BAB IV
PESERTA
Pasal 5
Peserta MUSPIMCAB 2022 adalah seluruh Pengurus Cabang, Pengurus Komisariat, dan Pengurus
Rayon, dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Peserta Penuh: BPH Cabang dan BPH Komisariat.
2. Peserta Peninjau: Pengurus Rayon Persiapan dan yang diundang oleh Panitia.
Pasal 6
Hak dan kewajiban peserta MUSPIMCAB 2022 adalah sebagai berikut :
1. Berkewajiban mentaati Tata Tertib MUSPIMCAB 2022.
2. Berkewajiban menjaga ketertiban, kelancaran dan kualitas sidang-sidang serta penyelenggaraan
MUSPIMCAB 2022.
3. Setiap Peserta penuh memiliki hak bicara dan hak suara.
4. Setiap Peserta peninjau hanya memiliki hak bicara.
5. Apabila ada peserta yang melanggar isi ketentuan pasal ini, maka Pimpinan Sidang berhak
menenangkan peserta yang bersangkutan.
6. Apabila peserta telah melanggar isi ketentuan pasal ini sebanyak 3 kali maka pimpinan sidang
berhak mengeluarkan peserta sidang.
7. Berkewajiban Memakai Jas/Almamater PMII dan atau tanda pengenal yang diberikan panitia.
BAB V
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 7
Musyawarah dan Rapat-rapat MUSPIMCAB 2022 terdiri dari :
1. Sidang Pleno merupakan persidangan yang diikuti oleh seluruh peserta MUSPIMCAB 2022, yang
terbagi dalam tiga tahap persidangan yaitu :
a. Sidang Pleno I: Membahas dan menetapkan Tata Tertib MUSPIMCAB 2022.
b. Sidang Pleno II; Membahas dan menetapkan hasil – hasil Sidang komisi.
c. Sidang Pleno III; pengesahan dan penetapan hasil-hasil Komisi.
2. Sidang Komisi, Merupakan persidangan yang dihadiri oleh anggota komisi, sidang komisi terdiri
dari tiga komisi yaitu :
a. KOMISI A: Membahas Peraturan Organisasi tentang Kaderisasi.
b. KOMISI B: Membahas Peraturan Organisasi tentang Sistematika Rapat Tahunan.
c. KOMISI C: Membahas Peraturan Organisasi tentang Rekomendasi Pengembangan
Organisasi.
BAB VI
PIMPINAN SIDANG
Pasal 8
1. Pimpinan sidang Pleno terdiri dari Ketua, Wakil, Sekretaris yang di tentukan oleh SC MUSPIMCAB
2022.
2. Pimpinan Sidang Komisi terdiri dari Ketua, dan Sekretaris yang dipilih oleh peserta sidang komisi
yang bersangkutan.
Pasal 9
TUGAS dan HAK PIMPINAN SIDANG
1. Memimpin jalannya persidangan agar tetap dalam kebersamaan berdasarkan musyawarah untuk
mencapai mufakat.
2. Berusaha mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan dan
mendudukan persoalan yang sebenarnya serta mengembalikan jalannya sidang pada pokok
pembicaraan.
3. Hak dan Kewajiban Pimpinan Sidang :
a. Mengatur urutan pembicaraan.
b. Mengatur dan menertibkan pembicaraan.
c. Menetapkan waktu bagi pembicara.
d. Menyimpulkan pembicaraan-pembicaraan.
e. Menyimpulkan putusan yang diambil.
f. Berhak mengeluarkan peserta MUSPIMCAB 2022 setelah mendapat teguran 3 kali.
PASAL 10
Apabila ada kesalahan, ketua sidang perlu membicarakan masalah- masalah yang perlu
dirundingkan (lobby) atau harus berkonsultasi dengan Penanggung Jawab MUSPIMCAB 2022, maka
sementara dapat meninggalkan tempat, pimpinan sidang diserahkan kepada wakil ketua sidang atau
sekretaris sidang.
BAB VII
QUORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 11
Quorum
1. MUSPIMCAB 2022 dianggap sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah peserta yang ada pada BAB
IV Pasal 5 tata tertib ini.
2. Setiap Sidang Pleno dan Komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh paling sedikit setengah lebih
satu dari jumlah peserta penuh dan peserta peninjau yang hadir.
3. Apabila ayat 1 dan 2 tidak terpenuhi, maka sidang ditunda 1x10 menit dan akan dilanjutkan
kembali tanpa memperhatikan quorum.
Pasal 12
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Semua keputusan diusahakan secara aklamasi dan melalui musyawarah mufakat.
2. Jika karena sesuatu dan lain hal keputusan tidak dapat diambil secara aklamasi atau musyawarah
mufakat, maka dilakukan lobby selama 1x10 menit. Dan jika oleh karena sesuatu dan lain hal
keputusan keputusan tidak dapat dengan cara lobby maka keputusan diambil melalui pemungutan
suara.
3. Keputusan yang didasarkan pada pemungutan suara dianggap sah apabila disetujui oleh suara
terbanyak.
4. Apabila hasil pemungutan suara berimbang atau sama selama 3x pemungutan, maka keputusan
diambil dengan cara qur’ah (diundi).
5. Pemungutan suara dilakukan secara bebas, jujur, adil dan terbuka.
Pasal 13
PENINJAUAN KEMBALI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : 1. Tata-Tertib MUSPIMCAB 2022 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang
Purworejo.
