidharta

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Produk Unggulan Daerah 022 - 027


Menggunakan Metode Entropy Dan Electre II (Studi Kasus: Dinas Koperasi,
Industri Dan Perdagangan Kabupaten Lamongan)
Eko Handoyo, Andharini Dwi Cahyani, Rika Yunitarini

Sistem Kunci Elektronis Dengan Perekam Waktu Akses Berbasis 028 - 037
Mikrokontroler AT89C51
Sigit Priyambodo, Anik Heironi

IBM Kelurahan Gulurejo (Kawasan Pengrajin Batik) Untuk Mengatasi


Masalah Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Cair Batik 038 - 045
Yuli Pratiwi, Gatot Santoso, Joko Waluyo

Identifikasi Daging Segar Dan Busuk Menggunakan Sensor Warna RGB


Dan Ph Meter Digital 046 - 053
Prastyono Eko Pambudi, Edhy Sutanta, Mujiman

Analisis Kerusakan Poros Brine Injection Pump 054 - 059


Ratna Kartikasari , Antony

Microcontroller Sebagai Pengendali Waktu Penyiraman Pada Tanaman 060 - 069


Buah-Buahan Sistem Tabulapot
Tri Watiningsih, Yohana Nursuwening, Reni Sulistiyowati AM

Pengukuran Keseimbangan Lintasan Produksi Keramik Dengan Metode 070 - 075


Helgeson Dan Birnie Di PT.XYZ
Tuti Sarma Sinaga

Sistem Rekomendasi: Buku Online Dengan Metode Collaborative Filtering 076 - 084
Moh. Irfan, Andharini Dwi C, Fika Hastarita R.

Perbandingan Metode Som (Self Organizing Map) Dengan Pembobotan 085 - 092
Berbasis RBF (Radial Basis Function)
Andharini Dwi Cahyani, Bain Khusnul Khotimah, Rafil Tania Rizkillah

Reducing Defective Of Roll M-70 Product On Casting Process 093 - 102


Sukirman, Enden Primandhika, Huda Muhamad B, Deros B.M

Perancangan Blade Airfoil Dengan Bantuan Program Transformasi


Joukowsky 103 - 111
Toto Rusianto, Emy Setyaningsih
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENGARUH KECEPATAN ARUS PENGELASAN DAN PANAS MASUK


TERHADAP SIFAT MEKANIS LOGAM LAS PADA PENGELASAN SAW
BAJA KARBON ASTM A 29
1 2
Agus Duniawan , Sutrimo

1 2
Jurusan Teknik Mesin IST AKPRIND Yogyakarta, Politeknik Bandung

Masuk: 4 Juni 2014, revisi masuk : 21 Juli 2014, diterima: 26 Juli 2014

ABSTRACT
Welding is a joining technique in production process which weld two metals or
more using heat energy Physical property near welding zone changes in microstructure,
deformation and thermal stress in order to minimize a negative effects, it is required a
correct procedure in welding, selection of optimum welding current and heat input.
Welding joint in steel countruction or pressure vessel has to fullfill the welding standard
o o
such as, high stress property 27 joule for temperature – 50 C and 100 joule for 0 C. The
aim of this research is to investigate the Effect of variation in welding current, welding
speed and heat input on microstructure of main metal and HAZ. Experimental work is
done using optic microscope, hardness test and univercal machine. The purpose of the
research is to obtain optimum welding parameter related which micro structure and
mechanical properties of weld metal and HAZ. The variation in heat input are 2 kg/mm,
3kg/mm, 4kg/mm. The variation of welding speed are 7 mm/s, 4,7 mm/s and 3,5 mm/s at
current of 400 Ampere,mean while at 600 Ampere the variation in welding speed are
10,5mm/s, 7mm/s, 5,25mm/s. The result shaws that microstructure is dominated by ferit
size and ferit Widmanstatten. The highest hardness of 164,98 VHN is found at welding
zone of specimen A with welding current of 400 Amper, welding speet of 7 mm/s and heat
input of 2kg/mm. Tension and yielding stress of 567 and 472 MP occur for specimen A1
with 600 Ampere welding speed of 7 mm/s and heat input of 2kg/mm.

Keywords : Effect of Flow weld, SAW, heat Input variation.

INTISARI
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih
dengan menggunakan energi panas, maka logam yang disekitar daerah las mengalami
perubahan struktur metalurgi, deformasi dan tegangan termal. Untuk mengurangi
pengaruh buruk tersebut, maka dalam proses pengelasan perlu prosedur pengelasan
yang benar dan tepat, atau dicari kecepatan arus, pengelasan dan panas masukan yang
optimal. Sambungan las yang akan digunakan pada sambungan konstruksi baja seperti
jembatan dan bejana tekan, harus memenuhi persyaratan yang ketat diantaranya adalah
tegangan tarik harus mempunyai nilai yang tinggi dan ketangguhan minimal 27 joule
0 0
pada suhu -50 C atau 100 Joule pada suhu 0 C . Tujuan Penelitian untuk menyelidiki
pengaruh variasi arus, kecepatan pengelasan dan masukan panas terhadap struktur
mikro pada logam las dan daerah terpengaruh panas (HAZ) dengan menggunakan
mikroskop optik dan sifat-sifat mekanis dengan menggunakan alat uji kekerasan, dan uji
tarik. Manfaat penelitian supaya mendapatkan kondisi parameter pengelasan yang
optimum terkait dengan struktur mikro dan sifat-sifat mekanis pada logam las dan daerah
terpengaruh panas. Metode penelitiannya terdiri dari pengelasan logam Plat Baja karbon
ASTM A 29(1021), tebal 10mm dengan tegangan 35 volt ( DCEP), Elektroda AWS A5.17
EM 12K (kadar Mn 1.0 %) , Fluks OK Flux 10.71 (kadar Mn 1.0 %) Proses pengelasan
busur terendam secara otomatis, Variasi masukan panas 2,0 kJ/mm; 3,0 kJ/mm dan 4,0
kJ/mm Variasi kecepatan pengelasan 7 mm/s; 4,7 mm/s; 3,5 mm/s pada arus 400 Amper
dan 10,5 mm/s; 7 mm/s; 5,25 mm/s pada arus 600 Amper. Hasil dengan adanya
kenaikan masukan panas, maka struktur mikro akan didominasi oleh ferit batas butir dan

1
1
Agusduniawan @gmail.com
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

ferit Widmanstatten serta meningkatkan ukuran butir (grain boundary ferit) hal ini
disebabkan oleh laju pendinginan yang semakin lambat, Nilai kekerasan tertinggi di
daerah las sebesar 164,98 VHN terjadi pada spesimen A dengan arus 400 Amper,
kecepatan pengelasan 7 mm/detik dan masukan panas 2,0 kJ/mm, hal tersebut dapat
terjadi karena pendinginan yang terjadi sangat cepat, Tegangan tarik dan tegangan luluh
tertinggi sebesar 567 dan 472 MPa terjadi pada spesimen A1 dengan arus 600 Amper,
kecepatan pengelasan 7 mm/detik dan masukan panas 2 kJ/mm.

Kata kunci : Pengaruh Arus Las,SAW,Variasi Panas.Masukan .

PENDAHULUAN gam las dan daerah terpengaruh panas,


Pengelasan adalah proses pe- Menjadi referensi dan sumbangan bagi
nyambungan antara dua bagian logam ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
atau lebih dengan menggunakan energi pengelasan.
panas, maka logam yang disekitar dae- Melakukan pengelasan peng-
rah las mengalami perubahan struktur amatan dengan mikroskop optikUji
metalurgi, deformasi dan tegangan ter- kekerasan dengan hardness test dengan
mal. ini hasil Struktur mikro dan kekerasan
Salah satu cara untuk mengurangi dari daerah las dan HAZ sangat ter-
pengaruh buruk tersebut, maka dalam gantung pada laju pendinginan,laju ini di
proses pengelasan perlu prosedur pe- pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ngelasan yang benar dan tepat, atau tebal pelat, kondisi pengelasan, preheat,
dicari arus, kecepatan pengelasan dan masukan panas
masukan panas yang optimal. Melakukan
Pada aplikasi di lapangan sam- pengelasanPengamatan dengan mikros-
bungan las harus memenuhi persyaratan kop optik hasil Effek dari pertambahan
yang sangat ketat diantaranya harus heat input terjadi pada 9,78 kJ/mm dapat
mempunyai kekuatan tarik yang tinggi meningkatkan dimensi weld interface
dan ketangguhan impak yang baik, untuk (WI) ), daerah pertumbuhan butir atau
memenuhi standar AWS yaitu 27 Joule grain growth zone (GGZ) dan HAZ
pada temperature -51˚C. sehingga memperbesar ukuran kolam las
Sambungan las yang akan digu- (weld pool)dan luasan peleburan, dan
nakan pada sambungan konstruksi baja dengan meningkatnya tegangan akan
seperti jembatan dan bejana tekan, harus memperlebar daerah WI, GGZ dan HAZ.
memenuhi persyaratan yang ketat dian- (Gunaraj dan Murugan2002)
taranya adalah tegangan tarik harus Melakukan pengelasan peng-
mempunyai nilai yang tinggi dan ketang- amatan degan mikroskop optikUji keke-
0
guhan minimal 27 joule pada suhu -50 C rasan degan hardness testhasil Peng-
0
atau 100 Joule pada suhu 0 C (Johnson elasan bahan baja API 5L X-52, masuk-
dkk,1985). an panas optimum terjadi pada 2,304
Adapun tujuan dari penelitian ini kJ/mm, degan arus 900 Amper terjadi
untuk menyelidiki pengaruh variasi arus, peningkatan jumlah prosentase ferit aci-
kecepatan pengelasan dan masukan cular dan ketangguhan impak maksimum
panas terhadap struktur mikro pada dengan suhu transisi getas–ulet sebesar
°
logam las dan daerah terpengaruh panas -10 C.
(HAZ) dengan menggunakan mikroskop Melakukan pengelasan peng-
optik dan sifat-sifat mekanis dengan amatan dengan mikroskop optik Uji
menggunakan alat uji kekerasan, uji tarik ketangguhan dengan Charpy Impacthasil
dan uji impak. Filler jenis EM 12K (kadar Mn 1 %) yang
Manfaat dari penelitian ini untuk digunakan pada pengelasan bahan baja
mendapatkan kondisi parameter penge- SM 490, menghasilkan ketangguhan las
lasan yang optimum terkait dengan struk- tertinggi degan masukan panas 2,12
tur mikro dan sifat-sifat mekanis pada lo- kJ/mm dan prosentase acicular ferit
menunjukkan jumlah yang besar pada
°
suhu transisi pada -7 C.( Suharno 2004)

2
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Rendam (ESAB). Ketiga, Mikroskop Op-


METODE tik. Keempat, Mesin Uji Kekerasan
Vickers. Kelima, Mesin Uji Tarik. Bentuk
Sambungan/Bentuk kam-puh berupa
sambungan tumpul (butt joint) meng-
gunakan pelat penahan (back up strip)
dengan alur V tunggal, panjang pelat
yang digunakan 300 mm.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Bahan Sambungan
Bahan penelitian ini : Plat baja
karbon ASTM A 29 (1021)
Gambar 2. Geometri sambungan las
Spesifikasi Plat : Tebal 12 mm
Tegangan : 35 volt (DCEP)
Kuat arus : 400 dan 600 Pengelasan dilakukan secara
Amper otomatis dengan menggunakan arus DC
dengan polaritas positif direct current
Tabel 1.Komposisi Kimia Logam Induk electrode positif (DCEP) pada tegangan
konstan 35 volt. Detail parameter las
Unsur C Mn P S seperti pada tabel berikut ini:

(% 0,18 – 0,60 – Tabel 2. Parameter Pengelasan


Wt) 0,23 0,90 0,040 0,050
Spesi I(Arus) Heat Kecepatan
- Ampere Input (v) (mm/det)
Satu, bahan Pengelasan, elektro- men (kj/mm
da las (Filler), yang di gunakan adalah A 2 7
AWS A5.17 EM 12K dengan komposisi
kimia sebagai berikut: C = 0,12 %; Si = B 400 3 4,7
0,1 %, Mn = 1,0 % C 4 3,5
Dua, fluks yang di gunakan OK
A1 2 10,5
Flux 10.71CHF 101, dengan kompo-
sisi kimia sebagai berikut: C = 0,07 %; B1 600 3 7
Si = 0,2 %; Mn = 1,0 %.Basicity Index = C1 4 5,25
1,6
Alat yang dipergunakan: Perta-
ma, Alat Potong Logam (Flame Cutting) Pengujian, pengamatan Struktur
dan Alat Ukur.Kedua, Mesin Las Busur Mikro anatara lain: Satu, tujuan dari

3
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

pengamatan ini adalah untuk mengetahui variasi masukan panas dan kecepatan
ukuran dan bentuk butir serta distribusi pengelasan. Kedua, pada penelitian ini
dari berbagai macam fasa logam serta pengujian tarik dilakukan pada arah
inklusi yang terjadi pada pengelasan. tranversal dari logam las, spesimen uji
Dua,pengamatan dilakukan pada daerah tarik berbentuk pelat sesuai dengan
las, HAZ besar, HAZ kecil, dan logam standar.
induk. Tiga, alat yang dipergunakan
untuk pengujian ini adalah mikrosokop
optik.
Pengujian Kekerasan, Pertama
uji kekerasan dilakukan dengan metode Perhitungan: Engineering stress
Vickers (VHN). Pengujian ini dilakukan (tegangan teknik) : σ Engineering strain
untuk mengetahui distribusi kekerasan di (regangan teknik) :
daerah las, HAZ kasar, HAZ halus dan
logam induk dari hasil pengelasan busur dimana :
2
rendam dengan variasi masukan panas Σ = Tegangan tarik (N/mm )
dan kecepatan pengelasan. Kedua, F = Beban (N)
2
harga kekerasan mikro didapat dengan A0 = Luas penampang mula-mula (mm )
persamaan (ASM,1986): L0 = Panjang spesimen mula-mula (mm)
L = Panjang spesimen setelah patah
(mm)

dimana :
F = beban yang dipergunakan (kgf)
d = panjang diagonal rata-rata (mm)
θ = sudut antara permukaan intan yang
berlawanan = 136°

Gambar 4. Spesimen uji Tarik

PEMBAHASAN
Pengujian Komposisi Kimia
Gambar 3. Spesimen uji kekerasan (Spectrometer), hasil uji komposisi kimia
logam las dan logam induk ditunjukkan
Pengujian Tarik, Pertama tujuan pada tabel berikut:
pengujian tarik dalam penelitian ini ada
lah untuk membandingkan kekuatan
tarik statis hasil pengelasan dengan
Tabe1 3. Hasil uji komposisi logam induk

Unsur C Si S P Mn Ni Cr
(%wt) 0,1823 0,3082 0,0068 0,0117 0,8757 0,0179 0,0362
Mo V Cu W Ti Al
0,0094 0,0014 0,0395 0,0009 0,0024 0,0446

Tabe1 Hasil uji komposisi daerah las

Unsur C Si S P Mn Ni
(%wt) 0,0999 0,2764 0,0119 0,0229 1,0977 0,0449
Cr Mo V Cu W Ti Al
0,0507 0,0031 0,0052 0,1039 0,0047 0,0032 0,0093

4
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Hasil pengujian komposisi logam


induk dan daerah las dengan metode
spektrometri menunjukkan unsur Mangan
(Mn) dan Silicon (Si) memiliki jumlah
persen berat yang besar. Kedua unsur ini
nantinya akan berpengaruh terhadap
pembentukan inklusi dan akhirnya
mempengaruhi jumlah ferit acicular yang
terbentuk selama pengelasan (Jang dan
Indacochea, 1987).
Pengamatan Foto Makro, foto
makro dimaksudkan untuk mengetahui
bentuk dan batas antara daerah las,
HAZ, logam induk, las bagian luar dan
las bagian dalam. Pada pengelasan pipa
maupun pelat faktor kekuatan terdapat
pada pengelasan bagian luar dan bagian
dalam, karena daerah ini yang memiliki
pertemuan atau penyatuan dari proses
pengelasan lapis banyak (multi layer)
dimana daerah tersebut merupakan
pusat sambungan atau sebagai pusat Gambar 6. Foto Struktur Mikro Spesimen
dari ke Struktur Mikro Daerah las dan A. (a)Daerah Las, (b)Las – HAZ, (c) HAZ
Daerah HAZ, tujuan dari pengujian ini kasar, (d) HAZ halus, (e) HAZ - ligam
adalah untuk mengetahui ukuran dan Induk, (f) logam induk
bentuk butir serta distribusi dari berbagai
macam fasa logam serta inklusi yang
terjadi pada pengelasan kuatan
pengelasan dan ketangguhan.

Gambar 5.Pengamatan Struktur Mikro

Struktur Mikro Daerah las dan Gambar 7. Foto Struktur Mikro Spesi-
Daerah HAZ, tujuan dari pengujian ini men B. (a)Daerah Las, (b)Las – HAZ, (c)
adalah untuk mengetahui ukuran dan HAZ kasar, (d) HAZ halus, (e) HAZ -
bentuk butir serta distribusi dari berbagai ligam Induk, (f) logam induk.

5
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Gambar 10. Foto Struktur mikro spec-


Gambar 8. Foto Struktur Mikro Spesi-
imen B1. a.Daerah Las, (b) las – HAZ, (c)
men C. (a)Daerah Las, (b)Las – HAZ, (c)
HAZ kasar, (d)HAZ halus, (e) HAZ-
HAZ kasar, (d) HAZ halus, (e) HAZ -
Logam induk, (f) Logam Induk
ligam Induk, (f) logam induk

Gambar 9. Foto Struktur Mikro Gambar 11. Foto Struktur Mikro


Spesimen A1 Spesimen C1
(a) Daerah Las, (b)Las – HAZ, (c) HAZ (a) Daerah Las, (b)Las – HAZ, (c) HAZ
kasar, (d) HAZ halus, (e) HAZ - ligam kasar, (d) HAZ halus, (e) HAZ - ligam
Induk, (f) logam induk Induk, (f) logam induk

6
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Pertama, struktur mikro daerah terbentuk berupa ferit acicular, sebalik-


las Gambar 6-11(a) ditentukan pada saat nya penurunan keuletan dan ketangguh-
proses pembekuan (solidification) dan an terjadi jika pada daerah las struktur
transformasi  (austenit) ke α (ferit). Be- mikro yang terbentuk berupa ferit batas
berapa faktor yang mempengaruhi struk- butir, ferit Widmanstatten, bainit, atau
tur mikro daerah las antara lain: proses martensit.
pengelasan, komposisi akhir daerah las, Ketuju, sedangkan ferit acicular
masukan panas, dan siklus termal. akan terbentuk jika kandungan oksigen
Kedua, pada Gambar tersebut daerah las berkisar antara 200 ppm–250
diatas berdasarkan diagram CCT dapat ppm, pada kisaran ini 90% ferit acicular
dilihat bahwa struktur mikro yang terben- dapat terbentuk (Horrison, 1981).
tuk pada daerah lasan ini adalah ferit Kedelapan, dengan demikian ink-
batas butir, ferit Widmanstatten, dan ferit lusi di satu sisi bermanfaat untuk mem-
acicular, dan nampak bahwa ferit acicular bantu terbentuknya acicular ferrite, deng-
mempunyai jumlah cukup banyak pada an catatan persentase jumlah inklusi
daerah ini. Struktur ferit acicular inilah dapat diatur.
yang diharapkan dari setiap proses peng- Kesembilan, sedangkan ferit aci-
elasan, karena struktur ini sebagai inter- cular akan terbentuk jika kandungan
locking structure yang mampu meng- oksigen dalam daerah las berkisar antara
hambat laju perambatan retak (Grong, 200 ppm – 250 ppm, dimana pada kisar-
1986). an ini 90% ferit acicular dapat terbentuk
Ketiga, pada daerah HAZ kasar (Horrison, 1981).
Gambar 6-11 (c adalah daerah terdekat Kesepuluh, dengan demikian ink-
pada pengelasan dimana temperatur lusi di satu sisi bermanfaat untuk mem-
selama pengelasan diatas 1100˚C, tetapi bantu terbentuknya acicular ferrite, deng-
dibawah titik cair, maka menyebabkan an catatan persentase jumlah inklusi da-
pertumbuhan butir austenit. Selanjutnya pat diatur.
butir austenit besar ini berubah menjadi
bainit selama pendinginan. Butir kasar
membentuk daerah las dimana tempera-
tur selama pengelasan lebih rendah dari
1100˚C dan nukleasi austenit terjadi tan-
pa pertumbuhan butir. Selama pendingin-
an, butir halus austenit berubah menjadi
ferit halus dan butir pearlit.
A.
A.
Keempat, pada daerah HAZ ha- Ampe
Amper 400
r 400
lus seperti pada Gambar 6. 11 (d) terlihat
struktur perlit-sementit yang merata. Hal
ini disebabkan karena suhu maksimum
yang dicapai saat pemanasan relatif lebih Gambar 12.Grafik kekerasan pada Am-
rendah sehingga hanya mengalami pro- pere 400 vs jarak dari pusat pengelasan.
ses rekristalisasi dan pada saat pen-
dinginan berubah menjadi ferit halus.
Kelima, pada daerah HAZ deng-
an logam induk Gambar 6 - 11 (e dan f)
terlihat struktur mikro logam induk yang
tidak terpengaruh panas yang berupa
ferit-perlit yang memanjang searah deng-
an arah pengerolan.
Keenam, keuletan dan ketang-
A1.
guhan daerah las dipengaruhi oleh ba- Amper 600
nyak faktor seperti komposisi, struktur
mikro, ukuran butir dan juga inklusi.
Keuletan dan ketangguhan daerah las Gambar 12. Grafik kekerasan pada Am-
akan meningkat jika struktur mikro yang pere 600 vs jarak dari pusat pengelasan.

7
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Pengujian Kekerasan, nilai keke- KESIMPULAN


rasan tertinggi di daerah las sebesar Pertama, dengan adanya kenaik-
164,98VHN terjadi pada spesimen A an masukan panas, maka struktur mikro
dengan arus 400 Amper, kecepatan pe- akan didominasi oleh ferit batas butir dan
ngelasan 7mm/detik dan masukan panas ferit Widmanstatten serta meningkatkan
2,0kJ/mm hal tersebut dapat terjadi ukuran butir (grain boundary ferit) hal ini
karena pendinginan yang terjadi sangat disebabkan oleh laju pendinginan yang
cepat. semakin lambat.
Pada daerah logam induk keke- Kedua, nilai kekerasan tertinggi
rasan merata dan tingkat kekerasannya di daerah las sebesar 164,98VHN terjadi
paling rendah dikarenakan struktur yang pada spesimen A dengan arus 400A,
ada berbentuk ferit dan perlit halus, hasil kecepatan pengelasan 7mm/detik dan
pengujian kekerasan seperti terlihat pada masukan panas 2,0kJ/mm, hal tersebut
Gambar 12. dapat terjadi karena pendinginan yang
Dari hasil pengujian didapatkan terjadi sangat cepat.
tegangan tarik dan tegangan luluh ter- Ketiga, pada tegangan tarik dan
tinggi sebesar 567 dan 472MPa terjadi tegangan luluh tertinggi sebesar 567 dan
pada spesimen A1 dengan arus 600 472MPa terjadi pada spesimen A1 deng-
Amper, dengan kecepatan pengelasan 7 an arus 600Amper, kecepatan pengelas-
mm/detik dan masukan panas 2 kJ/mm. an 7mm/detik dan masukan panas 2
Hal tersebut jika dibandingkan tegangan kJ/mm. Dibanding dengan tegangan tarik
tarik dan tegangan luluh yang terjadi dan tegangan luluh yang terjadi pada
pada logam induk yaitu 489 MPa dan logam induk yaitu 489MPa dan 366MPa.
366 MPa.
SARAN
Hasil penelitian Pengaruh Arus,
Kecepatan Pengelasan dan Masukan
Panas Terhadap Struktur Mikro dan Sifat
Mekanis Logam Las dan HAZ pada
Pengelasan SAW Baja Karbon ASTM A
29, dapat disarankan sebagai berikut:
Berdasarkan data penelitian ini sebaik-
nya dipakai metode spesimen A dengan
arus 400 Amper, kecepatan pengelasan
7mm/detik dan masukan panas 2,0
kJ/mm, hal tersebut dapat terjadi karena
pendinginan yang terjadi sangat cepat.
Gambar 13. Grafik kekuatan tarik daerah
las. DAFTAR PUSTAKA
Grong, O., dan Matlock, D.K., 1986,
Pengujian Tarik, Pada Tabel 4. Microstructural Development in
Tabel dan Gambar grafik hasil pengujian Mild and Low Alloy Steel Weld
tarik pada daerah las. Metals, International Metal Re-
view, Vol 31 (1) pp 27-48.
Tabel 4. hasil uji tarik rata-rata pada Gunaraj, V, and Murugan, N., 2002,
daerah las “Prediction of Heat-Affected Zo-
ne Characteristics in Submer-
ged Arc Welding of Struc-tural
Steel Pipes” Welding Journal,
pp 94-S – 910 S
Horrison, P.L., dan Farrar, R.A., 1981,
Influence of Oxigen-rich on the
Phase Transfor-mation in High
Strength Low Alloy (HSLA) Stell

8
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Weld Metals, Journal of Material


Science, 16, pp 2218-2226.
Jang, J., dan Indachoea, J.E., 1987,
Inclusion Effect on Submer-
ged Arc Weld Microstructure,
Journal of Material Science, 22,
pp 689-700
Johnson, M.Q., Evans, G.M and Ed-
wards, G.R., 1985, The Influen-
ces of Addition and Interpass
Temperatur on the Micro-
structures and Mechanical
Properties of High Strength
SMA Weld Metals, ISIJ
International vol 35 No. 10, pp
1222-1231.
Suharno, Ilman, M.N dan Jamasri., 2004,
Pengaruh Masukan Panas pada
Pengelasan Busur Terendam
Terhadap Ketangguhan dan
Suhu Transisi Baja SM 490,
Prosiding Seminar Nasional
Teknik Mesin, ISBN: 979- 98888-
0-8, pp.hal. 36-42.

9
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENGARUH KONSENTRASI ELEKTROLIT DAN WAKTU ANODISASI TERHADAP


KETAHANAN AUS, KEKERASAN SERTA KETEBALAN LAPISAN OKSIDA PADUAN
ALUMINIUM PADA MATERIAL PISTON
1
Bambang Wahyu Sidharta
1
Jurusan Teknik Mesin, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Masuk: 7 April 2014, revisi masuk : 15 Juli 2014, diterima: 24 Juli 2014

ABSTRACT
Aluminum alloys used in the manufacture of automotive parts, such as piston,
wherein the component is fast moving parts, which would have to meet certain physical
and mechanical properties such as wear resistance and hardness. To improve the
physical and mechanical properties such as wear resistance and hardness in aluminum
alloy, then the anodizing process was chosen, because this process will increase the
hardness and wear resistance of the metal. The increasing of hardness and wear of the
aluminum alloy is due to the aluminum oxide layer formed on the anodizing process.The
purpose of this study was to determine the effect of electrolyte concentration and time of
anodizing process against hardness and wear resistance , as well as the thickness of the
oxide film on aluminum alloy as the piston material.The process of anodizing of aluminum
alloys performed at different electrolyte concentrations, i.e. 15, 20 and 25% vol. H2SO4
(sulfuric acid) with the addition of 6% wt. H2C2O4 (oxalic acid) at each concentration of
sulfuric acid. The length of the anodizing time for each electrolyte concentration of 3, 5
and 7 minutes, while the electric voltage used is 24 volts.From this research, the best
results obtained by anodizing using electrolyte 15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 for 7-
minute process that increase the material hardness from 115 to 190 VHN; and the best
-5 2
specific wear (Ws) 7.15 x 10 mm /kg and the thickest oxide layer 83.81 μm.

Keywords: aluminum alloy, anodizing, the wear rate, anodizing time

INTISARI
Paduan aluminium digunakan dalam pembuatan komponen otomotif, diantaranya
piston, dimana komponen ini merupakan komponen yang bergerak, yang tentunya harus
memenuhi sifat fisis dan mekanis tertentu seperti ketahanan aus dan kekerasan. Untuk
memperbaiki sifat fisis dan mekanis seperti ketahanan aus dan kekerasan pada paduan
aluminium, maka dilakukan proses anodizing. Proses ini akan meningkatkan kekerasan
paduan aluminium sehingga ketahanan aus dari logam ini juga akan meningkat.
Peningkatan kekerasan serta keausan pada paduan aluminium ini terjadi karena adanya
lapisan oksida aluminium yang terbentuk pada proses anodizing.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi elektrolit dan waktu proses anodizing
terhadap kekerasan, keausan serta ketebalan lapisan oksida pada paduan aluminium
sebagai material piston.Proses anodizing paduan aluminium dilakukan pada konsentrasi
elektrolit yang berbeda, yaitu 15, 20 dan 25% vol. asam sulfat H2SO4 dengan
penambahan 6% wt. asam oksalat H2C2O4 pada setiap konsentrasi asam sulfat.
Lamanya proses anodizing untuk setiap konsentrasi elektrolit sebesar 3, 5 dan 7 menit,
sedangkan tegangan listrik (voltase) yang digunakan adalah 24 volt. Dari penelitian ini
didapatkan hasil yang cukup signifikan, dimana hasil anodizing yang terbaik didapatkan
dengan menggunakan elektrolit 15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 dengan waktu proses
selama 7 menit yang menghasilkan perubahan kekerasan material dari 115 VHN
-5 2
menjadi 190 VHN; nilai keausan spesifik (W s) terbaik sebesar 7,15 x 10 mm /kg serta
ketebalan lapisan oksida tertinggi 83,81 µm.

Kata kunci : paduan aluminium, anodizing, laju keausan, waktu anodizing

1
bwahyusidharta@yahoo.co.id

10
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENDAHULUAN Dengan fungsi tersebut, maka


Salah satu perbaikan dan pe- piston harus terpasang dengan rapat
nyempurnaan pada suatu produk adalah dalam silinder. Untuk itu perlu satu atau
dengan proses anodizing. Dengan ini beberapa ring (cincin) dipasang pada
proses anodizing akan diperoleh suatu piston agar lebih rapat dengan silinder
material seperti material baru yang mem- untuk mengurangi atau meniadakan
punyai sifat yang lebih baik, misal: kebocoran. Pada silinder dengan tempe-
meningkatnya ketahanan aus, mening- ratur kerja menengah ke atas, bahan ring
katnya ketahanan panas, meningkatnya terbuat dari logam, disebut dengan ring
kekerasan, meningkatnya ketahanan piston (piston ring). Sedangkan pada
korosi. Disamping memperbaiki sifat silinder dengan temperatur kerja rendah,
material suatu produk, proses anodizing umumnya bahan ring terbuat dari karet,
ini juga memperindah tampilan suatu disebut dengan ring sil (seal ring).
produk. Piston pada mesin juga dikenal
Logam aluminium sudah diguna- dengan istilah torak. Torak berfungsi
kan pada komponen-komponen otomotif, sebagai penekan udara masuk dan
diantaranya piston, dimana komponen ini penerima tekanan atau gaya hasil pem-
merupakan komponen yang bergerak , bakaran dalam ruang bakar. Piston
yang tentunya harus memenuhi sifat fisis terhubung ke poros engkol (crankshaft)
dan mekanis tertentu seperti ketahanan melalui setang piston (connecting rod). Di
aus, ketahanan panas dan kekerasan. bawah ini adalah gambar dari piston
Logam alumunium dipilih karena mempu- untuk mesin 4 langkah :
nyai sifat yang baik antara lain: ringan, Proses anodizing merupakan
kekuatan tinggi dan ulet, mudah difabri- salah satu proses perlakuan permukaan
kasi, mampu bentuk serta ketahanan yang dilakukan dengan tujuan untuk
korosi yang baik. Sehingga dari sifat-sifat memperbaiki atau meningkatkan sifat
tersebut aluminium mempunyai variasi dari suatu logam induk (substrate)
sifat mekanik dan fisis yang baik, tapi diantaranya adalah ketahanan terhadap
masih perlu ditingkatkan. keausan, meningkatkan kekerasan serta
Tujuan piston dalam sebuah bertujuan untuk memperindah penampil-
silinder mesin adalah: Pertama, meng- an (decorative) dari substrate itu sendiri,
ubah volume dari isi silinder, perubahan dimana biaya yang diperlukan pada
volume ini diakibatkan karena piston proses anodizing ini relatif murah. Dalam
bergerak dari satu ujung silinder ke ujung penelitian ini proses anodizing dilakukan
silinder yang lain. Piston menerima teka- pada logam aluminium yang digunakan
nan dari fluida dan tekanan tersebut bila sebagai bahan pembuatan komponen
dikalikan luas penampang silinder, otomotif, khususnya piston mesin sepeda
menjadi gaya (linear). Kedua, membuka motor 4-langkah. Proses ini dipilih karena
atau menutup saluran gas yang ada di kebu-tuhan atau permintaan dan berda-
dinding silinder. Ketiga, Kombinasi dari sar literatur yang ada anodisasi ini mam-
kedua hal di atas. pu meningkatkan ketahanan aus serta
ketahanan panas. Dalam aplikasinya
material piston tersebut membutuhkan
sifat yang tahan terhadap keausan dan
ketahanan panas karena beroperasi
dengan tingkat gesekan yang tinggi
yang pasti rentan terhadap keausan,
disamping kebutuhan akan suatu penam-
pilan yang menarik agar pembeli tertarik.
Dalam percobaan anodizing alu-
minium ini yang menggunakan Pb seba-
gai katodanya, dengan larutan elektrolit
campuran: asam sulfat H2SO4 dan asam
oksalat H2C2O4 dengan perbandingan
berat 6%. Dengan mengubah konsen-
Gambar 1.Piston 4-langkah

11
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

trasi larutan H2SO4 serta waktu anodizing paduan aluminium ADC12 (Aluminium
kita dapat mengetahui pengaruh vari- Die Casting dengan kadar Si maksimum
abel-variabel tersebut dalam membentuk 12%), yaitu suatu paduan antara Al-Si-
lapisan oksida pada permukaan substrat. Cu-Mg-Zn serta unsur lainnya seperti
Pada percobaan ini tegangan yang terlihat dalam Tabel 1.
digunakan adalah 24volt, dengan kon-
sentrasi H2SO4 sebesar 15, 20 dan 25 % Tabel 1 Komposisi kimia paduan alumi-
volume dan dengan waktu selama 3, 5 nium ADC12 (JIS H5302)
dan 7 menit. Mg Zn Mn Fe Ni
Si Cu Max. Max. Max. Max. Max.
9,6 1,5
METODE s/d s/d 0,3 1 0,5 0,9 0,5
Batasan dari penelitian yang 12,0 3,5
dilakukan adalah sebagai berikut : Satu,
spesimen yang digunakan dalam pene-
Lapisan oksida ini memiliki kete-
litian ini adalah piston sepeda motor 4- -6
balan antara 0,1 – 0,4 x 10 inci sampai
langkah yang bukan produk OEM -2
dengan 0,25 – 1 x 10 mikron. Lapisan
(Original Equipment Manufacturer) atau
ini akan tetap stabil pada kondisi pH
dengan perkataan lain merupakan piston
antara 4,5 sampai 7 sebagaimana ditun-
produk imitasi. Produk OEM dibeli untuk
jukkan pada diagram Pourbaix (Gambar
digunakan sebagai pembanding.
2). Lapisan oksida tersebut juga mening-
Dua, konsentrasi campuran
katkan sifat ketahanan korosi dari
elektrolit asam sulfat H2SO4 dan asam
aluminium karena lapisan ini berfungsi
oksalat H2C2O4 , antara 15, 20 dan 25 %
sebagai lapisan protektif yang meng-
volume H2SO4 serta satu macam konsen-
halangi oksigen bereaksi lebih lanjut
trasi asam oksalat, yaitu 6 % wt H2C2O4 ,
dengan aluminium.
dengan waktu proses anodisasi 3, 5 dan
Lapisan oksida Al2O3 dihasilkan
7 menit.
dari proses kimia dan elektrokimia,
Tiga, pengujian yang dilakukan
sehingga dengan proses tersebut akan
dalam penelitian ini adalah uji kekerasan,
dihasilkan lapisan oksida dengan kete-
uji keausan dan pengukuran ketebalan
balan mencapai 500 kalinya. Anodisasi
lapisan oksida.
merupakan proses konversi lapisan
Aluminium memperlihatkan keta-
permukaan aluminium menjadi lapisan
hanannya terhadap korosi dengan
aluminium oksida yang memiliki porositas
sangat baik dan penggunaannya sebagai
(berpori). Sifat lapisan itu sendiri adalah
salah satu logam komersial utama untuk
inert, persenyawaan yang stabil dan
membentuk lapisan oksida penghalang
sebagai lapisan sifat tersebut akan
yang terikat kuat pada permukaannya.
mempengaruhi kestabilan permukaan
Apabila lapisan tersebut rusak, maka
aluminium. Lapisan aluminium oksida ini
akan terbentuk kembali secara langsung
sendiri memiliki nilai kekerasan yang
di lingkungan manapun. Pada permuka-
relatif tinggi bila dibandingkan dengan
an aluminium yang terabrasi dan ter-
logam induknya, nilai kekerasan ini
ekspos oleh udara, ketebalan lapisan
berhubungan dengan ketahanan terha-
oksida hanya sekitar 1 nm, namun
dap abrasi yang sangat dibutuhkan pada
demikian, lapisan tersebut masih sangat
komponen dengan kinerja yang tinggi.
efektif melindungi aluminium dari korosi.
Karena sebagian besar pabrikan
Logam aluminium mempunyai
piston yang ada di Indonesia merupakan
nilai elektropositif yang cukup tinggi,
relokasi pabrik komponen otomotif yang
sehingga ia akan dapat mudah bereaksi
ada di Jepang, maka mereka banyak
dengan oksigen dan membentuk lapisan
menggunakan bahan baku yang berasal
oksida yang tipis pada permukaannya
dari Jepang (dengan sebagian kecil
melalui reaksi sebagai berikut :
pasokan dari dalam negeri) dimana
4 Al + 3 O2 2 Al2O3 ............... (1)
standar yang digunakan berdasarkan JIS
Pada umumnya, komponen oto-
(Japan Industrial Standard) H5302.
motif dalam hal ini piston yang dibuat di
Adapun padanan spesifikasi paduan
negeri ini menggunakan bahan baku dari

12
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

aluminium JIS H5302 dengan standar- pada sumber arus searah (DC) yaitu
standar lainnya (berdasarkan standar rectifier, dimana aluminium dihubungkan
North American Die Casting Association) dengan kutub positif dan katoda berupa
adalah paduan aluminium 383. elektroda inert dihubungkan pada kutub
Paduan aluminium 383 atau negatif. Pada saat rectifier diaktifkan,
ADC12 akan memperbaiki ketahanan maka arus akan mengalir dari kutub
terhadap retak panas (hot cracking) yaitu positif dan hal ini akan menyebabkan
kekuatan pada temperatur tinggi, hal ini terjadinya pelepasan elektron pada
sesuai dengan karakteristik komponen aluminium, yang menyebabkan alumini-
piston yang bekerja pada temperatur um teroksidasi dan berikatan dengan
tinggi. Selain itu, untuk mencegah korosi oksigen serta membentuk lapisan oksida.
lingkungan pada paduan aluminium ini, Ilustrasi terjadinya lapisan oksida dapat
dapat dicapai dengan pengecatan, dilihat pada Gambar 3.
anodisasi, chromating dan iridite coat-
ings.
Anodisasi aluminium adalah
metode elektrokimia untuk mengubah
aluminium menjadi oksida aluminium
(Al2O3) pada permukaan yang akan
dilapisi. Hal ini dapat dicapai dengan
membuat benda kerja sebagai anoda Gambar 3 Ilustrasi transpor ion ke
yang kemudian dicelupkan dalam sel lapisan oksida
elektrolit yang sesuai. Walaupun sebagi-
an logam dapat dianodisasi, termasuk Reaksi yang terjadi pada anoda : Reaksi
aluminium, titanium dan magnesium, pada logam/oksida :
2- -
tetapi hanya aluminium yang banyak 2 Al + 3 O Al2O3 + 6 e ......... (3)
digunakan dalam industri anodisasi (ASM Reaksi pada oksida/elektrolit :
3+
Handbook vol.2, 1980). 2 Al (metal) + 3 H2O Al2O3(lapisan
+ -
Mekanisme dari proses anodisasi oksida) + 6 H + 6 e ............................ (4)

merupakan pembentukan lapisan oksida, Total reaksi pada anoda :


3+ -
yang membuat proses ini mirip dengan 2 Al 2 Al + 6 e .......... (5)
proses mekanisme korosi pada logam. Sedangkan reaksi yang terjadi pada
Dapat dilihat pada diagram Pourbaix katoda adalah :
+ -
aluminium bahwa pada pH dan potensial 6H +6e 3 H2 (gas) ........ (6)
tertentu dari logam aluminium mampu Sehingga total reaksi yang terjadi pada
teroksidasi menjadi bentuk ion sehingga proses anodisasi adalah :
logam ini dapat berikatan dengan oksi- 2 Al(metal) + 3 H2O Al2O3 +
gen serta membentuk lapisan oksida. 3 H2 (gas) ............ (7)
Reaksi pembentukan lapisan oksida
pada aluminium adalah :
+ -
2 Al +3 H2O Al2O3+6 H + 6e ...... (2)

Logam aluminium pada sel


anodisasi diposisikan sebagai anoda
sehingga pada akhirnya logam inilah
yang akan teroksidasi. Katoda yang Gambar 4 Skema pembentukan lapisan
digunakan adalah elektroda inert . oksida pada permukaan aluminium
Katoda dan anoda dicelupkan ke dalam (http://ecs.skku.ac.kr/research/nanowire/)
larutan elektrolit yang bersifat asam
maupun basa, hal ini dimaksudkan agar Berdasarkan spesifikasi dari MIL-
pH aluminium berada pada daerah yang A-8625, anodisasi dibagi menjadi
rentan terhadap proses oksidasi. Agar beberapa tipe berdasarkan larutan yang
terjadi aliran arus pada sel percobaan, dipakai, yaitu :
maka katoda dan anoda dihubungkan

13
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tipe I . Menggunakan asam kro- menggunakan tegangan listrik yang lebih


mat CrO3 sebagai elektrolit, akan meng- besar yaitu antara 20 – 25 volt (Alumi-
hasilkan lapisan oksida yang relatif tipis, nium Handbook 2, 2003 dan http://surtec.
fleksibel serta ketahanan terhadap korosi com.pdf), sedangkan rapat arus yang
2
yang baik. Konsentrasi dari asam kromat dipakai antara 1-2 A/dm .
yang digunakan berkisar antara 2% Proses anodisasi mempunyai
hingga 15%. tujuan, antara lain (Aluminium Handbook
2, 2003 dan ASM Handbook vol. 13,
1987) : Satu, meningkatkan ketahanan
korosi dari proses anodisasi, lapisan
oksida yang terbentuk pada permukaan
logam lebih tahan terhadap serangan
korosi dalam lingkungan air garam serta
atmosfer. Lapisan oksida yang terbentuk
akan melindungi logam dibawahnya
dengan bertindak sebagai penghalang
(barrier) dari serangan lingkungan yang
lebih korosif.
Dua, meningkatkan sifat adhe-
sive lapisan tipis oksida yang dihasilkan
dari anodisasi menggunakan asam
Gambar 5 Rangkaian sel anodisasi phosphat dan kromat dapat meningkat-
kan kekuatan ikatan dan ketangguhan,
Tipe II.Menggunakan asam sulfat biasanya digunakan pada industri pener-
H2SO4 sebagai elektrolit, akan meng- bangan.
hasilkan lapisan oksida yang lebih tebal Tiga, meningkatkan ketahanan
dan relatif lebih baik dibandingkan aus (wear resistant)/durability proses
dengan tipe I. Konsentrasi larutan yang hard anodizing dapat menghasilkan
digunakan antara 8 – 35% berat. lapisan oksida dengan ketebalan 25 –
Tipe III.Tipe ini juga menggu- 100 mikron. Lapisan tersebut, dengan
nakan asam sulfat sebagai elektrolitnya, kekerasan inheren aluminium oksida
hanya saja temperatur operasinya lebih yang cukup tebal dapat digunakan untuk
0
rendah antara -5 hingga +10 C, dengan aplikasi di bawah kondisi ketahanan
konsentrasi larutan yang digunakan abrasi. Lapisan oksida (Al2O3) ini memili-
antara 15 – 35% berat. Tipe ini juga ki kekerasan yang tinggi (sebanding
dikenal sebagai hard anodizing. Lapisan dengan sapphire) atau paling keras
oksida yang dihasilkan relatif lebih tebal setelah intan.
dan lebih baik dibandingkan dengan tipe Empat, isolator listrik lapisan ok-
I dan tipe II, sehingga ketahanan korosi sida memiliki resistivitas yang tinggi
dan ketahanan ausnya juga lebih baik. khususnya lapisan oksida yang porinya
Selain ketiga tipe anodisasi di tertutup.
atas, juga ada anodisasi yang Lima, dapat melekat pada plating
menggunakan elektrolit campuran yaitu berikutnya pori dari lapisan anodik oksida
antara asam sulfat (H2SO4) dan asam dapat mendukung proses electroplating,
oksalat (H2C2O4), yang banyak diguna- biasanya asam yang digunakan sebagai
kan untuk mendapatkan hasil lapisan elektrolit pada proses ini adalah asam
oksida yang lebih baik dibandingkan phosphat.
dengan hanya menggunakan asam sulfat Enam, aplikasi dekorasi/tampilan
sebagai elektrolit (LeBlanc,R). Metode ini pada permukaan logam, lapisan oksida
menggunakan asam sulfat 15 – 20% yang terbentuk memiliki tampilan yang
serta penambahan asam oksalat lebih mengkilap, dimana pada aluminium tam-
kurang 10% sebagai elektrolitnya. Tem- pilan oksida yang alami sangat diingin-
peratur operasi yang digunakan lebih kan. Selain itu, lapisan oksida yang
tinggi dibandingkan dengan tipe II, yaitu terbentuk dapat diberi warna dengan
0
antara 20 – 25 C. Metode ini juga cara atau metode lain. Pewarnaan orga-

