Anda di halaman 1dari 23

Makalah

KRIPT
OGRA

DOSEN PEMBIMBING : MUH. IRWAN SYAHIB, ST., M.KOM

DISUSUN OLEH

NAMA : KIKI KUSPRATIWI NINGSIH

NIM : A119050

TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

SULAWESI TENGGARA

KENDARI 2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah, Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “KRIPTOGRAFI” ini
tepat pada waktunya.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini banyak menemui
kesulitan dan hambatan. Namun berkat dukungan, motivasi serta bantuan dari berbagai pihak
baik moril maupun material sehingga hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, bersama
dengan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada berbagai pihak
yang telah membantu serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan
Makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan untuk perbaikan Makalah ini baik dalam penulisan maupun dalam isi makalah. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi sekalian pembaca dan khususnya bagi pribadi
penulis.

Kendari, 25 Maret 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kriptografi
B. Sejarah Kriptografi
C. Elemen-Elemen Kriptografi
D. Jenis-Jenis Kriptografi
E. Fungsi Kriptografi
F. Kriteria Kemanan Kriptografi
G. Penyerangan terhadap Kriptografi
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kriptografi merupakan seni dan ilmu untuk menulis rahasia “The Art of Secreet Writing”.
Tujuan dari kriptografi adalah mengolah informasi dengan algoritma tertentu supaya pesan
tidak dapat dibaca. Proses yang dilakukan untuk mengamankan sebuah pesan (plaintext)
menjadi pesan yang tersembunyi (ciphertext) disebut dengan enkripsi (encryption).
Chiphertext adalah pesan yang sudah tidak dapat dibaca dengan mudah atau sulit dimengerti
maknanya. Proses untuk mengembalikan atau mengubah ciphertext menjadi plaintext disebut
dekripsi (decryption). Namun penggunaan kriptografi sering menimbulkan kecurigaan pihak
ketiga, sebab pesan yang sulit dimengerti pasti sudah diolah dan menunjukkan bahwa pesan
itu merupakan informasi penting. Apalagi saat ini semakin berkembang kemampuan untuk
memecahkan kriptografi yang disebut krpitanalisis.
Untuk menghindari permasalahan tersebut maka terciptalah steganografi, yaitu metode
menyembunyikan informasi pada sebuah media, bisa berupa media gambar, suara ataupun
video. Aspek terpenting dari steganografi adalah tingkat keamanan penyembunyian
informasinya, yang mengacu pada seberapa besar ketidakmampuan pihak ketiga dalam
mendeteksi keberadaan informasi yang tersembunyi. Steganografi yang umum digunakan
adalah penyembunyian informasi pada media gambar, di mana informasi text dimasukkan ke
dalam bit pixel gambar. Namun metode yang sering digunakan masih cukup sederhana
sehingga pihak ketiga masih bisa mendapatkan informasi yang disembunyikan. Oleh karena
itu pada tugas akhir ini dibuat sebuah implementasi yang membuat steganografi suatu file
pada media stegano menjadi lebih kuat dan aman. Implementasi ini mengenkripsi suatu file
dengan sebuah password menggunakan algoritma kriptografi Data Encryption Standard
(DES) dan algoritma Blowfish. Informasi yang telah di enkripsi kemudian di sembunyikan di
media stegano dengan menggunakan algoritma Least Significant Bits (LSB).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kita tarik suatu rumusan masalah:
1. Apa pengertian Kriptografi?
2. Bagaimana sejarah darai Kriptografi?
3. Apa saja Jenis-Jenis dari Kriptografi?
4. Apa saja Elemen-Elemen dari Kriptografi
5. Apa Fungsi dari Kriptografi?
6. Apa saja Kriteria Kemanan Kriptografi?
7. Apa saja Jenis-Jenis serangan dari Kriptografi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kriptografi
Secara etimologi kata kriptografi (Cryptography) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
kryptos yang artinya yang tersembunyi dan graphein yang artinya tulisan (Prayudi, 2005).
Awal mula kriptografi dipahami sebagai ilmu tentang menyembunyikan pesan (Sadikin,
2012), tetapi seiring perkembangan zaman hingga saat ini pengertian kriptografi berkembang
menjadi ilmu tentang teknik matematis yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
keamanan berupa privasi dan otentikasi (Diffie, 1976).
Kriptografi mempunyai 2 (dua) bagian yang penting, yaitu :
1. Enkripsi adalah proses dari penyandian pesan asli menjadi pesan yang tidak dapat
diartikan seperti aslinya.
2. Dekripsi adalahmerubah pesan yang sudah disandikan menjadi pesan aslinya. Pesan asli
biasanya disebutplaintext, sedangkan pesan yang sudah disandikandisebut ciphertext.
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa masukan berupa plaintext akan masuk ke dalam
blok enkripsi dan keluarannya akan berupa ciphertext, kemudian ciphertext akan masuk ke
dalam blok dekripsi dan keluarannya akan kembali menjadi plaintext semula.