2. Keputusan ini akan ditinjau kembali jika kemudian hari terdapat kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Purworejo
Pada Tanggal : 12 Maret 2022
Waktu : 12.15 WIB
diberikan haknya serta komitmen menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
kader. Pada dasarnya arah gerak internal merupakan sebuah rangkaian untuk menggali,
menumbuhkan, serta membentuk potensi para kader. Sedangkan eksternal merupakan lahan
untuk mengelola potensi, bereksplorasi, dan tempat berekspresi bagi para kader. Dalam
pergerakan kita akan selalu dihadapkan dengan berbagai dinamika yang sangat unik dan
beragam. Terlebih jika melihat latar belakang para kader yang notabene merupakan seorang
santri dan juga berasal dari kampus-kampus keagamaan. Dengan kelebihan tersebut tentunya
akan lebih memudahkan para kader untuk lebih berani untuk berhadapan dengan apapun atau
siapapun dan bertahan disetiap kondisi dan situasi apapun. Potensi yang besar tersebut harus
di kelola seoptimal dan di manfaatkan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan bersama.
Berbagai problematika yang terjadi dari dulu sampai sekarang menitikberatkan pada sebuah
kesimpulan bahwa para kader lebih senang untuk berbicara dengan tanpa makna daripada
untuk membuat karya nyata dari setiap pembicaraan yang telah usai dilakukan. Hal ini
tentunya butuh penyikapan yang tepat untuk lebih meningkatkan produktivitas para kader.
Salah satu cara dapat ditempuh dengan melakukan pengawalan secara terkoordinir terhadap
mental berliterasi para kader. Karena kecil kemungkinan jika kader itu menulis tanpa membaca
dan untuk mengikis kebiasaan hari ini bahwa kader banyak membaca sedikit untuk berkarya.
Bangsa indonesia adalah bangsa yang besar, salah satunya besar dengan kuantitas
penduduknya yang menenmpati posisi ke-5 didunia, negara dengan jumlah penduduk
terbanyak setelah amerika serikat, namun tidak dipungkiri dengan banyaknya jumlah tadi
menjadikan indonesia harus bekerja ekstra dalam meningkatkan kualitas sumber dayanya.
Sehinnga pemerataan alokasi pemberdayaannya harus benar-benar tersistem dan tepat
sasaran agar cita-cita kebangsaan yang dijunjung dapat terlaksana dengan baik. Berbagai
bidang yang ada dalam rangkaian jaring-jaring kenegaraan harus tertata dan terlaksana
dengan optimal, maka perlu adanya kajian intensif dari pakar-pakar yang mumpuni dalam
menata secara ideal bidang- bidang tersebut. Sehingga diharapkan akan tumbuh negara
tersebut kearah perkembangan. Hal ini juga dirasakan oleh pmii purworejo dengan banyaknya
kader dan anggota yang terhimpun saat ini, harus mampu dioptimalkan secara komprehensif,
maka dirasa perlu diadakannya forum ini dengan harapan sistem-sistem yang telah ada
mampu digali kembali esensinya dan pastinya harus selalu di upgrade, agar relevansi dengan
zaman bisa tetap terjaga. Dengan adanya perubahan zaman maka menimbulkan adanya
respon yang berbeda pula. Persoalan-persoalan baru tak dipungkiri akan muncul ke
permukaan, terlebih jika respon yang diambil bertolak belakang dengan zaman. Dengan
adanya penyelarasan maka adalah meminimalisir tergilas oleh zaman. Munculnya persoalan
dalam tubuh kader-kader pmii purworejo, bukan tidak mungkin terawali dari ketidakselarasan,
baik itu ketidakselarasan aplikatif ataupun ketidakselarasan memaknai serapan nilai-nilai yang
meliputi PMII. Sehingga muncul simbol-simbol kelelahan berorganisasi, keretakan
keberpihakan, maupun semangat yang pudar. Dan besar harapan diadakannya simposium ini
mampu mengembalikan kejayaan yang mulai pudar, meliputi kejayaan berintelektual, kejayaan
spiritual, kejayaan prinsip dan tanggung jawab serta kejayaan gairah berorganisasi. Pada
ujungnya titik keselarasan dengan adanya metode dan sistem kaderisasi yang nyata, bukan
ilutif semata, mampu berjalan bersama dengan aplikasi yang membumi dan mudah dipahami
oleh anggota dan kader PMII purworejo dalam konteks zaman sekarang.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengkaderan
PENGKADERAN PMII adalah totalitas upaya pembelajar yang dilakukan secara
terarah, terencana, sistemik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk mengembangkan
potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mepertinggi harkat dan
martabat, memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan insan-insan pergerakan agar
menjadi manusia yang muttaqin, beradab, berani, santun, cerdik-cendekia, berkarakter,
terampil, loyal, peka, mampu dan gigih menjalankan roda organisasi dalam segala upaya
pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangan.
BAB II
KADERISASI FORMAL
Pasal 2
Kaderisasi Formal PMII adalah proses Pendidikan wajib Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia yang diatur dan dilaksanakan secara berjenjang.
BAB III
JENIS-JENIS KADERISASI FORMAL
Pasal 3
1. MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru). MAPABA adalah kaderisasi formal tahap
pertama yang diselenggarakan oleh Pengurus Rayon.
2. PKD (Pelatihan Kader Dasar). PKD adalah kaderisasi formal tahap kedua yang
diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat.
3. PKL (Pelatihan Kader Lanjut). PKL adalah kaderisasi formal tahap ketiga yang
diselenggarakan oleh Pengurus Cabang.
4. PKN (Pelatihan Kader Nasional). PKN kaderisasi formal tahap akhir yang diselenggarakan
oleh Pengurus Besar.
BAB IV
TUJUAN-TUJUAN KADERISASI FORMAL
Pasal 4
Tujuan MAPABA
1. Secara umum, tujuan MAPABA adalah membentuk anggota berkualitas Mu’takid, yakni
anggota yang memiliki keyakinan dan loyalitas terhadap organisasi.