14
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

nik akan diserap pada lapisan pori untuk kristal dan pori-pori akan tercipta
menghasilkan warna tertentu, dan membentuk struktur honeycomb dari
pigmen yang mengendap di dalam pori oksida aluminium (Alwitt,R.S. 2009).
akan menghasilkan warna yang stabil. Terbentuknya lapisan oksida
Tujuh, ketahanan panas/heat pada permukaan logam yang dianodisasi
resistance oksida aluminium tahan tergantung dari jenis larutan yang digu-
temperatur tinggi. Ketahanan panas dari nakan sebagai elektrolit, lapisan dasar
komponen yang dianodisasi hanya oksida (barrier type oxide film) dan
terbatas pada temperatur lebur dari lapisan pori oksida (porous oxide film)
aluminiumnya sendiri atau kekuatan dapat terbentuk selama proses anodisa-
mekanik pada temperatur tinggi. si. Lapisan oksida yang dihasilkan mem-
Delapan, toxicity aluminium yang punyai struktur yang porous atau berpori
dianodisasi secara umum dikenal seba- berstruktur hexagonal, dengan pori di
gai material yang aman untuk aplikasi tengahnya.
medis dan juga untuk makanan serta Pada permukaan lapisan oksida
minuman. yang terbentuk dalam proses anodisasi,
2
Lapisan oksida hasil proses terdapat jutaan sel per cm , dimana
anodisasi mempunyai struktur yang ukurannya merupakan fungsi dari
berbeda dengan lapisan oksida yang tegangan proses tersebut (Lowenheim,
terbentuk secara alami, dimana lapisan- F.A., 1978). Ukuran pori dipengaruhi oleh
nya memiliki struktur pilar hexagonal banyak faktor seperti jenis elektrolit,
berpori yang memiliki karakteristik yang temperatur serta hubungan antara
unik sehingga meningkatkan sifat meka- tegangan dan arus yang dipakai. Struktur
nis permukaan aluminium. dari lapisan oksida yang terbentuk pada
Ketika komponen yang akan anodizing yang menggunakan asam
dianodisasi dicelupkan ke dalam elektrolit fosfat, asam sulfat, asam kromat dan
asam sulfat dengan arus DC, maka akan asam oksalat sebagai elektrolitnya, ha-
terjadi reaksi sebagai berikut : nya berbeda pada ukuran pori dan
2 H2O 2 H2 + O2 .............. (8) selnya.
Secara umum lapisan oksida
Oksigen yang dihasilkan di luar hasil dari proses anodisasi memiliki
komponen yang dianodisasi akan karakteristik sebagai berikut : Satu,
bereaksi dengan permukaan aluminium keras, alumina (Al2O3) memiliki kekeras-
yang reaktif membentuk oksida an sebanding dengan sapphire. Dua,
aluminium : insulatif dan tahan terhadap beban. Tiga,
4 Al + 3 O2 2 Al2O3 ............ (9) transparan. Empat, tidak ada serpihan
(flake) pada permukaannya
Pada awal ketika arus dialirkan Lapisan oksida yang terbentuk
ke elektrolit, maka akan terbentuk non- dari proses ini akan meningkatkan
porous dielectric undercoating yang tipis, ketahanan abrasif, kemampuan insulator
dikenal sebagai lapisan dasar (barrier elektrik logam, serta kemampuan untuk
layer). Lapisan ini akan tumbuh secara menyerap zat pewarna (dyestuff) untuk
proporsional dengan tegangan yang menghasilkan variasi tampilan warna pa-
diberikan hingga mencapai ketebalan da permukaan hasil anodisasi. Alumini-
sekitar 0,02 µm. Lapisan ini mempunyai um serta paduan-paduannya mempunyai
resistansi elektrik yang sangat ekstrim. sifat tahan terhadap korosi atmosferik
Pada tegangan anodisasi 12 – 20 volt, karena adanya lapisan oksida protektif
dengan tegangan yang konstan maka yang dengan cepat terbentuk ketika
rapat arus secara teoritis akan turun logam aluminium terekspos dengan
secara cepat, dan pertumbuhan lapisan udara.
akan terhenti. Dengan adanya Terbentuknya lapisan oksida
pemanasan karena energi listrik dan pada permukaan logam yang dianodisasi
kemampuan elektrolit yang digunakan tergantung dari jenis larutan yang digu-
untuk menyerap lapisan, maka akan nakan sebagai elektrolit, lapisan dasar
menyerang titik paling lemah dari kisi oksida (barrier type oxide film) dan

15
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

lapisan pori oksida (porous oxide film) tetapi, selain ke dua asam di atas, asam
dapat terbentuk selama proses anodisa- oksalat dan asam phosphat juga dapat
si. Lapisan oksida yang dihasilkan digunakan untuk proses anodisasi.
mempunyai struktur yang porous atau Peningkatan konsentrasi dalam hu-
berpori berstruktur hexagonal, dengan bungannya dengan karakteristik lapisan,
pori di tengahnya. mempengaruhi kehilangan logam (metal
Lapisan dasar merupakan lapis- loss) yang terjadi pada proses anodisasi.
an yang tipis dan padat, yang berfungsi Peningkatan konsentrasi yang berlebih
sebagai lapisan pori dan logam dasar akan mengakibatkan terjadinya pelarutan
(base metal). Lapisan tersebut memiliki lapisan film, untuk itu diperlukan kom-
sifat yang melindungi dari korosi lebih posisi konsentrasi larutan elektrolit yang
lanjut dan tahan terhadap arus listrik. tepat untuk mendapatkan lapisan film
Struktur berpori yang timbul pada lapis- yang optimal.
an oksida merupakan hasil dari kesetim- Kedua, Efek tegangan pada
bangan antara reaksi pembentukan dan proses anodisasi dari Gambar 6 dapat
pelarutan lapisan oksida. Pada awalnya dilihat bahwa semakin besar tegangan
lapisan pori yang terbentuk mempunyai yang dipakai pada poses anodisasi maka
bentuk silinder yang memanjang namun jarak antar pori semakin besar (Gambar
karena lapisan ini kemudian bersing- 6 A), akan tetapi semakin besar tegang-
gungan dengan oksida-oksida lainnya an yang digunakan pada proses anodi-
yang berada disisi-sisinya, maka lapisan sasi, maka kerapatan pori akan ber-
oksida tersebut bertransformasi menjadi kurang (Gambar 6 B).
bentuk saluran heksagonal yang
memanjang (Sheasby dan Pinner, 2001).
Ketebalan lapisan film hasil pro-
ses anodisasi akan bertambah sejalan
dengan waktu yang digunakan. Akan
tetapi, laju pertambahan ketebalan
lapisan oksida karena proses anodisasi
juga tergantung dari beberapa faktor
seperti konsentrasi, temperatur, tegang-
an dan rapat arus serta jenis paduan
logam.
Pertama, Konsentrasi Elektrolit Gambar 6 A Pengaruh tegangan pada
pada umumnya, larutan elektrolit yang anodisasi, pengaruh tegangan pada jarak
digunakan pada proses anodisasi adalah antar pori.
asam kromat dan asam sulfat. Akan
Gambar 6A Pengaruh tegangan Ketiga, Efek waktu pada proses
pada anodisasi, pengaruh tegangan anodisasi dari Gambar 7 dapat dilihat
pada jarak antar pori bahwa semakin lama waktu proses
anodisasi yang digunakan, maka sema-
kin tebal lapisan anodik yang terbentuk.

Gambar 6 B Pengaruh tegangan pada


anodisasi , pengaruh tegangan pada Gambar 7 Pengaruh waktu anodisasi
kerapatan pori (http://www.springerima- pada ketebalan lapisan anodik (http://-
ges.com/Images/Chemistry/) www.pfonline.com/articles/)

16
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Berdasarkan European Standard komponen aluminium mempunyai sifat


EN 12373-Part 1:2001, sealing didefinisi- kekerasan serta anti korosif yang baik.
kan sebagai perlakuan pada lapisan Kualitas yang diharapkan dapat dicapai
oksidasi anodik aluminium, mengurangi setelah penyimpanan 48 jam.
porositas dan kapasitas absorpsi dari Kombinasi a dan b (cold and hot
lapisan dengan menggunakan proses water sealing), dalam proses sealing
hydrothermal setelah proses anodisasi kombinasi a dan b, langkah pertama
selesai dilakukan (Sheasby dan Pinner, adalah “cold sealing” terlebih dahulu,
2001). dilanjutkan dengan rinsing dua kali, dan
Ada dua jenis proses sealing diakhiri dengan “hot water sealing”.
yang berbeda, ditambah kombinasi dari Kelebihan dari proses kombinasi
dua jenis proses sealing yaitu :Satu, ini adalah : 1. Kualitas sealing langsung
sealing dengan air panas (hot water dapat diperiksa setelah proses selesai. 2.
sealing). Dua proses sealing dingin (cold Waktu sealing yang lebih singkat
sealing process). Tiga, kombinasi a dan dibandingkan bila hanya menggunakan
b (cold and hot water sealing). Empat, proses hot water sealing, sebagai contoh
sealing dengan air panas (hot water adalah 10 menit proses cold sealing dan
sealing) kemudian 10 menit lagi untuk proses hot
Selama proses sealing, lapisan water sealing sehingga terbentuk seal
aluminium oksida akan terhidrasi. Oksida yang diinginkan. 3. Mencegah pemben-
akan berubah menjadi AlOOH. Karena tukan retak pada lapisan oksida, dimana
perubahan semakin bertambah, maka hal ini akan terbentuk selama proses cold
pori akan tertutup, dimana efek ini yang sealing sebagai proses dasar, jika
diharapkan. Selanjutnya lapisan oksida fluktuasi temperatur sangat besar.
tidak akan mampu mengadsorb dyes.
Reaksi yang terjadi tidak hanya di pori, PEMBAHASAN
juga terjadi pada permukaan lapisan Pengujian kekerasan bahan
oksida. Temperatur yang digunakan bertujuan untuk menentukan ketahanan
0
pada proses ini adalah antara 96 – 98 C. suatu bahan terhadap deformasi plastis
Pada komponen tidak akan terjadi aku- apabila bahan tersebut diberi beban dari
mulasi residu kering pada permukaannya luar. Pengujian kekerasan bahan pada
dan dapat segera di kemas setelah penelitian ini menggunakan metode
komponen kering. Ginsberg dan Wefers indentasi mikro Vickers, dimana pada
meneliti pembentukan kristal berbentuk permukaan material diberi beban
jarum dengan menggunakan mikroskop sebesar 10 gram. Indentor berbentuk
elek-tron. Kristal-kristal terlihat seperti piramida intan dengan sudut antara
o
serat yang tumbuh secara normal dan permukaan berlawanan 136 .
terdiri dari γ-AlOOH. Setelah beberapa Nilai kekerasan Vickers dapat
lama kristal-kristal akan membentuk dinyatakan dengan rumus (ASM Metals
lapisan koheren dimana arah Handbook
pertumbuhan menuju ke dalam vol. 8) : P
permukaan. Pemben-tukan boehmite VHN  1,854
dalam sealing air panas adalah sebagai d2
berikut : dimana: P=beban terpasang (gram)
Al2O3 + H2O 2 AlO(OH)2 .... (10) d=diagonal bekas injakan penetrator
( m )
Proses sealing dingin (cold sea-
ling process), Dalam proses ini larutan
mengandung ion-ion nikel dan fluor,
dimana ion-ion ini bersama dengan
aluminium akan membentuk senyawa
yang kompleks. Waktu yang digunakan
dalam proses adalah 0,8–1,2 menit/µm
dan temperatur yang dipakai antara 26–
0
30 C. Kelebihan dari proses ini adalah Gambar 8 Alat uji micro hardness tester

17
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Prinsip pengujian keausan dila- dimana B = tebal disk (mm), r = radius


kukan dengan cara menggesekkan disk (mm) dan b = lebar keausan yang
piringan berputar terhadap spesimen. diperoleh dari pengamatan melalui
Spesimen untuk uji keausan berbentuk mikroskop pada bekas gerusan atau alur.
pelat dengan ukuran 30 x 20 x 4 mm.
Pengujian keausan dilakukan dengan
mesin uji Ogoshi High Speed Universal
Wear Testing Machine tipe OAT-U.
Pengujian keausan mengacu pada
metode Reiken Ogoshi dengan lebar
piringan pengaus 3 mm, jari-jari pengaus
14,4 mm, beban tekan pada pengaus
2,21 kg, jarak tempuh selama proses
pengausan 100 mm, dengan waktu
pengausan 41,4 detik. Lebar keausan
pada permukaan spesimen diukur
dengan bantuan mikroskop optik.
Gambar 10 Alat uji keausan disk on block
Keausan dapat juga diungkapkan
dengan keausan spesifik. Keausan
spesifik dihitung berdasarkan lebar
keausan benda uji yang termakan oleh
pengaus yang berputar. Keausan spesifik
2
(W s dalam mm /kg) dinyatakan dengan

Gambar 9 Prinsip pengausan disk on .......... (13)


block
dimana: B= lebar disk (piringan) pengaus
Laju keausan dinyatakan dengan
(mm), b= lebar keausan pada benda uji
jumlah kehilangan/pengurangan material
(mm), r= radius piringan pengaus (mm),
(massa, volume atau ketebalan) tiap
P0= beban tekan pada saat pengausan
satuan panjang luncuran atau satuan
(kg) dan l0= jarak tempuh dari proses
waktu (Malau dan Khasani, 2008).
pengausan (mm).
Prinsip pengausan spesimen dengan
disk on block dapat dilihat pada Gambar Tabel 2 Hasil uji komposisi paduan
2.13. aluminium bahan piston
Laju keausan dinyatakan dengan Si
C
Mg Zn Mn Fe Ni Sn
u
12, 1, <0, 0,03 0,02 0,7 0,02 <0,

.............. (11) 5 3 05 16 38 40 95 05

dimana: Vi= volume awal spesimen


3
(mm ), Vf= volume akhir spesimen Tabel 3 Komposisi kimia paduan
3
setelah pengausan (mm ), t = waktu atau aluminium ADC12 (JIS H5302)
lama pengausan (menit), V= volume
3 Mg Mn Fe Ni Sn
gerusan yang hilang (mm ). Zn
Si Cu Ma Ma Ma Ma Ma
Max.
x. x. x. x. x.
Volume gerusan hilang (V) pada 9,6 1,5
spesimen uji (block) ditentukan dengan – – 0,3 1,0 0,5 0,9 0,5 0,2
persamaan 12. 12, 3,5

Pengukuran ketebalan lapisan


oksida pada permukaan spesimen
.......(12) didapatkan dengan mengukur ketebalan

18
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

lapisan yang dilakukan dengan meng- setelah dianodisasi dengan elektrolit 15%
gunakan alat uji FE_SEM (Field Emission vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 selama 7
Scanning Electron Microscopy), dengan menit.
merk FEI model Inspect F50. Dari
pengujian komposisi terhadap material
piston didapatkan hasil seperti yang ada
pada Tabel 2.
Bila dibandingkan dengan kom-
posisi paduan aluminium ADC12, maka
komposisi Si paduan alumunium bahan
piston melebihi standar JIS H5302,
begitu pula dengan kadar Cu yang
berada di bawah standar JIS H5302.
Pengujian kekerasan bahan
pada penelitian ini menggunakan metode Grafik 1 Hasil uji kekerasan dengan
indentasi mikro Vickers, dimana pada menggunakan tiga jenis elektrolit yang
permukaan material diberi beban sebe- berbeda
sar 50 gram. Indentor berbentuk piramida
intan dengan sudut antara permukaan
o
berlawanan 136 .
Nilai kekerasan Vickers dapat
dinyatakan dengan rumus (ASM Metals
Handbook vol. 8) : 1

21
9

dimana: P = beban terpasang (gram) 7


Grafik 2 Perbandingan kekerasan mate-
d = diagonal bekas injakan rial antara piston OEM, piston non OEM
penetrator ( m ) tanpa anodisasi dan piston non OEM
Dari hasil uji kekerasan pada setelah dianodisasi.
material piston OEM (Original Equipment
Manufacturer) didapatkan hasil VHN Dengan menggunakan persama-
rata-rata sebesar 105,8277, sedangkan an (13), didapatkan keausan spesifik
hasil uji kekerasan pada material sebe- (Ws) untuk material tanpa dan dengan
lum dilakukan proses anodisasi VHN anodizing dengan menggunakan elek-
rata-rata adalah 115,1908. trolit yang berbeda. Uji keausan spesifik
material tanpa proses anodizing didapat-
Dari data-data hasil uji kekerasan kan W s rata-rata non OEM setelah diano-
2
didapatkan tabel 6 , yaitu tabel uji keke- disasi sebesar 0,003018923 mm /kg.
rasan dari proses anodisasi mengguna- Grafik 3 merupakan hasil uji keausan dari
kan 3 (tiga) jenis elektrolit yang berbeda. spesimen yang telah dianodisasi.
Pada Grafik 1 merupakan grafik antara
kekerasan VHN dengan waktu anodizing.
Pada Grafik 1 terlihat bahwa
nilai kekerasan material yang terbaik
setelah proses anodizing adalah pada
material yang dianodisasi menggunakan
elektrolit 15% vol. H2SO4 + 6% wt.
H2C2O4 , dengan waktu proses 7 menit.
Sedangkan grafik 2 merupakan
grafik perbandingan kekerasan antara
material piston OEM dengan raw material
Grafik 3 Hasil uji keausan
tanpa anodisasi dan material piston

19
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Dari Grafik 3 dapat dinyatakan Tabel 4 Hasil uji ketebalan lapisan oksida
bahwa nilai uji keausan yang terbaik
Waktu Tebal lapisan
dihasilkan dari proses anodisasi material anodisasi rata-rata
menggunakan elektrolit 15% vol. H2SO4 (menit) (µm)
+ 6% wt. H2C2O4, dengan waktu proses
3 53,33
7 menit. Material paduan aluminium
mengalami penurunan nilai keausan 5 74,29
-4
spesifik (W s) dari 3,04 x 10 mm /kg
2 7 83,81
(sebelum proses anodisasi) menjadi
-5 2
7,15 x 10 mm /kg (setelah proses
anodisasi selama 7 menit). Dengan
berkurangnya nilai keausan spesifik ma-
terial paduan aluminium ini, menjadikan
material lebih tahan aus dibandingkan
bila tidak dilakukan proses anodizing.
Adapun hasil uji ketebalan
lapisan oksida adalah sebagai berikut :

Gambar 13 Ketebalan lapisan oksida


hasil anodizing menggunakan elektrolit
15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 dengan
waktu 7 menit (FE_SEM 500x)

Gambar 11 Ketebalan lapisan oksida


hasil anodizing menggunakan elektrolit
15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 dengan
waktu 3 menit (FE_SEM 500x)

Grafik 4 Hasil uji ketebalan

KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan, hasil pene-
litian dan data-data yang didapat-kan,
Gambar 12 Ketebalan lapisan oksida
dapat diambil kesimpulan sebagai ber-
hasil anodizing menggunakan elektrolit
ikut: Dari ketiga macam konsentrasi
15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 dengan
elektrolit yang digunakan pada proses
waktu 5 menit (FE_SEM 500x)
anodisasi yaitu : campuran asam oksalat
Tabel 4 merupakan hasil uji dari (H2C2O4) 6% wt. dan konsentrasi asam
ketebalan rata-rata yang menggunakan sulfat (H2SO4) 15, 20 dan 25% vol., maka
FE_SEM untuk anodizing dengan elek- asam sulfat 15% merupakan konsentrasi
trolit 15% vol. H2SO4 + 6% wt. H2C2O4 . yang terbaik dibandingkan dengan 2
(dua) konsentrasi lainnya, sedangkan
Dari Grafik 4 didapatkan ketebal-
waktu proses yang terbaik adalah 7
an lapisan oksida tertinggi pada anodi-
menit dibanding dengan 2 (dua) waktu
zing dengan elektrolit 15% vol. H2SO4 +
anodisasi yang lain. Bila dibandingkan
6% wt. H2C2O4 , waktu proses 7 menit,
dengan raw material, maka : pertama,
adalah 83,81 µm.
akan terjadi kekerasan material mening-

20
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

kat dari 115 VHN menjadi 190 VHN.


Kedua, nilai keausan spesifik (W s) dari ASM, ASM Handbook vol. 8, 2000, Me-
-4
material sebelum anodisasi ( 3,04 x 10 chanical Testing and Evaluation,
2 -5 th
mm /kg) menurun menjadi 7,15 x10 9 edition, ASM International
2
mm /kg. Ketiga, ketebalan lapisan oksida Park, Ohio.
yang tertinggi adalah sebesar 83,81 µm. ASM, ASM Handbook vol. 13, 1987,
th
Corrosion, 9 edition, ASM Inter-
SARAN national Park, Ohio.
Dalam menghasilkan produk dari LeBlanc, R, The Effect of Anodizing to
material paduan alumunium yang diano- Minimize Friction and Wear of
disasi disarankan untuk menggunakan Aluminum Surfaces, http://www.
proses dengan elektrolit 15% vol. H2SO4 ewp.rpi.edu.pdf
+ 6% wt. H2C2O4 dengan waktu 7 menit. Lowenheim , F.A., 1978, Electroplating,
Untuk mendapatkan nilai keke- McGraw-Hill Book Company,
rasan, keausan spesifik serta ketebalan New York.
lapisan yang lebih optimal, disarankan Malau, V., dan Khasani, 2008, Karakte-
untuk meneliti proses anodizing dengan risasi Laju Keausan dan Keke-
penggunaan elektrolit yang sama tetapi rasan Dari Pack Carburising
dengan waktu proses anodizing yang Pada Baja Karbon AISI 1020,
lebih dari 7 menit, atau konsentrasi elek- Media Teknik No.3 Tahun XXX
trolit kurang dari 15% vol. asam sulfat. Edisi Agustus.
Sheasby, P.G., and Pinner, R., 2001,
DAFTAR PUSTAKA The Surface Treatment and
Aluminium-Verlag Marketing & Kom Finishing of Aluminum and Its
munikation GmbH, 2003, Alumi- Alloys, Volume 1 & 2, Sixth
nium Handbook 2, Forming, Edition, ASM International&
Casting, Surface Treatment, Re- Finishing Publications Ltd., UK.
cycling and Ecology, Dusseldorf. http://ecs.skku.ac.kr/research/nanowire/
Alwitt , R.S., 2009, Anodizing, http://
electrochem.cwru.edu/encycl/art-
a02-anodizing.htm
ASM, ASM Handbook vol. 2, 1980, Heat
Treating, Cleaning and Finishing,
th
8 edition, ASM International
Park, Ohio.

21
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PRODUK


UNGGULAN DAERAH MENGGUNAKAN METODE ENTROPY
DAN ELECTRE II (STUDI KASUS: DINAS KOPERASI,
INDUSTRI DAN PERDAGANGAN KABUPATEN LAMONGAN)
1 2 3
Eko Handoyo , Andharini Dwi Cahyani , Rika Yunitarini
1,2,3
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo Madura

Masuk: 9 Juni 2014, revisi masuk : 18 Juli 2014, diterima: 29 Juli 2014

ABSTRACT
Competition superior product in the future become more and more stringent with
the increasing pace of economic development, industrial growth and technological
progress. This competition makes each industry should be more careful in formulating
policy formulation stratgi. Making the decision to get a superior product that suits your
needs and abilities required an accurate and effective decisions so that no one and
minimize the loss in terms of cost and time. This study uses the entropy method and
elactre II. Research with this method of ranking the results based on the amount of gain
dominance resulted in ranking the more partial and sensitive than perangkingan based
level. Criterion in this system is the turnover, labor, investment value, the target market,
the amount of raw materials and the number of firms in a superior product. This study
matches the accuracy of the system reaches 30%.

Keywords: Decision Support System, Featured Products, Entropy, ELECTRE II.

INTISARI
Kompetisi produk unggulan daerah semakin kedepannya menjadi semakin ketat
dengan meningkatnya laju perkembangan ekonomi, pertumbuhan industri dan kemajuan
teknologi. Persaingan ini membuat setiap industri harus lebih jeli dalam merumuskan
rumusan stratgi kebijakan. Pengambilan keputusan untuk mendapatkan produk unggulan
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan diperlukan suatu keputusan yang akurat
dan efektif agar tidak salah dan meminimalisir kerugian dalam dalam segi biaya dan
waktu. Penelitian ini menggunakan metode entropy dan electre II. Penelitian dengan
metode ini mendapatkan hasil perangkingan berdasarkan jumlah dominasi menghasilkan
perangkingan yang lebih parsial dan sensitif dibandingkan perangkingan berdasarkan
level. Kriteria dalam sitem ini adalah omset, tenaga kerja, nilai investasi, target pasar,
jumlah bahan baku dan jumlah perusahan dalam satu produk unggulan. Penelitian ini
mendapatkan hasil akurasi sistem yang mencapai 30%.

Kata kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Produk Unggulan, Entropy, Electre II.

PENDAHULUAN rah,diperlukan kebijakanyang baik dan


Kabupaten Lamongan adalah tepat baik dari Pemerintah Daerah mau-
salah satu kabupaten yang terletak di pun pihak terkait lainnya. Industri adalah
darah pertumbuhan ekonomi yang baik. salah satu sektor ekonomi penting yang
Wilayahnya yang sebagian besar terdiri perlu perhatian lebih dari pemerintah
dari daratan dan perairan mendorong daerah. Industri diharapkan menciptakan
kegiatan ekonomi penduduk memanfaat- produk-produk yang mampu bersaing di
kan dari sektor pertanian dan kelautan. pasar nasional maupun tingkat inter-
Pertumbuhan sektor ekonomi daerah nasional.
yang sehat tidak bisa didorong dari satu Persaingan dalam perdagangan
sektor, tetapi juga dari sektor lain. Dalam internasional (atau pasar pada umum-
mendukung pertumbuhan ekonomi da- nya) akan ditentukan pada keunggulan
1
eko.kurro.solid@gmail.com
22
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

yang dimiliki atau keunggulan produk pernah dilkukan oleh Arif Junaidi dkk
yang dihasilkan. Dalam konteks pengem- (2011). Dalam penelitinya didapatkan
bangan keunggulan tersebut pemerintah beberapa hasil dengan menggunakan
mulai pengembangkan konsep produk metode Entopy dan Electre II hasil
unggulan. Proses ini dilakuan dengan perangkingan berdasarkan jumlah domi-
mengidentifikasi produk-produk sebagai nasi menghasil perangkingan yang lebih
proses pengembangan sumber daya parsial dan sensitif dibandingkan dengan
lokal dan optimasi atas potensi ekonomi perangkingan berdasarkan level atau
daerah. tingkatan. Dalam penelitihan ini meng-
Permasalahan terjadi dalam pe- gunakan bebera kriteria biaya, pertisipasi
nentuan produk unggulan daerah yang masyarakat, jenis jembatan, tingkat keru-
struktur permasalahannya belum jelas. sakan, manfaat ekonomi, manfaat sosial.
Diperlukan suatu sistem pendukung ke- Berdasarkan analisis sensitifitas terha-
putusan pemecahan masalah dalam dap beberapa nilai threshold perangking-
memilih produk unggulan daerah untuk an menggunakan metode Electre II
menentukan proritas terbaik. Dalam pe- berdasarkan jumlah dominasi dan ber-
nelitian ini digunakan metode Electre II dasarkan level dalam permasalahan
dengan pembobotan berbasis entropy studi kasus ini, hasil perangkingan ber-
yang di harapkan mampu memberikan dasarkan jumlah dominasi menghasil
jawaban atas masalah–masalah yang perangkingan.
terjadi dalam pemilihan produk ungulan
daerah. METODE
Penelitian yang berhubungan Bobot adalah tingkat kepentingan
dengan Pemilihan produk unggulan relatif dari beberapa kriteria yang berada
pernah dilakukan oleh Setia Kurniawan dalam prioritas yang sama. Dalam pem-
(2012). Dalam penelitian tersebut meng- buatan derajat outtracking dari setiap
gunakan data produk unggulan daerah alternatif membutuhkan koefisien bobot
Bankalan dengan variabel kriterinya ada- untuk tiap kriteria. Namun apabila ter-
lah omset, tenaga kerja, target passar, dapat beberapa pengambil keputusan
asal bahan baku, jumlah bahan baku, (decision maker), pembobotan kriteria
dan jumlah perusahahan. Dimana dalam mungkin akan menjadi sulit karena setiap
penelitian ini mengunakan satu metode pengambil keputusan mempunyai prefe-
yaitu fuzzy analytical hierarchy process rensi yang berbeda-beda terhadap suatu
(FAHP) dengan tingkat akurasi aplikasi kriteria. Bobot tiap kriteria yang berbeda-
mencapai 20 %. beda terhadap suatu kriteria ditentukan
Penelitian yang berhubungan de- melalu opini respondens atau pengambil
ngan metode entropy pernah dilkukan keputusan. Rentang nilai dan metode
oleh Jamilah dan S.Hartini(2012). Dalam pemberian nilai yang luas namum ekfektif
penelitihan ini memberikan sebuah kepu- diantara kriteria, misalnya 1–10, 1 1-100.
tusan terhadap pemilihan subkotrak dan Konsep utama pembobotan en-
dengan mengunakan metode entropy. tropy adalah pengukuran j meleui fungsi
Sistem pengambilan keputusan dapat tertentu sesuai dengan kualitas informasi
menjadi alternatif bagi pihak perusahaan yang diberikan. Penilaian bobot kriteria j
untuk memilih subkontrak yang akan dilakukan melalui pengukkuran dispersi
memproduksi sarung tangan.dimana da- Dj.
lam penelitian ini menggunkan kriteria Langkah-langkah tahapan yang
kualitas, ketepatan waktu, harga, service. digunakan dalam metode entropy adalah
Terdapat perbedaan pada bobot yang sebagai berikut: Pertama, semua peng-
dihasillkan dengan menggunakan meto- ambil keputusan harus memberikan nilai
de entropy dengan bobot awal karena yang menunjukkan kepentingan suatu
pada bobot entropy data yang mempu- kriteria tertentu terhadap pengambilan
nyai range nilai yang besar dan mem- keputusan. Tiap pengambil keputusan
punyai variasi nilai yang tinggi. boleh menilai sesuai preferensinya ma-
Penelitian yang berhubungan sing-masing. Metode penilaian ini meng-
dengan metode entropy dan Electre II gunakan angka integer ganjil antara 1-10

23
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

dengan range score yaitu 1,3,5,7, dan 9. Salah satu kelebihan dari pende-
Angka tersebut menunjukan tingkat ke- katan entropy adalah kemampuannya
pentinggan tiap kriteria, mulai dari angka dalam mengakomodasi nilai bobot yang
1 sangat tidak penting atau sangat tidak berasal dari beberapa pembuat keputus-
memuaskan, sampai angka 9 sangat an.
penting atau memuaskan. Skala penilai- ELECTRE (Elimination and Cho-
an tersebut merupakan skala perban- ice Translation Reality) merupakan salah
dingan yang umumnya sering dipakai satu metode pengambilan keputusan
dalam penilian artibut kualitatif yang multikriteria berdasarkan pada konsep
selalu subjektif.seperti pada Tabel 1. outranking dengan menggunakan per-
bandingan berpasangan dari alternatif–
Tabel 1. Intensitas Kepentinggan alternatif berdasarkan setiap kriteria yang
sesuai.
Insentitas Keterangan Metode ini digunakan pada kon-
kepentingan disi dimana alternatif yang kurang sesuai
1 Sangat tidak dengan kriteria dieliminasi, dan alterna-
penting tive yang sesuai dapat dihasilkan. Jadi,
3 Kurang penting Electre digunakan untuk kasus yang
5 Cukup penting mempunyai banyak alternative dengan
7 Penting sedikit kriteria. Suatu alternatif dikatakan
mendominasi alternatif yang lainnya jika
9 Sangat penting
satu atau lebih kriterianya melebihi
(dibandingankan dengan kriteria dari
Kedua, Kurangkan tiap angka tersebut alternatif yang lain) dan sama dengan
dengan nilai paling ideal, hasil pe- kriteria lain yang tersisa. Metode ini
ngurangan tersebut dinyatakan dengan merupakan metode Electre yang dide-
kij. Ketiga, Bagi tiap nilai (kij) dengan sain untuk masalah perankingan. Pem-
jumlah total nilai dalam semua kriteria bentukan prosedur utamanya adalah
dengan rumus (1). kriteria nyata.
..................(1) Tahap-tahap Electre :Pertama,
normalisasi matrik keputusan dalam
tahap ini semua atribut diubah ke nilai
untuk m>1 yang comparable. Dapat dilakukan
dimana : dengan rumus (5).
m = jumlah pengambil keputusan
n = jumlah kriteria rij= , ............................(5)
Menghitung nilai entropy untuk tiap
kriteria dengan rumus (2). untuk1=1,2,3,...,m dan j=1,2,3,...,n.
..(2)
dimana : I : banyak alternatif
dimana : Ej = nilai bobot entropy J : banyak criteria
Menghitung dispersi tiap kriteria dengan rij : normalisasi matrik keputusan
rumus (3).
Sehingga didapat :
......................(3)

dimana : Di = nilai dispersi entropy


Keempat, karena diasumsikan total bobot R=
adalah 1, maka untuk mendapatkan
bobot tiap kriteria, nilai dispersi harus
dinormalisasikan dahulu dengan rumus
(4). Pada tahap kedua, pembobotan matriks
.................................(4) yang telah dinormalisasi
Dilakukan dengan mengalikan
tiap kolom dalam matrik R dengan bobot
dimana : W j = Hasil bobot entropy untuk tiap kriteria yang sesuai, yang

24
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

mana bobot tersebut ditentukan oleh Sehingga matrik discordance


pengguna. Rumusnya (6) – (8). yang didapat adalah :
V = W x R ............................. (6)
D=

RW= ........... (7)


Tahap keempat, menentukan matrik do-
minan concordance dan discordance de-
dimana W adalah ngan menggunakan rumus (13) dan (15).
Concordance, Matrik dominan
W= , ...................(8) concordance didapat dengan memban-
dingkan nilai tiap-tiap matrikconcordance
dengan nilai threshold

dan =1 Dengan nilai threshold( ) :


dimana: V : matrik dinormalisasi ..............(13)
W : bobot entropy

Tahap ketiga, Menentukan concordance Dan nilai F dari tiap elemen matrik
dan discordance set. Untuk setiap pa- concordance didapat dengan :
sang alternatif k,l (k,l = 1,2,3,...,m;k ≠ l) =1, jika dan =0, jika
maka kumpulan kriteria j dibagi menjadi
dua subset yaitu concordance dan Discordance, dan nilai matrik do-
discordance. Dengan rumus(9) dan (10). minan pada matrik discordance juga
Concordance : didapat dengan bantuan nilai threshold :
Ckl = {j, ykl >= ylj } untuk j =
1,2,3,.,n.....(9)
Discordance : .................(14)
Dkl = {j, ykl < ylj } untuk j = =0, jika dan =1, jika
1,2,3...,n....(10)
Menghitung matrik concordance
dan discordance Untuk menentukan Selanjutnya tahap kelima, menentukan
matrik concordance maka dilakukan pen- agregate dominance
jumlahan dari bobot-bobot yangtermasuk Menentukan matrik agregate do-
dalam subset concordance dengan minantce dengan mengalikan matrik F
rumus (11) dan (12) dan G. Menggunakan rumus (15).

Ckl = .....................(11) .............(15)

Dan tahap keenam, eliminasi alternative


Sehingga didapat matrik concordance
yang less favorable
Matrik E/e menunjukan urutan
alternative yang memenuhi kriteria. Yaitu
bila bernilai 1 maka menunjukan
C= alternatif Ak merupakan pilihan yang
lebih baik daripada alternative Al. Bila
dalam matrik E/e tidak ditemukan nilai 1.
Sedangkan untuk mendapatkan Artinya semua alternative saling mendo-
matrik discordance dilakukan dengan minasi. Dan pengambilan keputusan di-
rumus : lakukan dengan mengambil nilai dari
matrik V(matrik ternormalisasi).
..(12)

25
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PEMBAHASAN Dari proses pembobotan maka


Analisa sistem ini menggunakan akan dilakukn proses perengkingan yaitu
data uji coba dari data IKM tahun 2012 merenginkan data produk pada Gambar
yang keseluan data tersebut sebanyak 1 dan bobot entropy pada gambar 3.
240 data IKM. Dimana data tersebut Maka akan di dapatkan hasil perang-
akan di lakukan akumulasi data menjadi kingan electre II seperti pada Gambar 4.
25 produk unggulan seperti pada Gam-
bar 1.

Gambar 4. Hasil Perangkingan electre II.


Gambar 1. Akumulasi data produk
unggulan. Untuk mendapatkan nilai tingkat
akurasi dari sistem pemilihan produk
Dari data uji coba di atas telah di unggulan ini di dapatkan dengan cara
lakukan di dapatkan hasil perangkingan membandingkan hasil perangkingan pro-
dengan kriteia seperti pada Gambar 2. duk unggulan dari sistem dengan hasil
perangkingan dari dinas kopersai, indus-
tri dan perdagangan kabupaten lamong-
an. Seperti pada Tabel 2,

Tabel 2. Perbandingan Rangking


Produk Unggulan.
Perangkingan Perangkingan Keterangan
Sistem Diskoprindak
No Nama No Nama
Produk Produk
1 Tenun Ikat 1 Tenun Ikat Sama
2 Tikar Lipat 2 Tikar Lipat Sama
Gambar 2. kriteria. 3 Bordir 3 Bordir Sama
4 Gerabah 4 Anyaman Tidak Sama
Dari Gambar 2 maka akan di Pandan
dapatkan hasil bobot entropy seperti 5 Enceng
Gondok
5 Anyaman
Bambu
Tidak Sama

pada Gambar 3. 6 Kerajijan 6 Batik Tidak Sama


Kulit
7 Kerajinan 7 Konveksi Tidak Sama
Seng
8 Minyak 8 Kerajinan Tidak Sama
Tempurung
9 Kapur Enceng
9 Tidak Sama
Gondok
10 Anyaman Makanan
1 Tidak Sama
Pandan 0 Hasil
Olahan

Gambar 3. Hasil bobot entropy.

26
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Dari perbandingan data hasil di DAFTAR PUSTAKA


atas antara data produk unggulan dari Kurniawan, Setia(2012) Sistem pendu-
dinas koperasi, industri dan perdagangan kung keputusan penentuan pri-
kabupaten lamongan dengan hasil yoritas produk ungulan daerah
perengkingan oleh sistem di dapatkan menggunakan metode fuzzy ana-
akurasi kecocokan hanya 30%. Karena lytical hierarchy process (FAHP).
ada 3 produk yang mengalami kecocok- Jurnal Sistem informasi dan RPL
kan yang sama yaitu pada produk Tenun Vol 1 No 1, November 2012.
ikat, Tikar Lipat, dan Bordir. Universitas Trunojoyo madura.
Jamilah, Hartini.S. (2012) Sistem Pen-
KESIMPULAN dukung Keputusan Pemilihan
Dari penelitian ini dihasilkan Subkontrak Menggunakan Meto-
beberapa kesimpulan, antara lain : de Entropy dan TOPSIS, IJCCS,
Pertama, penelitian ini berhasil Vol.5 No.2,.2012.
merancang dan membangun sistem pen- Junaidi, Arif Implementasi Metode En-
dukung keputusan yang dapat mere- tropi Dan Electre Ii Untuk Menen-
komendasikan produk unggulan daerah tukan Prioritas Pembangunan
yang sesuai dengan kriteria yang ada. Kembali Jembatan Yang Rusak
Kedua, berhasil menerapkan me- Akibat Bencana Banjir (Studi
tode entropy dan electre II untuk me- Kasus Di Kabupaten Treng-
rekondasikan pemilihan produk unggu- galek). ITS, 2011.
lan daerah kepada dinas terkait.
Ketiga,dengan menggunakan
sistem ini, proses seleksi bisa dilakukan
dengan cepat karena data dengan jum-
lah yang besar dapat ditangain oleh
sistem.
Keempat, berdasarkan perban-
dingan 10 produk unggulan hasil uji coba
menggunakan aplikasi SPK mengguna-
kan metode Entropy dan electre II
dengan produk unggulan versi pemerin-
tah daerah Lamongan ditemukan Kelima,
jenis produk yang sama yaitu tenun ikat,
tikar lipat dan bordir. Sehingga tingkat
akurasi data perhitung-an dari aplikasi
SPK menggunakan metode entropy dan
electre II mencapai 30%.

27
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

SISTEM KUNCI ELEKTRONIS DENGAN PEREKAM WAKTU AKSES


BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51
1 2
Sigit Priyambodo , Anik Heironi
1,2)
Jurusan Teknik Elektro, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Masuk: 3 Mei 2014, revisi masuk : 17 Juni 2014, diterima: 1 Juli 2014

ABSTRACT
The development in technology, especially in electronic technology. Every
technology in many fields of study mostly need electronic device. Even door lock incur-
porate electronic technology to junction better.To make electronic key system follow few
steps. First, the planning to design electronic and mechanic system of the door lock.
Second, design the hardware and drill the PCB, Then assemble the electronic compo-
nents. Third, design of the software use algoritm from system. Fourth, flash the
assembler program into the IC AT89C51 and set it to hardware, next test the completed
system.The result, shows that the system can be applied to the door lock system with
time recording access. It uses Real Time Clock (RTC), Line Port Terminal (LPT), IC
AT89C51 and handphone siemens M35i as the interface system

Keywords: PCB, IC AT89C51, Real Time Clock, Line Port Terminal.

INTISARI
Perkembangan teknologi saat ini, khususnya teknologi elektroniska mengalami
peningkatan yang sangat pesat. Setiap teknologi di bidang apapun hampir seluruhnya
membutuhkan peralatan elektronis. Seperti kunci pintu yang bisa menggunakan tekno-
logi elektronis sebagai pengontrol sistemnya. Untuk membuat sistem kunci elektronis
terdapat beberapa tahapan. Pertama, membuat rencana desain sistem elektronis dan
mekanis kunci pintu. Kedua, desain perangkat-keras dan melakukan pengeboran PCB,
diteruskan memasang komponen elektronis. Ketiga desain perangkat-lunak program
dengan menggunakan algoritma sistem. Keempat, isikan program perancangan ke dalam
IC AT89C51 dan letakkan ke perangkat keras, selanjutnya coba sistem lengkapnya.
Hasilnya, sistem dapat diaplikasikan untuk sistem kunci pintu dengan perekam waktu
akses. Sistem ini menggunakan RTC, LPT, IC AT89C51 dan telpon genggam siemens
M35i sebagai sistem antarmukanya.