B. Sejarah Kriptografi
Penulisan rahasia ini dapat dilacak kembali ke 3000 tahun SM saat digunakan oleh
bangsa Mesir. Mereka menggunakan hieroglyphcs untuk menyembunyikan tulisan dari
mereka yang tidak diharapkan. Hieroglyphcs diturunkan dari bahasa Yunani hieroglyphica
yang berarti ukiran rahasia. Hieroglyphs berevolusi menjadi hieratic, yaitu stylized script yang
lebih mudah untuk digunakan. Sekitar 400 SM, kriptografi militer digunakan oleh bangsa
Spartan dalam bentuk sepotong papyrus atau perkamen dibungkus dengan batang kayu.
Sistem ini disebut Scytale. Sekitar 50 SM, Julius Caesar, kaisar Roma, menggunakan cipher
substitusi untuk mengirim pesan ke Marcus Tullius Cicero. Pada cipher ini, huruf-huruf
apfabet disubstitusi dengan huruf-huruf yang lain pada alfabet yang sama. Karena hanya satu
alfabet yang digunakan, cipher ini merupakan substitusi monoalfabetik. Cipher semacam ini
mencakup penggeseran alfabet dengan 3 huruf dan mensubstitusikan huruf tersebut. Substitusi
ini kadang dikenal dengan C3 (untuk Caesar menggeser 3 tempat). Secar umum sistem cipher
Caesar dapat ditulis sbb : ZiCn(Pi)
Dimana Zi adalah karakter-karekter ciphertext, Cn adalah transformasi substitusi
alfabetik, adalah jumlah huruf yang digeser, dan Pi adalah karakterkarakter plaintext. Disk
mempunyai peranan penting dalam kriptografi sekitar 500 th yang lalu. Di Italia sekitar tahun
1460, Leon Battista Alberti mengembangkan disk cipher untuk enkripsi. Sistemnya terdiri
dari dua disk konsentris. Setiap disk memiliki alfabet di sekelilingnya, dan dengan memutar
satu disk berhubungan dengan yang lainnya, huruf pada satu alfabet dapat ditransformasi ke
huruf pada alfabet yang lain. Bangsa Arab menemukan cryptanalysis karena kemahirannya
dalam bidang matematika, statistik, dan lingiustik. Karena setiap orang muslim harus
menambah pengetahuannya, mereka mempelajari peradaban terdahulu dan mendekodekan
tulisantulisannya ke huruf-huruf Arab. Pada tahun 815, Caliph al-Mamun mendirikan House
of Wisdom di Baghdad yang merupakan titik pusat dari usaha-usaha translasi. Pada abad ke-9,
filsuf Arab al-Kindi menulis risalat (ditemukan kembali th 1987) yang diberi judul “A
Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages”. Pada 1790, Thomas Jefferson
mengembangkan alat enkripsi dengan menggunakan tumpukan yang terdiri dari 26 disk yang
dapat diputar secara individual. Pesan dirakit dengan memutar setiap disk ke huruf yang tepat
dibawah batang berjajar yang menjalankan panjang tumpukan disk. Kemudian, batang
berjajar diputar dengan sudut tertentu, A, dan huruf-huruf dibawah batang adalah pesan yang
terenkripsi.
Penerima akan menjajarkan karakter-karakter cipher dibawah batang berjajar, memutar
batang kembali dengan sudut A dan membaca pesan plaintext. Sistem disk digunakan secara
luas selama perang sipil US. Federal Signal Officer mendapatkan hak paten pada sistem disk
mirip dengan yang ditemukan oleh Leon Battista Alberti di Italia, dan dia menggunakannya
untuk mengkode dan mendekodekan sinyal-sinyal bendera diantara unitunit. Sistem Unix
menggunakan cipher substitusi yang disebut ROT 13 yang menggeser alfabet sebanyak 13
tempat. Penggeseran 13 tempat yang lain membawa alfabet kembali ke posisi semula, dengan
demikian mendekodekan pesan. Mesin kriptografi mekanik yang disebut Hagelin Machine
dibuat pada tahun 1920 oleh Boris Hagelin di Scockholm, Swedia. Di US, mesin Hagelin
dikenal sebagai M-209. Gambar 2 : mesin Enigma, digunakan olek militer Jerman pada akhir
1920 dan pada akhir dari Perang Dunia II, menggunakan chipertext elektro mekanik yang
kompleks untuk menjaga kerahasiaan komunikasi yang sensitif. Pada tahun 20-an, Herbert O.
Yardley bertugas pada organisasi rahasia US MI-8 yang dikenal sebagai “Black Chamber”.
MI-8 menjebol kode-kode sejumlah negara. Selama konferensi Angkatan Laut Washington
tahun 1921-1922, US membatasi negosiasi dengan Jepang karena MI-8 telah memberikan
rencana negosiasi Jepang yang telap disadap kepada sekretaris negara US. Departemen negara
menutup MI-8 pada tahun 1929 sehingga Yardley merasa kecewa. Sebagai wujud
kekecewaanya, Yardley menerbitkan buku The American Black Chamber, yang
menggambarkan kepada dunia rahasia dari MI-8. Sebagai konsekuensinya, pihak Jepang
menginstal kode-kode baru. Karena kepeloporannya dalam bidang ini, Yardley dikenal
sebagai “Bapak Kriptografi Amerika”.

C. Elemen-Elemen Kriptografi
1. Pesan, Plainteks dan Cipherteks
Pesan adalah data atau informasi yang dapat dibaca dan dimengerti maknanya. Nama lain
untuk pesan adalah plainteks. Agar pesan tidak bisa dimengerti maknanya oleh pihak lain,
maka pesan perlu disandikan ke bentuk lain yang tidak dapat dipahami. Bentuk pesan yan g
tersandi disebut cipherteks
2. Pengirim dan Penerima
Pengirim adalah entitas yang mengirim pesan kepada entitas lainnya. Penerima adalah
entitas yang menerima pesan. Entitas di sini dapat berupa orang, mesin (komputer), kartu
kredit dan sebagainya.
3. Enkripsi dan dekripsi
Proses menyandikan plainteks menjadi cipherteks disebut enkripsi. Sedangkan proses
mengembalikan cipherteks menjadi plainteks semula dinamakan dekripsi
4. Cipher
Algoritma kriptografi disebut juga cipher yaitu aturan untuk enciphering dan deciphering,
atau fungsi matematika yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi. Konsep matematis yang
mendasari algoritma kriptografi adalah relasi antara dua buah himpunan yaitu himpunan
yang berisi elemen-elemen plainteks dan himpunan yang berisi cipherteks. Enkripsi dan
dekripsi adalah fungsi yang memetakan elemen-elemen antara kedua himpunan tersebut.
5. Sistem kriptografi
Sistem kriptografi merupakan kumpulan yang terdiri dari algoritma kriptografi, semua
plainteks dan cipherteks yang mungkin dan kunci.
6. Penyadap
Penyadap adalah orang yang berusaha mencoba menangkap pesan selama ditransmisikan
dengan tujuan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sistem kriptografi
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan maksud untuk memecahkan cipherteks.
7. Kriptanalisis dan kriptologi
Kriptanalisis (cryptanalysis) adalah ilmu dan seni untuk memecahkan cipherteks menjadi
plainteks tanpa mengetahui kunci yang digunakan. Pelakunya disebut kriptanalis. Kriptologi
adalah studi mengenai kriptografi dan kriptanalisis.