2. Secara khusus, tujuan MAPABA adalah :
a. Memiliki keyakinan bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswaan yang paling tepat
untuk pengembangan diri.
b. Memiliki keyakinan bahwa PMII adalah organisasi mahasiswa Islam yang paling tepat
untuk memperjuangkan idealisme.
c. Menanamkan keyakinan bahwa ajara Ahlussunnah wal jama’ah (ASWAJA) merupakan
prinsip pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan haluan organisasi.
Pasal 5
Tujuan PKD
1. Secara umum, PKD bertujuan membentuk kader Mujahid yakni kader ideologis, loyal,
militan serta memiliki komitmen dan integritas terhadap nilai-nilai pergerakan.
2. Secara khusus, PKD bertujuan untuk :
a. Mengembangkan kualitas diri anggota pasca MAPABA.
b. Menanamkan komitmen kepada kader untuk mengabdikan diri bagi kepentingan PMII.
c. Mengembangkan pengetahuan teoritik dan pengetahuan lapangan yang komprehensif.
d. Mengembangkan kemampuan manajerial dan keterampilan berorganisasi.
e. Menumbuhkembangkan semangat untuk menjadi tauladan bagi kader dalam lingkup
moralitas, intelektualitas, dan bermasyarakat.
Pasal 6
Tujuan PKL
1. Secara umum, PKL bertujuan membentuk kader Mujtahid yakni kategori kader pelopor,
innovator, dan creator.
2. Secara khusus, PKL bertujuan untuk:
a. Mengembangkan kualitas diri kader pasca PKD.
b. Mengembangkan kualitas kepemimpinan pergerakan.
c. Mampu merancang strategi gerakan jangka pendek dan jangka panjang bagi misi
PMII.
d. Mematangkan kapasitas kader dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku organisasi.
e. Mampu mengidentifikasi ruang gerak dirinya saat ini dan masa yang akan datang.
f. Mempertajam kemampuan analisis kader tentang peta kawan dan lawan dalam
perjuangan organisasi dan Islam Ahlussunnah wal jama’ah.
g. Berkembang sebagai pribadi yang percaya diri dan mampu menjadi tauladan bagi
kader untuk berjuang bersama dalam Islam Ahlussunnah Waljamaah.
Pasal 7
Tujuan PKN
1. Secara umum PKN bertujuan membentuk kader Muharrik, yakni kader calon pemimpin
yang berwawasan luas dan berkualitas dengan kategori kader penggerak.
2. Secara khusus, PKN bertujuan untuk :
a. Mengembangkan kualitas diri kader pasca PKL.
b. Menciptakan ideolog organisasi.
c. Mengidentifikasi ruang gerak PMII saat ini dan masa yang akan dating.
d. Melatih strategi untuk meng-counter gerakan lawan dalam pergerakan dan perjuangan
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.
e. Mengembangkan kader untuk menjadi suri tauladan dalam memperjuangkan Islam
Ahlussunnah wal Jama’ah.
f. Menanamkan jiwa korsa PMII.
BAB V
KURIKULUM KADERISASI FORMAL
Pasal 8
Kurikulum MAPABA
NO MATERI KETENTUAN WAKTU
1 Analisa Diri Wajib 120 Menit
2 Nilai Dasar Pergerakan Wajib 120 Menit
3 Islam Indonesia Wajib 180 Menit
4 Sejarah Bangsa Wajib 240 Menit
5 Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial Wajib 120 Menit
6 Gender Wajib 120 Menit
7 Ke-PMII-an Wajib 180 Menit
8 PMII Lokal Wajib 180 Menit
9 Antropologi Kampus Wajib 120 Menit
10 Dasar Pemikiran Tasawuf Pilihan 90 Menit
11 Keorganisasian dan Leadership Pilihan 90 Menit
12 Kajian disiplin Ilmu Fakultatif Pilihan 90 Menit
Pasal 9
Kurikulum PKD
NO MATERI KETENTUAN WAKTU
1 Paradigma PMII Wajib 120 Menit
2 Islam Sebagai Teologi Pembebasan Wajib 180 Menit
3 Analisis Wacana Wajib 120 Menit
4 Analisis Sosial Wajib 120 Menit
5 Peta Gerakan Dakwah Islam Wajib 120 Menit
6 Geopolitik dan Ekonomi Wajib 120 Menit
7 Anatomi Negara Wajib 120 Menit
Pasal 13
Pelatihan Kader Lanjut (PKL)
1. Penyelenggara: PKL diselenggarakan oleh Pengurus Cabang dengan persetujuan dari
Pengurus Besar.
2. Pemateri: Pemateri PKL ditentukan oleh Steering Committee (SC).
3. Fasilitator: Fasilitator PKL adalah tim yang dibentuk oleh Organizing Committee (OC) yang
bertugas membantu Instruktur dalam melakukan pengawalan dan pendampingan saat di
forum.
4. Panitia: Panitia PKL adalah tim yang dibentuk oleh penyelenggara PKL dan disahkan
melalui surat keputusan.
5. Peserta: pengurus komisariat atau kader pasca komisariat yang telah menempuh
kaderisasi formal dan non formal secara berjenjang.
BAB VII
KALENDER KADERISASI
Pasal 14
1. Kaderisasi Mapaba dilaksanakan pada Bulan Oktober.
2. Kaderisasi PKD dilaksanakan pada Bulan Desember.
3. Kaderisasi PKL dilaksanakan pada Bulan Februari.
BAB VIII
KADERISASI NON FORMAL
Pasal 15
Pengertian Umum
Kaderisasi Non Formal adalah proses Pendidikan diluar Pendidikan formal yang
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang sebagai tindak lanjut kaderisasi formal PMII.