Kata kunci: PCB, IC AT89C51, RTC, LPT.

PENDAHULUAN tansi ingin menjaga keamanan di dalam


Sejalan dengan pesatnya pem- rumah, kantor, ruang pribadi atau la-
bangunan dan perkembangan teknologi boratorium agar tidak bisa diakses oleh
sekarang khususnya teknologi elektronik pengguna yang tidak mempunyai akses
telah mencapai kemajuan yang sangat keamanan. Kadang kita menyimpan
pesat, berbagai teknologi dalam bidang suatu dokumen atau barang berharga di
apapun hampir semua memerlukan per- ruang pribadi yang hanya ingin kita saja
alatan-peralatan elektronik. atau orang yang kita beri kepercayaan
Masalah keamanan merupakan yang punya akses membuka ruangan itu,
masalah yang sangat riskan, karena maka kita membutuhkan sistem ke-
berhubungan dengan privasi dan safety. amanan yang handal, dinamis dan se-
Tanpa adanya sistem pengamanan ini suai kebutuhan untuk mengamankan
yang memadai ,privasi dan safety akan ruangan.
suatu kegiatan akan menjadi gangguan. Dalam kehidupan sehari-hari
Seperti bila suatu individu maupun ins- peralatan-peralatan elektronik juga sa-
ngat membantu. Seperti halnya peralat-

28
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

an-peralatan pengaman pada rumah dan Tabel 1. Spesifikasi komponen sistem


perkantoran yang mengaplikasikan kom- kunci elektronik dengan perekam waktu
ponen-komponen elektronika yang dapat akses berbasis AT89C51
membantu mengkodekan sistem peng-
amanan kunci elektronik. Di mana sistem Item Quantity Reference Part
akan mengindentifikasi kode dari misscall
1 2 C2,C1 10µF
list bentuk data serial. Data serial terse- 2 2 C3,C4 30pF
but akan dibaca oleh mikrokontroler dan 3 1 C5 100µF
diartikan fungsinya sebagai bentuk sinyal 4 1 C6 1000µF
kendali pengalamatan ke mikrokontroler. 5 3 C7, C9, C10 104
(Nawan, 2003). 6 1 C8 2200µF
Berdasarkan alasan yang telah 7 3 D1, D2, D4 IN4002
8 1 D3 LED
dikemukakan, penulis ingin merancang 9 1 J1 CON17
bangun suatu sistem pengaman elek- 10 2 J2, J3 CON2
tronis yang terintegrasi dengan teknolo-gi 11 1 J5 CON4
mikrokontroler sebagai pengendali atau 12 1 LS1 Selenoid
Connector
otak dari sistem, dan menggunakan kartu 13 1 P1
DB25
untuk sebagai kartu akses pengganti 14 1 Q1 C1815
kunci manual guna dapat mengatasi 15 1 Q2 C1061
kekurangan yang ada pada sistem kunci 16 1 RV1 1k Potensio
17 3 R1, R3 10k SIP 9
biasa, dalam mengamankan ruang-an 18 2 R2, R4 8k2
atau bangunan. Dengan judul: sistem 19 2 R6, R8 1k
kunci elektronis dengan perekam waktu 20 1 R7 240
akses berbasis mikrokontroler AT89C51”. 21 1 R9 POT
22 1 SW1 SET
23 1 SW2 ENTER
METODE 24 1 SW3 UP
Untuk mendapatkan hasil yang 25 1 SW4 DOWN
optimal dari alat ini yang direncanakan 26 1 SW5 RESET
SW KEY-
serta analisisnya, penulis menggunakan 27 1 SW6
Y1011
pendekatan baik melalui literatur maupun Transformer
28 1 T1
analisa–analisa rangkaian alat secara CT
langsung. Intinya mewujudkan suatu 29 1 U1 DS12887
30 1 U2 AT89C51
penulisan yang konseptual sehingga
31 1 U3 LM78XX/SIP
mudah untuk dipahami dan dimengerti 32 1 U4 LM317/CYL
dan mendapatkan hasil yang dapat diper- SOURCE
tanggungjawabkan.(Plant, 2005). 33 1 V1 VOLTAGE
220VAC
34 1 Y1 11.0592MHz

LCD type ADT2040


kontrol LCD

220 VAC/ data 8 bit LCD 20 x 2 Baris


P2 (P1.0-P1.2)
Printer LX-800 (ADT2040)
teg. jala-jala PLN

kondisi printer data display 8 bit


(P0.0-P0.7)
(P3.3-P3.4)
Transformator data RTC 8 bitl
Vcc
(P3.5-3.7)
& ALE/ Real Time Clock
Regulator LM7805 5 Vdc PROG
(RTC) DS12C887

Min-system setting waktu


Mikrokontroller data serial HP AT89C51
AT89C51 solenoid
HP soket PDU
LM317 (P3.0-P3.2) selenoide/
(Handphone) P1.3
lock
AT Command

Set time P1.6 sensor pintu


keypad P1.4-P1.7

RST

Printer RTC
DS12C887 5 Vdc

Gambar 1. Deskripsi perancangan sistem Gambar 2. Diagram blok perancangan


perangkat keras

29
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Unit catu daya dan charger, bagi- gai saklar tertutup dan tegangan dari
an Catu daya, regulator, dan charger VSS dapat mengalir melewati lilitan se-
terdiri dari penyearah D1 dan D2, regula- lenoid dan mengaktifkan selenoid
tor +5V U3 tipe 78XX, serta kondensator
filter C8, C9 dan C10. Skematik bagian catu LS1
daya dapat dilihat pada Gambar 3. VSS Selenoid

D4 1
1N 4002 2

R6 Q1
1k C 1815

POR T 1.4
Q2
C 1061

Gambar 3. Unit Catu Daya


SW6
SW KEY -Y 1011
J2 U4 J3
CON2 VSS LM317/CY L Charge CON2
1 3 2 1
2 VIN VOUT 2
1
ADJ
PORT 1.3

R9 R7
POT 240
(a) (b)

Gambar 5. Skematik (a) Unit Kontrol Se-


lenoid. (b) Sensor
.
Gambar 4. Unit Charger Handphone U2
AT89C51
21 39
22 P2.0/A8 P0.0/AD0 38
Unit kontrol pada mekanis pintu, 23 P2.1/A9
P2.2/A10
P0.1/AD1
P0.2/AD2
37
24 36
selenoid digunakan sebagai kontrol me- 25 P2.3/A11
P2.4/A12
P0.3/AD3
P0.4/AD4
35
26 34
kanis kunci, pada selenoide diberi 27
28
P2.5/A13
P2.6/A14
P0.5/AD5
P0.6/AD6
33
32
P2.7/A15 P0.7/AD7
tegangan maka kumparan pada tubuh RX 10 1
P3.0/RXD P1.0
selenoid akan membentuk medan mag- VCC
TX 11
Ring 12 P3.1/TXD P1.1
2
3
RX P3.2/INT0 P1.2
net di dalam sehingga posisi mekanik as 1 2
3 TX
13
14 P3.3/INT1 P1.3
4
5
9 P3.4/T0 P1.4 6
4
selenoid akan tertarik ke dalam. Untuk R3 5
RST P1.5
P1.6
7
10k SIP 9 6 15 8
mengetahui kondisi pintu dalam keada- 7 16 P3.5/T1
P3.6/WR
P1.7
8 17 VCC
an tertutup atau tidak maka diberi sensor. J5
9 30
29
P3.7/RD
ALE/PROG EA/VPP
31
C5
XTAL2

XTAL1

PSEN
Jadi sebelumnya tegangan pada CON4
1 RX
+ 100uF
C1
port 1.4 diberi tegangan pull-up se- 2 TX 10uF
RESET

3 Ring Y1
18

19

hingga di port 1.4 mikro terbaca “1” atau 4 11.0592MHz +

C3 C4
kondisi high. Saat sensor aktif tegangan
SW5

30pF 30pF

port 1.4 yang jenuh akan teralirkan lang-


R2
sung ke ground dan akan menyebabkan 8k2

terbaca logika “0” (low) pada port 1.4


yang kemudian memberitahu ke pro-
gram untuk melakukan jump ke program Gambar 6. Skematik Antar muka Hand-
kondisi pintu tertutup. phone (soket PDU)
Fungsi kedua transistor adalah
sebagai saklar, dimana saat tegangan Unit antar muka handphone, sis-
basis Q1 mendapat logika “1” dari mikro. tem antar muka berfungsi untuk meng-
Maka kaki kolektor dan emitor Q1 ter- ambil data pada Handphone (HP) yang
hubung, tegangan dari emitor Q1 akan nanti akan digunakan sebagai data user.
merelay basis Q2 untuk berfungsi seba- Data yang diambil berupa data serial

30
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

yang akan dikirim melalui port RX dari VCC


1
R5
10k SIP 9
2 LD0
Mikrokontroler. Di sini digunakan soket 3
4
LD1
LD2
5 LD3
PDU untuk antar muka ke HP jenis 6
7
LD4
LD5
P1 8 LD6
Siemens M35i, pemilihan jenis Siemens CONNECTOR DB25
1
9 LD7

karena penggunaan AT-Command-nya 14


2
15
Strobe
LD0
U2
lebih mudah dipelajari. Rangkain sistem 3
16
LD1
RESET LD0 21
P2.0/A8
AT89C51
P0.0/AD0
39
4 LD2 LD1 22 38
antar muka dapat dilihat Gambar 6. 17
5 LD3
LD2
LD3
23
24
P2.1/A9
P2.2/A10
P0.1/AD1
P0.2/AD2
37
36
18 LD4 25 P2.3/A11 P0.3/AD3 35
Saat program running maka pro- 6
19
LD4 LD5
LD6
26
27
P2.4/A12
P2.5/A13
P0.4/AD4
P0.5/AD5
34
33
P2.6/A14 P0.6/AD6
ses ketika handphone mendapatkan 7
20
8
LD5

LD6
LD7 28

10
P2.7/A15 P0.7/AD7
32

1
misscall, maka sistem handphone akan 21
9 LD7
11
12
P3.0/RXD
P3.1/TXD
P3.2/INT0
P1.0
P1.1
P1.2
2
3
22 Strobe
13 4
mengumpan tegangan ke pin ring pada 10
23
Busy 14
RESET 9
P3.3/INT1
P3.4/T0
P1.3
P1.4
5
6
11 Busy RST P1.5 7
soket PDU yang akan terbaca sebagai 24
12
15
16 P3.5/T1
P1.6
P1.7
8

logika “1” di mikrokontroler, selanjutnya 25 17 P3.6/WR VCC


13 GND 30 P3.7/RD 31
29 ALE/PROG EA/VPP C5

XTAL2

XTAL1
program akan memanggil data dari C1
10uF
PSEN
+ 100uF

RESET
handphone dengan menggunakan nama + Y1

18

19
11.0592MHz

panggilan data yang dituju berupa nama

SW5
C3 C4
30pF 30pF
AT-Command-nya. Data yang dikirim R2
8k2

melalui port TX berupa data serial yaitu


berupa pulsa-pulsa dengan frekuensi
yang sangat tinggi. Sebagai penerima Gambar 7. Skematik Unit Antar muka
adalah port RX, yang seperti TX jua me- Printer LX 800.
nerima data dalam bentuk data serial.
Dengan mengunakan baudrate mode 1 J1
CON17 VCC

maka kecepatan baudrate-nya. RV1 C6


1k POT 1000uF

2 SMOD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
+

Anoda
Catoda
Baudrate Mode 1 = x (laju
GND
VCC
VEE
RS
RW
EN
D0
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7

GND

VEE
32

GND
U2

limpahan Timer 1) 21
22 P2.0/A8
AT89C51
P0.0/AD0
39
38
D0
D1
P2.1/A9 P0.1/AD1
Dengan SMOD=1, diinginkan baudrate 23
24
25
P2.2/A10
P2.3/A11
P0.2/AD2
P0.3/AD3
37
36
35
D2
D3
D4
P2.4/A12 P0.4/AD4
19200, maka 26
27
28
P2.5/A13
P2.6/A14
P0.5/AD5
P0.6/AD6
34
33
32
D5
D6
D7
P2.7/A15 P0.7/AD7

21 10
11 P3.0/RXD P1.0
1
2
RS
RW
19200 = x Laju limpahan 12
13
P3.1/TXD
P3.2/INT0
P1.1
P1.2
3
4
EN
Nu

32 14
9
P3.3/INT1
P3.4/T0
RST
P1.3
P1.4
P1.5
5
6
7
RS
RW
2
3
1
VCC

P1.6
Timer1: Laju limpahan Time1=16x19200 C1
15
16
17
P3.5/T1
P3.6/WR
P1.7
8

VCC
EN
Nu
4
5
6
R1
10k SIP 9
= 307.200 kali/detik. Unit antar muka 10uF 30 P3.7/RD 31 7
RESET

29 ALE/PROG EA/VPP C5 8
XTAL2

XTAL1

+ PSEN
+ 100uF 9
printer Gambar 7.
SW5

Y1
Sebelum pengprint-nan harus
18

19

11.0592MHz
R2 C3 C4
dilihat dulu kondisi printer, sinyal busy 8k2 30pF 30pF

harus dideteksi terlebih dahulu sampai


nilainya setara dengan logika 0. Setelah ;
itu sinyal strobe dengan pulsa negatif Gambar 8. Rangkaian Antar Muka ini
digunakan untuk menandai dimulainya adalah dari ADT2040 ke AT89C51
proses print karakter. Penggunaan pull-
upp pada sistem transfer data 8 bit Modul LCD dapat dihubungkan
adalah untuk memperkuat tegangan langsung ke pin mikrokontroler tanpa
yang lewat sehingga sesuai dengan membutuhkan IC perantara lainnya se-
tegangan data bit mikro. hingga antar muka komponen menjadi
Unit penampil (display), pada lebih sederhana. Proses transfer data
Gambar 8 ini memperlihatkan gambar tampilan diatur oleh Mikrokontroler
rangkaian unit penampil. Pada sistem AT89C51. LCD pada perancangan alat
penampil yang digunakan adalah pe- digunakan sebagai penampil, dalam
nampil dalam bentuk LCD matriks. bentuk tulisan: pemilihan beban maksi-
mal, daya yang terpasang, serta jenis
gangguan yang terjadi (overload current
dan short current). Pertama, Pin R/W

31
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

berfungsi sebagai pengendali data yang Bus yang ter-multiplex menghe-


menyatakan apakah data tersebut akan mat penggunaan pin karena informasi
ditulis atau dibaca. Kedua, Pin RS address dan data waktu menggunakan
berfungsi sebagai penentu jenis data jalur sinyal yang sama. Alamat muncul
yang dikirim ke Modul LCD. Dan ketiga, pada bagian pertama dari bus cycle dan
Pin LCD EN berfungsi sebagai pin yang dengan pin yang sama pula digunakan
mengaktifkan pulsa kendali pada untuk data pada bagian kedua dari bus
kontroler LCD agar menerima data yang cycle. Multipleksing antara data dan
dikirim. address tidak memperlambat waktu
Unit perhitungan waktu, rangkai- akses dari RTC karena perubahan dari
an unit sistem perhitungan waktu ber- address menuju data dilakukan pada
fungsi sebagai penunjuk waktu real yang akses RAM internal pada RTC. Address
dipakai pada sistem yang dapat harus valid saat terjadi falling edge pada
menunjukkan detik, menit, jam, tanggal, AS/ALE, yang kemudian RTC akan me-
bulan dan tahun. RTC didesain memiliki latch address dari AD0 sampai AD6.
128 lokasi RAM yang terdiri dari 15 byte Data valid yang akan dituliskan ke RTC
untuk data waktu serta kontrol, dan 113 harus valid dan dijaga stabil pada pin DS
byte sebagai RAM yang dapat diguna- dan WR diberi pulsa. Pada proses
kan sebagai RAM pada umumnya. RTC pembacaan, RTC menghasilkan output 8
DS 12C887 menggunakan bus yang bit data pada pin DS dan RD diberi pulsa.
termultipleks hal ini untuk menghemat Bus akan menjadi high impedance saat
pin. Pewaktuan yang digunakan untuk pulsa low diberikan pada pin DS
mengakses RTC dapat menggunakan (motorola) atau pulsa high diberikan
pewaktuan intel atau pewaktuan motoro- pada pin RD (intel).
la. RTC juga dilengkapi dengan pin IRQ Sistem reset RTC tidak ber-
untuk kemudahan dalam proses. Berikut pengaruh terhadap jam, kalender atau
skematik unit sistem perhitungan waktu RAM. Pada penyalaan RTC, pin reset
dengan kontrol setting waktu yang dapat dijaga low untuk beberapa saat
menggunakan keypad seperti pada Gam- untuk menstabilkan catu daya. Lamanya
bar 9 (b). waktu pin reset diberikan low tergantung
VCC
dari aplikasi yang digunakan. Akan teta-
D3
C7
104 pi jika reset digunakan saat power up
LED

U1 R8
(penyalaan), waktu reset dijaga low ha-
PORT
PORT
0.0
0.1
4
5
DS12887
AD0
AD1
MOT
SQW
1
23
1k

+ C2 R4
rus melebihi 200 ms untuk meyakinkan
6 10uF
PORT
PORT
PORT
0.2
0.3
0.4
7
8
AD2
AD3
AD4
RST
18
bahwa timer internal dari RTC untuk
9
PORT
PORT
PORT
0.5
0.6
0.7
10
11
AD5
AD6
AD7 14 P3.5
8k2
penyalaan telah cukup.
AS

19
IRQ
DS
R/W
CS
17
15
13
P3.6
P3.7
ALE/PROG
Proses setting waktu RTC diatur
AS 2 1
VCC menggunakan keypad dengan mengam-
DS
R/W
CS
3
4
5 R1
bil status data bit port 1.4, port 1.5, port
10k SIP 9
1.6 dan port 1.5. Sebagai contoh: pada
keypad SET ditekan maka arus jenuh
(a) yang ada pada port 1.4 akan mengalir
PORT 1.4
SET VCC sehingga akan menimbulkan detak pul-
ENTER 2 1
PORT 1.5
PORT 1.6
UP 3 sa yang kemudian akan diartikan oleh
DOWN 4
PORT 1.7
SET 6
5 R1
10k SIP 9
program pada mikrokontroler AT89C51
ENTER 7
UP 8
sebagai logika high atau 1, kemudian
DOWN 9
akan terjadi runtun run program. Pada
SET

ENTER

UP

DOWN

display akan ditampilkan menu penga-


turan waktu.
ENTER

DOWN

Pengaturan keypad hanya digu-


SET
SW1

SW2

UP
SW3

SW4

nakan pada setting awal atau untuk


(b) perubahan waktu, karena di dalam RTC
DS12C887 telah terintegrasi dengan
Gambar 9. Rangkaian (a) Unit Sistem internal baterai. Ketika sistem utama po-
Perhitungan Waktu dan (b) Set-time
(Keypad)

32
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

wer alat diputus, perhitungan waktu RTC tersimpan pada program. Sebelumnya
tidak perlu di-setting ulang. data dari handphone dipanggil dengan
Pin kendali yang terdapat pada AT-Command-nya. Berikut flowchart Ke-
rangkaian RTC adalah sebagai berikut : seluruhan sistem kunci elektronis deng-
Pertama-tama, Pin R/W berfungsi seba- an perekam waktu akses. Proses dan
gai pengendalai data yang menyatakan tahap-tahap perancangan perangkat lu-
apakah data tersebut akan ditulis atau nak (software) dijelaskan mengunakan
dibaca. Kedua, Pin AS berfungsi seba- algoritma sebagai berikut:
gai penentu alamat data. Kemudian
ketiga, Pin DS berfungsi pada proses Step 1. Load bit port mikro
penulisan, pulsa positif pada DS akan Step 2. Identifikasi memory RTC
me-latch data yang ditulis. Dan ke- Step 3. Inisialisasi memory mikro
empat, Pin CS berfungsi sebagai pin Step 4. Inisialisasi LCD
untuk mengakses bus cycle RTC. Saat Step 5. Inisialisasi RTC
VCC dibawah 4,25 volt, RTC secara Step 6. Format tampilan waktu
internal menghalangi akses dengan cara Step 7. Jalankan rutin display data rtc ke
secara internal tidak mengaktifkan input lcd
CS. Proses ini akan melindungi baik data Step 8. Jalankan rutin tampilan lcd setiap
RTC maupun data pada RAM saat tidak ada perubahan kondisi
ada catu daya. Step 9. Baca kondisi logika sensor pin-
Perancangan Perangkat Lunak, tu, apakah = 1? Jika tidak terus
atau program ditulis dalam bahasa ke proses step 10, jika ya lang-
assembler MCS 51 yang merupakan sung lompat ke proses step 12
bahasa standar untuk mikrokontroler pro- Step 10. Subrutin untuk menjalankan
duksi Atmel. Kemudian dari bahasa proses print “Word_Goodbye”
assembler tersebut harus diubah ke da- sebanyak 1 karakter melalui
lam bentuk ekstensi HEX. Hal ini karena port data. Dan pintu tertutup.
IC hanya dapat menerima data dalam Step 11. Selesai (End)
bentuk HEX. Start

Sebelum merancang perangkat


lunak ada hal-hal dasar yang harus dike- Load Bit Port
Printer On?

tahui bagi perancang agar hasil rancang- Ram


no

Waiting until yes


Allocation
an menjadi optimal. Adapun hal-hal yang Table
ptinter on

perlu diperhatikan yaitu: RTC data Check key sensor

Pertama adanya Ide dalam, pe-


mrograman pada software tidak bisa LCD
Initialization Write:
Welcome to IST Akprind

dilakukan tanpa adanya ide pembuatan Computer Laboratory

Laboratotium Key Open At : time, date: date


day, --:--:-----

dengan jelas. Pada tahap ide segala


User ID :
tgl --:--:--
Waiting code
from handphone

komponen ide dikumpulkan, misalkan: Kirim AT


Command ke
handphone
berapa jumlah input sistem dan dalam Write:
Goodbye to IST Akprind
Computer Laboratory no SW KEY = 0?

wujud apa, berapa jumlah output sistem Laboratotium Key Open At : time, date: Terima id data
date (data serial)
yes misscall
handphone

yang akan dikontrol, dan lain-lain. Baca data logika


ring dari
Check id/compare
Kedua dibuat, Algoritma Pro-
handphone
id storage with
yes receive from hp
no

gram Ide yang kita dapatkan dijabarkan Apakah logika


day, --:--:-----
ring = 1?

dalam wujud diagram proses (flowchart) tgl --:--:--


recieve code
Check id

sebagai algoritma pemrograman yang Kirim AT


Command ke
handphone

akan kita lakukan, tahap algoritma sa- Terima id data


Match?

ngat penting karena tanpa ada flow-chart Close door


(data serial)
misscall
handphone
yes
no

pada pemrograman yang rumit akan sulit Open door

Baca data kondisi


menjabarkan dari ide ke bahasa rakitan printer

(assembler) apalagi bagi pemula. day, --:--:-----


Clear list misscall

tgl --:--:--

Program data yang diambil dari receiving code


from handphone

handphone yang ditampilkan ini pada


End

display sebagai nilai pembanding, ke-


mudian di-compare dengan data yang Gambar 10. Flowchart sistem

33
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Step 11. Baca kondisi pin ring, apakah = pembacaan logika high dan low. Sesuai
1? Jika ya jalankan ke pro-ses dengan datasheet dari LCD ADT2040
selanjutnya tegangan akan terbaca high oleh pin 8 bit
Step 12. Kirim AT Command untuk dan driver kontrol LCD bila bernilai +2,2
pembacaan list misscall
Step 13. Baca list misscall dari hand- volt, dan terbaca low bila +0,6 volt. Jadi
phone
Step 14. Baca kondisi printer siap atau sistem keluaran dari mikro-kontroler telah
tidak? Jika siap jalankan pro- mencukupi tegangan dari pembacaan
ses step 14 , jika tidak jalan- LCD.
kan proses step 13 Kondisi pengaturan pin RS dan
Step 15. Tunggu sampai printer siap EN(CS) memiliki prasyarat tegangan
Step 16. Subrutin untuk menjalankan VIH=2,2V-5V, VIL=0,6V, VOH=2,4V,
proses print “Word_Welcome” VOL=0,4V. Dengan ketentuan ini,
sebanyak 1 karakter melalui saluran I/O mikrokontroler U2 dapat
port data digunakan untuk pengemudian secara
Step 17. Kirim AT Command untuk pem- langsung (Direct point).
bacaan list misscall Pengujian keypad, hasil penguji-
Step 18. Terima dan baca list misscall an tegangan pada pin keypad terlihat
dari handphone pada Tabel 3:
Step 19. Bandingkan id pembacaan list
miscall dengan id yang sudah Tabel 3. Hasil Pengujian Tegangan pada
diprogram Keypad
Step 20. Jika tidak sama, selesai
Step 21. Jika sama id pembacaan dan id Tegang
Teg.
terprogram maka lanjutkan pro- Pin Mikro- an Kete-
Logika
kontroler Logika rangan
ses Low
High
Step 22. Jalankan proses pembuka pintu
P1.4 +5V +0,6V SET
Step 23. Selesai (End), kembali ke
proses step 8 P1.5 +5V +0,6V ENTER
P1.6 +5V +0,6V UP
P1.7 +5V +0,6V DOWN
PEMBAHASAN
Pengujian LCD ADT2040, Seba-
gaimana hasilnya diperlihatkan pada Di dalam sistem rangkaian alat,
Tabel 2. saluran I/O untuk SW up & SW down
telah dilengkapi dengan R pull-up sebe-
Tabel 2. Hasil Pengujian Tegangan pada sar1KΩ.:(Siemens AG ICmobile Mobile
LCD Devices, 2001).Pemasangan R pull-up ini
akan mengubah nilai nominal VIH menjadi
Tegang- sebesar
Pin Teg.
Mikrokon-
an
Logika
Kete- VIL= 0.2 VCC - 0.1
Logika rangan VIH= 0.2 VCC + 0.9
troler Low
High
P0.0 (D0) +4,4V +0,2V
IIL= -50 µA
P0.1 (D1) +4,4V +0,2V ITL= -750 µA (transisi dari logika 0 ke
P0.2 (D2) +4,4V +0,2V logika 1)
P0.3 (D3) +4,4V +0,2V Kondisi ILI= -10 µA untuk 0 < VIN < VCC
P0.4 (D4) +4,4V +0,2V pada
P0.5 (D5) +4,4V +0,2V tampilan
I=V/R = 5V/1K = 0,005A = 5mA
P0.6 (D6) +4,4V +0,2V awal
P0.7 (D7) +4,4V +0,2V LCD Pada Gambar 11a. terlihat bah-
P1.0 (RS) +4,9V +0,2V wa frekuensi yang digunakan adalah
P1.1 (RW) +4,9V +0,2V
P1.2 (EN) +4,9V +0,2V
sebe-sar 11,06 MHz. Gelombang keluar-
an XTAL2 lebih besar daripada XTAL1
Tegangan dari masukan dari pin yang menunjukan bahwa sistem clock
mikrokontroler telah mencukupi tegang- dari mikrokontroler telah bekerja dengan
an yang dibutuhkan oleh LCD untuk baik.

34
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

yang dikirim oleh mikrokontroler. Dalam


perancangan alat pin ini akan mengha-
silkan gelombang kotak dengan fre-
kuensi 2Hz (led indikator akan dihidup
matikan dengan frekuensi ini).

(a)

Gambar 12. Gelombang pada SQW (pe-


ngamatan menggunakan Osciloscope
UT2025B)

Dapat terlihat pada Gambar 12


gelombang SQW merrupakan berbentuk
gelombang kotak yang tidak sempurna.
Bila gelombang pada SQW tidak ada
maka perhitungan waktu pada RTC pasti
tidak berjalan.
(b) Pengujian transformator, jenis
Gambar 11. Pengujian a). XTAL2 (Ke- transformator (trafo) yang digunakan
luaran). b) XTAL1(Masukan) adalah trafo step-down. Trafo tersebut
berfungsi menurunkan daya keluaran
Pengujian dari mikrokontroler variak. Berdasarkan tabel pengujian :
AT89C51, kondisi logika H & L standar
masukan mikrokontroler hanya mempu- Tabel 4. Pengujian Catu Daya
nyai rentang sebesar 1V (tabel peng-
ujian nomor baris 1 dan 2). Kondisi ini Tegangan
No Test Point Ket
mengakibatkan saluran masukan mikro- (V)
kontroler sangat rentan terhadap sinyal 1 Keluaran D1 VSS
20
atau picu luar yang tidak dikehendaki. dan D2 Out
Pengujian pembentuk pewaktuan 2 VCC
Keluaran U3 5
RTC, jenis komponen RTC yang digu- Out
nakan adalah RTC produksi Dallas
DS12C887. RTC tersebut berfungsi me- Berdasarkan Tabel 4. tegangan
lakukan perhitungan waktu. (Aplication keluar yang dihasilkan oleh catu daya
Note 95,1998). Pada Gambar 4.4, gelom- adalah 20 volt dan tegangan yang telah
bang pada titik keluaran SQW adalah: diregulasi oleh LM7805 adalah +5 volt.
Berdasarkan Gambar 12, ge- Riak yang besar akan menye-
lombang pembacaan pada pin SQW babkan noise bagi pembacaan data
mempunyai frekuensi 2 Hertz dengan keluaran variak. Dari hasil perhitungan
periode 498,67ms. Khusus pengaturan tegangan riak, nilai tegangan riak pada
pin SQW hanya digunakan sebagai tegangan maksimum adalah 6,429 volt
bentuk indikasi sistem rangkaian RTC dengan faktor riak 32,145 %. Semakin
telah berjalan sesuai register perintah kecil tegangan atau arus yang mengalir,

35
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

maka semakin kecil tegangan riak dan Gambar 13. Keluaran kapasitor pada te-
faktor riak yang dihasilkan. Semakin be- gangan maksimum.
sar kapasitas kapasitor, maka semakin
kecil riak. Pengujian penyearah dan peng-
ujian filter, berfungsi menghilangkan riak
yang terbentuk akibat pengubahan ac ke
dc. Semakin besar kapasitor yang dipa-
sang, maka semakin kecil riak yang
terbentuk sesuai. Akan tetapi semakin
besar nilai kapasitor, akan menghasil-kan
waktu tunda yang besar akibat adanya
pengisian dan pengosongan ka-pasitor.
Sinyal keluaran filter dengan
kapasitor 2200 μF diberikan dalam
Gambar 13.
Dari hasil pengukuran diperoleh, regulator U3 berada dalam status
Vm=20 volt, Vr= 7,386 volt. Quiescent Current Change sebesar 5
7,386 mA ≤ IO ≤ 1A. Oleh karena itu peng-
Vdc  20   16,307 volt gunaan transformator T1 tidak boleh
2 kurang dari total penarikan arus. Bila
V 7,386 terjadi faktor kekurangan arus maka
Vrms  r   5,224volt sistem akan error, untuk menjadikan sis-
2 3 2 3 tem normal kembali harus dilakukan
5,224 reset ulang pada sistem mikrokontroler-
r  0,2612  26,12%
20 nya.
Keluaran regulator U3 dapat
Tabel 5. Pengujian Catu Daya dipertahankan stabil +5V selama tidak
terjadi Quiescent Current Change yang
Tegangan mengakibatkan penarikan arus secara
No Test Point Ket berlebihan terhadap arus keluaran lilitan
(V) sekunder transformator T1.

1 Keluaran VSS KESIMPULAN


20 Berdasarkan data hasil analisa
D1 dan D2 Out
2 Keluaran VCC dan pengukuran, kesimpulan yang di-
5 peroleh adalah sebagai berikut :
U3 Out
Pertama, mode port paralel prin-
Keluaran D1 dan D2 merupakan ter tidak berpengaruh pada kemampuan
tegangan DC kasar yang digunakan transfer data bi-directional secara soft-
secara langsung sebagai pointer te- ware. Mode EPP dapat melalukan trans-
gangan VSS. Pointer ini digunakan fer data bi-directional secara langsung
sebagai sumber tegangan dan arus dengan mikrokontroler tanpa ada antar
rangkaian regulator U3, rangkaian driver muka apapun, dengan menggunakan
selenoid, dan rangkaian charger. Deng- resistor pull-up.
an banyaknya kebutuhan arus dan te- Kedua, dari sistem RTC adalah
gangan yang stabil, level tegangan sistem untuk perhitungan waktu nyata.
masukan regulator U3 harus diposisikan Jika dihubungkan dengan mikrokontroler
mendekati taraf maksimum masukan (8 ≤ AT89C51 menggunakan sistem bus Intel,
VIN ≤ 12). Tetapi karena faktor ke- maka pin pengatur MOT (pin 1) harus
butuhan driver selenoid mencapai 13,5 dikondisikan dalam keadaan Floating
volt dengan arus 1,2A, hal ini meng- (tidak boleh dihubungkan ke VCC secara
haruskan regulator U3 menerima te- langsung).
gangan masukan sebesar 20V saat Ketiga adalah merupakan, ken-
selenoid off dan 13,5V saat selenoid on. dali mikrokontroler dapat beroperasi pa-
Permasalahan ini dapat mengakibatkan da pengontrolan LCD dan RTC tanpa

36
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

menggunakan resistor pull-up. Hal ter- DAFTAR PUSTAKA


sebut karena adanya kecukupan te- Nawan, Paulus Andi, 2003, Teknik Antar
gangan yang dibutuhkan oleh LCD dan dan Pemrograman Mikrokontro-
RTC untuk melakukan pembacaan ler AT89C51, PT. Elex Media
tegangan keluaran dari mikrokontroler, Komputindo, Jakarta.
baik kondisi logika “high” atau pun “low”. Aplication Note 95, 1998, DS12C887
Keempat, pada parameter ken- Real Time Clock Datasheet, Dal-
dali LCD optimal adalah logika high = 2,2 las Semiconductor. Http//:www.
volt dan logika low = 0,6 volt. Tang- dalsemi.com.
gapan langkah sistem RTC untuk logika Plant, Malcom and Stuart Jan, Dr. 2005.
high = 0,8 volt dan logika low = 0,8 volt. “Ilmu Teknik Instrumentasi”. Edisi
Kelima, penggunaan resistor Ketujuh, PT. Gramedia Pustaka
pull-up dapat memperbaiki kekurangan Utama, Jakarta.
tegangan pada pembacaan logika “high” Siemens AG ICmobile Mobile Devices,
dan “low” dari antar muka dan driver 2001, AT Command Set Refe-
pada system rence Manual GSM 07.07, GSM
07.05 for The Siemens Mobile
Phone M35i, SW Development
Data Services, Grillparzerstrasse
12a, D-81675 Munich.

37
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

IbM KELURAHAN GULUREJO (KAWASAN PENGRAJIN BATIK) UNTUK


MENGATASI MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH CAIR
BATIK
1 2 3
Yuli Pratiwi , Gatot Santoso , Joko Waluyo
1 2 3
Jurusan Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Elektro, Jurusan Teknik Mesin,
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Masuk: 16 April 2014, revisi masuk : 8 Juli 2014, diterima: 28 Juli 2014

ABSTRACT
Batik wastewater in the hamlet Mendiro and Sembungan, Village Gulurejo,
District LendahKulonProgo Regency is still a problem for batik craftsmen and society.
Contamination of well water and river water in the Village Gulurejo due batik effluent,
causing adverse health effects and cause a skin disease such asItchingand other skin
disorders.The purpose of this IbM program is to increase knowledge about the
technology and batik effluent treatment procedures batik so that the quality of effluent
discharged to the environment according to the Liquid Waste Quality Batik is valid and
does not pollute the environment. To achieve these objectives there should be a batik
wastewater treatment equipment that is easy in operation and can be used
interchangeably by batik craftsmen. Achieved results or findings is the realization of
sewage treatment plants in the form of batik assemblies elektrokoagulan engineering
technology with a method that is effective, efficient, easy in operation and requires a
power source of120 watts. Wastewater treatment plant that includes batik: batik waste
tank capacity of 500 liters; elektrokoagulan tub capacity of 100 liters; 2 bath deposition
capacity of 4,000 liters; 3 bath filtration capacity of 6000 liters which includes coral filter
media, split and sand & activatedcharcoal.

Keywords: craftsmen, batik, wastewater, pollution.

INTISARI
Limbah cair batik di Pedukuhan Mendiro dan Sembungan, Kelurahan Gulurejo,
Kecamatan Lendah Kabupaten Kulonprogo masih menjadi problem bagi pengrajin batik
dan masyarakat. Terkontaminasinya air sumur maupun air sungai di Kelurahan Gulurejo
akibat limbah cair pengrajin batik, menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan dan
berakibat timbulnya penyakit kulit seperti gatal gatal dan gangguan kulit lainnya. Tujuan
program IbM ini adalah meningkatkan pengetahuan pengrajin batik tentang teknologi dan
prosedur pengolahan limbah cair batik sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke
lingkungan sesuai Baku Mutu Limbah Cair Batik yang berlaku serta tidak mencemari
lingkungan. Guna tercapainya tujuan tersebut harus ada alat pengolahan limbah cair
batik yang mudah dalam operasionalnya dan bisa digunakan oleh pengrajin batik secara
bergantian. Hasil atau temuan yang dicapai adalah terwujudnya instalasi pengolahan
limbah cair batik berupa rakitan teknologi rekayasa dengan metode elektrokoagulan yang
efektif, efisien, mudah dalam operasionalnya dan membutuhkan sumber daya listrik 120
watt. Instalasi pengolahan limbah cair batik yang meliputi: bak penampung limbah batik
kapasitas 500 liter; bak elektrokoagulan kapasitas 100 liter; 2 bak pengendapan
kapasitas 4.000 liter; 3 bak filtrasi kapasitas 6000 liter yaitu meliputi media filter koral,
split serta pasir & arang aktif.

Kata kunci: pengrajin, batik, limbah cair, pencemaran.

PENDAHULUAN tergolong dalam limbah B3 (Sarto, 1994).