D. Jenis-Jenis Kriptografi
1. Kriptografi Modern
Algoritma ini memiliki tingkat kesulitan yang kompleks (Prayudi, 2005), dan kekuatan
kriptografinya ada pada key atau kuncinya (Wirdasari, 2008). Algoritma ini menggunakan
pengolahan simbol biner karena berjalan mengikuti operasi komputer digital. Sehingga
membutuhkan dasar berupa pengetahuan terhadap matematika untuk menguasainya
(Sadikin, 2012).

a. Kriptografi Kunci-Simetris
Kriptografi kunci-simetrik mengarah kepada metode enkripsi yang mana baik pengirim
maupun yang dikirim saling memiliki kunci yang sama(walaupun kebanyakan kunci yang
ada sedikit berbeda namun masih berhubungan dalam hal kemudahan perhitungan). Berikut
ini merupakan jenis enkripsi yang diketahui sampai tahun 1976.Secret-key cryptography
kadang disebut sebagai symmetric cryptography merupakan bentuk kryptografi yang lebih
tradisional, dimana sebuah kunci tunggal dapat digunakan untuk mengenkrip dan mendekrip
pesan. Secret-key cryptography tidak hanya berkaitan dengan enkirpsi tetapi juga berkaitan
dengan otentikasi. Salah satu teknik semacam ini disebut message authentication codes.
Data Encryption Standart (DES) dan Advanced Encryption Standart (AES) adaalh salah satu
desain sandi balok yang sudah didesain standar kriptografi oleh pemerintah AS. Meskipun
terdapat bantahan dari standar resminya, DES masih cukup terkenal dan digunakan sebagai
aplikasi yang sudah luas penggunaannya, dari enkripsi ATM sampai privasi email dan akses
keamanan. Banyak sandi balok lain yang telah didesaindan diluncurkan ke publik dengan
mempertimbangkan kualitas dalam berbagai variasi.Tetapi banyak pula yang sudah
terbongkar.
Sandi gelombang berlawanan dengan sandi balok, membuat material gelombang panjang
yang berubahubahyang dikombinasikan dengan kode tulisan bit demi bit atau karakter demi
karakter. Masalah utama yang dihadapi secret-key cryptosystems adalah membuat pengirim
dan penerima menyetujui kunci rahasia tanpa ada orang lain yang mengetahuinya. Ini
membutuhkan metode dimana dua pihak dapat berkomunikasi tanpa takut akan disadap.
Kelebihan secret-key cryptography dari public-key cryptography adalah lebih cepat.Teknik
yang paling umum dalam secret-key cryptography adalah block ciphers, stream ciphers, dan
message authentication codes.

Gambar 1: Kriptografi Simetris

Contoh Kriptografi Simetris:

Perhitungan Matematis Dasar dari teknik hill cipher adalah aritmatika modulo terhadap
matriks. Dalam penerapannya, Hill cipher menggunakan teknik perkalian matriks dan teknik
invers terhadap matriks. Kunci pada hill cipher adalah matriks n x n dengan n merupakan
ukuran blok. Jika matriks kunci kita sebut dengan K, maka matriks K adalah sebagai berikut:

Matriks K yang menjadi kunci ini harus merupakan matriks yang invertible, yaitu
memiliki multiplicative inverse K-1 sehingga :
K.K-1 = 1
Ingat ! Kunci harus memiliki invers karena matriks K-1 tersebut adalah kunci yang
digunakan untuk melakukan dekripsi.
Cara Enkripsi
Dengan mengkodekan atau mengubah setiap huruf abjad dengan integer sebagai berikut: A
= 0, B = 1, …, Z = 25

maka secara matematis, proses enkripsi pada hill cipher adalah:


C = K . P mod 26
C = Cipherteks | K = Kunci | P = Plainteks
Proses enkripsi pada hill cipher dilakukan per blok plainteks. Ukuran blok tersebut sama
dengan ukuran matriks kuncinya. Perhatikan contoh dibawah ini!
P = D O D I S P U T R A ,dikodekan/diintegerkan menjadi
P = 3 14 3 8 18 15 20 19 17 0

Karena matriks kunci K berukuran 2, maka plainteks dibagi menjadi blok yang masing-
masing bloknya berukuran 2 karakter. Blok pertama dari plainteks P1,2 =[3;14] kemudian
dienkripsi dengan kunci K dengan persamaan C = K . P mod 26. Karena perkalian tersebut
menghasilkan lebih dari angka 25 maka dilakukan modulo 26 pada hasil yang lebih dari 25.

Karakter yang
berkorespondensi dengan 21 dan 9 adalah V dan J. Setelah melakukan enkripsi semua blok
pada plainteks P maka dihasilkan cipherteks C sebagai berikut:
P=DODISPUTRA
C=VJRNPWLURX
Cipherteks yang dihasilkan oleh enkripsi hill chiper atau kode hill menghasilkan cipherteks
yang tidak memiliki pola yang mirip dengan plainteks atau pesan aslinya.
Mancari K Invers dan Teknik Dekripsi
Perhitungan matematis dekripsi pada hill chiper atau kode hill ini sama halnya dengan
enkripsi. Namun matriks kunci harus dibalik (invers) terlebih dahulu dan kunci invers harus
memenuhi persamaan K . K-1 = 1.
P=K-1.Cm26
Sebelum mendekripsi kita akan menginvers kunci K terlebih dahulu, untuk menginvers kita
akan menggunakan persamaan [K | I] = K-1, proses invers ini kita akan kita lakukan dengan
operasi baris/ row operation.

Dari perhitungan diatas didapatkan K invers :

K invers ini sudah memenuhi persamaan K . K-1 = I, berdasarkan perkalian K dengan K-


1 kemudian dimodulasi dengan 26 menghasilkan I = [1 0;0 1]. Setelah itu kita akan
melakukan dekripsi terhadap chiperteks, kemudian dirubah menjadi integer terlebih dahulu.
Dengan kunci dekripsi yang dimiliki, kriptanalis hanya perlu menerapkan persamaan (P =
K-1 . C mod 26) pada cipherteks dan kunci, sehingga menghasilkan plainteks/ pesan asli (P
= D O D I S P U T R A).