BAB IX
METODOLOGI KADERISASI NON FORMAL
Pasal 16
Training Of Fasilitator (TOF)
Kaderisasi non formal yang wajib dilaksanakan oleh pengurus rayon sekurang-
kurangnya satu kali dalam setiap periode.
1. Penyelenggara: TOF diselenggarakan oleh pengurus rayon dengan mendapat
rekomendasi dari pengurus komisariat.
2. Pemateri: Pemateri TOF adalah pengurus cabang yang direkomendasikan oleh ketua
cabang.
3. Fasilitator: Fasilitator TOF adalah pengurus komisariat yang direkomendasikan oleh
ketua komisariat.
4. Panitia: Tim yang dibentuk oleh penyelenggara dengan melibatkan unsur alumni TOF
pasca satu tahun dan disahkan melalui surat keputusan.
5. Peserta: Kader enam bulan pasca PKD.
1. Tujuan TOF secara umum:
a. Memahami situasi dan kondisi diri sendiri dan sosialnya sehingga mampu menentukan
kemana arah gerakan mahasiswa untuk melangkah demi mewujudkan cita-cita
organisasi.
b. Semua peserta paham dan mengerti bagaimana mejadi seorang fasilitator yang baik
dan komunikatif.
c. Kuat secara pengetahuaan, karakter, mental dan skill dalam menghadapi tantangan
yang akan datang sehingga mampu menyelesaikan persoalan problema kaderisasi
dan mampu mengemban amanah gerakan secara kolektif.
2. Target TOF secara umum:
a. Membentuk Kader yang mempunyai pengetahuaan dan wawasan menjadi fasilitator
yang baik dan komunikatif.
b. Menciptakan kader yang bertanggujawab dan peduli atas kondisi kaderisasi.
c. Menciptakan kader yang sadar akan tanggujawab yang di emban sebagai estafet
pengetahuan.
d. Membentuk kader yang kuat secara pengetahuan, karakter dan mental.
3. Kurikulum TOF
Pasal 17
Sekolah Kader
Kaderisasi non formal yang wajib dilaksanakan oleh pengurus komisariat
sekurang-kurangnya satu kali dalam setiap periode.
BAB X
POSISI FORMAL, NON FORMAL, DAN INFORMAL DALAM KADERISASI
Pasal 19
Pengertian Umum
Sistem pengkaderan PMII mengenal tiga sistem pengkaderan yakni pengkaderan
formal, In Formal dan Non Formal. Satu jenis pengkaderan menopang dan menentukan
pengkaderan yang lain. Namun diluar tiga jenis pengkaderan tersebut, satu faktor lain
yang juga sangat menentukan yaitu kebiasaan sehari-hari kader dan iklim keorganisasian
PMII atau yang kami sebut sebagai Lingkungan sehari-hari organisasi. Dalam sebuah
acara seremonial baik acara pengkaderan formal, in formal atau kegiatan formal lain,
seorang individu dapat memakai ‘topeng peran’ sebagaimana dapat dituntut oleh forum-
forum resmi. Namun dalam kehidupan sehari-hari, perilaku dan kebiasaan akan muncul
secara lebih jujur dan natural. Semua ini sangat berpengaruh bagi perkembangan diri
kader serta persepsi mereka terhadap PMII. Artinya bila lingkungan sehari-hari organisasi
tampak nyaman dan kondusif bagi pengembangan diri, seorang kader (terlebih anggota
baru) akan lebih mantap untuk aktif di PMII.
Pasal 20
Skema
FORMAL
REKRUTMEN DISTRIBUSI
Melalui bagan diatas dapat kita lihat empat unsur dari sistem pengkaderan PMII.
NON FORMAL IN (Formal,
FORMALIN Formal, dan Non Formal ),
empat unsur itu terdiri dari tiga jenis pengkaderan
serta lingkungan sehari-hari organisasi. Unsur keempat ini merupakan ruang bagi ketiga
jenis pengkaderan –harus di ingat pula bahwa keempatnya juga berada dalam ruang yang
lebih besar yakni masyarakat. Untuk menjadi seorang kader, anggota PMII harus melewati
keempatnya secara intens. Pengkaderan formal, In Formal dan Non Formal terkait satu
sama lain dalam hubungan segitiga, artinya satu sama lain saling berkaitpaut dan saling
mempengaruhi. Ketiganya terikat secara timbal balik dengan lingkungan sehari-hari
organisasi. Maka, sebagai misal, semangat yang tumbuh dari pengkaderan formal dapat
termentahkan ketika lingkungan sehari-hari organisasi ternyata tidak mampu menjadi lahan
yang kondusif bagi berkembangnya semangat tersebut. Sebaliknya pengkaderan formal
akan mungkin berhasil jika ditopang oleh pengasahan keahlian melalui pengkaderan Non
Formal, pengkaderan In Formal dan lingkungan yang kondusif; demikian seterusnya.
Sebagai satu bagian dari sistem pengkaderan, sekali saja sebuah elemen sistem tidak
berjalan akan mengakibatkan kegoyahan pada elemen yang lain dan kemudian terhadap
sistem itu sendiri. Keterujian seorang kader dalam melewati proses pengkaderan In Formal
serta bekal yang didapat dalam pengkaderan Non Formal merupakan bahan utama bagi
kader untuk menerima materi – materi pengkaderan formal, sehingga dalam pengkaderan
formal kapasitas pengetahuan dan keahlian kader sudah dapat diidentifikasi berdasar dua
jenis pengalaman pengkaderan selain formal. Dengan begitu kualitas kader pasca
pengkaderan formal relatif dapat di kontrol. Pengkaderan In Formal dan Non Formal juga
dapat diarahkan untuk mengisi ‘ruang kosong’ yang diakibatkan penyusutan peserta dalam
jenjang pengkaderan formal.