Limbahcair batik merupakan Sudah menjadi kenyataan, sebagian
bagian dari industri batik yang selama ini sebagian besar pelaku industri enggan
selalu menjadi persoalan karena untuk mengolah limbahnya, hal ini

1
tiwiyul@yahoo.co.id, 38
2
gatsan@akprind.ac.id,
3
walyojok@yahoo.co.id
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

dikarenakan untuk proses pengolahan lingkungan karena berwarna keruh dan


limbah selalu dibutuhkan biaya yang pekat. Hal ini didukung data analisis TSS
tidak murah. dan TDS yang melebihi Baku Mutu Lim-
Belum lagi kesulitan-kesulitan bah Batik menurut Keputusan Gubernur
teknik dalam proses pengolahan yang DIY Nomor 7 Tahun 2010, sedangkan
terkadang tidak terjangkau pemecahan- secara kimiawi kandungan COD, BOD
nya bagipelaku industri, sehingga mere- dan pH yang melebihi ambang batas
ka memilih untuk tidak mengolah limbah akan menyebabkan kerusakan ling-
dan membuang begitu saja tanpa memi- kungan apabila dibuang ke lingkungan
kirkan dampaknya. (Soemirat, 2003 & Manahan, 1992).
Wilayah Pedukuhan Mendiro dan Terkontaminasinya air sumur
Pedukuhan Sembungan di wilayah Ke- maupun air sungai di Kelurahan Gulurejo
lurahan Gulurejo, Kecamatan Lendah, akibat limbah cair pengrajin batik,
Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY menyebabkan dampak buruk terhadap
sebagian wilayahnya berada di kawasan kesehatan dan berakibat timbulnya pe-
bantaran Sungai Progo. Jumlah KK di nyakit kulit seperti gatal gatal dan
Pedukuhan Mendiro sebanyak 354 KK gangguan kulit lainnya ( Suara Merdeka,
dengan jumlah jiwa 1.923 orang dan 2013).
Pedukuhan Sembungan sebanyak 163 Untuk pengrajin batik dengan
KK dengan jumlah jiwa 934 orang. Dari modal usaha cukup besar permasalahan
kedua wilayah mitra sebagian besar tersebut di atas dapat diatasi, dengan
masyarakatnya masih tidak aman dari cara membuat instalasi pengolahan
pencemaran limbah batik. Jumlah peng- limbah cair batik, sedangkan pengrajin
rajin batik di Pedukuhan Mendiro ada 3, batik yang modal usahanya masih kecil
sedangkan di Pedukuhan Sembungan sudah pasti merasa keberatan. Padahal
ada 5 pengrajin. pengrajin batik di kelurahan Gulurejo,
Limbah cair batik di Pedukuhan sebagian besar adalah pengrajin dengan
Mendiro dan Sembungan, Kelurahan modal kecil.
Gulurejo, Kecamatan Lendah Kabupaten Untuk mengatasi hal tersebut,
Kulonprogo masih menjadi problem bagi perlu penerapan teknologi pengolahan
pengrajin batik dan masyarakat, seperti limbah cair batik dengan pengadaan
ditunjukkan pada Tabel 1 yang meru- instalasi dan pengelolaan secara mandiri
pakan hasil analisis kualitas air limbah sehingga dapat dimanfaatkan secara
batik. maksimal dan keberlanjutan oleh masya-
rakat sebagai mitra. Peran serta mitra
Tabel 1. Hasil analisis kualitas limbah akan sangat berpengaruh terhadap
cair batik mitra keberlangsungan teknologi yang akan
diterapkan di masyarakat. Di samping itu
Baku mitra juga memandang teknologi ini akan
Para MutuLimbah
No.
meter
Hasil Analisa
Cair Industri
benar-benar bermanfaat, terutama untuk
Batik* mengolah limbah cair batik yang dihasil-
kan dari kawasan pengrajin batik di
1. COD 1800 mg/L 100 mg/L
Kelurahan Gulurejo, baik di Pedukuhan
2. BOD 960 mg/L 50 mg/L Mendiro maupun Pedukuhan Sembung-
3. TSS 540mg/L 200 mg/L
an. Hal lain yang mendukung pemanfaat-
an teknologi ini adalah, bahwa melalui
4. TDS 1672 mg/L 1000 mg/L mitra pengrajin dapat menyampaikan
5. Ph 13 6 - 9
perlunya instalasi pengolahan limbah cair
batik di kawasan pengrajin batik di
6. Suhu 300C ± 30C Pedukuhan Mendiro dan Sembungan,
*Keputusan Gubernur DIY Nomor 7 Tahun 2010. Kelurahan Gulurejo, agar tingkat kese-
hatan masyarakat dapat tercapai.
Dari data analisis pada Tabel 1, menun- Tujuan dan Urgensi Pengabdian
jukkan secara estetika limbah tidak layak Masyarakat, membuat alat instalasi
sebagai air limbah yang siap dibuang ke pengolahan limbah cair batik berupa

39
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

rakitan teknologi rekayasa dengan meto- perlu diproses lebih lanjut dengan filtrasi,
de elektrokoagulan. Dengan adanya alat dengan tujuan air kembali menjadi air
ini diharapkan dapat meningkatkan pe- baku yang memenuhi ambang batas air
ngetahuan pengrajin batik mitra tentang baku. Endapan akan menjadi lumpur,
teknologi dan prosedur pengolahan dengan periode waktu tertentu diambil
limbah cair batik, sehingga kualitas lim- dari bak sedimentasi dan limbah padat ini
bah cair yang dibuang ke lingkungan juga perlu diolah lebihlanjut (Metcalf &
sesuai Baku Mutu Limbah Cair Batik Eddy, 2003).
yang berlaku dan tidak mencemari ling- Pada proses filtrasi digunakan
kungan. media yang mudah didapat dan murah
Target dan Temuan/Inovasi, agar harganya, dalam hal ini sebagai tahap
pencemaran lingkungan yang terjadi di awal penyaringan digunakan media batu
kawasan pengrajin batik Kelurahan Gu- koral 30 mm, pada tahap ini air dibersih-
lurejo terutama di Dukuh Mendiro dan kan dari kotoran yang berukuran besar
Sembungan dapat diminimalisasi, maka sehingga tidak mengganggu pada proses
dilakukan rancang bangun instalasi penyaringan berikutnya. Setelah air tebe-
pengolahan limbah cair batik. Alat ini bas dari kotoran, air masih perlu difilter
terdiri dari: bak penampung limbah batik kembali yaitu tahap penyaringan berikut-
kapasitas 500 liter; bak elektrokoagulan nya dengan menggunakan media split 10
kapasitas 100 liiter; 2 bak pengendapan mm dengan tujuan air menjadi lebih
kapasitas 4.000 liter; 3 bak filtrasi volume jernih. Sebagai langkah terakhir agar air
6000 liter; yaitu meliputi media filter koral, menjadi bersih dan jernih dan tidak bau
split serta pasir dan arang aktif. digunakan media pasir dan arang aktif
Untuk mengoperasionalkan ins- (Davis& Conwell, 1991).
talasi ini, membutuhkan sumber daya
listrik sebesar 120 watt, dan mampu
METODE
mengolah limbah cair batik sebanyak 100
Materi pengabdian masyarakat
Liter/jam.
dilakukan di Dukuh Mendiro dan Sem-
Pengolahan limbah cair batik
bungan, Kelurahan Gulurejo, Kecamatan
dengan metode elektrokoagulan diharap-
Lendah, Kabupaten Kulon Progo, karena
kan bias menjawab persoalan yang
pada daerah tersebut ada sejumlah
dihadapi industri batik dalam pengolahan
pengrajin batik yang belum mengelola air
limbahnya, karena dengan metode ini
limbahnya dengan benar karena berwar-
proses pengolahan menjadi sederhana
na keruh dan pekat. Hal ini masih menja-
dan murah. Prinsip kerjanya adalah
di problem bagi pengrajin batik dan
limbah cair batik, dalam hal ini zat pewar-
masyarakat, karena dapat mengkontami-
na tekstil setelah dipakai dalam proses
nasi air sumur maupun air sungai di
pencelupan ditampung dalam bak pe-
Kelurahan Gulurejo, sehingga menye-
nampung limbah. Dari bak penampung
babkan dampak buruk terhadap kesehat-
dialirkan dengan debit tertentu sesuai
an dan berakibat timbulnya penyakit kulit
dengan waktu tinggal yang diharapkan
seperti gatal-gatal dan gangguan kulit
ke dalam bak elektrokoagulan. Di dalam
lainnya.
unit initerjadi proses elektrokimia,yaitu
Solusi yang dilakukan terhadap
limbah batik dilewatkan lempeng-lem-
permasalahan tersebut di atas adalah
peng logam sebagai anoda dan katoda
melalui pendekatan dengan pemerintah
yang dialiri arus listrik sehingga timbul
Kelurahan Gulurejo dan dengan masya-
gelembung-gelembung udara dan ter-
rakat pengrajin batik di Pedukuhan
bentuk flok-flok (Eckenfelder, 2000 dan
Mendiro dan Sembungan untuk mensi-
Hammer, 2004).
nergikan kegiatan-kegiatan dalam pro-
Setelah terbentuk flok, limbah
gram pemerintah desa khususnya yang
dialirkan ke dalam bak pengendapan,
berkaitan dengan permasalahan untuk
flok akan mengikat zat pewarna sehing-
menanggulangi pencemaran lingkungan
ga dalam unit ini zat pewarna akan
akibat limbah cair batik. Terutama untuk
terpisah dari air dan mengendap. Air
pengrajin batik yang kesulitan mengolah
yang sudah terpisah dengan zat pewarna
limbah cair batik di Pedukuhan Mendiro

40
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

dan Sembungan, Kelurahan Gulurejo, menampung limbah sebelum masuk


yaitu mengolah limbah cair batik meng- proses koagulasi.
gunakan metode elektrokoagulan yang
bisa digunakan oleh pengrajin secara
bersama-sama.
Alat Pengabdian Masyarakat ini,
alat yang dipergunakan adalah instalasi
pengolahan limbah cair batik dengan
metode elektrokoagulasi. Instalasi peng-
olahan limbah cair ini dapat mengolah
limbah cair batik dengan efektif, efisien
dan mudah dalam operasionalnya. Jadi
instalasi pengolahan limbah cair batik ini Gambar 1. Bak penampungan
merupakan pemecahan masalah yang
harus dibuat, dan diharapkan akan Kedua, bak elektrokoagulan, bak
dipergunakan sebagai contoh yang dapat ini terbuat dari plat stainless steel dengan
diterapkan di daerah lain di Indonesia. dimensi panjang 2.000 mm, lebar 500
Tahapan Pengabdian masyara- mm, dan tinggi 500 mm. Di dalam bak ini
kat, pembuatan instalasi pengolahan lim- perlu waktu tinggal untuk memberikan
bah cair batik diawali dengan cara kesempatan terjadinya proses elektro-
mengadakan pengamatan ke lokasi. Ke- kimia, sehingga terbentuk flok.
mudian mengadakan wawancara dengan
pengrajin batik. Selanjutnya mengidentifi-
kasi permasalahan limbah cair yang
dihadapi pengrajin batik, kemudian diru-
muskan permasalahan sebagai berikut:
Pertama, instalasi pengolahan limbah
cair yang bagaimanakah yang dapat
dipergunakan untuk mengolah limbah
cair batik, sehingga hasil pengolahannya
tidak mencemari lingkungan karena
sudah sesuai Baku Mutu Limbah Cair
Industri Batik yang berlaku. Kedua,
bagaimana caranya agar masyarakat Gambar 2. Bak elektrokoagulan
pengrajin batik mengerti dan memahami
tentang teknologi pengolahan limbah cair Ketiga, bak pengendapan terbuat dari
batik. plat stainless steel, di dalam bak
penampungan perlu waktu yang cukup,
sehingga diperlukan dimensi yang lebih
PEMBAHASAN besar. Bak ini terbuat dari pelat
Tahap pembuatan instalasi peng- satainless steel dengan menggunakan
olahan limbah cair batik adalah untuk dimensi panjang 2.000 mm, lebar 2.000
memecahkan permasalahan yang diala- mm dan tinggi 1.000 mm.
mi oleh pengrajin batik di Pedukuhan
Mendiro dan Sembungan, Kelurahan
Gulurejo, yaitu agar limbah yang dihasil-
kan sesuai dengan baku mutu limbah
cair batik menurut Keputusan Gubernur
DIY Nomor 7 Tahun 2010.
Tahap pengerjaan pembuatan
pengolah limbah batik dengan elektro-
koagulan adalah sebagai berikut: Perta-
ma, bak penampung limbah terbuat dari
plat stainless steel, dengan dimensi
panjang 1.000 mm, lebar 1.000 mm, dan Gambar 3. Bak pengendapan
tinggi 500 mm. Bak ini berfungsi untuk

41
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Kelima, bak filtrasi terdiri dari 3 menjadi DC dengan output tegangan 24


bak yang terbuat dari plat stainless steel, Volt dan arus 5 Ampere.
di mana masing-masing bak berdimensi Ketuju, perakitan dalam perakit-
panjang 2.000 mm lebar 1.000 mm dan an diperlukan ketepatan ukuran pada
tinggi 1.000 mm. Bak pertama dengan proses manufaktur, sehingga didapatkan
media filter koral, bak kedua dengan unit atau sistem yang sempurna baik
media split dan bak ketiga menggunakan dalam bentuk maupun performance.
media pasir dan arang aktif. Kedelapan, uji coba dalam mela-
kukan uji coba perlu pengamatan dan
pendataan secara detail, hal ini dimak-
sudkan untuk mendapatkan informasi
yang jelas sebagai dasar proses pe-
nyempurnaan, jika dimungkinkan perlu
adanya dokumentasi sehingga memu-
dahkan dalam pengkajian permasalahan.
Dan yang kesembilan penyempurnaan,
setelah dilakukan uji coba, bisa diketahui
bagian-bagian yang masih terdapat ke-
kurangan-kekurangan, sehingga proses
penyempurnaan bisa dilakukan. Penyem-
Gambar 4. Bak filtrasi purnaan meliputi memperbaiki kelemah-
an maupun menambah dalam bentuk
Keenam, instalasi elektrokoagu- pengembangan.
lan merupakan instalasi pengolahan Gambar 5. Memperlihatkan ba-
limbah cair yang dilengkapi rangkaian gan instalasi pengolahan limbah cair
elektronik yang terdiri dari 18 lempeng batik yang dirancang seperti urutan
katoda-anoda dengan boks travo penye- proses pengolahan batik.
arah untuk merubah arus listrik AC

Gambar 5. Bagan instalasi pengolahan limbah cair batik

42
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Gambar 6. Instalasi pengolahan limbah cair batik yang sudah terpasang di lokasi mitra
pengrajin batik di Kelurahan Gulurejo, Kecamatan Lendah Kulon Progo
Cara Kerja Instalasi Pengolahan batik akan melalui tiga tahap penyaringan
Limbah Cair Batik yang sudah terpasang di yang meliputi: koral, split, serta pasir dan
lokasi mitra pengrajin batik di Kelurah-an arang aktif.
Gulurejo, Kecamatan Lendah Kulon Progo Kelima, endapan akan menjadi
yaitu: Pertama, limbahcair batik yang lumpur, dengan periode waktu tertentu,
mengandung zat pewarna, setelah dipakai diambil dari bak sedimentasi dan limbah padat
dalam proses pencelupan ditam-pung dalam ini juga perlu diolah lebih lanjut (Metcalf &
bak penampung limbah. Eddy, 2003).
Kedua, selanjutnya limbah di-alirkan Keenam, pada proses filtrasi
ke dalam bak elektokoagulan sampai penuh. digunakan media yang mudah didapat dan
Proses elektrokoagulasi diaktifkan dengan murah harganya, dalam hal ini sebagai tahap
menghidupkan tombol on pada panel travo, awal penyaringan diguna-kan media batukoral
dan berlangsung kurang lebih 1 jam. Di dalam 30 mm, pada tahap ini air dibersihkan dari
unit ini terjadi proses elektrokimia yaitu limbah kotoran yang berukuran besar, sehingga tidak
cair batik dilewatkan lempeng-lempeng logam meng-ganggu pada proses penyaringan be-
sebagai anoda dan katoda yang dialiri arus rikutnya.
listrik sehingga timbul gelem-bung-gelembung Dan Ketuju, setelah air limbah
udara dan terbentuk flok-flok (Eckenfelder, terbebas dari kotoran, air masih perlu difilter
2000 dan Ham-mer, 2004). kembali yaitu tahap penyaringan berikutnya
Ketiga, setelah terbentuk flok, limbah dengan menggunakan media split 10 mm
dialirkan ke dalam bak peng-endapan, flok bertujuan agar air menjadi lebih jernih.
akan mengikat zat pewar-na sehingga dalam Sebagai langkah terakhir agar air menjadi
unit ini zat pewarna akan terpisah dari air dan bersih dan jernih dan tidak bau digunakan
mengendap. Waktu tinggal di bak media pasir dan arang aktif (Davis& Conwell,
pengendapan kurang lebih 40 jam agar flok 1991).
yang ter-bentuk dapat mengendap. Data Hasil Instalasi pengolahan
Keempat, ketika limbah cair batik di limbah cair batik dengan metode elektro-
bak pengendapan sudah penuh, maka akan koagulasi yang dilengkapo preses
terjadi overflow dan limbah cair yang sudah pengendapan dan filtrasi adalah meru-pakan
terpisah dengan endap-an akan mengalir metode yang tidak menggunakan bahan-
menuju bak filtrasi. Di bak filtrasi limbah cair bahan kimia, katalis maupun suhu tinggi.

43
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Karena elektroda yang digunakan dapat besar tegangan yang diberikan semakin besar
berfungsi sebagai katalis dan tempat oksidasi, arus yang mengalir pada larutan, sehingga
jadi metode ini hanya membutuhkan arus atau menyebabkan semakin cepat reaksi pemben-
potensial dalam jumlah yang kecil. tukan hidroksida koagulan.
Berdasarkan penelitian yang sudah dila-kukan Penurunan konsentrasi warna, COD
oleh Angga Arifianto dkk (2014) seperti di dan TDS dalam limbah cair batik terjadi karena
bawah ini. reaksi antara spesies aktif dengan senyawa
organik menjadi molekul air. Sebagian besar
Tabel 2.Hasil analisis kadar COD, war-na, spesies aktif yang terbentuk merupakan oksi-
TDS dengan variasi voltase dan waktu kontak dator kuat. Diantara spesies aktif yang
9 menit terbentuk, radikal hidroksil (•OH) dan Hidrogen
Peroksida (H2O2) merupakan spesies yang
Voltase Parameter
(volt) COD Warna TDS berperan penting dalam penguraian senyawa
(mg/L) (PtCo) (mg/L) organik dalam limbah cair (Tchobanoglous,
0 235,33 215,66 2.118,66 2003). Senyawa organik yang terkandung
20 212,66 164,33 1.816,66 dalam limbah akan terurai menjadi CO2 dan
40 189,66 117.33 1.649,33 H2O.
60 153,66 73.66 1.434.66 Pemeliharaan dan Perawatan Instalasi
80 126,33 49.66 1.341.33 Pengolahan Limbah Cair Batik, berdasarkan
100 100,00 43.00 1.292,66 pada Gambar 1, maka program pemeliharaan
Baku dan perawatan instalasi pengolahan limbah
100 100 1000
Mutu*
*Baku Mutu Limbah Cair Batik menurut Keputusan
cair batik sebagai berikut:
Gubernur DIY Nomor 7 Tahun 2010 Pertama, bak penampung lim-bah ini
terbuat dari pelat stainless steel, agar tidak
Data hasil analisis kadar COD, warna cepat berkarat akibat kontak dengan limbah
dan TDS dengan menggunakan variasi cair batik maka harus dibersihkan secara rutin
voltase dan waktu kontak hanya 9 menit dari kotoran dan endapan yang terbentuk
seperti tertera di tabel 2, ternyata hasilnya termasuk menjaga saluran pipa agar tidak
sudah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair terjadi sumbatan.
Batik menurut Keputusan Gubernur DIY Kedua, bak elektrokoagulan ter-buat
Nomor 7 Tahun 2010. Karena semakin besar dari bahan stainlees stell untuk menjaga agar
voltase yang digunakan dengan waktu kontak tidak cepat berkarat, maka flok yang terbentuk
yang semakin lama akan meningkatkan harus diambil secara berkala, karena dii bak
kualitas limbah cair batik dan endapan atau elektrokoagulan terjadi proses elektrokimia
flok yang dihasilkan akan semakin banyak, antara limbah cair batik dan lempeng-lempeng
seperti instalasi pengolahan limbah cair batik anoda dan katoda yang pada akhirnya
yang sudah berhasil dibuat untuk pengrajin terbentuk flok. Rangkaian elektrik di bak ini
batik di Kelurahan Gulurejo dengan waktu harus dioperasional sesuai prosedur dan
kontak selama kurang lebih 1 jam dan proses dijaga supaya tidak kena air agar tidak terjadi
pengolahannya dilengkapi proses-proses lain hubungan singkat.
seperti pengendapan dan filtrasi. Ketiga, bak filtrasi terbuat dari pelat
Pengolahan dengan metode elektro- stainless steel, maka untuk menghindari cepat
koagulasi menghasilkan gumpalan padat dan berkarat maka endapan yang terbentuk harus
selanjutnya dapat dilan-jutkan engan unit solid diambil secara rutin termasuk menjaga agar
separation. Tidak diperlukannya bahan kimia instalasi pipa tidak tersumbat. Hal lain yang
koagulan membuat produk padatan yang harus diperhatikan adalah media penya-ringan
relatif lebih kecil. Perlu diperhatikan bahwa, yang digunakan seperti batu koral, pasir dan
logam yang digunakan sebagai elektroda akan arang aktif, kalau sudah jenuh maka harus
terkikis karena proses oksidasi. Selain itu, dibersihkan atau diganti.
konsumsi energi listrik perlu dipertimbangkan. Keempat, bak pengendapan terbuat
Namun demikian, metode ini dapat mereduksi dari bahan stainless steel agar tidak mudah
kebutuhan lahan dan zat kimia yang diper- berkarat maka endapan yang terbentuk harus
lukan dalam pengolahan. diambil secara rutin, termasuk menjaga
Konstanta adsorbsi zat warna meru- saluran pipa agar tidak tersumbat.
pakan fungsi kesebandingan dari voltase yang Kelima, sistem perpipan secara kese-
diberikan, dengan kata lain laju adsorbsi zat luruhan harus dijaga agar tidak terjadi pe-
warna sebanding dengan voltase elektrolisis nyumbatan, kalau terjadi kebocoran harus
besi. Proses ini terjadi karena adanya per- segera diperbaiki.Keenam, sistem elektrik
bedaan muatan pada kedua partikel tersebut harus dirawat agar tidak terjadi hubungan
(zat warna dan besi hidroksida). Semakin singkat dan diusahakan agar tidak kena air.

44
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

KESIMPULAN Eckenfelder. 2000. Industrial Water Pollution


th
Instalasi pengolahan limbah cair batik Control. 3 ed. McGraw Hill Book Co.
dengan teknologi elektrokoagulan memiliki Singapore.
kapasitas 100 liter/jam dilengkapi dengan bak Hammer, M.J. 2004. Water and Wastewater
th
penampung, bak elektrokoagulasi, dan bak Technology. 5 ed. Prentice Hall Inc.,
filtrasi yang sudah dibuat, dapat menghasilkan Upper Saddle River. New Jersey.
limbah cair batik pengrajin mitra sesuai Manahan, S.E. 1992. Toxicological Chemistry.
nd
dengan baku mutu limbah cair batik menurut 2 Edition. Lewis Publishers. Tokyo.
Keputusan Gubernur DIY No-mor 7 Tahun Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Enginee-
2010 sehingga sudah tidak mencemari ring: Treatment, Disposal and Reuse.
th
lingkungan. 5 ed. McGraw Hill Book CoNew York.
Pembinaan tentang pengolahan Peraturan Gubernur DIY No. 7 Tahun 2010
limbah cair batik terhadap mitra pengrajin batik Tentang Baku Mutu Limbah Cair
sebaiknya dilakukan secara berkesinambung- Industri Batik.
an, agar pengrajin batik dapat mengoperasi- Sarto.1994. Pengolahan Limbah Cair Secara
kan dan merawat instalasi pengolahan limbah Kimia (Netralisasi, Koagulasi dan
cair batik tersebut dengan benar, sehingga Flokulasi). Kursus Singkat Pengelola-
usia pakai alat tersebut dapat maksimal serta han Limbah Cair. Pusat Penelitian
pencemaran lingkungan dapat dimini-masi. Lingkung- Hidup UGM. Yogyakarta.
Soemirat. J., 2003, Toksikologi Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta,
Angga Arifianto, Sri. 2014. Pengaruh Voltase
Tchobanoglous, G., Burton, F. L. dan Stensel,
Dan Waktu Kontak Elektrolisis Terha-
H. D. (2003). “Waste Water Enginee-
dap Penurunan Kadar Chemical
ring: Treatment and Reuse”. Metcalf &
Oxygen Demand, Warna Dan Total
Eddy Inc., New York.
Dissolved Solids Limbah Cair Batik.
Jurus-an Teknik Lingkungan IST
AKPRIND Yogyakarta.
Davis, ML. dan Conwell, DA. 1991. Intro-
duction To Environmental Engineering.
McGraw-Hill International Edition.
Singapore.

45
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

IDENTIFIKASI DAGING SEGAR DAN BUSUK


MENGGUNAKAN SENSOR WARNA RGB DAN pH METER DIGITAL
1 2 3
Prastyono Eko Pambudi , Edhy utanta , Mujiman
1,3 2
Teknik Elektro, Teknik Informatika, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Masuk: 3 Mei 2014, revisi masuk : 12 Juni 2014, diterima: 24 Juli 2014

ABSTRACT
The high demand and limited availability meat in the market cause the pricesto be
expensive, and increasingly traders that rotten the meat mixinto the fresh meat. To
avoidthe risk, people should know the characteristics ofrotten meat and fresh. This
research was development of previous research that develops a to olto identification the
fresh meat and rotten with RGB color sensor.This research developed a to olto
identification fresh meat and rotten using a digital pH meter senso rbased on value of
acidic, basic, or neutral. pH meter works based on pH sensor, theg lass electrode. Digital
pH meter works by comparing the potential difference at the sensor electrode with Hions
at the meat. By using Op-Amp as a voltage amplifier with higher input impedance, then it
can be display a signal voltage(mV) that converted to digital format byt he ADC(Analog to
Digital Converter) that it can be displayed and read able on the LCD screen.

Keywords: acidic, basic, digital pH Meter, fresh meat, glass electrode, rotten meat.

INTISARI
Tingginya kebutuhan daging dan terbatasnya ketersediaan daging di pasaran,
menyebabkan harga daging menjadi mahal dan semakin banyak pedagang daging nakal
yang mencampurkan daging busuk ke dalam daging segar. Untuk menghindari resiko,
masyarakat sebagai konsumen harus mewaspadainya dan mengetahui karakteristik
daging busuk dan perbedaannya dengan daging segar. Penelitian ini merupakan
kelanjutan hasil penelitian sebelumnya yang berhasil mengembangkan alat identifikasi
daging segar dan busuk berdasarkan sensor warna RGB.Penelitian ini merancang alat
identifikasi daging sebagai alat bantu untuk konsumen pada umumnya dan petugas
instansi terkait pada khususnya dalam mengidentifikasi daging yang beredar di pasaran,
apakah daging yang dijual oleh pedagang benar-benar daging segar atau daging busuk.
Peralatan dikembangkan berdasarkan sensor pH meter digital,yaitu alat pengukur pH
yang digunakan untuk mengetahui apakah daging dalam keadaan segar ataukah sudah
busuk berdasarkan pada nilai asam, basa, atau netral. pH meter digital bekerja
menggunakan sensor pH berupa elektroda gelas. Prinsip kerja pH meter digital adalah
membandingkan perbedaan potensial dari elektroda pada sensor dengan ion elektron
+
khususnya H pada daging yang diukur. Dengan menggunakan penguatan tegangan Op-
Amp yang memiliki impedansi input tinggi dapat ditampilkannya sinyal berupa tegangan
(mV) yang diubah kebentuk digital menggunakan Analog to Digital Convertersehingga
nilai penguatan pH dapat ditampilkan dan terbaca pada layar LCD/peraga (display).

kata kunci:asam, daging busuk, daging segar,pH Meter Digital, elektroda gelas.

PENDAHULUAN maupun Ternak kecil seperti kambing,


Daging merupakan salah satu domba maupun ternak unggas, dan lain-
produk pangan asal hewani yang mem- lain. Namun demikian dagingyang tidak
punyai gizi tinggi karena mengandung sehat bila dikonsumsi dapat menyebab-
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan kan berbagai macam penyakit seperti
mineral. Daging adalah bagian yang keracunan bagi yang mengkonsumsi,
diperoleh dari pemotongan ternak baik untuk itu perlu diketahui jenis dan kriteria
ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda, dagingyang sehat dan segar serta layak

46
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

dikonsumsi. Secara umum daging yang senyawa yang berifat asam maupun
sehat dan baik adalah daging yang ber- basa (Day dan Underwood 2002).
asal dari ternakyang sehat, disembelih di Penelitian dan publikasi tentang
tempat pemotongan resmi, kemudian penggunaan sensor warna pernah dila-
diperiksa, diangkut dengan kendaraan kukan oleh Singh,dkk.(2003) yang mene-
khusus dan dijual di pasar maupun di su- liti perbandingan deteksi wajah yang
permarket atau di los dagingpasar yang dikendalikan oleh background warna
bersih dan higienis. menggunakan ruang warna RGB, YcbCr,
Tingginya kebutuhan masyarakat dan HSI. Penggunaan sistem warna ini
terhadap daging pada setiap harinya dan lebih efisien meskipun belum mampu
tingginya harga daging, serta langkanya memberikan hasil yang terbaik. Santosa
daging di pasaran menyebabkansemakin (2007)meneliti tentang pembuatan robot
banyak pedagang daging nakal mencoba mesin sortir dengan embedded system.
mencampurkan daging segar dengan da- Hasil yang diperoleh dari adalah berupa
ging yang sudah rusak. Hal ini dilakukan alat scanning warna dan mekanisme
untuk memperoleh keuntungan yang le- sortir benda setelah di-scan.Robot ini
bih besar, walaupun dengan cara yang digunakan sebagai alat bantuuntuk
tidak dibenarkan atau tidak halal, se- menyeleksi warna suatu benda,sehingga
hingga merugikan konsumen. Kondisi warna setiap benda yang disensor akan
tersebut menjadi alasan diperlukannya terlihat nilai RGB-nya. Nilai yang didapat
perangkat alat bantu untuk dapat men- akan dicocokkan dengan tabel data yang
deteksi kondisi daging yang dikonsumsi ada dengan batasan nilai tertentu untuk
oleh masyarakat. Penelitian ini merupa- masing-masing nilai R, G, dan B. Dari
kan pengembangan dari penelitian se- hasil sensor dapat diketahui nilai
belumnya, yaitu mebuat alat identifikasi warnanya.Benda yang sudah disensor
daging segar dan busuk menggunakan akan diletakkan pada tabung dengan
pH meter digital. Tujuan dari penelitian ini warna tertentu sesuai dengan warna
adalah menghasilkan rancangan teknolo- benda. Tabung-tabung akan menyesuai-
gi sederhana untuk indentifikasi daging kan pada posisi tertentu sesuai dengan
segar dan busuk menggunakan sensor nilai warna benda dengan cara
warna RGB dan kadar pH pada daging digerakanoleh motor servo. Penentuan
dengan sensor elektroda gelas. Hasil gerak motor servo diperoleh dengan
rancangan alat diharapkan dapat mem- caramengatur jarak pulsa sesuai dengan
bantu masyarakat atau petugas dari tabung yang dibuat. Antara tabung yang
instansi terkait untuk mengidentifikasi satu dengan lainnya akan mempunyai
kondisi dagingdipasaran, apakah layak jarak pulsa yang berbeda. Penelitian
konsumsi atau tidak layak konsumsi, Indrajaya (2002) berhasil mengembang-
dengan cara melihat nilai kekuatan kan prototipe alat pencampur cat oto-
warna dan kadar pH pada daging. matis.Prototipe ini terdiri atas sebuah
Biasanya pengukuran pH secara konveyoruntuk menggerakkan kontainer,
analog dilakukan dengan menggunakan solenoida untuk membuka dan menutup
kertas lakmus yang dicelupkan ke dalam valve pada tangki, sensor infra-red LED
larutan.Kemudian kertas tersebut akan sebagai proximity switch, dan motor DC
berubah warna menjadi warna-warna untuk mengangkat dan menurunkan
tertentu.Warna kertas lakmus yang telah timbangan A dan timbangan B, meng-
berubah tersebut kemudian dibandingkan gerakkan lengan Z, dan mengaduk cat.
dengan pengukur pH/kertas pH yang Sistem kerja dari prototipe ini adalah
terdiri dari beberapa warna yang menan- mengisikontainer dengan cat yang terd-
dakan nilai pH. Setiap larutan memiliki apat pada tangki A dan tangki B. Metode
nilai pH yang berbeda, tergantung dari yang dipakai untuk mendapatkan
larutan itu sendiri. Untuk larutan kadar perbandingan warna cat tertentu dilaku-
asam memiliki nilai di bawah 7 dan larut- kan dengan cara menimbang berat
an kadar basa memiliki nilai di atas 7. masing-masing warna cat dengan suatu
Nilai pH 7 adalah netral, berarti larutan transducer LVDT, sesuai dengan setting
tersebut tidak terdapat bahan atau point yang di-input-kan. Berdasarkan

47
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

hasil pengujian, sistem dapat mencam- beda potensial dari elektroda yang ada
purkan dua warna cat sesuai dengan pada sensor dengan ion elektron khu-
+
setting point yang di-inputkan meskipun susnya ion H pada larutan yang diukur,
warna cat hasilpencampuran kurang kemudian dikonversi menjadi bentuk
bagus, hal ini disebabkan karena sistem digital dan ditampilkan pada layar LCD/
masih memiliki error. peraga (display).
Penelitian penggunaan sensor
warna RGB juga dilakukan oleh Pambudi METODE
dkk. (2013) dengan mengembangkan Langkah dalam penelitian ini
alat untuk identifikasi daging segar dan diawali dengan identifikasi spesifikasi
busukdengan menggunakan sensor kebutuhan alat yang akan dibuat, yaitu
warna RGB TCS3200-DB. Hasil peneliti- sebagai berikut: Pertama-tama diperlu-
an ini menunjukkan bahwa akurasi pem- kan komponen rangkaian catu daya yang
bacaan warna sangattergantung pada berfungsi untuk memberikan supply te-
faktor teknis (letaksensor); hasil yang gangan dan arus pada rangkaian. Kedua,
diperoleh melaluiperubahan bilangan bi- diperlukan alat pengindra berupa sensor
ner menjadibilangan desimal pada levell- yang peka untuk mendeteksi pH. Ketiga,
ing uC diperoleh hasil daging sapi segar diperlukan komponen pengendali yang
adalahmemiliki nilai R (Red) terbesar: 58; berfungsi untuk mengendalikan alat
G(Green):3-38, dan 3-29; nilai B (Blue): pendeteksi secara keseluruhan. Dan
427dan 4-25; apabila hasil levellinguC yang ke empat, diperlukan komponen
daging sapi memiliki nilai R>58,G>38, penampil nilai digital yang sederhana dan
dan B>29, maka kemungkinanbesar dag- informatif.
ing tersebut telah busuk atautidak layak Dalam konsep perancangannya,
dikonsumsi. alat pH meter digital diharapkan dapat
Penelitian ini merupakan pene-litian memenuhi standar pengukuran pH de-
lanjutan dari penelitian Pambudi dkk. ngan memperhatikan aspek-aspek yang
(2013)sebelumnya identifikasi da-ging terkait dalam proses pengukurannya.
segar atau busuk akan diukur Rancangan alat dibuat sedemikian rupa
berdasarkan gabungan dua paramater, agar dalam penggunaannya dapat di-
yaitu kekuatan warna RGB dan kadar pH lakukan secara mudah dan memberikan
pada daging. Alat pH meter digitalbekerja hasil yang akurat. Hasil identifikasi spe-
berdasarkan prinsip, bahwa setiap da- sifikasi kebutuhan alat yang dirancang
ging/larutan akan memberikan bentuk adalah sebagai berikut: Pertama, elek-
tegangan yang berbeda dari kadar ion- troda gelas selektif ion, sebagai sensor
ion yang ada dalam daging/larutan. Hal yang digunakan dalam pengukuran pH.
ini akan ditangkap pada sebuah sensor Kedua, IC tipe ICL 7107, dengan sistem
yang berupa sel elektroda untuk mem- 3½ digit analog to digital converter.
berikan input sinyal analog yang akan Ketiga, penampil nilai hasil penguatan
diproses menjadi sinyal digital. Alat pH sensor pH indikator asam atau basa
meter digital bekerja dengan dasar dengan bentuk visual bilangan desimal.
sensor, salah satunya adalah pH meter Diagram blok alat pH meter digital yang
digital dengan sensor pH berupa elektro- dirancang ditunjukkan pada Gambar 1.
da gelas. Prinsip kerja dari pHmeter
digital yaitu memanfaatkan perbandingan

Larutan Sensor Penguat Analog to digital


elektrolit (Elektroda gelas) Op-Amp converter (CL
7107)

Nilai penguatan Penampil 7


pH segmen Data biner digital

Gambar 1.Diagram blok pH meter


digital
48
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PEMBAHASAN larutan yang menghasilkan beda poten-


Pada penelitian Pambudi dkk sial pada larutan dan elektroda gelas,
(2013), alat bekerja berdasarkan sensor menjadi sebuah kadar pH sebenarnya
warna yang mendapat pantulan cahaya dari larutan yang diukur. Untuk hal ini
dari obyek benda berwarna, kemudian diperlukan dua rangkaian, yaitu: Perta-
sensor akan mendeteksi benda berwarna ma, penguatan tegangan sensor (elektro-
tersebut. IC TCS3200-DB disusun secara da gelas) menggunakan Op-Amp, ke dua
array dengan konfigurasi: 16 photodiode pengkonversi tegangan analog ke digital
untuk mem-filter warna merah, 16 photo- menggunakan ICL 7107 digital to analog
diode untuk mem-filter warna hijau, 16 converter.
photodiode untuk mem-filter warna biru, Sensor yang digunakan (elektro-
dan 16 photodiode tanpa filter. Photo- da gelas) memiliki tingkat keluaran
diode akan mengeluarkan arus yang tegangan berdasarkan perbedaan poten-
besarnya sebanding dengan kadar warna sial pada larutan elektrolit (asam atau
dasar cahaya yang menimpanya. Arus ini basa) yang diukur dengan kawat elek-
kemudian dikonversikan menjadi sinyal troda inti dan elektroda referensi. Pada
kotak dengan frekuensi sebanding deng- prinsipnya pengukuran kadar pH dengan
an besarnya arus untuk dikirim ke uC menggunakan elektroda gelas adalah
+
sebagai data input. Dalam uC sinyal pengukuran konsentrasi ion H . Larutan
kotak akan dicacah sesuai dengan tersebut memberikan tegangan keluaran
jumlah sinyal kotak yang dihasilkan dari yang sangat kecil saat membran elek-
pembacaan warna menggunakan fitur troda dan elektroda referensi pada
counter yang terdapat dalam uC, elektroda gelas atau biasa disebut
selanjutnya hasil pencacahan dikonvers- elektroda kombinasi dimasukkan ke
kan menjadi bilangan desimal untuk dalam larutan. Hal ini membutuhkan
ditampilkan pada penampil LCD. bentuk penguatan tegangan saat peng-
Penelitian lanjutan ini identifikasi ukuran agar tegangan output sebelum
daging sebar dan busuk didasarkan pada masuk ke visual meter (ICL 7107) dapat
hasil sensor pengukuran warna RGB dan diterima secara benar pada input con-
digabungkan dengan sensor pH yang verter dengan tampilan tegangan yang
diinformasikan untuk ditampilkan pada sesuai dengan indikator pH.
penampil LCD.Rancangan alat pH meter Penguatan tegangan pada pe-
digital menggunakan rangkaian pH meter nelitian ini menggunakan rangkaian yang
digital yang dibuat menggunakan penca- sudah terintegrasi (IC) untuk memper-
tuan daya dengan tegangan yang stabil. besar tegangan input. Op-Amp sering
Saat ini sudah banyak dikenal komponen digunakan untuk memperkuat tegangan
seri sebagai regulator tegangan tetap kecil walaupun dengan impedansi yang
positif dan negatif. Komponen ini biasa- tinggi. Op-Amp yang digunakan meng-
nya sudah dilengkapi dengan pembatas gunakan spesifikasi khusus, yaitu
arus (current limiter) dan pembatas suhu memiliki input masukan yang sangat
09 12
(thermal shutdown). Komponen ini me- tinggi mencapai 10 -10 Ohm. Dikare-
miliki tiga pin dan dengan menambah nakan rangkaian pengukuran pH Meter
beberapa komponen saja sudah dapat dengan perbedaan tegangan pada
menjadi rangkaian catu daya yang ter- elektroda terhadap larutan memiliki sifat
regulasi dengan baik, misalnya IC7805 resistansi tinggi. Walaupun resistansi dari
adalah regulator untuk mendapat tegang- gelas elektroda dan larutan sudah kecil,
an positif 5 volt, IC7809 adalah regulator tetapi resistansi rangkaian masih tetap
untuk mendapat tegangan positif 9 volt. tinggi. Kondisi ini merupakan pengukuran
Sedangkan seri IC 7905 dan IC 7909 yang sangat tinggi pada voltmeter biasa.
berturut-turut adalah regulator tegangan Elektroda gelas yang dimasuk-
negatif 5 volt dan negatif 9 volt. kan ke dalam larutan atau ditempelkan
pH meter digital merupakan alat pada daging akan menghasilkan beda
ukur yang memiliki derajat pengukuran tegangan yang kemudian dikuatkan
cukup baik. Alat ini bekerja berdasarkan dengan Op-Amp. Berdasarkan hasil
keluaran elektroda saat bereaksi dengan analisis diketahui bahwa tegangan output

49
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

dari elektroda gelas sangat berpengaruh Telah diketahui bahwa nilai yang
terhadap temperatur. Tegangan pada akan diukur dalam penelitian ini adalah
elektroda gelas yang telah diberikan merupakan hasil dari proses reaksi
penguatan, dan output yang keluar dari antara sensor elektroda gelas yang
penguatan Op-Amp sesuai dengan terjadi pada daging/larutan elektrolit dan
tegangan yang diinginkan berdasarkan hasil pengamatan zat yang dapat mem-
indikator kadar pH yang sebenarnya, berikan ion hidrogen (asam) atau zat
sehingga kemudian dilakukan konversi yang dapat menerima ion hidrogen
tegangan, dari bentuk tegangan analog (basa). Begitu banyaknya larutan elek-
ke bentuk digital menggunakan analog to trolit yang ada, maka kalibrasi yang
digital converter 3½ digits melalui ICL cukup sederhana dapat dilakukan deng-
7107. an cara pengukuran larutan dengan pH
Pengambilan sample uji awalnya netral ICL 7107 karena dapat mengukur
dilakukan dengan menggunakan larutan sinyal analog yang diterima dengan baik
elektrolit yang termasuk jenis larutan hanya dengan satu kalibrasi pada
asam kuat atau lemah, atau larutan basa larutan. Tetapi hasil dari kalibrasi larutan
kuat atau lemah. Pengujian dilakukan netral tersebut masih harus dibandingkan
menggunakan sampel bentuk tegangan dengan alat ukur pH meter yang lain
dari simulator dan larutan yang memiliki untuk mendapatkan nilai error yang
kadar pH tertera (sudah diketahui). Hal terjadi selama pengukuran dengan cara
ini untuk memudahkan mengetahui melakukan beberapa kali ujicoba. Jika
kesalahan dari pH meter digital yang nilai error telah memenuhi batasan yang
dirancang. Dalam hal ini, terdapat dua ditetapkan, baru dilakukan pengukuran
macam larutan dengan pH tertera dengan jenis larutan yang lainnya sesuai
(disebut juga larutan buffer), yaitu: dengan sampel larutan yang telah
Pertama, larutan buffer solution, ditentukan sebelumnya. Setiap kali peng-
merupakan larutan standar internasional ukuran kadar pH larutan dapat dilakukan
yang dibuat oleh pabrikan dan telah perbandingan nilai hasil pengukuran
memiliki lisensi teruji. Biasanya larutan ini dengan nilai dari alat ukur pH lainnya.
digunakan untuk kalibrasi alat ukur pH Pengambilan data pengukuran
meter digital. pH meter digital dilakukan dengan cara
Kedua, larutan buffer universal, menghadirkan pembanding berupa pH
biasanya dibuat oleh praktikan di labo- meter digital pabrikan yang dijual di
ratorium sebagai larutan penyangga pasaran yang memiliki karakteristik teruji
dalam reaksi kimia. Namun larutan deng- dengabn tingkat akurasi sekitar 0,01 pH,
an kadar pH ini tidak dapat digunakan sehingga diharapkan mendapat hasil
sebagai kalibrasi pH meter digital, karena yang baik. Analisis dilakukan untuk mem-
tidak memiliki standarisasi internasional, peroleh tingkat error pada alat yang
walaupun nilai yang ditampilkan sama dirancang. Kalibrasi pH meter digital
atau mendekati kadar pH dari larutan dilakukan dengan tahapan sebagai ber-
buffer solution. Untuk keperluan peneliti- ikut:
an ini dapat digunakan larutan buffer Pertama dilakukan pengukuran
solution dengan kadar pH 4 dan pH 7. temperatur larutan kalibrasi dan larutan
Sebuah piranti ukur harus yang akan diukur (diusahakan memiliki
memiliki tingkat kalibrasi yang akurat temperatur yang sama) dengan cara
agar dapat menghasilkan data pengukur- mengatur (adjusment) temperatur pada
an yang tepat. Kalibrasi alat pH meter alat sesuai dengan temperatur pada
digital yang dirancang dilakukan meng- larutan.
gunakan larutan netral dengan kadar Kedua, memasukkan elektroda
pH=7 atau buffer solution pH 7. Di gelas pada buffer solution pH 7 dengan
samping itu juga diuji menggunakan cara mengatur (adjusment) pada alat
buffer solution pH pH=1, pH=4, dan sesuai dengan nilai kadar pH = 7.
lainnya, dengan asumsi bahwa peng- Ketiga, memasukkan elektroda
ukuran kadar pH memiliki batasan nilai gelas pada buffer solution pH 4 dengan
antara 1-14.