Hill cipher/ kode hill merupakan algoritma kriptografi klasik yang sangat kuat dilihat dari
segi keamanannya dnegan matriks kunci hill cipher harus merupakan matriks yang
invertible, karena disitulah letak keunikan sekaligus kesulitan kode hill tersebut.
b. Kriptografi Kunci-Publik/Asimetris
Kriptografi Simetris adalah : Kode Hill atau lebih dikenal dengan Hill cipher merupakan
salah satu algoritma kriptografi kunci simetris dan merupakan salah satu kripto
polyalphabetic. Hill cipher diciptakan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929 .
Teknik kriptografi ini diciptakan dengan maksud untuk dapat menciptakan cipher yang
tidak dapat dipecahkan menggunakanteknik analisis frekuensi. Berbeda dengan caesar
cipher, hill cipher tidak mengganti setiap abjad yang sama pada plainteks dengan abjad
lainnya yang sama pada cipherteks karena menggunakan perkalian matriks pada dasar
enkripsi dan dekripsinya.
Hill cipher merupakan penerapan aritmatika modulo pada kriptografi. Teknik kriptografi
ini enggunakan sebuah matriks persegi sebagai kunci berukuran m x m sebagai kunci untuk
melakukan enkripsi dan dekripsi. Dasar teori matriks yang digunakan dalam Hill cipher
antara lain adalah perkalian antar matriks dan melakukan invers pada matriks.
Karena menggunakan matriks sebagai kunci, Hill cipher merupakan algoritma kriptografi
kunci simetris yang sulit dipecahkan, karena teknik kriptanalisis seperti analisis frekuensi
tidak dapat diterapkan dengan mudah untuk memecahkan algoritma ini. Hill cipher sangat
sulit dipecahkan jika kriptanalis hanya memiliki ciphertext saja (chipertext-only), namun
dapat dipecahkan dengan mudah jika kriptanalis memiliki ciphertext dan potongan dari
plaintext-nya (known-plaintext).

Gambar 2: Kriptografi Asimetris

Contoh Kriptografi Asimetris


Contoh RSA:
• Kunci Publik:
– Pilih bil. prima p = 7 dan q = 11, n = 7.11 =77
– F(n)=(p-1).(q-1)=6.10= 60 artinya
F(n)={1,2,3,4,6,8,..,76}={x|gcd(x, n)=1}
– Pilih e dalam {x|gcd(x, 60)=1}, misalnya e=17
– Hapus p dan q dan Kunci Publik n=77, e=17
• Kunci Rahasia:
– d = e-1 mod F(n), d .e = 1 mod 60, d =53
– 53 . 17 mod 60 = 901 mod 60 = 1 mod 60

c. Algoritma Kriptografi Hibrid


Permasalahan yang menarik pada bidang kemanan informasi adalah adanya trade off
antara kecepatan dengan kenyamanan. Semakin aman semakin tidak nyaman, berlaku juga
sebaliknya semakin nyaman semakin tidak aman. Salah satu contohnya adalah bidang
kriptografi. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan penggunaan kriptografi hibrida. Kriptografi
hibrida sering dipakai karena memanfaatkan keunggulan kecepatan pemrosesan data oleh
algoritma simetrik dan kemudahan transfer kunci menggunakan algoritma asimetrik. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kecepatan tanpa mengurangi kenyamanan serta keamanan.
Aplikasi kriptografi hibrida yang ada saat ini pada umumnya ditujukan untuk penggunaan
umum atau mainstream yang merupakan pengguna komputer.
Aplikasi pada umumnya mengikuti perkembangan hardware komputer yang semakin
cepat dari waktu ke waktu. Sehingga hardware yang sudah lama tidak dapat difungsikan
sebagaimana mestinya. Selain itu banyak perangkat embedded dengan kekuatan pemrosesan
maupun daya yang terbatas. Terutama dengan trend akhir akhir ini, hampir semua orang
memiliki handheld device yang mempunyai kekuatan terbatas, seperti telepon seluler.

Gambar 3: Algoritma Kriptografi Hibrid

Dalam tugas akhir ini dibahas mengenai perancangan sebuah aplikasi kriptografi hibrida
yang ditujukan untuk kalangan tertentu, terutama pemakai hardware dengan kekuatan
pemrosesan yang terbatas. Aplikasi yang ingin dicapai adalah aplikasi yang sederhana,
ringan dan cepat tanpa mengurangi tingkat keamanan menggunakan hash.
Sistem ini mengggabungkan chiper simetrik dan asimetrik. Proses ini dimulai dengan
negosiasi menggunakan chiper asimetrik dimana kedua belah pihak setuju dengan private
key/session key yang akan dipakai. Kemudian session key digunakan dengan teknik chiper
simetrik untuk mengenkripsi conversation ataupun tukar-menukar data selanjutnya. Suatu
session key hanya dipakai sekali sesi. Untuk sesi selanjutnya session key harus dibuat
kembali.PendistribusianKey. Dalam pendistribusian suatu key dapat dilakukan dengan
bermacam cara misalnya download, diberikan secara langsung dsb. Untuk mencegah
pemalsuan key oleh pihak ketiga maka diperlukanadanyacertificate.
Protokol pernyetujuan key Atau disebut juga protokol pertukaran key adalah suatu sistem
dimana dua pihak bernegosiasi untuk menentukan secret value. Contohnya adalah SSL
(secure socket layer).

d. Data Encryption Standart (DES)


DES, akronim dari Data Encryption Standard, adalah nama dari Federal Information
Processing Standard (FIPS) 46-3, yang menggambarkan data encryption algorithm (DEA).
DEA juga didefinisikan dalam ANSI standard X3.92. DEA merupakan perbaikan dari
algoritma Lucifer yang dikembangkan oleh IBM pada awal tahun 70an. Meskipun
algoritmanya pada intinya dirancang oleh IBM, NSA dan NBS (sekarang NIST (National
Institute of Standards and Technology)) memainkan peranan penting pada tahap akhir
pengembangan. DEA, sering disebut DES, telah dipelajari secara ekstensif sejak
publikasinya dan merupakan algoritma simetris yang paling dikenal dan paling banyak
digunakan. DEA memiliki ukuran blok64-bit dan menggunakan kunci 56-bit kunci selama
eksekusi (8 bit paritas dihilangkan dari kunci 64 bit). DEA adalah symmetric cryptosystem,
khususnya cipher Feistel 16-rounddan pada mulanya dirancang untuk implementasi
hardware. Saat digunakan untuk komunikasi, baik pengirim maupun penerima harus
mengetahui kunci rahasia yang sama, yang dapat digunakan untuk mengenkrip dan
mendekrip pesan, atau untuk menggenerate dan memverifikasi message authentication code
(MAC). DEA juga dapat digunakan untuk enkripsi single user, seperti untuk menyimpan file
pada harddisk dalam bentuk terenkripsi. Dalam lingkungan multiuser, distribusi kunci
rahasia akan sulit. Public-key cryptography menyediakan solusi yang ideal untuk masalah
ini.NIST telah mensertifikasi kembali DES (FIPS 46-1, 46-2, 46-3) setiap 5 tahun. FIPS 46-
3 mensahkan kembali penggunaan DES sampai Oktober 1999, namun single DES hanya
diijinkan untuk legacy systems. FIPS 46-3 mencakup definisi dari triple-DES (TDEA,
menurut X9.52); TDEA adalah "pilihan algoritma simetris yang disetujui oleh FIPS." Dalam
beberapa tahun, DES dan triple-DES akan digantikan dengan Advanced Encryption
Standard.