Pasal 21
Pengkaderan In Formal
Pengkaderan In Formal dilaksanakan setelah pengkaderan Formal, Tujuanya adalah
untuk menguji kader dan membiasakan kader dengan misi, tugas, tanggung jawab, dan
berbagai suasana keseharian organisasi. Selain itu, pengkaderan In Formal bermanfaat
untuk menumbuhkan atau mengasah naluri dan nalar berorganisasi PMII. dalam kaitanya
dengan pengkaderan formal dan sistem pengkaderan PMII secara umum, pengkaderan In
Formal berfungsi untuk mempraktikan apa yang telah didapat dalam pengkaderan formal
dan mengendapkan pengalaman bagi jenjang pengkaderan formal berikutnya. Dengan
kalimat lain pengkaderan In Formal merupakan proses yang diarahkan untuk
mensenyawakan kader dengan berbagai segi dinamika PMII. Melalui proses tersebut
anggota/kader mulai dibiasakan dengan PMII dan memahami PMII dalam makna yang
positif. Karena pada masa pengkaderan In Formal ini, secara diam-diam atau terbuka,
kader akan mulai membandingkan serta menilai antara PMII dalam forum formal (atau
yang dipromosikan) dengan PMII senyatanya. Sehingga apabila fase ini tidak diantisipasi
dengan awas, pengalaman banyaknya kader yang ogah-ogahan aktif atau bahkan keluar
dari PMII, akan terus terjadi.
BAB XI
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 22
1. Apabila ada hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini, akan diatur kemudian hari
berdasarkan musyawarah mufakat.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Purworejo
PadaTanggal: 12 Maret 2022
Waktu : 15.44 WIB
MEMUTUSKAN :
BAB IV
MEKANISME PENGAJUAN SURAT KEPUTUSAN
Pasal 7
Pengertian Umum
Surat keputusan merupakan surat yang berisi suatu keputusan yang dibuat oleh ketua cabang
PMII Purworejo yang berkaitan dengan kebijakan organisasi atau Lembaga. Surat keputusan diajukan
untuk memberikan legal hukum kepada pengurus komisariat dan rayon sebagai pengurus yang sah.
Pasal 8
Pengajuan SK Pengurus Komisariat (PK)
1. Syarat pengajuan SK PK :
a. Surat Pengajuan SK.
b. Berita Acara RTK.
c. Berita Acara Formatur.
d. Struktur Kepengurusan.
e. Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Demisioner.
f. Dokumentasi RTK.
g. Fotocopy Sertifikat PKD bagi Ketua dan BPH Komisariat.
BAB VI
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 11
1. Apabila ada hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini, akan ditetapkan dikemudian hari
berdasarkan musyarawarah mufakat.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Purworejo
PadaTanggal : 12 Maret 2022
Waktu : 15.54 WIB
Memperhatikan : MEMUTUSKAN :
b. Wakil Ketua.
c. Sekretaris.
d. Wakil Sekretaris.
e. Bendahara.
f. Wakil Bendahara.
g. Biro-biro sesuai kebutuhan yang disesuaikan dengan studt, minat, dan bakat.
4. SK dikeluarkan setelah syarat dan ketentuan diatas terpenuhi, dengan masa berlaku terhitung
sejak dikeluarkan.
5. Pengajuan SK selambat-lambatnya dilakukan 1 bulan sejak dibentuknya rayon persiapan.
6. Pengesahan pengurus rayon persiapan dilakukan melalui deklarasi secara mandiri atau
bersana-sama oleh komisariat yang bersangkutan.
Pasal 3
Peningkatan Status Rayon menjadi Definitif
1. Telah menjadi Rayon persiapan selama 1 masa khidmat kepengurusan
2. Dapat menyelenggarakan MAPABA beserta follow-upnya secara mandiri
3. Memiliki 15 anggota aktif di fakultas, prodi, dan atau setingkatnya
4. Dapat menjalankan RTAR secara mandiri
5. Mengajukan SK PR definitif kepada PC
6. Setelah syarat dan ketentuan diatas dipenuhi, maka SK PR definitif akan diberikan oleh PC
dengan masa berlaku terhitung semenjak terpilihnya mandataris RTAR.
BAB II
KADERISASI CABANG
Pasal 4
Internal
Formal: dalam hal ini terkait segala sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh pengurus cabang
mengenai kaderisasi formal.
1. Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA).
a. Mengawal diskusi dan presentasi calon pemateri MAPABA.
b. Memverifikasi dan menetapkan materi dengan Pengurus Komisariat.
c. Menjadi Guarantor dan menetapkan pemateri MAPABA.
2. Pelatihan Kader Dasar (PKD).
a. Mengawal kegiatan PKD.
b. Membuat forum diskusi khusus dalam rangka menyiapkan pemateri PKD.
c. Membuat rumusan materi PKD.
d. Menetapkan pemateri PKD.
3. Pelatihan Kader Lanjut (PKL).
a. Penyelenggara kegiatan.
b. Secara teknis menyiapkan elemen pendukung PKL.
c. Menetapkan Fasilitator yang bertugas membantu kinerja Instuktur dalam forum PKL.
Non Formal: Dalam hal ini terkait segala sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh pengurus
cabang terkait kaderisasi Non Formal. Dilaksanakan oleh kaderisasi sebagai bentuk penguatan di
wilayah intelektual, spiritual dan emosional kader dengan menggunakan tiga pilar kaderisasi yaitu ke
Islaman, ke Indonesiaan dan Ke mahasiswaan. Dengan melihat kebutuhan regional cabang.
1. Diskusi Pengurus 3 Komisariat
Target Kegiatan :
a. Sebagai forum persiapan kaderisasi formal PKL.
b. Menyelaraskan persepsi kaderisasi dan organisasi.
c. Regenerasi kepengurusan cabang.