50
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

cara mengatur (adjusment) pada alat dalam tampilan dan kemudian 4.00 dan
sesuai dengan nilai kadar pH = 4. 10.00 berkedip. Ketika kedipan berhenti
Keempat, melakukan pengukur- dan menampilkan ‘% (persentase ke-
an kadar pH pada larutan sample yang miringan)’ kemudian ‘SA’ dan ‘END’
akan diukur. Temperatur larutan juga maka kalibrasi telah selesai dan dapat
sangat mempengaruhi hasil pengukuran dilakukan pengukurankembali. Ikon ‘SA’
pH, apabila temperatur larutan berubah, tidak akan muncul jika kalibrasi gagal
maka kadar pH juga akan berubah. dilaksanakan. Kelima, bilas elektroda dan
Dengan alasan tersebut, maka pengukur- alat pengecekan suhu dengan air bersih
an lebih baik dilakukan dalam temperatur dan dilap hingga kering. Buka dudukan
0
yang sama (misal: 30 C atau suhu
elektroda A, pasang stainless steel blade
ruangan).
penetrasi dan memasang bagian A
Metode pengujian pada peneli-
lagi.Pemasangan stainless steel blade
tian ini dilakukan dengan melakukan
harus dilakukan secara hati-hati agar
pengukuran pH pada alat uji yaitu daging
tidakpatah. Keenam, gunakan pisau
sapi SNI dan daging sapi non SNI dalam
untuk memotong daging dan biarkan
kondisi segar dan busuk.Pengujian kadar
elektroda masuk ke dalam daging,
pH daging dilakukan dengan cara
masukkan juga alat pengecekan suhu ke
sebagai berikut: pertama penyiapan per-
dalam meteran, tunggu sampai tampilan
alatan ukur, pasang baterai 1x9V dan
stabil dan kemudian baca kadar pH
menyalakan alat ukur pH, dan menekan
daging. Dan terahkir adalah, pengujian,
serta menahan tombol pH/mV selama 3
lepaskan stainless steel blade dan ber-
detik untuk mengkofigurasi unit ukuran
o o sihan elektroda dengan air bersih dan
yang diinginkan ( C atau F) dan modus
dilap hingga kering dengan mengguna-
pH. Kedua, menghubungkan alat penge-
kan kertas lembut, dankemudian simpan
cekan suhu ke alat ukur dan elektroda
elektroda dalam botol pelindung.
pH, lepaskan botol pelindung dari elek-
Pengamatan pada Daging Sapi
troda.Di dalam botol penyimpanan terda-
Non SNI Segar dan Busuk, pada
pat cairan KCL, jangan dibuang cairan pengamatan ini dilakukan deteksi warna
tersebut karena dapat digunakan untuk RGB pada daging sapi, baik kondisi
penyimpanan kembali setelah penguji- segar maupun kondisi busuk yaitu daging
an.Jika cairan KCL habis, maka tambah- yang telah disimpan pada kondisi ruang
kan beberapa buffer 4.00. Bilas elektroda selama 2 hari tanpa melalui proses
dan alat pengecekan suhu dengan air pembekuan atau pendinginan. Deteksi
bersih dan dilap hingga kering. Ketiga, warna RGB dilakukan untuk mengetahui
celupkan elektroda dan alat pengecekan nilai RGB yang terkandung dalam warna
suhu ke dalam larutan buffer 7.00, sampel daging sapi yang diuji. Pengukur-
gerakkan elektroda secara perlahan dan an kadar pH juga dilakukan yaitu dengan
tunggu hingga tampilanstabil. Tekan dan cara menusukkan alat pH meter pada
tahan tombol CAL sampai ‘CAL’ muncul sampel daging sapi yang diuji.Hasil
dalam tampilan dankemudian 7.00 ber- pengamatan pada daging sapi non SNI
kedip. Ketika kedipan berhenti dan segardapat dilihat pada Tabel 1.
menampilkan ‘SA’ kemudian ‘END’,
maka kalibrasi telah selesai dan dapat Tabel 1. Pengamatan pada daging sapi
dilakukan pengukurankembali. Ikon ‘SA’ non SNI segar
tidak akan muncul jika kalibrasi gagal
Red Green Blue Clear Kadar
dilaksanakan. Keempat, bilas elektroda No
filter filter filter filter pH
dan alat pengecekan suhu dengan air 1 71 32 39 39,5 4,89
bersih dan dilap hingga kering. Celupkan 2 79 35,5 44 38 4,75
3 74 31,5 37,5 39 4,73
elektroda dan alat pengecekan suhu ke 4 72 33 40,5 40 4,72
dalam larutan buffer 4.00 atau 10.00, 5 75 34 42,5 41 4,76
gerakkan elektroda secara perlahan dan
tunggu hingga tampilanstabil. Tekan dan Hasil pengamatan pada sampel daging
tahan tombol CAL sampai ‘CAL’ muncul sapi busuk, tidak terjadi perubahan

51
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

warna daging yang signifikan, sehingga Tabel 4. Pengamatan pada daging sapi
daging masih memiliki warna yang mirip SNI busuk
dengan daging segar.Perbedaan hanya
terjadi dari segi bau yang khas daging No
Red Green Blue Clear Kadar
busuk.Komposisi warna RGB pada sam- filter filter filter filter pH
1 62,5 32,5 39 39 3,89
pel daging sapi busuk mendekati kompo- 2 62 32 38 38,5 3,74
sisi warna RGB daging segar, seperti 3 61,5 32,5 37 38,5 3,77
ditampilkan pada Tabel 2. 4 65 34 40 40 3,87
5 65,5 33 40 40 3,82
Tabel 2. Pengamatan pada daging sapi
non SNI busuk Nilai yang terukur dari program
untuk setiap warna RGB berkisar dari 0-
Red Green Blue Clear Kadar 255, warna hitam nilai RGB semuanya
No
filter filter filter filter pH mendekati 0, sedangkan warna men-
1 64 34 43 42 3,63 dekati putih nilai RGB semakin besar
2 63 35 45 45 3,45 mendekati 255. Kekurangan dari alatini
3 63,5 33,5 40,5 43 3,37 ialah jarak pengukuran efektifnya tidak
4 65 35 43 47 3,42
5 65 36 45 46 3,32
lebih dari 2CM (sampel daging harus
diletakkan tepat di titik fokus sensor).
Hasil pengukuran pH pada daging non Perubahan jarak akan menyebabkan
SNI segar menunjukkan sifat asam yang pembacaan berubah dan dapat menye-
masuk katagori asam lemah (kadar pH babkan kesalahan pembacaan.
4,7-4,9), sedangkan pada daging non Dari hasil pengamatan, proses
SNI busuk menunjukkan kadar pH yang identifikasi pada daging segar, alat telah
lebih kecil, yaitu masuk dalam kategori mampu mengidentifikasi dengan baik,
asam kuat, dengan kadar pH 3,3-3,6. sehingga rentang nilai yang digunakan
Pengamatan pada Daging Sapi SNI untuk acuan identifikasi telah sesuai. Hal
Segar dan Busuk ini ditunjukkan dengan hasil pengukuran
Hasil pengamatan pada sampel tidak mempunyai rentang nilai yang
daging sapi SNI segar ditampilkan pada lebar, pada daging sapi non SNI nilai R
Tabel 3. Pada daging sapi SNI segar berkisar antara 71-79, nilai G berkisar
perbandingan nilai filter merah dengan antara 31,5-35,5, dan nilai B berkisar
filter lain sangat signifikan.Warna daging antara 37,5-42,5; sedangkan kadar pH
berwarna merah darah sehingga menye- berkisar antara 4,72-4,89 sehingga meru-
babkan nilai filter merah tinggi, sedang- pakan asam dan termasuk dalam kadar
kan hasil pengukuran pH menunjukkan asam lemah (Tabel 2).Pada daging sapi
daging bersifat asam lemah dengan segar SNI nilai R berkisar antara 51,5-55,
kadar pH 5,80-5,89. nilai G berkisar antara 21,55-24, dan nilai
B berkisar antara 26,5-28,5; sedangkan
Tabel 3. Pengamatan pada daging sapi untuk kadar pH berkisar antara 5,80-5,89
SNI segar sehingga merupakan asam dan termasuk
dalam kadar asam lemah (Tabel 3).Pada
Red Green Blue Clear Kadar daging sapi busuk SNI nilai R berkisar
No antara 61,5-65,5, nilai G berkisar antara
filter filter filter filter pH
1 51,5 21,5 26,5 28 5,89 32-34,dan nilai B berkisar antara 37-40;
2 53 22 27 28,5 5,83 sedangkan kadar pH berkisar antara
3 54 23 285 29,5 5,80 3,74-3,89 sehingga merupakan asam
4 54,5 23 28,5 29 5,87 dan termasuk dalam kadar asam kuat
5 55 24 28 30 5,83
(Tabel 4).
Pada dasarnya sifat daging sapi
Pada daging sapi SNI busuk, warna yang mempunyai kadar pH asam, hal ini di-
dimiliki sama dengan warna daging ke- tunjukkan dari hasil pengukuran meng-
tika masih segar, sehingga jika diidentifi- gunakan pH meter digital,di mana daging
kasi berdasarkan warna saja ketelitian segar maupun daging busuk bersifat
yang diperoleh masih rendah, seperti asam.Hasil pengamatan menunjukkan
tampak pada Tabel4. bahwa daging yang semakin busuk akan

52
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

memiliki kadar pH yang semakin asam, DAFTAR PUSTAKA


termasuk dalam kategori asam kuat Day Jr.R.A. dan Anderwood, Al., 2002,
dengan kadar pH kurang dari 4.Tentunya Analisis Kimia Kuantitatif,
daging yang semakin bersifat asam tidak Penerbit Erlangga, Jakarta.
layak lagi untuk dikonsumsi oleh Indrajaya, R., 2002, Pembuatan Prototipe
manusia. Alat Pencampur Cat Berbasis
MCS-51, Universitas Kristen
KESIMPULAN Petra, Surabaya.
Dari hasil penelitian ini dapat Santosa, B.S., 20007, Scanning Warna
ditarik kesimpulan yaitu tegangan pada Dengan TCS230 Color
elektroda gelas yang telah melewati Sensor pada Mesin
rangkaian penguat-an OP-AMP dapat Sortir,Universitas Kristen Duta
menentukan indikator pH daging. Wacana, Yogyakarta.
Temperatur daging/larutan uji, Singh, S.Kr., Chauhan, D.S., Vatsa, M.,
mempengaruhi nilai pH,apabila tempera- dan Singh, R., 2003, A
tur lebih tinggi/naik maka nilai pH akan Robust Skin Color Based
berubah. Face Detection
Larutan buffer solution pH=4 atau Algorithm,Tamkang Journal of
pH=7 dapat menentukan ketepatan/pre- Science and Engineering, p.
sisi hasil pengukuran nilai pH. 227-234.
+
Besar kecilnya konsentrasi H Pambudi, P.E., Sutanta, E., Sidarto, dan
pada daging/larutan uji sangat menentu- Mujiman, 2013, Identifikasi
kan output tegangan yang dikonversikan Daging Segar Menggunakan
menjadi nilai pH pada daging/larutan. Sensor Warna RGB
Pada dasarnya daging mempu- TCS3200-DB, Laporan
nyai kadar pH asam, hal ini ditunjukkan Penelitian Hibah Bersaing,
dari data pengukuran pada daging segar Dirjen Dikti Kemdiknas
dan busuk semuanya bersifat asam,
daging yang lebih busuk akan mem-
punyai sifat yang lebih asam dengan nilai
pH<4.

53
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

ANALISIS KERUSAKAN POROS BRINE INJECTION PUMP


1 2
Ratna Kartikasari , Antony
1,2
Program Studi Teknik Mesin STTNAS Yogyakarta

Masuk: 4 Maret 2014, revisi masuk : 13 Juni 2014, diterima: 19 Juli 2014

ABSTRACT
PT. Geo Dipa Energy Dieng unit is one form of industry exploiting geothermal
steam(vapor) that uses abrine injection pump. Brine injection pump is a pump for injecting
brine into injection wells. Pump using the VC type is the type of pump that has suction
and discharge nozzle shead. The problems that always arise in the operation of the brine
injection pump shaft is break age of component smade of stainless steel SS420 in are
latively short time. This study aims to determine the cause of brine injection pump shaft
break age in avery short time.Stages of an alysis performe distesting the chemical
composition using spectrometry and EDAX, macrophotoonfracturesurfaces, and
microphoto on the area closest to the fracture surface using SEM.The results showed that
the initial damage occurs precisely in the initial crack. Further more,the crack propagation
occurs according to the loading pattern until the ductilet earing occurs before fracture.
Generally, the pattern of fracture indicate sinter-crystalline pattern at the beginning of the
trans-crystalline cracks and any subsequent stages until fracture occurs. SEMindicate the
presence of Cr carbides with elongated patterns that indicatethe cause of fracture. This
causes the carbide concentration are as vulnerable tocorrosiveenvironments, so that
when the Cl-ions contained in the brine contactaggressively in this area then began
collaborating between corrosion and dynamic load causes the initial crack and followed
bycrack propagation that very fast into the brittle fracture pattern.

Keywords: shaft, brine injection pump, Cr carbide, corrosion, brittle fracture

INTISARI
PT. Geo Dipa Energi Unit Dieng merupakan salah satu industri pengeksploitasi
panas bumi berbentuk steam (uap) yang menggunakan brine injection pump. Brine
injection pump adalah pompa untuk menginjeksikan brine ke sumur injeksi.Pompa
menggunakan tipe VC yaitu tipe pompa yang memiliki suction nozzles dan discharge
head. Permasalahan yang selalu timbul dalam pengoperasian brine injection pump ini
adalah patahnya komponen poros yang terbuat dari baja tahan karat SS 420 dalam
waktu yang relatif singkat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari
patahnya poros brine injection pumpdalam waktu yang sangat singkat.Tahapan anallisis
yang dilakukan adalah pegujian komposisi kimia menggunakan spektrometri dan EDAX,
photo makro pada permukaan patahan dan photo mikro pada daerah terdekat dengan
permukaan patahan menggunakan SEM. Hasil penelitian menunjukkan awal kerusakan
terjadi tepat di daerah initial crack.Selanjutnya terjadi penjalaran retak yang mengikuti
pola pembebanan hingga akhirnya terjadi pola ductile tearing sebelum patah. Secara
umum pola patahan menunjukkan adanya pola interkristalin pada awal retak dan
transkristalin, selajutnya hingga terjadiperpatahan. Hasil foto SEM menunjuk-kan adanya
karbida-karbida Cr dengan pola memanjang yang mengindikasikan penyeb patahan.
Konsentrasi karbida ini menyebabkan adanya daerah yang rentan terhadap linngkungan
-
korosif, sehingga ketika ion Cl agresif yang terdapat brine kontak, maka dimulailah
peristiwa korosi yang berkolaborasi dengan beban dinamis menyebabkan initial crack
dan perambatan retak yang sangat cepat sehingga muncullah pola patah getas.

Kata kunci :poros, brine injection pump, karbida Cr, korosi, patah getas

1
kartikafajar@yahoo.com

54
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENDAHULUAN melalui pipa-pipa dan masuk


Pada industri panas bumi steam keseparator,didalam separator steam
yang keluar dari sumur disalurkan dipisahkan mengndung klorida
dalam separator steam dipisahkan dari mengandung klorida, yang akan
brine (air garam) sehingga menyebabkan terjadinya patah secara
memungkinkan didapat steam murni dini.
untuk memutar turbin dan menjalankan
generator sehingga menghasilkan listrik, METODE
sedangkan brine akan diinjeksikan ke Analisis kerusakan poros brine
sumur injeksi dengan alat Brine Injection injection pump yang terbuat dari SS 420
Pump untuk menghasilkan steam dimulai dengan uji komposisi kimia untuk
kembali. memastikan kadar unsur-unsur yang
Brine Injeksi Pump adalah alat dikandungnya. Uji komposisi kimia dila-
jenis pompa vertikal tipe VC dengan kukan di PT Itokoh Ceperindo meng-
impeller yang terdiri dari bowl-bowl yang gunakan alat uji komposisi spektrometer.
memompa atau mengangkatbrine. Brine Selanjutnya dilakukan analisis fisual
yang akan diinjeksikan memiliki tekanan permukaan patah dan foto makro meng-
awal 18 bar pada suction dan 36 bar gunakan SEM dengan perbesaran 10x
pada discharge dengan suhu antara untuk melihat dan mengklasifikasi-kan
0 0
150 –180 serta memiliki kandungan pola patahan. Langkah berikutnya adalah
kimia Cl, Si02, boron, Ca, Mg, dimana uji foto struktur mikro meng-gunakan
kandungan SiO2 mencapai 1000 ppm SEM dengan perbesaran 2000x, 4000x
dengan ph awal antara 6,7–7, dan 7500x pada daerah sedikit dibawah
selanjutnya PH dikendalikan antara 4,8– permukaan patah untuk melihat kemung-
5,2, agar pompa terhindar dari korosi kinan terjadinya sensitisasi poros Brine
dan scalling. Karena korosi akan terjadi Injection Pump tipe VC ini.
pada pH kurang dari 4,8 sedangkan
scalling terjadi pada pH lebih besar dari PEMBAHASAN
5,2 yang akan mengakibatkan terjadinya Hasil uji komposisi kimia poros
pengecilan penampang ini sampai deng- brine injection pump yang mengalami
an penyumbatan pada lintasan pipa di patah menggunakan spectrometer di PT.
sepanjang jalur menuju sumur injeksi. Itokoh Ceperindo terlihat pada Tabel 1.
Untuk mencegah terjadinya scalling Tabel 1 menunjukkan bahwa poros brine
dilakukan dengan cara menekan laju injection pump mengandung unsur utama
reaksi pembentukan SiO4 dengan injeksi Fe sebesar 80,8% dan unsur paduan
H2SO4 98 % pada jalur brine. utama Cr sebesar 16,023%, C sebesar
Permasalahan yang selalu timbul 0,362% dan Mo sebesar 1,1%.
dalam pengoperasian Brine Injection Berdasarkan jenis dan kadar unsur-unsur
Pump adalah kerusakan berulang yang yang terkandung me-nunjukkan bahwa
terjadi pada poros dalam waktu yang bahan poros brine injection pump adalah
relatif singkat.Kerusakan berupa Patah- baja tahan karat seri 420 (SS
nya poros brine injection pump yang 420)dengan tambahan Mo sebesar 1,1%.
terbuat dari bahan SS 420. Akibatnya SS 420 adalah baja tahan karat yang
kerugian yang harus ditanggung dapat dikeraskan, setelah anil SS 420
perusahaan harganya relatif mahal. Oleh berstruktur ferit dan karbida, struktur ini
karena itu diperlukan analisis penyebab akan berubah setelah celup menjadi
terjadi-nya keru-sakan yang terus martensit.Ketahanan korosi SS Unsur-
berulang untuk mencari pemecahan unsur yang sengaja ditam-bahkan secara
permasalahan pada poros brine injection keseluruhan secara keseluruhan
pump. Dugaan sementara adalah adanya mempengaruhi sifat SS 420 secara
over load yang disebabkan oleh umum lebih rendah jika dibanding SS
pengecilan penampang pada pipa seri 300. (Alok Nayar, 2002). Unsur
penyaluran brain akibat terjadi nya Carbon (C) meningkatkan kemampu-
scalling. Dugaan lain adalah terjadinya kerasan dan kekuatan tetapi dapat
sensitisasi pada SS 420 mengingat brine menurunkan mampu tempa dan keliatan.

55
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Akan tetapi unsur C dapat memberikan poros dapat meningkatkan kemampu-


pengaruh yang negatif pada saat proses kerasan, keuletan, ketahanan aus,
pemanas-an yaitu terjadinya peristiwa ketahanan korosi, ketahanan pada suhu
sensitisasi pada baja sehingga tinggi dan ketahanan terhadap asam.
mengakibatkan menurunnya kualitas Unsur tambahan yang diberikan untuk
baja tersebut, hal ini terjadi karena unsur meningkatkan kualitas tertentu.
C dapat mendu-kung terbentuknya
karbidakrom. Unsur Chromium (Cr) pada

Tabel 1. Komposisi Kimia poros brine injection pump

Unsur Fe C Cr Mo Si Mn Mo Cu Ti V W S P
Komposisi
88,80 0,36 16,02 1,10 0,54 0,42 0,50 0,05 0,01 0.08 0,03 0,02 0,02
(% berat)

Pada Gambar 2-5 terlihat jelas mempercepat laju pendinginan. Penam-


pola pembebanan dinamis yang terus bahan unsur S meningkatkan sifat meka-
berulang pada poros di daerah patahan nis, penambahan unsur W meningkatkan
yang menjadi initial crack, sehingga ketahanan pada suhu tinggi dan
permukaan patahan mengalami patah penambahan usur Mn dalam jumlah kecil
campuran berupa patah ulet dan patah dapat meningkatkan kekerasan, kekuat-
getas interkristalin. Menurut mekanisme an, keuletan, serta membentuk Mn-S
patahan, terjadinya patah campuran tidak yang dapat meminimalisasi kegetasan
hanya diakibatkan geseran, tetapi juga dan kerapuhan pada bahan.
karena lepasnya kisi kristal logam atau Analisis hasil uji photo makro po-
batas butir. Patahan pada initial crack ros brine injection pump juga daerah-
adalah patahan getas interkristalin dan daerah pemukaan patahan yang kasar.
diikuti oleh patahan transkristalin.
Fenomena perambatan retak
cukup jelas terlihat dari initial crack
kemudian menjalar mengikuti garis pen-
jalaran sehingga penjalaran retak
mempunyai arah dan pola dari jenis
pembebanan, yaitu berupa beban puntir
sampai akhirnya patah (end crack) yang
ditandai dengan adanya ductile tearing
pada poros. Pada permukaan patahan
terdapat beberapa daerah yang mem-
bentuk cleavage yaitu daerah yang
mengalami pergeseran sepanjang bidang Gambar 1. Permukaan patah poros brine
kisi kristal yang pada permukaan ditandai injection pump
dengan bentuk permukaan yang halus
Pada permukaan patahan juga Kisi kristal yang pada permuka-
menunjukan telah terjadinya deposit pa- an ditandai dengan bentuk permukaan
da bahan akibat dari unsur kandungan yang halus .
dalam brine injeksi pump, deposit terjadi Analisis secara visual pada per-
pada saat pristiwa perambatan retak mukaan patahan baja SS 420 Gambar 1,
pada daerah patah getas adalah Mo, P, menunjukkan bahwa terdapat permukaan
S, W, Mn, dimana masing-masing dari patahan yang halus dan terdapat ini
unsur tersebut memberikan pengaruh disebabkan mekanisme penjalaran retak
yang berbeda. Penambahan unsur Mo yang terjadi setelah terjadinya initial
berfungsi membentuk lapisan stabil di- crack yang disebabkan oleh terjadinya
permukaan baja untuk mencengah korosi oleh lingkungan korosif seperti
terjadinya korosi sumuran. Penambahan khlor, sulfur, dan H2SO4(98%)yang se-
unsur P berperanan pada saat casting ngaja ditambahkan sebagai inhibitor.
yaitu unsur P dapat mengikat udara dan Lingkungan korosif merusak lapisan pasif

56
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

baja SS 420 dan pada daerah dengan masuk dalam daerah terjadinya
potensial yang paling rendah akan sensitisasi baja krom (Smallman dan
menjadi awal terjadinya korosi (initial Bishop, 1985). Sehingga terjadilah
crack). Pada saat poros mendapat beban perpindahan unsur Cr di daerah sekitar
mekanis maka penjalaran retak dimulai batas butir menuju batas butir untuk
dan akhirnya patah. berikatan dengan C yang telah
Analisis hasil uji struktur mikro meningkat reaktifitasnya terhadap Cr
menggunakan SEM, hasil uji struktur membentuk karbida Cr (Cr23C6). Daerah
mikro poros brine injection pump terlihat yang kekurangan Cr ini akan menjadi
pada Gambar 6. Karbida Cr terlihat rentan terhadap lingkungan korosif
mengumpul di daerah batas butir maupun beban mekanis (Tata Surdia,
diantara struktur martensit. Pembetukan 2000).
karbida terjadi karena temperatur proses

Gambar 2. Struktur makro memperlihatkan initial crack pada permukaan patahan,


cleavage dan penjalaran retak.

Gambar3.Struktur makro menunjukan end crack setelah penjalaran retak, cleavage dan
daerah yang terdeposit.

Pada saatnya daerah ini akan pada poros yang berstruktur martensit
menjadi awal terjadinya crack (initial akan menyebabkan pola patahan poros
ctack). Adanya unsur klor akan brine injection pump menjadi
mempercepat terjadinya kerusakan poros transkristalin. Sehingga pola patahan
brine injection pump. Penjalaran retak poros menjadi dominan patahan
selanjutnya akan mengikuti pola transkristalin walaupun dimulai dengan
interkristalin yaitu mengikuti pola interkristalin.
pembentukan karbida atau daerah yang Analisis hasil uji EDS poros brine
kekurangan Cr. Akibat beban dinamis injection pump, uji EDS dilakukan untuk

57
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

mengetahui komposisi pada masing- 0,53%. Hasil tersebut menunjukkan


masing fasa yang terdapat dalam baja adanya perbedaan komposisi di dua
SS 420. Hasil uji EDS terlihat pada fasa. Kadar Cr terlihat lebih rendah di
Gambar 7 dan 8. Uji EDS dilakukan di daerah martensit, dengan demikian initial
dua daerah yaitu di daerah martensit dan crack akan dimulai pada daerah yang
karbida. Hasil uji EDS di daerah karbida kekurangan Cr yaitu di daerah martensit
(Gambar 8) menunjukkan kadar unsur (Budinski, 1989).
utamanya adalah Fe dengan kandungan
78,60%, chromium sebesar 15,60%,
carbon 3,34%, Mo 1,84%, dan Si
sebesar 0,64%. Pada daerah yang
berstruktur martensit (Gambar 7)
menunjukkan Fe sebagai unsur utama
sebesar 81,02%, chromium 14,75%,
carbon 3,15%, Si 0,54% dan S sebesar

Gambar 6. Hasil uji struktur mikro poros brine injection pump menggunakan SEM

Gambar 7. Hasil uji EDS pada daerah martensit

58
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Gambar 8. Hasil uji EDS pada daerah karbida

KESIMPULAN
Patahnya poros brine injection Avner.S.H.,1987, Introduction to Physical
pump disebabkan adanya sensitisasi Metallurgy, Mc Graw-Hill Int, ed
yang terjadi pada poros yang terbuat dari II., London
SS 420. Initial crack terjadi pada daerah Budinski, K.G.,1989, Engineering
yang kekurangan Cr, penjalaran retak Materials properties and
awal berpola interkristalin, sedangkan selection, ed III, United States of
pada tahapan selanjutnya penjalaran America
retak berpola transkristalin yang Colangelo dan Heiser, 1989, Analysis of
dipercepat oleh adanya beban dinamis. Metallurgical Failures, ed II, Jhon
Willey and Sons
Ucapan Terimakasih Smallman, R.E., dan Bishop, R.J., 1985,
Ucapan terimakasih disampaikan Metalurgi fisik moderen dan
kepada PT Geodipa Energi Unit Dieng Rekayasa Material, ed IV,
yang telah mendukung terlaksananya terjemahan oleh : SriatiDjaprie,
penelitian ini. PT Gramedia, Jakarta
Spot, M.H., 1978, Design Of Machine
th
DAFTAR PUSTAKA Element, 5 Prentice Hall, Inc,
Alok Nayar,2002, The Metal Data Book, EngleWood Cliffs, New Jersey
Mc Graw-Hill Int, New Delhi Tata Surdia dan Saito., 1995,
ASM Handbook, 1992, Metallography Pengetahuan Bahan Teknik, PT
and Microstructures, Volume 9, PrandyaParamita, Jakarta
United States of America Van Vlack, 1983, Ilmu dan Teknologi
ASM Metal Handbook, 2002, Failure Bahan, ed IV, terjemahan oleh :
Analysis and Prevention, Volume Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta
11, United States of America

59
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

MICROCONTROLLER SEBAGAI PENGENDALI WAKTU PENYIRAMAN


PADA TANAMAN BUAH-BUAHAN SISTEM TABULAPOT
1 2 3
Tri Watiningsih , Yohana Nursuwening , Reni Sulistiyowati AM
1,2,3
Fakultas Teknik, Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Masuk: 6 Mei 2014, revisi masuk : 15 Juni 2014, diterima: 19 Juli 2014

ABSTRACT
Availability of land plants is the reason why they do not want to plant crops,
especially fruits such as guava, kedondong and others, as academics eager to implement
and introduce tabulapot plants that need hygienic fruits can be realized. Along with the
question, it is necessary for the introduction of increased community participation in
meeting the needs of their own fruits the land more hygienic through Research Lecturer
Restoration "555 timer IC with Timer part of Viewer In tabulapot plants" and utilize the
former cans or buckets of used as media cropping so as to implement the principles of
the 3Rs. Technology is one of the breakthroughs that more and more developed by the
designers of automated tools as a replacement for the operation of a manual system to
an automated system, all work will work automatically with an error rate that can be as
small as possible. Besides, the technology is expected to replace automated tool as an
object or function of the human actors on each machine. Housing average land trying to
take advantage of the narrow yard of his home for growing useful plants, including plants
tabulapot, to overcome the problem of narrow land and water provision, which the
working principle of a tub of water pumped into the potted plants automatically using a
555 timer IC , with automatic watering tabulapot expected to overcome the above
problems from manual to automatic watering.

Keywords: pool, tabulapot, waterpumps, microkontroller, Sevensegmen

INTISARI
Ketersediaan lahan tanaman menjadi alasan kenapa mereka tidak mau menanam
tanaman terutama buah-buahan seperti jambu, kedondong dan lain-lain, sebagai
akademisi berkeinginan untuk menerapkan dan mengenalkan tanaman Tabulapot
sehingga kebutuhan akan buah-buahan yang higinis dapat terwujud. Sejalan dengan
dimaksud, maka perlu peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengenalan dalam
pemenuhan kebutuhan akan buah-buahan dilahan sendiri yang lebih higinis dan
memanfaatkan bekas kaleng atau ember bekas sebagai media tanamnya sehingga dapat
menerapkan prinsip 3R dalam menangani sampah dikehidupan keseharian di lingkup
terkecil. Reduce :Meminimalisasi barang/ material yang digunakan. Reuse:Hindari
pemakaian barang sekali pakai , Recycle : Sebisa mungkin, mendaur ulang barang yang
tidak berguna lagi dan beralih fungsi menjadi barang lain. Teknologi adalah salah satu
terobosan yang semakin banyak dikembangkan oleh para perancang alat otomatis sebagai
pengganti bekerjanya sistem manual ke sistem otomatis, semua pekerjaan akan bekerja
secara otomatis dengan tingkat kesalahan yang dapat ditekan sekecil mungkin. Disamping
itu teknologi alat otomatis diharapkan dapat memggantikan fungsi manusia sebagai obyek
atau pelaku pada setiap mesin. Diperumahan rata-rata memanfaatkan lahan yang sempit
dihalaman untuk ditanami tumbuhan yang bermanfaat, diantaranya tanaman Tabulapot,
untuk mengatasi masalah lahan yang sempit dan pemberian air, yang pada prinsip kerja
dari air bak dipompa ke pot tanaman secara otomatis dengan menggunakan
microcontroller, dengan adanya penyiram tanaman tabulapot otomatis diharapkan mampu
mengatasi masalah diatas dari penyiraman manual menjadi otomatis.

Kata kunci : Kolam, Tabulapot, Pompa air, Microkontroller, Sevensegmen,


1
tri_cadipa@yahoo.com,
2
Yohana_kober@yahoo.com.
60
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENDAHULUAN jenis tanaman yang dibudidayakan.


Tanaman buah dalam pot biasa Sistem ini menerapkan pengamatan
disebut tabulapot. Tabulapot membutuh- secara terus menerus (24 jam per hari)
kan tempat yang tidak terlalu besar dan terhadap status kelembaban media
juga hanya sedikit berbeda cara pe- tanam yang dipakai. Adapun data per-
rawatannya dengan tanaman buah yang ubahan kelembaban media tanam akibat
ditanam di tanah pada umumnya. proses fotosintesis tanaman dan pe-
Tabulapot selain dapat diguna- nguapan dikonversi ke bentuk sinyal
kan untuk menghasilkan keuntungan listrik menggunakan sensor kelembaban
juga dapat digunakan sebagai hiasan
yang digunakan juga sebagai data
rumah. Karena ukuran tabulapot biasa-
eksekusi pengaturan pompa sirkulasi
nya tidak melebihi ukuran rumah maka
penyiraman. Sebagai bentuk uji coba
dapat ditaruh di depan atau halaman
sistem secara lengkap, desain alat digun-
rumah yang kecil sekalipun. Istilah
Tabulapot dikenal beberapa tahun akan bersama teknik Tabulapot NFT
terakhir. Tabulapot sebenarnya merupa- yang telah dimodifikasi dan disesuaikan
kan akronim atas sederet kata “Tanaman sehingga kemampuan dan efisiensi
Buah di Dalam Pot”.Salah satu buah teknik tersebut dapat ditingkatkan secara
yang paling sering ditanam dengan signifikan.
medium tabulampot adalah mangga Sistem ini menerapkan peng-
cultivationwerespotted atau budi daya amatan secara terus menerus (24 jam
tanaman dengan media tanah. per hari) terhadap status kelembaban
Teknik NFT(Nutrient Film Tech- media tanam yang dipakai. Data
nic), merupakan salah satu teknik yang perubahan kelembaban media tanam
paling berhasil dan banyak digunakan akibat proses fotosintesis tanaman dan
karena memiliki efisiensi tinggi pada saat penguapan yang telah dikonversi ke
digunakan pada penanaman, budidaya bentuk sinyal digunakan sebagai data
Tabulapot. Selain itu lahan tanam untuk eksekusi pengaturan pompa sirkulasi
teknik NFT tidak mudah rusak, mudah penyiraman. Sebagai bentuk uji coba
dibersihkan (terbuat dari plastik PVC) sistem secara lengkap, desain alat
dan dapat dikonfigurasikan sebagai sis- menjalani reset yang telah dimodifikasi
tem penyiraman yang tidak memungut dan disesuaikan agar kemampuan dan
kembali kelebihan aliran larutan hara efisiensi teknik tersebut dapat ditingkat-
(drain to wash) maupun sistem penyira- kan secara signifikan.
man yang mensirkulasikan kembali
kelebihan larutan hara (aquaponic)..
Berdasar pengujian yang telah dilakukan,
kondisi ini lebih banyak disebabkan
spesifikasi teknik talang PVC khusus
untuk NFT tidak dipublikasikan secara
luas dan tidak dijual secara bebas.
(Paulus., 2003). Selain itu, hal penting
yang mempengaruhi hasil teknik ini
adalah penggunaaan timer standarst
Gambar 1. Bentuk motor DC (Innovative
(sebagai pengatur metode penyiraman
Electronics)
otomatis), sehingga proses penyiraman
tanaman tidak dapat dise-suaikan
METODE
dengan kebutuhan tanaman itu sendiri
Pulsa with modulation ( PWM),
(terjadi pemborosan air dan nutrisi).
dapat digunakan untuk mengatur kece-
Sistem penyiraman tanaman
patan motor dan untuk menghindarkan
secara otomatis pada dasarnya merupa-
rangkaian mengkomsumsi daya berlebih.
kan salah satu bentuk aplikasi rangkaian
PWM dapat mengatur kecepatan motor
elektroniks ke dalam sistem penyiraman karena tegangan yang diberikan dalam
tanaman untuk lahan terbuka maupun selang waktu tertentu saja. PWM ini
tertutup dan tidak ditentukan berdasar dapat dibangkitkan melalui software.

61
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Lebar pulsa PWM dinyatakan dalam Duty dihubungkan ke mikrokontroler dan diberi
Cycle. Misalnya duty cycle 10 %, berarti tegangan sebesar 7 volt dengan arus
lebar pulsa adalah 1/10 bagian dari satu minimal 2 ampere rangkaian driver
perioda penuh (Gouzali, 2003). berbasis L298 sudah dapat digunakan.
Berikut adalah rumusan frekuen- Selain itu, supply IC L298 dapat diberi
si sinyal keluaran pin output compare tegangan sampai 50 Volt (Data Sheet
OC1A/OC1B dengan menggunakan L298).
timer/counter1 :

Mode Phase Correct PWM


fOC1A_PCP = fOSC ……....................(1)
2 * N * (1+TOP)
fOC1B_PCP = fOSC ……....................(2)
2 * N * (1+TOP)
D= OCR1A+OCR1B * 100 % …......….(3)
TOP
Keterangan: fOC1A_PCP = frekuensi
output OC1A mode PCP Gambar 2. Konfigurasi pin IC L298 (Data
fOC1B_PCP = frekuensi output OC1B sheet L298)
mode PCP
fOSC = frekuensi kristal/ osilator Untuk menjalankan motor, pin enable A
D = duty cycle dan enable B pada IC L298 harus diberi
N = skala clock (Tabel 2.1) logika 1. Current sensing A dan current
TOP = nilai maksimum counter (TCNT1) sensing B dihubungkan ke ground. Input
1 dan input 2 masing-masing berlogika 1
Mode CTC dan 0, output 1 dan output 2 dihubung-
fOC1A_CTC = fOSC ……....................(4) kan ke motor.
2 * N * (1 + OCR1A) Led Super Bright Merah dan
fOC1B_CTC = fOSC…...................... (5) Photo Dioda, Led super bright merah dan
2 * N * (1 + OCR1B) photo dioda dapat digunakan sebagai
Keterangan: fOC1A_CTC = frekuensi sensor halangan. Photo dioda bekerja
output OC1A mode CTC jika mendapat cahaya. Prinsip kerjanya
fOC1B_CTC = frekuensi output OC1B yaitu led super bright memancarkan
mode CTC cahaya ke photo dioda sehingga photo
fOSC = frekuensi Kristal/ osilator dioda menjadi aktif. Jika mendeteksi
N = skala clock (Tabel 2.1) adanya halangan, maka photo dioda
OCR1A = isi register OCR1A akan berlogika low dan jika tidak ada
OCR1B = isi register OCR1B halangan maka photo dioda akan ber-
logika high. Logika high dan low inilah
Mode Fast PWM yang harus dibaca mikrokontroler untuk
fOC1A_FastPWM = fOSC…….............(6) mengambil keputusan. Disamping itu,
N * (1 + TOP) digunakan rangkaian op-amp IC LM 324
fOC1B_FastPWM = fOSC ……............(7) sebagai penguat keluaran photo dioda.
N * (1 + TOP) Rangkaian Sensor dan Kompara-
Kete Keterangan: fOC1A_PCP = tor , komparator berfungsi untuk mem-
frekuensi output OC1A mode PCP bandingkan input yang diterima dari
fOC1B_PCP = frekuensi output OC1B sensor dengan tegangan referensi. Jika
mode PCP input dari sensor lebih besar dari input
fOSC = frekuensi kristal/ osilator tegangan referensi, maka output akan
D = duty cycle berlogika high. Sebaliknya, jika tegangan
N = skala clock (Tabel 2.1) referensi lebih besar dari input sensor,
TOP = nilai maksimum counter (TCNT1) maka output akan berlogika low. Kom-
parator konvensional umumnya dapat
IC L298 sudah mencukupi di- menggunakan IC LM 324 atau LM 339
gunakan sebagai rangkain driver. Cukup yang merupakan sebuah penguat opera-

62
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

sional op-amp(Ibrahim., KF, 1996). Per- pemrograman keseluruhan


bedaan input positif dan input negatif mikrokontroler jenis mikrokontroler AVR.
menyebabkan keluaran pada pin output. Namun bahasa assembler relatif lebih
Perbedaan ini diatur menggunakan sulit dipelajari dari pada bahasa C.
potensiometer dimana pada penerapan Untuk pembuatan suatu proyek
pada robot dipasang sensor Led super yang besar akan memakan waktu yang
bright dan Photo dioda. lama serta penulisan programnya akan
panjang. Sedangkan bahasa C memiliki
keunggulan dibanding bahasa assembler
yaitu independent terhadap hardware
serta lebih mudah untuk menangani
project yang besar. Bahasa C memiliki
keuntungan-keuntungan yang dimiliki
Gambar 3. IC LM 324 (Data sheet bahasa assembler (bahasa mesin),
LM324) hampir semua operasi yang dapat
dilakukan oleh bahasa mesin, dapat
Sensor analog dalam aplikasi dilakukan dengan bahasa C dengan
selalu berhadapan dengan berbagai penyusunan program yang lebih
macam gangguan. Selain itu sensor sederhana dan mudah. Bahasa C
memiliki impedansi dan jangkauan terletak diantara bahasa pemrograman
tegangan output yang tidak selalu kom- tingkat tinggi dan assembly (Bejo,2007).
patibel dengan perangkat data yang Hal-hal yang merugikan dalam
digunakan. Sensor garis yang output-nya bercocok tanam seperti kekeringan
analog perlu dikuatkan agar jang- media tanam, terhambatnya proses
kauannya maksimal. Untuk itu diperlukan pertumbuhan tanaman karena pupuk
perlakuan penyelarasan sinyal antara tidak merata, pemborosan pupuk dan air,
sensor dengan mikrokontroler . serta pemakaian listrik yang berlebihan
akibat pompa sirkulasi yang hidup terus-
menerus ditiadakan. Tabulapot sendiri
terdiri dari beberapa teknikyang mana
setiap teknik memiliki keungulan masing-
masing, adapun teknik Tabulapot itu
diantaranya adalah : Tabulapot substrat
dan tabulapot NFT.
Teknik substrat merupakan
teknik dasar sistem bercocoktanam
secara tabulapot. Teknik ini tidak
menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat selain tanah
(batu apung, pasir, serbut gergaji atau
gambut) untuk menyerap, menyediakan
Gambar 4. Rangkaian sensor garis nutrisi air dan oksigen, serta untuk
menggunakan IC LM 324 mendukung akar tanaman (sumber :
Jean Baussingault, Budidaya Tanaman
Bahasa Pemrograman ATmega Dengan Pasir Dan Arang, Perancis).Hal
8535, pemrograman mikrokontroler penting yang harus diperhatikan dalam
ATmega8535 dapat menggunakan low pembuatan sistem ini adalah :a) Ukuran
level language (assembly) dan high level partikel dan jenis substrat harus
language (C, Basic, Pascal, JAVA,dll) disesuaikan dengan jenis tanaman yang
tergantung compiler yang digunakan . akan dibudidaya.b) Sterilisasi substrat
Bahasa Assembler mikrokontroler AVR yang akan digunakan.c) Sistem irigasi
memiliki kesamaan instruksi, sehingga yang mendukung substrat (ebb and flow
jika pemrograman satu jenis atau dropper) dan harus memiliki saluran
mikrokontroler AVR sudah dikuasai, drainase yang baik.
maka akan dengan mudah menguasai

63
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tekniktabulapot substrat juga boleh terlalu cepat karena harus


dapat digunakan untuk penyemaian disesuaikan dengan kemiringan talang
tahap 2 (dari kecambah sepanjang 2 cm (sumber acuan : emmiter dalam faucet
sampai ke tunas sepanjang 5cm). irrigate dapat diganti dengan kran tipe
Perhatikan Gambar 5. Sumber : Imai, ballvalve untuk inlet dan kran tipe
Non Circulating Hidroponic System, backwash untuk outlet). c) Styrofoam
Tainan, TAIWAN AVRDC, 1986. tempat tanaman cukup tebal dan harus
mudah dibersihkan.
Adapun gambar teknik tabulapot
dengan menggunakan NFT dan Aqua-
ponik seperti Gambar 6 oleh: Pinus
Lingga, Desain Hidrophonik NFT, Pene-
bar Swadaya, Jakarta, 2003.

Gambar 5. Teknik Tabulapot Substrat

Dalam pengujian ini disebutkan


keuntungan yang didapat dalam peng-
gunaan teknik ini meliputi: satu, Ideal
digunakan untuk lahan tidak rata
tanaman dapat memperoleh air sesuai
kebutuhan. Dua, Daun tanaman tidak
basah sehingga mengurangi serangan
cendawan. Tiga, Biaya operasional dan
pemeliharaan relatif rendah karena
Gambar 6. Teknik Tabulapot NFT Dan
otomatisasi penuh. Empat,pengelolaan
Aquaponik
lahan atau tanaman dapat terus ber-
langsung, karena sistem irigasi yang
PEMBAHASAN
digunakan terfokus pada setiap tanaman.
Dalam penelitian ini, program
Lima, distribusi nutrisi dan air berlang-
yang digunakan adalah program yang
sung disekitar zona tanaman, sehingga
dibuat dengan program aplikasi preteus
penggunaannya sangat effisien. Enam,
dengan menggunakan bahasa
Tidak terjadi kehilangan air akibat aliran
pemrograman C. Bahasa C merupakan
permukaan maupun pengaruh angin.
bahasa yang mendukung mikrokontroler.
Teknik NFT (Nutrient Film Tech-
Setting Waktu Pada tabulapot selama 2
nique),merupakan budidaya tanaman
menit,
secara tabulapot yang meletakkan akar
tanaman pada lapisan air yang dangkal,
tersirkulasi (drain to wash atau aqua-
ponic) dan mengandung nutrisi sesuai
kebutuhan tanaman. Dengan demikian
akar tanaman dapat berkembang dalam
larutan nutrisi tersebut. Mengingat bahwa
kelebihan air dan nutrisi dalam talang
NFT dapat mengurangi jumlah oksigen
diseliling akar tanaman, maka lapisan
nutrisi dalam sistem NFT ditentukan
maksimal setinggi 3-4 mm .
Hal penting yang harus diperhati-
kan dalam pembuatan sistem ini adalah :
a). Kemiringan talang NFT disemua lajur
tanam harus seragam (sumber acuan : 1-
50). b) Kecepatan aliran air dan nutrisi Gambar 7. Skema Rangkaian Mikro-
yang masuk melalui saluran inlet tidak kontroler ATmega 8535

64
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Dalam Skema rangkaian mikro- select), 1 jalur R/W (read/write), dan 1


kontroler ATmega8535 terdiri dari: jalur E (enable). Dengan demikian
Pertama, rangkaian Minimum Sistem, diperlukan 11 saluran untuk berhubung-
dimana pada rangkaian ini berfungsi an dengan mikrokontroller. Perhatikan
untuk membangkitkan tegangan dan konfigurasi pemasangan LCD TM162
menjalankan sebuah IC mikrokontroler. ABC,dengan mikrokontroller.
Kedua, mikrokontroler ATmega8535, di- Sensor kelembaban dan sensor
mana mikrokontroler ini berfungsi water tank digunakan sebagai rangkaian
sebagai pengendali Tabulapot. Keempat, penghasil pulsakendali untuk port P2.0,
output (Tabulapot), dimana pada bagian P2.1, P2.2 dan P2.3. Karena secara
output ini sebagai indikator hasil dari prinsip keempat rangkaian identik, maka
program yang telah di input ke mikro- pembahasan langkah kerja sensor cukup
kontroler ATmega8535. satu bagian saja.Pada saat probe sensor
mendeteksi keberadaan air di media
tanam dan watertank, kondisi iniakan
mengakibatkan probe sensor terhubung
singkat secara listrik (memanfaatkan sifat
menghantarair), sehingga pin 2 U4 akan
mendapat tegangan +. Perubahan status
tegangan ini akan dibaca olehrangkaian
komparator U4 sebagai bentuk trigger di
pin 2 (kaki inverting) dan dibandingkan
dengantegangan Vref di pin 3 (kaki non
inverting). Dengan menggunakan data
tabel hasil pengujian freerunning LM741
dibawah, maka tegangan disaluran
keluaran U4 dapat digunakan untuk
mengendalikantransistor Q1 dan Q2.
Gambar 8. Skema Rangkaian Sistem
Tabulapot

Minimum sistem ATMEL 8535


merupakan rangkaian mikrokontroller
dalam konfigurasi paling sederhana.
Sistem ini hanya memerlukan osilator
eksternal yang disusun menggunakan
Kristal 11,059Mhz, kapasitor C2 dan C3.
Sedangkan untuk rangkaian reset hanya
memerlukan saklar mikro S2, kondensa-
tor C1 dan resistor R1.Dalam perancang-
an alat digunakan untuk mengendalikan
1 buah pompa dan 1display LCD berda-
sarkan data masukan dari 3 buah sensor
kelembaban dan 1 sensor di water tank.
Kondensator C5 digunakan untuk Gambar 9. Rangkaian Koneksi Display
pemfilteran tegangan catuan yang masuk LCD
ke pin 40 (Vcc) dan pin 31 (EA).
Sedangkan variabel resistor R4 diguna- Hal penting yang harus diperhati-
kan untuk pengaturan level contras kan dalam rangkaian ini adalah variabel
tampilanLCD. Display LCD, alat meng- resistor R1 yangberfungsi sebagai
gunakan LCD TM162ABC tipe 2 x 16 pengatur kepekaan sensor dan nilai
baris sebagai tampilanutamanya. Konfi- resistor R5 yang berfungsi sebagai resis-
gurasi yang diperlukan dalam pengaturan tor basisRangkaian driver relay meng-
LCD tersebut terdiri dari 8 jalur data gunakan U3 ULN2003 sebagai kompo-
(DB0-B-71DB7), 1 jalur RS (register nen intinya. Komponen inimerupakan

65
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

penggabungan 7 buah transistor dalam Kondisi inimengakibatkan relay terkontrol


satu substrat dan dilengkapi dengan 2 berada dalam keadaaan hidup (status
buah diode pengaman untuk setiap saklar :NO=Normaly Open).
transistor internalnya (proteksi CE dan C Berdasarkan proses ini, pompa
ke Com/Vdd). Dengan demikiansaluran akan mendapatkan hubungan ke saluran
keluaran IC ini dapat ditambati beban tegangan 220VAC (pompahidup). Catu
yang bersifat induktif maupun resistif daya, tegangan AC keluaran transfor-
secara langsung.Dalam perancangan mator T1 disearahkan menggunakan D1
alat, U3 digunakan untuk mengendalikan dan D2 untukmenghasilkan tegangan DC
relay 1 sampai dengan relay 4 berdasar disalu-ran keluaran penyearah. Untuk
proses pemfilteran tegangan DCkeluaran
tegangan kontrol keluaran port P3.1,
penye-arah dilakukan dengan memasang
P3.2, P3.3 dan P3.4.
kondensator C7. Tegangan DC yang
sedangdihaluskan ini digunakan sebagai
sumber catuan 12 Vdc dan sumber
tegangan masukan regulator7805.
Adapun kondensator C6 yang terpasang
disaluran keluaran U2, berfungsi sebagai
filter teganganDC 5V.