e. Advanced Encryption Standart (AES)


AES adalah Advanced Encryption Standard. AES adalah block cipher yang akan
menggantikan DES tetapi diantisipasi bahwa Triple DES tetap akan menjadi algoritma yang
disetujui untuk penggunaan pemerintah USA. Pada Januari 1997 inisiatif AES diumumkan
dan pada September 1997 publik diundang untuk mengajukan proposal block cipher yang
cocok sebagai kandidat untuk AES. Pada tahun 1999 NIST mengumumkan lima kandidat
finalis yaitu MARS, RC6, Rijndael, Serpent, dan Twofish.Algoritma AES dipilih pada
Oktober 2001 dan standarnya dipublish pada November 2002. AES mendukung ukuran
kunci 128 bit, 192 bit, dan 256 bit, berbeda dengan kunci 56-bit yang ditawarkan DES.
Algoritma AES dihasilkan dari proses bertahun-tahun yang dipimpin NIST dengan
bimbingan dan review dari komunitas internasional pakar kriptografi.Algoritma Rijndael,
yang dikembangkan oleh Joan Daemen dan Vincent Rijmen, dipilih sebagai standar.

2. Kriptografi Klasik
Algoritma ini digunakan sejak sebelum era komputerisasi dan kebanyakan menggunakan
teknik kunci simetris. Metode menyembunyikan pesannya adalah dengan teknik substitusi
atau transposisi atau keduanya (Sadikin, 2012). Teknik substitusi adalah menggantikan
karakter dalam plaintext menjadi karakter lain yang hasilnya adalah ciphertext. Sedangkan
transposisi adalah teknik mengubah plaintext menjadi ciphertext dengan cara permutasi
karakter. Kombinasi keduanya secara kompleks adalah yang melatarbelakangi terbentuknya
berbagai macam algoritma kriptografi modern (Prayudi, 2005).
Kriptografi, secara umum adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan berita
[bruce Schneier – Applied Cryptography. Dalam kriptografi, pesan atau informasi yang
dapat dibaca disebut sebagai plaintext atau clear text. Proses yang dilakukan untuk
mengubah plaintext ke dalam ciphertext disebut enkripsi. Pesan yang tidak dapat
terbaca tersebut disebut ciphertext. Proses yang merupakan kebalikan dari enkripsi
disebut sebagai dekripsi. Proses ekripsi dapat digunakan untuk membuat ciphertext
kembali menjadi plaintext. Ahli di bidang kriptografi disebut sebagai cryptographer.
Cryptanalyst merupakan orang yang melakukan cryptanalysis, yaitu seni dan ilmu untuk
memecahkan ciphertext menjadi plaintext tanpa melalui cara yang seharusnya. Sebelum
komputer ada, kriptografi dilakukan dengan menggunakan pensil dan kertas. Algoritma
kriptografi (cipher) yang digunakan saat itu, dinamakan juga algoritma klasik, adalah
berbasis karakter, yaitu enkripsi dan dekripsi dilakukan pada setiap karakter pesan. Semua
algoritma klasik termasuk ke dalam sistrm kriptografi simetris dan digunakan jauh sebelum
kriptografi kunci publik ditemukan.
Kriptogarfi klasik memiliki beberapa ciri :
a. Berbasis karakter
b. Menggunakan pena dan kertas saja, belum ada computer
c. Termasuk ke dalam kriptografi kunci simetris.
Tiga alasan mempelajari algoritma klasik :
a. Memahami konsep dasar kriptografi
b. Dasar algoritma kriptografi modern
c. Memahami kelemahan sistem kode
Pada dasarnya, algoritma kriptografi klasik dapat dikelompokkan ke dalam dua macam
cipher, yaitu :
a. Cipher substitusi (substitution cipher)
Di dalam cipher substitusi setiap unit plainteks diganti dengan satu unit cipherteks. Satu
“unit” di isini berarti satu huruf, pasanga huruf, atau dikelompokkan lebih dari dua huruf.
Algoritma substitusi tertua yang diketahui adalah Caesar cipher yang digunakan oleh kaisar
Romawi , Julius Caesar (sehingga dinamakan juga casear cipher), untuk mengirimakan
pesan yang dikirimkan kepada gubernurnya.
b. Cipher transposisi (transposition cipher)
Pada cipher transposisi, huruf-huruf di dalam plainteks tetap saja, hanya saja urutannya
diubah. Dengan kata lain algoritma ini melakukan transpose terhadap rangkaian karakter di
dalam teks. Nama lain untuk metode ini adalah permutasi atau pengacakan (scrambling)
karena transpose setiap karakter di dalam teks sama dengan mempermutasikan karakter-
karkater tersebut. (Munir.2006)