2. Suluk Pengetahuan
Target kegiatan :
a. Mengembangkan Pengetahuan.
b. Menegakkan Kedisiplinan.
c. Memperkuat Spiritualitas.
3. Bedah Paradigma
Target kegiatan :
a. Memahami sketsa reflektif perjalanan paradigma PMII.
b. Membaca positioning PMII dalam realitas bangsa dan Negara.
c. Mengenal medan gerakan organisasi.
d. Mampu menangkap dan membahasakan kenyataan secara jernih.
4. Sekolah Sejarah
Target kegiatan :
a. Membentuk Kader yang mempunyai pengetahuaan dan wawasan kesejarahan Nasional dan
Internasional.
b. Menciptakan kader yang bertanggujawab dan peduli atas nasib Bangsanya.
c. Menciptakan kader yang sadar akan tanggujawab yang di emban sebagai putra-putri
Indonesia.
d. Membentuk kader yang kuat secara pengetahuan, kareakter dan mental.
e. Mencetak calon-calon pemimpin bangsa masa depan.
In Formal: Dalam pengkaderan In Formal tidak kegiatan yang sifatnya mutlak. Dengan
berpegang pada tujuanya, yaitu; menguji dan membiasakan anggota baru atau kader dengan misi,
tugas, tanggung jawab, dan berbagai suasana organisasi maka bentuk-bentuk pengkaderan ini dapat
selalu dikembangkan.Selain itu, setiap pengkaderan formal secara logis harus diikuti dengan
pengkaderan In Formal yang berbeda, yakni semakin meningkat dalam kekerapandan kualitasnya.
Sehingga pengkaderan In Formal bagi alumni PKD dan PKL tidak bisa disamakan dengan
pengkaderan alumni MAPABA. Bahkan alumni kedua pengkaderan formal tersebut sudah saatnya
untuk dibiasakan melakukan pengkaderan In Formal alumni MAPABA secara terkoordinir bersama
dengan pengurus rayon maupun pengurus komisariat.
1. Selalu mengajak dan mengundang anggota/kader dalam diskusi-diskusi yang diadakan PMII.
2. Melibatkan kader dalam kepanitiaan-kepanitiaan yang ada di PMII.
3. Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam agenda-agenda PMII di publik
(demonstrasi, bakti sosial, study banding dll).
4. Membentuk kelompok-kelompok diskusi, minat dan bakat (pecinta alam, kelompok seni-sastra
dll.) sesuai dengan kebutuhan anggota/kader; dalam format smaal group atau format yang lain.
5. Mendelegasikan anggota/kader, dengan tetap didampingi, dalam diskusi atau kegiatan yang
diadakan oleh organisasi lain.
6. Memberikan tugas-tugas khusus kepada anggota/kader seperti menggali informasi,
menyebarkan opini, dll. diluar PMII.
7. Menugaskan anggota/kader untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan lengkap dengan
kepanitiaanya (badzar buku, bakti sosial, vaksinasi, bedah buku, seminar dll).
Pasal 5
Eksternal
Formal: dalam hal ini terkait segala sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh pengurus cabang
mengenai kaderisasi formal.
1. Pelatihan Kader Dasar (PKD)
a. Memverikasi Komisariat dalam kaderisasi diluar Cabang Purworejo.
b. Bersama Komisariat melakukan evaluasi pelaksanaan kaderisasi di luar Cabang Purworejo.
2. Pelatihan Kader Lanjut (PKL)
a. Merekomendasikan kaderisasi diluar Cabang Purworejo.
b. Bersama Kaderisasi melakukan evaluasi pelaksanaan kaderisasi di luar Cabang Purworejo.
Non Formal: Dalam hal ini terkait segala sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh pengurus
cabang terkait kaderisasi Non Formal. Dilaksanakan oleh eksternal sebagai bentuk penguatan di
wilayah intelektual, spiritual dan emosional kader dengan menggunakan tiga pilar kaderisasi yaitu ke
Islaman, ke Indonesiaan dan Ke mahasiswaan. Dengan melihat kebutuhan regional cabang.
1. Diskusi Seputar Isu Terkini
Target kegiatan :
a. Menyambung komunikasi/silaturrahim antara tiga komisariat dengan cabang.
Pasal 6
Keagamaan
Sebagai organisasi yang berideologi ahlusunnah Waljama’ah sudah semestinya
memahamai nilai nilai yang terkandung didalamnya agar perjalanan roda organisasi sesui
dengan nilai dan harapan yang di cita citakan terlebih pemahaman agama islam ahlusunnah
wal jama’ah untuk kader sebagi penerus roda organisasi untuk menuju bangsa yang jaya dan
islam yang benar dalam koridor ahlusunnah wal jamaah. Sadar akan pentingnya pemahaman
agama untuk kader PMII purworejo maka sudah sepantasnya untuk membenahi proses kader
dalam mengkaji wawasan agama islam ahlusunnah wal jama’ah yang akan di rancang dari
bidang keagamaan.
Mengingat islam merupakan rohmatan lilalamain maka sudah menjadi kewajiban untuk
dakwah menyebar luaskan ajaran islam ahlusunnah wal jama’ah dengan menghidupkan nilai
nilai agama islam baik dengan cara formal maupun kultur yang telah terbangun di PMII
purworejo dengan harapan terbentuknya spiritual kader Tangguh yang akan menjadi kekuatan
tersendiri dalam Gerakan di PMII Purworejo.