Gambar 10. Rangkaian Driver Relay

Pada saat port kontrol berstatus


clear (logika low), tegangan VOL sebesar Gambar 11. Rangkaiann Catu daya
0,45v dengan arusIOL sebesar 1,6mA
disaluran tersebut tidak akan mencukupi Transformator yang digunakan
untuk mengendalikan basis transistor dalam pembuatan catudaya alat
internal U4. Kondisi ini akan menyebab - merupakan transformator tanpa tap
kan transistor kehilangan tegangan tengah dengan tegangan keluaran
acuan basis dan beradadalam kondisi 12Vac. Nilai ini disebut sebagai VM yang
cutoff. Dengan demikian tegangan tem- merupakan tegangan pada lilitan
bus kumparan relay yang terdapat sekunder, oleh sebab itu tegangan
disalurankeluaran U4 akan tetap berada reverse pada dioda yang tidak konduksi
dalam level tinggi atau sesuai Vcc, (tidak menghantar) adalah 2VM.
sehingga relay terkontrol diposisitersebut
berada dalam keadaan mati (status
saklar NC=Normaly Close). Berdasarkan
proses ini,pompa tidak akan mendapat-
kan hubungan ke saluran tegangan
220VAC (pompa mati)Pada saat port
kontrol berstatus set (logika high),
tegangan VOH sebesar 2,4V akan di-
salurkan ke basis transistor internal U4
melalui R12. Dengan tegangan tersebut
yg mengakibatkan transistor internal
berada dalam keadaan saturasi, se-
hingga tegangan tembus relayyang
terdapat disaluran keluaran U4 disa-
Gambar 12. Irigasi penyiramanTabulapot
lurakan sepenuhnya ke saluran Vss.

66
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Dalam penelitian ini pembuatan


tabulapot dan instalasi irigasi dengan
penggunakan pipa paralon seperti pada
Gambar 12.
Dari hasil penelitian yang dilaku-
kan dihasilkan tananman tabulapot yang
diberi timer penyiraman secara otomatos
lebih efektif terutama bagi masyarakat
yang sibuk dan tidak ada waktu untuk
bercocok tanam, teknologi microcontrol-
ler pada budidaya buah-buahan sistem
tabulapot sangat cocok terutama untuk
daerah perumahan yang lahannya sa- Gambar 14. Rangkaian Sistem Minimum
ngat sempit tetapi menginginkan mena- ATMEL8535
nam buah-buahan untuk kepentingan
sendiri, selain itu menambah asri Kondensator C5 digunakan untuk
disekitar halaman rumah dan terciptalah pemfilteran tegangan catuan yang masuk
go green. Pembahasan ini berisi peran- ke pin 40 (Vcc) dan pin 31 (EA).
cangan-perancangan, baik perancangan Sedangkan variabel resistor R4 diguna-
software maupun hardware. Perancang- kan untuk pengaturan level contras tam-
an Perangkat Keras (Hardware ). pilan LCD. Display LCD, alat mengguna-
kan LCD TM162ABC tipe 2 x 16 baris
sebagai tampilan utamanya. Konfigurasi
yang diperlukan dalam pengaturan LCD
tersebut terdiri dari 8 jalur data (DB0-
DB7), 1 jalur RS (register select), 1 jalur
R/W (read/write), dan 1 jalur E (enable).
Dengan demikian diperlukan 11
saluran untuk berhubungan dengan
mikrokontroller. Perhatikan konfigurasi
pemasangan LCD TM162ABC,dengan
mikrokontroller.Lihat Gambar 3 Sensor
kelembaban dan sensor water tank di-
gunakan sebagai rangkaian penghasil
pulsa kendali untuk port P2.0, P2.1, P2.2
dan P2.3. Karena secara prinsip keempat
rangkaian identik, maka pembahasan
langkah kerja sensor cukup satu bagian
Gambar 13. Blok Diagram Automatic
saja.
Watering Plant
Pada saat probe sensor men-
deteksi keberadaan air di media tanam
Minimum sistem ATMEL8535 dan watertank, kondisi ini akan meng-
merupakan rangkaian mikrokontroller akibatkan probe sensor terhubung sing-
dalam konfigurasi paling sederhana. kat secara listrik (memanfaatkan sifat
Sistem ini hanya memerlukan osilator
menghantar air), sehingga pin 2 U4 akan
eksternal yang disusun menggunakan
mendapat tegangan +. Perubahan status
ristal 11,059Mhz, kapasitor C2 dan C3.
tegangan ini akan dibaca oleh rangkaian
Sedangkan untuk rangkaian reset hanya komparator U4 sebagai bentuk trigger di
memerlukan saklar mikro S2, konden- pin 2 (kaki inverting) dan dibandingkan
sator C1 dan resistor R1. Dalam peran- dengan tegangan Vref di pin 3 (kaki non
cangan alat, sistem ini digunakan untuk
inverting). Dengan menggunakan data
mengendalikan 1 buah pompa dan 1
tabel hasil pengujian free running LM741
display LCD berdasarkan data masukan
dibawah, maka tegangan disaluran
dari1 buah sensor kelembaban dan 1
keluaran U4 dapat digunakan untuk
sensor di water tank.
mengendalikan transistor Q1 dan Q2.

67
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Gambar 17. Rangkaian Driver Relay


Gambar 15. Rangkaian Koneksi Display
LCD Pada saat port kontrol berstatus
clear (logika low), tegangan VOL sebesar
0,45v dengan arus IOL sebesar 1,6mA
disaluran tersebut tidak akan mencukupi
untuk mengendalikan basis transistor
internal U4. Kondisi ini akan menyebab-
kan transistor kehilangan tegangan
acuan basis dan berada dalam kondisi
cutoff. Dengan demikian tegangan
tembus kumparan relay yang terdapat
disaluran keluaran U4 akan tetap berada
dalam level tinggi atau sesuai Vcc,
sehingga relay terkontrol diposisi terse-
but berada dalam keadaan mati (status
saklar NC=Normaly Close). Berdasarkan
proses ini, pompa tidak akan menda-
patkan hubungan ke saluran tegangan
220VAC (pompa mati).
Gambar 16. Rangkaian Sensor Pada saat port kontrol berstatus
Kelembaban Dan Sensor Water Tank set (logika high), tegangan VOH sebesar
2,4V disaluran tersebut akan disalurkan
Hal penting yang harus diper- ke basis transistor internal U4 melalui
hatikan dalam rangkaian ini adalah R12. Tegangan tersebut akan meng-
variabel resistor R1 yang berfungsi akibatkan transistor internal berada da-
sebagai pengatur kepekaan sensor dan lam keadaan saturasi, sehingga tegang-
nilai resistor R5 yang berfungsi sebagai an tembus relay yang terdapat disaluran
resistor basis Rangkaian driver relay keluaran U4 disalurakan sepenuhnya ke
menggunakan U3 ULN2003 sebagai saluran Vss. Kondisi ini mengakibatkan
komponen intinya. Komponen ini meru- relay terkontrol berada dalam keadaaan
pakan penggabungan 7 buah transistor hidup (status saklar NO=Normaly Open).
dalam satu substrat dan dilengkapi Berdasarkan proses ini, pompa
dengan 2 buah diode pengaman untuk akan mendapatkan hubungan ke saluran
setiap transistor internalnya (proteksi CE tegangan 220VAC (pompa hidup). Catu
dan C ke Com/Vdd). Dengan demikian daya, tegangan AC keluaran transfor-
saluran keluaran IC ini dapat ditambati mator T1 disearahkan menggunakan D1
beban yang bersifat induktif maupun dan D2 untuk menghasilkan tegangan
resistif secara langsung. Dalam DC disaluran keluaran penyearah. Untuk
perancangan alat, U3 digunakan untuk proses pemfilteran tegangan DC keluar-
mengendalikan relay 1 sampai dengan an penyearah dilakukan dengan mema-
relay 4 berdasar tegangan kontrol sang kondensator C7. Tegangan DC
keluaran port P3.1, P3.2, P3.3 dan P3.4. yang sudah dihaluskan ini digunakan

68
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

sebagai sumber catuan 12 Vdc dan Kedua, teknik hidroponik NFT


sumber tegangan masukan regulator model baru yang merupakan modifikasi
7805. Adapun kondensator C6 yang penuh, terbukti dapat diintegrasikan ke-
terpasang disaluran keluaran U2, dalam sistem penyiraman otomatis
berfungsi sebagai filter tegangan DC 5V. berbasis mikrokontroller ATMEL8535
Ketiga, metode pengaturan pe-
nyiraman otomatis yang diatur berdasar
kebutuhan tanaman, terbukti lebih efektif
dan hemat (listrik maupun pupuk) diban-
dingkan metode penyiraman lainya.
Keempat, berdasarkan desain
rangkaian, alat dapat digunakan dalam
sistem penyiraman otomatis nontabula-
pot (lahan terbuka) maupun tabulapot
(lahan tertutup) yang memerlukan peng-
Gambar 18. Rangkaiann Catudaya gunaan pompa air standart.
Untuk mencapai kesempurnaan
Transformator yang digunakan desain sisten penyiraman otomatis,
dalam pembuatan catudaya alat langkah pengembanganalat dapat dilaku-
merupakan transformator tanpa tap kan pada : Keakuratan sensor kelembab-
tengah dengan tegangan keluaran an media tanam dapat ditingkatkan
12Vac. Nilai ini disebut sebagai VM yang dengan mengganti jenis sensor yang
merupakan tegangan pada lilitan telah digunakan dengan piranti khusus
sekunder, oleh sebab itu tegangan pengukur kelembaban (tensiometer).
reverse pada dioda yang tidak konduksi Untuk membentuk sistem Tabu-
(tidak menghantar) adalah 2VM. lapot terpadu yang lebih lengkap, varia-
Perangkat Lunak, penentuan ble pemrograman sistem penyiraman
program aplikasi dan flowchart sistem otomatis dapat ditambah dengan sensor
dapat ditentukan menggunakan prosedur suhu air di water tank, sensor peka
inisialisasi kebutuhan sistem yang telah cahaya
dibuat dan dicantumkan dalam tabel 1di
bab II, dengan tetap memperhatikan DAFTAR PUSTAKA
status aktif saluran mikrokontroller. Gouzali ,S, 2003, Sistem Telekomonikasi
di Indonesia, Alfabeta, Bandung
KESIMPULAN Ibrahim .K.F, 1996, Teknik Digital,
Berdasar hasil pengujian dan Penerbit Andi, Yogyakarta
analisis alat secara parsial maupun Shoji, S, Suhana, 1991, Buku Pagangan
secara lengkap, dapat diambil kesimpul- Teknik Telekomonikasi, PT.
an sebagai berikut : Pertama, Teknik Pradnya Paramita, Jakarta
Tabulapot NFT terbukti dapat digabung Paulus.A.N, 2003, Teknik Antarmuka dan
dengan teknik Ebb and Flow sehingga Pemrograman Mikrokontroler
dapat ditanami anak semai mulai umur 2 AT89C51, PT Elex Media
minggu keatas meskipun harus dileng- Komputindo, Jakarta
kapi dengan teknik aquaponik untuk Tiur L.H. Simanjuntak, 2002, Dasar-
penyempurnaan sirkulasi penyiraman- dasar Telekomunikasi, PT
nya. Alumni, Bandung.

69
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PENGUKURAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI


KERAMIK DENGAN METODE HELGESON DAN BIRNIE DI PT.XYZ
1
Tuti Sarma Sinaga
1
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Masuk: 3 Mei 2014, revisi masuk : 16 Juni 2014, diterima: 2 Juli 2014

ABSTRACT
This research addressed the issue of the PT. XYZ production line balancing
which produces powder and ceramic. The completion time of the production line is
important because there are differences in the capacity of the machines, especially on
powder machine and press machines. This approach is done by using the Helgeson and
Birnie method by considering the activities processing time on the production floor. This
method increase Balance Delay of powder process at point 0.3333 and Balance Delay of
ceramics process in Press A1 and A2 in the Press is 0.1968 and 0.2185. The level of
powder process efficiency is 65.82%, while level of powder process efficiency is in Press
A1 is 80.31%. The level of efficiency in the production of ceramics in Press A1 is 74.07%
.
Keywords: line balancing, efficiency, Ranked Positional Weight , presendence diagram

INTISARI
Penelitian ini mencoba menyelesaikan masalah kesimbangan lintasan produksi
di PT. XYZ yang menghasilkan powder dan keramik. Penyelesaian keseimbangan
lintasan produksi di perusahaan ini menjadi penting karena adanya perbedaan kapasitas
mesin, khususnya pada mesin pembuat powder dan mesin press . Pendekatan dilakukan
dengan menggunakan metode Helgeson and Birnie dengan mempertimbangkan waktu
proses pada setiap aktifitas di lantai produksi. Metode ini ternyata dapat meningkatkan
kesetimbangan lintas produksi dengan tingkat Balance Delay pada mesin powder
sebesar 0,3333 dan Balance Delay pada produksi keramik di Press A1 dan di Press A2
ialah 0,1968 dan 0,2185. Tingkat efisiensi proses yang dicapai adalah pada produksi
powder ialah 65,82% , sedangkan efisiensi di mesin Press A1 ialah 80,31% . Tingkat
efisiensi pada produksi keramik di mesin Press A2 ialah 74,07% .

Kata Kunci : Kesetimbangan lintasan, efisiensi, pemboboan rangking posisi, diagram


presenden

PENDAHULUAN runkan tingkat fleksibilitas lantai produksi.


Menurut Bedworth (1982) lintas- Saat ini PT.XYZ yang mempro-
an produksi adalah urutan proses duksi keramik juga menghadapi masalah
pengerjaan yang dipecahkan ke dalam keseimbangan lintasan produksi dikare-
elemen-elemen kerja yang ditetapkan nakan adanya perbedaan antara kappa-
pada stasiun kerja yang disusun dalam sitas mesin dan peralatan produksi yang
sebuah rangkaian fleksibel sehingga dipergunakan dalam pabrik terutama
dapat dilakukan dengan mudah. Proses pada proses proses powder dan press.
penyeimbangan lintasan produksi pada Menurut Gaspersz (1998), fokus
serangkaian stasiun kerja (mesin dan penyeimbangan lintasan adalah pada
peralatan) perlu dilakukan dalam proses upaya meminimumkan waktu mengang-
pembuatan produk dengan tujuan mem- gur (idle time) dan menyeimbangkan
bentuk dan menyeimbangkan beban waktu senggang (balance delay) se-
kerja yang dialokasikan pada tiap-tiap hingga permasalahan ini dicoba disele-
stasiun kerja. Jika tidak dilakukan kese- saikan dengan metode Ranked Posi-
imbangan lintasan maka dapat meng- tional Weight (RPWM). Menurut Tam
akibatkan ketidakefisienan dan menu- (1999) model ini dikembangkan oleh

70
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Helgesson-Birnie pada tahun 1961. metode ini adalah sebagai berikut.:


Dyah (2008) menjelaskan pula bahwa Pertama, buat precedence dia-
metode ini dianggap mampu memecah- gram untuk setiap proses.
kan permasalahan pada keseimbangan Kedua, tentukan bobot posisi
lini dan menemukan solusi dengan cepat. untuk masing-masing elemen kerja yang
Tujuan penerapan line balancing berkaitan dengan waktu operasi untuk
dengan metode Helgesson-Birnie di waktu pengerjaan yang terpanjang dari
perusahaan XYZ adalah : Satu, menilai mulai operasi permulaan hingga sisa
waktu siklus produksi. Dua, menilai operasi sesudahnya.
balance delay sehingga diketahui sudah Ketiga, membuat rangking tiap
atau tidak seimbangnya lintasan pro- elemen pengerjaan berdasarkan bobot
duksi. Tiga, menilai tingkat efisiensi untuk posisi di langkah b. Pengerjaan yang
mengetahui waktu menganggur mesin mempunyai bobot terbesar diletakkan
pada lintasan produksi. pada rangking pertama. Keempat,
Sumanth (1985) menyatakan tentukan waktu siklus (CT).
bahwa efisiensi adalah perbandingan Kelima, pilih elemen operasi
dari hasil aktual yang diperoleh terhadap dengan bobot tertinggi, alokasikan ke
hasil standar yang diharapkan. Efisiensi suatu stasiun kerja. Jika masih layak
menggambarkan baik tidaknya peng- (waktu stasiun < CT), alokasikan operasi
gunaan sumber daya dalam mencapai dengan bobot tertinggi berikutnya,
tujuan. Tingkat efisiensi yang ideal namun lokasi ini tidak boleh membuat
sangat sulit dicapai maka dikenal istilah waktu stasiun > CT.
efisiensi relatif. Suatu unit dikatakan Keenam, bila alokasi suatu
efisien relatif bila unit tersebut memiliki elemen operasi membuat waktu stasiun
efisiensi lebih baik dari unit lainnya. > CT, maka sisa waktu ini (CT – ST)
Menurut Breginski dkk (2011) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi
efisiensi lintasan produksi dan minimasi dengan bobot paling besar dan
biaya operasi dapat dilakukan dengan penambahannya tidak membuat ST <
line balancing. Sritomo (1996) menjelas- CT.
kan Prosedur line balancing bertujuan Dan yang ketuju, jika elemen
untuk meminimalkan harga balance operasi yang jika di alokasikan untuk
delay dari lintasan untuk nilai waktu membuat ST < CT sudah tidak ada
siklus yang ditetapkan. Jumlah ini kembali ke langkah e.
diharapkan akan bisa pula meminimalkan
jumlah stasiun kerja. Prosedur dasar METODE
yang dilakukan adalah dengan menam- Langkah-langkah pemecahan
bahkan elemen-elemen aktivitas dengan masalah line balancing dengan meng-
setiap stasiun kerja sampai jumlahnya gunakan metode Helgesson-Birnie di
mendekati sama, tetapi tidak melebihi industri keramik ini adalah: Satu, melaku-
harga waktu siklus. kan survey pendahuluan dengan tujuan
Biasanya akan dijumpai hambat- untuk mengenal kondisi lingkungan kerja
an-hambatan dari elemen-elemen aktivi- perusahaan agar dapat dijadikan kerang-
tas yang ditempatkan dalam suatu ka dasar pemikiran pada tahaptahap
stasiun kerja. Untuk itu yang terpenting selanjutnya. Data yang diambil antara
ialah tetap memperhatikan “the prece- lain adalah data elemen kerja, data
dence constraint”. Precedence cons- waktu proses dan data hasil produksi.
traint (atau dapat diistilahkan dengan Dua, selanjutnya dilakukan perhitungan
ketentuan hubungan suatu aktivitas waktu siklus dengan menggunakan
untuk mendahului aktivitas lain) bisa metode waktu baku. Tiga, menyusun
digambarkan dalam bentuk ”precedence diagram presendence. Empat, membuat
diagram”, dimana secara sederhana matrik presendence untuk melihat
diagram ini akan dapat dimanfaatkan hubungan antar elemen kerja Lima,
sebagai prosedur dasar untuk menge- penentuan ranking untuk setiap elemen
lompokkan elemen-elemen aktivitas. kerja. Keenam, melakukan perhitungan
Langkah-langkah yang diambil dalam balance delay dan efisiensi dengan

71
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

rumus sebagai berikut : melihat hubungan pada gambar diagram


n presendence. Hasil untuk mesin powder
n.Sm   Si dapat dilihat pada Tabel 1. Matrik pre-
D i 1 ……….......(1) sencence juga dibuat untuk mesin press
n.Sm A1 dan A2..
dan Ranking Setiap Elemen Kerja,
setelah matriks precedence dibuat, bobot
n

 Si dari setiap elemen kerja dapat diperoleh


dari penjumlahan waktu pengerjaan
Eff = i 1
x100% .................(2)
n.C elemen kerja lainnya yang memiliki nilai
+1 pada masing-masing baris, Hasil dari
dimana : perhitungan secara keseluruhan, maka
D = Balance Delay dapat diperoleh ranking dari nilai bobot
Sm= Wkt paling maksimum dlm WC elemen kerja yang telah dilakukan.
N = Jumlah stasiun kerja Contoh perhitungan bobot : Pada
Si = Waktu masing-masing WC elemen kerja 1 di Matriks Precedence
(I=1,2,3,…,n) Produksi Powder, dapat terlihat bahwa
C = waktu siklus nilai hubungan antar elemen 1 dan
elemen lainnya mendapat nilai 1 maka
PEMBAHASAN bobot elemen 1 = jumlah waktu elemen
Perhitungan waktu siklus dapat kerja yang mendapat nilai 1. Untuk
dihitung dari data produksi ini jumlah bobot elemen 1 = 1500 + 2400 + 3000 +
powder dan keramik yang dihasilkan 900 + 1500 + 1800 + 3600 = 15900
pershiftnya. Jumalh actual powder yang Dengan cara yang sama dapat
dihasilkan sebanyak7,9 ton dengan 8 jam dilakukan untuk perhitungan bobot
per shift maka diperoleh: Total produksi elemen lainnya. Hasil rekapitulasi perhi-
keramik/jam = = 0,9875 Ton/jam tungan bobot elemen produksi powder
dan keramik dapat dilihat pada Tabel 2.,
Waktu siklus untuk mesin powder = Tabel 3. dan Tabel 4.
= 3645,569 detik/Ton = 3646 detik/Ton
Dengan cara yang sama ini Penentuan work center
diperoleh waktu siklus untuk mesin Penentuan work center dilakukan dari
press A1 diperoleh waktu siklus 3840 elemenyang mempunyai bobot palingg
detik/ palet dan untuk mesin press A2 tinggi di tempatkan pada stasiun 1,
sebesar 4115 detik/palet. kemudian dipilih dengan bobot terbesar
berikutnya dan dilakukan pemeriksaan
Tabel 1. Matriks Precedence mesin Powder terhadap precedence. Waktu pengerjaan
di elemen tersebut harus lebih kecil atau
Elm 1 2 3 4 5 6 7 8
sama dengan waktu siklus yang masih
1 1 1 1 1 1 1 1 bersedia.
2 -1 1 1 1 1 1 1
Tabel 2. Pembobotan Elemen Kerja Produksi
3 -1 -1 1 1 1 1 1 Powder
Pering Elemen Waktu EK
4 -1 -1 -1 1 1 1 1
Bobot
kat Kerja (det)
5 -1 -1 -1 -1 1 1 1
1 1 1500 15900
2 2 2400 14400
6 -1 -1 -1 -1 -1 1 1

-
3 3 3000 12000
7 -1 -1 -1 -1 -1 1
1 4 4 1200 9000
- 5 5 900 7800
8 -1 -1 -1 -1 -1 -1
1 6 6 1500 6900
7 7 1800 5400
Matrik precedence produksi pow- 8 8 3600 3600
der dan keramik di dihasilkan dengan

72
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tabel 4. Pembobotan Elemen Kerja Me- Waktu kumulatif elemen 1 – Waktu


sin Press A1 elemen 2 = 2146 – 2400 = -254
Tiga, apabila Perhitungan waktu
Pering Elemen Waktu EK
Bobot elemen kumulati bernilai negatif maka
kat Kerja (det) waktu elemen tersebut dipindahkan ke
1 1 2400 14940 work center selanjutnya.
2 2 960 11700 Empat, waktu work center 1=
3 4 300 11580
Jumlah Waktu kumulatif elemen yang
4 6 300 11280
bernilai Positif di work center 1 = 2146
5 8 300 10980
detik
6 9 420 10680
Dengan cara yang sama dapat
7 11 420 10260
dilakukan untuk perhitungan waktu sisa
8 12 480 9840
dan waktu work center pada work center
9 13 720 9360
selanjutnya. Rekapitulasi perhitungan
10 14 1200 8640
waktu sisa dan waktu work center pada
11 15 540 7440
work center selanjutnya pada produksi
12 16 900 6900
powder dapat dilihat pada Tabel 4.
13 17 3300 6000
14 18 2700 2700
15 10 120 420
Tabel 4. Pembentukan Stasiun Kerja
16 3 120 300
Produksi Powder dengan Metode Helgel-
17 5 120 300
son dan Birnie
18 7 120 300
Waktu Waktu
. Waktu
No. Elemen Sisa
Cek Ket WC
Tabel 3. Pembobotan Elemen Kerja Me- EK (detik) (detik)
(det)
sin Press A2 (T) (C-T)
Work center I
1 √ 1500 2146 Masuk
Pering Elemen Waktu EK 1500
Bobot 2 √ 2400 -254 Keluar
kat Kerja (det)
1 1 3000 14760 Work center II
2 √ 2400 1246 Masuk 2400
2 2 1500 10380
3 √ 3000 -1754 Keluar
3 4 300 10260
Work center III
4 6 300 9960 √ 3000
3 646 Masuk
5 8 300 9660 3000
4 √ 1200 -554 Keluar
6 9 360 9360 Work center IV
7 11 360 9000 4 √ 1200 2446 Masuk
8 12 300 8640 5 √ 1200 1246 Masuk 2400
9 13 480 8340 6 √ 1500 -254 Keluar
10 14 900 7860 Work center V
6 √ 1500 2146 Masuk
11 15 360 6960 1500
7 √ 2400 -254 Keluar
12 16 900 6600
Work center VI
13 17 3600 5700 7 √ 2400 1246 Masuk
2400
14 18 2100 2100 8 √ 3600 -2354 Keluar
15 10 120 360 Work center VII
16 3 120 300 8 √ 3600 46 Masuk 3600
17 5 120 300
18 7 120 300 Hal yang sama dilakukan untuk
pembentukan stasiun kerja untuk mesin
Contoh perhitungan waktu kumu- press A1 dan A2. Perhitungan Balance
latif dan waktu work center pada work Delay dan Effisiensi, balance Delay
center 1 adalah : Satu, waktu sisa ele- memberikan gambaran keseimbangan
men 1 = Waktu siklus – Waktu elemen 1 dari lintasan produksi sudah tercapai
= 3646 – 1500 = 2146 detik. atau belum. Jika balance delay (D) > 1,
Dua, waktu sisa elemen 2 = maka lintasan produksi yang ditetapkan

73
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

belum seimbang. Tetapi apabila balance Waktu kosong = 100% - Efisiensi


delay (D) < 1, maka lintasan produksi = 100% - 65,82%
sudah mencapai keseimbangan. Se- = 34,18 %
dangkan efisiensi merupakan peminimal- Dengan cara yang sama balance delay
an waktu kososng dari stasiun kerja. dan efisiensi mesin press A1 adalah :
Hasil perhitungan balance delay D = 0,1968
produksi powder adalah : Eff = 80,31 %
n Waktu kosong = 19,69 %
n.Sm   Si
D i 1 Sedangkan Balance Delay dan Effisiensi
n.Sm produksi keramik Press A2
D = 0,2185
Si =1500 +2400+300+2400+ Eff = 74,07 %
Waktu kosong = 25,93 %
1500+2400+3600
n. Sm = 7 x 3600
Hubungan Antar Stasiun Kerja,
berdasarkan pembagian work center
sehingga D =0,3333
menurut Helgesson dan Birnie, maka
Efisiensi dihitung dengan rumus:
n
dapat ditentukan hubungan tiap work
 Si
i 1
center yang sesuai dengan keterkaitan
setiap elemen kerja dalam work center
Eff = x100% tersebut. Gambar hubungan antar
n.C stasiun kerja produksi powder dan
16800 keramik dapat dilihat pada Gambar 1.,
= x 100% = 65,82%
7 x3646 GambarV2.VdanVGambar 3.

Work Work Work Work Work Work Work


Center I Center II Center III Center IV Center V Center VI Center VII
(1 elemen) (1 elemen) (1 elemen) (2 elemen) (1 elemen) (1 elemen) (1 elemen)

Gambar 1. Stasiun Kerja Produksi Powder yang Terbentuk dengan


Metode Helgesson dan Birnie

Work Work Work Work Work


Center I Center II Center III Center IV Center V
(3 elemen) (7 elemen) (2 elemen) (1 elemen) (4 elemen)

Gambar 2. Stasiun Kerja Produksi Keramik Press A1 yang Terbentuk


dengan Metode Helgesson dan Birnie

Work Work Work Work Work


Center I Center II Center III Center IV Center V
(1 elemen) (8 elemen) (3 elemen) (1 elemen) (5 elemen)

Gambar 2. Stasiun Kerja Produksi Keramik Press A2 yang Terbentuk


dengan Metode Helgesson dan Birnie

Dari metode Helgeson dan Birnie cil, dilakukan rangking pada elemen kerja
dikerjakan dengan membagi-bagi semua tersebut berdasarkan elemen kerja deng-
elemen kerja ke dalam stasiun kerja an bobot terbesar menjadi rangking
dengan prinsip pembagian yang didasar- pertama dan selanjutnya. Jumlah work
kan atas hubungan kerja yang dilihat dari centers pada produksi powder semula
nilai bobot. Bobot elemen kerja diurutkan ada 2 dan setelah dilakukan pengolahan
berdasarkan yang terbesar hingga terke- data dengan metode Helgenson dan

74
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Birnie jumlah work centers terbentuk DAFTAR PUSTAKA


menjadi 7. Jumlah work centers pada Bedworth, D. Integrated Production
mesin Press A1 semula ada 4 menjadi 5 Control System. New York: John
dan jumlah work centers pada Press A2 Willey and Sons Inc. 1982.
berubah dari 4 menjadi 5. Terjadi pe- Breginski,RB, MG Clato and JL Sass Jr,
nambahan jumlah work centers dari Assembly Line Balancing Using
nd
sebelum dan sesudah pengolahan dat Eight Heuristic, 22 Internasio-
untuk menyeimbangkan jalur proses nal Confrence on Production
produksi. Research, Iguazu Falls, Brazil
Waktu siklus yang digunakan 2013
pada produksi powder ialah 3646 Vincent Gaspersz, Dr, D.Sc., CFPIM,
detik/Ton dan waktu siklus yang diguna- CIQA,1998. Production Plan ning
kan pada mesin Press A1 dan di Press And Inventory Control: Berdasar-
A2 ialah 3840 detik/Palet dan 4115 kan Pendekatan Sistem Terite-
detik/Palet. Jumlah work center yang grasi MRP II dan JIT Menuju
diperoleh metode Helgeson dan Birnie Manufacturing 21, Penerbit Gra-
pada produksi powder ialah 7 work media Pustaka Utama, Jakarta.
centers , pada mesin Press A1 dan Press Dyah, Saptanti., 2008 ”Perbandingan
A2 masing-masing 5 work centers. Metode Ranked Positional
Balance Delay yang diperoleh Weight dan Kilbridge Wester Pa-
dari metode Helgeson dan Birnie pada da Permasalahan Keseim bang-
mesini powder ialah 0,3333, pada mesin an Lini Lintasan Produksi Berba-
Press A1 sebsesar dan 0,1968 di Press sis Single Model”. Bandung: ITB.
A2 ialah 0,2185. Tingkat efisiensi dan Sumanth, D.J., 1985 Productivity Engi-
waktu kosong yang diperoleh dari neering dan Management,Mc
metode Helgeson dan Birnie pada mesin Graww-Hill, Inc, USA
powder ialah 65,82% dan 34,18%. Ting- Tam, Paul Wim Ming, 1999, The use of
kat efisiensi dan waktu kosong pada enhanced positional weight
mesin Press A1 ialah 80,31% dan method for constrained resour-
19,68%. Sedangkan tingkat efisiensi dan ces project scheduling, Canadian
waktu kosong yang diperoleh dari meto- Journal of Civil Engineering,
de Helgeson dan Birnie pada mesinPress 26.2, 42-247
A2 ialah 74,07% dan 25,93%. Sritomo,2008, Ergonomi Studi Gerak dan
Waktu. Surabaya: Guna Widya.
KESIMPULAN 2008.
Kesimpulan yang diperoleh dari
pengolahan data keseimbangan lintasan
produksi di PT. XYZ adalah adanya
penambahan work centre di dalam
proses di mesin powder, Press1 dan
Press2 akibat pengelompokan elemen
kerja untuk menyeimbangkan lintasan.
Selain itu penelitian ini juga mampu
menghitung efisiensi produksi.

75
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

SISTEM REKOMENDASI: BUKU ONLINE DENGAN


METODE COLLABORATIVE FILTERING
1 2 3
Moh. Irfan , Andharini Dwi C , Fika Hastarita R.
1,2,3
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo Madura

Masuk: 5 Aril 2014, revisi masuk : 19 Juni 2014, diterima: 7 Juli 2014

ABSTRACT
The book is a source of information regarding all aspects of life, especially
education. However, low interest in reading among the public is a major issue in
education today. Recommendation systems can help recommend the reader to more
easily obtain information about the books to be read. Therefore, in this study made an
online book recommendation system using Collaborative Filtering. Collaborative Filtering
is one of the methods that can be used in making the recommendation system. The
results of this study showed that the average value of the MAE (Mean Absolute Error) on
trial 1 (1.064) is smaller than 2 trials (1.21), 4 trials (2,474) and test 5 (3.526). This shows
that the more the amount of data used and if there is a user who has never rate a, then
the resulting system is relatively inaccurate and generate recommendations if using
Collaborative Filtering bad.

Keywords: recommendation system, Collaborative Filtering, Online Book.

INTISARI
Buku merupakan sumber informasi semua aspek kehidupan khususnya
pendidikan. Namun rendahnya minat baca dikalangan masyarakat menjadi persoalan
penting di dunia pendidikan saat ini. Sistem rekomendasi dapat membantu
merekomendasikan para pembaca agar lebih mudah mendapatkan informasi mengenai
buku yang akan dibaca. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat sistem rekomendasi
buku online menggunakan metode Collaborative Filtering. Collaborative Filtering adalah
salah satu metode yang dapat digunakan dalam membuat sistem rekomendasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai MAE (Mean Absolute Error) pada uji
coba 1 (1,064) lebih kecil daripada uji coba 2 (1,21), uji coba 4 (2,474) dan ujicoba 5
(3,526). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah data yang digunakan dan
jika terdapat user yang belum pernah merating, maka sistem yang dihasilkan relatif tidak
akurat dan menghasilkan rekomendasi yang buruk jika menggunakan Collaborative
Filtering.

Kata Kunci : Sistem Rekomendasi, Collaborative Filtering, Buku Online

PENDAHULUAN efek negatif terhadap anak-anak, yakni


Buku merupakan informasi kenakalan. Sedangkan anak yang tidak
segala kebutuhan yang diperlukan, terbina minat bacanya sejak dini akan
dimulai dari iptek, seni budaya, ekonomi, menghadapi peluang yang semakin kecil
politik, sosial dan pertahanan keamanan untuk mengembangkan pengetahuan
dan lain-lain. Upaya membaca buku setinggi-tingginya. Namun berdasarkan
membuka wawasan dunia intelek laporan Bank Dunia, Indonesia
sehingga dapat mengubah masa depan merupakan negara yang memiliki minat
serta mencerdaskan akal, pikiran dan baca sangat rendah. Hal tersebut
iman. Dengan membaca buku, selain sungguh disayangkan, mengingat
pengetahuan akan semakin bertambah, sebagai negara besar, Indonesia
pribadi akan semakin kaya, yang memiliki potensi besar untuk menjadi
kesemuannya jelas akan menurunkan negara yang unggul.
1
irfan09017@gmail.com
2
, andharini.dwi.cahyani@gmail.com
76
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Rendahnya minat baca di kalangan dataset buku book crossing dengan


masyarakat menjadi persoalan penting di dilihat akurasinya menggunakan
dunia pendidikan saat ini. Untuk itu beberapa skenario, yaitu dengan
diperlukan sebuah sistem yang dapat menggunakan cold start problem dan
membantu merekomendasikan para non-cold start problem pada perhitungan
pembaca agar lebih mudah prediksinya.
mendapatkan informasi buku-buku yang
akan dibaca selanjutnya.
Sistem rekomendasi sendiri telah METODE
digunakan secara luas oleh hampir Sistem rekomendasi merupakan
semua area bisnis dimana seorang sebuah (web) alat personalisasi yang
konsumen memerlukan informasi untuk menyediakan pengguna sebuah
membuat suatu keputusan. Terdapat dua informasi daftar item-item yang sesuai
pendekatan yang umumnya digunakan dengan keinginan masing-masing
dalam membuat sitem rekomendasi, pengguna. Sistem rekomendasi
yaitu content based filtering dan menyimpulkan preferensi pengguna
collaborative filtering. Content based dengan menganalisis ketersediaan data
filtering merupakan metode yang bekerja pengguna, informasi tentang pengguna
dengan mencari kedekatan suatu item dan lingkungannya. Oleh karena itu
yang akan direkomendasikan ke user sistem rekomendasi akan menawarkan
dengan items yang telah diambil oleh kemungkinan dari penyaringan informasi
pengguna sebelumnya berdasarkan personal sehingga hanya informasi yang
kemiripan antar kontennya. Namun, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
sistem rekomendasi berbasis konten ini pengguna yang akan ditampilkan di
masih memiliki kelemahan, yaitu karena sistem dengan menggunakan sebuah
semua informasi dipilih dan teknik atau model rekomendasi.
direkomendasikan berdasarkan konten, Ada beberapa metode atau
maka pengguna tidak mendapatkan teknik yang digunakan dalam sistem
rekomendasi pada jenis konten yang rekomendasi. Setiap metode disesuaikan
berbeda. Selain itu, sistem rekomendasi dengan permasalahan dalam
ini kurang efektif untuk pengguna menghasilkan sebuah informasi yang
pemula, karena pengguna yang masih sesuai. Metode atau pendekatan yang
pemula tidak mendapat masukan dari dipilih pada sistem rekomendasi
pengguna sebelumnya. (Li, 2002) bergantung pada permasalahan yang
Pendekatan lain untuk menutup akan diselesaikan, teknik rekomendasi
kelemahan dari content based filtering yang berbeda-beda digunakan untuk
dikembangkan, yaitu collaborative aplikasi yang berbeda, dasar dari suatu
filtering. Sistem collaborative filtering tujuan dan objektif dari sebuah aplikasi.
adalah metode yang digunakan untuk Dari penelitian terbaru metode atau
memprediksi kegunaan item berdasarkan teknik rekomendasi memiliki beberapa
penilaian pengguna sebelumnya. sejumlah kemungkinan klasifikasi. (Uyun,
Collaborative Filtering dapat 2011)
digunakan untuk membuat sistem Sistem collaborative filtering
rekomendasi, akan tetapi perhitungan adalah metode yang digunakan untuk
dalam algoritma sangat bergantung pada memprediksi kegunaan item berdasarkan
hasil rekomendasi. Seperti halnya penilaian pengguna sebelumnya,
skenario yang digunakan dalam misalnya cara pemberian rating terhadap
perhitungan similarity, antara metode suatu item (Lam, 2004).Metode ini
pearson correlation dan adjusted cosine merekomendasikan item-item yang dipilih
similarity memberikan hasil yang oleh pengguna lain dengan kemiripan
berbeda. Berdasarkan beberapa model item dari pengguna saat
kelebihan dari metode collaborative ini.Walaupun dalam beberapa riset
filtering, pada penelitian ini metode ini collaborative filtering terbukti dapat
diterapakan pada pembuatan sistem menutupi beberapa kekurangan
rekomendasi buku online menggunakan pendekatan content based dan banyak

77
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

diimplementasikan dalam aplikasi nyata, Keterangan:


namun pendekatan ini memiliki beberapa sim(k,l) adalah nilai similarity antara item
kekurangan, antara lain: (Uyun, 2011) k dan item l
Cold-start problem, karena pendekatan m adalah jumlah total user yang
collaborative filtering melakukan prediksi merating item k dan item l
berdasarkan rating yang diberikan user Rk dan Rl adalah rating rata-rata pada
pada item, maka menjadi suatu masalah item k dan item l
ketika suatu item baru masuk ke dalam
sistem dan belum di-rating sama sekali Ru , k dan Ru ,l adalah rating yang
oleh user. Akibatnya item tersebut tidak diberikan oleh user u kepada item k dan
akan pernah direkomendasikan kepada item l
user. Adjust Cosine Similarity. Cosine
Sparsity, untuk ukuran data yang besar, similarity merupakan metode yang sering
banyak item yang baru sedikit di-rating digunakan untuk menghitung kesamaan
oleh user, akibatnya item tersebut pengguna, tetapi metode ini memiliki satu
memiliki nilai prediksi yang relatif tidak kekurangan. Perbedaan skala rating
akurat dan menghasilkan rekomendasi antara berbagai pengguna akan
yang buruk. menghasilkan simarity yang sangat
Salah satu metode sistem berbeda. Sebagai contoh, user A
rekomendasi adalah collaborative merating buku terbaik dengan rating 4
filtering. Berikut ini adalah tahap-tahap dan tidak pernah member rating 5 pada
memberikan rekomendasi menggunakan buku apapun, dan member rating 1 pada
collaborative filtering. buku terjelek, tidak sesuai dengan tingkat
Dasar perhitungan similarity standar rating yaitu 2. Tetapi user B
pada item-based collaborative filtering selalu merating sesuai dengan tingkat
antara dua buah item i dan j adalah standar, member rating 5 pada buku
dengan mencari user mana saja yang terbaik, dan 2 pada buku yang jelek. Jika
telah memberi rating pada item i dan j menggunakan cosine similarity,
lalu gunakan metode perhitungan keduanya sangat berbeda. Adjusted
similarity. Pada ICHM terdapat dua buah cosine similarity mengatasi kelemahan
matriks, matriks group-rating dan matriks dari cosine similarity. (Djamal, 2010)
item-rating, maka perhitungan similarity Metode Cosine similarity dapat
juga dilakukan untuk masing-masing ditunjukkan oleh Persamaan

 Ru ,k  Ru Ru ,l  R u 
matriks lalu hasilnya digabungkan untuk m
perhitungan prediksi.
Metode pearson correlation- simk , l   u 1

 Ru ,k  R u   Ru ,l  R u 
m 2 m 2
based similarity merupakan metode
perhitungan berbasis korelasi yang u 1 u 1
paling banyak diimplementasikan untuk Keterangan:
perhitungan nilai similarity. Korelasi sim(k,l) adalah nilai similarity antara item
Pearson mengukur seberapa besar k dan item l
hubungan linear antara dua variabel. m adalah jumlah total user yang merating
Koefisien korelasi Pearson berasal dari item k dan item l
model regresi linier yang memiliki asumsi Ru adalah rating yang diberikan oleh
yaitu bahwa hubungan antara dua
user u pada semua item
variabel harus linier, dengan kesalahan
harus independen dan memiliki distribusi R u, k dan Ru ,l adalah rating yang
probabilitas dengan mean 0 dan varians diberikan oleh user u kepada item k dan
(berdistribusi Normal (0,1). (Li, 2002) item l
Metode pearson correlation-based Menghitung Prediksi dengan Non
similarity ditunjukkan oleh Persamaan Cold Start Problem. Metode weighted

m
Ru,k  Rk Ru,l  R l  average of deviation yang didapat dari
simk , l   u 1 rata-rata item yang telah dirating

Ru ,k  R k  Ru ,l  R l 
m 2 m 2 merupakan metode yang digunakan
  untuk prediksi rating pada item k yang
u 1 u 1

78
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

telah dirating. Rumus berikut ini N


 Pu ,i  Ru ,i
merupakan perhitungan prediksi rating u 1
MAE 
pada item l untuk user u. N
n

l 1
Ru,l  Rl  sim(k , l )
Pu ,k  Rk  Dimana Pu,i adalah prediksi rating user u
n
 | sim(k , l ) | untuk item i dan Ru,i adalah nilai rating
i 1 sebenarnya yang telah diberikan oleh
user u untuk item i.
Keterangan:
Pu,k adalah prediksi rating item k untuk PEMBAHASAN
user u Dalam penelitian ini dilakukan
n adalah jumlah rated item user u beberapa pengujian, hasil pengujian
Ru , l adalah rating dari user u untuk item l yang diperoleh tersebut adalah sebagai
berikut:
Rk dan Rl adalah rating rata-rata untuk
Pada uji coba 1 dilakukan
item k dan item l pengujian dengan data yang digunakan
Sim(k,l) adalah nilai similarity antara item sebanyak 5 user dan 5 buku dengan
k dengan seluruh rated item active user besarnya rating yang berfariasi. Dari
hasil uji coba 1 dapat disimpulkan bahwa
Cold Start Problem. Metode hasil prediksi yang dihasilkan oleh sistem
perhitungan prediksi pada non cold-start cukup akurat dan sama hasilnya dengan
problem yaitu weighted average of prediksi manual yang dihitung oleh
deviation masih kurang dapat Microsoft Excel, ini juga di buktikan oleh
diimplimentasikan pada masalah item kecilnya MAE yang diberikan oleh
baru yang belum dirating karena Rk yang sistem.
merupakan nilai rata-rata pada item k
akan bernilai nol (karena belum ada yang Tabel 1 Tabel rating user terhadap buku
memberi rating). Oleh karena itu User
digunakan metode weighted sum untuk 1 2 3 4 5
menghitung prediksi rating pada kasus 1 3 0 8 4 5
item baru. Berikut rumus perhitungannya 2 5 8 7 3 7
pada persamaan Buku 3 7 4 0 7 6
4 8 7 9 9 8
n 5 10 3 8 3 7
 Ru ,l  sim(k , l )
l 1
Pu ,k  Rk  n Langkah pertama adalah mencari nilai
 | sim(k , l ) | rata-rata rating dari setiap buku.
l 1
Keterangan:
Tabel 2 Tabel rata-rata rating
Pu,k adalah prediksi rating item k untuk
user u User
n adalah jumlah rated item user u rata-rata
1 2 3 4 5 rating
Ru ,l adalah rating diberikan user u
1 3 0 8 4 5 4
kepada item l 2 5 8 7 3 7 6
Sim(k,l) adalah nilai similarity antara item Buku 3 7 4 0 7 6 4,8
k dengan seluruh rated item ke-l 4 8 7 9 9 8 8,2
5 10 3 8 3 7 6,2
Akurasi sistem rekomendasi
dilihat berdasarkan nilai mean absolute Langkah kedua adalah mencari nilai
error (MAE)., yaitu rata-rata dari error rating – (rata-rata rating) lalu
yang di absolutkan. Dimana error dikuadratkan.
merupakan selisih dari nilai rating Langkah ketiga adalah mencari
2
sebenarnya dengan nilai rating hasil jumlah dari nilai rating-(rata-rata rating)
prediksi. Berikut adalah perhitungan MAE perbuku dan selanjutnya diakarkan.
yang ditunjukkan oleh Persamaan. Terlihat seperti pada Tabel 3.