Jenis Kriptografi Klasik :


a. Vigènere cipher
Vigenere cipher mungkin adalah contoh terbaik dari cipher alphabet-majemuk ‘manual’.
Algoritma ini dipublikasikan oleh diplomat (sekaligus seorang kriptologis) perancis, Blaise
de Vigènere pada abad 16. Vigènere cipher dipublikasikan pada tahun 1586. Cipher ini
berhasil dipecahkan oleh Babbage dan Kasiski pada pertengahan abad 19. Vigènere cipher
digunakan oleh tentara Konfiderasi (Confederate Army) pada perang sipil Amerika
(American Civil war).
Vigènere cipher sangat dikenal karena mudah dipahami dan diimplementasikan.Cipher
menggunakan bujursangakar Vigènere untuk melakukan enkripsi. Kolom paling kiri dari
bujursangkar menyatakan huruf-hurf kunci, sedangkan baris paling atas menyatakan huruf-
huruf plainteks. Setiap baris dalam bujursangkar menyatakan huruf-huruf cipherteks, yang
mana jumlah pergesaran huruf plainteks ditentukan nilai numerik huruf kunci tersebut
( yaitu, A = 0, B = 1, C = 2,…, Z = 25). Bujursangkar vigènere digunakan untuk
memperoleh cipherteks dengan menggunakan kunci yang sudah ditentukan. Jika panjang
kunci lebih pendek dari pada panjang plainteks, maka kunci diulang penggunaanya (sistem
periodik). Bila panjang kunci adalah m, maka periodenya dikatakan m. sebagai contoh, jika
plainteks adalah THIS PLAINTEXT dan kunci adalah sony maka penggunaan kunci secara
periodik adalah sebagai berikut:

Plainteks : THIS PLAINTEXT


Kunci : SONY SONYSONYS
Cipherteks : LVVQ HZNGFHRVL

b. Autokey Cipher
Kriptografi Autokey adalah pengembangan dari kriprografi Caesar dan Vigenere. Cara
melakukan enkripsi sama seperti kedua kriptografi sebelumnya. Pada kriptografi Autokey
juga digunakan sebuah kata sebagai kunci. Kunci ini kemudian diikuti dengan plaintext
sehingga membentuk huruf-huruf yang sama panjang dengan plaintext. Urutan huruf-huruf
ini yang akan digunakan sebagai kunci pada saat enkripsi. Rumus yang berlaku untuk
kriptografi Autokey sama seperti Caesar dan Vigenere.
Contoh, jika plaintext adalah INI PESAN RAHASIA, maka jika kita gunakan kunci kata
BESOK, maka kata BESOK akan disisipkan di depan plaintext INI PESAN RAHASIA.
Kemudian enkripsi dilakukan sama dengan enkripsi Caesar dan Vigenere.

c. Reverse Cipher
Ini aadalah contoh kriptografi klasik yang menggunakan substitusi yaitu mengganti satu
huruf dengan huruf lain ataupun mengubah suatu kalimat dengan menuliskan setiap kata
secara terbalik. Ini contoh yang paling sederhana dari transposisi yaitu mengubah suatu
kalimat dengan menuliskan setiap kata secara terbalik. Contoh Kriptografi Reverse:

Plaintext : AKU AKAN PERGI BESOK PAGI


Ciphertext : UKA NAKA IGREP KOSEB IGAP

Pada kriptografi kolom (column cipher), plaintext disusun dalam kelompok huruf yang
terdiri dari beberapa huruf. Kemudian huruf-huruf dalam kelompok ini dituliskan kembali
kolom per kolom, dengan urutan kolom yang bisa berubah-ubah. Contoh Kriptografi Kolom
–> Kalimat ‘ AYAH SUDAH TIBA KEMARIN SORE ’,jika disusun dalam kolom 7 huruf,
maka akan menjadi kolom – kolom berikut :

AYAHSUD
AHTIBAK
EMARINS
OREAAAA

Untuk melengkapi kolom terakhir agar berisi 7 huruf, maka sisanya diisi dengan huruf
‘A’atau bisa huruf apa saja sebagai huruf pelengkap. Kalimat tesebut setelah dienkripsi
dengan 7 kolom huruf dan urutan kunci 6725431, maka hasil enkripsinya:
DKSAATAEUANASBIAHIRAAAEOYHMR

d. Zig-Zag Cipher
Pada kriptografi kolom zig-zag, plaintext disusun dalam kelompok huruf yang terdiri
dari beberapa huruf. Kemudian huruf-huruf dalam uruta kolom yang dimasukkan secara pola
zig-zag.
e. Segitiga Cipher
Pada kriptografi kolom Triangle, plaintext disusun dalam kelompok huruf yang terdiri
dari beberapa huruf. Kemudian huruf-huruf dalam urutan kolom yang dimasukkan secara
pola segitiga.

f. Super Enkripsi
Kombinasi Antara Cipher Substitusi (Caesar Cipher) dan Cipher Tranposisi (Column
Cipher). Sehingga memperoleh Cipher yang lebih kuat (Super) dari pada Satu Cipher saja.
g. Enigma Machine
Enigma Machine adalah mesin yang digunakan Jerman selama Perang Dunia II untuk
mengenkripsi/dekripsi pesan-pesan militer. Enigma menggunakan sistem rotor(mesin
berbentuk roda yang berputar) untuk membentuk huruf cipherteks yang berubah – ubah.
Setelah setiap huruf dienkripsi, rotor kembali berputar untuk membentuk huruf cipherteks
yang baru.

E. Fungsi Kriptografi
Dalam teknologi informasi, terus menerus dikembangkan cara untuk menangkal berbagai
bentuk serangan seperti penyadapan dan pengubahan data yang dikirimkan. Salah satu cara
yang ditempuh mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan kriptografi yang
menggunakan transformasi data sehingga data yang dihasilkan tidak dapat dimengerti oleh
pihak yang tidak berhak mengakses. Transformasi ini memberikan solusi pada dua macam
masalah keamanan data, yaitu masalah privasi (privacy) dan keautentikan (authenticatioan).
Privasi mengandung arti bahwa data yang dikirimkan hanya dapat dimengerti informasinya
oleh penerima yang sah atau berhak. Sedangkan keotentikan mencegah pihak ketiga untuk
mengirimkan data yang salah atau mengubah data yang dikirimkan. Sehingga, kriptografi
diharapkan dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Kerahasiaan (confidentiality), yang dapat terjamin dengan adanya enkripsi (penyandian).
2. Keutuhan (integrity) atas data-data pembayaran, yang dapat terjamin dengan penggunaan
fungsi hash. Fungsi hash adalah fungsi yang secara efisien mengubah string input dengan
panjang berhingga menjadi string output dengan panjang tetap yang disebut nilai hash.
3. Jaminan atas identitas dan keabsahan (authenticity) pihak-pihak yang melakukan
transaksi, yang terjamin dengan digunakannya password atau sertifikat digital. Sedangkan
keautentikan data transaksi dapat terjamin dengan menggunakan tanda tangan digital.
4. Transaksi dapat dijadikan barang bukti yang tidak bisa disangkal (non-
repudiation)dengan memanfaatkan tanda tangan digital dan sertifikat digital.