1. Sekolah Madzhab Syafi’i
Sekolah Mazhab merupakan kegiatan kaderisasi non formal yang dilaksanakan
oleh Pengurus Cabang PMII Purworejo untuk mendalami pemahaman agama paham
ahlisunnah wal jama’ah dari pemikiran Mazhab Syafi’i mengingat mayoritas Islam di
Indonesia menggunakan Mazhab Syafi’i dan banyaknya paham baru yang bergeliat
mempengaruhi pemahaman islam di Indonesia khususnya di Purworejo sendiri yang saat
ini mulai berani menampakan secara terang terangan, pemahaman agama merupakan
benteng kader dalam bergerak agar tidak keluar dari nilai Islam yang di anut paham
Ahlisunnah Wal Jama’ah.
Target kegiatan :
a. Membentuk kader yang mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas terhadap
pemahaman Agama khususnya dalam pemikiran Mazhab Imam Syafi’i.
b. Menciptakan kader yang bertanggung jawab dan peduli atas keberlangsungan Islam
yang diyakini untuk Bangsa dan Negara.
c. Menciptakan kader yang sadar akan tanggung jawab yang di emban sebagai putra putri
Indonesia.
d. Membentuk kader yang kuat secara pemahaman agama, karakter dan mental.
e. Mencetak generasi pemimpin Umat dan Negara.
2. Diskusi Kajian Pemikiran Islam
Target kegiatan :
a. Mampu membaca peta gerakan Islam.
b. Mendalami pemikiran para tokoh Islam.
c. Memperkuat basis pemikiran Ahlussunnah Wal Jama’ah.
3. Mujahadah
a. Sesuai dengan ijazah yang di berikan oleh ketua MABINCAB.
b. Diamalkan oleh anggota, kader, Pengurus Rayon, Pengurus Komisariat, dan Pengurus
Cabang.
4. Ziarah Makam Aulia
a. mengenalkan kepada seluruh anggota dan kader PMII terhadap Ulama yang sudah
berjuang dan mempertahankan Nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia.
b. Mengambil nilai perjuangan dakwah Islam.
c. Membentuk spiritual kepercayaan ajaran Islam.
BAB III
KOMISARIAT
Pasal 7
Formal
1. Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA)
a. Mendampingi kegiatan MAPABA.
b. Mendampingi diskusi dan presentasi calon pemateri MAPABA
c. Mendiskusikan dan merekomendasikan pemateri MAPABA serta mengajukannya kepada
Pengurus Cabang.
d. Merumuskan materi dan mengajukannya kepada Pengurus Cabang.
2. Pelatihan Kader Dasar (PKD)
a. Menyelenggarakan PKD.
b. Menyiapkan Fasilitator PKD.
c. Menyiapkan elemen pendukung PKD.
3. Pelatihan Kader Lanjut (PKL)
a. Menyiapkan dan merekomendasikan peserta PKL.
Pasal 8
Non Formal
Dilaksanakan oleh Kaderisasi sebagai bentuk penguatan di wilayah intelektual, spiritual, dan
emosional kader dengan menggunakan tiga pilar kaderisasi yaitu ke-Islam-an, ke-Indonesia-an, dan
ke-Mahasiswa-an.
1. Suluk Pengetahuan.
2. Sekolah Kader.
3. Sekolah Filsafat.
4. Sekolah Jurnalistik.
BAB IV
RAYON
Pasal 9
Formal
1. Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA)
a. Menyelenggarakan MAPABA.
b. Menyiapkan elemen pendukung MAPABA.
2. Pelatihan Kader Dasar (PKD)
a. Sebagai fasilitator PKD (satu angkatan Kepengurusan Rayon).
b. Menyiapkan dan merekomendasikan peserta PKD.
3. Pelatihan Kader Lanjut (PKL)
a. Pembantu umum.
Pasal 10
Non Formal
Dilaksanakan oleh kepengurusan sebagai bentuk penguatan di wilayah intelektual, spiritual,
dan emosional kader dengan menggunakan tiga pilar kaderisasi yaitu ke-Islam-an, ke-Indonesia-an,
dan ke-Mahasiswa-an.
1. Suluk Pengetahuan.
2. Diskusi Keilmuan Fakultatif.
3. Sekolah Aswaja.
4. Training Of Fasilitator (TOF).
BAB V
INFORMAL
Pasal 11
Komisariat & Rayon
Dalam pengkaderan In Formal tidak kegiatan yang sifatnya mutlak. Dengan berpegang pada
tujuanya, yaitu; menguji dan membiasakan anggota baru atau kader dengan misi, tugas, tanggung
jawab, dan berbagai suasana organisasi maka bentuk-bentuk pengkaderan ini dapat selalu
dikembangkan. Selain itu, setiap pengkaderan formal secara logis harus diikuti dengan pengkaderan In
Formal yang berbeda, yakni semakin meningkat dalam kekerapandan kualitasnya. Sehingga
pengkaderan In Formal bagi alumni PKD dan PKL tidak bisa disamakan dengan pengkaderan alumni
MAPABA. Bahkan alumni kedua pengkaderan formal tersebut sudah saatnya untuk dibiasakan
melakukan pengkaderan In Formal alumni MAPABA secara terkoordinir bersama dengan pengurus
rayon maupun pengurus komisariat.
1. Selalu mengajak dan mengundang anggota/kader dalam diskusi-diskusi yang diadakan PMII.
2. Melibatkan anggota/kader dalam kepanitiaan-kepanitiaan yang ada di PMII.
3. Selalu mengundang dan mengajak anggota/kader dalam agenda-agenda PMII di publik
(demonstrasi, bakti sosial, study banding dll.)
4. Membentuk kelompok-kelompok diskusi, minat dan bakat (pecinta alam, kelompok seni-sastra
dll.) sesuai dengan kebutuhan anggota/kader; dalam format small group atau format yang lain.