79
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tabel 3 Tabel jumlah rating- Tabel 5 Hasil prediksi manual uji coba 1
2
(rata-rata rating) perbuku menggunakan M. Excel
Sum (rating- Akar Sum Hasil User
(rata-rata (rating-(rata- Prediksi
2 2 1 2 3 4 5
rating) ) rata rating) )
1 3,86 1,81 6,71 3,41 4,185
34 5,830952 2 5,23 7,39 7,3 3,86 6,163
16 4 Buku 3 6,03 5,02 1,55 5,49 4,82
34,8 5,899152 4 8,13 6,00 9,88 8,79 8,178
5 7,83 3,43 8,60 4,26 6,852
2,8 1,67332
38,8 6,228965 Tabel 6 Hasil MAE sistem uji coba 1
MAE
Langkah keempat menhitung similariy
antar buku dengan persamaan rumus Buku 1 1,07
dibawah. Terlihat seperti pada Tabel 5. Buku 2 0,57
Buku 3 1,24


m
Ru,k  Rk Ru,l  R l  Buku 4 0,48
simk , l   u 1 Buku 5 0,92
m

u 1
Ru,k  R k  2 m

u 1
Ru,l  R l  2

Keterangan:
sim(k,l) adalah nilai similarity antara item
k dan item l
m adalah jumlah total user yang
merating item k dan item l
Rk dan Rl adalah rating rata-rata pada
item k dan item l
Ru , k dan Ru ,l adalah rating yang
diberikan oleh user u kepada item k dan
item l
Tabel 4 Tabel similarity
Sim(1,1) 1
sim(1,2) -0,085749293
sim(2,3) -0,593305566
sim(3,4) -0,182349202
sim(4,5) 0,17269415
sim(1,3) -0,494219459
sim(1,4) 0,819920062
sim(1,5) 0,468051455
sim(2,4) -0,597614305
sim(2,5) 0,080270162
sim(3,5) -0,103413708

Setelah diketahui nilai dari similarity antar


buku, langkah selanjutnya adalah
menghitung nilai prediksi buku terhadap
user. Hasil dari prediksi manual dapat Gambar 1. Hasil prediksi sistem uji coba
diimplimentasi kedalam Tabel 5. 1

80
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Pada uji coba 2 dilakukan uji Langkah kedua adalah mencari nilai
coba dengan data sebanyak 5 user dan 5 rating – (rata-rata rating) lalu
buku dengan besarnya rating yang dikuadratkan.
berfariasi dan terdapat user baru yang
belum pernah merating sama sekali. Dari Langkah ketiga adalah mencari jumlah
2
hasil uji coba 2 dapat disimpulkan bahwa dari nilai rating-(rata-rata rating) perbuku
hasil prediksi yang dihasilkan oleh sistem dan selanjutnya diakarkan. Terlihat
cukup akurat dan sama hasilnya dengan seperti pada Tabel 9. dibawah ini
prediksi manual yang dihitung oleh
Microsoft Excel, ini juga d buktikan oleh Tabel 9 Tabel jumlah rating-(rata-rata
2
kecilnya MAE yang diberikan oleh rating) perbuku
sistem. Apabila ada salah satu user yang Sum
belum pernah merating sama sekali (rating- Akar Sum
maka sistem tetap akan memberikan (rata-rata (rating-(rata-
2 2
rekomendasinya terhadap user tersebut rating) ) rata rating) )
berdasarkan hasil dari nilai rating yang 44 6,63325
diberikan oleh user lain yang telah
merating. 41,2 6,418723
49,2 7,014271
Tabel 7 Tabel rating user terhadap buku 57,2 7,563068
uji coba 2
66,8 8,173127
User
1 2 3 4 5 Langkah keempat menhitung similariy
1 3 0 8 4 0
antar buku dengan persamaan rumus
(2.1). Terlihat seperti pada tabel 4.10
2 5 8 7 3 0
Buku 3 7 4 0 7 0
4 8 7 9 9 0
m
 Ru,k  Rk Ru,l  R l 
5 10 3 8 3 0 simk , l   u 1
m

u 1
Ru ,k  R k 
2 m

u 1
Ru ,l  R l 
2

Langkah pertama adalah mencari nilai


rata-rata rating dari setiap buku. Terlihat
seperti pada Tabel 8 dibawah ini Keterangan:
sim(k,l) adalah nilai similarity antara item
Tabel 8 Tabel rata-rata rating k dan item l
User m adalah jumlah total user yang
rata- merating item k dan item l
rata Rk dan Rl adalah rating rata-rata pada
1 2 3 4 5 rating item k dan item l
1 3 0 8 4 0 3 Ru , k dan Ru ,l adalah rating yang
2 5 8 7 3 0 4,6
diberikan oleh user u kepada item k dan
Buku 3 7 4 0 7 0 3,6
item l
4 8 7 9 9 0 6,6
5 10 3 8 3 0 4,8

(3  3)(5  4,6)  (0  3)(8  4,6)  (8  3)(7  4,6)  (4  3)(3  4,6)  (0  3)(0  4,6)
sim1,2 
((3  3)  (0  3)  (8  3)  (4  3)  (0  3)) 2 ((5  4,6)  (8  4,6)  (7  4,6)  (3  4,6)  (0  4,6) 2 )
(0)  (10,2)  (12)  (1,6)  (13,8)
sim1,2 
( (0)  (3)  (5)  (1)  (3) )( ((0,4)  (3,4)  (2,4)  (1,6)  (4,6))

sim1,2 
14
sim1,2 
14
44  41,2 6,63325  6,41872
sim1,2  0,328816112

81
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tabel 10 Tabel similarity Tabel 12 Hasil MAE dari uji coba 2

Sim(1,1) 1 MAE
sim(1,2) 0,328816112 Buku 1 1,37
sim(2,3) 0,115497394 Buku 2 1,23
sim(3,4) 0,531579889 Buku 3 1,12
sim(4,5) 0,672987635 Buku 4 0,96
- Buku 5 1,46
sim(1,3) 0,107463533
sim(1,4) 0,657793514 Pada uji coba 3 dilakukan
pengecekan terhadap sistem dengan
sim(1,5) 0,627139777 menggunakan perbandingan terhadap
sim(2,4) 0,704497544 perhitungan manual pada Microsoft
sim(2,5) 0,545166541 Excel. Data yang digunakan sebanyak 5
user dan 6 buku dengan besarnya rating
sim(3,5) 0,289559158
yang berfariasi dan terdapat buku baru
yang belum pernah dirating sama sekali.
Setelah diketahui nilai dari similarity antar Dari hasil uji coba 3 dapat disimpulkan
buku, langkah selanjutnya adalah bahwa apabila terdapat buku baru dan
menghitung nilai prediksi buku terhadap belum pernah dirating sama sekali oleh
user. Dapat diimplimentasi kedalam user maka buku tersebut tidak akan
Tabel 11 direkomendasikan oleh sistem.
Tabel 11 Hasil prediksi manual uji coba 2
menggunakan M. Excel
Hasil User
Prediksi
1 2 3 4 5
1 4,450 1,974 6,587 3,205 -1,217
2 6,312 5,25 7,2 4,537 -0,325
Buku 3 6,386 3,994 2,789 4,836 -0,659
4 8,559 6,550 8,736 7,308 1,8456
5 7,142 4,339 7,421 4,97 0,1192

\\

Gambar 3. Buku baru tidak pernah


dirating
Gambar 2. Hasil prediksi sitem uji coba 2

82
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Pada uji coba 4 dilakukan


pengecekan terhadap sistem dengan
menggunakan data yang digunakan
sebanyak 10 user dan 5 buku dengan
besarnya rating yang berfariasi. Dari
hasil uji coba 4 dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak user yang
menggunakan sistem maka hasil dari
prediksi yang dihasilkan kurang akurat. Gambar 5 Hasil MAE uji coba 1,2,3,4 dan
5

KESIMPULAN
Metode collaborative filtering
dapat diimplementasikan dalam
pembuatan sistem rekomendasi buku
dengan melihat kedekatan buku
berdasarkan nilai rating. Metode ini
lemah ketika diimplementasikan pada
buku baru yang belum pernah dirating
sama sekali. Hasil prediksi rating setiap
buku untuk masing-masing user dengan
menggunakan metode collaborative
filtering kurang baik. Hal ini ditunjukkan
berdasarkan rata-rata nilai MAE (Mean
Absolute Error) buku pada uji coba 1
yakni 1,064 lebih kecil dari pada uji coba
2 yakni 1,21, uji coba 4 yakni 2,474 dan
ujicoba 5 yakni 3,526. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak
jumlah data yang digunakan dan jika
terdapat user yang belum pernah
merating, maka sistem yang dihasilkan
relatif tidak akurat dan menghasilkan
rekomendasi yang buruk. Oleh karena itu
pada penelitian selanjutnya, metode
collaborative filtering diharapkan agar
Gambar 4 Hasil prediksi kurang akurat diimplementasikan pada data yang
memiliki item yang banyak dirating oleh
Pada uji coba 5 dilakukan user. Apabila terdapat data yang banyak
pengecekan terhadap sistem dengan dan memiliki item baru yang sedikit di-
menggunakan data yang digunakan rating oleh user, maka diharapkan
sebanyak 5 user dan 10 buku dengan menggunakan metode yang lebih baik
besarnya rating yang berfariasi. Pada dari collaborative filtering, misalnya
Tabel 4.27 digambarkan besarnya rating adalah ICHM (Item-Based Clustering
yang diberikan oleh user terhadap 5 Hybrid Method). ICHM (Item-Based
buah buku. Dari hasil uji coba 5 dapat Clustering Hybrid Method) adalah salah
disimpulkan bahwa semakin banyak satu metode yang menggunakan
data, dalam hal ini adalah buku yang pendekatan hybrid atau menggabungkan
digunakan sebanyak 10 dan jika kedua pendekatan yaitu Content Based
dibandingkan dengan percobaan 1 yaitu Filtering dan Collaborative Filtering.
5 buku maka hasil rekomendasi yang
dihasilkan kurang baik. DAFTAR PUSTAKA
Djamal, A Rhamadanus. Maharani,
Warih dan Kurniati, Angelina

83
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Prima (2010). Analisis dan


Implementasi Metode Item-
Based Clustering Hybrid Pada
Recomender Sytem.
Lam, S. And Riedl, J. (2004). Shilling
recommender systems for fun
and profit. In Proceedings of the
13th InternationalWWW
Conference. New York..
Li, Qing and Kim, Byeong Man 2002. An
Approach for Combining
Content-based and Collaborative
Filters. Departement of Computer
Sciences, Kumoh National
Institute of Technology.
Sarwar, Badrul et al. 2001. Item-based
Collaborative Filtering
Recommender System
Algorithm. GroupLens Research
Group/Army HPC Research
Center, Department of Computer
Science and Engineering,
University of Minnesota.
Mienneapolis.
Uyun, S. Fahrurrozi, I. dan Mulyanto, A.
2011. Item Collaborative Filtering
untuk Rekomendasi Pembelian
Buku secara Online. JUSI, Vol. 1,
No. 1 ISSN 2087-8737

84
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PERBANDINGAN METODE SOM (SELF ORGANIZING MAP) DENGAN


PEMBOBOTAN BERBASIS RBF (RADIAL BASIS FUNCTION)
1 2 3
Andharini Dwi Cahyani , Bain Khusnul Khotimah , Rafil Tania Rizkillah
1,2,3
Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo, Madura

Masuk: 16 April 2014, revisi masuk : 12 Juni 2014, diterima: 8 Juli 2014

ABSTRACT
In many clustering systems many methods was used to cluter-ization, one of
which is the SOM (Self Organizing Maps). In our study we used two approaches. The
first approach was a lawyer-cluster's using SOM-RBF used in the training data and
could be expected to result in better cluster. And the second approach clustering was
used of SOM.Comparison of both methods is based on the application of the data
derived from the dataset movielens.org site. Comparative assessment using three
scenarios, namely the MSE as a stop condition on the running time, the MSE as the
stop condition of the epoch and the learning rate, and MSE as the stop condition of
the actual value of the MSE. With this running time is detected which is more rapid
approach to the time span for extracting training data. Based on the results of
experiments performed using 500 data, which is applied to clusters 3 and 4 lead to
the conclusion that the first approach has the value of MSE is actually closer to the
absolute value of MSE as compared to the second approach.

Keywords: SOM, Running Time, Clustering, SOM-RBF

INTISARI
Pada sistem clustering banyak metode yang digunakan untuk cluter-isasi,
salah satunya adalah SOM (Self Organizing Maps). Dalam penelitian ini kami
menggunakan 2 pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah peng-cluster-an
menggunakan SOM-RBF yang digunakan pada pelatihan data dan diduga dapat
menghasilkan cluster yang lebih baik. Dan pendekatan kedua peng-cluster-an
menggunakan SOM. Perbandingan kedua metode didasarkan pada penerapan pada
data yang berasal dari dataset situs movielens.org. Penilaian perbandingan
menggunakan 3 skenario, yaitu MSE sebagai kondisi stop terhadap running time, MSE
sebagai kondisi stop terhadap epoch dan learning rate, dan MSE sebagai kondisi
stop terhadap nilai MSE yang sebenarnya. Dengan running time tersebut terdeteksi
pendekatan yang lebih cepat rentang waktunya untuk mengekstraksi data latih.
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan menggunakan 500 data, yang diterapkan
pada 3 dan 4 cluster menghasilkan kesimpulan bahwa pendekatan pertama
mempunyai nilai MSE sebenarnya yang lebih mendekati nilai absolut MSE
dibandingkan dengan pendekatan kedua.

Kata Kunci : SOM, Running Time, Clustering, SOM-RBF.

PENDAHULUAN Indonesia masih kurang. Dapat dilihat


Sebagai sumber ilmu yang dari perpustakaan, atau pada peminjaman
mudah didapatkan, buku tidaklah asing buku lainnya. Hanya beberapa orang
lagi bagi kehidupan kita.Kita dapat yang membaca buku, serta
mengatahui segala pengetahuan dar meminjamnya. Para ahli yang
membaca buku. Namun kesadaran melakukan penelitian, berpendapat
terhadap minat baca di masyarakat bahwa hanya sekitar 10% masyarakat

85
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Indonesia yang dapat mengakrabkan penelitian ini adalah : (1).


dirinya dengan kebiasaan membaca. Menggunakan 2 pendekatan, yakni
Sisanya mereka sangat jarang sekali pendekatan pertama dengan metode
membaca. SOM-RBF dan pendekatan kedua
Dalam upaya meningkatkan dengan menggunakan metode SOM.
kesadaran minat untuk membaca buku, (2).Sistem menggunakan PHP Web.
diperlukan adanya teknik khusus dalam (3). Data yang digunakan merupakan
hal membaca dan peminjaman buku. sample dataset yang berasal dari situs
Yakni dengan adanya sistem yang dapat internet, yaitu movielens.org. (4). Data
membantu seseorang mempermudah yang digunakan sebanyak 500 data,
menemukan buku yang lain, yang dengan 3 kriteria. Yaitu, frekuensi
disebut dengan sistem rekomendasi. peminjaman buku, tahun penerbitan
Pada sistem perekomendasian terdapat buku, serta harga sewa tiap buku.
metode yang dapat menghasilkan Dalam Kaira [Kahira, 2012],
sebuah rekomendasi, salah satunya menggunakan metode SOM dan K-
adalah clustering. Banyak metode yang Means untuk memperoleh karakteristik
digunakan untuk cluterisasi, data ketahanan pangan kabupaten di
salahsatunya adalah SOM (Self wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Organizing Maps). Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dari
Dalam penelitian menggunakan hasil percobaan menggunakan SOM,
2 pendekatan. Pendekatan yang ditemukan bahwa clustering data
pertama adalah peng-cluster-an ketahanan pangan yang memiliki index
menggunakan SOM-RBF yang davies bouldin minimal adalah ukuran
digunakan pada pelatihan data dan cluster 3, learning rate 0.5, penurunan
diduga dapat menghasilkan cluster learning rate 1, epoch 100
yang lebih baik. Dalam pendekatan menghasilkan index davies bouldin
kedua, menggunakan metode SOM, sebesar 2.696. Dari hasil percobaan
dengan interaksi fitur didalamnya yang ada, dapat disimpulakn bahwa
menggunakan unsupervised learning. Provinsi Nusa Tenggara Timur berada
Perbandingan kedua metode pada cluster yang meiliki status rawan
didasarkan pada penerapan pada data pangan. Provinsi Nusa Tenggar Barat
latih yang berasal dari database. termasuk dalam cluster dengan kondisi
Penilaian perbandingan menggunakan yang agak rawan pangan. Provinsi Bali
running time. Dimana dengan running berada pada cluster dengan kondisi
time tersebut terdeteksi pendekatan ketahanan pangan terjamin.
manakah yang lebih cepat rentang Riyandwayana, 2012 mengatakan
waktunya untuk mengekstraksi data dalam penelitiannya menggunakan
latih. metode SOM untuk mengklaster data
Perumusan masalah dalam pada Badan Perpustakaan Dan
penelitian ini adalah : (1). Cara mencari Kearsipan (BAPERSIP) Provinsi
centroid pada metode Self Organizing Jawa Timur. Dari hasil implementasi,
Map. (2). Bagaimana cara menerapkan data dapat ter-cluster dengan 3
pendekatan metode SOM-RBF dan kriteria, yaitu PNS, Mahasiswa,
pendekatan metode SOM untuk pola Swasta.
Clustering pada sistem.(3). Bagaimana Damayanti dalam penelitiannya
cara membandingkan 2 pendekatan menggunakan metode SOM berbasis
dengan menggunakan running time. RBF untuk mengolah data penyakit
Penelitian ini bertujuan untuk : (1). jantung yang terjadi pada frekuensi,
Mencari centroid pada metode Self keteraturan, tempat asal denyut atau
Organizing Map.(2). Penerapan konduksi impuls listrik jantung. Metode
pendekatan metode SOM-RBF dan yang digunakan jaringan saraf Radial
pendekatan metode SOM pada Basis Function (RBF) dan Kohonen Self
sistem.(3). Membandingkan 2 Organizing Maps (SOM) sebagai salah
pendekatan dengan running time. satu metode diagnosis kelainan jantung
Beberapa pembatasan dalam dari rekaman ECG. Dalam berisi fitur

86
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

yang diambil dari teknik preprocessing. parameter σ>0, 1>β>0


Penilaiannya terletak pada akurasi 3. Inverse Multi-Quadric
pengenalan rata-rata dan jumlah Function
pelatihan sampel yang diperlukan.  (r)  (r 2   2 ) 1 / 2
Dalam Penelitian ini juga melakukan
parameter σ>0
analisis kesalahan untuk menentukan
4. Generalized Inverse Multi-
benar tidaknya menggabungkan
Quadric Function
pengklasifikasi.
 (r)  (r 2   2 )
METODE parameter σ>0, 1>α>0
Radial Basis Function (RBF) 5. Thin Plate Spline Function
ini pertama kali diteliti oleh Powell pada  (r)  r 2 ln(r)
tahun 1985 yang dikenalkan sebagai
6. Cubic Function
solusi dari masalah ‘real multivate
interpolan sistem’. Konstruksi bentuk  (r)  r 3
dasar dari Radial Basis Function 7. Linier Function
(RBF) mempunyai 3 layer dengan  (r)  r
aturan yang berbeda. Layer pertama
disebut input layer yang disusun
sebagai source nodes (sensory unit). Langkah 3 : Nyatakan ke dalam matriks
Layer kedua hanya berisi hidden layer G dengan baris dan kolom.
pada jaringan, melakukan perpindahan Langkah 4 : Hitung keluaran bobot
input space ke hidden space. Pada dengan rumus berikut:.
kebanyakan aplikasi hidden space
mempunyai dimensi yang tinggi.

W  G  d  GT G 
1
GT d
Layer ketiga adalah output layer yang Dengan ѿ adalah matriks bobot
merupakan linear layer [Damayanti, pelatihan, Ф+ adalah pseudo invers
2012]. Algoritma Radial Basis matriks Gaussian, dan d adalah vektor
Function (RBF) [Jariah, 2011], adalah : target (center).
Langkah 1 : Inisialisasi center dan Langkah 5 : Menghitung output RBF
Lebar (standar deviasi) secara dengan menggunakan persamaan:.

y ( x)   wi G x  ci   b
random j

Langkah 2 : Hitung Nilai Fungsi


Gauss, seperti pada persamaan: i 1

 x  ci
2

ij  x  ci   exp    Self Organizing Map (SOM)
 2 2j  merupakan perluasan dari jaringan
  kompetitif yang sering disebut dengan
Dengan x adalah input, c i pusat jaringan kohonen.Jaringan ini
data ke-i, i= 1,2,3,…..,n dan σj2 menggunakan metode unsupervised
adalah standar deviasi ke-j, j = learning, yang artinya suatu lapisan
1,2,3,……,n dengan n adalah yang berisi neuron-neuron akan
banyak pusat data menyusun dirinya sendiri berdasarkan
[Heriyanto,2013]. input nilai tertentu dalam suatu
Selain fungsi Gaussian, fungsi kelompok. Selama proses tersebut,
aktivasi lain yang berbasis radial dan cluster yang memiliki jarak paling dekat
yang biasa diterapkan sebagai berikut dengan pola input akan terpilih sebagai
[Riyandwayana, 2012] : pemenang dan beserta neuron
1. Multi-Quadric Function tetangganya akan memperbaiki
 (r)  (r 2   2 )1 / 2 bobotnya. SOM memperlihatkan
karakteristik :
parameter σ>0 1. Kompetisi, yaitu setiap vektor bobot
2. Generalized Multi-Quadric saling berlomba untuk menjadi
Function simpul pemenang.
 (r)  (r 2   2 ) 

87
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

2. Kooperasi, yaitu setiap simpul lapisan input menuju neuron ke-i lapisan
pemenang bekerjasama dengan output [Faza, 2012].
lingkungannya. Berikut algoritma SOM yang aka
3. Adaptasi, yaitu perubahan simpul diterapkan pada program adalah [Faza,
pemenang dan lingkungannya 2012] :
Step-0 Inisialisasi bobot W ij Tetapkan
Metode SOM bertujuan untuk parameter cluster (m) dan parameter
mengkluster suatu vektor-vektor input laju peatihan (α).
berdasarkan bagaimana mereka Step-1 Selama syarat berhenti salah,
mengelompok sesuai dengan lakukan langkah-langkah dibawah ini :
karakteristik inputnya. Learning SOM Langkah (i). Untuk setiap vektor
bekerja dengan cara menggabungkan masukan X, lakukan beberapa
proses competitive layers dengan langkah dibawah ini :
topologi vektor-vektor input yang Langkah (a). Untuk Setiap j, hitung
dimasukkan dalam proses iterasi. Euclidean Distance dengan
Jaringan SOM terdiri dari 2 lapisan persamaan (5):
D( j )  i wij  xi  .......................(5)
2
(layer), yaitu lapisan input dan lapisan
output. Setiap neuron dalam lapisan
input terhubung terhubung dengan setiap Langkah (b). Cari indeks j sedemikian
neuron pada lapisan output. Setiap sehingga D(j) minimum
neuron dalam lapisan output Langkah (c). Untuk semua unit j didalam
merepresentasikan kelas dari input yang ketetanggan j, dan untuk semua I,
hitunglah:
 ..
diberikan. Selama proses penyusunan
diri, cluster yang memiliki vektor bobot wij (baru)  wij (lama)   xi  wij (lama) (6)
paling cocok dengan pola input (memiliki
Rumus (6) merupakan rumus untuk
jarak paling dekat) akan terpilih sebagai
memperbarui bobot.
pemenang. Neuron menjadi pemenang
Langkah (ii). Perbarui laju belajar.
beserta neuron-neuron tetangganya
Langkah (iii). Kurangi jari-jari
akan memperbaiki bobot-bobotnya.
ketetanggan topologis dengan
Apabila kita ingin membagi data-data
pencacahan tertentu.
menjadi k-cluster, maka lapisan
Langkah (iv). Uji syarat berhenti. Bila
kompetitif akan terdiri atas k buah
benar, maka berhenti.
neuron (Gambar 1).
MSE (Mean Squared Error) adalah
metode lain untuk mengevaluasi metode
peramalan. Masing-masing kesalahan
atau sisa dikuadratkan. Kemudian
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah
observasi. Pendekatan ini mengatur
kesalahanperamalan yang besar karena
kesalahan-kesalahan itu dikuadratkan.
Suatu teknik yangmenghasilkan
Gambar 1. Jaringan Kohonen SOM kesalahan moderat mungkin lebih baik
untuk salah satu yang memiliki
Seperti yang diperlihatkan dalam kesalahan kecil tapi kadang-kadang
gambar 1, dimisalkan bahwa terdapat 2 menghasilkan sesuatu yang sangat
unit input (P1 dan P2), yang akan besar. Berikutini rumus untuk
dibentuk kedalam 3 cluster neuron menghitung MSE[FMIPA UNS, 2012] :
lapisan output (Y1, Y2, Y3). Selanjutnya ( y  y' ) 2
neuron-neuron tersebut akan MSE   ( ) .........(7)
memperbaiki bobotnya masing-masing, t 1 n
sebagai bobot W ij. Dalam hal ini, bobot Perhitungan Mean Squared Eror
W ij mengandung pengertian bobot yang (MSE) berfungsi sebagai pengukur
menghubungkan neuron ke-j pada kesalahan pembentukan bobot akibat

88
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

keacakan data selama proses training, Tabel 1. Hasil uji coba skenario 1
dimana keackan data ini akan
mempengaruhi akurasi data yang Cluster
dihasilkan. Selain itu MSE juga Learning
SOM-RBF SOM
berfungsi sebagai ambang batas pada rate
3 4 3 4
proses komputasi. Dengan 0.3 8.1707 s 14.371 s 6.8605 s 8.1407 s
menggunakan fungsi akar kuadarat dari
0.5 6.5311 s 8.3941 s 7.0558 s 8.3855 s
Euclidean Distance antara bobot awal
0.8 7.1383 s 8.1351 s 6.6406 s 8.0376 s
epoch dengan epoch sampai memenuhi
nilai optimal yang telah ditentukan 1 7.0149 s 8.3505 s 6.8438 s 7.9801 s
(Wahyuningrum, 2012). Average 7.2138 s 9.8128 s 6.8501 s 8.1359 s

PEMBAHASAN 20
Pada uji coba ini, peneliti
menggunakan 500 data untuk 15 SOM-RBF
mengetahui perbandingan antara dua Cluster 3
10
pendekatan, yaitu pendekatan pertama SOM-RBF
dengan metode SOM-RBF dan 5 Cluster 4
pendekatan kedua dengan metode SOM
saja. Serta dengan kondi stop yaitu 0
MSE<=0.001. 0,3 0,5 0,8 1
Uji coba ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui pendekatan manakah Gambar 2. Hasil uji coba skenario 1
yang lebih baik. Uji coba dilakukan pada SOM-RBF
3 skenario, yaitu : (1). Menggunakan
parameter MSE sebagai kondisi stop 10
8 SOM
terhadap running time. (2). Cluster
Menggunakan parameter MSE sebagai 6
3
kondisi stop terhadap epoch dan 4
SOM
learning rate. (3). Menggunakan 2
Cluster
parameter MSE sebagai kondisi stop 0 4
terhadap MSE yang sebenarnya. 0,3 0,5 0,8 1
Pada uji coba ini data yang
digunakan adalah data yang sama
Gambar 3. Uji coba skenario 1 SOM
sebayak 500 data. Dan akan dilakukan
pada 3 skenario. Kriteria yang Pada Gambar 2 menunjukkan dari
digunakan sama seperti pada sistem, hasil uji coba skenario 1 pada
yaitu frekuensi peminjaman buku, tahun pendekatan pertama dan Gambar 3
penerbit buku, dan harga sewa buku. menunjukkan dari hasil uji coba skenario
Jumlah cluster dan bobot awal yang 1 pada pendekatan kedua. Menurut
sama dengan batasan jumlah cluster grafik pada pendekatan pertama dan
yang digunakan adalah 3 dan 4 cluster. kedua terlihat bahwa semakin banyak
Kondisi stopnya adalah MSE = 0.001. cluster yang dihasilkan, maka waktu
Dan learning rate dibatasi antara 0.3, yang dibutuhkan juga semakin lama.
0.5, 0.8, dan 1. Jika dirata-rata dan dibandingkan antara
Pada Tabel 1 menunjukkan tentang kedua pedekatan tersebut maka dapat
hasil uji coba skenario pertama dengan ditarik kesimpulan bahwa untuk running
parameter MSE sebagai kondisi stop time pendekatan pertama membutuhkan
terhadap running time. Jadi pada waktu yang lebih lama daripada
skenario ini membandingkan antara pendekatan kedua. Dikarenakan pada
pendekatan pertama dan kedua pendekatan pertama membutuhkan
berdasarkan running time. proses yang lebih banyak dari
Skenario 1, Proses menggunakan pendekatan kedua.
parameter MSE sebagai kondisi stop
terhadap running time.

89
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Skenario 2, diuji coba proses Pada Gambar 4 menunjukkan


menggunakan parameter MSE sebagai grafik hasil uji coba skenario 2
kondisi stop terhadap epoch dan pendekatan pertama, dan Gambar 5
learning rate. menunjukkan grafik hasil ujicoba
skenario 2 pendekatan kedua. Menurut
Tabel 2 Hasil uji coba skenario 2 grafik pada pendekatan pertama dan
Learning Jatuh pada kedua tidak terlihat perbedaan antar
Lear-
Clus- Rate terakhir epoch ke- cluster. Pada tiap cluster masing-masing
ning
ter SOM SOM- SO pendekatan learning rate terakhir saat
Rate SOM
-RBF RBF M kondisi stop terpenuhi tidak ada
3 0.15 0.15 2 2 perbedaan. Pada semua cluster
0.3
4 0.15 015 2 2 berakhir pada learning rate kedua dan
3 0.25 0.25 2 2
0.5 epoch kedua. Jika ditarik kesimpulan,
4 0.25 0.25 2 2
3 0.4 0.4 2 2 untuk skenario 2, antara pendekatan
0.8 pertama dan kedua berbanding lurus.
4 0.4 0.4 2 2
3 0.5 0.5 2 2
1
4 0.5 0.5 2 2 Tabel 3 Hasil uji coba skenario 3
MSE yang
Learning Clus-
Pada Tabel 2 menunjukkan tentang Rate ter
sebenarnya
hasil uji coba skenario kedua dengan SOM-RBF SOM
parameter MSE sebagai kondisi stop 3 0.003371 0.0019
0.3
terhadap epoch dan learning rate. Jadi 4 0.000105 0.0015
pada skenario ini membandingkan 3 0.002024 0.0028
0.5
4 0.007938 0.0025
antara pendekatan pertama dan kedua
3 0.001698 0.0020
berdasarkan jatuh pada epoch 0.8
4 0.004627 0.0021
keberapakah ketika kondisi stop 3 0.001376 0.0021
terpenuhi, dan berapa learning rate 1
4 0.005487 0.0019
terakhir ketika kondisi stop terpenuhi. Average - 0.003328 0.0021

Learnin Pada Tabel 3 menunjukkan


2,5 g rate hasil ujicoba skenario 3 dengan
2 terakhir parameter MSE sebagai kondisi dtop
1,5 cluster terhadap nilai MSE yang sebenarnya.
1 Learnin pada pendekatan pertama dan kedua.
0,5 g rate Jadi, pada skenario ini pada pendekatan
terakhir pertama dibandingkan dengan
0
cluster pendekatan kedua berdasarkan nilai
0,3 0,5 0,8 1
epoch MSE yang sebenarnya.
ke-
Gambar 4. Hasil uji coba skenario
cluster2
pendekatan SOM-RBF 3 0,01
MSE yang
epoch 0,008 sebenarn
Learning
ke-
2,5 0,006 ya cluster
Rate
cluster
3
2 terakhir
4 0,004
cluster 3 MSE yang
1,5 Learning 0,002 sebenarn
1 Rate ya cluster
0
terakhir 4
0,5 0,3 0,5 0,8 1
cluster 4
0 epoch ke-
0,3 0,5 0,8 1 cluster 3
Gambar 6. Hasil uji coba skenario SOM-
RBF
epoch ke-
Gambar 5 Uji cba skenario 2pendekatan
cluster 4
SOM

90
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

running time pada tiap learning rate,


0,003 MSE yang pendekatan kedua kenaikan running
0,0025 sebenarn time-nya lebih stabil. Dibandingkan
0,002 ya dengan pendekatan kedua, yang
0,0015 cluster 3 perbedaan antar cluster di tiap learning
0,001 MSE yang rate perbedaan running time-nya cukup
0,0005 sebenarn jauh.
0 ya Aplikasi yang dibuat pada Tugas
0,3 0,5 0,8 1 cluster 4 Akhir ini masih dapat dikembangkan
lebih lanjut dengan diharapkan ada
Gambar 7. Hasil uji coba skenario 3 penambahan parameter untuk lebih
SOM meningkatkan fungsi pada kedua
pendekatan. Diharapkan ada penelitian
Pada Gambar 6 menunjukkan dengan metode lain yang lebih baik dari
grafik hasil uji coba skenario 3 pada penelitian ini.
pendekatan pertama, dan Gambar 7
menunjukkan grafik hasil uji coba DAFTAR PUSTAKA
skenario 3 pendekatan kedua. Menurut Kahira, Ulfa.Integrasi Self Organizing
grafik pendekatan pertama dan kedua Maps dan Algoritma K-Means
menunjukkan perbedaan yang cukup Untuk Clustering Data Ketahanan
banyak. Nilai MSE yang sebenarnya Pangan Kabupaten di Wilayah
pada pendekatan pertama antar cluster Provinsi Bali, Nusa Tenggara
terdapat perbedaan yang cukup banyak Timur, dan Nusa Tenggara
pula. Begitu juga dengan pendekatan Barat.Institut Pertanian Bogor.2012
kedua. Jika dirata-rata dan Riyandwayana, Ananda dkk.
dibandingkan, pendekatan pertama Pengembangan Sistem
mempunyai nilai MSE yang lebih besar Rekomendasi Peminjaman Buku
dari pendekatan kedua. Berbasis Web Menggunakan
Metode Self Organizing Maps
KESIMPULAN Clustering Pada Badan
Kesimpulan yang dapat diambil Perpustakaan Dan Kearsipan
dari pembuatan penelitian ini adalah (BAPERSIP) Provinsi Jawa Timur.
pada sistem ini, menggunakan 2 Institut Teknologi Sepuluh
pendekatan dimana pada pendekatan November Surabaya.2012
pertama menggunakan perpaduan Damayanti, Auli.Pendekatan
metode SOM-RBF, sedangkan pada ARRYTHMIA Hasil ECG
pendekatan kedua menggunakan Menggunakan Radial Basis
metode SOM saja. Penentuan nilai Function Dan Kohonen Self
centroid dengan 2 kali iterasi, yang Organizing Maps. Universitas
menghasilkan nilai yang optimal pada Airlangga.2012
cluster. Pendekatan pertama pada Baboo, S. Santosh.Combining Self
sistem ternyata tidak lebih efisien dari Organizing Maps and Radial Basis
pendekatan kedua jika diliat dari segi Function Network for Tamil
running time-nya. Dikarenakan adanya handwritten Character
perbedaan proses pada kedua Recognition.University for
pendekatan tersebut. Yakni, pada women,Coimbatore,India.2009
pendekatan pertama mengalami proes Faza, Ahmad.Klasterisasi Teks
yang cukup panjang jika dibandingkan Informasi Beasiswa Menggunakan
dengan pendekatan kedua.. Ketika Self Organizing Maps (SOM).
ujicoba dilakukan, dengan parameter Universitas Trunojoyo
learning rate 1, 0.8, 0.5, dan 0.3. Dan Madura.2012.
dengan 3,4, 5 cluster, serta kondisi stop http://www.proweb.co.id/articles/web_ap
MSE 0.001. Terlihat perbedaan yang plication/PHP_adalah.html, diakses
cukup signifikan dr kedua perbedaan pada tanggal 03 Juni 2013
tersebut. Dilihat dari segi kenaikan

91
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

http://kc99lounge.blogspot.com/2010/07/
data-mining.html, diakses pada
tanggal 10 Juli 2013
Kelompok 2. Metode Peramalan
2011.Jurusan Matematika FMIPA
UNS.2011
Wahyuningrum, Rima Tri,dkk.
Pengenalan Pola Senyum
Menggunakan Self Organizing
Maps (SOM) Berbasis Ekstraksi
FiturTwo-Dimensional Principal
ComponentAnalysis(2DPCA).Univr
sitas Trunojoyo.2012
Jariah, Ainun,dkk.Pengenalan Pola
Tanda Tangan Menggunakan
Metode Moment Invariant Dan
Jaringan Syaraf Radial Basis
Function (RBF).Universitas
Yogyakarta.2011
Heriyanto, Dwi N. Penerapan Mtode
Radial Basis Function Dengan K-
Means Cluster Untuk Peramalan
Kebutuhan Straw.Universitas
Trunojoyo.2013
http://movielens.org

92
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

REDUCING DEFECTIVE OF ROLL M-70 PRODUCT ON CASTING PROCESS

1 2 3 4
Sukirman , Enden Primandhika , Huda Muhamad B , Deros B.M
1,2
Faculty of Industrial Technology, Chemical Engineering Department
Universitas Islam Indonesia
3, 4
Faculty of Engineering and Built Environment, Mechanical and Materials
EngineeringDepartment, Universiti Kebangsaan Malaysia

Masuk: 6 Mei 2014, revisi masuk : 11 Juni 2014, diterima: 4 Juli 2014

ABSTRACT
Statistical process control (SPC) is a method of monitoring the production
process with the goal of maintaining product quality during the production process. Thus,
once the problems (variables)have resulted, the repair process can be immediately
identified and carried out.However, in some cases, the application of SPC is not
maximized. This was caused by the lack of a systematic procedure that was usedto guide
the operator in applying statistical process control. Therefore, this study offers a
systematic procedure to guide the operator in applying SPC. Systematic procedure is
performed with the literature study and direct observation in manufacturing companies. In
order to apply statistical process control, several statistical tools are accommodated
according to their needs and objectives. Thus,it results systematic application of SPC
procedure which consists of 15 steps and is divided into two concepts.Indicator is applied
to determine the systematic procedure to qualify whether the test is applicable and can
improve the ability of the process. Definition of applicable is able to guide the operator in
applying SPC and stabilize the process. Systematic procedure have undergone testing at
the casting factory. Systematic procedures otherwise applicable and may improve the
ability of the improved process.

Keywords : Statistical process control, Design of Experiment, defective

INTISARI
Statistical Process Control (SPC) adalah metode pemantauan proses produksi
dengan tujuan menjaga kualitas produk selama proses produksi. Dengan demikian,
setelah masalah (variabel) telah diidentifikasikan, maka proses perbaikan dapat segera
diidentifikasi. Namun, dalam beberapa kasus, penerapan SPC belum maksimal. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya prosedur yang sistematis yang digunakan untuk memandu
operator dalam menerapkan pengendalian proses statistik. Oleh karena itu, penelitian ini
menawarkan prosedur sistematis untuk memandu operator dalam menerapkan SPC.
Prosedur yang sistematis dilakukan dengan studi literatur dan observasi langsung di
perusahaan manufaktur. Dalam rangka menerapkan pengendalian proses statistik,
beberapa alat statistik yang ditampung sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
Dengan demikian, hasil aplikasi sistematis prosedur SPC yang terdiri dari 15 langkah dan
dibagi menjadi dua concepts.Indicator diterapkan untuk menentukan prosedur sistematis
untuk lolos apakah tes ini berlaku dan dapat meningkatkan kemampuan proses. Definisi
yang berlaku adalah mampu membimbing operator dalam menerapkan SPC dan
menstabilkan proses. Prosedur yang sistematis telah menjalani pengujian di pabrik
pengecoran. Prosedur sistematis dinyatakan berlaku dan dapat meningkatkan
kemampuan proses perbaikan.