F. Kriteria Kemanan Kriptografi


Sebuah algoritma kriptografi dikatakan aman (computationally secure) bila memenuhi
tiga kriteria berikut:
1. Persamaan matematis yang menggambarkan operasi algoritma kriptografi sangat
kompleks sehingga algoritma tidak mungkin dipecahkan secara analitik.
2. Biaya untuk memecahkan chiperteks melampaui nilai informasi yang terkandung di
dalam chiperteks tersebut.
3. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan chiperteks melampaui lamanya waktu
informasi tersebut harus dijaga kerahasiaannya.

G. Penyerangan Terhadap Kriptografi


Di bawah ini dijelaskan beberapa macam penyerangan terhadap pesan yang sudah
dienkripsi, berdasarkan ketersediaan data yang ada, dan tingkat kesulitannya bagi penyerang,
dimulai dari yang paling sulit adalah:
1. Ciphertext only attack, penyerang hanya mendapatkan ciphertext dari sejumlah pesan
yang seluruhnya telah dienkripsi menggunakan algoritma yang sama. Sehingga, metode
yang digunakan untuk memecahkannya adalah exhaustive key search, yaitu mencoba
semua kemungkinan yang ada untuk menemukan kunci.
2. Known plaintext attack, dimana penyerang selain mendapatkan sandi, juga mendapatkan
pesan asli. Terkadang disebut pula clear-text attack.
3. Choosen plaintext attack, sama dengan known plaintext attack, namun penyerang bahkan
dapat memilih penggalan mana dari pesan asli yang akan disandikan. Serangan jenis ini
lebih hebat daripada known-plaintext attack, karena kriptoanalis dapat memilih plainteks
tertentu untuk dienkripsikan, yaitu plainteks-plainteks yang lebih mengarahkan penemuan
kunci.
4. Chosen-ciphertext attack.Pada tipe ini, kriptoanalis dapat memilih cipherteks yang
berbeda untuk didekripsi dan memiliki akses atas plaintext yang didekripsi.
5. Chosen-key attack.Kriptoanalis pada tipe penyerangan ini memiliki pengetahuan tentang
hubungan antara kunci-kunci yang berbeda dan memilih kunci yang tepat untuk
mendekripsi pesan.
6. Rubber-hose cryptanalysis. Pada tipe penyerangan ini, kriptoanalis mengancam,
menyiksa, memeras, memaksa, atau bahkan menyogok seseorang hingga mereka
memberikan kuncinya. Ini adalah cara yang paling ampuh untuk mendapatkan kunci.
7. Adaptive – chosen – plaintext attack. Penyerangan tipe ini merupakan suatu kasus khusus
chosen-plaintext attack. Kriptoanalis tidak hanya dapat memilih plainteks yang
dienkripsi, ia pun memiliki kemampuan untuk memodifikasi pilihan berdasarkan hasil
enkripsi sebelumnya. Dalam chosen-plaintext attack, kriptoanalis mungkin hanya dapat
memiliki plainteks dalam suatu blok besar untuk dienkripsi; dalam adaptive-chosen-
plaintextattack ini ia dapat memilih blok plainteks yang lebih kecil dan kemudian
memilih yang lain berdasarkan hasil yang pertama, proses ini dapat dilakukannya terus
menerus hingga ia dapat memperoleh seluruh informasi.

Berdasarkan bagaimana cara dan posisi seseorang mendapatkan pesan-pesan dalam


saluran komunikasi, penyerangan dapat dikategorikan menjadi:
1. Spoofing: Penyerang – misalnya Dimana bisa menyamar menjadi Adi. Semua orang
dibuat percaya bahwa Diman adalah Adi. Penyerang berusaha meyakinkan pihak-pihak
lain bahwa tak ada salah dengan komunikasi yang dilakukan, padahal komunikasi itu
dilakukan dengan sang penipu/penyerang. Contohnya jika orang memasukkan PIN ke
dalam mesin ATM palsu – yang benar-benar dibuat seperti ATM asli – tentu sang penipu
bisa mendapatkan PIN-nya dan copy pita magentik kartu ATM milik sang nasabah. Pihak
bank tidak tahu bahwa telah terjadi kejahatan.
2. Man-in-the-middle: Jika spoofing terkadang hanya menipu satu pihak, maka dalam
skenario ini, saat Adi hendak berkomunikasi dengan Badu, Diman di mata Adi seolah-
olah adalah Badu, dan Diman dapat pula menipu Badu sehingga Diman seolah-olah
adalah Adi. Diman dapat berkuasa penuh atas jalur komunikas ini, dan bisa membuat
berita fitnah.

Gambar 4: Ilustrasi Man-in-the-middle

3. Sniffing: secara harfiah berarti mengendus, tentunya dalam hal ini yang diendus adalah
pesan (baik yang belum ataupun sudah dienkripsi) dalam suatu saluran komunikasi. Hal
ini umum terjadi pada saluran publik yang tidak aman. Sang pengendus dapat merekam
pembicaraan yang terjadi.
4. Replay attack: Jika seseorang bisa merekam pesan-pesan handshake(persiapan
komunikasi), ia mungkin dapat mengulang pesan-pesan yang telah direkamnya untuk
menipu salah satu pihak.

Serangan dilakukan secara aktif bilamana penyerang mengintervensi komunikasi dan ikut
mempengaruhi sistem untuk keuntungan dirinya atau penyerang mengubah aliran pesan
seperti menghapus sebagian cipherteks, mengubah cipherteks, menyisipkan potongan
cipherteks palsu, me-replaypesan lama, mengubah informasi yang tersimpan, dan sebagainya.
Man-in-the-midle, replay attack, dan spoofing termasuk jenis serangan ini.
Serangan dilakukan secara pasif, terjadi bilamana penyerang tidak terlibat dalam
komunikasi antara pengirim dan penerima atau penyerang hanya melakukan penyadapan
untuk memperoleh data atau informasi sebanyak-banyaknya.