5. Mendatangi anggota/kader baik ke kos atau campus, atau bahkan dirumahnya, mengajak
diskusi ringan (ngobrol santai), merangsang pikiran untuk tetap sinergi dengan idiologi PMII.
6. Mengajak anggota/kader mengunjungi Cabang PMII atau komisariat lain baik dalam suatu
acara tertentu ataupun hanya silaturrahim.
7. Mendorong dan memantau anggota/kader untuk terlibat dalam kepanitiaan acara-acara yang
diselenggarakan oleh Campus.
8. Mendorong dan memantau anggota/kader untuk terlibat secara aktif di organisasi-organisasi
intra kampus (SEMA, DEMA, HIMA, HMJ, HMPS, UKM).
9. Menstimulus dan memotivasi anggota/kader dalam membaca, diskusi, dan presentasi.
BAB VI
KOPRI
Pasal 12
Cabang
Sebagai sebuah badan semi otonom dalam tubuh PMII, KOPRI menjadi wilayah taktis-
strategis dalam upaya pembinaan dan pemberdayaan kader-kader perempuan. Hal itu berjalan
tidak terlepas dari konsep kaderisasi PMII secara utuh serta mempertimbangkan berbagai asas-
asas internal maupun eksternal yang ada. Berbagai gerakan KOPRI diarahkan untuk menjadi
penyeimbang dinamika organisasi di setiap levelnya. Sebagai sebuah organisasi yang fokus pada
basis pengkaderan putri yang berada dibawah naungan PC PMII Purworejo yang ditujukan untuk
menggali potensi dan mengembangkan kapasitas keilmuan para kader putri serta mendidik kader
putri agar terbentuk sebuah karakter yang kuat yang mampu mengimbangi para sahabat untuk
menjalani kehidupan yang sangat menjunjung tinggi cita-cita kemerdekaan yang seutuhnya bagi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebutuhan akan ruang gerak dan ekspresi untuk para
mahasiswi menjadi suatu alasan untuk menjadikan organisasi khususnya PMII Putri menjadi
sebuah ruang pendidikan, pelatihan, bacaan dan pembelajaran sebagai bekal untuk mahasiswi
kelak apabila sudah terjun langsung mengabdi pada masyarakat. Secara garis besar kader PMII
putri Purworejo masih didominasi oleh kampus-kampus yang berlatar belakang kaislaman seperti
STAINU, STAIAN, dan UMP. Tentu ini menjadi tantangan bersama apakah nantinya PMII putri
Purworejo akan bertahan kokoh atau tidak serta mampu memperluas jaringan sampai kekampus-
kampus yang non-Islam.
1. Formal : dalam hal ini terkait segala sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh KOPRI Cabang
mengenai kaderisasi formal KOPRI.
a. Sekolah Kader KOPRI (SKK)
Sekolah kader kopri merupakan kaderisasi formal yang dilaksanakan oleh pengurus
KOPRI cabang PMII Purworejo.
1) Gambaran teknis
Secara teknis Sekolah Kader Kopri diselenggarakan oleh pengurus KOPRI
Cabang PMII Purworejo dengan membentuk panitia kegiatan yang melibatkan unsur
pengurus KOPRI Cabang, pengurus dan anggota kopri komisariat yang telah mengikuti
SKK.
2) Objek sasaran
Sekolah Kader Kopri dilaksanakan bagi Anggota KOPRI yang telah mengikuti SIG
(Sekolah Islam Gender) dan atau PKD.
3) Tujuan realisasi
Tertanamnya nilai-nilai pentingnya membangun KOPRI dan pentingnya peran
perempuan di segala sektor. Membangun karakter diri dalam menghadapi perubahan
zaman, serta meningkatkan kwalitas dan wawasan kader KOPRI kedepan.
b. Sekolah Islam Gender (SIG)
1) Mendampingi kegiatan SIG.
2) Mendiskusikan dan menetapkan pemateri SIG Bersama KOPRI Komisariat.
2. Non Formal:
1) Membangun basis wacana khusus Perempuan yang mendukung gerakan KOPRI.
a. Fiqh Perempuan.
b. Nahdlatun Nisa.
c. Feminisme.
d. Sejarah dan gerakan perempuan.
e. Kesetaraan gender.
2) Menumbuhkan Life skill untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
a. Pelatihan Media.
b. Pelatihan-pelatihan berbasis ekonomi mandiri.
3. Aktif dalam merespon isu-isu local yang berkaitan masalah perempuan.
4. Aktif menjalin komunikasi dengan Lembaga yang konsen dengan persoalan-persoalan
perempuan (Dinas, LSM, Komunitas, dll).
Pasal 13
Komisariat
1. Formal: dalam hal ini terkait segala sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh KOPRI Komisariat
mengenai kaderisasi formal KOPRI.
Pasal 14
Materi Kaderisasi KOPRI
1. Sekolah Islam dan Gender (SIG)
NO MATERI KETENTUAN WAKTU
1 Ke-KOPRI-an Wajib 120 Menit
2 Perempuan Perspektif Al-Qur’an Wajib 120 Menit
3 Perempuan Perspektif Hadits Wajib 120 Menit
4 Fiqh Perempuan Wajib 120 Menit
5 Citra Diri Kader KOPRI Wajib 120 Menit
6 Strategi Pengembangan Diri Wajib 120 Menit
7 Kepemimpinan Perempuan dalam Islam Tambahan 120 Menit
8 Sejarah Gerakan Perempuan Lokal Tambahan 120 Menit
9 Konsep Dasar Islam Wajib 120 Menit
10 Hukum Islam di Indonesia Wajib 120 Menit
Ditetapkan di : Purworejo
PadaTanggal : 12 Maret 2022
Waktu : 16.05 WIB
MEMUTUSKAN :