Kata Kunci : Statistical process control, Design of Experiment, defective.

93
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

INTRODUCTION industries, many methods are developed


Quality control (QC) is an important to maintain the production process.
function and critical success factor for Mares and Sokolowski , 2010 mentioned
the companies as it deals with product that the integration of Statistical Process
inspection before the product is shipped Control methods was developed to
to customers. For this reason, an analyze casting component properties.
increasing emphasis on quality should In the current Quality control,
be done continuously by reducing the control chart as a featured tool of
defect rate. Hence, monitor and build statistical process control has been used
quality into the process are ways to extensively by practitioners to monitor
eliminate defects. Statistical process and even reduce process variation by
control (SPC) is one of the tools widely identifying and eliminating sources of
used in QC to monitor whether the variation Montgomery, 2008. Yamamoto,
production process is in control through H., et al , 2010 mentioned the P control
the use of statistical control chart. chart is often used in manufacturing
Montgomery, 2008 described that processes as a control tool for
control chart used to the simplicity of its monitoring product qualities. Wu, et al.
implementation and the ease of 2009 proposed the use of an np x chart
interpretation of the process status (in to monitor a process mean by attribute
control or out of control). However, inspection as an alternative to the use of
traditional control charts currently can an x chart. Tuerhong et al., 2014
show problems of performance or proposed control charts can efficiently
practical implementation, Other handle mixed data. Ho Wu and Chang,
researchers also propose a systematic 2004 applied the Taguchi method to
procedure concerning the application of optimize the process parameters for the
SPC are Laosiritaworn and Bunjongjit, die casting of thin-walled magnesium
2010. This research generates a alloy parts in computer, communications
systematic procedure for applying and consumer electronics industries.
control chart. However, as a supporter of Muzammil, et al, 2003 made a
the application of SPC control charts, study for optimization of Gear Blank
design of experiments required. Casting Process by Using Taguchi’s
Design of Experiments (DoE) Robust Design Technique. In this study
method, has been widely used by many they demonstrated that casting process
researchers. Eriksoon , 2008 used any involve a large number of parameters
kind of experimental subjects that have affecting the various casting quality
emerged on system to check the features of the product. The reduction in
theoretical results and also to obtain the weight of the casting as compared to
some practical information or to optimize the target weight was taken to be
its operation. proportional to the casting defects.
This research only showed the NoorulHaq, et al , 2009 in their study
optimal results on the variable of demonstrates optimization of CO2
parameter factor while other treatments casting process parameters by using
such as calculation loss function have Taguchi’s design of experiments
not been discussed. Based on those method. The effect of the selected
researches, it will be conducted further process parameters on casting defects
research with a systematic procedure and subsequent setting of the
concerning the application of SPC that is parameters are accomplished by using
applicable and comprehensive so easily Taguchi’s parameter design approach.
understood by operators on the
production floor.
METHODOLOGY
Several researches concerning to the
quality improvement gathered more The objective of this paper is a
attentions in recent years. Due to the program development on quality
difficulties of control system in those improvement based on SPC and also

94
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

optimizing the process parameters on deviations, depending on the amount of


casting process including optimum data that wish to be captured in the
levels using Taguchi method while control limits. Usually, however, they are
quality loss function are needed to set at 3. The sample standard deviation
balance the cost and quality of a is computed as follows:
product. The case study is conducted in
a job foundry in Klaten, Central Java. p (1  p )
p 
Research Model, The model of
n
this research is the application of SPC to
Where n is the sample size.
identify the defect in milling process in
order to improve the performance for To all processing of 27 reject
increasing quality of products. The data, so the result of fraction defective,
model uses a formula that has been built upper control limit and lower control limit
by Laosiritaworn and Bunjongjit, 2010 which will be inserted and calculated into
Research Design, To solve the the Minitab software are shown in Figure
problem, this research applies SPC 1
under systematic procedure. Systematic
design is a systematic procedure in
flowchart form that developed in order to
facilitate the operator in applying
statistical process control. The
systematic flowchart is shown in Figure
3.1.
In these cases, the product or
component are classified as conforming
or non-conforming. Control charts for
these features are called control charts
for attributes. They demonstrate the data
process collecting such as: amount of Figure1: p -chart graph
production, product accepted, and reject
product number, then identify and In Figure 4.2, it is showed that when the
categorize the data into attribute or control limit and part of rejected samples
variable data. mapped, there was no input data which
Determine Stastitical Control was out of control however there are still
Chart, Hence, the data is attribute, need many defects. So, this research will try
to differensial between the different type to reduce the number of existing defects
of control chart is required to measure and make a high quality improvement
proportion of rejected product in sample. but firstly, it is needed to identify the
It already mentioned that p -chart factors that cause product defect which
control has been applied to measure the will be explained in the next sub-section.
proportion of items in a sample that are Identifying root cause, The
defective. The purpose of this analysis is purpose of this analysis is to identify the
to compute the upper and lower control possible causes. The primary factors will
limits with formula is the p chart shown become a parameter to determine the
in Eq optimum setting. Based on the Figure. 2,
there are four factors that affect the
UCL  p  z , LCL  p  z occurrence of product defects i.e.
material, method, molding, production
Where, z = standard normal variable
process.
p = mean value of sample proportion As the core of this research, the
defective production process has the most
z = the standard deviation of the significant effect on the occurrence of
average proportion defective defective products produced. This defect
As with the other charts, z is is caused by four factors: pouring time,
selected to be either 2 or 3 standard pouring temperature, permeability, and

95
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

water content. Therefore, Design of factors by considering the value of the


Experiment (DoE) will be applied to parameter of each level.
determine the optimum settings to these

Method Material

Improper Getting Unsuitable


System Composition

Uneven clamping Inadequate


mould hardness

Defect Casting

Pouring Time Water Content


Core
Instalation
Pouring
Permeability Temperature Canal Design

Production
Process Molding

Figure 2: Ishikawa Diagram

The Taguchi method can be modelling involved in the experiment


applied by using eight experimental are Pouring temperature, Pouring time,
steps that can be grouped into three Permeability, Water content.
major categories as follows Phadke,
For each process parameter,
1989:
three levels and four factors are selected
Planning the experiment: which define the experimental region is
shown in Table 1.
1. Identify the main function of
casting process.
Table 1: Factors and Level design
2. Identify the quality characteristic
to be observed and the objective Level
Factors
function to be optimized. 1 2 3
3. Identify the control factors and
Pouring 1320° 1350° 1380°
their alternate levels.
Temperature C C C
4. Identify noise factors and the
testing conditions of the process. Pouring Time 15sec 18sec 20sec
5. Design the matrix experiment and 80 90
define the data analysis 75ml/c ml/cm ml/cm
procedure. Permeability m² ² ²
Performing the experiment: Water Content 75% 8% 9%

1. Conduct the matrix experiment. Quality Characteristic, Casting


2. Analyzing and verifying the defects was selected as a quality
experimental results: characteristic to be measured. The most
3. Analyzing the data, determining common defects occurring in the foundry
the optimum levels for the control were monitored and recorded. The
factors, and predicting smaller the better number of casting
performance under these levels defect implies better process
4. Conducting the verification (also performance. Here is the objective
called confirmation) experiment function to be maximized:
and planning future actions
𝑆𝑁𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝜂′ = −10log
Furthermore, important factors 𝑚𝑒𝑎𝑛𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒𝑑𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡𝑠
were selected and used the DOE 𝑆/𝑁𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝜂′) = −10log (Ʃyi^2)/n

96
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Maximizing η leads to minimization of Due to the number of defects, 27


quality loss due to defects. Where S/N data will be divided into 3 levels,
ratio is used for measuring sensitivity to experiments, so there are 9 running
noise factors, n is the number of experiments as shown in Table 4
experiments orthogonal array, and yi the
th
i value measured. Table 4: Experimental data
Selection of orthogonal array, Sample Size
Total
Selection of orthogonal array was Experiment 1 2 3 Defect
adopted from Fowlkes and Creveling, [2]
which will be processed using Minitab 1 15 12 10 37
software to obtain the proper orthogonal 2 18 14 14 46
arrays. The L9 Orthogonal Array can
handle four factors at three levels L9 3 14 16 13 43
Because the DoF = 8, so, it can be 4 17 19 14 50
separated into two DoF per column. This
5 13 20 10 43
is because the Doff = (3-1) = 2 Columns
1 and 2 of the L9 make up the 32 full 6 14 15 11 40
factorial. The orthogonal array is shown
7 17 13 15 45
in Table 2.
8 19 16 11 46
Table 2: Orthogonal Array
Run 1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 16 12 12 40
L 1 1 1 2 2 2 3 3 3
e 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Experiment Results and S/N Ratios,
v 1 2 3 2 3 1 3 1 2 The static S/N Ratios are the most
e 1 2 3 3 1 2 2 3 1
l
commonly used metrics in Robust
Design. They relate directly to calculate
The value factors in Table 2 mean square deviation. The computing
Orthogonal Array will be entered into example is presented as following:
Minitab software. The results of data
inputting into Orthogonal Array is shown (152  122  102 )
MSD   156.33
in Table 3. Experimental Orthogonal 3
Array consisting of 9 running S
experiments by testing all combinations  10log10 (156.33)  21.94
N
of values in each factor.
Table 3: Experimental orthogonal array Ratio calculation results of MSD
and S / N are distributed to the major
Tri Pouring Pouri Water factor response and optimum variables
Permeab
al temperat ng Conte can be determined by Minitab software.
ility
No ure time nt
Figure 3 shows the response of the main
15 75
1 1320°C
sec ml/cm²
7% factor calculations Main ratio S / N.
18 80
2 1320°C 8%
sec ml/cm²
20 90
3 1320°C 9%
sec ml/cm²
15 80
4 1350°C 9%
sec ml/cm²
18 90
5 1350°C 7%
sec ml/cm²
20 75
6 1350°C 8%
sec ml/cm²
15 90
7 1380°C 8%
sec ml/cm²
18 75 Figure .3 graphs of main factor response
8 1380°C 9%
sec ml/cm²

97
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Based on the above calculation, the defect analysis capability. Data


selection of the optimum settings is the processing will be analyzed using
greatest value in each of the factors Minitab software in accordance with the
contained in the Figure 3. Then the steps following
optimum settings are Pouring
Temperature: Level 1 (1320ºC), Pouring
Time : Level 3 (20 sec), Permeability :
Level 1 (75 ml/cm²), Water Content :
Level 1 (7%)
Implementing the DoE result
analysis into the process, The results
from design of experiments provide the
most optimum output of the variable
compared with other tolerance values.
So the value of the tolerance should be
applied to the production process
directly. Data collecting after
implementation is needed to estimate
the extent to which savings from
improved quality. Figure 5 Capability proses for initial
defect
Collecting and evaluate the new
data process, Based on calculations of This analysis resulting a Process
27 Data from data after p -chart, then Z = 0.995, and its defective percentage
the data inputting process using Minitab is15.98 %. The higher the z value
software is executed and produces a process, the better ability of these
graph as shown in Figure.4 processes to fulfill design specifications
set by consumer demand. To see the
analysis capability in data after, minitab
software will be employed to process the
data returned. The results are shown in
Figure 6.

Figure 4 : p -chart of after data process

Based on the Fig. 4 we can


conclude that there is no point outside of
the limits and the defects result in milling
products are decreasing if compared
with the initial p -chart. In details,
changes between the defect before and
after the process capability will be
analyzed. Figure 6. Result of capability analysis
Capability Process Analysis, using Software Minitab with data after
Process capability can be analyzed as a
The results of capability process
ratio to determine whether a process
analysis use data after with generating
fulfill design specifications. Figure 5 is
value = 1.0851 and Z Process defective
process capability of initial defect data
with the percentage of 13.89%,
which the results will be compared with
the before and after results of data

98
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

increasing value of Z is an indicator of between the number of defects before


the increased ability process. and after.
Process Improvement Analysis,
The process can be terminated once the Total defect data before and after will be
test is passed. This is due to the analyzed to determine the percentage of
increase of Z of the process by 9.05% quality loss function. Percentages of
from the previous value of 0.995 to defects before and after shown are in
1.0851. Process of Z represents the Table 6.
standard deviation of the data.
Therefore, higher process Z value, the
Calculation of k:
ability of these processes will also Cost ( A0 ) = 50000 IDR, and Upper limit
increase. This is also supported by
stable process that has been improved. (  )=0.95

Hypothesis test

H o : 1  2 ; H o : 1  2
  0,05 ; Critical area Calculation before conducting research:
t   2.05 and t  2.05
; ; =5,559;
d  d0
t With v  n  1  27  1  26
Sd / n
Calculation after conducting research:
;
; ; =5,559;
and

With the proposed setting, then there is


t < −2.05 and t > 2.05 so the results of a cost savings of 2.694.736 IDR per
the calculation (2.73 > 2.05) thus, year
Included in critical zone and concluded
that there was significant difference

Table 5 Hypothesis test calculation Paired T


Initial Defect Initial Defect
No d d^2 No d d^2
Defect After Defect After
1 15 16 -1 1 16 13 12 1 1
2 18 13 5 25 17 16 10 6 36
3 14 9 5 25 18 12 16 -4 16
4 17 9 8 64 19 10 14 -4 16
5 13 13 0 0 20 14 13 1 1
6 14 18 -4 16 21 13 12 1 1
7 17 10 7 49 22 14 12 2 4
8 19 14 5 25 23 10 11 -1 1
9 16 13 3 9 24 11 14 -3 9
10 12 12 0 0 25 15 12 3 9
11 14 12 2 4 26 11 12 -1 1
12 16 11 5 25 27 12 15 -3 9
13 19 13 6 36 Total 51 487

99
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

14 20 10 10 100 Average 2 18
15 15 13 2 4

Table 6. Defect before and after


No Total No Defect Defect Total
Defect initial Defect after
Production initial after Production
1 15 16 88 15 15 13 86
2 18 13 100 16 13 12 93
3 14 9 92 17 16 10 90
4 17 9 97 18 12 16 80
5 13 13 97 19 10 14 80
6 14 18 100 20 14 13 100
7 17 10 82 21 13 12 87
8 19 14 80 22 14 12 80
9 16 13 95 23 10 11 95
10 12 12 100 24 11 14 84
11 14 12 85 25 15 12 100
12 16 11 93 26 11 12 90
13 19 13 86 27 12 15 80
14 20 10 100

DISCUSSIONS implementation of optimum variables is


To improve the quality, this required.
research proposes a p-chart as a model Design of experiment was used to
for measuring the percentage of determine the optimal parameter
rejection in a sample of attribute, a small settings on the process performance to
sample is mapped and then the get the best combination on existing
characteristics of the resulting data variables. In this experiment, the authors
tested to see whether the process is determine the four parameters that
within control limits. influence the occurrence of defects of
the casting products. Those variables
are pouring temperature, pouring time,
permeability and water content. The
combination of these four variable level
values are processed by Minitab that
generates optimum value which can be
seen from the results of graph, indicates
pouring temperature level 1 is -68.87,
pouring time is -68.31 level 3, and level
1 is -68.41 permeability and water
content levels 1 is - 68.00.
Based on analysis result, it can be
Figure 7: p -chart of initial defect seen that the optimal setting for pouring
0
temperature are 1320 C, pouring time of
20 cm, permeability of 75 ml/cm² and
Figure 7, shows that a process is water content 7%. The water content is
under control and capable of producing the most influential factor of each factor
the specified control limit, however many there, it can be concluded that the water
defects that occur caused by factors in in the molding sand is turning bentonite
the casting process. Therefore, to holding capacity so that it can be used to
reduce the number of defects, the

100
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

bind the molding sand. When the water statistical process control. Systematic
content continuously improved it will procedure can be applied and passed
affect fastener holding capacity, water the test, with evidence of the testing
content continues to be added to make results that form a new stable process,
the water that is added into the free and the increasing value of Z of the
water and fill the gap with the grain while process becomes 1.0851 and defective
the water is added continuously to the reduce become 13.89%. The result of
molding sand into a paste (defect). optimal conditions using DoE (Design of
0
The results of design of Experiments) are 1320 C in
experiments analysis provide the most temperature, pouring time of 20 cm,
optimum output of the variable permeability of 75ml/cm²and water
compared with other tolerance values. content of 7%. It can be concluded that if
So the value of the tolerance should be this parameter implemented into real
applied to the production process system, the defect will be decreased
directly. Significant reduction occurred in also. The profit of the company
the new data can be displayed in the p- increases due to 2.694.736 IDR cost
chart is shown in Table 6. Based on the savings by calculating before and after
graph above, it is concluded that there is defect loss cost.
coming out of the limits and the defects
result in milling products are decreasing
if compared to initial p-chart REFERENCES
Eriksson L. Design of Experiments:
Principles and Applications. MKS
U metrics AB Ed. ISBN
9197373044, 9789197373043;
2008
Fowlkes, Y. W and Creveling, M. C.
Engineering methods for robust
product design: Using Taguchi
Methods in Technology and
Product Development. Addison-
Wesley, 1995.
Figure 8: p-chart of data after Ho Wu, Der and Chang Mao Sheng.
Use of Taguchi method to develop
Based on the calculation results, a robust design for the
it is showed that, the cost of losses magnesium alloy die casting
before trial is 11.798.337 IDR. While the process. International Journal
cost of losses after the trial is 9.103.601 Materials Science and
IDR. Hence, it establishes cost savings Engineering A 379 (2004) 366–
for 2.694.736 IDR. Since the 371
tremendous savings that can be Laosiritaworn, W., and Bunjongjit, T.
obtained, it is necessary to generate the Visual Basic Application for
implementation of the optimum settings Statistical Process Control: A
in this study as well as to conduct Case of Metal Frame for Actuator
sustainable evaluations for the Production Process, Proceedings
production process. of the International Multi
Conference of Engineer and
Computer Scientist 2010 Vol. 3.
CONCLUSION
Mares. E, J.H., and Sokolowski. Metal
This study has successfully Casting Technology Group,
developed the SPC based quality University of Windsor, 218. Essex
improvement program in the form of a Hall, 401 Sunset Avenue,
systematic procedure of statistical Windsor, Ontario N9B 3P4,
process control application so that can Canada. 2010.
assist operators in implementing

101
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Montgomery, D. C. Introduction to
statistical quality control (6th ed.).
2008. New Jersey: Wiley & Sons
Muzammil M, Singh P.P and Talib F.
“Optimization of gear blank
casting process by using
Taguchi’s robust design” , Quality
Engineering Vol. 15, No. 3, pp.
351–359, 2003.
NoorulHaq, S. Guharaja and K. M.
Karuppannan: Parameter
optimization of CO2 casting
process by using Taguchi method.
International Journal Interact Des
Manuf. 2009, 3:41-50
Phadke, M. S. Quality Engineering
Using Robust Design. Prentice
Hall Englewood Cliffs, NJ, 1989.
Tuerhong, G., Kim, S. B., Kang, P and
Cho, S.. Hybrid novelty score-
based multivariate control charts.
Communications in Statistics -
Simulation and Computation, 43,
115–131. 2014
Wu, Z., Khoo, M.B.C., Shu, L and Jiang,
W. An np control chart for
monitoring the mean of a variable
based on an attribute inspection.
International Journal of Production
Economics 121, 141. 2009
Yamamoto, H., Sun, J and Matsui, M. A
study on limited-cycle scheduling
problem with multiple periods.
Computer & Industrial
Engineering 59 (4), 675–681.
2010

102
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

PERANCANGAN BLADE AIRFOIL DENGAN BANTUAN PROGRAM


TRANSFORMASI JOUKOWSKY
1 2
Toto Rusianto , Emy Setyaningsih
1 2
Jurusan Teknik Mesin, Jurusan Matematika Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta,

Masuk: 19 Juni 2014, revisi masuk : 7 Juni 2014, diterima: 5 Juli 2014

ABSTRACT
Design cross section of wind turbine blades with airfoil cross-section can be
made from a mathematical approach. The mathematical formula was discussed for airfoil
shape from Joukowsky equation, that was developed by Nikolai Zhukovsky Egorovich.
The problems would appear if used the Joukowsky equation settlement for design with
manual, it could take a long time. The problem solving for the mathematical could use
graphic user interfaces (GUI) program and the design for implementation could use
computer aided design (CAD) program. The Joukowsky transformation was performed by
conformal mapping through the transformation of a complex function from one coordinate
system to another, which circle shape was transformed to airfoil shape. Ideal airfoil shape
was obtained with observed of the transformation radius and center of the circle.

Keywords: airfoil, Joukowsky, GUI, CAD, transformation.

INTISARI
Pembentukan penampang bilah kincir angin dengan penampang airfoil dapat
dibuat dengan pendekatan matematik. Rumusan atau persamaan matematik yang
membahas bentuk airfoil adalah persamaan Joukowsky, yang dikembangkan oleh Nikolai
Yegorovich Zhukovsky. Penyelesaian persamaan Joukowsky dengan manual akan
membutuhkan waktu yang lama. Untuk memudahkan penyelesaian persamaan
menggunakan bantuan program Graphic User Interfaces (GUI). Sedang rancangan
desain grafis menggunakan program computer aided design (CAD). Program GUI dapat
membantu penyelesaian persamaan matematik menjadi lebih cepat dan akurat. Untuk
menghasilkan tranformasi airfoil yang ideal harus memperhatikan jari-jari dan pusat
lingkaran yang akan ditranformasikan. Bentuk ideal airfoil diperoleh dari besarnya
pergeseran titik pusat lingkaran ke arah sumbu X lebih kecil atau sama dengan selisih
perubahan jari-jari dari keadaan standar (jari-jari sama dengan satu). Jika besarnya
pergeseran lebih besar dari selisih tersebut akan terjadi loop pada trailing egde airfoil.
Pergeseran titik pusat lingkaran ke arah sumbu Y menjadikan airfoil terdapat mean
chamber line. Bentuk ideal airfoil diperoleh dari besarnya pergeseran titik ke arah sumbu
Y lebih kecil atau sama dengan selisih perubahan jari-jari dari keadaan standar. Jika
besarnya pergeseran lebih besar akan terjadi mean chamber line memotong upper
chamber line.

Kata kunci: airfoil, Joukowsky, GUI, CAD, tranformasi.

PENDAHULUAN adalah romanised yang dikenal sebagai


Nikolai Yegorovich Zhukovsky Joukovsky atau Joukowsky dalam
(English: Jaoukowsky) (Rusia: Николай literatur. Zhukovsky lahir di desa
Егорович Жуковский; 17 Januari 1847 - Orekhovo, Oblast Vladimir. Dia lulus dari
17 Maret 1921) adalah seorang ilmuwan Universitas Moskow pada tahun 1868
Rusia, pendiri yayasan modern-aero dan (Gutierrez, 2003). Dia adalah ilmuwan
hidrodinamika. Zhukovsky adalah orang pertama yang menjelaskan secara
yang pertama kali melakukan studi matematis asal angkat aerodinamis,
tentang aliran udara. Nama biasanya melalui hipotesis sirkulasi-nya, yang

1
toto@akprind.ac.id,
2
emypurnomo@akprind.ac.id 103
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

pertama untuk dimensi gaya angkat yang (Dauhoo. 2003). Analisa tranformasi
dihasilkan oleh sebuah benda yang dilakukan dengan bantuan program
bergerak melalui fluida ideal yang Matlab. Figure airfoil hasil dari program
proporsional terhadap kecepatan dan Matlab diklasifikasikan dalam standar
sirkulasi benda. Melalui konformal NACA. Hasil figure tranformasi bentuk
matematika transformasi yang pertama, geometri dijadikan acuan untuk
untuk menentukan bentuk profil mendisain penampang bilah kincir angin.
aerodinamika yang memiliki elemen Perancangan dengan menggunakan
penting hidung bulat (nose/leading edge) bantuan program CAD. Hasil tampilan
permukaan ganda (ketebalan terbatas), berupa desain rancangan 3D.
melengkung atau lurus, dan ekor tajam Tujuan yang diperoleh antara lain
(trailing edge). Ia juga membangun adalah: Mengembangkan proses
terowongan angin (wind tunel) pertama di pembelajaran dari aplikasi matematika
Rusia (Gutierrez, 2003). dalam bidang teknik mesin, yang
Pembentukan penampang bilah berhubungan dengan pemetaan bilangan
airfoil dapat dilakukan dengan komplek. Menyelesaikan bentuk
pendekatan matematik. Rumusan atau persamaan matematika bilangan
persamaan matematik yang membahas komplek melalui transformasi/conformal
bentuk airfoil adalah persamaan mapping (Eichstaedt , 2007) dengan
Joukowsky, yang dikembangkan oleh bantuan program komputer. Mendesain
Nikolai Yegorovich Zhukovsky, seperti bilah kincir angin dengan bantuan
yang telah diterangkan di atas. persamaan matematika dan program
Persamaan Joukowsky memerlukan komputer, untuk mendapatkan bilah
penyelesaian perhitungan secara airfoil yang aerodinamis.
matematik, penyelesaian apabila
dilakukan dengan manual akan METODE
membutuhkan waktu yang cukup lama. Objek penelitian meliputi a). Analisa
Untuk memudahkan penyelesaian terhadap bilangan komplek serta model
persamaan matematik tersebut transformasi. b). Analisis terhadap
digunakan bantuan program komputer penyelesaian persamaan transformasi
yaitu program Matlab sedang rancangan Joukowsky dari sebuah persamaan
desain grafis dari rancangan lingkaran pada bidang komplek z. c).
menggunakan program CAD. Penggunaan program Matlab untuk
Untuk mendapatkan suatu menyelesaikan persamaan transformasi
desain bentuk bilah kincir angin yang Joukowsky, baik penyelesaian berupa
aerodinamis yaitu bentuk airfoil. numerik maupun penyelesaian berupa
Pendekatan matematik untuk Graphic User Interfaces (GUI)
mendapatkan penampang bentuk airfoil (Mathwork, 2011). d). Penggunaan
adakan tranformasi Joukowsky. Untuk program CAD Profesional, untuk
dapat menyelesaikan persamaan merancang bilah airfoil dengan berupa
tersebut digunakan program bantu tampilan 3D, sebagai hasil dari GUI pada
Matlab, data yang dihasilkan dapat program Matlab..
ditampilan dalam bentuk grafik. Bentuk
grafik yang diharapkan adalah bentuk Pengujian
airfoil, dari bentuk tersebut dengan a. Pengujian meliputi analisa pada
bantuan program CAD didesain menjadi persamaan transformasi Jaoukowski
sebuah bentuk bilah kincir angin. b2
Batasan masalah yang digunakan (Kreyszig, 2006) w z ,
meliputi: Analisa terhadap persamaan z
matematika tranrformasi Joukowsky, dengan memvariasikan nilai b atau
dengan mentranformasikan bentuk membuat jari-jari lingkaran pada
lingkarang pada bidang komplek Z bidang Z dengan variase trtentu,
dengan variasi bentuk geometri sehingga hasil tranformasi juga akan
lingkaran, variasi meliputi jari-jari bervariasi. Membuat pergeseran pada
lingkaran dan titik pusat lingkaran titik pusat lingkaran pada bidang Z

104
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

 Pergeseran ke arah sumbu X


negatif
x  sx   y  sy  r ……….(2)
2 2 2

 pergeseran ke arah sumbu Y Sebuah fungsi transformasi diterapkan


positif ke fungsi asli untuk melakukan
 dan pergeseran ke dua arah pemetaan. Aplikasi aerodinamika pada
sumbu X dan Y. transformasi Joukowski, fungsi yang
paling umum digunakan adalah
b. Memformulasikan perubahan jari-jari persamaan (Spiegel, 1983 dan Kreyszig,
dan pergeseran titik pusat dalan 2006)
1
tampilan GUI. w z
c. Menganalisa hasil tranformasi berupa z ……………………(3)
GUI kedalam bentuk standar airfoil
standar NACA. Menentukan besaran Analisa Menggunakan Matlab
chord, dan profil chamber line. Bentuk kurva airfoil yang
d. Perancangan bentuk 3D dari hasil dihasilkan dari transformasi merupakan
tampilan GUI. Hasil tampilan GIU bentuk persamaan lingkaran dengan titik
merupakan tampilan 2D penampang pusat tidak di (0,0) tetapi di (sx,sy), untuk
airfoil dengan tampilan penampang mendapatkan lingkaran dengan titik
tersebut, dijadikan dasar dalam pusat di (sx,sy) dapat dilakukan
mendesain bilah airfoil kincir angin pergeseran pusat lingkaran (0,0).
melalui program CAD. Pergeseran bisa ke arah sumbu x negatif
atau x positif dan y negatif atau y posistif.
PEMBAHASAN Posisi letak lingkaran yang digeser
Analisis Transformasi Bilangan tersebut akan menghasilkan persamaan
Komplek lingkaran baru persamaan 2.
Sejumlah kompleks dapat Penulisan persamaan lingkaran
dipandang sebagai titik atau vektor posisi dalam program matlab dapat
dalam sistem koordinat dua dimensi diasumsikan terjadinya pergeseran pada
Cartesian disebut bidang kompleks atau setiap koordinat sesuai dengan
diagram Argand. Angka-angka secara perubahan titik pusat lingkaran dari (0,0)
konvensional diplot menggunakan bagian dalam hal ini dinyatakan dengan (sx, sy).
yang nyata sebagai komponen Berikut penulisan program persamaan
horizontal, dan bagian imajiner sebagai lingkaran asal dengan pusat (0,0)
vertikal. Koordinat polar bilangan dengan jari-jari input r. ditranformasikan
komplek, sebuah bilangan komplek a + bi ke persamaan lingkaran dengan
yang digambarkan dalam diagram pergeseran (sx,sy), input sx (pergeseran
Cartsian, memiliki jari-jari atau panjang arah sumbu x) dan sy (pergeseran arah
2 2
(r), r = √(a + b ) adalah modulus dari a sumbu y). persamaan lingkaran hasil
+ bi dan titik point pada koordinat p (a,b) pergeseran tersebut kemudian di
dalam bidang datar Gauss Kooordinat trasformasikan dalam bilang komplek z
titik P secara lingkaran goniometric dapat = x +yi ke bidang w dengan transformsi
dinyatakan ( cos(t) dan sin(t) ), sudut ө w(u,vi) = z + 1/z (Gambar 1) figure hasil
adalah jumlah radian atau dinamakan dari program menu m-file Matlab. Berikut
argument dari a + bi (Solomentsev, penulisan program m-file Matlab:
2001).
Persamaan lingkaran yang %persamaan lingkaran (x-sx)^2 +(y-
berpusat di O (0,0) dan berjari-jari r sy)^2 =r^2, ditranformasikan w=z+1/z
berlaku persamaan: r=input('nilai r : ');
2
x  y r
2 2
x=-1*r:0.01:r;
……………….(1) y1=sqrt(r.^2-x.^2);
Lingkaran dengan pusat bergeser dari y2=(-1)*y1;
titik (0,0), maka persamaan lingkaran sx=input('pergeseran arah x : ');
yang berpusat di P (sx,sy) dan berjari-jari sy=input('pergeseran arah y : ');
r berlaku maka persamaan pada x1=x+sx;
lingkaran tersebut adalah: y3=y1+sy;

105
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

y4=y2+sy; subplot(2,2,4),plot(u,v1,u,v2),axis
u=x1+(x1./(x1.^2+y3.^2)); ([min(u)-2 max(u)+2 min(v2)-1
v1=y3-(y3./(x1.^2+y3.^2)); max(v1)+1]),title('airfoil');
v2=y4-(y4./(x1.^2+y4.^2));
subplot(2,2,1),plot(x,y1,x,y2),title melalui command windows, masukan
('lingkaran dasar'); nilai-nilai parameter:
subplot(2,2,3),plot(x1,y3,x1,y4),a “nilai r = 1.1”
xis([min(x1)-1.5 max(x1)+1.5 “pergeseran arah x = -0.1”
min(y4)-1 “pergeseran arah y = 0”
max(y3)+1]),title('pergeseran Hasil dapat dilihat pada Gambar 1
lingkaran');

Gambar 1. Hasil pergeseran lingkaran titik pusat (-0.1, 0) Kurva Airfoil hasil transformasi titik
pusat menjadi (-0.1825, 0)

Rancangan GUI transformasi dalat dilihat pada Tabel 2. Dari


Berikut sebagian hasil program yang Tabel 2. bentuk hasil transformasi memiliki
ditampilkan oleh matlab dari hasil perancangan perubahan dari elips menjadi airfoil dengan tail
GUI untuk tranformasi Joukowsky. Pengujian yang menjadi lancip. Dengan bertambah besar
dari penelitian ini dari program Matlab GUI pergeseran titik pusat lingkaran yang
parameter yang digunakan un ntuk mengamati ditransformasikan maka tail mengalami loop,
perubahan hasil transformasi dengan sehingga bentuk kurva menjadi loop angka 8,
mengubah ukuran lingkaran yaitu dengan loop terjadi apabila pergeseran sx > (1-R
memvariasikan jari-jari lingkaran dari =1+sx) dari selisih jari standar r =1 pada
2 2 2 2 2
persamaan dasar lingkaran x + y = r . persamaan x + y = 1 dengan lingkaran
2 2 2
Perubahan dari hasil transformasi dapat dilihat (x+sx) + y = (1+sx) .
dari Tabel 1. Dari hasil ujicoba dari Tabel 1
terlihat bahwa dengan semakin besar jari-jari Untuk jari-jari lingkaran yang besar pada titik
lingkaran awal pada bidang z akan sumbu u nilai oordinat v dapat menjadi tak
menghasilkan bentuk elips yang semakin terhingga, jika pergeseran terus diperbesar
besar pula perubahan tersebut merupakan akan terjadi loop ganda. Jika semakin besar
linier. Akan tetapi perubahan terhadap arah lagi akan kembali ke bentuk garis linier dan
sumbu u dan v perubahan linier dengan berulang lagi membentuk airfoil, loop dan
gradien yang tidak sama. daouble loop, dengan mengalami pergeseran
Selain jari-jari lingkaran yang absis ke arah sumbu u negatif.
divariasikan pergeseran lingkaran juga Parameter lain yang dapat divariasikan
divariasikan dengan persamaan lingkaran adalah jari-jari dengan pergeseran pusat
2 2 2
(x + sx ) + y = r , dalam hal ini pergeseran lingkaran konstan, pusat lingkaran ditentukan
titik pusat ke arah sumbu x negatif, sedang ke arah sumbu x negatif (sx = -0,3) dan arah y
pergeseran arah y (sy = 0), untuk jari-jari tidak ada pergeseran (sy = 0). Hasil dari
lingkaran ditentukan konstan r = 1,3. Hasil proses transformasi dapat dilihat pada Tabel 3.

106
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tabel 4 menunjukan hasil transformasi airfoil jari-jari lingkaran yang bervariasi R = 1,1 , 1,.2,
simetri dengan nilai sy = 0, variasi nilai sx. dan 1,3 dengan pergeseran titik pusat sx =
Airfoil dengan bentuk yang -0,1 dan sy = 0,1 (titik pusat lingkaran
aerodinamis dapat menghasilkan fenomena ( -0,1 , 0,1) pada bidang Z) (Tabel 5).
yang unik terhadap karakteristik gaya pada Bentuk airfoil memiliki karakteristik
airfoil itu sendiri jika berada dalam suatu aliran penamaan tersendiri yang menurut NACA
fluida (Kundu, 2004). Pesawat dapat terbang dapat digolongkan dalam seri 4. Berikut
karena adanya gaya angkat (lift force) oleh (Gambar 2) airfoil hasil program Matlab GUI
sayap pesawat yang berpenampang airfoil untuk transformasi R = 1,1 dan pusat lingkaran
(www.cfd4aircraft.com, 2013) bilah kincir airfoil (-0.1 , 0.1). Hasil analisa standar NACA seri 4
angin dapat berputar lebih cepat karena untuk airfoil pada Gambar 2, dapat
adanya gaya dorong (drag force). Berikut dikatagorikan sebagai berikut (Tabel 6.)
figure arifoil hasil program Matlab GUI, untuk
beberapa tipe airfoil. )arameter transformasi

Tabel 1. hasil transformasi dengan variasi jari-jari lingkaran


No Parameter Hasil GUI
sx = 0, sy =0
1 R=1

2 R = 1,1

3 R = 1,2

Tabel 2. hasil transformasi dengan variasi pergeseran titik pusat


arah sumbu x negatif (-sx,0) jari-jari konstan R = 1,3.
No Parameter R=1,3 ; Hasil GUI
sy=0
1 sx = 0

2 sx = -0,1

107
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

3 sx = -0,2

Tabel 3. Hasil transformasi pregeseran titik pusat lingkaran (0,3 , 0)


dengan variasi jari-jari.
No Parameter sx=-0,3 ; Hasil GUI
sy=0
1 R = 1,1

2 R = 1,3

3 R = 1,5

Tabel 4. Penentuan standar seri NACA pada airfoil simetri.


persamaan Desain Airfoil Components of the NAC
lingkaran airfoil. A
R = 1,1 chord = 4.033
sx = -0,1 max = 0.237
sy = 0 c = 1.063
2 2
(x+0,1) +y =(1,1)
2
thickness % = 6% 0006

R = 1,2 chord = 4.114


sx = -0,2 max = 0.443
sy = 0 c = 1.0727
2 2
(x+0,2) +y =(1,2)
2
thickness % = 11% 0011

R = 1,3 chord = 4.225


sx = -0,3 max = 0.625
sy = 0 c = 1.116
2 2 2 0015
(x+0,3) +y =(1,3) thickness % = 15%

108
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

Tabel 5. Desain airfoil dari matlab GUI dengan variasi jari-jari lingkaran
persamaan lingkaran figure Airfoil
R = 1.1
sx = -0.1
sy = 0.1
2 2 2
(x+0.1) +(y-0.1) =(1.1)

R = 1.2
sx = -0.1
sy = 0,1
2 2 2
(x+0.1) +(y-0.1) =(1.2)

R = 1.3
sx = -0.1
sy = 0.1
2 2 2
(x+0.1) +(y-0.1) =(1.3)

Gambar 2. Airfoil dari hasil program GUI untuk transformasi R = 1,1


dan pusat lingkaran (-0.1 , 0.1)

Tabel 6. Karakterisasi penamaan seri menurut standar NACA seri 4

Nama ukuran %C notasi


chord 4.0177 100 %
thickness max 0.4762 12% 12
chamber maksimum 0.2381 6% 6
letak chamber mak. 26% 3
SERI NACA 6312

Untuk mendesain bilah kincir dengan (mean chamber line). 3).Menentukan absis %
penampang airfoil, dapat digunakan program chord dari titik leading edge (0%) hingga
bantu komputer (CAD/ Computer Aided trailing edge (100%). 4). Menetukan upper
Design), salah satunya adalah CAD. Berikut surface (top chamber line) dan lower surface
rancangan untuk airfoil NACA 0006 dan 6312 (down chamber line). 5).Menentukan
dengan menggunakan CAD (Gambar 3). Chamber, 6).Menentukan maximum thickness.
Urutan rancangan didasarkan pada Gambar Gambar 2 menunjukan penentuan thickness
5.11, antara lain: 1). Menetukan panjang dan absis % Chord.
chord, b).Menentukan chamber mean-line

109
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

(a). NACA 0006 (b) NACA 6312


Gambar 3. Penentuan koordinat dasar pada airfoil.

(a). NACA 0006 (b) NACA 6312


Gambar 4. Desain airfoil dengan bantuan CAD

Bentuk airfoil pada Gambar 4 adalah Pada Gambar 6 menunjukan bentuk bilah
tampilan 2 dimensi (2D), dengan kemampuan kincir angin hasil rancangan dengan
software CAD tampilan tersebut dijadikan dasar spesifikasi, panjang bilang 2,5 m , panjang
untuk menjadi tampilan 3D. Adapun ketentuan chord root 40 cm, panjang chord tip 10 cm,
o
untuk membuat bilah kincir angin adalah dengan sudut helix 8 . Panjang bilah menentukan
menentukan terlebih dahulu, antara lain: 1). berapa besar daya kincir angin yang
Standar NACA menggunakan ukuran %, dihasilkan. Berdasarkan persamaan energi
sehingga untuk ukuran besar atau kecil hanya kinetik angin, besar energi tersebut yang
dikalikan faktor persetasenya. 2). Lebar bawah dapat dirubah menjadi energi mekanik
bilah (root blade). 3). Lebar bilah atas (tip blade). adalah dalam bentuk daya yaitu P = 8/27  A
3
4). Sudut puntir (helix angle blade) sudut antara V . Sehingga apabila panjang bilah 2,5 m,
root blade dan tip blade biasanya besarnya 5 – maka diameter rotor kincir adalam 5 m maka
10, harus lebih kecil dari sudut serang (angle luas angin yang dapat diubah adalah A =
2
attack). 5).Panjang bilah (length blade). 6).Sudut 19,625 m , jika kecepatan angin rata-rata 6
3
puntir (helix angle blade) dapat terlihat jelas lihat m/detik dan massa jenis udaran 1 kg/m ,
dari tampak atas (pada tip blade) (Gambar 5) maka daya yang dapat dihasilkan adalah
sudut tersebut merupakan sidit antara chord root 1.256 watt.
dan chord tip.

(a) NACA 0006 (b) NACA 6312


Gambar 5. Sudut puntir (helix angle) antara chord root dan chord tip blade
110
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

(a). NACA 0006 (b). NACA 6312


Gambar 6. Bentuk bilah kincir angin

KESIMPULAN Eichstaedt , Johannes C. 2007,” Conformal


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mapping in context: the Joukowski
poad bab sebelumnya dapat diambil beberapa transformation in Aerodynamics “ a1307
kesimpulan. E 60TH ST, Chicago, IL 60637
Pada dasarnya pengembangan bidang Gutierrez , David. 2003, “Joukowski
aplikasi teknik, dikembangkan dari suatu Transformation Program “
perhitungan dan persamaan matematik, dalam http://eraucomputationalmath.com/docs/
hal ini pemetaan bilangan komplek dapat joukowski.doc
menghasilkan suatu tranformasi yang banyak Kreyszig , Erwin, 2006 “ Advanced Engineering
digunakan dibidang aerodinamik khususnya Mathematics” 9th editon John Wiley &
bentuk airfoil yang dapat digunakan untuk Son.
meracang bilah kincir angin. Kundu, P.K. and Cohen I.M., 2004. Fluid
Proses penyelesaian persamaan Mechanics, 3rd Ed., Academic Press.
matematik dan perhitungan dapat dilakukan Mathwork,. 2011. http://www.mathworks.com
secara manual, akan tetapi jika harus 1994-2011 The MathWorks, Inc. Dikutip
menyelesaikan data dalam jumlah yang tanggal 1 Januari 2014.
banyak, menjadikan rumit dan memakan Solomentsev, E.D. (2001), "Complex number",
waktu. Dengan bantuan program Matlab in Hazewinkel, Michiel, Encyclopaedia of
penyelesaian persamaan matematik menjadi Mathematics, Kluwer Academic
lebih cepat dan akurat, dalam hal ini proses Publishers, ISBN 978-1556080104
pemetaan bilangan komplek untuk membuat Spiegel, Murray R dan Koko martono, 1983,. “
desain airfoil dapat dilakukan cepat dan Matematika Lanjutan untuk Para Insinyur
akurat. dan Ilmuwan “ Penerbit Erlangga
Dengan bantuan software Matlab dan Jakarta.
CAD dapat menyelesaikan permasalah di www.cfd4aircraft.com/int_conf/IC1/presentatio
bidang teknik khususnya untuk mendapatkan nsday1/dauhoo.pdf . Dikutip tanggal 20
desain airfoil untuk bilah kincir angin, dengan Desember 2013.
desain yang dapat dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dauhoo M.Z. 2003 .“The Role of the Kutta-
Solution of Euler Equations for a
Symmetrical Airfoil.” Integrating CFD and
Experriments University of Mauritius

111
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 7 No. 1 Agustus 2014

112

Anda mungkin juga menyukai