Gambar 6: Ilustrasi Serangan Pasif


Beberapa metode penyadapan data yang biasanya dilakukan oleh penyerang:
1. Electromagnetic eavesdropping. Penyadap mencegat data yang ditransmisikan melalui
saluran wireless, misalnya radio dan microwive.
2. Acoustic Eavesdropping. Menangkap gelombang suara yang dihasilkan oleh suara
manusia.
3. Wiretapping Penyadap mencegat data yang ditransmisikan pada saluran kabel
komunikasi dengan menggunakan sambungan perangkat keras.

Gambar 7: Ilustrasi Wiretapping

Jenis-jenis serangan berdasarkan teknik yang digunakan untuk menemukan kunci:


1. Brute force attack atau Exhaustive attack
Serangan brute-force adalah sebuah teknik serangan yang menggunakan percobaan
terhadap semua kunci yang mungkin untuk mengungkap plainteks/kunci.
Pendekatan ini pada awalnya merujuk pada sebuah program komputer yang
mengandalkan kekuatan pemrosesan komputer dibandingkan kecerdasan manusia. Sebagai
contoh, untuk menyelesaikan sebuah persamaan kuadrat seperti x²+7x-44=0, di mana x
adalah sebuah integer, dengan menggunakan teknik serangan brute-force, penggunanya
hanya dituntut untuk membuat program yang mencoba semua nilai integer yang mungkin
untuk persamaan tersebut hingga nilai x sebagai jawabannya muncul. Istilah brute force
sendiri dipopulerkan oleh Kenneth Thompson, dengan mottonya: "When in doubt, use brute-
force" (jika ragu, gunakan brute-force).
Teknik ini adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk memecahkan password,
kunci, kode atau kombinasi. Cara kerja metode ini sangat sederhana yaitu mencoba semua
kombinasi yang mungkin. Salah satu contoh penggunaan brute force attack adalah password
cracker. Sebuah password dapat dibongkar dengan menggunakan program bernama
password cracker ini. Program password cracker adalah program yang mencoba membuka
sebuah password yang telah terenkripsi dengan menggunakan sebuah algoritma tertentu
dengan cara mencoba semua kemungkinan. Teknik ini sangatlah sederhana, tapi
efektivitasnya luar biasa, dan tidak ada satu pun sistem yang aman dari serangan ini, meski
teknik ini memakan waktu yang sangat lama, khususnya untuk password yang rumit.
Namun ini tidak berarti bahwa password cracker membutuhkan decrypt. Pada
prakteknya, mereka kebanyakan tidak melakukan itu. Umumnya, kita tidak dapat melakukan
dekripsi password-password yang sudah terenkripsi dengan algoritma yang kuat.
Proses-proses enkripsi modern kebanyakan hanya memberikan satu jalan, di mana tidak
ada proses pengembalian enkripsi. Namun, umumnya, tool-tool simulasi yang
mempekerjakan algoritma yang sama yang digunakan untuk mengenkripsi password
orisinal, dipakai. Tool-tool tersebut membentuk analisa komparatif. Program password
cracker tidak lain adalah mesin-mesin ulet. Ia akan mencoba kata demi kata dalam kecepatan
tinggi. Mereka menganut "Asas Keberuntungan", dengan harapan bahwa pada kesempatan
tertentu mereka akan menemukan kata atau kalimat yang cocok.

2. Analytical Attack
Pada jenis serangan ini, kriptanalis tidak mencoba-coba semua kemungkinan kunci
tetapi menganalisis kelemahan algoritma kriptografi untuk mengurangi kemungkinan kunci
yang tidak mungkin ada. Analisis dilakukan dengan dengan memecahkan persamaan-
persamaan matematika (yang diperoleh dari definisi suatu algoritma kriptografi) yang
mengandung peubah-peubah yang merepresentasikan plainteks atau kunci. Asumsi yang
digunakan: kriptanalis mengetahui algoritma kriptografi.
Untuk menghadapi serangan ini, kriptografer harus membuat algoritma kriptografi yang
kompleks sedemikian rupa sehingga plianteks merupakan fungsi matematika dari chiperteks
dan kunci yang cukup kompleks, dan tiap kunci merupakan fungsi matematika dari
chiperteks dan plainteks yang cukup kompleks. Metode analytical attack biasanya lebih
cepat menemukan kunci dibandingkan dengan exhaustive attack
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kriptografi merupakan salah satu dari media komunikasi dan informasi kuno yang masih
dimanfaatkan hingga saat ini. Kriptografi di Indonesia disebut persandian yaitu secara singkat
dapat berarti seni melindungi data dan informasi dari pihak-pihak yang tidak dikehendaki baik
saat ditransmisikan maupun saat disimpan. Sedangkan ilmu persandiannya disebut kriptologi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana tehnik melindungi data dan informasi
tersebut beserta seluruh ikutannya.Pengguna diberikan ID dan password untuk mengakses
sistem yang ada. Password dienkripsi untuk mencegah terjadinya akses illegal terhadap sistem
misalnya pencurian data-data penting oleh mereka yang tidak berhak. Demikian juga enkripsi
pada file-file penting dapat dilakukan (misalnya file yang berisi data keuangan). Metode
enkripsi yang digunakan dapat berbentuk enkripsi kunci simetris, misalnya menggunakan
algoritma DES, RSA, dll. Untuk mendapatkan algoritma enkripisi ini tidak dibutuhkan biaya
karena telah dipublikasikan secara umum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
kriptografi masih merupakan sistem yang efektif dalam hal keamanan dan proteksi serta dapat
digunakan secara luas di berbagai bidang usaha dan teknologi.

B. Saran

Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-rekan
mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam tentang bagaimana
menggunkan aplikasi keamanan system computer metode kriptografi menggunakan program
delphi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30671956/makalah_kriptografi

http://eprints.umm.ac.id/28081/2/jiptummpp-gdl-billysaput-34947-2-babi.pdf

https://docplayer.info/73024545-Makalah-kriptografi-klasik.html

https://pdfcoffee.com/makalah-kriptografi-3-pdf-free.html

http://tugaskuliah-esti.blogspot.com/2011/10/makalah-kriptografi.html

Anda mungkin juga menyukai